Makalah kasus 3 kanker terhad

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kanker adalah penyakit pertumbuhan sel yang bersifat ganas. Bisa mengenai
organ apa saja di tubuh manusia. Bila menyerang di kolon, maka disebut kanker
kolon, bila mengenai di rektum, maka disebut kanker rektum. Bila mengenai
kolon maupun rektum maka disebut kanker kolorektal.
Kanker kolon adalah kanker yang menyerang usus besar. Penyakit ini adalah
kanker peringkat 2 yang mematikan. Usus besar adalah bagian dari sistem
pencernaan. Sebagaimana kita ketahui sistem pencernaan dimulai dari mulut, lalu
kerongkongan (esofagus), lambung, usus halus (duodenum, yeyunum, ileum),
usus besar (kolon), rektum dan berakhir di dubur. Usus besar terdiri dari kolon
dan rektum. Kolon atau usus besar adalah bagian usus sesudah usus halus, terdiri
dari kolon sebelah kanan (kolon asenden), kolon sebelah tengah atas (kolon
transversum) dan kolon sebelah kiri (kolon desenden). Setelah kolon, barulah
rektum yang merupakan saluran diatas dubur. Bagian kolon yang berhubungan
dengan usus halus disebut caecum, sedangkan bagian kolon yang berhubungan
dengan rektum disebut kolon sigmoid.
Kanker usus halus jarang terjadi, sebaliknya tumor usus besar (kanker kolon)
relatif umum. Pada kenyataannya, kanker kolon dan rektum sekarang adalah tipe

paling umum kedua dri kanker internal di Amerika serikat. Ini adalah penyakit
budaya barat. Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal di
diagnosis di negara ini setiap tahunnya. Kanker kolon menyerang individu dua
kali lebih besar dibanding kan kanker rektal.
Insidensnya meningkat sesuai dengan usia (kebanyakan pada pasien yang
berusia lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada individu dengan riwayat
keluarga mengalami kanker kolon, penyakit usus inflamasi kronis atau polip.

Perubahan pada persentase distribusi telah terjadi pada tahun terakhir. Insidens
kanker pada sigmoid dan area rektal telah menurun, sedangkan insidens pada
kolon asendens dan desendens meningkat.
Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira- kira setengah dari
jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat
pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka
kelangsungan hidup di bawah lima tahun adalah 40% sampai 50%, terutama
karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang
asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila
mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal.
Kanker kolon sebagaimana sifat kanker lainnya, memiliki sifat dapat tumbuh
dengan relatif cepat, dapat menyusup atau mengakar (infiltrasi) ke jaringan

disekitarnya serta merusaknya, dapat menyebar jauh melalui kelenjar getah bening
maupun pembuluh darah ke organ yang jauh dari tempat asalnya tumbuh, seperti
ke lever, paru-paru, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian bila tidak
ditangani dengan baik.
Carsinoma kolon ditemukan diseluruh dunia. Dieropa dan di amerika lebih
banyak dari pada di afrika dan asia.

12.Tujuan
Adapun tujuan penyusunan :
a. Menjelaskan tentang penyakit kanker kolorektal
b. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penyusun makalah pada
khususnya dan pembaca pada umumnya
c. Meningkatkan keingintahuan tentang ilmu-ilmu yang bersangkutan
d. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Digestive II

1.2 Pembatasan Masalah
Dalam makalah ini penulis akan membahas khusus mengenai penyakit Kanker
Kolorektal.
1.3 Metode Penulisan
Makalah ini disusun dengan menggunakan metode literatur, yaitu dengan

cara membaca, mengamati dan menganalisis dari buku dan internet.
Data yang penulis dapatkan tidak langsung ditulis begitu saja tetapi
melalui suatu proses pengolahan data. Penulis melakukan penelitian dan
pengamatan yang khusus agar dapat menciptakan makalah yang berkualitas dari
segi isi dan bermanfaat bagi yang membaca dan juga bagi penulis sendiri.

BAB II
PEMBAHASAN
I.

Small Group Discussion

Kasus :
Tn C 49 th BB 70kg TB 155cm, datang ke poliklinik penyakit dalal mengeluh
bab berdarah dan gatal di sekitar anus. Pada saat wawancara diketahui ia
menjelaskan timbulnya darah terjadi setelah setiap feses keluar dengan warna
merah terang. Ia merasa hawatir dengan kondisinya karena darah muncul
menetap dan ia memilika keluarha dengan riwayat kanker kolon.
Ketidaknyamanan (nyeri) pada daerah rektum dan gatal dirasakan meningkat
2hari lalu. Biasanya Tn.C mengalami konstipasi minimal 1x dalam sebulan. Ia

juga mengatakan tidak biasa mengkonsumsi sayuran dan kadang-kadang
merokok, setelah diperiksa Tn C direncanakan akan dilaksanakan
endoskopi/kolonoskopi,periksa feses dan darah lengkap.
Step 1
1. Endoskopi : memasukan lamera ke dalam tubuh saluran cerna dan nafas
2. Kolonoskopi : alat berkamera yang imasukan kedalam kolon / usus besar
3. Konstipasi : kebalikan dari diare,feses keras
4. Kanker kolon :keganasan / pertumbuhan sel yang abnormal dikolon
Step 2
1. Apa penyebab bab derdarah?
2. Penyebab gatal disekitar anus?
3. Apakah ada hubungan klien tidak suka konsumsi sayur dengan penyakit
sekarang?
4. Jelaskan pengaruh konsumsi rokok dengan penyakit dan pertimbangan
riwayat keluarga dengan klien?
5. Kenapa darah yang keluar berwarna merah terang?
Step 3
1. Rendah serat menyebabkan feses keras,konstipasi,mengejan susah,gesekan
dengan rektum,


Terdapat kanker,feseskeras sehingga bergesekaan dengan sel kanker,ruptur.
2. Kerana terdapat bakteri dan terdapat luka dan respon peradangan.
3. Ada, sayur mengandung serat maka menghasilkan feses barserat sehingga
dapat meningkatkan pengikatan air dalam feses. Feses yang rendah serat tedak
dapat mempertahankan air dalam feses sehingga menjadi kering dan keras.
4. Di rokok tmengandung unsur karsinogen yang dapat menyebabkan kanker.
5. Gesekan ,darah yang masih baru.
7. - untuk mengetahui benjolan
- memeriksa kondisi feses normal atau tidak
- mengetahui volume darah apakah kadar darah normal atau tidak.
8. konstipasi→ gesekan→ inflamasi→ nyeri.
9. makan makanan tinggi serat dan operasi
Step 4
lifestyle
rendah serat
di ambil dari zat sisa
fekalit
nyeri gatal

friksi dg dinding fektum


feses berdarah
iritasi berkalikali
kanker
pendarahan
feses berwarna merah

Step 5
LO: 1,2,5,6,7,9,10

II.

KONSEP

A. Definisi
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian
sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang
jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan
yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh
(metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan

DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel,
dan fungsi lainnya (Gale, 2000 : 177).
Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa
abnormal/neoplasma yang muncul dari jaringan epithelial dari colon
(Brooker, 2001 : 72).
Kanker kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas
di dalam permukaan usus besar atau rektum (Boyle & Langman, 2000 :
805).
Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang
tumbuh pada kolon dan menginvasi jaringan sekitarnya (Tambayong, 2000
: 143).
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kanker kolon adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan
merusak sel DNA dan jaringan sehat disekitar kolon (usus besar).
B. Etiologi

Ada beberapa faktor

yang mempunyai hubugan dengan timbulnya kanker


colorectal, frekuensi lebih tinggi pada mereka yang disebut memiliki resiko tinggi
seperti :
 Pada familial polyposis. Pada golongan ini penderita pasti akan mederita
karsinoma (100%).


Mereka yang telah menderita kolitis ulserasi selama lebih dari 20 tahun
(50%), apalagi bila diderita sejak usia muda.



Mereka yang telah menderita karsinoma payudara atau karsinoma ovarium
(8%).



Mereka dengan polip di colon-rectum, terutama polip yang lebih besar dari 1
cm (20%).




Mereka dengan ureterosigmoidostomi (8%).



Mereka yang telah diobati untuk karsinoma colon-rectum.

Terdapat 4 etiologi utama kanker (Davey, 2006 : 334) yaitu :
a). Diet
kebiasaan mengonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-sayuran, buahbuahan), kebiasaan mengonsumsi makanan yang mengandung lemak tinggi
dan sumber protein hewani.
b). Kelainan colon
- Adenoma di colon (degenerasi

maligna menjadi adenokarsinoma)

- Familial poplyposis (polip di usus mengalami degenerasi maligna menjadi
karsinoma)
- Kondisi ulserative (penderita kolitis ulserative menahun mempunyai resiko
terkena karsinoma kolon)

c). Genetika

anak yang berasal dati orang tua yang menderita karsinoma colon mempunyai
frekuensi 3 kali lebih banyak daripada anak-anak yang orang tuanya sehat
(FKUI, 2001 : 207)
Etiologi lain :
 Kontak dengan zat-zat kimia tertentu seperti logam berat, toksin dan
ototoksin serta gelombang elektromagnetik
 Zat besi yang berlebihan diantaranya terdapat pada pigmen empedu, daging
sapi, daging kambing, serta transfusi darah
 Minuman beralkohol, khususnya bir. Usus merubah alkohol menjadi
asetilaldehida yang meningkatkan resiko kanker colon
 Obesitas
 Bekerja sambil duduk seharian, seperti para eksekutif, pegawai administrasi,
atau pengemudi kendaraan umum.
C. Manifestasi Klinis
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi
segmen usus tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam berdefekasi,
darah pada feses, konstipasi, perubahan dalam penampilan feses, tenesmus,
anemia dan perdarahan rectal merupakan keluhan yang umum terjadi.

1). Kanker colon kanan
Dimana isi kolon berupa cairan, cenderung tetap tersamar hingga stadium
lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi, karena lumen usus lebih
besar dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan
darah bersifat samar dan hanya dapat dideteksi dengan tes Guaiak (suatu tes
sederhana yang dapat dilakukan di klinik). Mucus jarang terlihat, karena
tercampur dalam feses. Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan dan
mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal. Penderita mugkin
mengalami perasaan tidak enak pada abdomen, dan kadang-kadang pada
epigastrium.
2). Kanker kolon kiri dan rectum

Cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai akibat iritasi dan respon
refleks. Diare, nyeri, kejang dan kembung sering terjadi. Karena lesi kolon kiri
cenderung melingkar, sering timbul gangguan obstruksi. Feses dapat kecil da
berbentuk seperti pita. Baik mukus maupun darah segar sering terlihat pada
feses. Dpat terjadi anemia akibat kehilangan darah kronik. Pertumbuhan pada
sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh limfe atau vena,
menimbulkan gejala-gejala pad tungkai atau perineum. Hemoroid, nyeri
pinggang bagian bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih dapat timbul
sebagai akibat tekanan pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak
lengkap setelah defekasi, konstipasi, dan diare bergantian, serta feses berdarah
(Gale, 2000).
Gejala umum dari kanker colorectal adalah perubahan pada kebiasaan BAB,
gejalanya antara lain :
 Perubahan kebiasaan buang air besar (diare atau konstipasi)
 Usus besar tidak terasa kosong sepenuhnya
 Ada darah (baik merah terang maupun kehitaman) pada feses
 Kotoran lebih sempit dari biasanya
 Sering kembung atau kram perut,atau merasa kekenyangan
 Kehilangan berat badan tanpa alasan
 Selalu merasa sangat letih dan lemah
 Mual atau muntah
 Perasaan tidak tuntas ketika buang air besar
D. Klasifikasi
Stadium/stage
Penggolongan tahap pertumbuhan (stadium) kanker usus besar dibuat
berdasarkan perkiraan jumlah penetrasi kanker tertentu. Hal ini dilakukan untuk
diagnostik dan tujuan penelitian, dan untuk menentukan metode terbaik untuk

pengobatan. Sistem untuk stadium kanker kolorektal tergantung pada luasnya
invasi lokal, tingkat keterlibatan kelenjar getah bening dan apakah ada metastasis
jauh.
Stadium pasti hanya dapat dilakukan setelah operasi telah dilakukan dan
laporan patologi ditinjau. Sistem stadium yang paling umum adalah sistem TNM
(tumor / node / metastasis). Sistem TNM memberikan gambaran stadium
berdasarkan pada tiga kategori. “T” menunjukkan derajat invasi pada dinding
usus, “N” tingkat keterlibatan node limfatik, dan “M” derajat metastasis. Tahap
yang lebih luas dari kanker biasanya dikutip sebagai angka I, II, III, IV berasal
dari nilai TNM dikelompokkan melalui prognosis; jumlah yang lebih tinggi
menunjukkan kanker lebih maju dan kemungkinan hasil yang buruk. Rincian
sistem ini adalah dalam grafik di bawah ini:
Stage 0

Tis: Tumor terbatas pada mukosa; kanker-in-situ.

Stage I

T1: Tumor menginvasi submucosa.

Stage I

T2: Tumor menginvasi muscularis propria.

Stage II-A

T3: Tumor menginvasi subserosa atau di luarnya, tanpa

organ lain yang terlibat.
Stage II-B

T4: Tumor menginvasi organ yang berdekatan atau

perforates the visceral peritoneum.
Stage III-A

N1: Metastasis ke 1 sampai 3 kelenjar getah bening/lymph

node regional (stage T1 atau T2)
Stage III-B

N1: Metastasis ke 1sampai 3 kelenjar getah bening

regional (stage T3 or T4).
Stage III-C

N2: Metastasis ke 4 atau lebih kelenjar getah bening

regional. (semua stage T).

Stage IV

M : Metastasis lebih jauh lagi (semua stage T dan N).

E. Komplikasi
- Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau
lengkap
- Menyerang pembuluh darah sekitar sehingga menyebabkan hemoragi
- Pembentukan Abses
- Peritonitis
- Sepsis
- Syok
F. Prognosis
Pasien dengan kanker kolorektal dugaan prognosinya berhubungan
dengan kedalaman penetrasi tumor ke dalam dinding usus dan adanya
keterlibatan kelenjar getah bening regional dan metastase jauh.
Stadium

Deskripsi Patologik
terbatas

pada

Prognosis hidup 5 tahun
(%)
>90

A

Kanker

B1

mukosa dan submukosa
Kanker
meluas
ke

85

B2

muskularis
Kanker melusa ke dalam

70-85

C

atau melalui serosa
Kanker melibatkan kelenjer

30-60

D

getah bening regional
Metastasis jauh (misalnya,

5

hati, paru-paru,dll)

G. Penatalaksanaan
1. Pembedahan (Operasi)
Operasi adalah penangan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang
diketahui lebih awal dan masih belum metastatis, tetapi tidak menjamin
semua sel kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya

juga menghilangkan sebagian besar jaringan sehat yang mengelilingi
sekitar kanker.
2. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi
misalnya sinar X, atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah
yang ditumbuhi tumor, merusak genetic sehingga membunuh kanker.
Terapi radiasi merusak sel-sel yang pembelahan dirinya cepat, antara alin
sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung & usus, sel darah. Kerusakan sel
tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu makan.
3. kemotherapy
Chemotherapy memakai obat antikanker yang kuat , dapat masuk ke dalam
sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar.
Obat chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau
dimakan, pada umumnya lebih dari satu macam obat, karena digabungkan
akanmemberikan efek yang lebih bagus (FKUI, 2001 : 211).
H. Pemeriksaan Diagnostik
b. Biopsi
Konfirmasi adanya malignansi dengan pemeriksaan biopsi sangat penting.
Jika terdapat sebuah obstruksi sehingga tidak memungkinkan dilakukannya
biopsi maka sikat sitologi akan sangat berguna.
c. Carcinoembrionik Antigen (CEA) Screening
CEA adalah sebuah glikoprotein yang terdapat pada permukaan sel yang
masuk ke dalam peredaran darah, dan digunakan sebagai marker serologi
untuk memonitor status kanker kolorektal dan untuk mendeteksi rekurensi dini

dan metastase ke hepar. CEA terlalu insensitif dan nonspesifik untuk bisa
digunakan sebagai screening kanker kolorektal. Meningkatnya nilai CEA
serum, bagaimanapun berhubungan dengan beberapa parameter. Tingginya
nilai CEA berhubungan dengan tumor grade 1 dan 2, stadium lanjut dari
penyakit dan kehadiran metastase ke organ dalam. Meskipun konsentrasi CEA
serum merupakan faktor prognostik independen. Nilai CEA serum baru dapat
dikatakan bermakna pada monitoring berkelanjutan setelah pembedahan.
Meskipun keterbatasan spesifitas dan sensifitas dari tes CEA, namun tes ini
sering diusulkan untuk mengenali adanya rekurensi dini. Tes CEA sebelum
operasi sangat berguna sebagai faktor prognosa dan apakah tumor primer
berhubungan dengan meningkatnya nilai CEA. Peningkatan nilai CEA
preoperatif berguna untuk identifikasi awal dari metatase karena sel tumor
yang bermetastase sering mengakibatkan naiknya nilai CEA.
d. Tes Occult Blood
Phenol yang tidak berwarna di dalam guaic gum akan dirubah menjadi
berwarna biru oleh oksidasi. Reaksi ini menandakan adanya peroksidase
katalis, oksidase menjadi sempurna dengan adanya katalis, contohnya
hemoglobin. Tetapi sayangnya terdapat berbagai katalis di dalam diet. Seperti
contohnya daging merah, oleh karena itu diperlukan perhatian khusus untuk
menghindari hal ini. Tes ini akan mendeteksi 20 mg hb/gr feses. Tes
imunofluorosensi dari occult blood mengubah hb menjadi porphirin
berfluorosensi, yang akan mendeteksi 5-10 mg hb/gr feses, Hasil false negatif
dari tes ini sangat tinggi. Terdapat berbagai masalah yang perlu dicermati
dalam menggunakan tes occult blood untuk screening, karena semua sumber
perdarahan akan menghasilkan hasil positif. Kanker mungkin hanya akan
berdarah secara intermitten atau tidak berdarah sama sekali, dan akan
menghasilkan tes yang false negatif. Proses pengolahan, manipulasi diet,
aspirin, jumlah tes, interval tes adalah faktor yang akan mempengaruhi

keakuratan dari tes occult blood tersebut. Efek langsung dari tes occult blood
dalam menurunkan mortalitas dari berbagai sebab masih belum jelas dan
efikasi dari tes ini sebagai screening kanker kolorektal masih memerlukan
evaluasi lebih lanjut.
e. Digital Rectal Examination
Pada pemeriksaan ini dapat dipalpasi dinding lateral, posterior, dan anterior;
serta spina iskiadika, sakrum dan coccygeus dapat diraba dengan mudah.
Metastasis intraperitoneal dapat teraba pada bagian anterior rektum dimana
sesuai dengan posisi anatomis kantong douglas sebagai akibat infiltrasi sel
neoplastik. Meskipun 10 cm merupakan batas eksplorasi jari yang mungkin
dilakukan, namun telah lama diketahui bahwa 50% dari kanker kolon dapat
dijangkau oleh jari, sehingga Rectal examination merupakan cara yang baik
untuk mendiagnosa kanker kolon yang tidak dapat begitu saja diabaikan.
e. Barium Enema
Tehnik yang sering digunakan adalah dengan memakai double kontras barium
enema (gambar 2.12), yang sensitifitasnya mencapai 90% dalam mendeteksi
polip yang berukuran >1 cm. Tehnik ini jika digunakan bersama-sama
fleksibel sigmoidoskopi merupakan cara yang hemat biaya sebagai alternatif
pengganti kolonoskopi untuk pasien yang tidak dapat mentoleransi
kolonoskopi, atau digunakan sebagai pemantauan jangka panjang pada pasien
yang mempunyai riwayat polip atau kanker yang telah di eksisi. Risiko
perforasi dengan menggunakan barium enema sangat rendah, yaitu sebesar
0,02 %. Jika terdapat kemungkinan perforasi, maka sebuah kontras larut air
harus digunakan daripada barium enema. Barium peritonitis merupakan
komplikasi yang sangat serius yang dapat mengakibatkan berbagai infeksi dan
peritoneal fibrosis. Tetapi sayangnya sebuah kontras larut air tidak dapat

menunjukkan detail yang penting untuk menunjukkan lesi kecil pada mukosa
kolon.19

f. Endoskopi
Tes tersebut diindikasikan untuk menilai seluruh mukosa kolon karena 3% dari
pasien mempunyai synchronous kanker dan berkemungkinan untuk mempunyai
polip premaligna
g. Proktosigmoidoskopi
Pemeriksaan ini dapat menjangkau 20-25 cm dari linea dentata, tapi akut
angulasi dari rektosigmoid junction akan dapat menghalangi masuknya
instrumen. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi 20 -25% dari kanker kolon. Rigid
proctosigmoidoskopi aman dan efektif untuk digunakan sebagai evaluasi
seseorang dengan risiko rendah dibawah usia 40 tahun jika digunakan bersama
sama dengan occult blood test.

h. Flexible Sigmoidoskopi
Flexible sigmoidoscopi dapat menjangkau 60 cm kedalam lumen kolon dan
dapat mencapai bagian proksimal dari kolon kiri. Lima puluh persen dari kanker
kolon dapat terdeteksi dengan menggunakan alat ini. Flexible sigmoidoscopi
tidak dianjurkan digunakan untuk indikasi terapeutik polipektomi, kauterisasi
dan semacamnya; kecuali pada keadaan khusus, seperti pada ileorektal
anastomosis. Flexible sigmoidoscopi setiap 5 tahun dimulai pada umur 50 tahun
merupakan metode yang direkomendasikan untuk screening seseorang yang
asimptomatik yang berada pada tingkatan risiko menengah untuk menderita
kanker kolon. Sebuah polip adenomatous yang ditemukan pada flexible
sigmoidoscopi merupakan indikasi untuk dilakukannya kolonoskopi, karena
meskipun kecil (1 cm pada 75%
pasien.19 Penggunaan CT dengan kontras dari abdomen dan pelvis dapat
mengidentifikasi metastase pada hepar dan daerah intraperitoneal.
l. MRI
MRI lebih spesifik untuk tumor pada hepar daripada CT scan dan sering
digunakan pada klarifikasi lesi yang tak teridentifikasi dengan menggunakan CT
scan. Karena sensifitasnya yang lebih tinggi daripada CT scan, MRI dipergunakan
untuk mengidentifikasikan metastasis ke hepar.
m. Endoskopi UltraSound (EUS)

Keakurasian dari EUS sebesar 95%, 70% untuk CT dan 60% untuk digital rektal
examination. Pada kanker rektal, kombinasi pemakaian EUS untuk melihat
adanya tumor dan digital rektal examination untuk menilai mobilitas tumor
seharusnya dapat meningkatkan ketepatan rencana dalam terapi pembedahan dan
menentukan pasien yang telah mendapatkan keuntungan dari preoperatif
kemoradiasi. Transrektal biopsi dari kelenjar limfa perirektal bisa dilakukan di
bawah bimbingan EUS.
n. Radiologi
Terdiri dari : foto dada untuk melihat ada tidaknya metastase kanker keparu. Dan
foto kolon (barium enema) dapat terlihat suatu filling defectpada suatu tempat
atau suatu stitura.
o. Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG)Berguna untuk mendeteksi ada tidaknya metastasis kanker
kelenjar getahbening di abdomen dan di hati.

p. Hispatologi
Gambaran hispatologi karsinoma kolorektal ialah adenokarsinoma danperlu
ditentukan differensiasi sel.7.
q. Whole Body PET Scan Imaging

Whole Body PET Scan Imaging Merupakan pemeriksaan diagnostik yang paling
akurat untuk mendeteksikanker kolorektal rekuren (yang timbul kembali).
Laboratorium
Pemeriksaan

Hb

penting

untuk

memeriksa

kemungkinan

pasien

mengalami perdarahan
(FKUI, 2001 : 201 )
I. PENCEGAHAN
1. Banyak mengkonsumsi makanan berserat, konsumsi makanan yang
mengandung kalsium dan asam folat. Diet folic acid (folate) tinggi
dapat mencegah kanker kolon pada orang-orang yang memiliki riwayat
keluarga dengan penyakit ini. Seperti hasil sebuah riset yang meneliti
121.700 orang perempuan selama 25 tahun menyebutkan bahwa
mereka yang memiliki orang tua atau saudara sekandung dengan
kanker kolon dan mengonsumsi diet rendah folate, akan mempunyai
risiko 2 kali lebih tinggi terkena penyakit ini. Namun, mereka yang
mengonsumsi diet folate tinggi tidak menunjukkan risiko secara
signifikan.
2.

Sebisa mungkin mengurangi dan menghindari makanan yang
mengandung kadar lemak yang tinggi.

3. Mengkonsumsi buah-buahan dan sayur setiap hari. Seperti pisang,
karena pisang banyak mengandung serat dan folat.
4. Pertahankan indeks massa tubuh antara 18,5 - 25,0 kg/m2
5. Berolahraga secara teratur
6. Tidak merokok

7. Setelah menjalani polipektomi adenoma, disarankan pemberian
suplemen kalsium.
8. Disarankan pula suplementasi vitamin E dan D.
9. segera lakukan kolonoskopi dan polipektomi pada pasien yang
ditemukan adanya polip.
10. Lakukan deteksi dini dengan tes darah samar sejak usia 40 tahun.

III.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus Pemicu
Tn C 49 th BB 70kg TB 155cm, datang ke poliklinik penyakit dalal mengeluh
bab berdarah dan gatal di sekitar anus. Pada saat wawancara diketahui ia
menjelaskan timbulnya darah terjadi setelah setiap feses keluar dengan warna
merah terang. Ia merasa hawatir dengan kondisinya karena darah muncul menetap
dan ia memilika keluarha dengan riwayat kanker kolon. Ketidaknyamanan (nyeri)
pada daerah rektum dan gatal dirasakan meningkat 2hari lalu. Biasanya Tn.C
mengalami konstipasi minimal 1x dalam sebulan. Ia juga mengatakan tidak biasa
mengkonsumsi sayuran dan kadang-kadang merokok, setelah diperiksa Tn C
direncanakan akan dilaksanakan endoskopi/kolonoskopi,periksa feses dan darah
lengkap.
1. Pengkajian
a. Biodata Klien
Nama

: Tn. C

Usia

: 49th

Jenis kelamin

:laki-laki

Alamat

:-

Agama

:-

Diagnosa medis

:kanker kolorektal

b. Keluhan Utama
Klien mengeluh bab berdarah dan gtal disekitar anus
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengelug bab yang berdarah dan gatal di sekitar anus. Klien
menjelaskan timbulnya darah terjadi setelah setiap feses keluar dengan
warna terang.

d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Ketidak nyamanan (nyeri) pada daerah rectum dan gatal dirasakan
meningkat 2 hari yang lalu.
Biasanya klien mengalami konstipasi minimal 1x dalam sebulan. Ia juga
engatakan tidak biasa mengkonsumsi sayaran dan kadang merokok.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mempunyai keluarga dengan riwayat kanker kolon.
f. Aspek BioPsikoSosiSpi :
1.

Biologis

:-

2. Psikologis

klen merasa khawatir tentang kndisinya karena darah

muncul menetap
3. Sosial

:-

4. Spiritual

:-

g. Pemeriksaan Fisik
BB :70 kg
TB: 155 cm
h. Penatalaksanaan
Klien direncanakan akan dilakukanendoskopi atau kolonoskopi dan
pemariksaan darah lengkap.

Analisa Data
Data
DO : -

Etiologi
Karsinoma kolorektal →

DS : mengeluh

pertumbuhan jaringan

ketidaknyamanan ( nyeri

adenoma pada kolon/rectum

Masalah Keperawatan
NYERI

) pada daerah rektum

→ muncul polipoid
menonjol→ proses
inflamasi→pengeluaran
mediator
kimia→bradikinin→iritasi
langsung menuju saraf
bebas→nyeri terakumulasi

DO : DS : konstipasi minimal
1 x sebulan

DO : DS : ia merasa khawatir
tentang kondisinya

didaerah rectum→ NYERI
< asupan serat
→memperkecil volume
tinja →fekalit
→memperlambat waktu
→pengosongan anus
→KONSTIPASI
darah segar pd feses
→perdarahan sal. Cerna
→ANSIETAS

karena muncul darah
pada feses

DAFTAR PUSTAKA

KONSTIPASI

ANSIETAS

1. Syamsuhidajat R, Jong Wim D,(eds). 2004. buku ajar Ilmu Bedah 2nd ed.
EGC: jakarta.
2. Kurt.J. Isselbacher.et all. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta:EGC.
3. Smeltzer.C.Suzanne. dan Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth.Ed.8.Jakarta : EGC.
4. www.tanyadokteranda.com

5. mojokertocyber.com
6. doktersehat.com/
paperless-media.blogspot.com