Makalah Dasar Budidaya Tanaman. doc

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu kendala yang cukup penting dalam upaya pengamanan dan
peningkatan produksi hortikultura khususnya sayuran adalah serangan Organisme
Pengganggu Tumbuhan (Gulma) yang timbul sebagai akibat dari interaksi antara
faktor-faktor OPT, tanaman dan lingkungan. Kerugian yang ditimbulkannya
secara ekonomi cukup berarti, sehingga diperlukan upaya pengendalian untuk
menekan kerugian itu yang diawali dengan kegiatan pengamatan OPT agar timbul
kewaspadaan terhadap serangan OPT. dari makalah ini penulis memcoba untuk
menerangkan tentang gulma pada tanaman sayuran.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut dapat di ambil rumusan masalh sebagai berikut.
1. Mengapa gulma merugikan tanaman sayuran?
2. Jenis-jenis gulma apa saja yang mengganggu tanaman sayuran?
3. Bagaimana teknik pengendalian gulma pada tanaman sayuran?
1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah.

1. Untuk mengetahui mengapa gulma merugikan tanaman sayuran
2. Untuk mengetahui jenis-jenis gulma yang mengganggu tanaman sayuran
3. Untuk mengetahui teknik pengendalian gulma yang menggangggu
tanaman sayuran.

1

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penyebab gulma merugikan tanaman sayuran
Gulma merugikan tanaman budidaya terutama sayuran karena gulma
memiliki alelopati yaitu merupakan peristiwa pelepasan senyawa yang bersifat
racun yang dikeluarkan oleh tumbuhan yang dapat menghambat pertumbuhan
tumbuhan lain yang tumbuh di sekitarnya (Fitria 2011).
Gulma adalah tanaman pengganggu yang tumbuh diantara tanaman utama.
Gulma mengganggu karena bersaing dengan tanaman utama terhadap kebutuhan
unsur hara, air, cahaya dan ruang tumbuh, sehingga produksi tanaman menjadi
tidak optimal (Anonymous 2012).
Keberadaan gulma pada pertanaman hortikultura dapat menjadi lebih
penting dan perlu lebih diperhatikan karena sifat tersebut. Persaingan sarana

tumbuh yang ditimbulkan antara gulma dan tanaman akan terasa lebih besar pada
tanaman hortikultura (Anonymous 2012).
Penggunaan pupuk organik/pupuk kandang yang relatif lebih banyak
khusunya pada hortikultura setahun berpotensi menyebarkan gulma (sumber
investasi) apabila pupuk kandang tersebut tidak diolah secara matang.
Bahan tersebut dapat menjadi media penyebaran alat perbanyakan gulma, baik
melalui organ vegetatif maupun organ generatif. Irigasi dan penggunaan
pupuk yang relatif

lebih

intensif pada

pertanaman hortikultura dapat

mendorong perkembangan gulma(Anonymous 2012)..
2.2 Jenis-Jenis Gulma Yang Mengganggu Tanaman Sayuran
Sejumlah gulma tertentu berasosiasi atau sering tumbuh bersama dengan
tanaman hortikultura tertentu. Dalam komunikasi sehari-hari gulma yang selalu
terdapat


dan tumbuh

pada

pertanaman

hortikultura

disebut

gulma

hortikultura, walaupun keberadaan suatu spesies gulma tertentu tidak selalu
mutlak pada tanaman hortikultura. Berikut disampaikan keberadaan sejumlah
spesies gulma pada beberapa tanaman hortikultura semusim dan tahunan.
Ketiga

golongan gulma, yaitu gulma golongan rumput, teki dan daun lebar


1

terdapat pada tanaman hortikultura (Anonymous 2012).
Gulma golongan teki seperti (Cyperus rotundus ), gulma golongan berdaun
lebar

lunak

dan gulma

golongan

rumput

umumnya

terdapat

pada


pertanaman hortikultura berumur setahun (tanaman sayuran, tanaman hias)
(Anonymous 2012).
Gulma golongan berdaun lebar (lunak dan berkayu), gulma golongan
rumput dan gulma golongan teki terdapat pada pertanaman hortikultura berumur
tahunan (tanaman buah-buahan) (Anonymous 2012).
Tabel 10.1 Jenis-jenis gulma pada pertanaman hortikultura
Tanaman
Bawang Merah

Gulma
Rumput/Teki
Daun Lebar
Echinochloa colonum, Ageratum conyzoides,
Digitaria spp.,
Alternanthera
Eleusine indica,
sessilis, Amaranthus
Cyperus rotundus
spp., Amaranthus
spinosus, Cleome

rutidospermae,
Portulaca oleraceae

Pisang

Setaria plicata, Panicum
repens, Eleusine
indica, Ottochloa
nodosa, Paspalum
conjugatum, Cyperus
spp.

Ageratum
conyzoides,
Borreria alata, Cleome
rutidospermae,
Mimosa invisa

Nenas


Axonopus compressus,
Cynodon dactylon,
Panicum repens,
Eleusine indica,
Digitaria spp.,
Brachiaria eruciformis,
Brachiaria mutica,
Cyperus spp.

Richardia brasiliensis,
Borreria alata,
Elephantropus
scaber, Amaranthus
spinosus, Chromolena
odorata, Cleome
rutidospermae,
Commellina diffusa,
Euphorbia spp.,

Jambu Mete


Paspalum conjugatum

(Anonymous 2012).

1

Gambar 10.2 Echinochloa colonum
Digitaria spp.

Gambar 10.4 Eleusine indica
rotundus

Gambar 10.6 Setaria plicata

Gambar 10.3

Gambar 10.5 Cyperus

Gambar 10.7

Panicum repens

1

Gambar 10.8 Ottochloa nodosa

Gambar 10.9 Paspalum conjugatum

Gambar 10.10 Ageratum conyzoides
(Anonymous 2012).
2.3 Teknik Pengendalian Gulma Yang Menggangggu Tanaman Sayuran.
Teknik pengendalian gulma pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai
teknik seperti secara manual, mekanis, teknik budidaya maupun dengan
penggunaan bahan kimia (herbisida). Bahkan penggunaan herbisida ternyata
mampu menaikkan produktivitas petani seperti penggunaan tenaga kerja yang
lebih sedikit, waktu pelaksanaan pengendalian gulma relatif singkat serta biaya
yang lebih murah (Anonymous 2012).
Tindakan-tindakan budidaya tanaman hortikultura secara langsung maupun
tidak langsung turut mengendalikan gulma pada pertanaman hortikultura,
misalnya pembentukan media tanam, pengaturan jarak tanam, pemupukan,


1

pengairan dan lain-lain (Anonymous 2012).
Pengendalian gulma secara manual/mekanis dapat dilakukan dengan
mencabut atau membabat.

Jika

gulma

yang

dihadapi

tergolong

gulma

lunak (semusim dan berakar dangkal) maka tindakan mencabut dengan

tangan

atau dengan bantuan alat sederhana

dapat dilakukan.

Penyiangan

dengan mencabut misalnya dilakukan terhadap gulma Ageratum conyzoides
(babadotan), Cleome rutidosperma (cacabean) dan lain-lain (Anonymous 2012).

Pada budidaya sayuran yang dilakukan di lahan kering tindakan membabat
tetap merupakan cara yang paling mudah dan praktis. Ketinggian membabat
dapat dipertimbangkan sesuai kemampuan dan keadaan. Misalnya dapat
dilakukan babat tinggi atau babat rendah. Babat tinggi dengan cara
mempertahankan ketinggian gulma 20 – 30 cm. Dalam pengertian babat rendah,
selain dilakukan dekat/pada permukaan tanah, juga dalam arti mengupas dangkal
(babat bersih/babat merah) sebagian permukaan tanah. Alat-alat yang sering
digunakan adalah cangkul, kored, parang dan semi mekanis (mower) dan lainlain.(Edi, et al. 2011).
Waktu pembabatan disesuaikan dengan umur tanaman. Pada saat tanaman
masih

berumur

memungkinkan

muda,
gulma

ruang

antar

tumbuh

dan

tanaman

masih

berkembang,

pengendalian gulma lebih sering dibandingkan

terbuka

sehingga

sehingga
diperlukan

pada saat tanaman lebih tua

ketikatajuk tanaman semakin membesar dan melebar. Pada saat pemeliharaan
tanaman, penyiangan 1 – 1.5 bulan satu kali dapat dilakukan (Edi, et al. 2011).
Dalam keadaan tertentu (gulma tahunan berkayu dengan perakaran dalam
dan

kokoh),

kadang-kadang diperlukan

gulma. Alat-alat yang digunakan

adalah

pembongkaran
garpu,

cangkul,

tunggul/rimpang
parang. Misalnya

gulma Melastoma malabthricum (harendong), Choromolaena odorata (kirinyuh),
Clibadium surinamense, Themeda gigantea (glagah), Imperata cylindrical (alangalang) dan Sida rhombifolia (sidagori).

Sejumlah gulma dengan tipe

pertumbuhan menjalar harus ditarik (dijojo), misalnya gulma Mikania micrantha
(areuy kapituheur), Commelina nudiflora (gewor) dan Richardia brasiliensis

1

(goletrak beuti) (Edi, et al. 2011).
Gulma yang telah dicabut, dibabat atau ditarik kemudian dikumpulkan pada
suatu tempat, dijadikan serasah/mulsa atau dapat dibakar. Pelaksanaan
pembakaran hendaknya cukup aman terhadap tanaman, lingkungan sekitar
dan terawasi (Edi, et al. 2011).
Pengendalian gulma dengan pembakaran dapat memusnahkan gulma, tetapi
biji dan organ pembiak vegetative di dalam tanah tidak mati. Pemakaian mulsa
atau serasah dapat menekan pertumbuhan gulma. Serasah dapat berasal dari
gulma yang telah mati, bagian-bagian tanaman atau tumbuhan serasah yg sengaja
ditanam (penutup tanah). Selain serasah organik dapat juga plasik penutup abuabu hitam, namun mungkin bahan ini cukup mahal. Namun demikian pemakaian
plastik sering digunakan pada hortikultura semusim. Tindakan ini menghambat
perkembangan gulma, kecuali pada bar.isan lubang tanam (Abidin dan suwahyo,
1983).
Pembuatan piringan tanaman dapat dilakukan dibawah tajuk tanaman
bersamaan untuk kepentingan pemupukan. Untuk selanjutnya dalam kegiatan
pemeliharaan tanaman bagian piringan ini dapat disiang dengan lebih baik dan
lebih sering daripada bagian gawangan. Misalnya : bagian piringan dengan babat
rendah atau babat bersih, sedangkan bagian gawangan dengan babat tinggi
(Abidin dan suwahyo, 1983).
Pengendalian dengan cara lain adalah menggunakan bahan kimia. Sejumlah
bahan telah diketahui efektif untuk mengendalikan gulma termasuk gulma yang
cukup sukar dikendalikan secara manual/mekanis (alang-alang). Namun
pengetahuan teknis, keamanan dan pertimbangan ekonomi perlu dilakukan.
Pengendalian secara khemis juga dapat dilakukan dengan memperhatikan waktu
aplikasi pengendalian, sebelum atau sesudah gulma muncul di pertanaman
hortikultura (pra/pasca tumbuh). Herbisida pra tumbuh dapat digunakan pada
pertanaman hortikultura yang berumur setahun. Misalnya : pengendalian gulma
dengan herbisida pra tumbuh pada tanaman kentang, bawang merah dan cabai.
Herbisida pasca tumbuh dapat digunakan pada pertanaman hortikultura tahunan,
selain herbisida pra tumbuh (Abidin dan suwahyo, 1983).

1

Pada

pengendalian

gulma

hortikultura

secara khemis

digunakan

beberapa jenis herbisida pra maupun pasca tumbuh. Untuk pertanaman
hortikultura semusim biasanya digunakan herbisida pra tumbuh, sementara pada
pertanaman hortikultura tahunan dapat digunakan herbisida pra dan pasca
tumbuh. Penggunaan herbisida pra tumbuh dimaksudkan untuk membersihkan
media tumbuh dari gulma sambil mendorong pertumbuhan tanaman karena
tanpa kehadiran tumbuhan lain yang dapat berkompetisi. Herbisida pasca tumbuh
lebih sesuai pada pertanaman hortikultura tahunan karena tingkat selektivitas
yang lebih baik terhadap herbisida (Abidin dan suwahyo, 1983).

1

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada pembahasan makalah tersebut dapat di simpulkan bahwa gulma adalah
tanaman yang menggangu atau menghambat pertumbuhan tanaman lain dengan
mengeluarkan Alelopati juga dapat terjadi persaingan unsur hara pada budidaya
tanaman sayuran oleh karena itu gulma di anggap merugikan tanaman budidaya
terutama pada sayuran.
Teknik pengendalian gulma pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai
teknik seperti secara manual, mekanis, teknik budidaya maupun dengan
penggunaan bahan kimia (herbisida). Dan teknik pengendalian yang paling paling
efektif adalah penggunaan herbisida namun pemberiannya sebaiknya sesuai dosis
sehingga tidak merusak lingkungan sekitar.
3.2 Saran
Meskipun teknik pengendalian yang paling efektif adalah dengan
menggunakan herbisida namun sebaiknya tidak di gunakan cara ini secara terus
menerus. Dan hendaknya semua teknik pengendalian yang lain juga di gunakan.

1

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2012 http://ocw.ipb.ac.id/file.php/14/Pengendalian-Gulma/BAB10_Gulma-Holtikultura.pdf Diakses Pada 2 juni 2012
Abidin, Z. dan suwahyo, 1983. Pengaruh berbagai cara pengendalian gulma
terhadap pertumbuhan dan hasil hortikultura. Bul. Penel. Hort. 10(4).
Edi, Syafri dan Julista Bobihoe. 2011. Budidaya tanaman Sayuran. Balai
Pengkajian teknologi Pertanian: Jambi.
Fitria, Yeni. 2011. Pengaruh Alelopati Gulma Cyperus rotundus, Ageratum
conyzoides dan Digitaria adscendens terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) IPB Press:
Bogor.

1