SISTEM REDUPLIKASI BAHASA MUNA (SUATU KAJIAN TRANSFORMASI GENERATIF)

1

SISTEM REDUPLIKASI BAHASA MUNA
(SUATU KAJIAN TRANSFORMASI GENERATIF)
FACH RIZAL
rizalfach4@gmail.com

Abstrak
Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam pembentukan
dan pengembangan bahasa Indonesia. Bahasa Muna merupakan salah satu bahasa daerah
yang terdapat di wilayah provinsi Sulawesi Tenggara, khususnya di Kabupaten Muna.
Tidak selamanya seseorang yang berbahasa itu dapat menganalisis suatu bahasa yang
akurat, baik bahasa ibu yang sedang atau yang akan dipelajari. Permasalahan yang
dikemukakan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah bentuk sistem reduplikasi bahasa
muna (suatu kajian transformasi generatif). Adapun tujuan penelitian adalah
mendeskripsikan bentuk sistem reduplikasi bahasa muna (suatu kajian transformasi
generatif). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kulitatif. Data
dalam penelitian ini adalah data lisan. Tehnik yang digunakan dalam pengumpulan data
penelitian ini adalah tehnik rekam, tehnik catat, dan tehnik snowball sampling.
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan hasil analisis data, penelitian ini
menunjukan bahwa sistem reduplikasi bahasa Muna terbagi atas reduplikasi utuh,

reduplikasi sebagian, dan reduplikasi berafiks. Transformasi yang terjadi dalam
reduplikasi bahasa Muna hanya terjadi pada reduplikasi sebagian dan reduplikasi
berafiks. Reduplikasi utuh tidak mengalami transformasi sebab tidak adanya perubahan
dari struktur dalam ke struktur luarnya yang melibatkan proses penambahan, proses
pelesapan, proses permutasi, dan proses perubahan bunyi.
Pendahuluan
Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan yang universal mempunyai peranan
penting sehingga melalui bahasa dapat dilihat tinggi rendahnya suatu bangsa. Komunikasi
dengan menggunakan bahasa merupakan pemahaman dan pemberian respon yang kita
berikan dapat berupa kalimat perintah, berita, pertanyaan, jawaban, dan lain-lain.
Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku yang mempunyai keanekaragaman
budaya serta latar belakang sosio-kultural yang berbeda-beda. Salah satu keanekaragaman
yang dimaksud adalah bahasa, dalam hal ini adalah bahasa-bahasa daerah. Bahasa-bahasa
daerah tersebut berbeda sistem pembentuknya antara satu bahasa dengan bahasa lainnya.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 tentang
bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan dijelaskan pada pasal 1 ayat
6 bahasa daerah adalah bahasa yang digunakan secara turun-temurun oleh warga negara
Indonesia di daerah-daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Maka dari
itu dapat disimpulkan bahwa bahasa Daerah merupakan bahasa yang sudah dipakai oleh
berbagai macam suku bangsa di Indonesia.

Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam pembentukan
dan pengembangan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sendiri terbentuk dari bahasa
daerah Melayu yang merupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat Riau. Sebelum
mengenal bahasa Indonesia sebagian besar bangsa Indonesia mempelajari dan
menggunakan bahasa daerah dalam interaksi kehidupan masyarakat. Ucapan dan cara
penyampaian ide-ide dipengaruhi kebiasaan yang lazim digunakan oleh masyarakat
penuturnya.

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296

2

Namun ada orang yang beranggapan bahwa kompetensi penggunaan bahasa
seakan-akan dicapai dengan sempurna melalui keturunan dan warisan saja. Pandangan ini
keliru karena kemampuan penguasaan dan penggunaan bahasa harus melalui latihanlatihan baik mengenai pengucapan maupun mempergunakan bahasa dengan baik dan
benar. Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat, berupa lambag bunyi
suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Di lain pihak ada komunikasi dilakukan
dengan tulisan. Hal tersebut berarti kompetensi menyatakan pikiran dan perasaan dalam
bentuk tulisan dan kemampuan memakai apa yang dicoba. Jadi relevansi bahasa terhadap
pemikiran manusia sangat erat sekali. Sesuai dengan kodrat manusia maka kerangka

karangan pemikirannya tetap berkembang, sesuai dengan lingkungan yang dihadapinya
sehingga perkembangan bahasa juga ikut serta di dalamnya. Bukti yang nyata adalah ilmu
pengetahuan dengan perkembangan tidak mungkin diterapkan tanpa bahasa.
Di antara bahasa-bahasa daerah tersebut salah satunya adalah bahasa Muna.
Bahasa Muna memegang peranan yang penting sebagai alat komunikasi, baik di dalam
keluarga maupun di dalam kehidupan sosial budaya dalam masyarakat penuturnya. Oleh
karena itu, bahasa Muna sebagai salah satu bahasa daerah di Indonesia jelas merupakan
bagian dari kebudayaan Indonesia, sehingga perlu dibina dan dilestarikan.
Tidak selamanya seseorang yang berbahasa itu dapat menganalisis suatu bahasa
yang akurat, baik bahasa ibu yang sedang atau yang akan dipelajari. Ilmu kebahasaan
yang dimiliki akan menolong penutur untuk menuturkannya sebagaimana dituturkan oleh
penutur asli bahasa itu. Dalam linguistik generatif transformasi, “struktur” itu sama
dengan “tata bahasa”. Sedangkan “tata bahasa” itu merupakan “pengetahuan” penutur
suatu bahasa mengenai bahasanya yang dikenal dengan istilah kompetensi. Kemudian
kompetensi ini akan dimanfaatkan dalam pelaksanaan bahasa (performansi) yaitu bertutur
atau pemahaman akan tuturan. Kemudian, didalam pelaksanaan bahasa itu, linguistik
generative transformasi menyodorkan adanya konsep struktur dalam (deep structure) dan
struktur luar (surface structure).
Bahasa Muna merupakan salah satu bahasa daerah yang terdapat di wilayah
provinsi Sulawesi Tenggara, khususnya di Kabupaten Muna. Bahasa Muna tetap

digunakan oleh masyarakat Muna sebagai alat komunikasi sehari-hari dan sebagai
pengantar dalam pengembangan kebudayaan. Selain itu, berfungsi juga sebagai bahasa
pengantar di sekolah pada tingkat permulaan untuk memperlancar pembelajaran bahasa
Indonesia. Bahasa Muna juga digunakan sebagai satuan mata pelajaran muatan lokal pada
sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Muna yakni di sekolah dasar (SD) dan sekolah
menengah pertama (SMP).
Dalam kenyataannya bahasa Muna memiliki berbagai gejala bahasa yaitu, yaitu
gejala fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. Dari keempat gejala itu yang menarik
perhatian bagi peneliti untuk dikaji adalah gejala morfologi yang berupa reduplikasi
(kajian transformasi generatif). Hal ini disebabkan karena gejala morfologi
membicarakan konstruksi dan seluk beluk pembentukan kata yang dirangkai menjadi
kalimat tuturan pada komunikasi yang berkaitan dengan performansi yang merupakan
pencerminan kompetensi..
Penelitian yang menyangkut bahasa Muna antara lain dilakukan oleh Rahmat
Said (Skripsi 2013) tentang proses morfofonemik bahasa Muna (suatu kajian deskriptif).
Selain itu penelitian yang relevan dengan penelitian ini sudah pernah dilakukan oleh Wa
Ode Miska (Skripsi 2014) yang membahas tentang “Sistem Reduplikasi Bahasa Muna”
namun dalam hal ini yang membedakan dengan penelitian yang terdahulu yakni konsep
kajian terdahulu secara strukturalisme yang bertentangan dengan transformasi generatif .
Pendekatan linguistik transformasi generatif mempostulatkan bahwa bahasa itu

adalah tata kaidah (rule-governed), dan dimilik manusia sejak lahir (innate) sebagai salah

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296

3

satu sistem kognisi (Pangaribuan, 2008: 44). Dan oleh karena sifatnya kognitif bahasa itu
memiliki aspek kreativitas seperti pada sistem kognisi lainnya.
Reduplikasi Bahasa Muna (kajian transformasi generatif) dapat dilihat sebagai
berikut dalam kalimat:
1. Aiku nengkoo-kora ne bale-bale we karete.
(Adik saya duduk-duduk di bangku-bangku halaman rumah)
2. Nengkora nensoo-nsoro maka nerambi katou.
(Dia duduk menjulurkan kakinya ke depan lalu memukul kolintang)
Dalam dua kalimat tersebut terjadi bentuk reduplikasi transformasi generatif, hal
ini ditandai dengan adanya perubahan pada kata “ngkora” di kalimat 1 dan kata “nsoro”
di kalimat 2 tanpa mengubah maknanya.
Dengan demikian penelitian tentang reduplikasi bahasa Muna (kajian
transformasi generatif) tidak semata-mata bersifat umum, tetapi umum plus kawasan
transformasi serta suatu bentuk upaya pelestarian bahasa Muna sebagai bahasa daerah.

Metode dan Teknik Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field research), yakni penelitian
yang dilakukan secara langsung di medan terjadinya gejala. Penelitian ini melibatkan
masyatakat bahasa sebagai informan atau sumber data.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif,
yaitu penelitian yang menjelaskan konsep-konsep dalam hubungan satu dengan yang lain
dengan menggunakan kata-kata atau kalimat tanpa menggunakan angka-angka statistik
dalam suatu struktur yang logik serta mempergunakan pemahaman yang mendalam
dimana kesemuanya itu akan di deskripsikan apa adanya sesuai kenyataan pada data atau
objek yang di teliti (Muhammad, 2011: 44).
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data lisan. Data lisan yang
dimaksud adalah data yang berasal dari percakapan lisan bahasa daerah Muna yang
dipakai dan diungkapkan dalam percakapan sehari-hari oleh masyarakat yang berada di
daerah tempat penelitian. Dari percakapan-percakapan tersebut diidentifikasikan data
yang berhubungan dengan reduplikasi dilihat dari jenis-jenis reduplikasi bahasa Indonesia
yang akan disesuaikan dalam bahasa Muna setelah data terkumpul dari informan.
Sehingga bentuk percakapan yang digunakan adalah bentuk percakapan alamiah yang
telah ditentukan oleh peneliti dari informan bentuk percakapannya.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data lisan
berupa merekam percakapan yang sedang berlangsung sesama informan dan peneliti.

Sumber data tersebut diperoleh dari informan yang berdomisili di Kelurahan Labunia
Kecamatan Wakorumba Selatan Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara, penetapan
informan tersebut mengacu pada kriteria sebagai berikut:
a. Informan adalah penutur asli bahasa Muna.
b. Sadar dan memahami apa yang diajukan oleh peneliti.
c. Sabar, jujur, dan terbuka terhadap setiap pertanyaan yang diberikan
kepadanya.
Peneliti dan informan merupakan instrument kunci dalam penelitian. Penelitian
ini dilakukan melalui observasi dan wawancara di lapangan dengan menggunakan
instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan. Wawancara ditunjang dengan alat
perekam berupa kamera digital, dan alat tulis untuk mencatat hal-hal yang penting.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
simak. metode simak adalah suatu metode yang digunakan oleh peneliti dengan cara
menyimak penggunaan bahasa yang dituturkan oleh informan (Sudaryanto, 1993: 133).

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296

4

Metode simak dilakukan untuk menyimak tuturan-tuturan yang mengandung reduplikasi

dalam bahasa muna.
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah
teknik rekam, teknik catat, dan teknik snowball sampling. Dasar pertimbangan teknik
rekam dalam tahap/proses pengumpulan data, dikarenakan data yang diteliti berupa data
lisan. Peneliti menggunakan unsur bebas libat cakap dalam pengumpulan data. Pada
teknik ini, peneliti tidak terlibat dalam proses dialog, konversasi, atau imbal wicara. Jadi,
peneliti tidak ikut serta dalam proses pertuturan yang dilakukan oleh orang-orang yang
saling berbicara. Peneliti hanya merekam apa yang dituturkan oleh orang-orang yang
hanyut dalam proses dialog. Dengan demikian, teknik rekam merupakan teknik utama
yang digunakan dalam upaya pengumpulan data penelitian ini, sedangkan teknik catat
digunakan sebagai teknik lanjutan dalam mengoreksi data rekaman.
Teknik snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya
kecil, kemudian membesar. Teknik snowball sampling digunakan apabila kurangnya data
yang diperoleh pada informan sehingga peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih
tahu dan dapat melengkapi data sampel yang diberikan informan sebelumnya.
Untuk menguji keabsahan data, peneliti menggunakan trianggulasi. Triangulasi
sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang yang
telah diperoleh melalui beberapa sumber.
Teknik analisis data dilakukan dengan cara menyeleksi data-data yang telah
terkumpul dengan pendekatan morfologi generatif. Data yang sudah diseleksi kemudian

dikelompokkan sesuai dengan versinya masing-masing. Setelah data tersebut
dikelompokkan lalu dianalisis dengan cara kualitatif.
Prosedur kerja penelitian ini adalah:
1. Data diambil dari informan dengan cara direkam dan catat.
2. Rekaman data ditranskripsikan sesuai aslinya dan diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia.
3. Data dikelompokkan ke dalam proses reduplikasinya, sesuai data yang akan
dianalisis.
4. Data dianalisis untuk memperlihatkan proses transformasinya dengan
menggunakan transfomasi angka.
5. Memperlihatkan rumus reduplikasinya untuk mengetahui proses reduplikasi
apa yang telah terjadi pada data tersebut.
Memberikan penjelasan mengenai proses reduplikasi yang telah terjadi pada data
sesuai dengan proses transformasi pada data tersebut.

Hasil dan Pembahasan
Dalam bahasa Muna terdapat tiga jenis reduplikasi yaitu :
1. Reduplikasi utuh
2. Reduplikasi sebagian
3. Reduplikasi berafiks

Sistem reduplikasi bahasa Muna khususnya kajian transformasi generatif hanya mengkaji
reduplikasi sebagian dan reduplikasi berafiks. Tidak dikajinya reduplikasi utuh sebab
dalam reduplikasi utuh baik kategori verba, nomina, adjektifa, adverbial, ataupun
numeralia tidak mengalami gejala-gejala transformasi seperti perubahan bunyi,
pelesapan, permutasi ataupun penambahan dari struktur dalam ke struktur luar.

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296

5

Reduplikasi Sebagian
Reduplikasi Sebagian Kategori Nomina
Bentuk-bentuk reduplikasi sebagian kategori nomina dalam bahasa Muna, tampak dalam
data berikut ini.
1. kobu-kobuta
2. dodawu
3. kokato
4. popaso
Deskripsi dengan analisis proses transformasi dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. kobu-kobuta artinya ‘tempat air dari buah maja’

Reduplikasi
:
kobu-kobuta
SD
:
kobuta-kobuta
kobuta-kobuta
123456-123456
kobu
-kobuta
1234ØØ-123456
kobu-kobuta
1234-123456
SL
:
kakobu-kobuta
Kobu-kobuta
transformasi pelesapan
Sistem reduplikasi
:
123456-123456
1234ØØ-123456
Analisis
:
Data menunjukan reduplikasi sebagian “kobu-kobuta” yang berarti tempat air
dari buah maja merupakan kata dasar “kobuta” yang berarti tempat air dari buah maja.
Pada data ini kata dasar mengalami penghilangan fonem /t/ dan fonem /a/. Penghilangan
fonem ini pada kata dasar mengubah notasi fonem dari 123456-123456 menjadi 1234ØØ123456. Kesimpulan pada data ini ialah terjadinya transformasi yang terjadi yakni
transformasi pelesapan.
2. Dodawu artinya ‘bagian-bagian’
Reduplikasi
:
dodawu
SD
:
dawu-dawu
dawu-dawu
1234-1234
da -dawu
12ØØ-1234
dodawu
1o1234
SL
:
dodawu
daØØ-dawu
transformasi pelesapan
dodawu
transformasi perubahan
Sistem reduplikasi
:
1234-1234
1o1234
Analisis
:
Data menunujukan reduplikasi dawu-dawu yang berarti bagian-bagian
mengalami 2 gejala transformasi. Transformasi pertama yang terjadi yaitu transformasi
pelesapan fonem /w/ dan fonem /u/ pada kata dasar. pelesapan fonem ini merubah notasi
fonem dari 1234-1234 menjadi 12ØØ-1234. Transformasi kedua yaitu terjadinya
perubahan bunyi dimana fonem /a/ berubah menjadi fonem /o/ pada kata dasar sehingga
notasi fonem dari 12-1234 menjadi 1o1234. Kesimpulan pada data ini ialah terjadinya
transformasi pelesapan dan transformasi perubahan.
3. Kokato artinya ‘kentongan’

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296

6

Reduplikasi
SD

:
:

kokato
kato-kato
kato-kato
1234-1234
ka -kato
12ØØ-1234
kokato
1o1234
kokato
transformasi pelesapan
transformasi perubahan
1234-1234
1o1234

SL
:
kaØØ-kato
kokato
Sistem reduplikasi
:
Analisis
:
Data menunujukan reduplikasi kato-kato yang berarti kentongan mengalami 2
gejala transformasi. Transformasi pertama yang terjadi yaitu transformasi pelesapan
fonem /t/ dan fonem /o/ pada kata dasar. pelesapan fonem ini merubah notasi fonem dari
1234-1234 menjadi 12ØØ-1234. Transformasi kedua yaitu terjadinya perubahan bunyi
dimana fonem /a/ berubah menjadi fonem /o/ pada kata dasar sehingga notasi fonem dari
12-1234 menjadi 1o1234. Kesimpulan pada data ini ialah terjadinya transformasi
pelesapan dan transformasi perubahan.
4. Popaso artinya ‘paku-paku’
Reduplikasi
:
popaso
SD
:
paso-paso
paso-paso
1234-1234
pa -paso
12ØØ-1234
popaso
1o1234
popaso
transformasi pelesapan
transformasi perubahan
1234-1234
1o1234

SL
:
paØØ-paso
popaso
Sistem reduplikasi
:
Analisis
:
Data menunujukan reduplikasi paso-paso yang berarti paku-paku mengalami 2
gejala transformasi. Transformasi pertama yang terjadi yaitu transformasi pelesapan
fonem /s/ dan fonem /o/ pada kata dasar. pelesapan fonem ini merubah notasi fonem dari
1234-1234 menjadi 12ØØ-1234. Transformasi kedua yaitu terjadinya perubahan bunyi
dimana fonem /a/ berubah menjadi fonem /o/ pada kata dasar sehingga notasi fonem dari
12-1234 menjadi 1o1234. Kesimpulan pada data ini ialah terjadinya transformasi
pelesapan dan transformasi perubahan.
Reduplikasi Sebagian Kategori Verba
Bentuk-bentuk reduplikasi sebagian kategori verba dalam bahasa Muna, tampak
dalam data berikut ini.
1. ndo-ndole
2. feki-fekiri
3. gogari
4. gogasa

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296

7

5. kokape
Deskripsi dengan analisis proses reduplikasi dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. ndo-ndole artinya ‘berbaring-baring’
Reduplikasi
:
ndo-ndole
SD
:
ndole-ndole
ndole-ndole
12345-12345
ndo -ndole
123ØØ-12345
ndo-ndole
123-12345
SL
:
ndo-ndole
Ndo-ndole
transformasi pelesapan
Sistem reduplikasi
:
12345-12345
123Ø-12345
Analisis
:
Data menunjukan reduplikasi sebagian “ndo-ndole” yang berarti berbaring-baring
merupakan kata dasar “ndole” yang berarti baring. Pada data ini terjadi pelesapan fonem
/l/ dan fonem /e/ pada kata dasar. Pelesapan fonem /l/ dan fonem /e/ pada kata dasar
mengubah notasi fonem dari 12345-12345 menjadi 123 ØØ-12345. Kesimpulan pada
data ini ialah adanya transformasi yang terjadi yakni transformasi pelesapan.
2. feki-fekiri artinya‘pikir-pikir’
Reduplikasi
:
feki-fekiri
SD
:
fekiri-fekiri
fekiri-fekiri
123454-123454
feki
-fekiri
1234ØØ-123454
feki-fekiri
1234-123454
SL
:
feki-fekiri
Feki-fekiri
transformasi pelesapan
Sistem reduplikasi
:
123454-123454
1234ØØ-123454
Data menunjukan reduplikasi sebagian “feki-fekiri” yang berarti pikir-pikir
merupakan kata dasar “fekiri” yang berarti pikir. Pada data ini terjadi pelesapan fonem /r/
dan fonem /i/ pada kata dasar. Pelesapan fonem /r/ dan fonem /i/ pada kata dasar
mengubah notasi fonem dari 123454-123454 menjadi 1234ØØ-123454. Kesimpulan pada
data ini ialah adanya transformasi yang terjadi yakni transformasi pelesapan.
3. Gogari artinya ‘jemur-jemur’
Reduplikasi
:
gogari
SD
:
gari-gari
gari-gari
1234-1234
ga -gari
12ØØ-1234
gogari
1o1234
SL
:
gogari
gaØØ-gari
transformasi pelesapan
gogari
transformasi perubahan
Sistem reduplikasi
:
1234-1234
1o1234

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296

8

Analisis

:
Data menunujukan reduplikasi gari-gari yang berarti gari-gari mengalami 2 gejala
transformasi. Transformasi pertama yang terjadi yaitu transformasi pelesapan fonem /r/
dan fonem /i/ pada kata dasar. pelesapan fonem ini merubah notasi fonem dari 1234-1234
menjadi 12ØØ-1234. Transformasi kedua yaitu terjadinya perubahan bunyi dimana
fonem /a/ berubah menjadi fonem /o/ pada kata dasar sehingga notasi fonem dari 12-1234
menjadi 1o1234. Kesimpulan pada data ini ialah terjadinya transformasi pelesapan dan
transformasi perubahan.
4. Gogasa artinya ‘hambur-hambur’
Reduplikasi
:
gogasa
SD
:
gasa-gasa
gasa-gasa
1234-1234
ga -gasa
12ØØ-1234
gogasa
1o1234
SL
:
gogasa
gaØØ-gasa
transformasi pelesapan
gogasa
transformasi perubahan
Sistem reduplikasi
:
1234-1234
1o1234
Analisis
:
Data menunujukan reduplikasi gasa-gasa yang berarti hambur-hambur
mengalami 2 gejala transformasi. Transformasi pertama yang terjadi yaitu transformasi
pelesapan fonem /s/ dan fonem /a/ pada kata dasar. Pelesapan fonem ini merubah notasi
fonem dari 1234-1234 menjadi 12ØØ-1234. Transformasi kedua yaitu terjadinya
perubahan bunyi dimana fonem /a/ berubah menjadi fonem /o/ pada kata dasar sehingga
notasi fonem dari 12-1234 menjadi 1o1234. Kesimpulan pada data ini ialah terjadinya
transformasi pelesapan dan transformasi perubahan.
5. Kokape artinya ‘memetik-metik’
Reduplikasi
:
kokape
SD
:
kape-kape
kape-kape
1234-1234
ka -kape
12ØØ-1234
kokape
1o1234
SL
:
kokape
kaØØ-kape
transformasi pelesapan
kokape
transformasi perubahan
Sistem reduplikasi
:
1234-1234
1o1234
Analisis
:
Data menunujukan reduplikasi kape-kape yang berarti memetik-metik mengalami
2 gejala transformasi. Transformasi pertama yang terjadi yaitu transformasi pelesapan
fonem /p/ dan fonem /e/ pada kata dasar. pelesapan fonem ini merubah notasi fonem dari
1234-1234 menjadi 12ØØ-1234. Transformasi kedua yaitu terjadinya perubahan bunyi
dimana fonem /a/ berubah menjadi fonem /o/ sehingga notasi fonem dari 12-1234

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296

9

menjadi 1o1234. Kesimpulan pada data ini ialah terjadinya transformasi pelesapan dan
transformasi perubahan.
Reduplikasi Sebagian Kategori Numeralia
Bentuk-bentuk reduplikasi sebagian kategori adjektiva dalam bahasa Muna,
tampak dalam data berikut ini.
1. rudu-rudua
2. didi-didima
3. se-seise
Deskripsi dengan analisis proses reduplikasi dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. rudu-rudua artinya ‘dua-dua’
Reduplikasinya :
rudu-rudua
SD
:
rudua-rudua
rudua-rudua
12345-12345
rudu -rudua
1234Ø-12345
rudu-rudua
1234-12345
SL
:
rudu-rudua
Rudu-rudua
transformasi pelesapan
Transformasinya
:
12345-12345
1234Ø-12345
Analisis:
Data menunjukan reduplikasi sebagian “rudu-rudua” yang berarti dua-dua
merupakan kata dasar “rudua” yang berarti dua. Pada data ini terjadi pelesapan fonem /a/
pada kata dasar. Pelesapan fonem pada kata dasar mengubah notasi fonem dari 1234512345 menjadi 1234Ø-12345. Kesimpulan pada data ini ialah adanya transformasi yang
terjadi yakni transformasi pelesapan.
2. didi-didima artinya ‘lima-lima’
Reduplikasinya
:
didi-didima
SD
:
didima-didima
didima-didima
121234-121234
didi
-didima
1212ØØ-121234
didi-didima
1212-121234
SL
:
didi-didima
Didi-didima
transformasi pelesapan
Sistem reduplikasinya :
121234-121234
1212ØØ-121234
Analisis:
Data menunjukan reduplikasi sebagian “didi-didima” yang berarti lima-lima
merupakan kata dasar “didima” yang berarti lima. Pada data ini terjadi pelesapan fonem
/m/ dan fonem /a/ pada kata dasar. Pelesapan fonem pada kata dasar mengubah notasi
fonem dari 121234-121234 menjadi 1212ØØ-121234. Kesimpulan pada data ini ialah
adanya transformasi yang terjadi yakni transformasi pelesapan.
3. se-seise artinya ‘satu-satu’
Reduplikasinya
:
se-seise
SD
:
seise-seise
seise-seise

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296

10

12312-12312
se
-seise
12ØØØ-12312
se-seise
12-12312
se-seise
transformasi pelesapan
12312-12312
12ØØØ -12312

SL
:
Se-seise
Sistem reduplikasinya :
Analisis
:
Data menunjukan reduplikasi sebagian “se-seise” yang berarti satu-satu
merupakan bentuk dasar “seise” yang berarti satu. Seise merupakan bentuk dasar dari ise
yang artinya satu. Pada data ini tidak terjadi pelesapan fonem /s/ dan fonem /e/ pada
reduplikasinya. Pelesapan fonem pada reduplikasi mengubah notasi fonem dari 1231212312 menjadi 12ØØØ-12312. Kesimpulan pada data ini ialah adanya transformasi yang
terjadi yakni transformasi pelesapan.
Reduplikasi Berafiks
Reduplikasi Berafiks Kategori Nomina
Bentuk-bentuk reduplikasi berafiks kategori nomina dalam bahasa Muna, tampak
dalam data berikut ini.
a. Reduplikasi dengan prefiks ka1. kaadha-adhara
Deskripsi dengan analisis proses reduplikasi dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. kaadha-adhara artinya ‘kuda kecil’
Reduplikasinya :
kaadha-adhara
SD
:
kaadhara-adhara
ka+adhara-adhara
12+234252-234252
ka+adha
-adhara
12+ 2342ØØ-234252
kaadha
-adhara
122342ØØ-234252
Kaadha-adhara
122342-234252
SL
:
kaadha-adhara
Kaadha-adhara
transformasi pelesapan
Sistem reduplikasi
:
12234252-234252
122342ØØ-234252
Analisis:
Data menunjukan reduplikasi berafiks “kaadha-adhara” yang berarti kuda kecil
merupakan kata dasar “adhara” yang berarti kuda. Pada data ini terjadi pelesapan fonem
/r/ dan fonem /a/ pada kata dasar. Pelesapan fonem /r/ dan fonem /a/ pada kata dasar
mengubah notasi fonem dari 12234252-234252 menjadi 122342ØØ-234252. Kesimpulan
pada data ini ialah adanya transformasi yang terjadi yakni transformasi pelesapan.
Reduplikasi Berafiks Kategori Verba
a. Reduplikasi dengan prefiks ne1. nekapa-kapala
2. netampo-tampoli
3. nempoama-amara
4. nesili-silikua

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296

11

Deskripsi dengan analisis proses reduplikasi dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. nekapa-kapala artinya ‘duduk (dengan kaki ke bawah, jadi bukan di lantai)’
Reduplikasinya :
nekapa-kapala
SD
:
nekapala-kapala
ne+kapala-kapala
12+345464-345464
ne+kapa
-kapala
12+3454ØØ-345464
nekapa-kapala
123454-345464
SL
:
nekapa-kapala
Nekapa-kapala
transformasi pelesapan
Sistem transformasi:
12345464-345464
123454ØØ-345464
Data menunjukan reduplikasi “nekapa-kapala” merupakan pengulangan kata
dasar “kapala” yang berarti duduk (dengan kaki ke bawah, jadi bukan di lantai) dalam
bahasa Indonesia. Pengulangan kata inipun mendapat prefiks ne- pada kata dasar dan
terjadi pelesapan fonem /l/ dan fonem /a/ pada kata dasar yang mengubah notasi fonem
dari 12345464-345464 menjadi 123454ØØ-345464. Transformasi yang terjadi di sini
ialah transformasi pelesapan.
2. netampo-tampoli artinya ‘menjahit-jahit’
Reduplikasi
:
netampo-tampoli
SD
:
netampoli-tampoli
ne+tampoli-tampoli
12+3456789-3456789
ne+tampo
-tampoli
12+34567ØØ-3456789
netampo-tampoli
1234567-3456789
Netampo-tampoli
transformasi pelesapan
Sistem reduplikasi
:
123456789-3456789
1234567ØØ-3456789
Data menunjukan reduplikasi “netampo-tampoli” merupakan pengulangan kata
dasar “tampoli” yang berarti jahit dalam bahasa Indonesia. Pengulangan kata inipun
mendapat prefiks ne- pada kata dasar dan terjadi pelesapan fonem /l/ dan fonem /i/ pada
kata dasar yang mengubah notasi fonem dari 123456789-3456789 menjadi 1234567ØØ3456789. Transformasi yang terjadi di sini ialah transformasi pelesapan.
3. nempoama-amara artinya ‘pura-pura marah’
Reduplikasi
:
nempoama-amara
SD
:
nempoamara-amara
ne+mpo+amara-amara
12 +345+63676-63676
ne+mpo+ama -amara
12+345+636ØØ-63676
nempoama -amara
12345636ØØ-63676
nempoama-amara
12345636-63676
SL
:
nempoama-amara
Nempoama-amara
transformasi pelesapan
Sistem reduplikasi
:
1234563676-63676
12345636ØØ-63676

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296

12

Data menunjukan reduplikasi “nempoama-amara” merupakan pengulangan kata
dasar “amara” yang berarti marah dalam bahasa Indonesia. Pengulangan kata inipun
mendapat prefiks ne- dan mpo- pada kata dasar dan terjadi pelesapan fonem /r/ dan fonem
/a/ pada kata dasar yang mengubah notasi fonem dari 1234563676-63676 menjadi
12345636ØØ-63676. Transformasi yang terjadi di sini ialah transformasi pelesapan.
4. nesili-silikua artinya ‘sambil tangannya di punggung’
Reduplikasi
:
nesili-silikua
SD
:
nesilikua-silikua
ne+silikua-silikua
12+3454678-3454678
ne+sili
-silikua
12+3454ØØØ-3454678
nesili-silikua
123454-3454678
SL
:
nesili-silikua
Nesili-silikua
transformasi pelesapan
Sistem reduplikasi
:
123454678-3454678
123454ØØØ-3454678
Analisis:
Data menunjukan reduplikasi “nesili-silikua” merupakan pengulangan kata dasar
“silikua” yang berarti berpegangan tangan di punggung dalam bahasa Indonesia.
Pengulangan kata inipun mendapat prefiks ne- pada kata dasar dan terjadi pelesapan
fonem /k/, fonem /u/, dan fonem /a/ pada kata dasarnya yang mengubah notasi fonemnya
dari 123454678-3454678 menjadi 123454ØØØ-3454678. Transformasi yang terjadi di
sini ialah transformasi pelesapan.
b. Reduplikasi berafiks po1. pologo-logo
Deskripsi dengan analisis proses reduplikasi dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. pololo-logo artinya ‘berlomba’
Reduplikasi
:
pogolo-golo
SD
:
pologo-pologo
po+logo-logo
12+3242-3242
po+golo-golo
12+4232-4232
SL
:
pogolo-golo
pogolo-golo
transformasi permutasi
Sistem reduplikasi
:
123242-3242
124232-4232
Analisis
:
Data menunjukan reduplikasi “pogolo-golo” merupakan pengulangan kata dasar “logo”
yang berarti lomba dalam bahasa indonesia. Pengulangan kata inipun mendapat prefiks
po- pada kata dasar dan terjadi permutasi fonem /l/ dan fonem /g/ pada kata dasar dan
reduplikasinya. Permutasi ini mengubah notasi fonem dari 123242-3242 menjadi
124232-4232. Transformasi yang terjadi di sini ialah transformasi permutasi.
c. Reduplikasi Berafiks feka1. fekakodo-kodoho
Deskripsi dengan analisis proses reduplikasi dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. fekakodo-kodoho artinya ‘jauh-jauh’
Reduplikasinya
:
fekakodo-kodoho
SD
:
fekakodoho-fekakodoho

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296

13

feka+kodoho-kodoho
1234+567686-567686
feka+kodo
-kodoho
1234+5676ØØ-567686
fekakodo
-kodoho
12345676ØØ-567686
fekakodo-kodoho
transformasi pelesapan
1234567686-567686

SL
:
Fekakodo-kodoho
Sistem reduplikasi
:
12345676ØØ-567686
Analisis
:
Data menunjukan reduplikasi “fekakodo-kodoho” merupakan pengulangan kata
dasar “kodoho” yang berarti jauh dalam bahasa indonesia. Pengulangan kata inipun
mendapat prefiks feka- pada kata dasar dan terjadi pelesapan fonem /h/ dan fonem /o/.
Notasi fonem mengalami perubahan dari 1234567686-567686 menjadi 12345676ØØ567686. Transformasi yang terjadi di sini ialah transformasi pelesapan.
Reduplikasi Berafiks Kategori Adjektiva
1. nokotu-kotughu
2. kapontaama-amara
Deskripsi dengan analisis proses reduplikasi dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. nokotughu-kotughu artinya ‘benar-benar’
Reduplikasi
:
nokotu-kotughu
SD
:
nokotughu-kotughu
no+kotughu-kotughu
12+3245675-3245675
nokotughu-kotughu
123245675-3245675
nokotu
-kotughu
123245ØØØ-3245675
nokotu-kotughu
123245-3245675
SL
:
nokotu-kotughu
Nokotu-kotughu
transformasi pelesapan
Sistem reduplikasi
:
123245675-3245675
123245ØØØ-3245675
Analisis
:
Data menunjukan reduplikasi “nokotu-kotughu” merupakan pengulangan kata
dasar “kotughu” yang berarti benar. Pengulangan kata inipun mendapat prefiks no- pada
kata dasar dan terjadi pelesapan fonem /g/, fonem /h/, dan fonem /u/. Notasi fonem
mengalami perubahan dari 123245675-3245675
menjadi 123245ØØØ-3245675.
Transformasi yang terjadi di sini ialah transformasi pelesapan.
2. kapontaama-amara artinya ‘marah-marah’
Reduplikasi
:
kapontaama-amara
SD
:
kapontaamara-amara
ka+ponta+amara-amara
12+34562+27282-27282
kapontaamara-amara
123456227282-27282
kapontaama
-amara
1234562272ØØ-27282
kapontaama-amara

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296

14

1234562272-27282
Kapontaama-amara
transformasi pelesapan
Sistem reduplikasi
:
123456227282-27282
1234562272ØØ-27282
Analisis
:
Data menunjukan reduplikasi “kapontaama-amara” merupakan pengulangan kata
dasar “amara” yang berarti marah dalam bahasa Indonesia. Pengulangan kata inipun
mendapat prefiks ka- dan ponta- pada kata dasar dan terjadi pelesapan fonem /r/ dan
fonem /a/ pada kata dasar yang mengubah notasi fonem dari 123456227282-27282
menjadi 1234562272ØØ-27282. Transformasi yang terjadi di sini ialah transformasi
pelesapan.
Relevansi Hasil Penelitian dengan Pembelajaran Di Sekolah
Bahasa memilik peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Dalam proses
belajar-mengajar di kelas, sudah barang tentu dibutuhkan komunikasi yang baik antara
guru dengan siswa. Komunikasi yang dimaksud adalah proses penyampaian maksud
berupa pikiran pengungkapan pikiran, gagasan, perasaan, pendapat, persetujuan,
keinginan, maupun informasi-informasi tentang suatu peristiwa.
Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah memuat berbagai keterampilan
berbahasa, yakni mendengarkan, membaca, menulis, berbicara dan apresiasi sastra.
Ketika guru mengajarkan aspek-aspek tersebut, guru itu harus mempunyai kompotensi
mengenai kebahasaaan dan kesastraan untuk mampu mencermati, mengoreksi, dan
memerperbaiki kesalahan-kesalahan siswa, antara lain penggunaan kata dalam tuturan.
Peneliti ini mengkaji sistem reduplikasi bahasa Muna (suatu kajian transformasi
generatif) yang mengkaji struktur dalam dan struktur luar. Struktur luar yang dikaji di
sini bahasa Muna standar yang dipakai dalam tuturan-tuturan berbahasa khususnya dalam
pembelajaran muatan lokal yang dapat dipakai di tingkat SD ataupun SMP dalam
menambah kosakata berbahasa daerah.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang dikemukakan pada bab IV, dapatlah
disimpulkan bahwa sistem reduplikasi bahasa Muna (suatu kajian transformasi generatif)
tidak semua reduplikasi dalam bahasa Muna terjadi transformasi. reduplikasi utuh tidak
mengalami gejala transformasi karena baik struktur luar maupun struktur dalamnya tetap
sama. Hanya reduplikasi sebagian dan reduplikasi berafiks yang mengalami transformasi
itupun tidak semuanya mengalami transformasi.
Adapun transformasi yang terjadi dalam bahasa Muna yaitu transformasi
pelesapan, transformasi permutasi, transformasi penambahan, dan transformasi
perubahan. Reduplikasi bahasa Muna yang bertransformasi paling sering ditemukan
dengan reduplikasi sebagian. Reduplikasi bahasa Muna yang mengalami transformasi
cenderung mengalami transformasi pelesapan. Reduplikasi bahasa muna dalam proses
analisis yang menggunakan transformasi angka terkadang terjadi lebih dari sekali proses
transformasi. seperti kata ‘gogari’ yang mengalami transformasi pelesapan dan
transformasi perubahan. Namun, transformasi yang terjadi pada reduplikasi bahasa Muna
hanya mengubah pola kata tanpa mengubah makna semantiknya.
Saran
Reduplikasi bahasa Muna sebagaimana yang ditunjukan dalam hasil penelitian ini
tidak merubah arti dari kata dasar yang mengalami transformasi hanya mengubah pola
kata. Terkait dengan hal tersebut diharapkan kepada peneliti-peneliti selanjutnya yang
meneliti tentang kajian terhadap reduplikasi bahasa Muna ataupun transformasi yang

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296

15

terjadi dalam bahasa Muna agar lebih mendalami lagi dan dapat menjadi salah satu bahan
acuan.
Diakui bahwa hasil penelitian ini, belum seluruhnya mencakup fakta bahasa yang
dipergunakan oleh penutur bahasa Muna. dan masih jauh dari titik kesempurnaan. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.

Daftar Pustaka
Alwasilah, A. Chaedar. 1993. Beberapa Madhab & Dikotomi Teori Lingusitik.
Bandung: Angkasa.
Ba’dudu, Abdul Muis dan Herman. 2010. Morfosintaksis. Jakarta: Rineka Cipta
Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka
Cipta.
Muhammad. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Muslich, Masnur. 2008. Tata Bentuk Bahasa Indonesia Kajian ke Arah Tata Bahasa
Deskriptif. Jakarta: Bumi Aksara.
Parera, Jos Daniel. 1991. Kajian Linguistik Umum Historis Komparatif Dan Tipologi
Struktural. Jakarta: Erlangga.
Pangaribuan, Tagor. 2008. Paradigma Bahasa. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sidu, La Ode. 1996. “Fonologi Bahasa Muna”. Jurnal Linguistik Indonesia Hal. 19-84.
Soeparno. 2002. Dasar-dasar Linguistik Umum. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Undang-Undang RI. 2011. Jakarta : Badan Pengembangan dan PembinaanBahasa dan
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Jurnal Humanika No. 16, Vol. 1, Maret 2016/ ISSN 1979-8296