Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi Efek Tontonan Sinetron Anak Langit terhadap Gaya Hidup Imitasi Siswa SMA N 3 Temanggung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk dapat memahami pengaruh menonton tayanga sinetron Anak Langit, diperlukan pendekatan teori yang tepat. Maka dari itu dalam bab ini

  diawali dengan penelusuran kepustakaan terhadap kumpulan karya penelitian sejenis yang pernah dilakukan, agar dapat diketahui pendekatan teori serta metode analisis yang pernah digunakan beserta kesimpulan dari hasil penelitian yang dimaksud. Kemudian akan diuraikan pada kerangka teori yang menjadi dasar penelitian ini. Penjelasan konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini akan dijelaskan pada akhir bab ini.

2.1. Kajian Terhadap Penelitian Sejenis

  Sinetron Anak Langit merupakan sinetron yang menggambarkan tentang gaya hidup anak muda masa kini. Penulis menduga tayangan ini dapat memberikan pengaruh pada sikap perilaku pemirsanya, mengingat sinetron ini tayang pada waktu prime time. Oleh sebab itu penulis ingin meninjau kembali melalui penelitian-penelitian terdahulu yang sejenis serta metode yang digunakan sebagai rujukan penulis dalam menyusun metode penelitian ini. terhadap perilaku. Penelitiannya mengenai dampak tayangan acara televisi reportase investigasi Trans TV terhadap perubahan perilaku masyarakat, khususnya ibu-ibu PKK Desa Delik, Tuntang, Kabupaten Semarang dengan menggunakan metode kuantitatif eksplanasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan perilaku ibu-ibu anggota PKK aktif di Desa Delik. Dampak menonton tayangan reportase investigasi terhadap perubahan perilaku lebih kuat terjadi pada tipe penonton heavy viewer dibandingkan dengan tipe penonton light

  

viewer. Menonton tayangan reportase investigasi dapat mempengaruhi perubahan

  perilaku sebesar 44,50% pada tipe penonton heavy viewer, dan 11,90% pada tipe penonton light viewer.

  Penelitian juga pernah dilakukan oleh Takariani (2013) tentang pengaruh sinetron remaja di televisi swasta terhadap sikap mengenai gaya hidup hedonis pada siswa kelas dua dan kelas tiga di SMA Negeri 4 Cimahi, Jawa Barat dengan metode penelitian metode survei penjelasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya tarik tayangan sinetron remaja di televisi swasta terhadap sikap mengenai gaya hidup hedonis dengan kontribusi pengaruh yang diberikan sebesar 8,4%, dengan artian pengaruh tidak begitu besar terhadap sikap mengenai gaya hidup hedonis. Meski demikian, tayangan tersebut memberikan pengaruh yang kurang baik pada penontonnya. Tema sinetron yang menyajikan kehidupan sehari-hari dengan ditonjolkannya gaya hidup mewah, tanpa melakukan kerja keras seseorang dapat hidup enak, mewah, bersenang-senang, dapat menimbulkan fantasi dalam diri penontonnya

  Anya (2015) melakukan penelitian tentang pengaruh intensitas menonton sinetron remaja dan mediasi orang tua terhadap perilaku kekerasan pada siswa dan siswi kelas satu dan dua SMP Islam Hidayatullah, Banyumanik, Semarang. Penelitian dengan metode kuantitatif dengan teknik regresi linier sederhana dan regresi linier berganda ini menghasilkan bahwa intensitas menonton sinetron remaja memiliki pengaruh positif dengan pengaruh yang sangat erat terhadap perilaku kekerasan pada siswa siswi SMP Islam Hidayatullah. Semakin rendah kekerasan yang dilakukan oleh seseeorang remaja. Kemudian intensitas menonton tayangan sinetron remaja dengan mediasi orang tua sama sekali tidak menimbulkan pengaruh terhadap kekerasan yang dilakukan oleh siswa siswi SMP Islam Hidayatullah.

  Dari uraian tentang penelitian serupa yang pernah dilakukan di atas, dapat disimpulkan bahwa tayangan sinetron yang ada pada televisi khususnya televisi di tanah air berpengaruh pada penontonnya. Sifat dan tingkat pengaruhnya ternyata bermacam-macam. Mulai dari anak, remaja dan orang dewasa (ibu-ibu), serta bermacam-macam pula dari lingkungan kehidupan sosial khalayak yang diteliti. Dengan demikian, penelitian tentang studi efek tontonan sinetron Anak Langit terhadap gaya hidup siswa SMA Negeri 3 Temanggung ini layak diteliti serta dapat menambah ilmu pengetahuan baru tentang pengaruh tayangan televisi khususnya sinetron terhadap khalayak.

2.2. Teori yang digunakan

2.2.1 Teori Komunikasi Massa

  Komunikasi massa yang dimaksudkan disini adalah komunikasi melalui media massa modern yang meliputi televisi, radio dan surat kabar yang ditunjukkan kepada khalayak umum. Pada dasarnya komunikasi media massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa modern sebagai perantara atau jembatan dalam penyampaian pesan komunikasinya. Seperti yang dikatakan oleh Onong U. Effendy (1986 : 76) bahwa komunikasi massa merupakan penyebaran pesan dengan menggunakan media massa yang abstrak, yaitu sejumlah orang yang tidak tampak oleh komunikator. Sebagai contohnya adalah pembaca surat kabar, pendengar radio, pemirsa televisi tidak tampak oleh komunikator. Dengan demikian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi melalui media massa merupakan komunikasi yang bersifat satu arah. Dengan pesan disebarkan melalui komunikator, tidak dapat diketahui apakah pesan itu diterima, dimengerti atau dilakukan oleh komunikan.

  Komunikasi massa menurut Rakhmad (1989 : 214) adalah suatu jenis melahirkan media elektronik sebagai perantara penyamapaian pesan. Maka dari itu pesan yang sama diterima secara serentak dan sesaat. Ada beberapa unsur penting dalam berkomunikasi menurut Mulyana (2007 : 69), meliputi :

  1. Komunikator merupakan pihak yang berinisiatif atau memiliki kebutuhan untuk berkomunikasi, dengan kata lain sebagai orang penyampai pesan.

  2. Pesan merupakan apa yang dikomunikasikan oleh sumber ke komunikan.

  3. Media merupakan jembatan yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesan kepada komunikan.

  4. Komunikan merupakan penerima pesan dari sumber.

  5. Efek merupakan apa yang terjadi kepada Komunikan setelah menerima pesan dari Komunikator Selain itu ciri-ciri Komunikasi Massa menurut Nurudin ( 2004 : 16) antara lain: 1.

  Komunikasi Massa bersifat satu arah, maka dari itu akan membuat umpan balik dari Komunikator ke Komunikan tertunda.

  2. Komunikator dalam komunikasi massa bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga.

  3. Pesan bersifat umum. Yang artinya pesan tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok tertentu.

  4. Komunikasi bersifat heterogen. Dalam artian Komunikan dari berbagai segi yang berbeda-beda.

  5. Komunikasi yang menimbulkan keserempakan atau sesaat. Dimana Komunikan dapat menerima pesan melalui media secara serempak atau pada waktu yang bersamaan.

2.2.2 Teori Efek Komunikasi Massa

  Didalam teori komunikasi massa, terdapat 3 efek yang meliputi Efek Kognitif, Efek Afektif dan Efek Behavioral (Effendy, 2000 : 319). Dimana penjelasan lebih dalam tentang ketiga efek tersebut adalah :

  1. Efek Kognitif, menjelaskan tentang bagaimana media massa membantu khalayak dalam mengembangkan keterampilan kognitifnya dengan cara akan mengetahui segalanya yang belum pernah diketahui secara langsung sebelumnya.

  2. Efek Afektif, merupakan fungsi yang kadarnya lebih tinggi dibandingkan dengan Efek Kognitif, dimana khalayak dituntut untuk tidak hanya tahu tentang sesuatu yang baru, namun juga untuk dapat ikut merasakan.

3. Efek Behavioral, dimana timbulnya akibat pada khalayak, baik itu dalam hal perilaku, tindakan atau kegiatan.

  Sebuah komunikasi akan dikatakan efektif apabila menghasilkan efek yang diinginkan oleh Komunikator. Contoh dari efek ini adalah penambahan pengetahuan, merasa terhibur, merasa sedih, merasa simpati, membuat apa yang tidak seharusnya dilakukan menjadi dilakukan, membuat yang awalnya merasa setuju menjadi tidak setuju. Tentunya semua itu terjadi bila Komunikan telah menerima pesan dari Komunikator.

2.2.3 Teori Gaya Hidup (Lifestyle)

  Selain berkomunikasi, manusia juga tidak bisa jauh dari apa yang dinamakan gaya hidup atau lifestyle. Gaya hidup bisa diekspresikan atau dituangkan dalam hal apa saja. Menurut Kotler (2002 : 21) gaya hidup dapat dituangkan dalam hal minat, aktivitas dan opini atau pendapatnya. Gaya hidup juga merupakan sesuatu hal yang menggambarkan diri seseorang secara keseluruhan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Mulai dari cara berkomunikasi atau berinteraksi, berpakaian, kuliner, teknologi yang digunakannya, kendaraan yang digunakan, berperilaku, dan bagaimana seseorang mengisi aktivitas atau kesehariannya.

  Kotler (2002 : 192) mengatakan bahwa ada dua faktor yang dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang, diantaranya ialah faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal

  Meliputi sikap, pengalaman, pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi. Faktor Eksternal Meliputi kelompok referensi, keluarga, kelas sosial dan budaya.

  Disisi lain gaya hidup memberikan efek baik efek positif atau negatif bagi yang melakukannya. Seperti yang didefinisikan oleh Chaney (2009 : 15) bahwa gaya hidup merupakan bagian dari kehidupan diri sosial dalam dunia modern. Gaya hidup merupakan suatu bentuk budaya konsumen. Baik itu konsumen dari segi materi atau segi jasa. Gaya hidup bukan lagi menjadi kebiasaan pribadi dari satu individu, namun telah menjadi satu identitas oleh sekelompok orang. (Agung Hujatnikajennong, 2006 : 37) mengatakan bahwa sekelompok orang tidak segan- segan mengikutinya bila itu dianggap baik dimata banyak orang.

  Dari berbagai pemikiran para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya hidup merupakan pola hidup seseorang yang dituangkan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya untuk membelanjakan uangnya, serta bagaimana dan apa yang dapat membuat dirinya nyaman sesuai dengan karakter dan keinginannya. Pada penelitian ini, peneliti melihat gaya hidup dari dari seseorang yang diekspresikan dalam bentuk minat, aktivitas serta apa yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari.

2.2.4 Teori Imitasi

  Kata imitasi biasanya digunakan hanya untuk sebuah benda mati, seperti produk terkenal imitasi, perhiasan imitasi, benda elektronik imitasi,dsb. Namun kini kata imitasi semakin meluas dan merambah kehidupan sosial ditengah kalangan masyarakat. Hal itu disebutkan dengan perilaku imitasi atau perilaku meniru. Perilaku imitasi muncul setelah melewati banyak proses dan biasanya tertuju pada artis idola, yang kebanyakan terjadi pada kaum remaja dimana masa remaja merupakan masa proses pencarian jati diri.

  Teori imitasi atau teori peniruan adalah teori yang menekankan orientasi eksternal dalam pencarian gratifikasi. Menurut Tarde (dalam Ahmadi, 2007 : 52) perilaku imitasi merupakan seluruh kehidupan sosial berdasarkan hanya pada faktor imitasi. Walaupun pendapat ini berat sebelah, namun peranan imitasi dalam interaksi sosial tidaklah kecil. Ia juga berpendapat bahwa semua orang memiliki bahkan melebihi) tidakan orang yang ada disekitarnya.

  Perilaku imitasi muncul ketika adanya tokoh idola yang dijadikan sebagai model untuk ditiru. Ketika kekaguman sekedar menjadi sarana melepaskan diri dari kenyataan menuju impian, maka itu masih pada zona kewajaran. Namun, apabila dalam kekaguman tersebut kita menyingkirkan batas antara kenyataan dan impian serta berupaya untuk mencampurkan keduanya, itulah awal malapetaka dari sebuah kekaguman. Menurut Abu (2007 : 52) meniru perilaku destruktif berupa hedonis, memamerkan kemewahan, merongrong sendi-sendi moralitas, mengeluarkan keberanian yang tidak diperlukan, maupun tindakan yang mengarahkan keinginan untuk bunuh diri, merupakan bentuk kekaguman yang membahayakan.

  Disamping itu, perilaku imitasi juga memiliki hal yang positif. Misalnya dari sebuah contoh seorang anak sedang belajar berbicara, dan mula-mula ia seakan-akan mengimitasi dirinya sendiri, ia mengulang-ulang bunyi kata guna melatih fungsi lidah dan mulutnya dalam berbicara. Kemudian ia mengimitasi orang lain, biasanya ibunya dalam mempelajari kata-kata pertama dan kata-kata selanjutnya. Ia mulai mengerti kata-kata itu juga karena mendengarnya dalam mengimitasi penggunaan dari orang lain.

  Tidak hanya dalam hal berbicara, yang merupakan suatu alat penting dalam komunikasi namun juga cara-cara lainnya untuk mengatakan dirinya dipelajari melalui proses imitasi pula. Misalnya cara memberi hormat, cara mengatakan terima kasih, cara berpakaian, dan lain-lain. Gejala mode yang mudah menjalar itu, dipelajari orang dengan jalan imitasi.

  Di lapangan sosial imitasi memiliki peranan, sebab dengan mengikuti suatu contoh yang baik itu dapat merangsang perilaku seseorang. Imitasi dapat mendorong individu atau kelompok untuk melaksanakan perbuatan yang baik, sehingga memiliki suatu kerangka cara-cara tingkah laku dan sikap moral yang dapat menjadi pokok pangkal untuk memperluas interaksi sosial secara positif.

  Sejalan dengan pendapat tersebut, Onong U. Effendy pun mengemukakan tentang mengimitasi yang bersifat negatif. Merupakan kesalahan atau lebih tepat padahal kenyataannya televisi tidak selalu menimbulkan pengaruh peniruan negatif, tidak jarang juga positif. Yang menjadi persoalan sekarang bagaimana kita harus menggalakan peniruan yang positif dan mencegah peniruan yang negatif (2001 : 192). Dapat diambil kesimpulan bahwa pada kenyataannya tayangan televisi juga dapat memberikan kontribusi tayangan yang bersifat positif bagi masyarakat.

2.3. Kerangka Pikir

  VARIABEL X

   VARIABEL Y TAYANGAN SINETRON GAYA HIDUP IMITASI ANAK LANGIT Indikator Tayangan Indikator Gaya Hidup Sinetron Anak Langit Imitasi Waktu Penayangan Memahami isi cerita sinetron Artis/Figur Memperhatikan perilaku tokoh Karakter Peran Memperhatikan gaya berpakaian Televisi Favorit Memperhatikan gaya berkendara

  Menggunakan bahasa alay Memperhatikan gaya bahasa Mengikuti cara berpakaian mengikuti gaya berkendara Perilaku Prososial :

  • Kerjasama - Menolong sesama
  • Kejujuran - Dermawan - Empati - Sopan santun
  • Berterimakasih

  Jenis Kelamin Uang Saku Bagaimana Gaya Hidup

  

Pendapatan dan Pekerjaan

Siswa SMA N 3

  Orang Tua Temanggung setelah menonton tayangan ini?

  

Gambar 1

Kerangka Pikir Penelitian

  Keterangan :

  Dari kegiatan menonton tayangan sinetron Anak Langit yang menonjolkan gaya hidup mewah, membentuk club motor, dan mengadu kecepatan motor ingin diketahui apakah gaya hidup sinetron tersebut dapat mempengaruhi gaya hidup siswa SMA Negeri 3 Temanggung. Ada beberapa variabel kontrol seperti jenis kelamin, uang saku, dan latar belakang pekerjaan orang tua ingin diketahui apakah aspek waktu penayangan, artis/figur, karakter peran dan stasiun televisi favorit dapat mempengaruhi gaya hidup siswa SMA Negeri 3 Temanggung yang menonton tayangan sinetron tersebut. Gaya hidup itu sendiri akan difokuskan ke gaya hidup imitasi. Jelasnya, penelitian ini ingin mengetahui bagaimana pengaruh dari aspek waktu penayangan, artis, karakter peran dan televisi favorit saat menonton tayangan sinetron Anak Langit terhadap gaya hidup siswa SMA Negeri 3 Temanggung yang menonton sinetron Anak Langit.

2.4. Hipotesis Hipotesis merupakan dugaan sementara antara dua variabel atau lebih.

  Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis yang dikembangkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : gaya hidup siswa SMA Negeri 3 Temanggung berdasarkan intensitas menonton tayangan sinetron Anak Langit

  Hi :

  Ada pengaruh menonton tayangan sinetron Anak Langit terhadap gaya hidup siswa SMA Negeri 3 Temanggung berdasarkan intensitas menonton tayangan sinetron Anak Langit.

Dokumen yang terkait

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Hasil Observasi 4.1.1. Instagram live - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Instagram Live sebagai Media Eksistensi Diri

0 0 9

BAB V PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Instagram Live sebagai Media Eksistensi Diri

0 3 19

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Pengguna Instagram tentang Informasi Karakter Wanita Padaimage Captionakun Instagram Infia_Fact dalam Membentuk Citra Diri

0 1 7

BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Pengguna Instagram tentang Informasi Karakter Wanita Padaimage Captionakun Instagram Infia_Fact dalam Membentuk Citra Diri

0 0 19

2. Faktor Eksternal - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Pengguna Instagram tentang Informasi Karakter Wanita Padaimage Captionakun Instagram Infia_Fact dalam Membentuk Citra Diri

0 0 43

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Pengguna Instagram tentang Informasi Karakter Wanita Padaimage Captionakun Instagram Infia_Fact dalam Membentuk Citra Diri

0 3 47

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Virtual Movement Seruan Perdamaian di Kota Yogyakarta Forum Jogja Damai (FJD)

0 0 7

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 New Media - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Virtual Movement Seruan Perdamaian di Kota Yogyakarta Forum Jogja Damai (FJD)

0 0 15

BAB IV GAMBARAN FORUM JOGJA DAMAI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Virtual Movement Seruan Perdamaian di Kota Yogyakarta Forum Jogja Damai (FJD)

0 0 17

BAB V VIRTUAL MOVEMENT SERUAN PERDAMAIAN DI KOTA YOGYAKARTA FORUM JOGJA DAMAI (FJD) - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Virtual Movement Seruan Perdamaian di Kota Yogyakarta Forum Jogja Damai (FJD)

0 0 17