Peradaban Islam di Andalusia Spanyol

PERADABAN ISLAM DI ANDALUSIA

Makalah
Disusun sebagai tugas mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam dan Pemikiran Islam

Dosen Pengampu: Dr. Darori Amin, M. Ag

Oleh:
Ahmat Roes (1400018064)

PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014

A. Pendahuluan
Adam, sebagai manusia pertama yang diciptakan oleh Allah, memiliki
kelebihan-kelebihan dalam beberapa hal dibandingkan dengan makhluk lain.
Salah satu kelebihan tersebut terletak pada bakat untuk mengetahui asma’.
Modal utama yang berupa pengetahuan dan pemahaman terhadap asma’ tersebut

menjadi landasan untuk membangun kebudayaan dan peradaban, setelah Adam
dan cucunya ditempatkan oleh Allah di muka Bumi.
Islam dan peradaban sangat erat hubungannya, mengingat dalam Islam
manusia dituntut untuk ber-amar makruf, dan ber-nahi munkar. Melalui kedua
hal tersebut, terciptalah sebuah sistem bahkan aturan baku dalam kehidupan
manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Selain tentang sistem nilai,
Islam juga menyebutkan kisah-kisah para tokoh zaman terdahulu yang telah
mampu membangun peradaban, semisal kisah nabi Sulaiman, yang pada
masanya telah melampaui kehebatan manusia pada umumnya dalam
membangun fisik sebuah kerajaan dan membangun sistem peribadahan yang
mengakui keesaan Allah.
Nabi Muhammad, sebagai rasul terakhir, memiliki metode dan paradigma
dalam membangun peradaban yang lebih dari sekedar fisik. Beliau tidak
meninggalkan kehebatan fisik, meskipun beliau memiliki kesempatan untuk
menampakkan mukjizat. Nabi hanya mewariskan al Quran dan Sunnah kepada
umatnya, sebagai landasan membangun kebudayaan dan peradaban di muka
Bumi. Sebagai Rasul, beliau memberikan contoh bagaimana membangun
kebudayaan dan peradaban. Setidaknya, umat beliau dapat merefleksikan
bagaimana Rasulullah membangun kebudayaan dan peradaban di Madinah,
sungguh merupakan perjuangan yang tidak mudah.

Salah satu perjuangan Rasulullah dalam membangun peradaban Islam di
dunia adalah melalui perang-perang defensive semisal perang Uhud. Ayat yang
turun pasca kekalahan dalam perang Uhud tersebut adalah:

‫ﭽﮫﮬﮭﮮﮯﮰﮱ ﯓ ﯔ ﯕﯖﯗﯘ ﯙ‬

‫ﯚ ﯛ ﯜ ﯝﯞ ﯟ ﯠ ﯡ ﯢ ﯣ ﯤ ﯥ ﯦ ﯧ‬

1

‫ﯨ ﯩ ﯪﯫ ﯬ ﯭ ﯮ ﯯ ﯰ ﭑ ﭒ ﭓ ﭔ ﭕ‬
٩٤٩ - ٩٣١ :‫ﭼ آل عمران‬

‫ﭖﭗ‬

Artinya: Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih
hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya),
jika kamu orang-orang yang beriman.(139) Jika kamu (pada perang
Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada
perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan

kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka
mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang
yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu
dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. Dan Allah tidak menyukai
orang-orang yang zalim. (140) Dan agar Allah membersihkan orangorang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orangorang yang kafir.(141)
Berdasarkan ayat di atas, bahwa kekalahan umat Islam bersama Nabi
merupakan setting Allah untuk menguji keimanan umat Islam sekaligus
meneguhkan niat suci umat islam dalam memperjuangkan agama Allah. Dengan
demikian, perjuangan Nabi dalam membangun peradaban islam, tidak mudah
dan selalu menemui rintangan. Namun, keistimewaan ajaran Nabi dalam
memperjuangkan agama, dapat diteruskan oleh umatnya, dari masa ke masa.
Jauh setelah masa Rasulullah, umat islam yang memiliki otoritas yang
berpusat di Damaskus, berusaha meneruskan perjuangan Nabi dengan
melakukan ekspansi ke Andalusia, yang kemudian disebut dengan Spanyol.
Tidak lain tujuannya adalah menyebarkan ajaran islam yang menebarkan kasih
sayang kepada penjuru alam.
Sebagai pintu masuk menuju pembahasan, setidaknya terdapat tiga tokoh
sentral yang berjasa dalam ekspansi kekuasaan khilafah islam di Andalusia.
Ketiga tokoh tersebut adalah Tharif bin Malik, Musa bin Nushair, dan Thariq bin
Ziyad. Melalui komando ketiga tokoh tersebut, umat Islam dapat menguasai dan

melakukan manuver-manuver politik di Andalusia. Kemudian, dilanjutkan
dibangunnnya

peradaban

Islam

yang

memiliki

pengaruh

besar

pada

perkembangan dunia barat saat ini.
Suksesnya pembangunan peradaban di Andalusia, juga atas jasa para tokoh
pemikir muslim yang menulis dan menyebarkan pemikirannya di Andalusia,


2

semisal Ibnu Rusyd (oleh barat disebut Averroes). Bahkan menurut para
sejarawan, peletak dasar renaissance (gerakan kebangkitan kembali) di Eropa
adalah Ibnu Rusyd. Karena atas pemikiran-pemikiran beliau tentang melepaskan
belenggu taklid, muncullah gerakan averroeisme yang menyuarakan kebebasan
berpikir.

B. Rumusan Masalah
Sebelum dilakukan pembahasan terkait perjuangan umat islam dalam
membangun peradaban islam di Dunia barat, berikut rumusan masalah yang
akan menjadi fokus pembahasan:
1. Bagaimana keadaan masyarakat Andalusia pra kekuasaan Islam, dan
bagaimana proses masuknya Islam di Andalusia?
2. Bagaimana periodisasi perkembangan islam di Andalusia?
3. Bagaimana pandangan para sejarawan terhadap kemajuan dan kemunduran
Islam di Andalusia, serta pengaruh Islam Andalusia terhadap Eropa?

C. Pembahasan

Setidaknya, dalam historiografi terdapat tiga jenis penulisan, yaitu
historiografi berdasarkan rentang waktu, historiografi berdasarkan tempat/
wilayah, dan historiografi yang menggunakan batasan waktu dan tempat. Paper
yang sederhana ini ditulis berdasarkan tinjauan wilayah, yaitu fokus pada
Andalusia. Dengan demikian, paper ini akan menguraikan sejarah peradaban
islam di Andalusia, sejak masuknya islam di Andalusia hingga diusirnya
kekuatan politik Islam dari Andalusia.
Hal-hal yang akan dibahas dalam makalah ini sangat berkaitan dengan
peradaban islam di Andalusia. Pertama, tentang proses masuknya Islam di
Andalusia. Kedua, tentang pembagian rentang waktu, perkembangan islam di
Andalusia. Ketiga, analisis para ahli terhadap perkembangan dan pengaruh
kekuasaan Islam di Andalusia. Berikut pembahasan lebih lanjut:

3

1. Keadaan Masyarakat Andalusia Sebelum Kekuasaan Islam dan Proses
Masuknya Islam di Andalusia.

a. Keadaan Masyarakat Andalusia Sebelum Kekuasaan Islam
Masyarakat Andalusia pada masa sebelum datangnya kekuasaan Islam

berada dalam kepemimpinan raja Roderick (pemimpin kerajaan Gothic atau
Visigothic) yang dikenal sebagai penguasa yang tidak toleran terhadap
kebinekaan dan keanekaragaman agama dan kepercayaan masyarakat
Andalusia. Masyarakat dipaksa untuk masuk agama Kristen, bahkan
membunuh mereka yang tetap mempertahankan agamanya.
Kerajaan Gothic pada masa itu menerapkan sistem kasta. Pembagian
kelas tersebut menurut Imamuddin:
“These could be grouped in to two main classes: the ruling class (the
king, the clegry, and the nobles) and subject class (the burgesses, the
serfs, the slaves, and the jews.” (Imamuddin, 1969: 7)
Keadaan

demikian

memicu

munculnya

chaos;


penderitaan,

kemelaratan akibat ketidakadilan, dan ketertindasan masyarakat kelas bawah
dan masyarakat yang tidak sepaham dengan kerajaan. Keadaan tersebut
diperparah dengan kebijakan ekonomi kerajaan yang membiarkan tanahtanah tidak digarap, pabrik-pabrik ditutup secara sepihak, dan sarana
transportasi tidak mendapatkan perhatian. Hal itu memicu mundurnya
bahkan lumpuhnya ekonomi masyarakat.
Keadaan yang menyebabkan kacaunya pemerintahan raja Roderick
adalah adanya perebutan kekuasaan dalam internal kerajaan, akibat
pertikaian antara Roderick dengan keturunan Witiza dan ratu Julian. (
Samsul Munir Amin, 2010: 167) Pertikaian tersebut tidak lain timbul akibat
kebijakan politik raja Roderick yang otoriter dan sering membuat keputusan
sepihak. Ringkasnya, pada masa sebelum datangnya kekuasaan Islam,
keadaan sosial, politik, dan ekonomi di Andalusia sedang berada dalam
kondisi tidak stabil.
Kondisi kerajaan kepemimpinan Roderick ternyata berimbas pada
lemahnya kekuatan militer Roderick. Sistem militer yang diterapkan oleh
Roderick sangat lemah, yaitu dengan merekrut para budak yang tertindas
4


sehingga tidak memiliki semangat perang yang tinggi. Lemahnya sistem
militer pada masa Roderick harus melawan kekuatan umat Yahudi yang
berkoalisi dengan tentara islam.
Mengingat kondisi yang demikian, para ahli sejarah berpendapat
bahwa faktor klasik eksternal yang mendorong kemenangan umat Islam
dalam menaklukkan Andalusia adalah kacaunya keadaan politik, sosial, dan
ekonomi. Adapun faktor dalam, yang mendorong suksesnya pendudukan
Islam di Andalusia adalah keadaan para penguasa dan pemimpin yang solid
dan ajaran islam yang bersifat toleran dan kasih sayang. Spirit ajaran islam
mengilhami kekuatan militer umat Islam untuk bersikap sabar, tabah, dan
berani dalam menghadapi setiap pertempuran, termasuk melawan pasukan
Roderick yang kala itu jumlahnya mencapai 100.000 orang. ( Samsul Munir
Amin, 2010: 164)
b. Proses Masuknya Islam di Andalusia
Andalusia (berasal dari kata Vandal yang diarabkan menjadi nisbat
atas tempat hidup bangsa Vandal sebelum dikuasai oleh bangsa Goth)
terletak di Benua Eropa Barat Daya, yang batas timur dan tenggara adalah
Laut Tengah, di sebelah selatan terdapat selat Gibraltar dan benua Afrika, di
sebelah barat adalah samudera Atlantik, di sebelah utara terdapat Teluk
Biscy, dan di timur laut terdapat pegunungan Pyrenia. (M. Abdul Karim,

2007: 227).
Kronologi ditaklukkannya Andalusia berawal dari ditaklukkannya
Afrika Utara secara penuh pada masa dinasti Bani Umayyah yang saat itu
dipimpin oleh Abdul Malik (685-705 M). Abdul Malik kemudian digantikan
oleh Al Walid. Kemudian, Musa bin Nushair (salah satu tokoh penaklukan
Andalusia, ) diperintahkan oleh khalifah Al Walid untuk menjadi gubernur di
Afrika Utara.
Pada masa Gubernur Musa bin Nushair (menduduki wilayah Afrika
Utara) inilah muncul inisiatif untuk meluaskan wilayah kekuasaan khilafah
islam sampai ke Andalusia. Akan tetapi, kunci untuk masuk ke Andalusia,
adalah menaklukkan Maroko dan al Jazair terlebih dahulu, mengingat
keduanya sebagai jalan masuk menuju Andalusia.

5

Invansi pasukan Islam ke Andalusia, berdasarkan tokohnya terbagi
menjadi tiga. Pertama kali, Tharif bin Malik (perintis dan penyelidik)
dibantu oleh Julian dengan kurang lebih 500 tentara berkuda dengan
melewati selat antara Maroko dan Eropa (yang kemudian hari disebut selat
Gibraltar) menggunakan empat kapal perang. Misi ini sukses dan Tharif bin

Malik pulang ke Afrika utara bersama pasukan membawa banyak ghanimah.
(Badri Yatim, 2011: 89).
Kedua, Thariq bin Ziyad, membawa total pasukan kurang lebih
12.000 melawan 100.000 pasukan raja Roderick. Pertempuran militer
keduanya diakhiri dengan kemenangan pasukan Thariq dan Roderick
terbunuh di sebuah tempat yang disebut Bakkah. Thariq berhasil menguasai
kota-kota penting di Andalusia; Cordova, Granada, dan Toledo (ibu kota
kerajaan Goth). (Badri Yatim, 2011: 89).
Ketiga, Musa bin Nushair, dengan maksud membantu (atau iri atas
keberhasilan Thariq bin Ziyad) bergerak dengan pasukan dalam jumlah besar
dan berhasil menduduki Sidonia, Karmona, Sevilla, Merida, dan Orihuela.
Kemudian bergabung di Toledo dengan Thariq dan pasukannya dan berhasil
menguasai Saragosa, Navarre, dan seluruh kota di Andalusia. (Badri Yatim,
2011: 90)
2. Periodisasi Perkembangan Islam di Andalusia.
Sejak kekuasaan Islam menduduki Andalusia hingga diusirnya
kekuasaan Islam dari Andalusia, setidaknya dapat dikelompokkan dalam
enam periode.
Pertama, masa perintisan. Terjadi pada rentang waktu 711-755 M, di
bawah kekuasaan para Gubernur/ wali yang ditunjuk oleh kekhalifahan Bani
Umayyah. Pada masa ini stabilitas politik belum tercapai. Masih terjadi
kisruh akibat konflik dengan internal dan eksternal. Setidaknya terjadi
pergantian gubernur sebanyak dua puluh kali dalam waktu yang singkat
akibat konflik politik antara Gubernur dengan pemerintah pusat (disintegrasi
politik). Di samping itu, terjadi konflik antar suku atau ras (sesama Arab dan
antara Arab dengan Barbar). Stabilitas politik juga terganggu oleh sisa-sisa
kekuatan musuh islam yang masih bersembunyi di pegunungan di Andalusia.
6

Mengingat keadaan yang demikian, maka pada periode ini kekuasaan Islam
di Spanyol belum melakukan pembangunan secara fisik. (Badri Yatim, 2011:
93-94)
Kedua, masa pembangunan peradaban. rentang waktu 755-912 M.
pada masa ini, Andalusia di bawah Gubernur Bani Umayyah yang
independen dari Daulah Abbasiyah. Adapun penguasa pada masa ini adalah
Abdurrahman ad Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abdurrahman al Ausath,
Muhammad bin Abdurrahman, Munzir bin Muhammad, dan Abdullah bin
Muhammad. (Badri Yatim, 2011: 95) Pada masa ini didirikanlah pusat
pendidikan dan masjid di kota-kota besar Andalusia. Di antaranya adalah
masjid Cordova. (Samsul Munir Amin, 2010: 169). Pada masa ini, ditengarai
banyak ilmuan berkunjung ke Cordova untuk menimba ilmu. (M. Abdul
Karim, 2007: 239).
Ketiga, masa keemasan, dengan rentang waktu 912-1013 M, dibawah
pemerintahan Khalifah Abdurrahman III yang berjuluk an Nasir. Pada masa
ini pemerintah mendirikan Universitas Cordova dan masyarakat pada masa
ini dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran yang tinggi. (Samsul
Munir Amin, 2010: 169). Hal ini mengingat kebijakan yang diterapkan oleh
an Nasir yaitu membagi anggaran negara menjadi tiga; untuk administrasi
negara, pembangunan, dan kesejahteraan rakyat. Pada masa ini juga dinilai
sebagai masa kemajuan di segala bidang. (M. Abdul Karim, 2007: 241).
Keempat, masa dinasti kecil, dengan rentang waktu 1013-1086 M.
pada masa ini, Andalusia memiliki kurang lebih tiga puluh dinasti kecil
akibat lemahnya kekhalifahan yang saat itu dipimpin oleh Hisyam II yang
kala itu usainya masih kecil. Abul Hazam mendirikan dinasti Banu Jauhar
(1031-1070 M), sekaligus menjadi presiden republic Cordova. Muncul juga
dinasti lain seperti Dinasti Banu Mahmud, Banu Dzirri, Banu Hud, Banu
Dzu an Nun, Banu ‘Abbad, dan lain-lain. (M. Abdul Karim, 2007: 242-243).
Kelima, masa kekuasaan islam dari Afrika Utara, dengan rentang
waktu 1086-1248 M. Pada masa ini tetap terdapat kekuasaan dinasti kecil,
namun, yang memiliki kekuatan dominan adalah dinasti Murabbithun dan
Muwahhidun. Fokus kedua dinasti yang berasal dari Afrika Utara tersebut

7

adalah mengatasi serangan-serangan Kristen dan memperbaiki kondisi
politik akibat perpecahan antar penguasa di Andalusia. Di antaranya, pada
tahuh 1086 pasukan Murabithun di bawah pimpinan Yusuf bin Tasyfin
mampu mengalahkan pasukan Castilia. Sedangkan pada tahun 1114 dan
tahun 1154 kota penting seperti Cordova, Almeria, dan Granada dapat
direbut dari kekuasaan Kristen, oleh Abdul Mun’im penguasa Muwahhidun.
(Badri Yatim, 2011: 98-99)
Keenam, masa dinasti bani Ahmar atau Nasar, dalam rentang waktu
1248-1492 M. Pada masa ini, Islam hanya berkuasa di Granada. Dinasti
tersebut

berkuasa

cukup

lama

di

Andalusia,

sehingga

mampu

mentransmisikan ilmu-ilmu ke Eropa, saat di sana masih dalam masa
kegelapan. Setidaknya, masa ini dipimpin oleh 12 penguasa. Al Jagal adalah
penguasa yang terakhir yang direbut oleh kemenakannya bernama Buabdil,
yang kemudian ditundukkan oleh Ferdinand dan Isabela. (M. Abdul Karim,
2007: 244-245).

3. Analisis Sejarah Peradaban Islam di Andalusia.
Berdasarkan atas data-data sejarah tentang kekuasaan Islam di
Andalusia pada rentang tahun 711- 1492 M, para ahli memberikan analisis
tentang kemajuan, kemunduran, dan pengaruh kekuasaan Islam di Andalusia
terhadap Eropa. Berikut analisisnya:
a. Kemajuan dan Kemunduran Peradaban Islam di Andalusia
Peradaban Islam di Andalusia telah terbangun selama lebih dari tujuh
Abad. Secara garis besar, kemajuan peradaban yang dibangun dalam masa
kekuasaan Islam dapat dibagi menjadi dua; kemajuan keilmuan, dan
kemajuan pembangunan fisik.
Pertama,

kemajuan

keilmuan.

Salah

satu

sumbangsih

yang

mempengaruhi berkembangnya keilmuan di Andalusia adalah inisiatif al
Hakam (961-976 M) dalam mengimpor karya ilmiah dan filosofis dari
timur dan ditempatkan di banyak perpustakaan di sejumlah Universitas di
Cordova. meliputi bidang Filsafat, Sains, Fiqih, Musik dan kesenian, dan
bahasa dan sastra.

8

Tokoh yang terkenal membidangi dan ahli dalam bidang filsafat
adalah Abu Bakr Muhamad bin Al-Sayigh yang lebih dikenal dengan Ibnu
Bajjah. Masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis.
Magnum Opusnya adalah Tadbir Al-Mutawahhid. Tokoh utama kedua
adalah Abu Bakr ibn Thufail. Karya Abu Bakr ibn Thufail adalah Hay ibn
Yaqzhan. Tokoh utama selanjutnya adalah Ibu Rusyd. Ibnu Rusyd adalah
filsuf terbesar Islam. Ketiga tokoh tersebut lahir di Andalusia, dan hidup
memperjuangkan ilmunya di sana.
Bidang Fiqh, penduduk Andalusia adalah penganut mazhab Maliki.
Mazhab ini diperkenalkan oleh Ziyad ibn Abd Al-Rahman. Perkembangan
selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya, yang menjadi Qadhi pada masa
pemerintahan Hisyam ibn Abd Al-Rahman. Tokoh-tokoh lain dalam
bidang fiqh di Spanyol antara lain Abu Bakr ibn Al-Quthiyah, Munzir ibn
Sa’id al-Baluthi, dan Ibn Hazm.
Bidang Sains, ilmu kedokteran, matematika, astronomi, kimia dan
lain-lain juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Farnas terkenal dengan
kimia dan astronomi. Ia adalah orang yang menemukan pembuatan kaca
dari batu. Kemudian, ada nama Ahmad ibn Ibas, yang ahli dalam bidang
obat-obatan. Umm Al-Hasan bint Abi Ja’far dan saudara perempuan Alhafidz adalah dua perempuan yang terkenal dalam bidang kedokteran.
Dalam bidang sejarah dan geografi ada Ibn Jubair yang menulis tentang
negeri-negeri muslim Meditirenia, Ibn Al-Khatib yang menyusun riwayat
Granada, dan Ibnu Khaldun yang merumuskan filsafat sejarah. Dalam
bidang ilmu eksakta yakni matematika mulai berkembang karena didorong
dengan adanya perkembangan filsafat. Ilmu pasti dikembangkan orang
Arab berasal dari buku India yaitu Sinbad, yang diterjemahkan dalam
bahasa Arab oleh Ibrahim al-fazari (154 H/ 771 M). Dengan perantara
buku ini, kemudian Nasawi seorang pakar matematika memperkenalkan
angka-angka India seperti 0,1, 2, hingga 9), sehingga angka-angka India di
Eropa lebih dikenal dengan angka Arab. (Jaih Mubarok, 2004: 73)
Bidang Musik dan Kesenian, tokohnya adalah Al-Hasan ibn Nafi.
Beliau terkenal sebagai penggubah lagu. Dalam setiap pertunjukan dan

9

perjamuan, kemampuannya selalu dipertunjukkan. Ia terkenal dengan
sebutan Zaryab.
Sigrid Hunke dan Abdul Mun’im menginformasikan bahwa ulama
Arab-lah yang memperkenalkan not lagu: do-re-mi-fa-so-la-si, not tersebut
diambil dari bunyi-bunyi huruf Arab. (Jaih Mubarok, 2005: )
Not

Asal Huruf

‫د‬
‫ر‬
‫م‬
‫ف‬
‫ص‬
‫ل‬
‫س‬

Do
Re
Mi
Fa
So
La
Si

Bahasa yang digunakan dalam administrasi dan pemerintah Spanyol
adalah bahasa Arab. Uniknya penduduk asli tidak memprotes keadaan
tersebut. Bahkan, mereka justru cenderung menomorduakan bahasa asli
mereka.
Tokoh bahasa ketika itu adalah Ibn Sayyidih, Ibn Malik (pengarang
Alfiyah), Ibn Khuruf, Ibn Al-Hajj, Abu Ali Al-Isyibili, Abu Al-Hasan Ibn
Usfur, dan abu Al-Hayyan Al-Gharnathi.
Selain itu, ada juga Ibn Abdi Rabbih dengan bukunya Al-Iqd al-Farid,
Ibn Basam dengan bukunya Al-Dzakirah fi Mahasin al-Jazirah, dan AlFath Ibn al-Haqan dengan karangannya Al-Qalaid.
Kedua, kemajuan pembangunan infrastruktur. Dalam bidang ini salah
satu bukti pembangunannya adalah didirikannya fasilitas astronomi yang
berupa tropong bintang di Cordova, membangun pasar dan jembatan,
melakukan upaya pengendalian banjir dan penyimpanan air hujan,
membangun sistem irigasi hidrolik dengan menggunakan roda air (water
wheel), memperkenalkan tanaman padi dan jeruk, dan mendirikan pabrikpabrik tekstil, kulit, logam, dan lainnya.

10

Namun demikian, pembangunan yang paling menonjol adalah
pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana, mesjid,
pemukiman, dan taman-taman. Di antara pembangunan yang megah
adalah adalah mesjid Cordova, kota Al-Zahra, Istana Ja’fariyah di
Saragosa, tembok Toledo, istana Al-Makmun, masjid Seville, dan Istana
Al-Hara di Granada.
Di antara faktor yang mendorong kemajuan peradaban islam di
Andalusia; pertama, kepemimpinan para penguasa Islam yang mendukung
pengembangan keilmuan, bahkan menjadi pelopor pengembangan
keilmuan seperti Muhammad bin Abdurrahman (852-886 M) dan al
Hakam (961-976 M). Kedua, toleransi kehidupan beragama yang
diterapkan oleh pemerintah. Sehingga penganut agama lain dapat
memberikan sumbangsih pada pembangunan peradaban di Andalusia.
(Badri Yatim, 2011: 106)
Adapun faktor yang mendorong kemunduran kekuasaan Islam di
Andalusia; pertama, langgengnya konflik antara muslim dan kristiani di
Andalusia. Kedua, tidak adanya ideologi yang mempersatukan antara suku
Arab dan non Arab yang hidup di Andalusia. Ketiga, hilangnya stabilitas
ekonomi akibat pembangunan yang terlalu sering dan berskala besar.
Keempat, lemahnya sistem peralihan kekuasaan yang menyulut konflik
internal. Dan kelima, kondisi geografis serta letak Andalusia yang berada
pada sudut dan jauh dari pusat kekuasaan dan kekuatan islam. (Badri
Yatim, 2011: 107-108)

b. Pengaruh Peradaban Islam Andalusia Terhadap Eropa
Kemajuan Eropa hingga saat ini yang terus berkembang banyak
dipengaruhi oleh khazanah ilmu pengetahuan islam yang berkembang di
periode klasik. Pengaruh peradaban Islam termasuk di dalamnya
pemikiran Ibnu Rusyd ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda
Kristen yang belajar di Universitas-universitas Islam di Spanyol seperti
Universitas Cordova, Seville, Malaga, Granada dan Samalanca. Selama
belajar di Spanyol mereka aktif menerjemahkan buku-buku karya ilmuan

11

muslim. Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah pulang ke
negerinya mereka mendirikan sekolah dan Universitas yang sama.
Universitas yang pertama di Eropa adalah Universitas Paris yang didirikan
pada tahun 1231 M. Pengaruh ilmu pengetahuan islam atas Eropa yang
sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan
kebangkitan kembali (Renaissance) pusaka Yunani di Eropa pada abad ke14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa kali ini adalah melalui
terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari kemudian diterjemahkan
kembali ke dalam bahasa Latin. (Samsul Munir Amin, 2010: 178)
Walaupun akhirnya Islam diusir dari Spanyol dengan cara yang sangat
kejam, tetapi ia telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa.
Gerakan itu adalah kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik
(Renaissance) pada abad ke-14 M yang bermula di Italia. Gerakan
reformasi pada abad ke-16 M, Rasionalisme pada abad ke-17 M dan
pencerahan (Aufklaerung) pada abad ke-18 M. (Samsul Munir Amin,
2010: 178)
Pengaruh islam dalam keilmuan Eropa, tampak dalam penggunaan
istilah-istilah bahasa. Berikut kutipan pendapat Philip K. Hitti:
“ Everyone who reads the names of stars on an ordinary celestial
sphere can readly discern that arab astronomers have left on the sky
immortal traces of their industry. Not only almost of the star names in
European langueg of Arabic origin such as Acrab (aqrab; scorpion),
Algedi (aljadi; the kid), Altair (al ta’ir; the flyer), Deneb (dhanab; tail),
Pherkad (Farqad; calf), but a number of technical terms including
“Azimuth” (al sumut), Nadir (nazir), Zenith (al samt).” (Philip K. Hitti,
1996: 182)
Di antara kata-kata bahasa Arab banyak yang masuk ke dalam
suku kata bahasa Eropa seperti ke dalam bahasa Spanyol, Inggris,
Prancis, dan Jerman. Misalnya kata-kata as-sukkar (gula), menjadi
azukar (Spanyol), sugar (Inggris), al-kuhul (alcohol) menjadi alcohol,
al-fil (gajah) menjadi marfil, syarab (minuman cair) menjadi syrup, dan
lain-lain. (Samsul Munir Amin, 2010: 178-179).

12

D. Simpulan
Berdasarkan deskripsi di atas, terdapat point-point yang dapat menjadi
conclusion. Berikut point-point tersebut:
Pertama, keadaan politik, sosial, dan ekonomi di Andalusia sebelum
kekuasaan Islam masuk, dalam keadaan kacau. Kekuasaan Islam di Andalusia
berlangsung dalam masa tujuh abad lebih, yaitu dari tahun 711- 1492 M.
Adapun tokoh sentral yang berperan pada proses masuknya Islam di Andalusia
adalah Tharif bin Malik, Musa bin Nushair, dan Thariq bin Ziyad.
Kedua, periodisasi perkembangan islam di Andalusia terbagi menjadi enam
periode yaitu masa perintisan ( 711-755 M ), masa pembangunan peradaban (
755-912 M ), masa keemasan (912-1013 M), masa dinasti kecil ( 1013-1086 M
), masa kekuasaan islam dari Afrika Utara, dengan rentang waktu 1086-1248 M,
dan masa dinasti bani Ahmar atau Nasar, dalam rentang waktu 1248-1492 M.
Ketiga, para sejarawan berpendapat bahwa kekuasaan Islam di Andalusia
mengalami kemajuan dan kemunduran. Faktor yang mendorong kemajuan
adalah kebijakan pemerintahan, dan toleransi yang diterapkan oleh kekuasaan
islam. Sedangkan faktor yang mendorong kemunduran adalah adanya konflik,
tidak adanya ideologi yang menyatukan suku-suku, keterpencilan dan lemahnya
sistem peralihan kekuasaan.

13

DAFTAR PUSTAKA

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Raja Grafindo Persada: Jakarta, 2011
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, Pustaka Rizki Putra: Semarang, 2009.
Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, Pustaka Bani Qurais: Bandung, 2004
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Bentang Budaya: Yogyakarta, 1999
------, Penjelasan Sejarah, Tiara Wacana: Yogyakarta, 2008
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Pustaka Book
Publisher: Yogyakarta, 2007
Philip K. Hitti, The Arabs; A Short History, Regnery Publishing: Washington,
1996
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Amzah: Jakarta, 2010