Pengaruh Neraca Air Terhadap Pengelolaan

Pengaruh Neraca Air Terhadap Pengelolaan Tanaman Pangan
Christine N. Sandatata, Hilmi H. Samsuri, Putri R. Afriza, Rahmat Zikri, Yoshua A. Nugroho
Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Jakarta
komunikasi penulis, surel : meteorologi.a014@gmail.com
Abstrak
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor pembatas utama bagi produksi tanaman pangan.
Kekurangan air menyebabkan penurunan laju fotosintesis dan distribusi asimilat terganggu, serta
berdampak negatif pada pertumbuhan tanaman baik pada fase vegetatif maupun fase generatif.
Untuk itu dilakukan sebuah kajian tentang pengaruh neraca air terhadap pengelolaan tanaman
pangan. Dari beberapa objek kajian tanaman pangan yaitu padi dan palawija didapatkan bahwa
neraca air berpengaruh signifikan terhadap pembudidayaan tanaman pangan. Selain ketersediaan
air, pembudidayaan tanaman pangan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, yaitu iklim di wilayah
tanam serta jenis tanah yang digunakan untuk pembudidayaan. Faktor-faktor tersebut secara
langsung akan mempengaruhi kondisi tanaman pangan serta ketersediaan air itu sendiri.
Kata Kunci : neraca air, tanaman pangan

1. PENDAHULUAN
Ketersediaan air merupakan salah satu
faktor pembatas utama bagi produksi tanaman
pangan.
Kekurangan

air
menyebabkan
penurunan laju fotosintesis dan distribusi
asimilat terganggu, serta berdampak negatif
pada pertumbuhan tanaman baik pada fase
vegetatif maupun fase generatif. Pada fase
vegetatif, kekurangan air pada tanaman pangan
ditandai oleh daun yang mengecil dan jumlah
daun yang terbentuk sedikit. Pada keadaan yang
lebih parah, kekurangan air menyebabkan
kerusakan jaringan tanaman yang dicerminkan
oleh daun pucuk mengering karena bukaan
stomata sempit, difusi CO2 terhambat,
fotosintesis
rendah
serta
perkembangan
perakaran terhambat sehingga penyerapan air
dan nutrisi oleh tanaman berkurang. Pada fase
generatif

kekurangan
air
menyebabkan
terjadinya penurunan produksi tanaman akibat
terhambatnya pembentukan bunga, pengisian
biji terganggu dan bentuk biji kecil serta
banyaknya terbentuk polong hampa (Aqil dkk.,
2008).
Tanaman padi dan palawija merupakan
tanaman pangan yang paling banyak ditanam di
wilayah Indonesia karena termasuk tanaman
pangan pilihan utama untuk dijadikan makanan
sehari-hari. Indonesia yang dikenal sebagai
negara
agraris,
yaitu
sebagian
besar
penduduknya mempunyai mata pencaharian
diberbagai sektor pertanian seperti tanaman

pangan itu sendiri. Disamping itu, pertumbuhan
penduduk dari tahun ke tahun yang selalu
meningkat
mengharuskan
pengembangan
kualitas dan kuantitas tanaman pangan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dimana dari
waktu ke waktu juga meningkat.

2. NERACA AIR
Neraca
air
adalah
(water
balance)
merupakan neraca masukan dan keluaran air
disuatu tempat pada periode tertentu, sehingga

dapat untuk mengetahui jumlah air tersebut
kelebihan (surplus) ataupun kekurangan (defisit).

Kegunaannya yaitu untuk mengetahui kondisi
air pada surplus dan defisit, dapat mengantisipasi
bencana yang kemungkinan terjadi, serta dapat
pula untuk mendayagunakan air sebaik-baiknya.
Model neraca air cukup banyak, namun yang
biasa dikenal terdiri dari tiga model, antara lain :
1. Model Neraca Air Umum
Model ini menggunakan data-data
klimatologis
dan
bermanfaat
untuk
mengetahui berlangsungnya bulan-bulan
basah (jumlah curah hujan melebihi
kehilangan air untuk penguapan dari
permukaan tanah atau evaporasi maupun
penguapan dari sistem tanaman atau
transpirasi,
penggabungan
keduanya

dikenal sebagai evapotranspirasi).
2. Model Neraca Air Lahan
Model
ini
merupakan
penggabungan
data-data
klimatologis
dengan data-data tanah terutama data
kadar air pada Kapasitas Lapang (KL),
kadar air tanah pada Titik Layu Permanen
(TLP), dan Air Tersedia (WHC = Water
Holding Capacity). Kapasitas lapang adalah
keadaan tanah yang cukup lembab yang
menunjukkan jumlah air terbanyak yang
dapat ditahan oleh tanah terhadap gaya
tarik gravitasi. Air yang dapat ditahan tanah
tersebut akan terus-menerus diserap akar
tanaman atau menguap sehingga tanah
makin lama makin kering. Pada suatu saat

akar tanaman tidak lagi mampu menyerap
air sehingga tanaman menjadi layu.
Kandungan air pada kapasitas
lapang diukur pada tegangan 1/3 bar atau
33 kPa atau pF 2,53 atau 346 cm kolom air.

Titik layu permanen adalah kondisi kadar
air tanah dimana akar-akar tanaman tidak
mampu lagi menyerap air tanah, sehingga
tanaman layu. Tanaman akan tetap layu
pada siang atau malam hari. Kandungan air
pada titik layu permanen diukur pada
tegangan 15 bar atau 1.500 kPa atau pF
4,18 atau 15.849 cm tinggi kolom air. Air
tersedia adalah banyaknya air yang
tersedia bagi tanaman yaitu selisih antara
kapasitas lapang dan titik layu permanen.
3. Model Neraca Air Tanaman.
Model
ini

merupakan
penggabungan data klimatologis, data
tanah, dan data tanaman. Neraca air ini
dibuat untuk tujuan khusus pada jenis
tanaman tertentu. Data tanaman yang
digunakan adalah data koefisien tanaman
pada komponen keluaran dari neraca air.
Neraca air adalah gambaran potensi dan
pemanfaatan sumberdaya air dalam
periode tertentu. Dari neraca air ini dapat
diketahui potensi sumberdaya air yang
masih
belum
dimanfaatkan
dengan
optimal.
Secara kuantitatif,
neraca
air
menggambarkan prinsip bahwa selama

periode waktu tertentu masukan air total
sama dengan keluaran air total ditambah
dengan perubahan air cadangan (change in
storage). Nilai perubahan air cadangan ini
dapat
bertanda
positif
atau
negatif (Soewarno, 2000). Konsep neraca
air
pada
dasarnya
menunjukkan
keseimbangan antara jumlah air yang
masuk ke, yang tersedia di, dan yang
keluar dari sistem (sub sistem) tertentu.
Secara umum persamaan neraca air
dirumuskan dengan (Sri Harto Br., 2000).
Manfaat Neraca Air
Manfaat secara umum yang dapat diperoleh

dari analisis neraca air antara lain:
1. Digunakan sebagai dasar pembuatan
bangunan penyimpanan dan pembagi
air serta saluran-salurannya. Hal ini
terjadi jika hasil analisis neraca air
didapat banyak bulan-bulan yang defisit
air;
2. sebagai dasar pembuatan saluran
drainase dan teknik pengendalian
banjir. Hal ini terjadi jika hasil analisis
neraca air didapat banyak bulan-bulan
yang surplus air;
3. Sebagai dasar pemanfaatan air alam
untuk berbagai keperluan pertanian

seperti tanaman pangan hortikultura,
perkebunan,
kehutanan
hingga
perikanan.

Komponen Neraca Air
Dalam menghitung neraca air ada beberapa
komponen yang perlu di perhatikan, antara lain :
1. Kapasitas menyimpan air (jumlah ruang
pori);
2. infiltrasi;
3. run off;
4. evapotranspirasi;
5. curah hujan;
6. jenis vegetasi.

3. TANAMAN PANGAN
Tanaman
pangan adalah
segala
jenis tanaman yang
di
dalamnya
terdapat
karbohidrat dan protein yang dapat digunakan

sebagai sumber energi bagi manusia. Tanaman
pangan merupakan tanamanpokok
manusia
untuk dikonsumsi dan menjadi sumber energi.
Pada umumnya tanaman pangan termasuk
dalam tanaman musiman atau yang mampu
menghasilkan dalam waktu semusim saja.
Tanaman pangan dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis :
1. Serealia
Serealia adalah sekelompok tanaman
yang ditanam untuk dipanen dan dimanfaatkan
bijinya atau sebagai sumber karbohidrat.
Sebagian besar serealia termasuk dalam
anggota suku padi-padian yang biasa disebut
sebagai serealia sejati. Tanaman serealia
umumnya diperbanyak dengan biji serta dapat
dibudidayakan di lahan sawah atau lahan
kering.
Salah satu usaha untuk mencapai hasil
yang optimal untuk jenis serealia adalah
menanam varietas yang sesuai dengan kondisi
lingkungan. Sampai saat telah banyak
dihasilkan varietas untuk setiap jenis tanaman
serealia. Tanaman serealia yang banyak
dikonsumsi manusia antara lain, padi, jagung,
jelai, gandum, dan gandum hitam.
2. Biji-Bijian
Biji-bijian adalah segala tanaman penghasil
biji-bijian yang bisa menjadi sumber energi
utama manusia. Tanaman ini merupakan
sumber energi yang baik bagi tubuh karena
mengandung beragam nutrisi penting seperti
protein, vitamin, mineral, dan lemak sehat. Para
pakar kesehatan mengatakan bahwa ada
banyak jenis biji-bijian yang bisa dipilih sebagai
camilan sehat untuk dikonsumsi sehari-hari.
Biji-bijian tidak menjadi makanan pangan utama
karena produksi per luas lahan jauh lebih
sedikit
sehingga
menjadi
lebih
mahal
dibandingkan serealia dan umbi. Sehingga bijibijian menjadi makanan pangan tambahan saja.

Tanaman biji-bijian yang sering kita konsumsi
antara lain seperti kedelai, kacang tanah, dan
kacang hijau.
3. Umbi-Umbian
Tanaman umbi-umbian adalah tanaman
yang ditanam untuk dipanen umbinya.
Tanaman
umbi-umbian termasuk
dalam
tanaman pangan karena satu organ dari
tumbuhan yang merupakan modifikasi dari
organ lain mampu berfungsi sebagai
penyimpan zat tertentu yang pada umumnya
karbohidrat sebagai sumber energi utama
manusia. Organ yang dimodifikasi dapat
berupa daun, batang, atau akar. Bentuk
modifikasi ini biasanya adalah pembesaran
ukuran dengan perubahan anatomi yang
sangat jelas terlihat. Umbi biasanya terbentuk
tepat di bawah permukaan tanah. Tanaman
umbi-umbian umumnya diperbanyak dengan
stek dan ditanam di lahan yang kering.
Tanaman
umbi-umbian
yang
biasa
dimanfaatkan manusia antara lain seperti ubi
kayu atau singkong, ubi jalar, talas, wortel, dan
kentang.
4. Jenis Tanaman Lainnya
Selain tanaman serealia, biji-bijian, dan
umbi-umbian, ada juga tanaman lainnya yang
dapat dijadikan sebagai alternatif tanaman
pangan yang mampu menjadi sumber energi
manusia. Tanaman tersebut seperti sagu yang
diambil batangnya dan sukun yang merupakan
buah.
 Padi
Padi merupakan tanaman yang termasuk
genus Orzya L. yang meliputi kurang lebih 25
spesies, tersebar di daerah tropis dan daerah
subtropics, seperti Asia, Afrika, Amerika dan
Australia. Padi yang ada sekarang merupakan
persilangan antara Oryzaofficianalis dan
OryzasativaF.
Produksi padi dunia menempati urutan
ketiga dari semua serealia, setelah jagung dan
gandum. Namun, padi merupakan sumber
karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk
dunia.
Syarat utama yang harus di penuhi untuk
menanam padi sawah adalah kebutuhan air
yang harus tercukupi. Jika tidak maka
pertumbuhan padi sawah yang di tanam akan
terhambat dan produktivitasnya menurut.
Berikut ini syarat tumbuh tanaman padi sawah
yang harus diperhatikan:
1. Lokasi tanam
Sesuai dengan namanya, padi sawah,
maka tanaman padi jenis ini harus di



tanam
di sawah dengan
ketinggian
optimal 0 – 1500 meter diatas permukaan
laut.
2. Kondisi tanah
Padi sawah ditanam di tanah berlumpur
yag subur dengan ketebalan 18 – 22 cm.
Tanah
yang
cocok
untuk
areal
persawahan adalah tanag berlempung
yang berat atau tanah yang memiliki
lapisan keras 30 cm dibawah permukaan
tanah sehingga air dapat tertampung
diatasnya dan menciptakan lumpur.
3. Iklim
Padi sawah dapat tumbuh dalam iklim
yang beragam, terutama di daerah
dengan cuaca panas, kelembaban tinggi
dengan curah hujan 200 mm/bulan atau
1500-2000 mm/tahun. Tanaman padi
o
dapat tumbuh baik pada suhu 23 C.
4. Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya matahari harus
penuh sepanjang hari tanpa ada
naungan.
5. Keasaman (pH)
Keasaman (pH) tanah harus berkisar
antara 4,0 – 7,0. pH tanah yang tinggi
atau diatas 7,0 akan mengurangi hasil
produksi.
6. Angin
Angin akan berpengaruh terhadap
proses penyerbukan bunga padi.
Karena itu lokasi sawah harus terbuka
dan tidak terhalang sehingga angin
dapat bertiup dengan bebas.
7. Air
Air harus tersedia setiap saat
mencukupi untuk mengenangi tanah
persawahan.
Kekurangan
dan
kelebihan air akan dapat mengurangi
hasil produksi. karena itu di perlukan
saluran irigasi yang baik untuk
mengatur keluar masuknya air kedalam
lahan persawahan yang akan di tanami
padi sawah.
Kedelai
Kedelai merupakan salah satu jenis
kacang-kacangan yang merupakan sumber
protein yang cukup tinggi. Selain itu juga
merupakan sumber lemak, vitamin, dan
mineral. Kedelai bisa diolah menjadi
berbagai bahan makanan, minuman, serta
penyedap cita rasa makanan. Sebagai
bahan makanan kedelai tidak langsung
dimasak, tetapi diolah terlebih dahulu
melalui beberapa tahapan proses misalnya

dibuat tempe, tahu, keripik kedelai, susu
kedelai, dan bubuk kedelai. Sebagai bahan
minuman kedelai diproses, dimasak, dan
dikemas secara modern baik dalam botol
maupun dalam karton.
Syarat pertumbuhan kedelai diitinjau dari
Iklim :
1. Tanaman kedelai sebagian besar
tumbuh di daerah yang beriklim tropis
dan subtropis. Sebagai barometer iklim
yang cocok bagi kedelai adalah bila
cocok
bagi
tanaman
jagung.
Bahkan daya tahan kedelai lebih baik
daripada jagung. Iklim kering lebih
disukai tanaman kedelai dibandingkan
iklim lembab.
2. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di
daerah yang memiliki curah hujan
sekitar 100-400 mm/bulan. Sedangkan
untuk mendapatkan hasil optimal,
tanaman kedelai membutuhkan curah
hujan antara 100-200 mm/bulan.
3. Suhu yang dikehendaki tanaman
o
kedelai antara 21-34 C, akan tetapi
suhu optimum bagi pertumbuhan
o
tanaman kedelai 23-27 C.
4. Pada proses perkecambahan benih
kedelai memerlukan suhu yang cocok
o
sekitar 30 C.
5. Saat panen kedelai yang jatuh pada
musim kemarau akan lebih baik dari
pada
musim
hujan,
karena
berpengaruh
terhadap
waktu
pemasakan biji dan pengeringan hasil.
Syarat pertumbuhan kedelai ditinjau dari media
tanam :
1. Pada dasarnya kedelai menghendaki
kondisi tanah yang tidak terlalu basah,
tetapi air tetap tersedia. Jagung
merupakan tanaman indikator yang
baik bagi kedelai. Tanah yang baik
ditanami jagung, baik pula ditanami
kedelai.
2. Kedelai tidak menuntut struktur tanah
yang
khusus
sebagai
suatu
persyaratan tumbuh. Bahkan pada
kondisi lahan yang kurang subur dan
agak asam pun kedelai dapat tumbuh
dengan baik, asal tidak tergenang air
yang akan menyebabkan busuknya
akar. Kedelai dapat tumbuh baik pada
berbagai jenis tanah, asal drainase dan
aerasi tanah cukup baik.
3. Tanah-tanah yang cocok yaitu: alluvial,
regosol, grumosol, latosol dan andosol.

4.

5.

6.

7.

8.

Pada tanah-tanah podsolik merah
kuning dan tanah yang mengandung
banyak
pasir
kwarsa,
pertumbuhan kedelai kurang baik,
kecuali bila diberi tambahan pupuk
organik atau kompos dalam jumlah
cukup.
Tanah yang baru pertama kali ditanami
kedelai, sebelumnya perlu diberi bakteri
Rhizobium, kecuali tanah yang sudah
pernah ditanami Vigna sinensis (kacang
panjang).
Kedelai yang ditanam pada tanah
berkapur atau bekas ditanami padi
akan lebih baik hasilnya, sebab tekstur
tanahnya masih baik dan tidak perlu
diberi pemupukan awal.
Kedelai juga membutuhkan tanah yang
kaya akan humus atau bahan organik.
Bahan organik yang cukup dalam tanah
akan memperbaiki daya olah dan juga
merupakan sumber makanan bagi
jasad renik, yang akhirnya akan
membebaskan unsur hara untuk
pertumbuhan tanaman.
Tanah berpasir dapat ditanami kedelai,
asal air dan hara tanaman untuk
pertumbuhannya cukup. Tanah yang
mengandung liat tinggi, sebaiknya
diadakan perbaikan drainase dan
aerasi
sehingga
tanaman
tidak
kekurangan
oksigen
dan
tidak
tergenang air waktu hujan besar. Untuk
memperbaiki aerasi, bahan organik
sangat penting artinya.
Toleransi keasaman tanah sebagai
syarat tumbuh bagi kedelai adalah pH=
5,8-7,0 tetapi pada pH 4,5 pun kedelai
dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5
pertumbuhannya
sangat
terlambat
karena
keracunan
aluminium.
Pertumbuhan bakteri bintil dan proses
nitrifikasi (proses oksidasi amoniak
menjadi nitrit atau proses pembusukan)
akan berjalan kurang baik.
Dalam
pembudidayaan
tanaman
kedelai, sebaiknya dipilih lokasi yang
topografi tanahnya datar, sehingga
tidak perlu dibuat teras-teras dan
tanggul.
Syarat pertumbuhan kedelai ditinjau
dari ketinggian tempat:
Varietas kedelai berbiji kecil, sangat
cocok ditanam di lahan dengan
ketinggian 0,5- 300 m dpl.Sedangkan

varietasi kedelai berbiji besar cocok
ditanam di lahan dengan ketinggian
300-500 m dpl. Kedelai biasanya akan


tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih
dari 500 m dpl.

berarti tanaman pokok/pangan hasil panen
yang kedua setelah padi. Palawija sangat
cocok diterapkan dalam sistem pertanian
yang berkelanjutan yang berfungsi untuk
melakukan rotasi tanaman.

Palawija
Palawija merupakan kata yang berasal
dari bahasa Sansekerta yaitu phalawidja
yang artinya adalah tanaman kedua. Dari
arti tersebut dapat kita pahami bahwa
palawija adalah tanaman hasil kedua yang
Palawija mampu hidup di tanah yang
kering sehingga tidak terlalu membutuhkan
air, apalagi ketika irigasi sulit untuk memberikan air ke sawah. Palawija juga sangat
bagus di tanan di dataran tinggi, yang mana
di dataran tinggi padi sangat sulit untuk
tumbuh, jadi bisa di jadikan sebgai alternatif.
Palawija berfungsi untuk melakukan
rotasi terhadap tanaman padi untuk
memutuskan siklus dari hama tikus. Rotasi
tersebut telah terbukti meningkatkan
produktivitas hasil panen.
Akan tetapi,
tanaman palawija ini sangat rentan terhadap
serangan hama, untuk mengatasinya
dibutuhkan banyak penggunaan pestisida.
Palawija sering juga terkena hama besar,
seperti halnya dengan babi hutan. Saat ini

tanaman palawija sebagai alternatif untuk
mempertahankan ketahanan pangan di
Indonesia.

4. PEMBAHASAN
Ketersediaan air serta karakteristik lingkungan menjadi faktor yang sangat mempengaruhi
perkembangan tanaman pangan.
Dengan
informasi
yang
tepat
akan
ketersediaan air serta karakteristik lingkungan,
maka budidaya tanaman pangan akan menjadi
lebih efektif dan efisien. Budidaya tanaman
pangan yang baik akan berdampak pada
terjaganya ketersediaan pangan di pasaran
sehingga harga kebutuhan pangan akan stabil
bahkan cenderung menurun dari sebelumnya.
Lihat Tabel 1.

Tabel 1
Lokasi

Tanaman
Pangan

Jenis Tanah

Iklim dan
kondisi

Ketersediaan
Air

Kuala Cenaku, Riau

Padi

Inceptisol/lempung

D-normal

Baik

Kuala Cenaku, Riau

Palawija

Inceptisol/lempung

D-normal

Baik

Kuala Cenaku, Riau

Padi

Inceptisol/lempung

D-kering

Kurang

Kuala Cenaku, Riau

Palawija

Inceptisol/lempung

D-kering

Cukup

Kuala Cenaku, Riau

Padi

Inceptisol/lempung

D-basah

Baik

Kuala Cenaku, Riau

Palawija

Inceptisol/lempung

D-basah

Berlebih

Rajabasa, Bandar
Lampung

Palawija
(Kedelai)

Tanah liat

C-kering

Kurang

Serang, Banten

Padi

Litosol-tegalan

C-basah

Cukup

Serang, Banten

Palawija

Litosol-tegalan

C-basah

Baik

A-basah

Sangat Baik

A-basah

Sangat Baik

Cipanas,Lebak,
Banten
Cipanas, Lebak,

Padi
Palawija

Podsolik (pmk)aluvial
Podsolik (pmk)-

Estimasi
Periode
Tanam
2 kali
Sept-Des
Feb-Mei
2 kali
Feb-Mei
Mei-Agt
1 kali
Feb-Mei
3 kali
Sept-Des
Feb-Mei
Mei-Agt
3 kali
Sept-Des
Feb-Mei
Mei-Agt
1 kali
Mei-Agt
1 kali
April-Mei
2 kali
Okt-Jan
Feb-Jun
Sepanjang
Tahun
Sepanjang
Tahun
Sepanjang

Keterangan

+ Irigasi

+ Irigasi

+ Irigasi
+ Irigasi
+ Irigasi

Banten

aluvial

Pandeglang,
Banten

Padi

Podsolik (pmk)aluvial

C-basah

Baik

Pandeglang,
Banten

Palawija

Podsolik (pmk)aluvial

C-basah

Baik

Tahun
2 kali
Okt-Jan
Feb-Jun
Sepanjang
Tahun

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat
bahwa ketersediaan air memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap pembudidayaan tanaman
pangan. Oleh karena itu, untuk menjaga
ketersediaan air yang ideal dibutuhkan pengelolaan
yang baik. Hal itu termasuk pembuatan irigasi lahan
serta pemilihan jenis tanaman pangan yang tepat.
Selain ketersediaan air, pembudidayaan
tanaman pangan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain, yaitu iklim di wilayah tanam serta jenis tanah
yang digunakan untuk pembudidayaan. Faktorfaktor
tersebut
secara
langsung
akan
mempengaruhi kondisi tanaman pangan serta
ketersediaan air itu sendiri.

6. SARAN

5. KESIMPULAN

7. DAFTAR PUSTAKA

1. Pengelolaan ketersediaan air memiliki
dampak
yang
signifikan
terhadap
pembudidayaan tanaman pangan;
2. Tanaman
pangan
palawija
tidak
memerlukan air dalam jumlah yang banyak,
sehingga
pada
pembudidayaannya
cenderung dapat dilakukan pada iklim
kering dengan ketersediaan air yang cukup;
3. Tanaman pangan padi memerlukan air
dalam jumlah yang banyak, sehingga pada
pembudidayaannya
cenderung
membutuhkan bantuan irigasi untuk
mendukung pembudidayaan yang ideal
pada bulan kering;
4. Pembudidayaan tanaman pangan pada
lahan yang memiliki iklim kering serta
ketersediaan yang terhitung sedikit
memerlukan bantuan irigasi agar kondisi
tanaman pangan tetap terjaga;
5. Pada wilayah beriklim basah serta jenis
tanah yang dapat menampung lengas tanah
dengan baik, sebaiknya disediakan embung
atau penampung air untuk mengatasi
kelebihan ketersediaan air agar dapat
digunakan pada bulan kering yang akan
datang;
6. Informasi ketersediaan air (neraca air)
dapat digunakan sebagai referensi untuk
memulai masa tanam.

1. Perlu dilakukan pengkajian lanjut akan
pengaruh ketersediaan air
terhadap
pembudidayaan pangan dengan disertai
variabel lainnya;
2. Penelitian pada saat kondisi ekstrem
diperlukan sebagai referensi untuk
mengatasi krisis pangan sejak jauh hari;
3. Perlu dilakukan pengkajian yang sama
terhadap jenis tanaman lainnya.

Hidayat, dkk. 2006. Analisis Neraca Air untuk
Penetapan Periode Tanam Tanaman Pangan
dii Propinsi Banten. Jurnal Indonesia Agromet,
XX (1): 44-51.
Kurnianto, dkk. 2004. Pendugaan Surplus Air
Tanah Menggunakan Model Neraca Air (Studi
Kasus Sub Daerah Aliran Sungai Cicatih).
Jurnal Indonesia Agromet, XVII (2): 37-47.
Oktaviani, dkk. 2013. Analisis Neraca Air
Budidaya Tanaman Kedelai di Lahan Kering.
Jurnal Teknik Pertanian Universitas Lampung,
II (1): 7-16.
Triatmodjo, Bambang. 2015. Hidrologi Terapan.
Beta Offset, Yogyakarta.