BAB I Pendahuluan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kinerja dan Upaya Pemecahan Masalah Guru Gugus Diponegoro Kecamatan Ungaran Barat dalam Analisis Fishbone
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Peningkatan kualitas sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan melalui sistem pendidikan yang berkualitas baik pada jalur pendidikan formal, informal, maupun non formal, mulai dari
pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi (Mulyasa,
2004:4).
Dikatakan lebih lanjut oleh Mulyasa tentang
pentingnya pengembangan sistem pendidikan yang berkualitas
perlu
lebih
ditekankan,
karena
berbagai
indikator menunjukkan bahwa pendidikan yang ada
belum mampu menghasilkan sumber daya sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan
pembangunan.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah (Bab1, Ps.1, UU, No.14,
2005).
Sardiman
(2005:125)
mengemukakan
bahwa
guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam
proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam
usaha
pembentukan
sumber
daya
manusia
yang
potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu,
guru yang merupakan salah satu unsur di bidang
kependidikan
menempatkan
harus
berperan
kedudukannya
secara
aktif
sebagai
dan
tenaga
profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang
semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak sematamata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu
1
pengetahuan,
melakukan
pembimbing
tetapi
juga
transfer
yang
sebagai
nilai-nilai
pendidik
sekaligus
memberikan
yang
sebagai
pengarahkan
dan
menuntun siswa dalam belajar.
Guru
adalah
figur
manusia
sumber
yang
menempati posisi dan memegang peran penting dalam
pendidikan.
Ketika
semua
orang
mempersoalkan
masalah dunia pendidikan figur guru pasti terlibat
dalam agenda pembicaraan terutama yang menyangkut
persoalan pendidikan formal di sekolah. Pendidik atau
guru merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan
dan
melaksanakan
proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan
penelitian
dan
dan
pelatihan,
pengabdian
serta
kepada
melakukan
masyarakat,
terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Guru
memiliki tugas dan fungsi sebagai edukator (pendidik)
yaitu mendidik susuai materi pelajaran yang diberikan,
ilmu merupakan syarat utama dalam menidik. Guru
sebagai leader (pemimpin), yang memimpin kelas maka
harus
mampu
menguasai,
mengendalikan
dan
mengarahkan kelas dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Selain itu guru juga sebagai fasilitator, motivator, administrator dan evaluator (Jamal, 2012: 39-54).
Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga
profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan
formal
yang
diangkat
sesuai
dengan
peraturan perundang-undangan (Bab 2, Ps 2, UU, No.
14,2005).
2
Guru merupakan faktor yang sangat dominan
dan paling penting dalam pendidikan formal pada
umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan
tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Di
sekolah
guru
merupakan
unsur
yang
sangat
mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan selain
unsur
murid
dan
penyelenggaraan
fasilitas
lainnya.
pendidikan
Keberhasilan
sangat
ditentukan
kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya
melalui kegiatan belajar mengajar. Namun demikian
posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil
pendidikan
sangat
dipengaruhi
oleh
kemampuan
profesional guru dan mutu kinerjanya (Damsar, 2007
157-158)
Guru
sebab
merupakan
secara
langsung
ujung
tombak
berupaya
pendidikan
mempengaruhi,
membina dan mengembangkan peserta didik, sebagai
ujung
tombak,
guru
dituntut
untuk
memiliki
kemampuan dasar yang diperlukan sebagai pendidik,
pembimbing dan pengajar dan kemampuan tersebut
tercermin pada kompetensi guru. Berkualitas tidaknya
proses pendidikan sangat tergantung pada kreativitas
dan inovasi yang dimiliki guru (Jamal, 2012:203-212).
Ahmad Susanto (2013: 92-94) mengemukakan
bahwa
Guru
merupakan
perencana,
pelaksana
sekaligus sebagai evaluator pembelajaran di kelas,
maka peserta didik merupakan subjek yang terlibat
langsung
dalam
proses
untuk
mencapai
tujuan
pendidikan.
3
Kehadiran guru dalam proses pembelajaran di
sekolah masih tetap memegang peranan yang penting.
Peran tersebut belum dapat diganti dan diambil alih
oleh apapun. Hal ini disebabkan karena masih banyak
unsur-unsur manusiawi yang tidak dapat diganti oleh
unsur lain. Guru merupakan faktor yang sangat
dominan dan paling penting dalam pendidikan formal
pada
umumnya
dijadikan
karena
tokoh
bagi
teladan
siswa
bahkan
guru
sering
menjadi
tokoh
identifikasi diri (Damsar, 2007:162).
Guru dituntut memiliki kinerja yang mampu
memberikan
dan
merealisasikan
harapan
dan
keinginan semua pihak terutama masyarakat umum
yang
telah
mempercayai sekolah
dan
guru
dalam
membina anak didik. Dalam meraih mutu pendidikan
yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam
melaksanakan
menjadi
tugas-nya sehingga
tuntutan
keberhasilan
pendidikan
penting
pendidikan.
yang
baik
kinerja
untuk
Secara
menjadi
guru
mencapai
umum
tolok
mutu
ukur
bagi
keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru (Syaiful,
2011: 167).
Undang – undang no 14 tahun 2005
laskan
bahwa
merupakan
profesi
bidang
guru
dan
pekerjaan
menje-
profesi
khusus
dosen
yang
dilaksanakan berdasarkan prinsip: Memiliki bakat,
minat,
panggilan
komitmen
untuk
jiwa,
dan
meningkatkan
idealisme;
mutu
Memiliki
pendidikan,
keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; Kualifikasi
akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan
4
bidang tugas; Memiliki kompetensi yang diperlukan.
sesuai dengan bidang tugas; Memiliki tanggung jawab
atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; Memperoleh
penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi
kerja; Memiliki kesempatan untuk mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar
sepanjang
hayat;
Memiliki
jaminan
perlindungan
hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan;
dan
Memiliki
organisasi
profesi
yang
mempunyai
kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan
tugas keprofesionalan guru.
Guru sebagai pekerja harus berkemampuan yang
meliputi penguasaan materi pelajaran, penguasaan
profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan
cara-cara menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk
melaksanakan tugasnya, disamping itu guru harus
merupakan
pribadi
yang
berkembang
dan bersifat
dinamis. Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan
Nasional
bahwa
pendidik
dan
tenaga
kependidikan berkewajiban (1) menciptakan suasana
pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif,
dinamis, dan dialogis, (2) mempunyai komitmen secara
profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan
(3) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga,
profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan
yang diberikan kepadanya. Harapan dalam UndangUndang tersebut menunjukkan adanya perubahan
paradigma pola mengajar guru yang pada mulanya
sebagai
sumber
informasi
bagi
siswa
dan
selalu
5
mendominasi kegiatan dalam kelas berubah menuju
paradigma yang memposisikan guru sebagai fasilitator
dalam proses pembe-lajaran dan selalu terjadi interaksi
antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa
dalam kelas. Kenyataan ini mengharuskan guru untuk
selalu
meningkatkan
kemampuannya
terutama
memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran.
Menurut Syaiful Sagala (2011:147-150) guru adalah merupakan pribadi yang berkembang. Bila perkembangan ini dilayani, sudah tentu dapat lebih terarah
dan mempercepat laju perkembangan itu sendiri, yang
pada akhirnya memberikan kepuasan kepada guruguru dalam bekerja di sekolah sehingga sebagai
pekerja, guru harus berkemampuan yang meliputi
unjuk kerja, penguasaan materi pelajaran, penguasaan
profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan
cara-cara menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk
melaksanakan tugasnya.
Guru merupakan komponen terpenting dalam
mewujudkan tujuan pendidikan yang bertumpu pada 4
pilar
yaitu:
1)
Learning
to
know,
adalah
upaya
memahami instrumen – instrument pengetahuan baik
sebagai alat maupun sebagai tujuan. 2) Learning to do,
penekanan kepada siswa untuk dapat mengadaptasikan pengetahuannya di masa depan. 3) Leraning to
live together, learning to live with others, melatih dan
membimbing peserta didik agar dapat menciptakan
komunikasi yang baik serta menjauhi konflik. 4) Lear6
ning to be, pendidikan mampu memberikan konstribusi
untuk perkembangan siswa seutuhnya, jiwa dan raga,
intelegensi, kepekaan, rasa etika, tanggung jawab
pribadi
serta
nilai-nilai
spiritual
(Aunurrahman,
2010:6-8)
Hasil penelitian Sudarwati (2011) menunjukan
bahwa kemerosotan mutu hasil belajar murid tidak
hanya disebabkan oleh kurangnya motivasi belajar,
kurangnya perhatian orang tua, tetapi disebabkan juga
oleh kelemahan-kelemahan pada pihak guru, serta
faktor yang cukup kuat mempengaruhi adalah perilaku
kepemimpinan yang tidak tepat pakai dan tidak tepat
guna.
Hani Nurul Latifah (2013) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa Pendidikan Latihan Profesi Guru
(PLPG) tidak berpengaruh signifikan pada kompetensi
paedagogik,
kepribadian,
kompetensi
sosial
dan
kompetensi professional pada guru PKn di Bandung.
Moh. Imam Farisi (2011) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa Hasil survei yang dilaksanakan
Persatuan Guru Repulik Indonesia (PGRI) mengenai
dampak sertifikasi terhadap kinerja guru menya-takan
bahwa kinerja guru yang sudah lolos sertifikasi belum
memuaskan.
Motivasi
kerja
yang
tinggi
justru
ditunjukkan guru-guru di berbagai jenjang pendidikan
yang belum lolos sertifikasi. Harapan mereka adalah
segera
lolos
sertifikasi
berikut
memperoleh
uang
tunjangan profesi.
Fatchurrohman dalam penelitiannya tahun 2012
menyatakan
bahwa
dampak
sertifikasi
terhadap
7
kinerja para guru di SMP Negeri 1 kota Salatiga cukup
positif terhadap guru-guru yang memperoleh sertifikat
pendidik, baik pada kedisiplinan kerja dan kedisiplinan
administratif
akademik.
Pada
sisi
lain,
program
sertifikasi guru tertentu kurang berdampak terhadap
kinerja
para
guru
yang
belum
mendapatkannya.
Mereka biasa-biasa saja dalam bekerja, tidak terjadi
peningkatan yang berarti akibat program sertifikasi
guru.
Hasil wawancara dengan pengawas di UPTD
Pendidikan
Kecamatan
Ungaran
Barat
pada
pra
penelitian menyatakan bahwa:
“…Ketika saya melakukan supervisi keliling ke sekolah –
sekolah sering saya temukan di lapangan bahwa, Guru
belum membuat persiapan mengajar secara rutin, guru
jarang melakukan perbaikan ataupun pengayaan dan lebih
tegas dinyatakan kepedulian guru terhadap kinerja dan
tanggung jawabnya sebagai guru masih kurang, tetapi juga
ada sebagian kecil guru yang melaksanakan tugasnya atau
kinerjanya sangat baik”.
Pernyataan
tersebut
mengungkapkan
bahwa
sebagian guru di Kecamatan Ungaran Barat ada yang
sudah melaksanakan tugasnya dengan baik namun
lebih banyak guru yang
belum dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik.
Dalam
pelaksanaan
tugas
mendidik,
guru
memiliki sifat dan perilaku yang berbeda, ada yang
bersemangat dan penuh tanggung jawab, juga ada guru
yang dalam melakukan pekerjaan itu tanpa dilandasi
rasa tanggung jawab, selain itu juga ada guru yang
sering ijin, datang tidak tepat pada waktunya dan tidak
mematuhi perintah. Kondisi guru seperti itulah yang
menjadi permasalahan di setiap lembaga pendidikan
8
formal. Dengan adanya guru yang mempunyai kinerja
rendah, sekolah akan sulit untuk mencapai hasil
seperti yang diharapkan.
Rendahnya
kinerja
guru
akan
berpengaruh
terhadap pelaksanaan tugas yang pada gilirannya akan
berpengaruh
pula
terhadap
pendidikan.
Rendahnya
pencapaian
kinerja
guru
tujuan
harus
diidentifikasi penyebabnya. Hal apa saja yang menjadi
penyebab hambatan guru dalam melaksanakan tugas
akan diamati dalam penelitian.
Peningkatan kualitas perlu terus diupayakan,
hasil penelitian Sudarwati (2011) yang menyatakan
kemerosotan mutu hasil belajar murid tidak hanya
disebabkan
oleh
kurangnya
motivasi
belajar,
kurangnya perhatian orang tua, tetepi juga kelemahankelemahan pada pihak guru. Hal senada diungkapkan
dalam penelitian
Moh. Imam Farisi (2011) bahwa
belum ada peningkatan kinerja guru yang sudah lolos
sertifikasi. Hal ini menyatakan bahwa kinerja guru
merupakan factor yang penting dalam menentukan
keberhasilan pembelajaran. Hani Nurul Latifah (2013)
dalam penelitiannya menyata-kan bahwa Pendidikan
Latihan
Profesi
Guru
(PLPG)
tidak
berpengaruh
signifikan pada kompetensi paedagogik, kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi professional pada
guru PKn di Bandung. Upaya peningkatan kinerja guru
melalui PLPG belum sepenuhnya memenuhi harapan
penyelenggaraan
pendidikan
diselenggarakan oleh pemerintah.
pelatihan
yang
Sedangkan data
yang penulis dapat dari pengawas sekolah pada pra
9
penelitian menyatakan bahwa banyak guru yang belum
membuat persiapan mengajar secara rutin.
Hal
sebaliknya
diungkapkan
Fatchurrohman
dalam penelitiannya tahun 2012 menyatakan bahwa
dampak sertifikasi terhadap kinerja para guru di SMP
Negeri 1 kota Salatiga cukup positif terhadap guru-guru
yang
memperoleh
kedisiplinan
kerja
sertifikat
dan
pendidik,
kedisiplinan
baik
pada
adminis-tratif
akademik.
Mengingat
pentingnya
kinerja
guru
dalam
mewujudkan tujuan pendidikan. Serta fakta bahwa
masih ada sebagian guru yang mengalami hambatan
dalam upaya mewujudkan sasaran kerjanya. Ada juga
guru yang sudah bekerja dengan baik sesuai sasaran
kerja. Hal tersebut perlu segera ditindak-lanjuti agar
tidak terjadsi maslah yang berkelanjutan sehingga
peserta didik dirugikan. Berdasarkan fakta tersebut
maka penulis melakukan penelitian guna mengetahui
lebih jauh gambaran nyata tentang kinerja guru gugus
Diponegoro, permasalahan yang menghambat kinerja
guru yang terjadi di gugus Diponegoro, serta berupaya
menemukan solusi pemecahan masalah kinerja guru di
Gugus Diponegoro, Kecamatan Ungaran Barat. Hal
tersebut mengingat pentingnya tugas guru sebagai
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar,
menilai,
membimbing,
dan
mengarahkan,
mengevaluasi
peserta
melatih,
didik
pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
10
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
dijelaskan maka rumusan masalah dalam penelitian
adalah:
1. Bagaimana kinerja guru Gugus Diponegoro
Kecamatan Ungaran Barat?
2. Permasalahan apa yang menghambat kinerja
guru di Gugus Diponegoro, Kecamatan Ungaran Barat?
3. Upaya
apa
yang
dapat
dilakukan
untuk
mengatasi masalah kinerja Guru di Gugus
Diponegoro, Kecamatan Ungaran Barat?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kinerja guru Gugus Diponegoro
Kecamatan Ungaran Barat.
2. Mencari akar permasalahan yang menghambat
kinerja guru di Gugus Diponegoro, Kecamatan
Ungaran Barat.
3. Menemukan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kinerja Guru di Gugus
Diponegoro, Kecamatan Ungaran Barat.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Aspek teoritis
Secara teoritis manfaat penelitian adalah:
a. Sebagai sumbangsih dalam pengembangan manajemen kepala sekolah.
11
b. Sebagai bahan referensi bagi peneliti berikutnya
dalam topik yang relevan.
1.4.2. Aspek Praktis
Secara praktis manfaat penelitian adalah:
a. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
bagi pengawas sekolah dan ketua gugus dalam
menentukan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan peningkatan kinerja guru.
b. Sebagai bahan pertimbangan guru dalam upaya meningkatkan kinerjanya.
c. Memberikan
sumbangan
solusi
pemecahan
masalah dalam upaya perbaikan kinerja guru.
12
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Peningkatan kualitas sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan melalui sistem pendidikan yang berkualitas baik pada jalur pendidikan formal, informal, maupun non formal, mulai dari
pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi (Mulyasa,
2004:4).
Dikatakan lebih lanjut oleh Mulyasa tentang
pentingnya pengembangan sistem pendidikan yang berkualitas
perlu
lebih
ditekankan,
karena
berbagai
indikator menunjukkan bahwa pendidikan yang ada
belum mampu menghasilkan sumber daya sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan
pembangunan.
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah (Bab1, Ps.1, UU, No.14,
2005).
Sardiman
(2005:125)
mengemukakan
bahwa
guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam
proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam
usaha
pembentukan
sumber
daya
manusia
yang
potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu,
guru yang merupakan salah satu unsur di bidang
kependidikan
menempatkan
harus
berperan
kedudukannya
secara
aktif
sebagai
dan
tenaga
profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang
semakin berkembang. Dalam hal ini guru tidak sematamata sebagai pengajar yang melakukan transfer ilmu
1
pengetahuan,
melakukan
pembimbing
tetapi
juga
transfer
yang
sebagai
nilai-nilai
pendidik
sekaligus
memberikan
yang
sebagai
pengarahkan
dan
menuntun siswa dalam belajar.
Guru
adalah
figur
manusia
sumber
yang
menempati posisi dan memegang peran penting dalam
pendidikan.
Ketika
semua
orang
mempersoalkan
masalah dunia pendidikan figur guru pasti terlibat
dalam agenda pembicaraan terutama yang menyangkut
persoalan pendidikan formal di sekolah. Pendidik atau
guru merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan
dan
melaksanakan
proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan
penelitian
dan
dan
pelatihan,
pengabdian
serta
kepada
melakukan
masyarakat,
terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Guru
memiliki tugas dan fungsi sebagai edukator (pendidik)
yaitu mendidik susuai materi pelajaran yang diberikan,
ilmu merupakan syarat utama dalam menidik. Guru
sebagai leader (pemimpin), yang memimpin kelas maka
harus
mampu
menguasai,
mengendalikan
dan
mengarahkan kelas dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Selain itu guru juga sebagai fasilitator, motivator, administrator dan evaluator (Jamal, 2012: 39-54).
Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga
profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan
formal
yang
diangkat
sesuai
dengan
peraturan perundang-undangan (Bab 2, Ps 2, UU, No.
14,2005).
2
Guru merupakan faktor yang sangat dominan
dan paling penting dalam pendidikan formal pada
umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan
tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Di
sekolah
guru
merupakan
unsur
yang
sangat
mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan selain
unsur
murid
dan
penyelenggaraan
fasilitas
lainnya.
pendidikan
Keberhasilan
sangat
ditentukan
kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta didiknya
melalui kegiatan belajar mengajar. Namun demikian
posisi strategis guru untuk meningkatkan mutu hasil
pendidikan
sangat
dipengaruhi
oleh
kemampuan
profesional guru dan mutu kinerjanya (Damsar, 2007
157-158)
Guru
sebab
merupakan
secara
langsung
ujung
tombak
berupaya
pendidikan
mempengaruhi,
membina dan mengembangkan peserta didik, sebagai
ujung
tombak,
guru
dituntut
untuk
memiliki
kemampuan dasar yang diperlukan sebagai pendidik,
pembimbing dan pengajar dan kemampuan tersebut
tercermin pada kompetensi guru. Berkualitas tidaknya
proses pendidikan sangat tergantung pada kreativitas
dan inovasi yang dimiliki guru (Jamal, 2012:203-212).
Ahmad Susanto (2013: 92-94) mengemukakan
bahwa
Guru
merupakan
perencana,
pelaksana
sekaligus sebagai evaluator pembelajaran di kelas,
maka peserta didik merupakan subjek yang terlibat
langsung
dalam
proses
untuk
mencapai
tujuan
pendidikan.
3
Kehadiran guru dalam proses pembelajaran di
sekolah masih tetap memegang peranan yang penting.
Peran tersebut belum dapat diganti dan diambil alih
oleh apapun. Hal ini disebabkan karena masih banyak
unsur-unsur manusiawi yang tidak dapat diganti oleh
unsur lain. Guru merupakan faktor yang sangat
dominan dan paling penting dalam pendidikan formal
pada
umumnya
dijadikan
karena
tokoh
bagi
teladan
siswa
bahkan
guru
sering
menjadi
tokoh
identifikasi diri (Damsar, 2007:162).
Guru dituntut memiliki kinerja yang mampu
memberikan
dan
merealisasikan
harapan
dan
keinginan semua pihak terutama masyarakat umum
yang
telah
mempercayai sekolah
dan
guru
dalam
membina anak didik. Dalam meraih mutu pendidikan
yang baik sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam
melaksanakan
menjadi
tugas-nya sehingga
tuntutan
keberhasilan
pendidikan
penting
pendidikan.
yang
baik
kinerja
untuk
Secara
menjadi
guru
mencapai
umum
tolok
mutu
ukur
bagi
keberhasilan kinerja yang ditunjukkan guru (Syaiful,
2011: 167).
Undang – undang no 14 tahun 2005
laskan
bahwa
merupakan
profesi
bidang
guru
dan
pekerjaan
menje-
profesi
khusus
dosen
yang
dilaksanakan berdasarkan prinsip: Memiliki bakat,
minat,
panggilan
komitmen
untuk
jiwa,
dan
meningkatkan
idealisme;
mutu
Memiliki
pendidikan,
keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; Kualifikasi
akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan
4
bidang tugas; Memiliki kompetensi yang diperlukan.
sesuai dengan bidang tugas; Memiliki tanggung jawab
atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; Memperoleh
penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi
kerja; Memiliki kesempatan untuk mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar
sepanjang
hayat;
Memiliki
jaminan
perlindungan
hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan;
dan
Memiliki
organisasi
profesi
yang
mempunyai
kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan
tugas keprofesionalan guru.
Guru sebagai pekerja harus berkemampuan yang
meliputi penguasaan materi pelajaran, penguasaan
profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan
cara-cara menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk
melaksanakan tugasnya, disamping itu guru harus
merupakan
pribadi
yang
berkembang
dan bersifat
dinamis. Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam
Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan
Nasional
bahwa
pendidik
dan
tenaga
kependidikan berkewajiban (1) menciptakan suasana
pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif,
dinamis, dan dialogis, (2) mempunyai komitmen secara
profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan
(3) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga,
profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan
yang diberikan kepadanya. Harapan dalam UndangUndang tersebut menunjukkan adanya perubahan
paradigma pola mengajar guru yang pada mulanya
sebagai
sumber
informasi
bagi
siswa
dan
selalu
5
mendominasi kegiatan dalam kelas berubah menuju
paradigma yang memposisikan guru sebagai fasilitator
dalam proses pembe-lajaran dan selalu terjadi interaksi
antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa
dalam kelas. Kenyataan ini mengharuskan guru untuk
selalu
meningkatkan
kemampuannya
terutama
memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran.
Menurut Syaiful Sagala (2011:147-150) guru adalah merupakan pribadi yang berkembang. Bila perkembangan ini dilayani, sudah tentu dapat lebih terarah
dan mempercepat laju perkembangan itu sendiri, yang
pada akhirnya memberikan kepuasan kepada guruguru dalam bekerja di sekolah sehingga sebagai
pekerja, guru harus berkemampuan yang meliputi
unjuk kerja, penguasaan materi pelajaran, penguasaan
profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan
cara-cara menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk
melaksanakan tugasnya.
Guru merupakan komponen terpenting dalam
mewujudkan tujuan pendidikan yang bertumpu pada 4
pilar
yaitu:
1)
Learning
to
know,
adalah
upaya
memahami instrumen – instrument pengetahuan baik
sebagai alat maupun sebagai tujuan. 2) Learning to do,
penekanan kepada siswa untuk dapat mengadaptasikan pengetahuannya di masa depan. 3) Leraning to
live together, learning to live with others, melatih dan
membimbing peserta didik agar dapat menciptakan
komunikasi yang baik serta menjauhi konflik. 4) Lear6
ning to be, pendidikan mampu memberikan konstribusi
untuk perkembangan siswa seutuhnya, jiwa dan raga,
intelegensi, kepekaan, rasa etika, tanggung jawab
pribadi
serta
nilai-nilai
spiritual
(Aunurrahman,
2010:6-8)
Hasil penelitian Sudarwati (2011) menunjukan
bahwa kemerosotan mutu hasil belajar murid tidak
hanya disebabkan oleh kurangnya motivasi belajar,
kurangnya perhatian orang tua, tetapi disebabkan juga
oleh kelemahan-kelemahan pada pihak guru, serta
faktor yang cukup kuat mempengaruhi adalah perilaku
kepemimpinan yang tidak tepat pakai dan tidak tepat
guna.
Hani Nurul Latifah (2013) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa Pendidikan Latihan Profesi Guru
(PLPG) tidak berpengaruh signifikan pada kompetensi
paedagogik,
kepribadian,
kompetensi
sosial
dan
kompetensi professional pada guru PKn di Bandung.
Moh. Imam Farisi (2011) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa Hasil survei yang dilaksanakan
Persatuan Guru Repulik Indonesia (PGRI) mengenai
dampak sertifikasi terhadap kinerja guru menya-takan
bahwa kinerja guru yang sudah lolos sertifikasi belum
memuaskan.
Motivasi
kerja
yang
tinggi
justru
ditunjukkan guru-guru di berbagai jenjang pendidikan
yang belum lolos sertifikasi. Harapan mereka adalah
segera
lolos
sertifikasi
berikut
memperoleh
uang
tunjangan profesi.
Fatchurrohman dalam penelitiannya tahun 2012
menyatakan
bahwa
dampak
sertifikasi
terhadap
7
kinerja para guru di SMP Negeri 1 kota Salatiga cukup
positif terhadap guru-guru yang memperoleh sertifikat
pendidik, baik pada kedisiplinan kerja dan kedisiplinan
administratif
akademik.
Pada
sisi
lain,
program
sertifikasi guru tertentu kurang berdampak terhadap
kinerja
para
guru
yang
belum
mendapatkannya.
Mereka biasa-biasa saja dalam bekerja, tidak terjadi
peningkatan yang berarti akibat program sertifikasi
guru.
Hasil wawancara dengan pengawas di UPTD
Pendidikan
Kecamatan
Ungaran
Barat
pada
pra
penelitian menyatakan bahwa:
“…Ketika saya melakukan supervisi keliling ke sekolah –
sekolah sering saya temukan di lapangan bahwa, Guru
belum membuat persiapan mengajar secara rutin, guru
jarang melakukan perbaikan ataupun pengayaan dan lebih
tegas dinyatakan kepedulian guru terhadap kinerja dan
tanggung jawabnya sebagai guru masih kurang, tetapi juga
ada sebagian kecil guru yang melaksanakan tugasnya atau
kinerjanya sangat baik”.
Pernyataan
tersebut
mengungkapkan
bahwa
sebagian guru di Kecamatan Ungaran Barat ada yang
sudah melaksanakan tugasnya dengan baik namun
lebih banyak guru yang
belum dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik.
Dalam
pelaksanaan
tugas
mendidik,
guru
memiliki sifat dan perilaku yang berbeda, ada yang
bersemangat dan penuh tanggung jawab, juga ada guru
yang dalam melakukan pekerjaan itu tanpa dilandasi
rasa tanggung jawab, selain itu juga ada guru yang
sering ijin, datang tidak tepat pada waktunya dan tidak
mematuhi perintah. Kondisi guru seperti itulah yang
menjadi permasalahan di setiap lembaga pendidikan
8
formal. Dengan adanya guru yang mempunyai kinerja
rendah, sekolah akan sulit untuk mencapai hasil
seperti yang diharapkan.
Rendahnya
kinerja
guru
akan
berpengaruh
terhadap pelaksanaan tugas yang pada gilirannya akan
berpengaruh
pula
terhadap
pendidikan.
Rendahnya
pencapaian
kinerja
guru
tujuan
harus
diidentifikasi penyebabnya. Hal apa saja yang menjadi
penyebab hambatan guru dalam melaksanakan tugas
akan diamati dalam penelitian.
Peningkatan kualitas perlu terus diupayakan,
hasil penelitian Sudarwati (2011) yang menyatakan
kemerosotan mutu hasil belajar murid tidak hanya
disebabkan
oleh
kurangnya
motivasi
belajar,
kurangnya perhatian orang tua, tetepi juga kelemahankelemahan pada pihak guru. Hal senada diungkapkan
dalam penelitian
Moh. Imam Farisi (2011) bahwa
belum ada peningkatan kinerja guru yang sudah lolos
sertifikasi. Hal ini menyatakan bahwa kinerja guru
merupakan factor yang penting dalam menentukan
keberhasilan pembelajaran. Hani Nurul Latifah (2013)
dalam penelitiannya menyata-kan bahwa Pendidikan
Latihan
Profesi
Guru
(PLPG)
tidak
berpengaruh
signifikan pada kompetensi paedagogik, kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi professional pada
guru PKn di Bandung. Upaya peningkatan kinerja guru
melalui PLPG belum sepenuhnya memenuhi harapan
penyelenggaraan
pendidikan
diselenggarakan oleh pemerintah.
pelatihan
yang
Sedangkan data
yang penulis dapat dari pengawas sekolah pada pra
9
penelitian menyatakan bahwa banyak guru yang belum
membuat persiapan mengajar secara rutin.
Hal
sebaliknya
diungkapkan
Fatchurrohman
dalam penelitiannya tahun 2012 menyatakan bahwa
dampak sertifikasi terhadap kinerja para guru di SMP
Negeri 1 kota Salatiga cukup positif terhadap guru-guru
yang
memperoleh
kedisiplinan
kerja
sertifikat
dan
pendidik,
kedisiplinan
baik
pada
adminis-tratif
akademik.
Mengingat
pentingnya
kinerja
guru
dalam
mewujudkan tujuan pendidikan. Serta fakta bahwa
masih ada sebagian guru yang mengalami hambatan
dalam upaya mewujudkan sasaran kerjanya. Ada juga
guru yang sudah bekerja dengan baik sesuai sasaran
kerja. Hal tersebut perlu segera ditindak-lanjuti agar
tidak terjadsi maslah yang berkelanjutan sehingga
peserta didik dirugikan. Berdasarkan fakta tersebut
maka penulis melakukan penelitian guna mengetahui
lebih jauh gambaran nyata tentang kinerja guru gugus
Diponegoro, permasalahan yang menghambat kinerja
guru yang terjadi di gugus Diponegoro, serta berupaya
menemukan solusi pemecahan masalah kinerja guru di
Gugus Diponegoro, Kecamatan Ungaran Barat. Hal
tersebut mengingat pentingnya tugas guru sebagai
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar,
menilai,
membimbing,
dan
mengarahkan,
mengevaluasi
peserta
melatih,
didik
pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
10
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
dijelaskan maka rumusan masalah dalam penelitian
adalah:
1. Bagaimana kinerja guru Gugus Diponegoro
Kecamatan Ungaran Barat?
2. Permasalahan apa yang menghambat kinerja
guru di Gugus Diponegoro, Kecamatan Ungaran Barat?
3. Upaya
apa
yang
dapat
dilakukan
untuk
mengatasi masalah kinerja Guru di Gugus
Diponegoro, Kecamatan Ungaran Barat?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kinerja guru Gugus Diponegoro
Kecamatan Ungaran Barat.
2. Mencari akar permasalahan yang menghambat
kinerja guru di Gugus Diponegoro, Kecamatan
Ungaran Barat.
3. Menemukan upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kinerja Guru di Gugus
Diponegoro, Kecamatan Ungaran Barat.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Aspek teoritis
Secara teoritis manfaat penelitian adalah:
a. Sebagai sumbangsih dalam pengembangan manajemen kepala sekolah.
11
b. Sebagai bahan referensi bagi peneliti berikutnya
dalam topik yang relevan.
1.4.2. Aspek Praktis
Secara praktis manfaat penelitian adalah:
a. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
bagi pengawas sekolah dan ketua gugus dalam
menentukan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan peningkatan kinerja guru.
b. Sebagai bahan pertimbangan guru dalam upaya meningkatkan kinerjanya.
c. Memberikan
sumbangan
solusi
pemecahan
masalah dalam upaya perbaikan kinerja guru.
12