BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1 Desain - Hubungan Citra Tubuh Dengan Perilaku Makan Pada Remaja Putri

BAB 3. METODE PENELITIAN

  3.1 Desain

  Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang menilai bagaimana hubungan citra tubuh dengan perilaku makan pada remaja putri

  3.2 Tempat dan Waktu

  Penelitian dilakukan di SMU Metodist 1 Medan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2013

  3.3. Populasi dan Sampel Populasi target adalah remaja putri di sekolah SMU Metodist 1 Medan.

  Populasi terjangkau adalah populasi target yang berusia ≤ 19 tahun. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi.

  3.4. Perkiraan besar sampel

  37 Besar sampel didapat dengan menggunakan rumus penelitian korelasi.

  2 Zα + Zβ

  n = {0.5 ln (1 + r) / (1 – r) } + 3 α = 5% → Zα = 1.96 β = 20% → Zβ = 0.842

  8

  r = 0.21

  2

  1.96 + 0.842 n = { 0.5ln ( 1 + 0.21) / (1 – 0.21) } + 3 n = 180 besar sampel minimal 180 orang

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

  3.5.1. Kriteria Inklusi Remaja putri SMU usia

  ≤ 19 tahun

  3.5.2. Kriteria Eksklusi

  Remaja putri yang menderita riwayat penyakit kronis seperti diabetes melitus, keganasan, kelainan bawaan seperti penyakit jantung bawaan.

  3.6. Persetujuan / Informed consent

  Semua sampel penelitian telah diminta persetujuannya setelah dilakukan penjelasan terlebih dahulu.

  3.7. Etika Penelitian

  Penelitian ini telah disetujui oleh Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

  3.8. Cara Kerja

  1. Remaja putri diberikan penjelasan dan informed concent yang menyatakan setuju mengikuti penelitian ini.

  2. Data dasar di peroleh dari pengukuran antropometri yang terdiri dari pengukuran berat badan dan tinggi badan remaja putri. Berat badan diukur dalam satuan kg, menggunakan timbangan merk Camry buatan Cina, dengan skala pengukuran hingga 100 kg dengan ketelitian 0,1 kg. Tinggi badan diukur dalam satuan cm, menggunakan microtoise dengan ketelitian 0,1 cm. Saat kaki dan topi dan hanya memakai pakaian sekolah. Tangan tidak sedang memegang sesuatu apapun.

  3. Berdasarkan hasil pengukuran antropometri dilakukan penilaian status nutrisi menurut Center for Disease and Control Prevention and Health Promotion by

  National Center for Health Statistcs (CDC NCHS) WHO 2000 .

  4. Masing-masing remaja putri diberi kuesioner yang berisi pertanyaan tentang perilaku makan

  5. Masing- masing remaja putri diwawancarai untuk mengisi kuesioner citra tubuh berdasarkan panduan Contour Drawing Rating Scale

  6. Kuesioner yang telah diisi dikumpulkan dan diteliti kelengkapannya, bila ada yang tidak lengkap akan dikembalikan kepada remaja putri untuk dilengkapi kembali

  7. Berdasarkan hasil jawaban kuesioner dilakukan penilaian citra tubuh dan penilaian perilaku makan masing-masing remaja putri.

  8. Data dimasukkan dalam tabel, kemudian dianalisis lebih lanjut.

3.9. Alur Penelitian

  

Sampel yang memenuhi

kriteria inklusi

Antropometri

  Status nutrisi Contour Diwawancarai

  Mengisi DEBQ

  Drawing tentang skala citra kuesioner

  Rating Scale tubuh

Penilaian pengaruh citra tubuh Gambar 3. Alur penelitian

  3.10. Identifikasi Variabel Variabel bebas Skala

  Citra tubuh numerik

   Variabel tergantung Skala

  Perilaku makan numerik

  3.11 Definisi Operasional 1 1. Remaja putri adalah kelompok usia antara 10 sampai 19 tahun.

  2. Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan, dan pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya meliputi ukuran, bentuk,

  29

  struktur. Citra tubuh remaja putri dapat dinilai dengan menggunakan

  Contour Drawing Rating Scale. Skala ini mempunyai 9 skor yaitu very underweight (skor 1) sampai very overweight ( skor 9). Hasil pengurangan

  antara nilai bagaimana seorang remaja putri membayangkan tubuh dengan nilai bagaimana tubuh yang mereka inginkan disebut dengan index of body

  dissatisfication atau skor ketidaksesuaian. Skor yang positif mengindikasikan

  adanya keinginan untuk lebih kurus, skor nol mengindikasikan adanya kepuasan, skor yang negatif mengindikasikan adanya keinginan untuk lebih

  9 gemuk.

  3. Status nutrisi menurut CDC NCHS WHO 2000 adalah penentuan status nutrisi remaja putri berdasarkan berat badan (BB) menurut tinggi badan (TB).

  38

  • BB/TB

  ≥ 120% → obesitas

  • BB/TB >110-120%

  → overweight

  • BB/TB =70-90%

  → nutrisi kurang

  • BB/TB < 70% → nutrisi buruk.

  4. Dutch Eating Behaviour Questionnaire (DEBQ) merupakan suatu instrumen yang dipakai untuk menilai perilaku makan remaja putri. Instrumen ini terdiri dari tiga subskala yaitu restrained eating behaviour, emotional eating

  

34

behaviour, external eating behaviour.

  5. Perilaku makan yang mengontrol diet (Restrained Eating Behaviour) didefinisikan sebagai kecenderungan untuk mengurangi asupan nutrisi dengan sengaja yang bertujuan mengurangi berat badan dan mencegah

  31

  bertambahnya berat badan. Skala ini terdiri dari 10 pertanyaan dan jawaban untuk masing-masing pertanyaan terdiri dari tiga jenis yaitu tidak

  31,35 (1), kadang-kadang (2) dan ya (3).

  6. Emotional eating behaviour didefinisikan sebagai kecenderungan untuk makan secara berlebihan akibat suasana mood yang negatif seperti kecemasan, depresi dan kesendirian. Skala ini terdiri dari 13 pertanyaan dengan jawaban untuk masing-masing pertanyaan terdiri dari tiga jenis yaitu

  31,35 tidak (1), kadang-kadang (2) dan ya (3).

  7. External eating behaviour didefinisikan sebagai kecenderungan untuk makan berlebihan akibat stimulus eksternal seperti makanan enak. Skala ini terdiri dari 10 pertanyaan dengan jawaban untuk masing-masing pertanyaan terdiri

  31,35 dari tiga jenis yaitu tidak (1), kadang-kadang (2) dan ya (3).

  8. Diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia kronik yang disebabkan oleh gangguan sekresi insulin, aksi

  39 insulin, atau keduanya.

  9. Penyakit jantung bawaan adalah kelompok penyakit yang diderita sejak dalam kandungan baik yang terdiagnosa pada saat lahir maupun yang terdiagnosa kemudian.

  40

  10. Penyakit keganasan adalah kelompok penyakit kanker, neoplasma, atau tumor yang tumbuh secara tidak terkontrol, dan dapat menyerang jaringan di dekatnya dan bermetastasis, atau menyebar, ke area lain dari tubuh.

  41 11. Usia genap adalah usia yang digenapkan ke dalam tahun.

  Contoh : 14 tahun 11 bulan 29 hari digenapkan menjadi 14 tahun.

3.12 Analisa statistik

  Studi ini merupakan studi korelasi untuk menilai ada hubungan dua variabel yang numerik. Kekuatan hubungan dapat dikuantifikasi melalui suatu koefisien korelasi yang disimbolkan dengan “r”. Data diolah dengan menggunakan sistem komputerisasi dengan tingkat kemaknaan p < 0.05 dan interval kepercayaan 95%. Analisis bivariat menggunakan korelasi Pearson dan analisis multivariate menggunakan regresi linear.

BAB 4. HASIL

4.1 Data Demografik dan Karakteristik Subyek

  Penelitian hubungan citra tubuh terhadap perilaku makan pada remaja putri dilakukan di sekolah Metodist 1 Medan. Sekolah Metodist 1 terletak di jalan Hang Tuah, Kecamatan Polonia Kota Medan. Penelitian dilakukan terhadap siswi kelas X dan XI.

  Penelitian dilakukan selama 4 hari, terhitung tanggal 25 Februari sampai dengan tanggal 28 Februari 2013. Jumlah remaja putri kelas X dan kelas XI adalah sebanyak 196 orang. Pada saat penelitian terdapat 185 remaja putri yang hadir dan kepada 185 remaja putri yang hadir diberikan kuisioner perilaku makan DEBQ.

  Kemudian dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan terhadap 185 remaja putri tersebut. Setelah itu dilakukan wawancara untuk menilai citra tubuh remaja putri. Dari 185 remaja putri tersebut semuanya mengembalikan kuisioner. Namun hanya 184 remaja putri yang memenuhi kriteria inklusi. Satu orang remaja putri dieksklusikan karena telah melewati usia 19 tahun.

Tabel 2.1. Karakteristik sampel penelitian

  Karakteristik n % Umur (tahun) 13-14 21 11,4 15-16 130 72,2 17-18 33 17,9 Status nutrisi Kurang 17 9,2 Baik 79 42,9 Overweight 36 19,6 Obesitas 52 28,3 Citra tubuh Positif 111 60,3

  Perilaku makan DEBQ Restrained Skor 10 -29 184 100 Emotional Skor 13-37 184 100

   External

  Skor 10-29 184 100 Usia sampel terbanyak berada pada rentang 15 sampai 16 tahun yaitu sebanyak 130 orang (72.2%). Persentasi status nutrisi yang paling banyak adalah nutrisi baik yaitu sebanyak 79 sampel (42.9 %). Tidak satupun dari sampel yang mempunyai nutrisi buruk. Terdapat 111 sampel (60,3 %) yang mempunyai skor citra tubuh positif yang berarti mempunyai keinginan untuk lebih kurus, 13 sampel ( 7.1 %) mempunyai skor citra tubuh nol yang berarti puas terhadap bentuk tubuhnya, dan 60 sampel (32.6 %) mempunyai citra tubuh negatif yang berarti mempunyai keinginan untuk lebih gemuk.

  Untuk penilaian perilaku makan melalui kuesioner skor restrained - DEBQ berkisar 10 sampai 29. Untuk perilaku makan emotional – DEBQ terdapat skor berkisar antara 13 sampai 39. Untuk penilaian perilaku makan external – DEBQ terdapat skor berkisar antara 10 sampai 29.

Tabel 2.2 Hubungan citra tubuh dengan perilaku makan berdasarkan korelasi

  Pearson dan Spearman skor perilaku makan a b Variabel restrained DEBQ emotional DEBQ external a

  DEBQ

  Skor citra tubuh r = 0.376* r = -0.261* r = -0.274*

  • p <0.001 a = korelasi Pearson b = korelasi Spearman

  Dari hasil di atas, diperoleh nilai p < 0.001 yang menunjukkan bahwa korelasi antar skor citra tubuh dengan skor DEBQ adalah bermakna. Nilai korelasi Pearson antara skor citra tubuh dengan skor restrained DEBQ sebesar 0.376 yang berarti kekuatan hubungan lemah dengan arah korelasi positif yang artinya makin tinggi skor citra tubuh makin tinggi juga skor perilaku makan restrained DEBQ. Nilai korelasi Spearman antara skor citra tubuh dengan skor emotional DEBQ sebesar -0.261 yang berarti kekuatan hubungan lemah dengan arah korelasi negatif yang artinya makin tinggi skor citra tubuh maka makin rendah skor perilaku makan emotional

  

DEBQ. Nilai korelasi Spearman antara skor citra tubuh dengan skor external DEBQ

  sebesar -0.274 yang berarti kekuatan hubungan lemah dengan arah korelasi negatif yang berarti makin tinggi skor citra tubuh maka makin rendah skor perilaku makan

  external DEBQ.

Tabel 2.3 Analisis bivariat faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku makan remaja putri berdasarkan uji korelasi Pearson dan Spearman

  Perilaku makan a b Variabel restrained DEBQ emotional DEBQ external a

  DEBQ

  Usia r = -0.019 r = 0.208 * r = 0.022

  • Status nutrisi r = 0.418 * r = -0.212 * r = -0
  • = p < 0.25 a = korelasi Pearson b = korelasi Spearman

  Dari hasil diperoleh bahwa variabel yang akan dimasukkan ke dalam analisis multivariate adalah bila pada analisis bivariat mempunyai nilai p < 0.25. Dalam hal ini analisis bivariat usia terhadap perilaku makan emotional DEBQ mempunyai p<0.25 sedangkan analisis bivariat status nutrisi mempunyai p < 0.25 untuk perilaku makan

  restrained DEBQ, emotional DEBQ dan external DEBQ

Tabel 2.4 Hasil analisis multivariat regresi linear faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku makan remaja putri

  Perilaku makan

  restrained DEBQ emotional DEBQ external DEBQ

  Variable

  Citra tubuh r = 0.206 * r = -0.139 r = -0.138

  • Status nutrisi r = 0.303 r = -0.124 r = -0.243 * r = 0.238 *
    • Umur

  • p<0.05

  Dari analisis multivariate regresi linear diperoleh bahwa status nutrisi mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku makan restrained DEBQ dan external

  

restrained DEBQ, sedangkan umur mempunyai korelasi yang bermakna dengan

perilaku makan emotional DEBQ.

  Keterangan : BI = Skor citra tubuh restrained = Skor perilaku makan restrained DEBQ

  Gambar. 4. Grafik scatter plot antara citra tubuh dengan perilaku makan restrained

   DEBQ

BAB 5. PEMBAHASAN Masa remaja merupakan masa yang penting untuk mencapai berat badan dan

  

tinggi badan yang ideal. Pada masa ini remaja putri cenderung bertumbuh dalam

penambahan lemak, sedangkan remaja putra bertumbuh dalam penambahan otot.

  Laju pertumbuhan yang sebelumnya relatif sama selama masa anak anak, kemudian terjadi perubahan selama masa remaja karena adanya percepatan dalam

  4 pertumbuhan.

  Perilaku makan dikonsepkan sebagai suatu fungsi individu dan pengaruh

  4

lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku remaja putri antara lain

adalah individual (sosial dan biologikal), lingkungan sosial (keluarga dan

persahabatan), lingkungan komunitas (sekolah dan ketersediaan makanan cepat

saji), lingkungan makrosistem (media, dunia periklanan, norma sosial budaya),

ketertarikan akan makanan yang sedang trendy, suasana mood, kebiasaan,

makanan yang menyenangkan, keuntungan makanan, hidup sebagai vegetarian,

  4,23 pengaruh orangtua (termasuk budaya dan agama).

  Ketika seorang anak perempuan beranjak remaja maka pemusatan perhatian

  7

terhadap citra tubuh akan sangat berkembang. Citra tubuh merupakan suatu

konsep multidimensi yang tergantung pada suasana emosi dengan komponen

utama adalah kepuasan terhadap ukuran tubuh. Kepuasan terhadap tubuh tersebut

merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan rasa percaya diri. Pada

masa remaja terjadi evaluasi terhadap diri sendiri terutama dalam hal citra tubuh

  42

dan kecantikan. Kemudian citra tubuh akan sangat berperan untuk

  6-8,17,43

mempengaruhi perilaku makan remaja putri. Citra tubuh merupakan suatu

  

dan faktor penentu luaran yang berhubungan dengan berat badan di kemudian

  44

hari. Pengaruh citra tubuh ini sering dimediasi oleh status nutrisi dan rasa percaya

diri remaja putri tersebut. Usia 13 sampai 15 tahun merupakan periode yang sangat

kritis pada remaja putri untuk sangat memperhatikan citra tubuhnya sehingga

  45 sangat rentan mengalami suatu body of disatisfication.

  Gen spesifik alele S telah diidentifikasi sebagai gen yang berhubungan

dengan gangguan citra tubuh. Kecenderungan untuk mengalami gangguan citra

tubuh (body of diastisfication) serta adanya keinginan selalu untuk menjadi lebih

kurus telah diidentifikasi berhubungan kuat dengan alele S pada gen transporter

serotonin (5- HTTLPR). Temuan ini menarik karena alele S berhubungan dengan

neurotransmisi serotonin dan serotonin berperan dalam regulasi perilaku makan dan

mood. Selain itu terdapat juga hubungan antara kromosom 1 dan 13 dengan

  46 peningkatan keingingan menjadi lebih kurus pada remaja putri.

  Teori genetika ini didukung oleh studi pada remaja kembar di Korea yang

mendapatkan bahwa terdapat kecenderungan untuk memiliki citra tubuh serta

  33

perilaku yang sama remaja putri yang kembar. Kesamaan dalam hal citra tubuh

dan perilaku makan pada kembar monozigot lebih tinggi dibandingkan dengan

  33,46 kembar dizigot.

  Studi di Bosnia menemukan adanya hubungan yang bermakna antara citra

  6

tubuh dan perilaku makan pada remaja putri. Studi lain di Spanyol juga

mendapatkan adanya hubungan citra tubuh dan perilaku makan pada remaja

  42 putri.

  Studi ini menilai hubungan antara citra tubuh dengan perilaku makan pada

remaja putri. Selain itu diteliti juga faktor faktor lain seperti berat badan dan usia

  

nilai citra tubuh positif yang berarti lebih dari setengah remaja putri dalam studi ini

mempunyai keinginan untuk lebih kurus dari keadaan mereka saat ini. Terdapat

proporsi sampel dengan nilai citra tubuh positif yang lebih besar (60.3 %)

dibandingkan dengan proporsi sampel dengan status nutrisi berlebih (47.9%). Dari

temuan ini dapat disimpulkan bahwa meskipun status nutrisi seorang remaja putri

berada pada kelompok nutrisi baik bahkan kurang, tetap ada keinginan menurunkan

berat badannya.

  Dari hasil analisa uji korelasi ( Tabel 2.2) didapatkan hubungan yang

bermakna antara citra tubuh dan perilaku makan restrained DEBQ, emotional

DEBQ maupun external DEBQ dengan p< 0.001. Terlihat korelasi antara citra

tubuh dan perilaku makan restrained DEBQ dengan nilai r = 0.376, yang berarti

kekuatan hubungan antara dua variabel tersebut lemah dan arah korelasi positif.

  Nilai kolerasi dalam studi ini lebih kuat dibandingkan dengan studi terdahulu di

8 Malaysia dengan nilai r = 0.21. Studi lain di Belanda yang pernah meneliti

  hubungan citra tubuh dan perilaku makan restrained DEBQ juga melaporkan

  31 adanya hubungan yang bermakna antara kedua variabel tersebut.

  Korelasi antara citra tubuh dengan emotional DEBQ dengan nilai r = - 0.261 yang berarti kekuatan hubungan antara dua variabel tersebut lemah dengan arah korelasi negatif. Korelasi antara citra tubuh dengan perilaku makan external DEBQ dengan nilai r = - 0.274 yang berarti kekuatan hubungan antar dua variabel tersebut adalah lemah dengan arah korelasi negatif. Studi di Belanda melakukan penelitian tentang hubungan citra tubuh dan perilaku makan emotional DEBQ maupun external DEBQ. Dari hasil didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna

  31 antara kedua variabel tersebut. Setelah di analisis secara multivariat regresi linear maka terdapat hubungan yang bermakna antara citra tubuh dan perilaku makan restrained DEBQ, sedangkan citra tubuh dan perilaku makan emotional DEBQ maupun external DEBQ tidak mempunyai hubungan yang bermakna ( tabel 2.4). Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa perilaku makan yang paling sering dijumpai di kalangan remaja putri dan berkaitan erat dengan citra tubuh adalah perilaku makan restrained

  32-34 DEBQ.

  Terdapat kecenderungan dalam peningkatan prevalensi kejadian overweight dan obesitas di kalangan remaja putri di seluruh dunia, hal ini mungkin disebabkan adanya transisi pola nutrisi yang saat ini banyak mengkonsumsi diet kaya lemak dan penurunan aktivitas fisik khususnya di daerah perkotaan. Peningkatan jumlah

  

overweight dan obesitas di kalangan remaja putri telah menjadi sebuah perhatian

8,42,47

  klinis dan kesehatan masyarakat. Lebih dari sepertiga populasi remaja putri

  

overweight dan obesitas tersebut mempunyai perilaku makan yang bertujuan untuk

48,49

  menurunkan berat badan. Studi cross-sectional di Malaysia menemukan adanya korelasi antara skor Body Mass Indeks (BMI ) dengan skor restrained DEBQ pada remaja putri ( r = 0.34), yang berarti makin gemuk seorang remaja putri maka

  8 kecenderungan untuk memiliki perilaku makan restrained makin tinggi juga.

  Studi lain yang meneliti hubungan antara status nutrisi dan perilaku makan

  

restrained DEBQ adalah yang dilakukan di Belanda. Pada studi tersebut terdapat

  peningkatan untuk memiliki perilaku makan restrained pada kelompok overweight di

  50

  bandingkan dengan kelompok normoweight dengan Odd ratio (OR) 1.92. Studi lain juga menemukan adanya hubungan yang bermakna antara status nutrisi

  51

  dengan perilaku makan restrained DEBQ pada remaja putri. Studi korelasi di

  Australia menemukan adanya hubungan antara status nutrisi dengan perilaku

  52 makan restrained dengan koefisien korelasi “r” sebesar 0.25.

  Temuan ini berkaitan dengan teori bahwa ada hubungan antara status nutrisi dan citra tubuh dimana makin gemuk seorang remaja putri maka skor

  8,26,43,53

  ketidakpuasan (scor of body disatisfication) makin tinggi. Studi case control di Bosnia melaporkan adanya hubungan antara BMI dengan citra tubuh. Dari hasil tersebut didapatkan adanya perbedaan secara bermakna skor citra tubuh di kelompok overweight dibandingkan dengan kelompok kontrol(normoweight). Studi tersebut juga melaporkan adanya perbedaan yang bermakna dalam hal kecenderungan memiliki perilaku makan restrained DEBQ diantara kelompok

  26

overweight dibandingkan dengan kelompok kontrol (normoweight). Dua studi yang

  berbeda di Spanyol melaporkan adanya hubungan antara status nutrisi dengan citra tubuh dimana makin tinggi skor BMI maka makin tinggi pula skor body of

  45,54

disatisfication. Studi ini tidak melakukan analisis hubungan status nutrisi dengan

citra tubuh remaja putri.

  Studi ini menemukan proporsi terbanyak status nutrisi (tabel 2.1) remaja putri berada pada kelompok overweight dan obesitas (47.9 %) dibandingkan dengan kelompok nutrisi baik (42.9 %) dan nutrisi kurang ( 9.2 %). Dari hasil analisis bivariat ( tabel 2.3 ) didapatkan hubungan yang bermakna antara status nutrisi dan perilaku makan restrained DEBQ dan external DEBQ. Terlihat bahwa korelasi antara status nutrisi dan perilaku makan restrained DEBQ dengan nilai r = 0.418, yang berarti arah korelasi positif dengan kekuatan hubungan sedang. Korelasi antara status nutrisi dengan perilaku makan external DEBQ dengan nilai r = -0.320 yang berarti arah korelasi negatif dengan kekuatan hubungan lemah. Tidak didapati hubungan yang bermakna antara status nutrisi dan perilaku makan emotional DEBQ.

  Setelah di analisis secara multivariat terdapat hubungan yang bermakna antara status nutrisi dan perilaku makan restained DEBQ maupun external DEBQ, dan tidak ada hubungan bermakna antara status nutrisi dan perilaku makan

  

emotional DEBQ (tabel 2.4). Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan perilaku

  makan emotional DEBQ jarang dijumpai pada kalangan remaja putri dan lebih sering

  50

  dijumpai pada remaja putra. Studi di Belanda menyatakan tidak ada hubungan

  

yang bermakna antara status nutrisi dengan perilaku makan emotional DEBQ dan

  51 external DEBQ.

  Secara umum anak usia balita senang bila badan menjadi gemuk karena

akan dikatakan mempunyai pertumbuhan yang baik. Anak usia 6 sampai 12 tahun

sudah mulai memperhatikan bentuk dan ukuran tubuh namun belum sampai

membuat mereka tidak puas akan bentuk dan ukuran tubuhnya sehingga dikatakan

usia ini akan stabil dalam hal citra tubuh atau body disatisfication. Umumnya usia

seorang anak akan mulai memusatkan perhatian pada citra tubuh dan mempunyai

perilaku sehubungan dengan penjagaan citra tubuh yang ideal adalah usia 12 tahun

  55

dan makin bertambah sesuai usia remajanya. Peningkatan pemusatan perhatian

terhadap citra tubuh ini akan membuat rasa percaya diri yang rendah bila bentuk

dan ukuran tubuhnya tidak seperti diharapkan dan ini yang akan mempengaruhi

  55,56 perilaku makan remaja putri tersebut.

  Dari hasil analisis bivariat (tabel 2.3) didapatkan ada hubungan yang bermakna antara usia dan perilaku makan emotional DEBQ. Terlihat bahwa korelasi antara usia dan perilaku makan emotional DEBQ dengan nilai r = 0.208 yang berarti arah korelasi positif dan kekuatan hubungan lemah. Setelah di analisis secara multivariat (tabel 2.4) usia dan perilaku makan emotional DEBQ tetap

  Hasil ini berbeda dengan hasil studi yang dilakukan di Amerika Serikat. Studi tersebut menemukan terdapat hubungan yang bermakna antara usia dan perilaku makan restrained DEBQ. Dalam studi tersebut terdapat tiga kelompok usia yaitu usia 8 sampai 10 tahun, usia 11 sampai 14 tahun, usia 15 sampai 17 tahun. Dari hasil didapatkan perilaku makan restrained lebih banyak terdapat pada kelompok

  57

  usia 15 sampai 17 tahun dan perbedaan tersebut bermakna. Studi di Belanda menyatakan bahwa skor tertinggi untuk ketiga jenis perilaku makan DEBQ terdapat

  

50

pada kelompok usia 15 sampai 16 tahun.

  Studi ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu hanya bersifat cross sectional serta tidak adanya kelompok kontrol sebagai pembanding kasus. Beberapa kelemahan pada studi ini yaitu hasil tidak dapat menggambarkan semua kasus yang ada di populasi oleh karena studi ini dilakukan dalam waktu yang singkat. Bias seleksi dapat terjadi dimana sampel hanya dibatasi pada sampel remaja putri SMU Metodist 1 Medan sehingga tidak menggambarkan populasi secara umum.

  Recall bias dapat terjadi karena instrumen yang digunakan untuk menilai

  perilaku makan adalah berupa kuisioner. Walaupun begitu, untuk data variabel usia remaja putri dapat diperoleh secara pasti dengan menggunakan data dari tanggal lahir masing-masing responden penelitian. Data citra tubuh diperoleh berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap masing masing responden.

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

  6.1.1 Citra tubuh mempunyai korelasi yang lemah dengan perilaku makan restrained DEBQ.

  6.1.2 Citra tubuh mempunyai korelasi yang tidak bermakna terhadap

perilaku makan emotional DEBQ maupun external DEBQ.

  6.1.3 Status nutrisi mempunyai korelasi yang lemah dengan perilaku makan restrained DEBQ dan external DEBQ.

  6.1.4 Usia mempunyai korelasi yang lemah dengan perilaku makan emotional DEBQ.

   6.1.5 Proporsi status nutrisi remaja putri terbanyak berada pada nutrisi baik.

  6.1.6 Proporsi citra tubuh remaja putri terbanyak berada pada citra tubuh positif.

6.2 Saran

  Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang mencakup semua aspek faktor faktor yang mempengaruhi perilaku makan pada remaja putri. Sebaiknya dilakukan penelitian dengan pengambilan sampel dari berbagai tempat yang berbeda agar lebih menggambarakan keadaan populasi yang sebenarnya.

  

RINGKASAN

  Pemberian nutrisi pada kelompok remaja putri bertujuan untuk mencapai asupan nutrisi yang optimal dan seimbang untuk meningkatkan pertumbuhan dan kesehatan. Tujuan ini sering tidak tercapai sehubungan dengan praktek perilaku makan yang terganggu, gaya hidup dan asupan makan yang tidak adekuat. Remaja putri sering melakukan perilaku diet yang salah dan tidak sesuai dengan panduan dan rekomendasi yang berlaku.

  Citra tubuh banyak mempengaruhi perilaku makan remaja putri. Citra tubuh merupakan suatu tingkat kepuasan atau ketidakpuasan remaja putri terhadap tubuh mereka sendiri. Remaja putri sering meyakini diri mereka lebih gemuk dibandingkan dengan keadaan mereka yang sebenarnya dan inilah alasan mereka ingin melangsingkan tubuh dan memulai membatasi asupan makanan. Masalah makan pada remaja putri dan perilaku makan yang tidak sehat untuk mengontrol berat badan sudah menjadi masalah epidemik.

  Citra tubuh remaja putri dapat dinilai dengan menggunakan Contour Drawing

  

Rating Scale. Skala pengukuran ini digunakan untuk menilai bagaimana kepuasan

  atau ketidakpuasan seorang remaja putri terhadap tubuh mereka sendiri yang disebut dengan istilah index of body dissatisfication.

  Skala ini mempunyai 9 skor yaitu very underweight (skor 1) sampai very

  

overweight ( skor 9). Hasil pengurangan antara nilai bagaimana seorang remaja putri

  membayangkan tubuh dengan nilai bagaimana tubuh yang mereka inginkan disebut dengan index of body dissatisfication atau skor ketidaksesuaian. Skor yang positif mengindikasikan adanya keinginan untuk lebih kurus, skor nol mengindikasikan adanya kepuasan, skor yang negatif mengindikasikan adanya keinginan untuk lebih gemuk. Beberapa studi di negara barat dan di Asia seperti Singapura dan Cina melaporkan tingginya prevalensi perilaku makan dan gangguan perilaku makan yang berhubungan dengan citra tubuh. Walaupun hasil dari berbagai studi tersebut berbeda beda.

  Adapun instrumen yang paling sering digunakan untuk menilai perilaku makan remaja putri adalah Dutch Eating Behaviour Questionnaires (DEBQ) karena sering dikaitkan dengan citra tubuh yang mempengaruhi perilaku makan remaja putri. Instrumen ini terdiri dari tiga subskala yaitu restrained-DEBQ, emotional-DEBQ dan external-DEBQ. Dari ketiga subskala tersebut yang paling sering dipakai adalah skala restrained- DEBQ

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai hubungan citra tubuh dengan perilaku makan pada remaja putri. Penelitian dilakukan selama 4 hari pada bulan Februari 2013, bertempat di sekolah SMU Metodist 1 Medan, menggunakan metode

  

cross-sectional dan analisa korelasi Pearson serta regresi linear. Pada studi ini

  didapatkan 184 sampel remaja putri yang memenuhi kriteria inklusi. Dari hasil didapatkan bahwa citra tubuh mempunyai korelasi yang bermakna terhadap perilaku makan restrained DEBQ( r = 0.206, p<0.05). Korelasi antara citra tubuh dengan perilaku makan restrained DEBQ mempunyai arah korelasi positif.

  Status nutrisi mempunyai korelasi yang bermakna dengan perilaku makan

  

restrained DEBQ (r=0.418, p<0.05) dan external DEBQ( r = 0.303, p<0.05). Korelasi

  antara status nutrisi dengan perilaku makan restrained DEBQ mempunyai arah korelasi positif, sedangkan korelasi antara status nutrisi dengan perilaku makan external mempunyai arah korelasi negatif. Usia mempunyai korelasi yang bermakna dengan perilaku makan emotional DEBQ dengan arah korelasi positif( r= 0.238, p<0.05).

  SUMMARY

  The main nutritional goal in the adolescent to ingest optimal nutrients in balanced way to promote growth and health. Sometimes this nutritional goal is not achieved owing to adolescent eating parctices, lifestyle, behaviours, and in some cases, inadequate food and income. Female adolescent often practises wrong eating behaviour and unhealthy diet because do not meet national nutrition guidelines recommended.

  Body image often influences eating behaviour of female adolescent. Body image is the dynamic perception of one’s body– how it looks, feels, and moves. Body image is satisfication or disatisfication about with body size, a factor associated with self esteem. Girls in adolescence often perceive themselves as fatter than they really are and that is why they want to be slimmer and start dieting. Disordered eating among adolescent girls and use of unhealthy weight control behaviors has reached what may be described as epidemic proportions.

  The Contour Drawing Rating Scale was used to assess overall body size satisfaction. The scale depicts a continuum of nine female body figures presented in ascending order from Very Underweight (score 1) to Very Overweight (score 9). Participants were asked to choose their perceived current body size (what they think they look like) as wells as their perceived ideal body size (what they wish they looked like).

  The discrepancy score (an index of Body-size Dissatisfaction) was calculated as the difference between perceived current and ideal body sizes. A positive score indicates a desire to be thinner; zero reflects body satisfaction, and a negative score indicates a desire to be fatter. Some study in Western and non-Western countries such as the Middle East, Singapore, and China, there have also been reports on disordered eating behaviors. Eventhough the results of these studies were different.

  The most often instrument to assessment of of eating behaviour of female adolescent is Dutch Eating Behaviour Questionnaires (DEBQ) because it is has close relationship with the body image that influences eating behaviour of female adolescent. This instrumen has 3 subscale ; restrained-DEBQ, emotional-DEBQ and

  external-DEBQ. Most of female adolescent have a restrained eating behaviour.

  The aim of this study is to determine the association between body image and eating behavior in female adolescent. This correlation study was conduct for 4 days on February 2013 in Methodist-1 Senior High School, Medan. The subjects are female adolescent students aged 10 to 19 years old. Eating behavior was assessed by Dutch Eating Behaviour Questionnaires (DEBQ) for measuring restrained, emotional and external eating. Body image was assessed by Contour Drawing Rating Scale. All subjects’ body weight and height were also measured. Data were analyzed by using Pearson’s correlation and linear regression.

  A total of 184 subjects were eligible with this study. It was found that body image has a weak correlation with restrained DEBQ ( r = 0.206, P<0.05). Nutrition status has a weak correlation with restrained DEBQ ( r = 0.303, P<0.05), and also has a weak correlation with external DEBQ ( r = -0.243, P<0.05). Age has a weak correlation with emotional DEBQ ( r = 0.238, P<0.05. There was a correlation between body image and restrained eating behaviour in female adolescent. The fatter a female adolescent is, the more tendency she will has restrained eating behaviour. Emotional eating behaviour among female adolescent is influenced by their ages.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Forecasting Ketersediaan Daging Sapi Di Sumatera Utara Tahun 2020

0 0 15

SISTEM PENGOLAHAN DATA RUMAH SAKIT UMUM HIDAYAH MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0 TUGAS AKHIR - Sistem Pengolahan Data Rumah Sakit Umum Hidayah Menggunakan Visual Basic 6.0

0 0 11

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Analisis Regresi - Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras Di Kota Medan Tahun 2010-2011.

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah - Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras Di Kota Medan Tahun 2010-2011.

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Saham 2.1.1.1 Pengertian Saham - Pengaruh Analisis Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (2009-2013).

0 0 18

Pengaruh Analisis Kinerja Keuangan Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (2009-2013).

0 1 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Laba - Analisa Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Automotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 1 27

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisa Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Automotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

Analisa Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Automotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 91

1. Lahan Produktif dan Lahan Non Produktif - Status Dan Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula (Fma) Pada Lahan Produktif Dan Lahan Non Produktif

0 1 10