Tag Archives Pengertian Belajar Menurut
Tag Archives:
Pengertian Belajar
Menurut Psikologi Humanistik
SEP 12012
Pengertian Belajar Menurut
Psikologi Humanistik
Pengertian Belajar Menurut Psikologi Humanistik
Pada akhir tahun 1940-an muncul suatu perspektif psikologi baru. Orang-orang yang terlibat
dalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam perkembangan ini, misalnya ahli-ahli
psikologi klinik, pekerja-pekerja sosial dan konseler. Gerakan ini erkembang, dan kemudian
dikenal sebagai psikologi humanistik, eksestensial, perceptual, atau fenomenologikal.
Psikologi ini berusaha untuk memahami perilaku seseorang dari sudut si pelaku (behaver),
bukan dari pengamat (observer).
Dalam dunia pendidikan, aliran humanistik muncul pada tahun 1960 sampai 1970-an dan
mungkin perubahan-perubahan dan inovasi yang terjadi selama dua dekade yang terakhir
pada abad 20 ini pun juga akan menuju pada arah ini (John Jarolimak ek, Clifor D Foste,
1976, halaman 330)
Perhatian psikologi humanistik yang terutama tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap
individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan
kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Menurut para pendidik aliran humanistik
penyusunan dan penyajian materi pelajaran barus sesuai dengan perasaan dan perhatian
siswa.
Tujuan utama para pendidik ialah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu
membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia
yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka
(Hamachek, 1977, p. 148).
Psikologi humanistik berkeyakinan bahwa anak termasuk makhluk yang unik, beragam,
berbeda antara satu dengan yang lain. Keberagaman yang ada pada diri anak, hendaknya
dikukuhkan. Dengan demikian, seorang pendidik atau guru bukanlah bertugas untuk
membentuk anak menjadi manusia sesuai yang ia kehendaki, melainkan memantapkan visi
yang telah ada pada anak itu sendiril untuk itu, seorang pendidik pertama kali membantu
anak untuk memahami diri mereka sendiri, dan tidak memaksakan pemahamannya sendiri
mengenai diri siswa.
Keberagaman anak tidak saja dari segi lahir, melainkan yang terutama adalah dari segi
batinnya. Oleh karena itu, jika ingin memahami anak, tidak dapat dengan menggunakan
perspektif orang yang memahami, melainkan dengan menggunakan perspektif orang yang
dipahami.
Behaviorisme Versus Humanistik
Dalam menyoroti masalah perilaku, ahli-ahli psikologi behavioral dan humanistik
mempunyai pandangan yang sangat berbeda. Perbedaan ini dikenal sebagai freedom of
determination issue. Para behaviorest memandang orang sebagai makhluk reaktif yang
memberikan responsnya terhadap lingkungannya. Pengalaman lampau dan pemeliharaan
akan membentuk perilaku mereka. Sebaliknya para humanistik mempunyai pendapat
bahwa tiap orang itu menentukan perilaku mereka sendiri. Mereka bebas dalam memilih
kualitas hidup mereka, tidak terikat oleh lingkungannya.
Sebagaimana disebtakan diatas, bahwa pandangan psikologi humanistik merupakan anti
tesa dari pandangan psikologi behavioristik. Eka dalam pandangan psikologi behavioristik,
belajar merupakan kontrol instrumental yang dilakukan oleh lingkungan, maka dalam
pandangan psikologi humanistik justru sebaliknya. Belajar dilakukan dengan cara
memberikan kebebasan yang sebesar-besarnya kepada individu.
Tokoh-Tokoh Humanistik
Ada beberapa tokoh yang menonjol dalam aliran humanistik seperti: Combs, Maslov, dan
Rogers
1) Combs :
Combs dan kawan-kawan menyatakan apabila kita ingin memahami perilaku orang kita
harus mencoba memahami dunia persepsi orang itu. Apabila kita ingin mengubah perilaku
seseorang, kita harus berusaha mengubah keyakinan atau pandangan orang itu, perilaku
dalamlah yang membedakan seseorang dari yang lain. Combs dan kawankawan selanjutnya
mengatakan bahwa perilaku buruk itu sesungguhnya tak lain hanyalah dari ketidakmauan
seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.
Apabila seorang guru mengeluh bahwa siswanya tidak mempunyai motivasi untuk
melakukan sesuatu, ini sesungguhnya berarti, bahwa siswa itu tidak mempunyai motivasi
untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh guru itu. Apabila guru itu memberikan
aktivitas yang lain, mungkin sekali siswa akan memberikan reaksi yang positif. Para ahli
humanistik melihat adanya dua bagian pada leaming, yaitu:
1. Pemerolehan informasi baru,
2. Personalisasi informasi, ini pada individu.
Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa
siswa mau belajar apabila subject matter-nya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya.
Padahal arti tidaklah menyatu pada subject matter itu, dengan kata lain di individulah yang
memberikan arti tadi kepadasubject matter itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana
caranya membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari subject matter itu,
bagaimana siswa itu menghubungkan subject matter itu dengan kehidupannya (Principles of
Instruction Design oleh Robert M. Gayne & Leshe J. Briggs, halaman 212).
Combs memberikan lukisan persepsi diri dan persepsi dunia seseorang seperti dua lingkaran
(besar dan kecil) yang bertitik pusat satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi
diri dan lingkaran besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari
persepsi diri makin berkurang pengaruhya pada individu dan makin dekat peristiwaperistiwa itu dari persepsi diri makin besar pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal
yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
2) Maslov
Teori didasarkan atas asumsi bahwa di dalam diri kita ada dua hal :
(1) Suatu usaha yang positif untuk berkembang
(2) Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu, (maslov, 1968)
Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut
untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut
membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya. Tetapi mendorong untuk maju ke
arah keutuhan, keunikan diri, menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat
menerima diri sendif (self).
Maslov membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila
seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fsiologis, barulah
ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di tasnya, ialah kebutuhan mendapatkan
rasa aman dan seterusnya. Hirarki kebutuhan manusia menurut Maslov ini mempunyai
implikasi yang penting yang harus diperhatikan oleh guru pada waktu ia mengajar anakanak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar tidak mungkin berkembang
kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.
3) Carl Rogers
Salah seorang tokoh psikologi humanistik adalah Carl Rogers, seorang ahli psikoterapi. la
mempunyai pandangan bahwa siswa yang belajar hendaknya tidak dipaksa, melainkan
dibiarkan belajar bebas. Tidak itu saja, siswa juga diharapkan dapat membebaskan dirinya
hingga ia dapat mengambil keputusan sendiri dan berani bertanggung jawab atas
keputusan-keputusan yang ia ambil atau pilih.
Dalam belajar demikian, anak tidak dketak menjadi oran lain melainkan dibiarkan dan
dipupuk untuk menjadi dirinya sendiri. la tidak direkayasa agar terikat kepada orang lain,
bergantung kepada pihak lain dan memenuhi harapan orang lain. la dibiarkan agar tetap
bisa menjadi arsitek buat dirinya sendiri.
Rogers mengemukakan prinsip-prinsip belajar humanistik sebagai berikut :
1. a. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar merupakan suatu hal yang bersifat alamiah bagi manusia. Ini
disebabkan adanya hasrat ingin tahu manusia yang terus menerus terhadap dunia dengan
segala isinya. Hasrat ingin tahu yang demikian terhadap dunia sekelilingnya, menjadikan
penyebab seseorang senantiasa berusaha mencari jawabannya. Dalam proses mencari
jawaban inilah, seseorang mengalami aktivitas-aktivitas belajar.
1. b. Belajar bermakna.
Dalam pandangan psikologi humanistik makna sangat penting dalam belajar. Seorang
beraktivitas atau tidak senantiasa akan menimbang-nimbang apakah aktivitas tersebut
menipunyai makna buat dirinya. Sebab, sesuatu yang tak bermakna bagi dirinya, tentu tidak
akan ia lakukan.
1. c. Belajar tanpa hukuman.
Hukuman memang dapat saja membuat seseorang untuk belajar. Tetapi, hasil belajar
demikian tidak akan bertahan lama. la melakukan aktivitas sekedar menghindari ancaman
hukuman. Pada hal, manakala hukuman tak ada, aktivitaspun tidak akan dilakukan. Oleh
karena itu, agar anak belajar justru harus dibebaskan dari ancaman hukuman.
Belajar yang terbebas dari ancaman hukuman demikian im menjadikan penyebab anak
bebas melakukan apa saja, mencoba-coba sesuatu yang bermanfaat buat dirinya.
mengadakan eksperimentasi-eksperimentasi hingga anak dapat menemukan sendiri
mengenai sesuatu yang baru. Kreativitas anak dalam belajar yang bebas dari ancaman
hukuman dengan sendirinya juga akan meningkat.
1. d. Belajar dengan inisiatif sendiri.
Belajar dengan inisiatif sendiri pada diri pembelajar sebenamya menyiratkan betapa
tingginya motivasi internal yang dipunyai. Pembelajar yang banyak berinisiatif tatkala
belajar, senantiasa mencari cara-cara hingga dia berhasil dalam belajarnya. Inisialif yang
lahir dari diri sendiri im juga menunjukkan rendalmya dependensi pembelajar terhadap
orang lain. la akan bebas melakukan apa saja dalam belajarnya. dan tidak terikat oleh
rekayasa-rekayasa yang berasal dari lingkungannya. Pada diri pembelajar yang kaya
inisiatif, terdapat kemampuan untuk mengarahkan dirinya sendiri, menentukan pilihannya
sendiri serta berusaha menimbang-nimbang sendiri mana hal yang baik bagi dirinya. la akan
berusaha dengan totalitas pribadinya untuk mencapai sesuatu yang ia cita-citakan.
1. e. Belajar dan perubahan.
Dunia terus berubah, dan siapapun di dunia ini tak ada yang dapat menangkal perobahan.
Oleh karena itu, pembelajar haruslah dapat belajar dalam segala kondisi dan situasi yang
serba berubah. Kalau tidak, ia akan terlindas oleh perubahan.
Dengan demikian, belajar yang sekedar mengingat fakta, menghafal sesuatu, dipandang
tidak cukup. Orang harus dapat menyesuaikan dalam sebuah dunia yang senantiasa
berubah.
Dalam bukunya freedom to learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip belajar
humanistik yang penting, di antaranya adalah :
(1)
Manusia itu mempunyai kemampuan untuk belajar secara alami.
(2)
Belajar yang signifkan terjadi apabila subject matter di rasakan murid mempunyai
relevansi dengan maksud-maksudnya sendiri.
(3)
Belajar yang menyangkut suatu perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya
sendiri dianggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
(4)
Tugas-tugas belajar yang mengancam diri adalah lebilh mudah dirasakan dan
diasimilasikan apabila ancaman- ancaman dari luar itu semakin kecil
(5)
Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan
berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar
(6)
Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
(7)
Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut
bertanggung-jawab terhadap proses belajar itu.
(8)
Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi
siswa seutuhnya baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan
basil yang mendalam dan lestari.
(9)
Kepercayaan tehadap diri sendiri, kemerdekaan. kreativitas lebih mudah dicapai
terutama siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengeritik dirinya sendiri dan penilaian diri
orang lain merupakan cara kedua yang penting.
(10) Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar
mengenai proses belajar. suatu keterbukaan yang terus-menerus terhadap pengalaman dan
penyatuannya ke dalam dirinya sendiri mengenai proses perubahan itu.
source: ayahalby.wordpress.com
By nDan Beibeck • Posted in pendidikan, pengetahuan • Tagged belajar, Pengertian Belajar, Pengertian
Belajar Menurut Psikologi Humanistik, Psikologi Humanistik
Pengertian Belajar
Menurut Psikologi Humanistik
SEP 12012
Pengertian Belajar Menurut
Psikologi Humanistik
Pengertian Belajar Menurut Psikologi Humanistik
Pada akhir tahun 1940-an muncul suatu perspektif psikologi baru. Orang-orang yang terlibat
dalam penerapan psikologilah yang berjasa dalam perkembangan ini, misalnya ahli-ahli
psikologi klinik, pekerja-pekerja sosial dan konseler. Gerakan ini erkembang, dan kemudian
dikenal sebagai psikologi humanistik, eksestensial, perceptual, atau fenomenologikal.
Psikologi ini berusaha untuk memahami perilaku seseorang dari sudut si pelaku (behaver),
bukan dari pengamat (observer).
Dalam dunia pendidikan, aliran humanistik muncul pada tahun 1960 sampai 1970-an dan
mungkin perubahan-perubahan dan inovasi yang terjadi selama dua dekade yang terakhir
pada abad 20 ini pun juga akan menuju pada arah ini (John Jarolimak ek, Clifor D Foste,
1976, halaman 330)
Perhatian psikologi humanistik yang terutama tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap
individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan
kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Menurut para pendidik aliran humanistik
penyusunan dan penyajian materi pelajaran barus sesuai dengan perasaan dan perhatian
siswa.
Tujuan utama para pendidik ialah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu
membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia
yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka
(Hamachek, 1977, p. 148).
Psikologi humanistik berkeyakinan bahwa anak termasuk makhluk yang unik, beragam,
berbeda antara satu dengan yang lain. Keberagaman yang ada pada diri anak, hendaknya
dikukuhkan. Dengan demikian, seorang pendidik atau guru bukanlah bertugas untuk
membentuk anak menjadi manusia sesuai yang ia kehendaki, melainkan memantapkan visi
yang telah ada pada anak itu sendiril untuk itu, seorang pendidik pertama kali membantu
anak untuk memahami diri mereka sendiri, dan tidak memaksakan pemahamannya sendiri
mengenai diri siswa.
Keberagaman anak tidak saja dari segi lahir, melainkan yang terutama adalah dari segi
batinnya. Oleh karena itu, jika ingin memahami anak, tidak dapat dengan menggunakan
perspektif orang yang memahami, melainkan dengan menggunakan perspektif orang yang
dipahami.
Behaviorisme Versus Humanistik
Dalam menyoroti masalah perilaku, ahli-ahli psikologi behavioral dan humanistik
mempunyai pandangan yang sangat berbeda. Perbedaan ini dikenal sebagai freedom of
determination issue. Para behaviorest memandang orang sebagai makhluk reaktif yang
memberikan responsnya terhadap lingkungannya. Pengalaman lampau dan pemeliharaan
akan membentuk perilaku mereka. Sebaliknya para humanistik mempunyai pendapat
bahwa tiap orang itu menentukan perilaku mereka sendiri. Mereka bebas dalam memilih
kualitas hidup mereka, tidak terikat oleh lingkungannya.
Sebagaimana disebtakan diatas, bahwa pandangan psikologi humanistik merupakan anti
tesa dari pandangan psikologi behavioristik. Eka dalam pandangan psikologi behavioristik,
belajar merupakan kontrol instrumental yang dilakukan oleh lingkungan, maka dalam
pandangan psikologi humanistik justru sebaliknya. Belajar dilakukan dengan cara
memberikan kebebasan yang sebesar-besarnya kepada individu.
Tokoh-Tokoh Humanistik
Ada beberapa tokoh yang menonjol dalam aliran humanistik seperti: Combs, Maslov, dan
Rogers
1) Combs :
Combs dan kawan-kawan menyatakan apabila kita ingin memahami perilaku orang kita
harus mencoba memahami dunia persepsi orang itu. Apabila kita ingin mengubah perilaku
seseorang, kita harus berusaha mengubah keyakinan atau pandangan orang itu, perilaku
dalamlah yang membedakan seseorang dari yang lain. Combs dan kawankawan selanjutnya
mengatakan bahwa perilaku buruk itu sesungguhnya tak lain hanyalah dari ketidakmauan
seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.
Apabila seorang guru mengeluh bahwa siswanya tidak mempunyai motivasi untuk
melakukan sesuatu, ini sesungguhnya berarti, bahwa siswa itu tidak mempunyai motivasi
untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh guru itu. Apabila guru itu memberikan
aktivitas yang lain, mungkin sekali siswa akan memberikan reaksi yang positif. Para ahli
humanistik melihat adanya dua bagian pada leaming, yaitu:
1. Pemerolehan informasi baru,
2. Personalisasi informasi, ini pada individu.
Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa
siswa mau belajar apabila subject matter-nya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya.
Padahal arti tidaklah menyatu pada subject matter itu, dengan kata lain di individulah yang
memberikan arti tadi kepadasubject matter itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana
caranya membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari subject matter itu,
bagaimana siswa itu menghubungkan subject matter itu dengan kehidupannya (Principles of
Instruction Design oleh Robert M. Gayne & Leshe J. Briggs, halaman 212).
Combs memberikan lukisan persepsi diri dan persepsi dunia seseorang seperti dua lingkaran
(besar dan kecil) yang bertitik pusat satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi
diri dan lingkaran besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari
persepsi diri makin berkurang pengaruhya pada individu dan makin dekat peristiwaperistiwa itu dari persepsi diri makin besar pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal
yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
2) Maslov
Teori didasarkan atas asumsi bahwa di dalam diri kita ada dua hal :
(1) Suatu usaha yang positif untuk berkembang
(2) Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu, (maslov, 1968)
Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut
untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut
membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya. Tetapi mendorong untuk maju ke
arah keutuhan, keunikan diri, menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat
menerima diri sendif (self).
Maslov membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila
seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fsiologis, barulah
ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di tasnya, ialah kebutuhan mendapatkan
rasa aman dan seterusnya. Hirarki kebutuhan manusia menurut Maslov ini mempunyai
implikasi yang penting yang harus diperhatikan oleh guru pada waktu ia mengajar anakanak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar tidak mungkin berkembang
kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.
3) Carl Rogers
Salah seorang tokoh psikologi humanistik adalah Carl Rogers, seorang ahli psikoterapi. la
mempunyai pandangan bahwa siswa yang belajar hendaknya tidak dipaksa, melainkan
dibiarkan belajar bebas. Tidak itu saja, siswa juga diharapkan dapat membebaskan dirinya
hingga ia dapat mengambil keputusan sendiri dan berani bertanggung jawab atas
keputusan-keputusan yang ia ambil atau pilih.
Dalam belajar demikian, anak tidak dketak menjadi oran lain melainkan dibiarkan dan
dipupuk untuk menjadi dirinya sendiri. la tidak direkayasa agar terikat kepada orang lain,
bergantung kepada pihak lain dan memenuhi harapan orang lain. la dibiarkan agar tetap
bisa menjadi arsitek buat dirinya sendiri.
Rogers mengemukakan prinsip-prinsip belajar humanistik sebagai berikut :
1. a. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar merupakan suatu hal yang bersifat alamiah bagi manusia. Ini
disebabkan adanya hasrat ingin tahu manusia yang terus menerus terhadap dunia dengan
segala isinya. Hasrat ingin tahu yang demikian terhadap dunia sekelilingnya, menjadikan
penyebab seseorang senantiasa berusaha mencari jawabannya. Dalam proses mencari
jawaban inilah, seseorang mengalami aktivitas-aktivitas belajar.
1. b. Belajar bermakna.
Dalam pandangan psikologi humanistik makna sangat penting dalam belajar. Seorang
beraktivitas atau tidak senantiasa akan menimbang-nimbang apakah aktivitas tersebut
menipunyai makna buat dirinya. Sebab, sesuatu yang tak bermakna bagi dirinya, tentu tidak
akan ia lakukan.
1. c. Belajar tanpa hukuman.
Hukuman memang dapat saja membuat seseorang untuk belajar. Tetapi, hasil belajar
demikian tidak akan bertahan lama. la melakukan aktivitas sekedar menghindari ancaman
hukuman. Pada hal, manakala hukuman tak ada, aktivitaspun tidak akan dilakukan. Oleh
karena itu, agar anak belajar justru harus dibebaskan dari ancaman hukuman.
Belajar yang terbebas dari ancaman hukuman demikian im menjadikan penyebab anak
bebas melakukan apa saja, mencoba-coba sesuatu yang bermanfaat buat dirinya.
mengadakan eksperimentasi-eksperimentasi hingga anak dapat menemukan sendiri
mengenai sesuatu yang baru. Kreativitas anak dalam belajar yang bebas dari ancaman
hukuman dengan sendirinya juga akan meningkat.
1. d. Belajar dengan inisiatif sendiri.
Belajar dengan inisiatif sendiri pada diri pembelajar sebenamya menyiratkan betapa
tingginya motivasi internal yang dipunyai. Pembelajar yang banyak berinisiatif tatkala
belajar, senantiasa mencari cara-cara hingga dia berhasil dalam belajarnya. Inisialif yang
lahir dari diri sendiri im juga menunjukkan rendalmya dependensi pembelajar terhadap
orang lain. la akan bebas melakukan apa saja dalam belajarnya. dan tidak terikat oleh
rekayasa-rekayasa yang berasal dari lingkungannya. Pada diri pembelajar yang kaya
inisiatif, terdapat kemampuan untuk mengarahkan dirinya sendiri, menentukan pilihannya
sendiri serta berusaha menimbang-nimbang sendiri mana hal yang baik bagi dirinya. la akan
berusaha dengan totalitas pribadinya untuk mencapai sesuatu yang ia cita-citakan.
1. e. Belajar dan perubahan.
Dunia terus berubah, dan siapapun di dunia ini tak ada yang dapat menangkal perobahan.
Oleh karena itu, pembelajar haruslah dapat belajar dalam segala kondisi dan situasi yang
serba berubah. Kalau tidak, ia akan terlindas oleh perubahan.
Dengan demikian, belajar yang sekedar mengingat fakta, menghafal sesuatu, dipandang
tidak cukup. Orang harus dapat menyesuaikan dalam sebuah dunia yang senantiasa
berubah.
Dalam bukunya freedom to learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip belajar
humanistik yang penting, di antaranya adalah :
(1)
Manusia itu mempunyai kemampuan untuk belajar secara alami.
(2)
Belajar yang signifkan terjadi apabila subject matter di rasakan murid mempunyai
relevansi dengan maksud-maksudnya sendiri.
(3)
Belajar yang menyangkut suatu perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya
sendiri dianggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
(4)
Tugas-tugas belajar yang mengancam diri adalah lebilh mudah dirasakan dan
diasimilasikan apabila ancaman- ancaman dari luar itu semakin kecil
(5)
Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan
berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar
(6)
Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
(7)
Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut
bertanggung-jawab terhadap proses belajar itu.
(8)
Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi
siswa seutuhnya baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan
basil yang mendalam dan lestari.
(9)
Kepercayaan tehadap diri sendiri, kemerdekaan. kreativitas lebih mudah dicapai
terutama siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengeritik dirinya sendiri dan penilaian diri
orang lain merupakan cara kedua yang penting.
(10) Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar
mengenai proses belajar. suatu keterbukaan yang terus-menerus terhadap pengalaman dan
penyatuannya ke dalam dirinya sendiri mengenai proses perubahan itu.
source: ayahalby.wordpress.com
By nDan Beibeck • Posted in pendidikan, pengetahuan • Tagged belajar, Pengertian Belajar, Pengertian
Belajar Menurut Psikologi Humanistik, Psikologi Humanistik