BAB I Pendahuluan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kinerja dan Upaya Pemecahan Masalah Guru Gugus Diponegoro Kecamatan Ungaran Barat dalam Analisis Fishbone

BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Peningkatan kualitas sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan melalui sistem pendidikan yang berkualitas baik pada jalur pendidikan formal, informal, maupun non formal, mulai dari
pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi (Mulyasa,

2004:4).
Dikatakan lebih lanjut oleh Mulyasa tentang
pentingnya pengembangan sistem pendidikan yang berkualitas

perlu

lebih

ditekankan,

karena

berbagai

indikator menunjukkan bahwa pendidikan yang ada

belum mampu menghasilkan sumber daya sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan
pembangunan.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah (Bab1, Ps.1, UU, No.14,

2005).
Sardiman

(2005:125)

mengemukakan

bahwa

guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam
proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam

usaha

pembentukan

sumber

daya

manusia

yang

potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu,
guru yang merupakan salah satu unsur di bidang
kependidikan
menempatkan

harus

berperan


kedudukannya

secara

aktif

sebagai

dan

tenaga

profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang
semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak sematamata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu
1

pengetahuan,
melakukan
pembimbing


tetapi

juga

transfer
yang

sebagai

nilai-nilai

pendidik

sekaligus

memberikan

yang


sebagai

pengarahkan

dan

menuntun siswa dalam belajar.
Guru

adalah

figur

manusia

sumber

yang

menempati posisi dan memegang peran penting dalam

pendidikan.

Ketika

semua

orang

mempersoalkan

masalah dunia pendidikan figur guru pasti terlibat
dalam agenda pembicaraan terutama yang menyangkut
persoalan pendidikan formal di sekolah. Pendidik atau
guru merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan

dan

melaksanakan


proses

pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan
penelitian

dan

dan

pelatihan,

pengabdian

serta

kepada

melakukan
masyarakat,


terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Guru
memiliki tugas dan fungsi sebagai edukator (pendidik)
yaitu mendidik susuai materi pelajaran yang diberikan,
ilmu merupakan syarat utama dalam menidik. Guru
sebagai leader (pemimpin), yang memimpin kelas maka
harus

mampu

menguasai,

mengendalikan

dan

mengarahkan kelas dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Selain itu guru juga sebagai fasilitator, motivator, administrator dan evaluator (Jamal, 2012: 39-54).
Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga
profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur

pendidikan

formal

yang

diangkat

sesuai

dengan

peraturan perundang-undangan (Bab 2, Ps 2, UU, No.
14,2005).
2

Guru merupakan faktor yang sangat dominan
dan paling penting dalam pendidikan formal pada
umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan
tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Di

sekolah

guru

merupakan

unsur

yang

sangat

mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan selain
unsur

murid

dan

penyelenggaraan


fasilitas

lainnya.

pendidikan

Keberhasilan

sangat

ditentukan

kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya
melalui kegiatan belajar mengajar. Namun demikian
posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil
pendidikan

sangat

dipengaruhi

oleh

kemampuan

profesional guru dan mutu kinerjanya (Damsar, 2007
157-158)
Guru
sebab

merupakan

secara

langsung

ujung

tombak

berupaya

pendidikan

mempengaruhi,

membina dan mengembangkan peserta didik, sebagai
ujung

tombak,

guru

dituntut

untuk

memiliki

kemampuan dasar yang diperlukan sebagai pendidik,
pembimbing dan pengajar dan kemampuan tersebut
tercermin pada kompetensi guru. Berkualitas tidaknya
proses pendidikan sangat tergantung pada kreativitas
dan inovasi yang dimiliki guru (Jamal, 2012:203-212).
Ahmad Susanto (2013: 92-94) mengemukakan
bahwa

Guru

merupakan

perencana,

pelaksana

sekaligus sebagai evaluator pembelajaran di kelas,
maka peserta didik merupakan subjek yang terlibat
langsung

dalam

proses

untuk

mencapai

tujuan

pendidikan.

3

Kehadiran guru dalam proses pembelajaran di
sekolah masih tetap memegang peranan yang penting.
Peran tersebut belum dapat diganti dan diambil alih
oleh apapun. Hal ini disebabkan karena masih banyak
unsur-unsur manusiawi yang tidak dapat diganti oleh
unsur lain. Guru merupakan faktor yang sangat
dominan dan paling penting dalam pendidikan formal
pada

umumnya

dijadikan

karena

tokoh

bagi

teladan

siswa

bahkan

guru

sering

menjadi

tokoh

identifikasi diri (Damsar, 2007:162).
Guru dituntut memiliki kinerja yang mampu
memberikan

dan

merealisasikan

harapan

dan

keinginan semua pihak terutama masyarakat umum
yang

telah

mempercayai sekolah

dan

guru

dalam

membina anak didik. Dalam meraih mutu pendidikan
yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam
melaksanakan
menjadi

tugas-nya sehingga

tuntutan

keberhasilan
pendidikan

penting

pendidikan.
yang

baik

kinerja

untuk

Secara

menjadi

guru

mencapai

umum

tolok

mutu

ukur

bagi

keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru (Syaiful,
2011: 167).
Undang – undang no 14 tahun 2005
laskan

bahwa

merupakan

profesi
bidang

guru

dan

pekerjaan

menje-

profesi
khusus

dosen
yang

dilaksanakan berdasarkan prinsip: Memiliki bakat,
minat,

panggilan

komitmen

untuk

jiwa,

dan

meningkatkan

idealisme;
mutu

Memiliki

pendidikan,

keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; Kualifikasi
akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan
4

bidang tugas; Memiliki kompetensi yang diperlukan.
sesuai dengan bidang tugas; Memiliki tanggung jawab
atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; Memperoleh
penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi
kerja; Memiliki kesempatan untuk mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar
sepanjang

hayat;

Memiliki

jaminan

perlindungan

hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan;
dan

Memiliki

organisasi

profesi

yang

mempunyai

kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan
tugas keprofesionalan guru.
Guru sebagai pekerja harus berkemampuan yang
meliputi penguasaan materi pelajaran, penguasaan
profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan
cara-cara menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk
melaksanakan tugasnya, disamping itu guru harus
merupakan

pribadi

yang

berkembang

dan bersifat

dinamis. Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan

Nasional

bahwa

pendidik

dan

tenaga

kependidikan berkewajiban (1) menciptakan suasana
pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif,
dinamis, dan dialogis, (2) mempunyai komitmen secara
profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan
(3) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga,
profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan
yang diberikan kepadanya. Harapan dalam UndangUndang tersebut menunjukkan adanya perubahan
paradigma pola mengajar guru yang pada mulanya
sebagai

sumber

informasi

bagi

siswa

dan

selalu
5

mendominasi kegiatan dalam kelas berubah menuju
paradigma yang memposisikan guru sebagai fasilitator
dalam proses pembe-lajaran dan selalu terjadi interaksi
antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa
dalam kelas. Kenyataan ini mengharuskan guru untuk
selalu

meningkatkan

kemampuannya

terutama

memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran.
Menurut Syaiful Sagala (2011:147-150) guru adalah merupakan pribadi yang berkembang. Bila perkembangan ini dilayani, sudah tentu dapat lebih terarah
dan mempercepat laju perkembangan itu sendiri, yang
pada akhirnya memberikan kepuasan kepada guruguru dalam bekerja di sekolah sehingga sebagai
pekerja, guru harus berkemampuan yang meliputi
unjuk kerja, penguasaan materi pelajaran, penguasaan
profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan
cara-cara menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk
melaksanakan tugasnya.
Guru merupakan komponen terpenting dalam
mewujudkan tujuan pendidikan yang bertumpu pada 4
pilar

yaitu:

1)

Learning

to

know,

adalah

upaya

memahami instrumen – instrument pengetahuan baik
sebagai alat maupun sebagai tujuan. 2) Learning to do,
penekanan kepada siswa untuk dapat mengadaptasikan pengetahuannya di masa depan. 3) Leraning to
live together, learning to live with others, melatih dan
membimbing peserta didik agar dapat menciptakan
komunikasi yang baik serta menjauhi konflik. 4) Lear6

ning to be, pendidikan mampu memberikan konstribusi
untuk perkembangan siswa seutuhnya, jiwa dan raga,
intelegensi, kepekaan, rasa etika, tanggung jawab
pribadi

serta

nilai-nilai

spiritual

(Aunurrahman,

2010:6-8)
Hasil penelitian Sudarwati (2011) menunjukan
bahwa kemerosotan mutu hasil belajar murid tidak
hanya disebabkan oleh kurangnya motivasi belajar,
kurangnya perhatian orang tua, tetapi disebabkan juga
oleh kelemahan-kelemahan pada pihak guru, serta
faktor yang cukup kuat mempengaruhi adalah perilaku
kepemimpinan yang tidak tepat pakai dan tidak tepat
guna.
Hani Nurul Latifah (2013) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa Pendidikan Latihan Profesi Guru
(PLPG) tidak berpengaruh signifikan pada kompetensi
paedagogik,

kepribadian,

kompetensi

sosial

dan

kompetensi professional pada guru PKn di Bandung.
Moh. Imam Farisi (2011) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa Hasil survei yang dilaksanakan
Persatuan Guru Repulik Indonesia (PGRI) mengenai
dampak sertifikasi terhadap kinerja guru menya-takan
bahwa kinerja guru yang sudah lolos sertifikasi belum
memuaskan.

Motivasi

kerja

yang

tinggi

justru

ditunjukkan guru-guru di berbagai jenjang pendidikan
yang belum lolos sertifikasi. Harapan mereka adalah
segera

lolos

sertifikasi

berikut

memperoleh

uang

tunjangan profesi.
Fatchurrohman dalam penelitiannya tahun 2012
menyatakan

bahwa

dampak

sertifikasi

terhadap
7

kinerja para guru di SMP Negeri 1 kota Salatiga cukup
positif terhadap guru-guru yang memperoleh sertifikat
pendidik, baik pada kedisiplinan kerja dan kedisiplinan
administratif

akademik.

Pada

sisi

lain,

program

sertifikasi guru tertentu kurang berdampak terhadap
kinerja

para

guru

yang

belum

mendapatkannya.

Mereka biasa-biasa saja dalam bekerja, tidak terjadi
peningkatan yang berarti akibat program sertifikasi
guru.
Hasil wawancara dengan pengawas di UPTD
Pendidikan

Kecamatan

Ungaran

Barat

pada

pra

penelitian menyatakan bahwa:
“…Ketika saya melakukan supervisi keliling ke sekolah –
sekolah sering saya temukan di lapangan bahwa, Guru
belum membuat persiapan mengajar secara rutin, guru
jarang melakukan perbaikan ataupun pengayaan dan lebih
tegas dinyatakan kepedulian guru terhadap kinerja dan
tanggung jawabnya sebagai guru masih kurang, tetapi juga
ada sebagian kecil guru yang melaksanakan tugasnya atau
kinerjanya sangat baik”.

Pernyataan

tersebut

mengungkapkan

bahwa

sebagian guru di Kecamatan Ungaran Barat ada yang
sudah melaksanakan tugasnya dengan baik namun
lebih banyak guru yang

belum dapat melaksanakan

tugasnya dengan baik.
Dalam

pelaksanaan

tugas

mendidik,

guru

memiliki sifat dan perilaku yang berbeda, ada yang
bersemangat dan penuh tanggung jawab, juga ada guru
yang dalam melakukan pekerjaan itu tanpa dilandasi
rasa tanggung jawab, selain itu juga ada guru yang
sering ijin, datang tidak tepat pada waktunya dan tidak
mematuhi perintah. Kondisi guru seperti itulah yang
menjadi permasalahan di setiap lembaga pendidikan
8

formal. Dengan adanya guru yang mempunyai kinerja
rendah, sekolah akan sulit untuk mencapai hasil
seperti yang diharapkan.
Rendahnya

kinerja

guru

akan

berpengaruh

terhadap pelaksanaan tugas yang pada gilirannya akan
berpengaruh

pula

terhadap

pendidikan.

Rendahnya

pencapaian

kinerja

guru

tujuan
harus

diidentifikasi penyebabnya. Hal apa saja yang menjadi
penyebab hambatan guru dalam melaksanakan tugas
akan diamati dalam penelitian.
Peningkatan kualitas perlu terus diupayakan,
hasil penelitian Sudarwati (2011) yang menyatakan
kemerosotan mutu hasil belajar murid tidak hanya
disebabkan

oleh

kurangnya

motivasi

belajar,

kurangnya perhatian orang tua, tetepi juga kelemahankelemahan pada pihak guru. Hal senada diungkapkan
dalam penelitian

Moh. Imam Farisi (2011) bahwa

belum ada peningkatan kinerja guru yang sudah lolos
sertifikasi. Hal ini menyatakan bahwa kinerja guru
merupakan factor yang penting dalam menentukan
keberhasilan pembelajaran. Hani Nurul Latifah (2013)
dalam penelitiannya menyata-kan bahwa Pendidikan
Latihan

Profesi

Guru

(PLPG)

tidak

berpengaruh

signifikan pada kompetensi paedagogik, kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi professional pada
guru PKn di Bandung. Upaya peningkatan kinerja guru
melalui PLPG belum sepenuhnya memenuhi harapan
penyelenggaraan

pendidikan

diselenggarakan oleh pemerintah.

pelatihan

yang

Sedangkan data

yang penulis dapat dari pengawas sekolah pada pra
9

penelitian menyatakan bahwa banyak guru yang belum
membuat persiapan mengajar secara rutin.
Hal

sebaliknya

diungkapkan

Fatchurrohman

dalam penelitiannya tahun 2012 menyatakan bahwa
dampak sertifikasi terhadap kinerja para guru di SMP
Negeri 1 kota Salatiga cukup positif terhadap guru-guru
yang

memperoleh

kedisiplinan

kerja

sertifikat
dan

pendidik,

kedisiplinan

baik

pada

adminis-tratif

akademik.
Mengingat

pentingnya

kinerja

guru

dalam

mewujudkan tujuan pendidikan. Serta fakta bahwa
masih ada sebagian guru yang mengalami hambatan
dalam upaya mewujudkan sasaran kerjanya. Ada juga
guru yang sudah bekerja dengan baik sesuai sasaran
kerja. Hal tersebut perlu segera ditindak-lanjuti agar
tidak terjadsi maslah yang berkelanjutan sehingga
peserta didik dirugikan. Berdasarkan fakta tersebut
maka penulis melakukan penelitian guna mengetahui
lebih jauh gambaran nyata tentang kinerja guru gugus
Diponegoro, permasalahan yang menghambat kinerja
guru yang terjadi di gugus Diponegoro, serta berupaya
menemukan solusi pemecahan masalah kinerja guru di
Gugus Diponegoro, Kecamatan Ungaran Barat. Hal
tersebut mengingat pentingnya tugas guru sebagai
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar,
menilai,

membimbing,
dan

mengarahkan,

mengevaluasi

peserta

melatih,

didik

pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

10

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
dijelaskan maka rumusan masalah dalam penelitian
adalah:
1. Bagaimana kinerja guru Gugus Diponegoro
Kecamatan Ungaran Barat?
2. Permasalahan apa yang menghambat kinerja
guru di Gugus Diponegoro, Kecamatan Ungaran Barat?
3. Upaya

apa

yang

dapat

dilakukan

untuk

mengatasi masalah kinerja Guru di Gugus
Diponegoro, Kecamatan Ungaran Barat?

1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kinerja guru Gugus Diponegoro
Kecamatan Ungaran Barat.
2. Mencari akar permasalahan yang menghambat
kinerja guru di Gugus Diponegoro, Kecamatan
Ungaran Barat.
3. Menemukan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kinerja Guru di Gugus
Diponegoro, Kecamatan Ungaran Barat.

1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Aspek teoritis
Secara teoritis manfaat penelitian adalah:
a. Sebagai sumbangsih dalam pengembangan manajemen kepala sekolah.
11

b. Sebagai bahan referensi bagi peneliti berikutnya
dalam topik yang relevan.
1.4.2. Aspek Praktis
Secara praktis manfaat penelitian adalah:
a. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
bagi pengawas sekolah dan ketua gugus dalam
menentukan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan peningkatan kinerja guru.
b. Sebagai bahan pertimbangan guru dalam upaya meningkatkan kinerjanya.
c. Memberikan

sumbangan

solusi

pemecahan

masalah dalam upaya perbaikan kinerja guru.

12

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65