PSIKOTERAPI UNTUK GANGGUAN KECEMASAN

PSIKOTERAPI UNTUK GANGGUAN KECEMASAN
disusun untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah Pengantar Psikoterapi

oleh:

Devi Triana Putri Samosir

15010110120015

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tiap manusia pasti mempunyai rasa cemas. Rasa cemas ini biasanya terjadi pada saat
adanya kejadian atau peristiwa tertentu, maupun dalam menghadapi suatu hal. Misalkan,
orang merasa cemas, ketika tampil dihadapan banyak orang atau ketika sebelum ujian

berlangsung, dan masih banyak lagi. Kecemasan yang dimiliki seseorang seperti diatas
adalah normal dan bahkan kecemasan ini perlu dimiliki oleh manusia. Akan tetapi kecemasan
berubah menjadi abnormal ketika kecemasan yang ada dalam diri individu menjadi
berlebihan atau melebihi dari kapasitas umumnya.
Individu yang mengalami gangguan seperti ini bisa dikatakan mengalami anxiety
disorder (gangguan kecemasan) yaitu ketakutan yang berlebihan dan sifatnya tidak rasional.
Seseorang dikatakan menderita anxiety disorder apabila kecemasan atau anxietas ini
mengganggu aktivitas dalam kehidupan dari diri individu tersebut. Salah satunya
terganggunya fungsi sosial dalam diri individu. Misalnya, kecemasan yang berlebihan ini
menghambat diri seseorang untuk menjalin hubungan akrab antar individu maupun
kelompoknya.

BAB II
TEORI
GANGGUAN KECEMASAN
A. Definisi
Dalam kehidupan sehari-hari anxietas sering dikenal dengan istilah perasaan cemas,
perasaan bingung, was-was, bimbang dan sebagainya, dimana istilah tersebut lebih merujuk
pada kondisi normal.
Menurut Harold I. Lief Anxietas adalah perasaan yang difius yang sangat tidak

menyenangkan, agak tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini
disertai dengan suatu atau beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang
berulang bagi seseorang tertentu. Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak,
jantung berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air
besar. Perasaan ini disertai dengan rasa ingin bergerak dan gelisah. J.J Groen juga
menambahkan bahwa Anxietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh
dugaan akan bahaya atau frustrasi yang mengancam yang akan membahayakan rasa aman,
keseimbangan, atau kehidupan seseorang individu atau kelompok biososialnya.
Anxietas sendiri dapat sebagai gejala saja yang terdapat pada gangguan psikiatrik,
dapat sebagai sindroma pada neurosis cemas dan dapat juga sebagai kondisi normal. Anxietas
normal sebenarnya sesuatu hal yang sehat, karena merupakan tanda bahaya tentang keadaan
jiwa dan tubuh manusia supaya dapat mempertahankan diri dan anxietas juga dapat bersifat
konstruktif, misalnya seorang pelajar yang akan menghadapi ujian, merasa cemas, maka ia
akan belajar secara giat supaya kecemasannya dapat berkurang.
Anxietas dapat bersifat akut atau kronik. Pada anxietas akut serangan datang
mendadak dan cepat menghilang. Anxietas kronik biasanya berlalu untuk jangka waktu lama
walaupun tidak seintensif anxietas akut, pengalaman penderitaan dari gejala cemas ini oleh
pasien biasanya dirasakan cukup gawat untuk mempenganuhi prestasi kerjanya. Bila dilihat
dan segi jumlah, maka orang yang menderita anxietas kronik jauh lebih banyak daripada
anxietas akut.


B. GEJALA UMUM ANXIETAS


Gejala psikologik:

Ketegangan, kekuatiran, panik, perasaan tak nyata, takut mati , takut ”gila”, takut
kehilangan kontrol dan sebagainya.


Gejala fisik:

Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa ringan, pusing, ketegangan otot, mual,
sulit bernafas, baal, diare, gelisah, rasa gatal, gangguan di lambung dan lain-lain. Keluhan
yang dikemukakan pasien dengan anxietas kronik adalah : rasa sesak nafas, rasa sakit dada,
kadang-kadang merasa harus menarik nafas dalam, ada sesuatu yang menekan dada, jantung
berdebar, mual, vertigo, tremor, kaki dan tangan merasa kesemutan, kaki dan tangan tidak
dapat diam ada perasaan harus bergerak terus menerus, kaki merasa lemah, sehingga berjalan
dirasakan berat, kadang- kadang ada gagap dan banyak lagi keluhan yang tidak spesifik untuk
penyakit tertentu. Keluhan yang dikemukakan disini tidak semua terdapat pada pasien dengan

gangguan anxietas kronik, melainkan seseorang dapat saja mengalami hanya beberapa gejala
1 keluhan saja. Tetapi pengalaman penderitaan dan gejata ini oleh pasien yang bersangkutan
biasanya dirasakan cukup gawat.

C. Tipe – tipe Gangguan Kecemasan
1.

Gangguan Panik
Gangguan panik mencakup munculnya serangan panik yang berulang dan tidak terduga.
Serangan-serangan panik melibatkan reaksi kecemasan yang intens disertai dengan
simtom-simtom fisik seperti jantung berdebar-debar, nafas cepat, nafas tersengal-sengal
atau kesulitan bernafas, banyak berkeringat dan rasa lemas serta pusing tujuh keliling
(Glass,2000). Terdapat komponen ketubuhan yang lebih kuat pada serangan panik
dibandingkan pada bentuk-bentuk kecemasan yang lainnya. Serangan-serangan ini
disertai dengan perasaan teror yang luarbiasa dan perasaan akan adanya bahaya yang
segera menyerang atau malapetaka yang segera menimpa serta juga disertai dengan suatu
dorongan untuk melarikan diri dari situasi ini. Biasanya disertai dengan pikiran-pikiran

kehilangan kendali, menjadi gila, atau akan mati. Orang yang mengalami serangan panik
cenderung sangat menyadari adanya perubahan pada degup jantung mereka. Mereka

seringkali percaya bahwa mereka mengalami serangan jantung meskipun tidak ada yang
salah dengan jantung mereka. Tetapi karena simtom-simtom serangan panik dapat
menyerupai simtom serangan jantung atau reaksi alergi yang parah, perlu untuk
dilakukan pemeriksaan medis yang teliti.
Serangan panik terjadi secara tiba-tiba dan mencapai puncak intensitas dalam 10 samapi
15 menit. Serangan biasanya berlangsung selama beberapa menit, tetapi dapat berlanjut
sampai berjam-jam dan diasosiasikan dengan dorongan yang kuat untuk melarikan diri
dari situasi di mana serangan itu terjadi. Supaya diagnosis gangguan panik dapat
ditegakkan, harus ada serangan panik yang tidak terduga dan terjadi berulang. Sepertinya
serangan itu datang tanpa penyebab. Meskipun serangan-serangan pertama terjadi secara
spontan atau tidak terduga , dengan berjalannya waktu, serangan-serangan ini dapat
diasosiasikan dengan situasi-situasi atau tanda-tanda tertentu, seperti melangkah masuk
ke department store yang penuh sesak.
Dalam banyak kasus orang yang mengalami serangan panik membatasi aktivitas mereka
untuk menghindari tempat yang mereka takutkan terdapat kemungkina untuk terjadinya
serangan atu tempat dimana mereka akan terputus dari sumber dukungan mereka yang
biasa.
Orang sering mendeskripsikan serangan panik sebagai pengalaman paling buruk dalam
hidup mereka. Kemampuan coping mereka dihancurleburkan. Mereka mungkin merasa
bahwa mereka harus kabur. Bila kabur sepertinya tak berguna, mereka dapat membeku.

Ada kecenderungan untuk melekat pada oarang lain demi mendapatkan pertolongan atau
dukungan. Beberapa orang dengan serangan panik, takut untuk pergi sendiri. Serangan
panik yang berulang kemungkina menjadi suit untuk dihadapi sehingga penderitanya
punya keinginan untuk bunuh diri.
Gangguan panik biasanya dimulai pada akhir masa remaja sampai pertengahan 30an
tahun (APA,2000). Perempuan mempunyai kemungkina dua kali lebih besar untuk
mengembangkan gangguan panik (USDHHS,1999a).

2.

Gangguan Kecemasan Menyeluruh
GAD (Generalized Anxiety Desease: Gangguan Kecemasan Tergeneralisasikan) ditandai
oleh perasaan cemas yang tidak dipicu oleh suatu objek, situasi atau aktivitas yang

spesifik tetapi lebih merupakan apa yang disebut oleh Freud sebagai “mengambang
bebas”.
Tanda-tanda pada gangguan ini diantaranya : kecemasan kronis terus menerus rnencakup
situasi hidup (cemas akan terjadi kecelakaan, kesulitan finansial). Ada keluhan somatik:
berpeluh, merasa panas, jantung berdetak keras, perut tidak enak, diare, sering buang air
kecil, dingin, tangan basah, mulut kering, tenggorokan terasa tersumbat, sesak nafas,

hiperaktivitas sistem saraf otonomik. Merasa ada gangguan otot: ketegangan atau rasa
sakit pada otot terutama pada leher dan bahu, pelupuk mata berkedip terus, bcrgetar,
mudah lelah, tidak mampu untuk santai, mudah terkejut, gelisah, sering berkeluh. Cemas
akan terjadinya bahaya, cemas kehilangan kontrol, cemas akan mendapatkan.serangan
jantung, cemas akan mati. Sering penderita tidak sabar, mudah marah, tidak dapat tidur,
tidak dapat konsentrasi.
GAD cenderung merupakan suatu gangguan yang stabil, muncul pada pertengahan
remaja sampai pertengahan umur 20an tahun dan kemudian berlangsung sepanjang
hidup (Rappee, 1991). Pravelensi seumur hidup dari GAD pada populasi umum di
Amerika Serikat diperkirakan sebanyak 5% (APA,2000). Gangguan ini muncul dua kali
lebih

banyak

pada

perempuan

dibandingkan


pada

laki-laki

(APA,2000;

USDHHS,1999a).

3.

Gangguan Obsesif-Kompulsif
Obsesi adalah pikiran, ide, atau dorongan yang intrusif dan berulang yang sepertinya
berada di luar kemampuan sesorang untuk mengendalikannya. Obsesi dapat
menimbulkan distress serta kecemasan yang signifikan, seperti keraguan-keraguan,
impuls-impuls, dan citra (gambaran) mental. Misalnya, orang dapat bertanya-tanya tanpa
berhenti apakah pintu-pintu sudah ditutup.
Kompulsi adalah tingkah laku yang repretitif (seperti mencuci tangan atau memeriksa
kunci pintu) atau tindakan mental repretitif (seperti berdoa, mengulang-ulang kat-kata
tertentu, atau menghitung) yang dirasakan seseorang sebagai suatu keharusan terhadap
pikiran obsesif dan muncul cukup sering serta kuat sehingga mengganggu kehidupan

sehari-hari atau menyebabkan distress yang signifikan. Kompulsi terbagi menjadi dua
kategori, yaitu:

a.

Kompulsi pengecakan
Kegiatan yang dilakukan seperti terus-terusan memeriksa apakah pintu sudah dikunci
sebelum meninggalkan rumah yang menyebabkan keterlambatan berangkat dan
mengganggu orang lain.

b.

Kompulsi bersih-bersih
Kegiatan yang dilakukan seperti mencuci tangan berkali-kali selama berjam-jam supaya
bersih dan bebas kuman.

Gangguan obsesif-komplusif (OCD) dapat

menyebabkan distress


yang nyata,

mengganggu hal-hal rutin yang normal, mengganggu fungsi kerja atau sosial.

4. Gangguan Stress Akut dan Gangguan Stress Pascatrauma
Gangguan stress akut (Acute stress disorder/ASD) adalah suatu reaksi maladaptif
yang terjadi pada bulan pertama pengalaman traumatis. Gangguan stress pascatrauma
(Posttraumatic stress disorder/PTSD) adalah reaksi maladaptif yang berkelanjutan terhadap
suatu pengalaman traumatis. PTSD kemungkinan berlangsung berbulan-bulan, bertahuntahun, atau sampai beberapa dekade dan mungkin baru muncul setelah beberapa bulan atau
tahun setelah adanya pemaparan terhadap peristiwa traumatis. Contoh dari tipe gangguan
stess ini adalah korban perkosaan. Respon terhadap gangguan stress ini mencakup perasaan
takut yang intens, perasaan tak berdaya, atau rasa ngeri.
Pria lebih sering dihadapkan pada pengalaman traumatis, perempuan yang lebih
banyak mengembangkan PTSD sebagai respons terhadap trauma. Perempuan dua kali lebih
banyak yang mengembangkan gangguan ini di sepanjang hidupnya dibandingkan dengan
laki-laki. Para peneliti menemukan bahwa perempuan yang mengembangkan PTSD
cenderung untuk mempunyai resiko yang tinggi untuk menderita gangguan depresi mayor.
ASD dan PTSD mempunyai beberapa cirri dan simtom yang sama, diantaranya :
o Mengalami kembali peristiwa traumatis
o Menghindari petunjuk atau stimuli yang diasosiasikan dengan peristiwa tersebut

o Mati rasa dalam responsivitas secara umum atau dalam segi emosional
o Mengalami distress emosional
Perbedaan utama antara kedua gangguan tersebut adalah pada ASD penekanannya ada pada
disosiasi (perasaan asing terhadap diri sendiri atau terhadap lingkungannya).
Dalam gangguan stress akut , peristiwa traumatis seakan dialami kembali dalam
berbagai macam cara, seperti, mimpi-mimpi yang menganggu yang berulang-ulang atau

perasaan bahwa peristiwa tersebut memang terulang kembali. Pemaparan terhadap peristiwa
yang menyerupai pengalaman traumatis dapat menyebabkan distress psikologi yang intens.
Orang-orang dengan reaksi stress traumatis cenderung untuk menghindari stimuli yang
mengingatkan terhadap trauma, seperti tidak mamu membahas atau membicarakan hal-hal
yang dapat mengingatkan terjadinya trauma.

5. Gangguan Fobia
Fobia bersal dari bahasa Yunani yaitu ‘Fobos’ yang berarti ketakutan. Fonia adalah
suatu ketakutan irasional yang jelas, menetap dan berlebihan terhadap suatu objek spesifik,
keadaan dan situasi.
Berdasarkan jenis objek atau situasi ketakutan fobia digolongkan menjadi tiga jenis
yaitu agrofobia, fobia spesifik dan fobia sosial.
1. Agrofobia.
Agrofobia adalah ketakutan terhadap ruang terbuka, orang banyak seta adanya
kesulitan untuk segera menyingkir ketempat aman. Dilihat dari faktor genetik, penelitian
menyimpulkan bahwa gangguan Agrofobia memiliki komponen genetik yang jelas, gangguan
panik dengan agrofobia adalah bentuk parah dari gangguan panik, dan lebih mungkin
diturunkan. Bila gangguan panik diobati, seringkali Agrofobia akan membaik.
Tanda dan gejala pada pasien dengan agrofobia adalah pasien menghindari situasi
disaat sulitcuntuk mendapatkan bantuan. Lebih suka ditemani kawan atau anggota keluarga
ditempat tertentu. Pada keadaan parah, mereka akan menolak keluar rumah dan mungkin
ketakutan akan menjadi gila.
2. Fobia Spesifik.
Fobia Spesifik adalah ketakutan irasional terhadap objek tertentu. Dilihat dari faktor
genetik, Fobia Spesifik cenderung terdapat dalam satu keluarga. Kebanyakan fobia spesifik
yang dimulai waktu anak-anak dan menetap hingga usia dewasa, akan menetap selama waktu
yang lama.
Tanda dan gejala pada fobia spesifik adalah ketakuatan yang jelas dan menetap dan
tak beralasan terbatas pada objek atau situasi yang spesifik dan terbagi dalam tipe heawan,
lingkungan alam, darah, injeksi, luka dan situsional.

3. Fobia Sosial.
Fobia sosial adalah ketakutan irasional yang jelas dan menetap terhadap satu lebih
situasi sosial atau tampil di depan orang-orang yang belum dikenal atau dengankemungkinan
dinilai oleh orang lain yang tidak dikenal.
Tanda dan gejala fobia sosial adalah, adanya ketakutan terhadap situasi sosial atau
tampil di depan orang-orang yan belum dikenal atau situasi yang memungkinkan ia dinilai
oleh orang lain atau menjadi pusat perhatian, merasa takut bahwa ia akan berperilaku
memalukan atau menampakkan gejala ansietas atau bersikap yang dapat merendahkan
dirinya. Diperkirakan sepertiga dari semua orang dengan fobia sosial menderita gangguan
depresi berat.

D.

Penanganan Gangguan Kecemasan

Pendekatan-pendekatan psikologis berbeda satu sama lain dalam teknik dan tujuan
penanganan kecemasan. Tetapi pada dasarnya berbagai teknik tersebut sama-sama
mendorong klien untuk menghadapi dan tidak menghindari sumber-sumber kecemasan
mereka. Dalam menangani gangguan kecemasan dapat melalui beberapa pendekatan :
1. Pendekatan Psikodinamika
Dari perspektif psikodinamika, kecemasan merefleksikan energi yang dilekatkan
kepada konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk membiarkannya tetap
terepresi. Psikoanalisis tradisional menyadarkan bahwa kecemasan klien
merupakan simbolisasi dari konflik dalam diri mereka. Dengan adanya simbolisasi
ini ego dapat dibebaskan dari menghabiskan energi untuk melakukan represi.
Dengan demikian ego dapat memberi perhatian lebih terhadap tugas-tugas yang
lebih kreatif dan memberi peningkatan. Begitu juga dengan yang modern, akan
tetapi yang modern lebih menjajaki sumber kecemasan yang berasal dari keadaaan
hubungan sekarang daripada hubungan masa lampau. Selain itu mereka
mendorong klien untuk mengembangkan tingkah laku yang lebih adaptif.

2. Pendekatan Humanistik
Para tokoh humanistik percaya bahwa kecemasan itu berasal dari represi sosial
diri kita yang sesungguhnya. Kecemasan terjadi bila ketidaksadaran antara inner
self seseorang yang sesungguhnya dan kedok sosialnya mendekat ke taraf
kesadaran. Oleh sebab itu terapis-terapis humanistik bertujuan membantu orang
untuk memahami dan mengekspresikan bakat-bakat serta perasaan-perasaan
mereka yang sesungguhnya. Sebagai akibatnya, klien menjadi bebas untuk
menemukan dan menerima diri mereka yang sesunggguhnya dan tidak bereaksi
dengan kecemasan bila perasaan-perasaan mereka yang sesungguhnya dan
kebutuhan-kebutuhan mereka mulai muncul ke permukaan.
3. Pendekatan Biologis
Berbagai variasi obat-obatan dipakai untuk menobati gangguan-gangguan
kecemasan, diantaranya adalah obat penenang ringan seperti benzodiazepine
Valium dan Xanax (alprazolam). Meskipun benzodiazepine memiliki efek
menenangkan, tetapi dapat mengakibatkan dependesi fisik (adiksi), orang-orang
yang ketergantungan dapat mengalami serangkaian simtom putus zat bila mereka
berhenti menggunakannya dengan tiba-tiba, misalnya mengalami lagi simtomsimtom kecemasan, insomnia, dan kegelisahan. Simtom-simtom yang tidak
mengenakan ini dapat mendorong orang untuk menggunakan kembali obat-obat
tersebut.
Obat antidepresi memiliki efek anti kecemasan dan anti panik. Obat andi depresi
kemungkinan membantu melawan kecemasan dengan menormalkan aktivitas
neurotransmitter di otak. Beberapa obat anti depresi yang sering dipakai untuk
mengobati gangguan panik mencakup golongan trycylic imipramine (Torranil)
dan clomipramine (Anafranil) dan golonggan SSRI paroxetine (Paxil) dan
sentraline (Zoloft), tetapi dapat terjadi efek samping yang mengganggu, seperti
banyak keringat dan palpitasi jantung, yang menyebabkan banyak pasien secara
premature menghentikan penggunaan obat. Obat penenang dengan potensi tinggi
alprazoalam (Xanax), yang termasuk dalam golongan benzodiazepine, juga
membantu dalam mengobati gangguan panic, fobia social, dan gangguan
kecemasan menyeluruh. Obat antidepresan juga dapat membantu untuk mengobati
gangguan-gangguan kecemasan lainnya, termasuk agrofobia yang menyertai
gangguan panic, fobia social, PTSD, gangguan obsesif-komplusif, dan gangguan
kecemasan menyeluruh. OCD tampak sangat responsive terhadap golongan

antidepresan SSRI (obat-obatan seperti fluoxetine (Prozac), clomipraamine
(Anafranil), dan fluvoxamine (Luvox). Obat-obatan ini meningkatkan keberadaan
neurotransmitter di serotin di otak.
Masalah potensial dengan terapi obat adalah pasien menganggap perbaikan klinis
yang terjadi disebabkan oleh obat dan bukan karena sumber daya mereka sendiri,
obat - obatan ini juga tidak membawa kesembuhan total. Terapi obat kadangkadang dikombinasikan dengan terapi kogmitif-behavioral (membantu pasienpasien panik memodifikasi reaksi kognitif mereka yang berlebih terhadap sensasi
tubuh).
4. Pendekatan-Pendekatan Belajar.
Efektifitas penanganan kecemasan dengan pendekatan belajar telah banyak
dibenarkan oleh beberapa riset. Inti dari pendekatan belajar adalah usaha untuk
membantu individu menjadi lebih efektif dalam menghadapi situasi yang menjadi
penyebab munculnya kecemasan tersebut. Ada beberapa macam model terapi
dalam pendekatan belajar, diantaranya :
a). Pemaparan Gradual
Metode ini membantu mengatasi fobia ataupun kecemasan melalui pendekatan
setapak demi setapak dari pemaparan aktual terhadap stimulus fobik. Efektifitas
terapi pemaparan sudah sangat terbukti, membuat terapi ini sebagai terapi pilihan
untuk menangani fobia spesifik. Pemaparan gradual juga banyak dipakai pada
penanganan agorafobia. Terapi bersifat bertahap menghadapkan individu yang
agorafobik kepada situasi stimulus yang makin menakutkan, sasaran akhirnya
adalah kesuksesan individu ketika dihadapkan pada tahap terakhir yang
merupakan tahap terberat tanpa ada perasaan tidak nyaman dan tanpa suatu
dorongan untuk menghindar. Keuntungan dari pemaparan gradual adalah hasilnya
yang dapat bertahan lama. Cara Menanggulangi ataupun cara membantu
memperkecil kecemasan.
b). Rekonstruksi Pikiran
Yaitu membantu individu untuk berpikir secara logis apa yang terjadi sebenarnya.
biasanya digunakan pada seorang psikolog terhadap penderita fobia.

c). Flooding
Yaitu individu dibantu dengan memberikan stimulus yang paling membuatnya
takut dan dikondisikan sedemikan rupa serta memaksa individu yang menderita
anxiety untuk menghadapinya sendiri.
d)Terapi Kognitif
Terapi yang dilakukan adalah melalui pendekatan terapi perilaku rasional-emotif,
terapi kognitif menunjukkan kepada individu dengan fobia sosial bahwa
kebutuhan-kebutuhan

irrasional

untuk

penerimaan-penerimaan

sosial

dan

perfeksionisme melahirkan kecemasan yang tidak perlu dalam interaksi sosial.
Kunci terapeutik adalah menghilangkan kebutuhan berlebih dalam penerimaan
sosial.

Terapi

kognitif

berusaha

mengoreksi

keyakinan-keyakinan

yang

disfungsional. Misalnya, orang dengan fobia sosial mungkin berpikir bahwa tidak
ada seorangpun dalam suatu pesta yang ingin bercakap-cakap dengannya dan
bahwa mereka akhirnya akan kesepian dan terisolasi sepanjang sisa hidup mereka.
Terapi kognitif membantu mereka untuk mengenali cacat-cacat logis dalam
pikiran mereka dan membantu mereka untuk melihat situasi secara rasional. Salah
satu contoh tekhnik kognitif adalah restrukturisasi kognitif, suatu proses dimana
terapis membantu klien mencari pikiran-pikiran dan mencari alternatif rasional
sehingga mereka bisa belajar menghadapi situasi pembangkit kecemasan.
e). Terapi Kognitif Behavioral (CBT).
Terapi ini memadukan tehnik-tehnik behavioral seperti pemaparan dan tehniktehnik kognitif seperti restrukturisasi kognitif. Beberapa gangguan kecemasan
yang mungkin dapat dikaji dengan penggunaan CBT antara lain : fobia sosial,
gangguan stres pasca trauma, gangguan kecemasan menyeluruh, gangguan obsesif
kompulsif dan gangguan panik.
Pada fobia sosial, terapis membantu membimbing mereka selama percobaan pada
pemaparan dan secara bertahap menarik dukungan langsung sehingga klien
mampu menghadapi sendiri situasi tersebut

BAB III
PEMBAHASAN
1. Definisi Cognitive-Behavior Therapy (CBT)
Aaron T. Beck (1964) mendefinisikan CBT sebagai pendekatan konseling yang
dirancang untuk menyelesaikan permasalahan konseli pada saat ini dengan cara melakukan
restrukturisasi kognitif dan perilaku yang menyimpang. Pedekatan CBT didasarkan pada
formulasi kognitif, keyakinan dan strategi perilaku yang mengganggu. Proses konseling
didasarkan pada konseptualisasi atau pemahaman konseli atas keyakinan khusus dan pola
perilaku konseli. Harapan dari CBT yaitu munculnya restrukturisasi kognitif yang
menyimpang dan sistem kepercayaan untuk membawa perubahan emosi dan perilaku ke arah
yang lebih baik.
Matson & Ollendick (1988: 44) mengungkapkan definisi cognitive-behavior therapy
yaitu pendekatan dengan sejumlah prosedur yang secara spesifik menggunakan kognisi
sebagai bagian utama konseling. Fokus konseling yaitu persepsi, kepercayaan dan pikiran.
Para ahli yang tergabung dalam National Association of Cognitive-Behavioral Therapists
(NACBT), mengungkapkan bahwa definisi dari cognitive-behavior therapy yaitu suatu
pendekatan psikoterapi yang menekankan peran yang penting berpikir bagaimana kita
merasakan dan apa yang kita lakukan. (NACBT, 2007). Bush (2003) mengungkapkan bahwa
CBT merupakan perpaduan dari dua pendekatan dalam psikoterapi yaitu cognitive therapy
dan behavior therapy. Terapi kognitif memfokuskan pada pikiran, asumsi dan kepercayaan.
Terapi kognitif memfasilitasi individu belajar mengenali dan mengubah kesalahan. Terapi
kognitif tidak hanya berkaitan dengan positive thinking, tetapi berkaitan pula dengan happy
thinking. Sedangkan Terapi tingkah laku membantu membangun hubungan antara situasi
permasalahan dengan kebiasaan mereaksi permasalahan. Individu belajar mengubah perilaku,
menenangkan pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik, berpikir lebih jelas dan
membantu membuat keputusan yang tepat.
Pikiran negatif, perilaku negatif, dan perasaan tidak nyaman dapat membawa individu
pada permasalahan psikologis yang lebih serius, seperti depresi, trauma, dan gangguan
kecemasan. Perasaan tidak nyaman atau negatif pada dasarnya diciptakan oleh pikiran dan
perilaku yang disfungsional. Oleh sebab itu dalam konseling, pikiran dan perilaku yang
disfungsional harus direkonstruksi sehingga dapat kembali berfungsi secara normal.

CBT didasarkan pada konsep mengubah pikiran dan perilaku negatif yang sangat
mempengaruhi emosi. Melalui CBT, konseli terlibat aktivitas dan berpartisipasi dalam
training untuk diri dengan cara membuat keputusan, penguatan diri dan strategi lain yang
mengacu pada self-regulation (Matson & Ollendick, 1988: 44). Teori Cognitive-Behavior
(Oemarjoedi, 2003: 6) pada dasarnya meyakini pola pemikiran manusia terbentuk melalui
proses Stimulus-Kognisi-Respon (SKR), yang saling berkaitan dan membentuk semacam
jaringan SKR dalam otak manusia, di mana proses kognitif menjadi faktor penentu dalam
menjelaskan bagaimana manusia berpikir, merasa dan bertindak. Sementara dengan adanya
keyakinan bahwa manusia memiliki potensi untuk menyerap pemikiran yang rasional dan
irasional, di mana pemikiran yang irasional dapat menimbulkan gangguan emosi dan tingkah
laku yang menyimpang, maka CBT diarahkan pada modifikasi fungsi berfikir, merasa, dan
bertindak dengan menekankan peran otak dalam menganalisa, memutuskan, bertanya,
bertindak, dan memutuskan kembali. Dengan mengubah status pikiran dan perasaannya,
konseli diharapkan dapat mengubah tingkah lakunya, dari negatif menjadi positif.
Berdasarkan paparan definisi mengenai CBT, maka CBT adalah pendekatan
konseling yang menitik beratkan pada restrukturisasi atau pembenahan kognitif yang
menyimpang akibat kejadian yang merugikan dirinya baik secara fisik maupun psikis. CBT
merupakan konseling yang dilakukan untuk meningkatkan dan merawat kesehatan mental.
Konseling ini akan diarahkan kepada modifikasi fungsi berpikir, merasa dan bertindak,
dengan menekankan otak sebagai penganalisa, pengambil keputusan, bertanya, bertindak, dan
memutuskan kembali. Sedangkan, pendekatan pada aspek behavior diarahkan untuk
membangun hubungan yang baik antara situasi permasalahan dengan kebiasaan mereaksi
permasalahan. Tujuan dari CBT yaitu mengajak individu untuk belajar mengubah perilaku,
menenangkan pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik, berpikir lebih jelas dan
membantu membuat keputusan yang tepat. Hingga pada akhirnya dengan CBT diharapkan
dapat membantu konseli dalam menyelaraskan berpikir, merasa dan bertindak.

2. Terapi Musik
Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan rangsangan
suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya yang diorganisir
sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental.
Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan meningkatkan kemampuan pikiran
seseorang. Ketika musik diterapkan menjadi sebuah terapi, musik dapat meningkatkan,
memulihkan, dan memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial dan spiritual. Hal ini
disebabkan musik memiliki beberapa kelebihan, yaitu karena musik bersifat nyaman,
menenangkan, membuat rileks, berstruktur, dan universal. Perlu diingat bahwa banyak dari
proses dalam hidup kita selalu ber-irama. Sebagai contoh, nafas kita, detak jantung, dan
pulsasi semuanya berulang dan berirama.
Terapi musik adalah terapi yang universal dan bisa diterima oleh semua orang karena
kita tidak membutuhkan kerja otak yang berat untuk menginterpretasi alunan musik. Terapi
musik sangat mudah diterima organ pendengaran kita dan kemudian melalui saraf
pendengaran disalurkan ke bagian otak yang memproses emosi (sistem limbik). Pengaruh
musik yang besar bagi pikiran dan tubuh kita. Contohnya, ketika Anda mendengarkan suatu
alunan musik (meskipun tanpa lagu), seketika Anda bisa merasakan efek dari musik tersebut.
Ada musik yang membuat Anda gembira, sedih, terharu, terasa sunyi, semangat,
mengingatkan masa lalu dan lain-lain.

Dua Macam Terapi Musik
Dalam dunia penyembuhan dengan musik, dikenal 2 macam terapi musik, yaitu:

1. Terapi Musik Aktif.
Dalam terapi musik aktif pasien diajak bernyanyi, belajar main menggunakan alat musik,
menirukan nada-nada, bahkan membuat lagu singkat. Dengan kata lain pasien berinteraksi
aktif dengan dunia musik. Untuk melakukan Terapi Musik aktif tentu saja dibutuhkan
bimbingan seorang pakar terapi musik yang kompeten.

2.Terapi Musik Pasif.
Inilah terapi musik yang murah, mudah dan efektif. Pasien tinggal mendengarkan dan
menghayati suatu alunan musik tertentu yang disesuaikan dengan masalahnya. Hal terpenting
dalam Terapi Musik Pasif adalah pemilihan jenis musik harus tepat dengan kebutuhan pasien.

Manfaat Terapi Musik
Ada banyak sekali manfaat terapi musik. Jika disebutkan satu per satu semuanya, tentu saja
butuh banyak waktu. Di bawah ini kami sebutkan sepuluh manfaat utama terapi musik
menurut para pakar terapi musik.

1. Relaksasi, Mengistirahatkan Tubuh dan Pikiran.
2. Meningkatkan Kecerdasan.
3. Meningkatkan Motivasi.
4. Pengembangan Diri
5. Meningkatkan Kemampuan Mengingat.
6. Kesehatan Jiwa
7. Mengurangi Rasa Sakit
8. Menyeimbangkan Tubuh
9. Meningkatkan Kekebalan Tubuh
10. Meningkatkan Olahraga

Hasil riset kami menunjukkan bahwa terapi musik sangat efektif dalam meredakan
kegelisahan dan stress, mendorong perasaan rileks, meredakan depresi dan mengatasi
insomnia. Terapi musik membantu banyak orang yang memiliki masalah emosional,
membuat perubahan positif, menciptakan suasana hati yang damai, membantu memecahkan
masalah dan memperbaiki konflik internal.

Terapi musik dapat mengurangi kebutuhan pengobatan selama kelahiran dan
melengkapi fungsi mati rasa dalam operasi dan perawatan gigi, terutama jika yang dirawat
anak-anak serta pasien yang menjalani prosedur pembedahan. Musik juga berguna untuk
mengatasi trauma pada bayi yang lahir premature. Disamping situasi akut ini, terapi musik
juga membantu menghilangkan rasa sakit.

Terapi musik dapat juga memperbaiki kualitas bagi pasien yang mengalami sakit
berkepanjangan dan menambah kesehatan orang-orang jompo, termasuk untuk penderita
alzheimer. Musik juga telah digunakan untuk melengkapi perawatan. Selain itu, terapi musik
juga berguna untuk mendukung keharmonisan keluarga dan memotivasi kinerja karyawan.

BAB IV
KESIMPULAN
Anxietas adalah perasaan yang difius yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak
menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau
beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang tertentu.
Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat
berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besar. Perasaan ini disertai
dengan rasa ingin bergerak dan gelisah. Anxietas adalah perasaan tidak senang yang khas
yang disebabkan oleh dugaan akan bahaya atau frustrasi yang mengancam yang akan
membahayakan rasa aman, keseimbangan, atau kehidupan seseorang individu atau kelompok
biososialnya.
CBT dan Terapi musik adalah beberapa metode yang digunakan dalam penanganna
gangguan kecemasan
CBT

sebagai

pendekatan

konseling

yang

dirancang

untuk

menyelesaikan

permasalahan konseli pada saat ini dengan cara melakukan restrukturisasi kognitif dan
perilaku yang menyimpang. Pedekatan CBT didasarkan pada formulasi kognitif, keyakinan
dan strategi perilaku yang mengganggu. Proses konseling didasarkan pada konseptualisasi
atau pemahaman konseli atas keyakinan khusus dan pola perilaku konseli.
Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan rangsangan
suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya yang diorganisir
sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental.

DAFTAR PUSTAKA

Elvira, Sylvia D dan Gitayanti Hadisukanto (ed).2010.buku ajar psikiatri. Jakarta:Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Univrsitas Indonesia
Nevid, Jeffery S. Psikologi Abnormal jilid 1. Erlangga : Jakarta
Siswanto. 2007.Kesehatan Mental (konsep Cakupan Perkembangan 2). Andi Yogyakarta:
Yogyakarta
News Medical. (___). Terapi musik-apakah terapi musik?. Diunduh 2 Mei 2013, dari
http://www.news-medical.net/health/Music-Therapy-What-is-Music-Therapy(Indonesian).aspx
Diunduh

2

Mei

2013,

dari

http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/4s1keperawatan/207312014/BAB%20II.pdf
Diunduh 2 Mei 2013, dari http://bkpemula.files.wordpress.com/2011/12/09-idat-muqodascbt_solusi_konseling_di_indonesia.pdf