Mengetahui proses pembuatan Perencanaan Teknik Jalan Raya

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang
Jalan raya adalah salah satu sarana transportasi yanag paling banyak dipergunakan
untuk menunjang perekonomian maupun kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari. Jalan
raya berfungsi untuk melewatkan lalu lintas diatasnya dengan cepat, aman dan nyaman.
Transportasi darat merupakan sistem trasportasi yang terbesar dan yang paling
mendapat perhatian. Hal ini terutama disebabkan oleh aktivitas manusia pada umumnya
dilakukan di darat, dimana sistem transportasi darat ini memerlukan prasarana jalan
sebagai jalur penghubung sebagai penunjang perekonomian, perkembangan wilayah,
perkembangan sosial dan perkembangan kebudayaan.
Ditinjau dari segi manfaatnya tersebut maka jalan raya sangat memerlukan
pengembangan dan pengelolaan yang sungguh-sungguh agar selalu dapat melayani
kebutuhan lalu lintas bagi masyarakat yang semakin meningkat.
Untuk mendapatkan jalan yang baik dan nyaman, sesuai dengan kelas jalan yang
telah ditetapkan oleh pemerintah yaitu Direktorat Jenderal Bina Marga maka perlu
ditinjau aspek geometriknya sebagai dasar perencanaan untuk menentukan kecepatan
rencana yang layak untuk jalan tersebut. Kecepatan rencana ( VR ) adalah kecepatan
yang dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik yang memungkinkan kendaraankendaraan bergerak dengan aman dan nyaman dengan kondisi cuaca yang cerah, lalu
lintas yang lengang dan pengaruh samping jalan yang tidak berarti (Sukirman S, 1994).

Untuk perencanaan jalan raya yang baik, bentuk geometriknya harus ditetapkan
sedemikian rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat memberikan pelayanan yang
optimal kepada lalu lintas sesuai dengan fungsinya, sebab tujuan akhir dari perencanaan
geometrik ini adalah menghasilkan infrastruktur yang aman, efisiensi pelayanan arus
lalu lintas dan memaksimalkan ratio tingkat penggunaan biaya juga memberikan rasa
aman dan nyaman kepada pengguna jalan.

1

1.2. Rumusan masalah
Dari uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu :
1. Bagaimana proses pembuatan Perencanaan Teknik Jalan Raya?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui proses pembuatan Perencanaan Teknik Jalan Raya.
1.4. Manfaat
Hasil Perencanaan Teknik Jalan Raya ini diharapkan dapat dipakai sebagai informasi
ilmiah kepada instansi terkait yang berkompeten terhadap permasalahan ini, dalam
perancangan jalan raya untuk menunjang perkembangan laju ekonomi untuk Indonesia,
khususnya pembangunan prasarana transportasi. Selain itu hasil dari perencanaan ini

diharapkan dapat menjadi rujukan atau pembanding bagi perencanaan lain.

2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jalan Raya
2.1.1. Pengertian Jalan Raya
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi
lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan
kereta api, jalan lori, dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun
2006).
Jalan raya adalah jalur - jalur tanah di atas permukaan bumi yang dibuat
oleh manusia dengan bentuk, ukuran - ukuran dan jenis konstruksinya sehingga
dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan kendaraan
yang mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah
dan cepat (Clarkson H.Oglesby,1999).

2.1.2. Klasifikasi Jalan Raya
Jalan raya pada umumnya dapat digolongkan dalam 4 klasifikasi yaitu:
klasifikasi menurut fungsi jalan, klasifkasi menurut kelas jalan, klasifikasi
menurut medan jalan dan klasifikasi menurut wewenang pembinaan jalan (Bina
Marga 1997).
2.1.2.1. Klasifikasi Menurut Fungsi Jalan
Klasifikasi menurut fungsi jalan terdiri atas 3 golongan yaitu:
1. Jalan arteri yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciriciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah
jalan masuk dibatasi secara efisien.
2. Jalan

kolektor

yaitu

jalan

yang

melayani


angkutan

pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang,
kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.

3

3. Jalan lokal yaitu Jalan yang melayani angkutan setempat dengan
ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan
jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
2.1.2.2. Klasifikasi Menurut Kelas Jalan
Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan
untuk menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu
terberat (MST) dalam satuan ton.
Tabel 2.1. Klasifikasi jalan raya menurut kelas jalan
Fungsi

Arteri


Kelas

Muatan Sumbu
Terberat/MST (ton)

I

>10

II

10

IIIA

8

III A

Kolektor


8

III B

Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen
Bina Marga, 1997.

2.1.2.3. Klafifikasi Menurut Medan Jalan
Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar
kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis kontur. Keseragaman
kondisi

medan

yang

diproyeksikan

harus


mempertimbangkan

keseragaman kondisi medan menurut rencana trase jalan dengan
mengabaikan perubahan-perubahan pada bagian kecil dari segmen
rencana jalan tersebut.
Tabel 2..2. Klasifikasi Menurut Medan Jalan
No

Jenis Medan

Notasi

Kemiringan
Medan (%)

1

Datar


D

25

Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen
Bina Marga 1997.

2.1.2.4. Klasifikasi Menurut Wewenang Pembinaan Jalan (Bina Marga 1997)
Klasifikasi menurut wewenang pembinaan jalan terdiri dari:
1. Jalan desa, yang meliputi semua jalan di desa.
2. Jalan kabupaten atau kotamadya, yang meliputi semua jalan di
kabupaten dan kotamadya.
3. Jalan propinsi, selain melayani lalu lintas dalam propinsi, juga
berfungsi menghubungkan dengan propinsi lainnya.
4. Jalan negara, berfungsi menghubungkan ibukota-ibukota propinsi.
2.2. Perencanaan Jalan Raya
2.2.1 Alinyemen Horizontal
Alinyemen horizontal/trase jalan, terutama di titik beratkan pada perencanaan
sumbu jalan. Pada gambar tersebut akan terlihatkan apakah jalan tersebut jalan
lurus, garis menikung kekiri, atau menikung kekanan. Sumbu jalan terdiri dari

rangkaian garis lurus, lengkung berbentuk lingkaran dan berbentuk lenkung
peralihan. Perencanaan geometrik jalan menfokuskan pilihan letak dan panjang
dari bagian-bagian jalan, sesuai dengan kondisi medan sehinga terpenuhi
kebutuhan akan pengoperasian lalu lintas dan keamanan (ditinjau dari jarak
pandang pengemudi kendaraan ditikungan).
Alinyemen horizontal terdiri dari :
1. Bagian Lurus
2. Bagian Lengkung (Tikungan)
3. Tikungan gabungan

5

PANJANG BAGIAN LURUS

Panjang Bagian Lurus Maximum (m)
Fungsi
Datar

Perbukitan


Pegunungan

Arteri

3000

2500

2000

Kolektor

2000

1750

1500

Lokal


1500

1200

750

LENGKUNG (TIKUNGAN)

RUMUS UMUM LENGKUNG HORIZONTAL

Dmax 
Rmin

Rmin

25
x360 o
2R

VR2

127 (emax  f max )

= Jari jari tikungan minimum (m)
6

Dmax

= Derajat maksimum

VR

= Kecepatan kendaraan rencana (Km/jam)

emax

= Superelevasi maksimum (%)

fmax

= Koefisien gesekkan melintang maksimum

Dimana nilai fmax dicari dengan menggunakan grafik berikut

7

Bentuk lengkung horizontal:
1. Full Circle
Lengkung yang hanya terdiri dari bagian lengkung tanpa adanya peralihan. Yang
dimaksud disini adalah hanya ada satu jari2 lingkaran pada lengkung tersebut.

Keterangan gambar : ∆ = sudut tikungan
O = titik pusat lingkaran
T = panjang tangen , jarak dari TC – PI dan PI – CT
R

= jari-jari lingkaran

Lc = panjang busur lingkaran
E = jarak PI ke CC
dapat dihitung dengan rumus berikut ini:

2.

Spiral - Circle – Spiral

8

Lengkung terdiri atas bagian lengkungan (Circle) dengan bagian peralihan
(Spiral) untuk menghubungkan dengan bagian yang lurus FC. Dua bagian
lengkung di kanan-kiri FC itulah yg disebut Spiral. (lihat perbedaan dengan FC).

Keterangan :
Xs

= absis titik SC pada garis tangent, jarak dari titik TS ke SC

Ys

= ordinat titik SC pada garis tegak lurus garis tangent. jarak tegak lurus
ke titik SC pada lengkung

Ls

= panjang lengkung peralihan (panjang TS ke SC atau CS ke ST)

Lc

= panjang busur lingkaran ( panjang dari SC ke CS )

TS

= titik dari tangent ke spiral

SC

= titik dari spiral ke lingkaran

Es

= jarak dari PI ke busur lingkaran

Rc

= jari-jari lingkaran

Θs

= sudut lengkung dpiral

p

= pergeseran tangent terhadap spiral

k

= absis dari p pada garis tangent spiral

9

dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:

3.

Spiral – Spiral
Lengkung yg hanya terdiri dari spiral-spiral saja tanpa adanya circle. Ini
merupakan model SCS tanpa circle. Lengkung ini biasanya terdapat di tikungan
dengan kecepatan sangat tinggi. (lihat perbedaan dengan SCS)

10

dapat dihitung dengan rumus dibawah ini:

Diagram Superelevasi

11

Diagram Super Elevasi Circle-Circle

Diagram Super Elevasi Spiral-Cirle-Spiral

12

Diagram Super Elevasi Spiral-Spiral
Tikungan Gabungan :
Ada 2 macam tikungan gabungan :
1. Tikungan Gabungan Searah .

13

2. Tikungan Gabungan Berbalik. .

14

2.2.2 Alinyemen Vertikal
Pada gambar akan terlihat apakah jalan tersebut tanpa kelandaian, mendaki
atau menurun, pada perencanaan alinyemen vertikal ini di pertimbangkan
b17agaimana meletakkan sumbu jalan sesuai kondisi medan dengan
menperhatikan sifat operasi kendaraan, keamanan jarak pandang dan fungsi
jalan. Pemilihan alinyemen vertikal, berkaitan dengan pekerjaan tanah yang
mungkin timbul akibat adanya galian dan timbunan yang harus di lakukan.
Kondisi yang baik antara alinyemen vertikal dan horinzontal memberikan
keamanan dan kenyamanan pada pemakai jalan. Perencanaan ini diharapkan
dapat miningkatkan umur pada konstruksi jalan tersebut. Selain itu dari segi
ekonomis diharapkan dapat menguntungkan.
Kelandaian maksimum
Pembatasan kelandaian (maksimum) dimaksudkan untuk memungkinkan
kendaraan bergerak terus tanpa harus kehilangan kecepatan yang berarti.

Panjang lengkung vertikal
Lengkung vertikal harus disediakan pada setiap lokasi yang mengalami
perubahan kelandaian, dengan tujuan :
1. Mengurangi goncangan akibat perubahan kelandaian, dan
2. Menyediakan jarak pandang henti.

15

Lengkung vertikal dalam standar ini ditetapkan berbentuk parabola
sederhana. Panjang lengkung vertikal cembung, berdasarkan jarak pandangan
henti dapat ditentukan dengan rumus berikut :
a.

Jika jarak pandang lebih kecil dari panjang lengkung vertikal (s < l)

b.

Jika jarak pandang lebih besar dari panjang lengkung vertikal (S > L)

Panjang minimum lengkung vertikal cembung berdasarkan jarak pandangan
henti, untuk setiap kecepatan rencana (VR) dapat menggunakan Tabel 20.

16

Panjang lengkung vertikal cekung berdasarkan jarak pandangan henti dapat
ditentukan dengan rumus berikut (AASHTO, 2001) :
a.

Jika jarak pandang lebih kecil dari panjang lengkung vertikal (S < L)

b.

Jika jarak pandang lebih besar dari panjang lengkung vertikal (S > L)

dengan pengertian :
L = panjang lengkung cekung (m)
A = perbedaan aljabar landai (%)
S = jarak pandang henti (m)
Panjang minimum lengkung vertikal cekung berdasarkan jarak pandangan
henti, untuk setiap kecepatan rencana (VR) dapat menggunakan Tabel 21.

Panjang lengkung vertikal cekung berdasarkan jarak pandangan lintasan di
bawah dapat ditentukan dengan rumus berikut (AASHTO, 2001):
a.

Jika jarak pandang lebih kecil dari panjang lengkung vertikal (S < L)

17

b.

Jika jarak pandang lebih besar dari panjang lengkung vertikal (S > L)

dengan pengertian :
L = panjang lengkung vertikal cekung (m)
A = perbedaan aljabar landai (%)
S = jarak pandang (m)
C = kebebasan vertikal (m)

18

BAB III
ANALISA DATA

3.1. Perencanaan Alinyemen Horizontal
a.

b.

Koordinat
Titik A

=

(0,000 ; 0,000)

Titik B

=

( 72,9798 ; -74,5499 )

Titik C

=

(146,7099 ; -37,8865 )

Titik D

=

(184,0559 ; 36,1562 )

Titik E

=

(292,8566 ; -1,6710 )

=

A
xB−x ¿
¿
(¿ 2¿+( yB− yA )²)
¿
√¿

=

(72,9798−0,000) ²
¿
0,000
−74,5499−¿
¿
√¿

Jarak (cm)

d A-B

=

104,325 cm

19

d B-C

=

xB
xC−¿
¿
(¿ 2¿+( yC− yB)²)
¿
√¿

=

(146,7099−72,9798)²
(¿+(−37,8865−(−74,5499 ))²)
√¿

=

d C-D

=

C
xD−x ¿
¿
(¿ 2¿+( yD− yC) ²)
¿
√¿

=

(184,0559−146,7099 )2
(¿+( 36,1562 — 37,8865) ²)
√¿

=

d D-E

82,343 cm

82,928 cm

=

D
xE−x ¿
¿
(¿ 2¿+( yE− yD) ²)
¿
√¿

=

(292,8566−184,0559) ²
(¿+(−1,6710−( 36,1562 ))²)
√¿

=

115,189 cm

20

c.

Azimuth
α AB

=

135˚36’35”

α BC

=

α AB - α BA

=

135˚36’35” - 72˚2’58”

=

63˚33’37”

=

63,5604˚

=

α BC - ˂BCD + 180°

=

63˚33’37” - 143˚12’19” + 180°

=

26˚45’56”

=

26,7657˚

=

α DC - ˂CDE + 180°

=

26˚45’56” - 97˚35’40” - 180°

=

109˚10’19”

=

109,1712˚

α CD

α DE

4.

Menghitung Sudut Pusat
Δ1 (PI-I)

=

α AB - α BC

=

135˚36’35” - 63,5604˚

=

72,049˚

Δ2 (PI-II) =
=

α BC - α CD
63,5604˚ - 26,7657˚
21

=
Δ3 (PI-III) =

36,7947˚
( α CD - α DE ) + 180˚

=

( 26,7657˚ - 109,1712˚ ) + 180˚

=

97,5945˚

22

Diketahui

:

emax

= 10%

VR

= 80 km/jam

∆1

= 72,0494

∆2

= 36,7947

∆3

= 82,4056

fmax

= 0,14

Tahapan perencanaan


TIKUNGAN I (PI I)
a. Menentukan R rencana dan mencari derajat kelengkungan
V R2
Rmin =
127 (e max + f max )
80 2
Rmin =
127 (0,1+0,14)
Rmin =209,974 m
Direncanakan Rrencana > Rmin = 250 > 209,974
25
°
×360
2πR
25
Dmax =
×360°
2 π (250)
°
Dmax =5,730
Dmax =

23

b.

c.

Mencari panjang lengkung spiral (Ls)
1. Berdasarkan waktu tempuh max (3 dt) untuk melintasi lengkung peralihan
V
Ls= R ×T
3,6
80
Ls=
×3
3,6
Ls=66,667 m
2.

Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal (Modifikasi Shortt)
3
VR
VR×e
Ls=0,022
−2,727
Rc × C
C
3
80
80 × 0,1
Ls=0,022
−2,727
250 ×0,4
0,4
Ls=58,1m

3.

Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian
e
(¿ ¿ m−en )
VR
3,6 . T e
Ls=¿
(0,1−0,02)
Ls=
80
3,6 .0,025
Ls=71,111m

4.

Berdasarkan dari tabel panjang minimal spiral
Dari tabel diperoleh Ls = 80 m

Sudut apit sudut spiral (θs)
90 L
θ s= . s
π Rc
90 80
θ s= .
π 250
θ s=9,167 °

24

d.

Panjang lengkung circle (Lc)
(∆ 1−2θ s )
Lc=
. π . Rc
180
( 72,0494−2 .9,167 )
Lc=
. π .250
180
Lc=234,378 m
Karena Lc > 25 m , maka digunakan diagram S-C-S

e.

Panjang lengkung total (Lt)
Lt = Lc + 2 Ls
Lt = 234,378 + 2 .80
Lt = 394,378 m

f.

Pergeseran terhadap tangen asli (p)
θs
1−cos ¿
L2
p= s −R c ¿
6 . Rc
9,167
1−cos ¿
80 2
p=
−250 ¿
6 . 250
p=1,074 m

g.

Nilai k
Ls 3
k =Ls−
−R c sin θ s
40 . Rc 2
803
k =80−
−250 sin 9,167
40 . 2502
k =39,967 m

h.

Menghitung Ts

1
Ts=( Rc+ p ) tan ∆1+ k
2
1
Ts=( 250+1,074 ) tan 72,0494 +39,967
2
Ts=222,548 m

25

i.

Menghitung Es

j.

Menghitung nilai Xs dan Ys

1
Es= ( Rc + p ) sec ∆1−Rc
2
1
Es= ( 250+ 1,074 ) sec 72,0494 – 250
2
Es=60,442m

(

Xs=Ls 1−

Ls 3
40 . R c2

)

80 3
Xs=80 1−
2
40 .250
Xs=79,795 m

(



2

Ls
6 . Rc
802
Ys=
6 . 250
Ys=4,267 m
Ys=

)

TIKUNGAN II (PI II)
Diketahui :
∆2

= 36,7947

Rmin

= 209,974 m

Rrencana

= 250 m

Ls

= 80 m

θs

a.

= 9,167

Panjang lengkung circle (Lc)
(∆ −2θ s )
Lc= 2
. π . Rc
180
( 36,7947−2 . 9,167 )
Lc=
. π . 250
180
Lc=80,550 m
Karena Lc > 25 m , maka digunakan diagram S-C-S

26

b.

Panjang lengkung total (Lt)
Lt = Lc + 2 Ls
Lt = 80,550 + 2 .80
Lt = 240,550 m

c.

Pergeseran terhadap tangen asli (p)
θs
1−cos ¿
Ls2
p=
−R c ¿
6 . Rc
9,167
1−cos ¿
80 2
p=
−250 ¿
6 . 250
p=1,074 m

d.

Nilai k
Ls 3
k =Ls−
−R c sin θ s
40 . Rc 2
803
k =80−
−250 sin 9,167
40 . 2502
k =39,967 m

e.

Menghitung Ts

f.

Menghitung Es

1
Ts=( Rc+ p ) tan ∆1+ k
2
1
Ts=( 250+1,074 ) tan 36,7947+39,967
2
Ts=123,475 m
1
Es= ( Rc + p ) sec ∆2−Rc
2
1
Es= ( 250+ 1,074 ) sec 36,7947 – 250
2
Es=14,597 m

27

g.

Menghitung nilai Xs dan Ys

(

Xs=Ls 1−

Ls

3

40 . R c2

)

80 3
40 .250 2
Xs=79,795 m

(

Xs=80 1−



)

L s2
Ys=
6 . Rc
2
80
Ys=
6 . 250
Ys=4,267 m

TIKUNGAN III (PI III)
Diketahui :
∆3

= 82,4056

Rmin

= 209,974 m

Rrencana

= 250 m

Ls

= 80 m

θs

= 9,167

a.

Panjang lengkung circle (Lc)
(∆ 3−2 θs )
Lc=
. π . Rc
180
( 82,4056−2 . 9,167 )
Lc=
. π .250
180
Lc=279,565 m
Karena Lc > 25 m , maka digunakan diagram S-C-S
b.

Panjang lengkung total (Lt)
Lt = Lc + 2 Ls
Lt = 279,565 + 2 .80
Lt = 439,565 m

28

c.

Pergeseran terhadap tangen asli (p)
θs
1−cos ¿
Ls 2
p=
−R c ¿
6 . Rc
9,167
1−cos ¿
80 2
p=
−250 ¿
6 . 250
p=1,074 m

d.

Nilai k

Ls 3
k =Ls−
−R c sin θ s
40 . Rc 2
803
k =80−
−250 sin 9,167
40 . 2502
k =39,967 m
e.

Menghitung Ts
1
Ts=( Rc+ p ) tan ∆3 +k
2
1
Ts=( 250+1,074 ) tan 82,4056+39,967
2
Ts=259,787 m

f.

Menghitung Es
1
Es= ( Rc + p ) sec ∆3−Rc
2
1
Es= ( 250+ 1,074 ) sec 82,4056 – 250
2
Es=83,705 m

g.

Menghitung nilai Xs dan Ys

(

Xs=Ls 1−

Ls 3
40 . R c2

)

80 3
40 .250 2
Xs=79,795 m

(

Xs=80 1−

L s2
6 . Rc
802
Ys=
6 . 250
Ys=4,267 m
Ys=

)

29

3.2. PERENCANAAN ALINYEMEN VERTIKAL
Diketahui :
VR

= 80 km/jam

Kelandaian maksimum

=5%

Jarak pandang henti (Jh)

= 120 m

Jarak pandang mendahului (Jd) = 550 m

Perencanaan lengkung vertikal I
1.

Menghitung Kelandaian Rencana
(575−412,5)
g1=
×100 =3,11
5233
(575−475)
g2=
× 100 =11,11
900

2.

Mencari Panjang L
a. Berdasarkan jarak pandang henti
A × J h2
J h < L ,maka : L=
405
(3,11+ 11,11)× 120
L=
405
L=505,60 m

J h > L ,maka : L=2 J h−

2

Memenuhi

405
A

405
( 3,11+11,11 )
L=211,52 m
Tidak Memenuhi
L=2 .120−

b.

Berdasarkan jarak mendahului
A × J d2
J d < L , maka: L=
840

(3,11+ 11,11)× 550
L=
840
L=5120,89 m
J d > L , maka: L=2 J d−

2

Memenuhi

840
A

840
( 3,11+11,11 )
L=1040,93 m
Tidak Memenuhi
Berdasarkan jarak kenyamanan
L
=AxY
= ( 3,11 + 11,11 ) x 8
= 113,76 m
L=2 .550−

c.

d.

Berdasarkan jarak dari tabel
Dari tabel panjang minimum lengkung vertikal diperoleh panjang
lengkung = (80 – 150) m.
Jadi panjang L
 Berdasarkan jarak pandang henti = 505,60 m
 Berdasarkan jarak mendahului = 5120,89 m
 Berdasarkan jarak kenyamanan = 113,76 m
 Berdasarkan jarak dari tabel = (80 – 150) m
Dengan pertimbangan ekonomis maka diambil L = 200 m

3.

Menghitung Pergeseran Vertikal Dari Titik PPV ke Bagian Lengkung
A×L
Ev =
800
( 3,11+11,11 ) ×200
Ev =
800
Ev =3,56 m

Perencanaan lengkung vertikal II
1.

Menghitung Kelandaian Rencana
(575−475)
g2=
× 100 =11,11
900
( 675−475 )
g3=
× 100 =5,97
3350

2.

Mencari Panjang L
a. Berdasarkan jarak pandang henti
J h < L ,maka : L=

A × J h2
405

L=

(11,11−5,97)×1202
405

L=182,76 m

J h > L ,maka : L=2 J h−

Memenuhi

405
A

405
( 11,11−5,97 )
L=163,87 m
Berdasarkan jarak mendahului Tidak Memenuhi
L=2 .120−

b.

J d < L , maka: L=

A × J d2
840

L=

(11,11−5,97)×5502
840

L=1851,01 m

J d > L , maka: L=2 J d−

840
A

Memenuhi

840
( 11,11−5,97 )
L=942,11 m
Tidak Memenuhi
Berdasarkan jarak kenyamanan
L =AxY
= ( 11,11 - 5,97 ) x 8
= 41,12 m
L=2 .550−

c.

d.

Berdasarkan jarak dari tabel
Dari tabel panjang minimum lengkung vertikal diperoleh panjang
lengkung = (80 – 150) m.
Jadi panjang L
 Berdasarkan jarak pandang henti = 182,76 m
 Berdasarkan jarak mendahului = 942,11 m
 Berdasarkan jarak kenyamanan = 41,12 m
 Berdasarkan jarak dari tabel = (80 – 150) m
Dengan pertimbangan ekonomis maka diambil L = 200 m

3.

Menghitung Pergeseran Vertikal Dari Titik PPV ke Bagian Lengkung
A×L
Ev =
800
( 11,11−5,97 ) × 200
Ev =
800
Ev =1,285m

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26171/3/Chapter%20II.pdf
http://pratomolegowo.blogspot.com/2011/02/alinyemen-horizontal_15.html
http://fadlyfauzie.wordpress.com/2010/12/15/vertical-alignment/
Hendarsin Shirley.2000. Perencanaan Teknik Jalan Raya.Bandung : Politeknik
Negeri Bandung.