Self Efficacy Mahasiswa Bimbingan dan Konseling

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan

  2337-6740 - 2337-6740 - 2337-6740 - 2337-6880 2337-6880 2337-6880

  ISSN Cetak:

  ISSN Cetak:

  ISSN Cetak:

  ISSN Online:

  ISSN Online:

  ISSN Online: http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com Volume 1 Nomor 2 Juni 2013, Hlm 115-120 Volume 1 Nomor 2 Juni 2013, Hlm 115-120 Volume 1 Nomor 2 Juni 2013, Hlm 115-120 dan dan dan

  Info Artikel: Diterima 05/05/2013 Direvisi 22/06/2013 Dipublikasikan 30/06/2013

  Ikatan Konselor Indonesia (IKI) Self Efficacy Mah ahasiswa Bimbingan dan Kon onseling

  • Khairul Bari
  • Fakultas Ilmu Pendidikan, Pr Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas K s Kanjuruhan Malang

  Abstratc Self-efficacy is a strong factor or in determining a person to act, think and react when en faced with situations that are not fun. Students with high igh self-efficacy tend to have persistent effort, diligent, te , tenacious and persevering.

  This research use descriptive tive- quantitative methodology to indentify level of self self efficacy of counseling students specifically will be ide identified by gender, and ethnicity. This research will id ill identify self efficacy based on differences of gender, and nd ethnicity. This research use random and purposive ive random sampling of 45 counseling students from Unive University. These studies identify of self efficacy 31, 1% in in low, 66, 7% medium and 2,2 in high condition. Further, er, there is no significant difference in the level of self e lf efficacy based on gender, and the ethnicity.

  Keyword: Self-efficacy, ethnic nicity, counseling students Copyright © 2013 IICE - Multikarya Kons (Padang - Indonesia) dan IKI - Ikatan Konselor Indonesia - All Rights Reserved Copyright © 2013 IICE - Multikarya Kons (Padang - Indonesia) dan IKI - Ikatan Konselor Indonesia - All Rights Reserved Copyright © 2013 IICE - Multikarya Kons (Padang - Indonesia) dan IKI - Ikatan Konselor Indonesia - All Rights Reserved Indonesian Institute for Counseling and Education (IICE) Multikarya Kons Indonesian Institute for Counseling and Education (IICE) Multikarya Kons Indonesian Institute for Counseling and Education (IICE) Multikarya Kons PENDAHULUAN

  Eksistensi dan kemaj ajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh karakter ter sumber daya manusia yang dimilikinya. Hanya bangsa ya yang memiliki karakter kuat yang mampu menjadikan an dirinya sebagai bangsa yang bermartabat dan disegani oleh leh bangsa-bangsa lain. Dalam usaha mencapai pembe bentukan karakter bangsa yang kuat juga sangat bergantung d dengan taraf pendidikan di suatu bangsa tersebut. Jika ika bangsa berhasil membangun dasar-dasar pendidikan nasion onal dengan baik, maka diharapkan dapat memberikan an kontribusi terhadap kemajuan dibidang-bidang lain.

  Tujuan pendidikan di di Indonesia menurut UU No 2 Tahun 1989 adalah m menjadikan manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa ke kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luh luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasma mani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandi ndiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsa gsaan. Tujuan pendidikan ini diwujudkan baik dari ri pendidikan formal, informal maupun non formal. Mulai dar ari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

  Perguruan tinggi me merupakan salah satu subsistem pendidikan nasional al yang keberadaannya dalam kehidupan bangsa dan negar gara berperan penting melalui penerapan Tri Dharm arma Perguruan Tinggi, yaitu

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com Vol. 1 No. 2, Juni 2013. hlm.115 – 120 Vol. 1 No. 2, Juni 2013. hlm.115 – 120 Vol. 1 No. 2, Juni 2013. hlm.115 – 120

  pendidikan, penelitian, dan pen pengabdian kepada masyarakat. Tiga hal dalam tri darm arma perguruan tinggi ini saling berkaitan antara satu sama lain ain sehingga harus diterapkan secara bersamaan karena m a masing-masing memiliki tugas dan fungsi yang sama serta rta saling menunjang sehingga tidak bisa dipisah isahkan dalam pelaksanaannya. Tri Dharma perguruan tinggi gi merupakan tiga pilar dasar pola pikir dan menjad jadi kewajiban bagi mahasiswa sebagai bagian dari perguruan an tinggi, Karena mahasiswa memiliki posisi penting se sebagai pejuang terdepan dalam perubahan bangsa kita ke arah ah yang lebih baik.

  Mahasiswa yang ber erada pada fase remaja akhir dan dewasa awal dip dipandang berada pada jenjang kehidupan manusia yang palin ling optimal. Dengan kematangan jasmani, perasaan d dan akalnya, sangat wajar jika mahasiswa memiliki potensi ya i yang besar dibandingkan dengan kelompok masyarakat kat lainya. Kepekaan yang tinggi terhadap lingkungan banyak d k dimiliki mahasiswa, dan pemikiran kritis mereka san sangat didambakan masyarakat. Mereka juga motor penggerak rak kemajuan ketika masyarakat melakukan proses pe pembangunan. Tongkat estafet peralihan suatu peradaban terle rletak di pundak mereka. Baik buruknya nasib bangsa k a kelak, bergantung pada kondisi pemuda dan mahasiswa sekara arang ini.

  Tugas dan tanggung ja g jawab yang harus dilakukan oleh seorang mahasiswa ti wa tidaklah mudah. Selain tekanan dari bidang akademis, harapa pan mendapatkan pekerjaan yang layak dan mapan s n secara ekonomi, mereka juga dituntut untuk mampu meng engoptimalkan potensi yang dimilikinya sebagai su suatu kebutuhan pribadi dan masyarakat. Sebagai agen peru erubahan sosial (agent of social change), tuntutan ini me merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh pada sebagian bes besar mahasiswa. Menurut Santrock(2002) ketakutan ak akan kegagalan dalam mencapai kehidupan yang sukses sering k g kali menjadi alasan munculnya stres dan depresi pada da mahasiswa.

  Stres telah menjadi to i topik penting dalam lingkup akademis maupun dalam am masyarakat kita. Hans Selye mendefinisikan stres sebagai ‘ i ‘the nonspesific response of the body to any demand mand‘ yang artinya suatu respons tubuh yang nonspesifik dari b i berbagai tuntutan. Bila seseorang mengalami stres di dia akan mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tub tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat men enjalankan fungsi pekerjaannya dengan baik (Kavanagh, 2005; 5; Aldwin, 2007).

  Hutabarat (2009) me menjelaskan efek negatif dari terjadinya stres yaitu itu mempengaruhi keefektifan performa individu dalam mela elakukan sebuah tugas, mengganggu fungsi kognitif, if, dapat menyebabkan burnout, menyebabkan masalah, ganggu gguan psikologis dan fisik. Keadaan ini berpotensi men enurunkan prestasi siswa dalam bidang akademik.

  Dalam menghadapi be i berbagai permasalahan diatas diperlukan kemampuan in n individu agar dapat beradaptasi terhadap kondisi tersebut deng ngan meningkatkan potensi diri ketika menghadapi situa ituasi yang penuh tekanan. Salah satu kemampuan yang perlu d dikembangkan oleh mahasiswa agar pencapaian presta estasinya optimal adalah dengan mengembangkan keyakinan di dirinya (self-efficacy). Self-efficacy dapat menumbuhka kan keyakinan atas kemampuan dalam diri dan membantu mah ahasiswa dalam proses menuju kemandirian. Kemamp puan untuk meyakini diri yang tinggi akan membuat mahasis asiswa menjadi lebih percaya diri dengan kemampuan uan yang dimiliki. Self-efficacy meliputi kepercayaan diri, kem emampuan menyesuaikan diri, kapasitas kognitif, kecer cerdasan dan kapasitas bertindak pada situasi yang penuh tekana nan.

  Axford (2007) menya nyatakan bahwa semakin tinggi self-efficacy pada indi ndividu, maka semakin mampu individu tersebut untuk berad radaptasi terhadap tantangan dan tekanan hidup. Lebih bih lanjut Roberts (2007) yang melakukan penelitian pada pe pemuda (19-22 tahun) pada komunitas militer yang b g berjumlah 700 orang sebagai partisipannya menemukan bah bahwa self-efficacy sangat berkontribusi pada resiliens nsi para pemuda yang menjadi partisipannya.

  Self efficacy merupak pakan hal yang kuat dalam menentukan seseorang ber bertindak, berfikir dan bereaksi

  ketika menghadapi situasi-sit -situasi yang tidak menyenangkan (Bandura, 2002) 2). Artinya ketika mahasiswa mengalami situasi-situasi yang ng tidak menyenangkan dalam dirinya seperti sulit men engerjakan tugas, maka dengan adanya self efficacy mahasiswa iswa tersebut mampu bertingkahlaku dan bereaksi pos positif untuk mengatasi situasi- situasi tersebut.

  Mahasiswa yang mem emiliki self efficacy yang tinggi cenderung memiliki usa usaha yang gigih, rajin, ulet dan tekun. Mereka memiliki targe rget untuk mendapatkan nilai yang tinggi, mempunya yai rasa ingin tahu lebih besar terhadap pelajaran, aktif bertan tanya di kelas, suka membaca dan mereview literatur, k , ketika menghadapi tugas-tugas yang sulit tidak mudah putus tus asa, dan menganggap kegagalan sebagai motivasi u si untuk lebih baik. Sedangkan, mahasiswa yang mempunyai s i self efficacy rendah cenderung merasa pemalu, dan ra ragu-ragu terhadap kemampuan

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com Vol. 1 No. 2, Juni 2013. hlm.115 – 120 Vol. 1 No. 2, Juni 2013. hlm.115 – 120 Vol. 1 No. 2, Juni 2013. hlm.115 – 120

  yang dimilikinya, menganggap gap persoalan yang rumit sebagai suatu ancaman, berd erdiam diri, dan tidak berusaha dengan sungguh-sungguh dan an menyerah begitu saja ketika berhadapan dengan kesu sulitan, mudah terkena stres dan depresi (Bandura, 2002).

  Mahasiswa Bimbinga ngan dan konseling sebagai calon konselor dituntu ntut memiliki kompetensi dan kepribadian yang mendukung d g dalam memberikan pelayanan kepada siswanya. Seba bagai calon konselor, disamping melaksanakan tugas-tugas kuli uliah di kampus, mahasiswa bimbingan dan konseling ling juga dituntut untuk dapat (1) memahami secara mendalam k konseli yang dilayani, (2) menguasai landasan dan ker kerangka teoretik bimbingan dan konseling, (3) dapat menyele elenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling y yang memandirikan, dan (4) mengembangkan pribadi dan an profesionalitas konselor secara berkelanjutan (ABK ABKIN: 2009). Tugas-tugas yang harus dipenuhi oleh mahasiswa siswa tersebut baik tugas yang bersifat kademik mau aupun non akademik ini juga menuntut mahasiswa memili iliki self efficacy agar mahasiswa memiliki keyaki kinan akan kemampuan yang dimilikinya dan dapat menjadi di pribadi konselor yang professional.

  Berdasarkan paparan dia diatas, peneliti memandang penting untuk mengiden entifikasi kondisi self efficacy mahasiswa bimbingan dan k konseling dan mengungkapkan apakah terdapat per perbedaan tingkat self efficacy mahasiswa bimbingan dan kon onseling berdasarkan jenis kelamin, dan etnis.

  METODOLOGI

  Penelitian ini merupakan an tinjauan awal yang berbentuk kuantitatif deskriptif tif dengan menggunakan sampel random bertujuan. Penelitian i n ini melibatkan 45 mahasiswa bimbingan dan konseli eling yang tersebar berdasarkan jenis kelamin, dan etnis. Instr strument yang digunakan The College Academic Self-E lf-Efficacy Scale (CASES) . Untuk menjawab pertanyaan peneliti litian tentang tingkat self efficacy mahasiswa, data a diolah dengan menggunakan analisis deskriptif, dengan me menentukan Mean (rata-rata) dihitung prosentase yang ng ada dalam ketegori tertentu. Sedangkan untuk membuktikan kan hipotes penelitian tentang perbedaan tingkat self effi efficacy mahasiswa berdasarkan jenis kelamin dan etnis, diolah ah dengan mengunakan rumus Uji - t.

HASIL DAN PEMBAHASAN AN

  Berdasarkan hasil pene nelitian diperoleh data sebagai berikut: 31,1% mahasis siswa bimbingan dan konseling berada pada tingkat Self Effica fficacy rendah, 66,7% berada pada tingkat Self Efficacy cy sedang, dan 2,2% mahasiswa yang berada pada tingkat Self Self Efficacy tinggi. Sehingga rata-rata mahasiswa bim imbingan dan konseling berada pada tingkat Self Efficacy sedan dang (66,7%).

  Hasil penelitian tentang ang tingkat Self Efficacy mahasiswa berdasarkan jenis is kelamin menunjukkan 26,3% mahasiswa berada pada tingka kat Self Efficacy rendah, 73,7% berada pada tingkat Se t Self Efficacy sedang, dan tidak mahasiswa yang berada pada da tingkat Self Efficacy tinggi. Sedangkan untuk ma mahasiswi menunjukkan 34,6% berada pada tingkat Self Effica rendah, 61,5% berada pada tingkat Self Efficacy sedang, dan 3,8% mahasiswi

  fficacy cy

  yang berada pada tingkat Self elf Efficacy tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ra wa rata-rata mahasiswa bimbingan dan konseling berada pada ting tingkat Self Efficacy sedang (73,7%) dan rata-rata mahas asiswi bimbingan dan konseling juga berada pada tingkat Self Self Efficacy sedang (61,5%). Pengujian hipotesis me menggunakan uji t dua sampel independen menunjukkan nilai ilai t hitung adalah 0, 289 dengan signifikansi 0, 774 Ole leh karena signifikansi 0, 774 > 0,05 maka diperoleh kesimpu pulan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifika ikan antara tingkat self efficacy mahasiswi dan mahasiswa den dengan kata lain tidak ada perbedaan yang signifikan tin tingkat self efficacy berdasarkan jenis kelamin.

  Lebih lanjut hasil pen enelitian tentang tingkat Self Efficacy mahasiswa ber berdasarkan etnis menunjukkan 25,8% mahasiswa etnis jawa wa berada pada tingkat Self Efficacy rendah, 71% bera erada pada tingkat Self Efficacy sedang, dan 3,2% mahasiswa y wa yang berada pada tingkat Self Efficacy tinggi. Sedangk ngkan mahasiswa etnis non jawa 19,4 % berada pada tingkat Se Self Efficacy rendah, 25,8% berada pada tingkat Self E lf Efficacy sedang, dan tidak ada mahasiswa yang berada pada ti a tingkat Self Efficacy tinggi. Sehingga dapat disimpulk lkan bahwa rata-rata mahasiswa bimbingan dan konseling etni tnis jawa berada pada tingkat Self Efficacy sedang (7 (71%) dan rata-rata mahasiswa bimbingan dan konseling etnis tnis non jawa berada pada tingkat Self Efficacy sedang ng (25,8%). Pengujian hipotesis menggunakan uji t dua sampe pel independen menunjukkan t hitung adalah 1.238 den dengan signifikansi 0,227. Oleh karena signifikansi > 0,05 m maka diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat perb erbedaan yang signifikan antara

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com Vol. 1 No. 2, Juni 2013. hlm.115 – 120 Vol. 1 No. 2, Juni 2013. hlm.115 – 120 Vol. 1 No. 2, Juni 2013. hlm.115 – 120

  tingkat self efficacy mahasis siswa jawa dan mahasiswa non jawa dengan kata la lain tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat self efficacy cy berdasarkan etnis.

  PEMBAHASAN

  Kesuksesan seseorang g tidak selalu dipengaruhi oleh kemampuan kognitif itif mereka. Ada individu yang memiliki intelegensi tinggi teta tetapi tidak memiliki kinerja yang baik. Namun disisi lain i lain ada beberapa individu yang memiliki intelegensi rendah te tetapi mempunyai kinerja yang sangat baik. Bagi ind individu yang memiliki prestasi akademik tinggi mereka mem empunyai efikasi diri tinggi, begitu juga sebaliknya. B . Banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa self-effic fficacy memegang peranan penting dalam keberhasilan ilan akademik seseorang(Pajares, 2002). Bandura (2002) dalam p m penelitiannya juga menunjukkan bahwa efikasi diri ak akademik berpengaruh terhadap kesuksesan seseorang dalam b belajar dan prestasinya. Semakin tinggi self efficacy cy seseorang, semakin giat dan tekun usaha-usahanya dalam am mengahadapi permasalahannya, sedangkan self lf efficacy yang rendah dapat menghalangi usaha yang meny nyebabkan individu tersebut mudah putus asa.

  Hasil penelitian ini me enunjukkan rata-rata mahasiswa bimbingan dan konse nseling berada pada tingkat Self

  

Efficacy sedang. Artinya maha hasiswa bimbingan dan konseling berada pada kategori ri yang cukup baik namun perlu

  ditingkatkan agar dapat berada da pada tingkat Self Efficacy tinggi. Menurut Bandura ( a (2002) individu yang memiliki efikasi diri akademik yang g tinggi akan memiliki sikap yang: (a) siap berpar partisipasi lebih banyak dalam penyelesaian tugas belajar, (b (b) bekerja keras, (c) memiliki ketekunan lebih lama a ketika menghadapi kesulitan dibandingkan mereka yang me meragukan kemampuannya sendiri, (d) mendorong dirin irinya mencari berbagai macam usaha yang positif untuk men eningkatkan prestasi dan kesejahteraan personal, (e) m mempercepat ketertarikan pada suatu hal dan larut dalam keas easyikan beraktivitas, (f) menjadikan tugas-tugas sulit s lit sebagai tantangan dan terpacu untuk menyelesaikannya, (g) m ) merencanakan tujuan yang menantang dan memelihar hara komitmen dengan kuat, (h) berusaha keras secara terus me menerus melawan kemalasan, dan (i) jika mengalami k i kegagalan, maka dengan cepat memperbaikinya dan menata d a diri kembali.

  Menurut Pajares (2002 02) Self-efficacy dibangun dari empat prinsip sumber er informasi yang dimiliki oleh seseorang yaitu pengalaman ya yang telah dilalui ( enactive mastery experience ), pen engalaman orang lain (vicarious

  

experiences ), persuasi verbal ( l ( verbal persuasion), dan keadaan fisiologis dan emos osi (physiological and affective

states ). Pengalaman keberhasil asilan atau kesuksesan dalam mengerjakan sesuatu aka akan meningkatkan self-efficacy

  seseorang, sedangkan kegagal galan juga akan menguranginnya, terutama ketika ke kegagalan ini terjadi pada saat efikasi dirinya belum terbentu ntuk. Selain itu orang yang mendapatkan persuasi verb rbal bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk melakukan an sesuatu kemungkinan akan mengerahkan usaha ya yang lebih besar dibandingkan dengan orang yang mendapatk tkan perkataan yang meragukan dirinya.

  Banyak faktor yang me mempengaruhi tingkat Self-efficacy seseorang, salah satu atunya menurut Bandura (2002) adalah budaya dan gender. Bud udaya mempengaruhi self efficacy melalui nilai (value),

  e), kepercayaan (belief), dan self

  yang berf erfungsi sebagai sumber penilaian self efficacy dan ju juga sebagai konsekuensi dari

  regulatory process

  keyakinan akan self efficacy. cy . Selain itu perbedaan gender berpengaruh terhadap dap self efficacy. Wanita lebih memiliki self efficacy yang tin tinggi dalam mengelola perannya. Namun pernyataan B n Bandura berbeda dengan hasil penelitian ini yang menunjukk kkan tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat self effi efficacy mahasiswa berdasarkan etnis dan tidak ada perbedaan y n yang signifikan tingkat self efficacy mahasiswa berdas asarkan jenis kelamin.

  Perbedaan hasil peneliti elitian ini dengan penyataan Bandura dapat dipaham hami karena Self-efficacy juga terbentuk melalui proses bela elajar yang dapat diterima individu pada tingkat pend ndidikan formal. Individu yang memiliki jenjang pendidikan n yang lebih tinggi biasanya memiliki self-efficacy ya yang lebih tinggi, karena pada dasarnya mereka lebih bany nyak belajar dan lebih banyak menerima pendidik ikan formal. Hal inilah yang mempengaruhi mahasiswa dal dalam hasil penelitian ini. Mahasiswa telah banyak me mendapatkan kesempatan untuk belajar dalam mengatasi persoa soalan-persoalan dalam hidupnya

  Selain itu perkembang ngan diri anak terutama pembentukan kepribadianny nya, dalam hal ini yaitu self-

  

efficacy nya juga sangat dipeng engaruhi oleh pola asuh yang diterapkan oleh orang tua tua. Dalam penelitian Baumrind

  (1991) ditemukan bahwa pola ola pengasuhan (parenting style) yang efektif untuk pen pengembangan kepribadian diri, ditandai dengan komunikasi du i dua arah antara orang tua dengan anak-anaknya. Diman ana anak dapat merasa nyaman berada di dalam keluarganya k a karena merasa dihargai oleh anggota keluarga yang lain lain dalam hal ini terutama orang tua sehingga self-efficacy ana nak pun dapat lebih dikembangkan. Oleh karena itu itu pola pengasuhan demokratis

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com Vol. 1 No. 2, Juni 2013. hlm.115 – 120 Vol. 1 No. 2, Juni 2013. hlm.115 – 120 Vol. 1 No. 2, Juni 2013. hlm.115 – 120

  cenderung memberi pengaruh uh yang lebih baik untuk pengembangan self-efficacy an anak bila dibandingkan dengan pola pengasuhan permisif atau au otoriter.

  Teman sebaya juga me memegang peranan penting dalam membantu mahasiswa siswa mengembangkan identitas dirinya terutama self-efficacyn y nya (Bandura :2002). Meskipun mahasiswa berasal da dari berbagai etnis atau budaya, namun dalam sehari-hari mere ereka lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman an sebaya. Dalam menemukan identitas dirinya, remaja beran anggapan bahwa bagaimana mereka dipandang oleh tem teman sebayanya merupakan hal yang penting dalam kehidupan pan mereka. Para remaja menerima umpan balik meng ngenai kemampuan mereka dari teman sebayanya. Mereka lebih bih mengenal apakah sesuatu yang mereka perbuat lebi ebih baik, sama saja atau bahkan lebih buruk dari apa yang dipe iperbuat oleh para remaja lainnya (Santrock, 2002). Puji ujian yang diberikan oleh teman sebayanya dapat meningkatka tkan self-efficacy remaja. Hal ini terjadi karena orang ng yang mendapatkan persuasi verbal bahwa mereka mempun unyai kemampuan untuk melakukan sesuatu kemungki gkinan akan mengerahkan usaha yang lebih besar dibandingka kan dengan orang yang mendapatkan perkataan yang ng meragukan dirinya. Adanya persuasi (bujukan) yang menin ningkatkan self-efficacy mengarahkan seseorang untuk be berusaha lebih giat.

SIMPULAN DAN SARAN

  Beberapa kesimpulan d n diperoleh dalam penelitian ini: (1) 31,1% mahasiswa siswa bimbingan dan konseling berada pada tingkat Self Effica fficacy rendah, 66,7% berada pada tingkat Self Efficacy cy sedang, dan 2,2% mahasiswa yang berada pada tingkat Self Self Efficacy tinggi. Sehingga rata-rata mahasiswa bim imbingan dan konseling berada pada tingkat Self Efficacy sed edang (66,7%), (2) Pengujian hipotesis menggunakan an uji t dua sampel independen menunjukkan nilai t hitung ada adalah 0, 289 dengan signifikansi 0, 774 Oleh karena sig signifikansi 0, 774 > 0,05 maka diperoleh kesimpulan tidak ad ada perbedaan yang signifikan tingkat self efficacy b berdasarkan jenis kelamin, (3) Pengujian hipotesis menggun unakan uji t dua sampel independen menunjukkan t t hitung adalah 1.238 dengan signifikansi 0,227. Oleh karen rena signifikansi > 0,05 maka diperoleh kesimpulan ba bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat s at self efficacy mahasiswa berdasarkan etnis.

  Beberapa saran peneliti elitian untuk peneliti lanjut adalah (1) agar mengguna unakan metode penelitian yang mampu menguji Self Efficacy acy lebih mendalam seperti interview dan observasi si dan juga diharapkan mampu meneliti hal-hal yang lebih lua luas lagi terkait dengan Self Efficacy mahasiswa. (2) m mengingat tingkat Self Efficacy mahasiswa berdasarkan hasil sil penelitian ini masih berada pada tingkat sedang m maka perlu dilakukan sebuah penelitian eksperimen atau pe pengembangan dengan teknik tertentu guna memban antu meningkatkan tingkat Self Efficacy mahasiswa.

DAFTAR RUJUKAN

  ABKIN. (2007). Penataan Pen Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbinga ingan dan Konseling dalam Jalur

  Pendidikan Formal . Jak Jakarta : Depdiknas

  Aldwin, Carolyn M. (2007). St . Stress, Coping, And Development: An Integrative Pers erspective . New York : Guilford Publications, Inc

  Axford, K., M. (2007). Attach chment, Affect Regulation , and Resilience in Undergrad raduate Students . Dissertation, Walden University, hlm lm. 64. Bandura, A. (2002). Self-effica fficacy: In Changing Societies. Cambridge University Pres ress Baumrind,D. (1991). The influ fluence of parenting style on adolescent competence ce and substance use. Journal of

  Early Adolescence, 11(1 1(1), 56-95

  Hutabarat, D.B. (2009). Perbe bedaan Stres dan Coping Stres antara Laki-Laki dan P Perempuan dalam Menghadapi Kemacetan Lau-Lintas. as. Psibernetika.02. 01. Juni. 68-87. Kavanagh, Jennifer. (2005). S . Stress and performance : a review of the literature ture and its applicability to the military . Arlington: Ran and Corporation. Pajares, C.T. (2002). Self-Ef Efficacy Beliefs in Academic Setting. Review of Ed Educational Research . Florida:

  Educational Research C Covinal Research Bulletin

  Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan Jurnal Konseling dan Pendidikan http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com http://jurnal.konselingindonesia.com Vol. 1 No. 2, Juni 2013. hlm.115 – 120 Vol. 1 No. 2, Juni 2013. hlm.115 – 120 Vol. 1 No. 2, Juni 2013. hlm.115 – 120

  Roberts, K., A. (2007). Self-E

  f-Efficacy, Self-Concept, and Social Competence as Res Resources Supporting Resilience and Psychological We Well-Being in Young Adults Reared within the Milita ilitary Community. Dissertation,

  Fielding Graduate Univ iversity, hlm. 18. Santrock, J.W. (2002). Life S e Span Development : Perkembangan Masa Hidup Te Terjemahan. Jakarta : Penerbit

  Erlangga

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24