Makalah tentang sheborrhea datiom han

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Angka kematian bayi rata-rata mencapai 32 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan
balita mencapai 46 per 1000 kelahiran hidup. Dari jumlah kematian bayi tersebut, 19%
kematian dipicu oleh penyakit diare dan beberapa kejadian obstipasi. Data departemen
kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka kesakitan diare diindonesia saat ini adalah 230-330
per 1000 pendududk untuk semua golongan umur dan 1,6 – 2,2 episode diare setiap tahunnya
untukgolongan umur balita. Angka kematian diare golongan umur balita adalah sekitar 4 per
1000 balita. Di laboratorium kesehatan anak RSUD Dr. soetomo pada tahun 1996 didapatkan
871 penderita diare yang dirawat dengan dehidrasi ringan 5%, dehidrasi sedang 7,1%, dan
dehidrasi berat 23 %.tahun 2000 terdapat 1160 penderita diare yang dirawat dengan 227
(19,56 %) penderita yangmeninggal karena dehidrasi.Penyakit lainnya yang sering terjadi
pada neonatus dan bayi adalah penyakit yang berhubungan dengan kulit, diantaranya
seborrhea, bisulan dan miliariasis. Akan tetapi Goldmann mendapat kan bahwa 1/3 dari bayi
yang dirawat kurang dari 3 hari tidak menunjukkan pertumbuhan bakteri pada kulitnya.
Selain itu angka kematian bayi sebagian besar dipengaruhi oleh infeksi. Infeksi pada
neonatus di Indonesia merupakan masalah yang gawat. Di Jakarta, terutama di RSCM infeksi
merupakan 10-15 % dari morbiditas perinatal. Infeksi pada bayi baru lahir lebih sering di
temukan pada BBLR. Infeksi lebih sering di temukan pada bayi yang lahir di rumah sakit

dibandingkan dengan bayi yang lahir di luar rumah sakit. Bayi baru lahir mendapat kekebalan
(imunitas transplasenta terhadap kuman yang berasal dari ibunya. Sesudah lahir, bayi
terpapar dengan kuman yang juga berasal dari orang lain dan terhadap kuman dari orang lain,
dalam hal ini bayi tidak memiliki imunitas.
Kejadian lainnya yang ditemukan pada neonatus dan bayi adalah "Sudden Infant
Death Syndrome" (SIDS). SIDS yaitu kematian bayi tiba-tiba tidak terduga sebelumnya.
Anak nampak sehat atau hanya menderita sakit ringan, terjadinya di tempat tidur/sementara
tidur dan sebabnya tidak dapat dibuktikan walaupun dengan pemeriksaan otopsi.
Umumnya kasus-kasus SIDS tidak memberi keluhan dan gejala sebelumnya, sehingga
orang tua tidak minta pertolongan medis. Usaha-usaha untuk mengenal secara dini kasus

yang tergolong risiko tinggi mengalami SIDS sudah banyak dilakukan, akan tetapi hasilnya
belum memuaskan. Di Rumah Sakit Sheffield (Inggeris), oleh Protestos dkk, kemudian
dilengkapi oleh Carpenter dkk telah dilaporkan multistage scoring system untuk mengenal
kasus-kasus risiko tinggi ini
Menurut beberapa penulis, insidensi SIDS bervariasi antara 0,3 sampai 5 per seribu
kelahiran hidup. Lebih banyak pada bangsa kulit berwarna dari pada kulit putih. Laki-laki
lebih sering daripada perempuan. Dapat terjadi sejak umur 2 minggu sampai 2 tahun, paling
banyak pada umur 2 -- 3 bulan. Lebih sering ditemukan pada musim dingin. Kematian
umumnya terjadi lepas tengah malam sampai pagi saat bayi di tempat tidur atau sementara

tidur.
Penyakit-penyakit yang terjadi pada neonatus dan bayi tersebut dapat menimbulkan
berbagai macam komplikasi jika tidak ditangani dengan baik. Oleh karena itu sebagi seorang
bidan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat harus mampu mengidentifikasi tanda
dan gejala penyakit-penyakit yang terjadi pada neonatus dan bayi serta mampu melakukan
penatalaksanaan dengan tepat agar angka kematian bayi dapat diturunkan.
1.2 Tujuan
1.2.1

Tujuan Umum
Untuk mengetahui berbagai macam penyakit yang terjadi pada neonatus dan bayi dengan
masalah serta penatalaksanaannya.

1.2.2

Tujuan Khusus

1.

Mengetahui definisi, penyebab, identifikasi gejala dan penatalaksanaan dari seborrhea


2.

Mengetahui definisi, penyebab, identifikasi gejala dan penatalaksanaan dari Bisulan

3.

Mengetahui definisi, penyebab, identifikasi gejala dan penatalaksanaan dari miliariasis

4.

Mengetahui definisi, penyebab, identifikasi gejala dan penatalaksanaan dari Diare

5.

Mengetahui definisi, penyebab, identifikasi gejala dan penatalaksanaan dari Obstipasi

6.

Mengetahui definisi, penyebab, identifikasi gejala dan penatalaksanaan dari Infeksi


7.

Mengetahui definisi, penyebab, identifikasi gejala dan penatalaksanaan dari Sindrom bayi
meninggal mendadak (SIDS)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Seborrhea
2.2.1. Pengertian
Seborrhea adalah suatu peradangan pada kulit bagian atas, yang menyebabkan
timbulnya sisik berminyak, tebal, lengket dan biasanya berwarna kemerahan pada kulit
kepala,

wajah

dan

kadang


pada

bagian

tubuh

lainnya.

Sering juga disebut sarap atau borokan. Dalam istilah kedokteran, disebut craddle cap atau
dermatitis seboroik.
Menurut daerah lesinya, dermatitis seboroik dibagi tiga:
Seboroik kepala
Pada daerah berambut, dijumpai skuama yang berminyak dengan warna kekuningkuningan

sehingga

rambut

saling


melengket;

kadang-kadang

dijumpai krusta yang

disebut Pitriasis Oleosa (Pityriasis steatoides). Kadang-kadang skuamanya kering dan
berlapis-lapis dan sering lepas sendiri disebut Pitiriasis sika (ketombe). Pasien mengeluhkan
gatal di kulit kepala disertai dengan ketombe. Pasien berpikir bahwa gejala-gejala itu timbul
dari kulit kepala yang kering kemudian pasien menurunkan frekuensi pemakaian shampo,
sehingga menyebabkan akumulasi lebih lanjut. Inflamasi akhirnya terjadi dan kemudian
gejala makin memburuk.
Bisa

pula

jenis

seboroik


ini

menyebabkan

rambut

rontok,

sehingga

terjadi alopesia dan rasa gatal. Perluasan bisa sampai ke belakang telinga. Bila meluas,

lesinya dapat sampai ke dahi, disebut Korona seboroik. Dermatitis seboroik yang terjadi pada
kepala bayi disebut Cradle cap.Selain kulit kepala terasa gatal, pasien dapat mengeluhkan
juga sensasi terbakar pada wajah yang terkena. Dermatitis seboroik bisa menjadi nyata pada
orang dengan kumis atau jenggot, dan menghilang ketika kumis dan jenggotnya dihilangkan.
Jika dibiarkan tidak diterapi akan menjadi tebal, kuning dan berminyak, kadang-kadang dapat
terjadi infeksi bakterial.
Seboroik muka

Pada daerah mulut, palpebra, sulkus nasolabialis, dagu, dan lain-lain terdapat makula
eritem, yang diatasnya dijumpai skuama berminyak berwarna kekuning-kuningan. Bila
sampai palpebra, bisa terjadi blefaritis. Sering dijumpai pada wanita. Bisa didapati di daerah
berambut, seperti dagu dan di atas bibir, dapat terjadi folikulitis.

Seboroik badan dan sela-sela
Jenis ini mengenai daerah presternal, interskapula, ketiak, inframama, umbilicus,
krural (lipatan paha, perineum). Dijumpai ruam berbentuk makula eritema yang pada
permukaannya ada skuama berminyak berwarna kekuning-kuningan. Pada daerah badan,
lesinya bisa berbentuk seperti lingkaran dengan penyembuhan sentral. Di daerah intertrigo,
kadang-kadang bisa timbul fisura sehingga menyebabkan infeksi sekunder.

2.2.2. Penyebab
Seborrhea muncul pada saat bayi berusia 12 minggu pertama kehidupannya.
Penyebabnya belum diketahui secara pasti. Tapi pada dasarnya merupakan disfungsi atau
gangguan fungsi kelenjar minyak pada rambut.
Bayi baru lahir memiliki banyak kelenjar minyak dengan pengeluaran sebum (bahan
seperti minyak atau kelenjar lemak) yang banyak. Aktivitas kelenjar minyak ini dipengaruhi
oleh berbagai faktor. Salah satunya ialah hormon kehamilan atau hormon androgen pada bayi
dari sang ibu, yang diperoleh melalui plasenta ketika masih di rahim dan kadarnya masih

meninggi sampai bayi lahir. Kerak yang muncul oleh disfungsi kelenjar minyak ini, biasanya
akan mengelupas dan jatuh setelah terlepas dari epidermis (kulit ari). Tapi karena kulit kepala
bayi juga berkontak dengan lingkungan seperti debu dan kotoran lain, maka debu/kotoran
tersebut akan melekat di kulit kepala yang berminyak. Sehingga timbullah sisik-sisik halus,
yang bila dibiarkan akan semakin menebal membentuk kerak yang biasa disebut
sarap/sumbukan/ sawan/ketombe tersebut atau dermatitis seboroik ringan.
Biasanya ketika bayi usia 8-12 bulan, kerak kepala ini akan sembuh sendiri walau
tanpa pengobatan. Karena di usia tersebut, jumlah hormon androgennya berkurang, sehingga
produksi kelenjar minyaknya tak sebanyak di awal-awal kelahiran. Walaupun demikian,
bukan berarti ibu membiarkan saja kerak tersebut. Karena jika tidak dibersihkan, bisa
menyebabkan kelainan kulit yang berat.
Faktor lain yang berperan terjadinya dermatitis seboroik berkaitan dengan proliferasi
spesies Malassezia yang ditemukan di kulit sebagai flora normal. Ragi genus ini dominan dan
ditemukan pada daerah seboroik tubuh yang mengandung banyak lipid sebasea (misalnya
kepala, tubuh, punggung). Selden (2005) menyatakan bahwaMalassezia tidak menyebabkan
dermatitis seboroik tetapi merupakan suatu kofaktor yang berkaitan dengan depresi sel T,
meningkatkan kadar sebum dan aktivasi komplemen.
2.2.3. Gejala
Pada bayi, dermatitis seboroik dengan skuama yang tebal, berminyak pada verteks
kulit kepala (cradle cap).Kondisi ini tidak menyebabkan gatal pada bayi sebagaimana pada

anak-anak atau dewasa. Pada umumnya tidak terdapat dermatitis akut (dengan dicirikan
oleh oozing dan weeping). Skuama dapat bervariasi warnanya, putih atau kuning. Gejala
klinik pada bayi dan berkembang pada minggu ke tiga atau ke empat setelah kelahiran.
Dermatitis dapat menjadi general. Lipatan-lipatan dapat sering terlibat disertai dengan
eksudat seperti keju yang bermanifestasi sebagai diaper dermatitis yang dapat menjadi
general. Dermatitis seboroik general pada bayi dan anak-anak tidak umum terjadi, dan

biasanya berhubungan dengan defisiensi sistem imun. Anak dengan defisiensi sistem imun
yang menderita dermatitis seboroik general sering disertai dengan diare dan failure to thrive
(Leiner’s disese). Sehingga apabila bayi menunjukkan gejala tersebut harus dievaluasi sistem
imunnya.
2.2.4. Penanggulangan
Cara-cara penanggulangan seborrhea adalah :
1

Pada kasus yang ringan, oleskan minyak kelapa atau baby oil di bagian kulit yang bersisik.
Khusus pemakaian baby oil agar tak berlebihan, karena dapat mengakibatkan biang
keringat. Hal ini dikarenakan kulit bayi tertutup rapat sehingga tak bernapas.

2


Pijatlah daerah tersebut secara perlahan dan lembut, terutama di bagian yang dekat ubunubun karena ubun-ubun masih terbuka dan lembek. Tindakan ini dimaksudkan untuk
melembutkan kerak sehingga mudah dibersihkan.

3

Selanjutnya sisir rambut bayi dengan sisir khusus bayi secara perlahan dan hati-hati, agar
kerak yang sudah lembut itu mengelupas. Bisa juga dengan menggunakan jari-jemari Anda
yang sudah ditutup sarung tangan berbentuk jari dan terbuat dari bahan lembut/plastik elastis
yang halus. Atau gunakan kapas yang sudah disterilkan.

4

Setelah itu cucilah rambut bayi dengan shampo khusus bayi. Gosok lembut sampai
berbusa. Hati-hati, jangan sampai mengenai matanya. Lalu basuhlah sampai bersih. Jangan
menggunakan air hangat, karena membuat kulit jadi lembab dan kulit yang lembab dapat
memicu terjadinya peradangan kelenjar minyak. Hal lain yang harus diperhatikan adalah :



Bila semua usaha tidak memberikan hasil, diperlukan intervensi obat-obatan yang sifatnya
menekan produksi kelenjar minyak. Terutama jika puncak kepala berwarna merah dan
mengeluarkan cairan kuning agak berminyak. Biasanya sudah dikatakan peradangan sedang,
sehingga tak bisa lagi diatasi dengan obat tradisional. Segeralah bawa ke dokter untuk
mendapatkan pengobatan yang semestinya.



Bila keraknya sudah menebal dan keras, jangan selalu mencuci rambut bayi setiap kali
memandikannya. Karena dapat menimbulkan kekeringan pada kulit kepala, yang akhirnya
mempercepat peradangan.Jangan pula memaksakan kerak terkelupas karena dapat
menimbulkan iritasi kulit.



Potong rambut bayi hingga pendek atau botak. Tujuannya untuk mencegah timbulnya
peradangan kelenjar minyak, terutama pada bayi yang sering berkeringat. Disamping
memperkecil risiko kerontokan.



Jangan memberi bedak atau talk di kepala karena akan membuat kerak semakin tebal.
Jangan kenakan topi pada bayi kecuali sangat diperlukan. Hal ini untuk menjaga agar kepala

bayi

tidak

lembab.

Kamar bayi atau ruangan bayi diusahakan bersuhu sejuk. Apalagi jika bayi sering berkeringat

2.2 Bisulan
2.2.1. Definisi
Bisul adalah suatu peradangan pada kulit yang biasanya mengenai folikel rambut
dan disebabkan oleh kuman staphylococcus aureus. Sekitar 50% bayi sering mengalami
bisul-bisul kecil atau jerawat yang dikelilingi oleh warna kulit yang kemerahan.
Gangguan dapat timbul di seluruh tubuh bayi, di bagian wajah atau badan,
punggung, tangan, kaki dan tempat-tempat lainnya. Puncak terjadinya bisul-bisul ini pada
umumnya saat bayi berusia dua hari dan biasanya dialami selama kurang lebih dua minggu.
Karena adanya bisul-bisul ini, biasanya para orang tua enggan memandikan bayinya karena
khawatir kondisi bayinya akan memburuk. Padahal dengan tidak memandikan bayi dapat
merangsang infeksi kulit, jadi bayi harus tetap dimandikan seperti biasa.
Bisul dapat muncul sejak bayi, walaupun bukan pada bayi baru lahir. Para orangtua,
terutama yang baru mempunyai anak pertama, umumnya takut memandikan dan
mengeramasi bayinya padahal bayi banyak mengeluarkan keringat. Hal ini akan
menyebabkan kuman berkembang biak terlebih jika bayi diberikan segala macam minyak
penghangat di tubuhnya. Kondisi kulit yang seperti ini juga dapat menjadi penyebab bisulan.
2.2.2. Jenis
Jenis-Jenis bisul, berdasarkan medis dapat dibedakan sebagai berikut, yaitu:


Folikulitis
Folikulitis adalah peradangan yang hanya terjadi pada umbi akar rambut saja (folikel).

Berdasarkan letak munculnya, bisul jenis ini dapat dibedakan menjadi 2 : a. Folikulitis
superficial
Folikulitis superficial adalah radang folikel rambut dengan pustule berdinding tipis
pada orifisium folikel yang terbatas di dalam epidermis atau hanya di permukaan saja.
Biasanya terjadi di ekstremitas terutama di tungkai bawah, kulit kepala, muka terutama
sekitar mulut. Kelainan berupa papul atau pustule yang eritematosa dan di tengahnya terdapat
rambut, biasanya multiple dan sembuh setelah beberapa hari. Infeksi mungkin terjadi setelah
gigitan serangga, tergores, atau akibat garukan dan trauma kulit lainnya.

Cara penanganannya yaitu dengan membersihkan daerah yang terkena dengan sabun
antiseptic dan air 2x/hari dan berikan salep antibiotic, misalnya mupirosin 5 %.
b. Folikulitis profunda
Folikulitis profunda adalah infeksi stafilokokus berupa pustule perifolikuler kronik
ditandai dengan adanya papul atau pustule dan sering terjadi rekurensi, merupakan folikulitis
dengan infeksi yang meluas ke dalam folikel di dermis bawah.
Gejalanya berupa gatal, terdapat eritema, rasa terbakar.Folikulitis bisa terjadi di
bagian kulit manapun,biasanya terjadi didaerah dagu, daerah kumis, alis, aksila, pubis dan
paha. Biasanya merupakan akibat dari kerusakan folikel rambut karena:
- Bergesekan dengan pakaian
- Penyumbatan folikel rambut
- Pencukuran.
Pada kulit yang akan timbul ruam, kemerahan dan rasa gatal. Di sekitar folikel rambut
tampak beruntus-beruntus kecil berisi cairan yang bisa pecah lalu mengering dan membentuk
keropeng. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk memastikan bahwa
penyebabnya adalah stafilokokus, bisa dilakukan pembiakan contoh jaringan yang terinfeksi
di laboratorium. Kompres hangat bisa mempercepat pengempesan folikulitis. Untuk
mengendalikan infeksi, bisa diberikan antibiotik (salep maupun kapsul).



Furunkel
Furunkel adalah peradangan pada folikel rambut dan sekitarnya biasanya jumlahnya

hanya satu, bulat, nyeri dan berbatas tegas. Bisul (furunkel) adalah infeksi kulit yang meliputi
seluruh folikel rambut dan jaringansubkutaneus di sekitarnya. Penyebabnya adalah
bakteri stafilokokus, tetapi bisa juga disebabkan oleh bakteri lainnya atau jamur. Paling sering
ditemukan di daerah leher, payudara, wajah dan bokong. Akan terasa sangat nyeri jika timbul
di sekitar hidung atau telinga atau pada jari-jari tangan.
Furunkel berawal sebagai benjolan keras berwarna merah yang mengandung nanah.
lalu

benjolan

ini

akan

berfluktuasi dan

tengahnya

menjadi

putih

atau

kuning

(membentuk pustula). Bisul bisa pecah spontan atau dipecahkan dan mengeluarkan

nanahnya, kadang mengandung sedikit darah. Bisa disertai nyeri yang sifatnya ringan sampai
sedang. Kulit di sekitarnya tampak kemerahan atau meradang kadang disertai demam, lelah
dan tidak enak badan. Jika furunkel sering kambuhan maka keadaannya disebut furunkulosis.

Furunkel
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Pembiakan contoh jaringan kulit
bisa dilakukan untuk memastikan bahwa penyebabnya adalah stafilokokus. Jika bisul timbul
di sekitar hidung biasanya akan diberikan antibiotik per-oral (melalui mulut) karena infeksi
bisa dengan segera menyebar ke otak.


Frunkellosis

Disebut frunkellosis apabila jumlah frunkelnya lebih dari satu


Karbunkel
Bila di saat yang bersamaan ada beberapa/sekelompok furunkel yang

menyebabkan

pengelupasan kulit yang luas serta pembentukan jaringan parut. Penyebabnya adalah
bakteri stafilokokus. , secara medis diistilahkan sebagai karbunkel. Pembentukan dan
penyembuhan karbunkel terjadi lebih lambat dibandingkan bisul tunggal dan bisa
menyebabkan demam serta lelah karena merupakan infeksi yang lebih serius. Lebih sering
terjadi pada pria dan paling banyak ditemukan di leher bagian belakang. Karbunkel juga
cenderung mudah diderita oleh penderitadiabetes, gangguan sistem kekebalan dan dermatitis.
Beberapa bisul bersatu membentuk massa yang lebih besar, yang memiliki beberapa
titik pengaliran nanah. Massa ini letaknya bisa lebih dalam di bawah kulit dibandingkan
dengan bisul biasa. Infeksi ini menular, bisa disebarkan ke bagian tubuh lainnya dan bisa
ditularkan ke orang lain. Tidak jarang beberapa orang dalam sebuah rumah menderita
karbunkel pada saat yang sama.

Karbunkel

Faktor resiko terjadinya karbunkel adalah:
- Tingkat Kebersihan Yang Buruk
- Keadaan Fisik Yang Menurun
- Gesekan Dengan Pakaian
- Pencukuran.
Pada kulit yang terkena ditemukan beberapa bisul yang bersatu disertai nyeri yang
sifatnya ringan atau sedang. Kulit tampak merah dan membengkak. Karbunkel yang pecah
akan mengeluarkan nanah lalu mengering dan membentuk keropeng. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk menentukan penyebabnya, bisa dilakukan biopsi atau
pembiakan contoh jaringan yang terinfeksi. Untuk mengendalikan infeksi diberikan sabun
anti-bakteri, antibiotik topikal (salep atau krim) dan antibiotik per-oral. Kompres hangat bisa
membantu mempercepat penyembuhan. Jangan pernah ditekan atau mencoba memecahkan
karbunkel di rumah, karena bisa memperburuk dan menyebarkan infeksi. Jika nanahnya
sudah mengering, luka yang tertinggal harus sering dibersihkan dan sesudah menangani
karbunkel, tangan harus dengan bersih.


Abses multiple kelenjar keringat
Bisul ini biasanya berupa benjolan yang tidak bermata, jumlahnya banyak,

bergerombol di beberapa tempat, seperti di dada dan sebagainya. Bisul jenis ini paling
banyak menyerang anak-anak.

Abses multiple kelenjar keringat


Skrofulo Derma
Skrofuloderma adalah

tuberkulosis

kutis

murni

sekunder

yang

terjadi

secara pekontinuitatum dari jaringan di bawahnya, misalnya kelenjar getah bening, otot dan
tulang. Bentuknya seperti bisul tapi sebenarnya merupakan benjolan yang terdapat pada getah
bening yang diakibatkan oleh penyakit TBC. Skrofuloderma terjadi terutama pada anak-anak
dan dewasa muda pada bagian kulit yang berada diatas nodus limfatikus dan daerah yang
kelihatan tulangnya. Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan.
Dimulai dengan infeksi sebuah kelenjar yang selanjutnya berkembang menjadi periadenitis.
Beberapa kelenjar kemudian dapat meradang, sehingga membentuk suatu kantong kelenjar

“klier packet”. Pada stadium selanjutnya terjadi perkejuan dan perlunakan, mencari jalan
keluar dengan menembus kulit diatasnya, dengan demikian terbentuk fistel. Fistel tersebut
semakin melebar, membentuk ulkus yang mempunyai sifat-sifat khas.

Terapi pembedahan berupa eksisi dapat dilakukan pada skofuloderma yang terjadi
pada ekstremitas bawah. Pengobatan topikal pada tuberkulosis kutis tidak sepenting
pengobatan sistemik. Pada skofuloderma jika ulkus masih mengandung pus dikompres,
misalnya dengan larutan kalium permanganas 1/5000.
2.2.3. Gejala
Walaupun jenis bisul bermacam-macam, tetapi biasanya masyarakat menganggap
semuanya sama. Hal tersebut dikarenakan gejala yang ditimbulkan hampir mirip.
Gejalanya antara lain :


Gatal

Apabila bisul yang muncul masih berupa folikulitis, gejala yang ditimbulkan biasanya gatalgatal di daerah benjolan dan sekitarnya.


Nyeri

Nyeri biasanya timbul Pada bisul yang berjenis furunkel atau karbunkel yang diawali dengan
gatal.


Berbentuk kerucut dan “bermata”

Bisul jenis frunkel & karbunkel biasanya berbentuk kerucut dan bermata, mudah pecah &
mengeluarkan cairan dari dalamnya.


Berbentuk kubah

Bisul yang muncul pada kelenjar keringat biasanya berbentuk bulat seperti kubah, tidak
bermata & tanpa disertai rasa nyeri. Bisul seperti ini biasanya tidak mudah pecah.


Demam

Gejala bisul yang muncul pada kelenjar apokrin biasanya disertai demam.
2.2.4. Penyebab

- Faktor kebersihan
Pada dasarnya bisul muncul karena adanya kuman. Orang tua yang tidak menjaga
kebersihan tubuh bayi dari lingkungannya dengan baik, resiko terpapar kuman penyebab
bisul (staphylococcus aureus) akan meningkat. Maka tidak heran apabila mereka yang tinggal
di daerah pemukiman padat, di daerah pengungsian, dimana faktor kebersihannya terabaikan
akan lebih mudah terkena bisulan. Tetapi harus diingat, walaupun berada di tempat yang
bersih apabila tidak menjaga kebersihan badan, kemungkinan terpapar kuman pun akan
terjadi.
- Daerah tropis
Secara geografis Indonesia termasuk daerah tropis. Dimana udaranya panas
sehingga dengan mudah orang akan berkeringat. Keringat pun bisa menjadi salah satu pemicu
munculnya bisul. Terutama bisul yang terjadi pada kelenjar keringat.
- Menurunnya daya tahan tubuh
Menurunnya daya tahan tubuh bisa disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya
kurang gizi, biasanya faktor pemicu itu tidak muncul sendirian, melainkan ada beberapa yang
terjadi secara bersamaan. Sebagai contoh : orang yang selalu berkeringat kemudian akan
muncul biang keringat. Demikian pula jika terasa gatal, kemudian digaruk serta tidak
menjaga kebersihan ditambah dengan keadaan gizi yang rendah akan menyababkan bisul.
2.2.5 Terapi


Kompres panas selama 30 menit, 2x sehari sampai abses ataupun bisul matang.



Jika abses dan bisul berada pada atau di sekitar dubur dan selangkangan dilakukan

rendam duduk selama 30 menit, 2x sehari.

2.2.6.

Asuhan kebidanan


Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada orang tua bayi.



Menganjurkan kepada orang tua agar memperhatikan kebersihan anaknya (kebersihan

badan)


Memberitahukan kepada ibu apabila timbul keluhan seperti gatal-gatal, ibu harus

waspada karena hal ini merupakan gejala awal timbulnya bisul.


Memberitahukan kepada ibu apabila terdapat benjolan, jangan di tekan menggunakan

tangan terlebih jika tangan yang digunakan untuk menekan benjolan tersebut tidak bersih
karena hal itu dapat menimbulkan infeksi.



Memberitahukan kepada ibu agar tidak menggunakan antibiotic tanpa resep dokter

untuk mengobati bisul walaupun bentuknya hanya berupa cream, karena antibiotic dapat
menimbulkan kekebalan/resistensi.


Menganjurkan kepada ibu agar memperhatikan gizi anak. Asupan gizi yang baik akan

mempengaruhi terhadap daya tahan tubuhnya.


Memberitahukan ibu, apabila anak sedang dalam kondisi yang tidak sehat, maka

sebaiknya hindari tempat-tempat yang tidak bersih.
2.3 Milliariasis
Miliarisis atau prickle heat dan yang lebih sering dikenal dengan sebutan biang
keringat adalah gangguan kulit berupa ruam yang disertai rasa gatal. Keluhan ini sering
dialami oleh bayi dan balita. Tetapi sebenarnya bisa menyerang anak di usia berapapun.
Biang keringat sering juga disebut keringat buntet dan biasa timbul di daerah dahi, leher,
kepala, dada, punggung, atau tempat-tempat tertutup yang mengalami gesekan dengan
pakaian.
Miliarisis dapat diklasifikasikan menurut letak obstruksinya:


Miliaria kristalina : Pada sumbatan superfisial, terjadi bintik-bintik kecil dengan isi

serupa air.


Miliaria fustulosa : Dalam waktu 24 jam sampai 48 jam dapat terjadi invasi sel-sel

polimorfonuklear.


Miliaria rubra : Bila obstruksi dalam, terjadi lesi eritematosa papulovesikula.

Gambar miliaria kristalina pada dahi

miliaria kristalina pada dada

Gambar miliaria fustulosa pada kaki

Gambar miliaria rubra

miliaria fustulosa

miliaria rubra

Gejala


Rasa gatal yang menyengat seperti ditusuk-tusuk.



Kulit berwarna kemerahan dan muncul bentolan (gelembung) berair kecil-kecil

seperti kristal bening (1-2 mm). Gelembung bisa tersebar di seluruh permukaan kulit atau
berkelompok pada bagian tertentu saja.
Penyebab
Penyumbatan pori-pori yang berasal dari kelenjar keringat. Sumbatan ini dapat
diakibatkan oleh debu atau radang pada kulit anak. Butiran-butiran keringat yang
terperangkap di bawah kulit akan mendesak ke permukaan kulit dan menimbulkan bintikbintik kecil yang terasa gatal.
Pencegahan


Gantilah pakaian yang basah oleh keringat



Bila anak berkeringat seka kulit dengan handuk kecil yang dibasahi air, lalu lap

dengan handuk kering Setelah itu, lipatan-lipatan tubuhnya boleh ditaburi bedak bayi tipistipis. Lebih baik jika bedak khusus untuk biang keringat.



Hindari pemakaian bedak berulang-ulang tanpa mengeringkan keringat terlebih

dahulu karena dapat memperparah penyumbatan dan memudahkan terjadinya infeksi bakteri
atau jamur.


Jaga kebersihan tubuh anak, mandikan minimum dua kali sehari, dan beri talk.



Berikan anak pakaian yang menyerap keringat, misalnya yang terbuat dari bahan

katun.


Bila sudah timbul biang keringat, rasa gatal dapat dikurangi dengan bedak atau losyen

yang mengandung calamine.


Jagalah agar anak tidak menggaruk daerah biang keringat tersebut, karena bila terjadi

luka maka kuman dapat masuk dan menimbulkan infeksi.


Bila sudah timbul infeksi, dokter akan memberikan krim atau salep yang mengandung

antibiotik.


Ruangan dengan ventilasi udara cukup sangat dianjurkan, terutama di kota-kota besar

yang panas dan pengap.


Usahakan sirkulasi di kamar balita cukup baik.
Meskipun biang keringat sudah hilang namun Anda tetap harus waspada. Pasalnya

penyakit ini dapat berulangkali kambuh. Terutama bila udara panas dan anak berkeringat.
Penanggulangan


Pada pripsipnya, tak perlu pengobatan khusus. Cukup dengan merawat kulit bayi

secara benar dan bersih.


Bila biang keringat berupa gelembung kecil tanpa kemerahan pada kulit, kering, dan

tanpa keluhan, bayi cukup diberi bedak tabur/bedak kocok segera setelah mandi.


Jika biang keringat menjadi luka yang basah, jangan dibedaki karena akan timbul

gumpalan-gumpalan yang memperparah sumbatan kelenjar keringat dan menjadi sarang
kuman yang dapat menyebabkan infeksi. - Untuk keluhan yang parah, gatal, pedih, luka atau
lecet, rewel dan sulit tidur, segera bawa ke dokter.


Bila timbul bisul, jangan dipijit karena kuman akan menyebar dan meluas ke

permukaan kulit lainnya.

2.4 Diare
Diagnosa diare ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Amati
konsistensi tinja dan frekuensi buang air besar bayi atau balita. Jika tinja encer dengan
frekuensi buang air besar 3 kali atau lebih dalam sehari, maka bayi atau balita tersebut
menderita diare. Biasanya timbul secara mendadak dan berlangsung < 2 minggu.
Pemeriksaan darah dapat dilakukan untuk mengetahui kadar elektrolit dan jumlah sel darah
putih. Namun, untuk mengetahui organisme penyebab diare, perlu dilakukan pembiakan
terhadap contoh tinja.
A. Anatomi fisiologi
Saluran gastrointestinal yang berjalan dari mulut melalui esofagus, lambung dan usus
sampai anus. Esofagus terletak di mediastinum rongga torakal, anterior terhadap tulang
punggung dan posterior terhadap trakea dan jantung. Selang yang dapat mengempis ini, yang
panjangnya kira-kira 25 cm (10 inchi) menjadi distensi bila makanan melewatinya.
Bagian sisa dari saluran gastrointestinal terletak di dalam rongga peritoneal. Lambung
ditempatkan dibagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah tubuh, tepat di bawah
diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantung yang dapat berdistensi dengan kapasitas kirakira ± 1500 ml. Lambung dapat dibagi ke dalam empat bagian anatomis, kardia, fundus,
korpus dan pilorus.
Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran gastrointestinal, yang jumlah
panjangnya kira-kira dua pertiga dari panjang total saluran. Untuk sekresi dan absorbsi, usus
halus dibagi dalam 3 bagian yaitu bagian atas disebut duodenum, bagian tengah disebut
yeyunum, bagian bawah disebut ileum. Pertemuan antara usus halus dan usus besar terletak
dibagian bawah kanan duodenum. Ini disebut sekum pada pertemuan ini yaitu katup
ileosekal. Yang berfungsi untuk mengontrol isi usus ke dalam usus besar, dan mencegah
refluks bakteri ke dalam usus halus. Pada tempat ini terdapat apendiks veriformis. Usus besar
terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan abdomen, segmen transversum yang memanjang
dari abdomen atas kanan ke kiri dan segmen desenden pada sisi kiri abdomen. Yang mana
fungsinya mengabsorbsi air dan elektrolit yang sudah hampir lengkap pada kolon. Bagian
ujung dari usus besar terdiri dua bagian. Kolon sigmoid dan rektum kolon sigmoid berfungsi
menampung massa faeces yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung. Kolon
mengabsorbsi sekitar 600 ml air perhari sedangkan usus halus mengabsorbsi sekitar 8000 ml
kapasitas absorbsi usus besar adalah 2000 ml perhari. Bila jumlah ini dilampaui, misalnya
adalah karena adanya kiriman yang berlebihan dari ileum maka akan terjadi diare. Rektum

berlanjut pada anus, jalan keluar anal diatur oleh jaringan otot lurik yang membentuk baik
sfingter internal dan eksternal
B. Etiologi


Faktor infeksi
Infeksi internal, yaitu saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare.
Pada sat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat
menyebabkan diare pada anak dan bayi. Penyebab itu dapat digolongkan lagi kedalam
penyakit yang ditimbulkan adanya virus, bakteri, dan parasit usus. Penyebab utama oleh virus
yang terutama ialah rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya ialah virus Norwalk,
astrovirus, calcivirus, coronavirus, minirotavirus dan virus bulat kecil. Bakteri-bakteri yang
dapat menyebabkan penyakit itu adalah aeromonashidrophilia, bacillus cereus, campylobacter
jejuni, clostridium defficile, clostridium perfringens, E, coli, plesiomonas, shigelloides,
salmonella spp, staphylococcus aureus, vibrio cholerae, dan yersinia enterocolitica.
C. Menilai Diare
Anak yang menderita diare dinilai dalam hal :
1. Berapa lama anak menderita diare?
Untuk mengetahui berapa lama anak menderita diare dapat ditanyakan kepada
orangtua. Apabila diare telah berlangsung lebih dari 14 hari atau lebih maka disebut dengan
diare persisten.
2. Apakah ada darah dalam tinja?
Hal ini juga dapat ditanyakan kepada orangtua.
3. Periksa tanda-tanda dehidrasi
Bayi dan balita yang mengalami dehidrasi biasanya gelisah atau rewel. Jika dehidrasi
berlanjut, bayi menjadi letargis atau tidak sadar. Karena bayi kehilangan cairan, matanya
mungkin kelihatan cekung (cowong). Jika kulit perut dicubit, kulitnya akan kembali dengan
lambat atau sangat lambat.
Perhatikan keadaan umum bayi
Periksa apakah bayi atau anak letargis atau tidak sadar. Letargis atau tidak sadar pada diare
bisa dilihat untuk mengklasifikasikan diare.
Perhatikan apakah bayi gelisah atau rewel jika anak itu selalu gelisah atau rewel tiap kali
anak disentuh atau diperiksa. Gelisah atau rewel pada bayi yang menderita diare bisa
merupakan salah satu tanda dehidrasi ringan / sedang. Apabila bayi atau seorang anak dalam
keadaan tenang pada saat diteteki tetapi menjadi gelisah atau rewel lagi jika berhenti diteteki,
maka anak atau bayi tersebut menunjukkan tanda gelisah atau rewel. Banyak anak yang

terganggu hanya karena mereka berada dalam klinik. Biasanya anak-anak ini dapat di bujuk
dan ditenangkan. Maka bayi atau balita tersebut tidak menunjukkan tanda gelisah atau rewel.
Mata cekung
Mata anak yang mengalami dehidrasi tampak cekung. Tentukan apakah menurut ibu mata
anak terlihat lain dari biasanya atu terlihat cekung.
Bisa minum, malas minum, minum dengan lahap atau haus.
Mintalah ibu untuk memberikan air dari cangkir atau sendok. Perhatikan anak ketika minum.
a.

Tidak bisa minum jika anak tidak dapat memasukkan cairan ke dalam mulutnya dan
menelannya. Misalnya seorang anak mungkin tidak bisa minum karena letargis atau tidak
sadar. Atau jika anak tidak dapat menghisap atau menelan

b.

Malas minum : jika anak lemah dan tidak bisa minum tanpa dibantu. Anak mungkin dapat
menelan apabila cairan dimasukkan ke dalam mulutnya.

c.

Minum dengan lahap, haus : jika jelas bahwa anak mau minum dan ingin minum lagi.
Turgor kulit
Periksa dengan mencubit kulit perut bayi untuk mengetahui turgor. Jika turgor kulit
kemnalinya sangat lambat (> 2 detik) atau lambat. Cubit kulit perut bayi ( di tengah-tengah
antara pusar dan sisi perut bayi) dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk. Jangan
menggunakan ujung jari, karena dapat menimbulkan rasa sakit. Letakkan tangan pemeriksa
sedemikian rupa sehingga lipatan cubitan sejajar dengan tubuh bayi (memanjang dari atas ke
bawah – tidak melintang tubuh bayi). Angkat semua lapisan kulit dan jaringan di bawahnya
dengan mantap. Cubit kulit selama satu detik dan kemudian lepaskan. Amati dan lihat apakah
kulit yang dicubit itu kembali lagi dengan :
a. Sangat lambat (lebih dari 2 detik)
b. Lambat
c. Segera.
D. Klasifikasi Dehidrasi
Berdasarkan klasifikasi dehidrasi WHO, maka dehidrasi dibagi tiga menjadi dehidrasi
ringan, sedang, atau berat.
1. Diare tanpa dehidrasi
Tidak ada keluhan atau gejala yang mencolok. Tidak cukup tanda-tanda untuk
diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat atau ringan/sedang.
2. Dehidrasi ringan/Sedang
Tandanya ditemukan 2 gejala atau lebih gejala berikut:


Gelisah, cengeng



Kehausan



Mata cekung



Kulit keriput, misalnya kita cubit kulit dinding perut, kulit tidak segera kembali ke

posisi semula.
3.

Dehidrasi berat
Tandanya ditemukan 2 atau lebih gejala berikut:


Kesadaran menurun, lemas luar biasa dan terus mengantuk (letargi)



Mata cekung, bibir kering dan biru



Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik



Tidak bisa minum, tidak mau makan



Muntah terus-menerus



Berak cair terus-menerus



Tidak kencing 6 jam atau lebih/frekuensi buang air kecil berkurang/kurang dari 6

popok/hari.


Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi

4. Diare persisten
Jika diare yang dialami telah berlangsung selama 14 hari atau lebih.
5. Disentri
Diare disertai darah dalam tinja dan tidak ada gangguan saluran cerna.

D. Penyebab Diare
Diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya. Biasanya ada yang menjadi
pemicu terjadinya diare. Secara umum, berikut ini beberapa penyebab diare, yaitu:
1.

Infeksi oleh bakteri, virus atau parasit.

2.

Alergi terhadap makanan atau obat tertentu.

3.

Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain seperti: Campak, Infeksi

telinga, Infeksi tenggorokan, Malaria, dll.

4.

Pemanis buatan

Berdasarkan metaanalisis di seluruh dunia, setiap anak minimal mengalami diare satu
kali setiap tahun. Dari setiap lima pasien anak yang datang karena diare, satu di antaranya
akibat rotavirus. Kemudian, dari 60 anak yang dirawat di rumah sakit akibat diare satu di
antaranya juga karena rotavirus.
Di Indonesia, sebagian besar diare pada bayi dan anak disebabkan oleh infeksi
rotavirus. Bakteri dan parasit juga dapat menyebabkan diare. Organisme-organisme ini
mengganggu proses penyerapan makanan di usus halus. Dampaknya makanan tidak dicerna
kemudian segera masuk ke usus besar. Makanan yang tidak dicerna dan tidak diserap usus
akan menarik air dari dinding usus. Di lain pihak, pada keadaan ini proses transit di usus
menjadi sangat singkat sehingga air tidak sempat diserap oleh usus besar. Hal inilah yang
menyebabkan tinja berair pada diare.
Sebenarnya usus besar tidak hanya mengeluarkan air secara berlebihan tapi juga
elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare ini kemudian dapat menimbulkan
dehidrasi. Dehidrasi inilah yang mengancam jiwa penderita diare. Selain karena rotavirus,
diare juga bisa terjadi akibat kurang gizi, alergi, tidak tahan terhadap laktosa, dan sebagainya.
Bayi dan balita banyak yang memiliki intoleransi terhadap laktosa dikarenakan tubuh tidak
punya atau hanya sedikit memiliki enzim laktose yang berfungsi mencerna laktosa yang
terkandung susu sapi.
Tidak demikian dengan bayi yang menyusu ASI. Bayi tersebut tidak akan mengalami
intoleransi laktosa karena di dalam ASI terkandung enzim laktose. Disamping itu, ASI
terjamin kebersihannya karena langsung diminum tanpa wadah seperti saat minum susu
formula dengan botol dan dot. Diare dapat merupakan efek sampingan banyak obat terutama
antibiotik. Selain itu, bahan-bahan pemanis buatan sorbitol dan manitol yang ada dalam
permen karet serta produk-produk bebas gula lainnya menimbulkan diare.
Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi
hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas
dari rapuhnya tulang. Orang tua berperan besar dalam menentukan penyebab anak diare. Bayi
dan balita yang masih menyusui dengan ASI eksklusif umumnya jarang diare karena tidak
terkontaminasi dari luar. Namun, susu formula dan makanan pendamping ASI dapat
terkontaminasi bakteri dan virus.
E. Gejala Diare
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 x atau lebih
dalam sehari, yang kadang disertai:


Muntah



Badan lesu atau lemah


Panas



Tidak nafsu makan



Darah dan lendir dalam kotoran
Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare

yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara
tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah,
demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan.
Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan
kejang perut, serta gejal-gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang,
dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja
mengandung darah atau demam tinggi. Diare bisa menyebabkan kehilangan cairan dan
elektrolit (misalnya natrium dan kalium), sehingga bayi menjadi rewel atau terjadi gangguan
irama jantung maupun perdarahan otak.
Diare seringkali disertai oleh dehidrasi (kekurangan cairan). Dehidrasi ringan hanya
menyebabkan bibir kering. Dehidrasi sedang menyebabkan kulit keriput, mata dan ubun-ubun
menjadi cekung (pada bayi yang berumur kurang dari 18 bulan). Dehidrasi berat bisa
berakibat fatal, biasanya menyebabkan syok.
F. Pencegahan Diare
Diare termasuk penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya (self limiting disease).
Meskipun demikian, jangan remehkan diare karena dapat mengancam jiwa. Dua pembunuh
terbesar anak-anak balita (bawah lima tahun) adalah diare dan radang paru-paru.
Penyakit diare dapat ditularkan melalui:


Pemakaian botol susu yang tidak bersih



Menggunakan sumber air yang tercemar



Buang air besar disembarang tempat



Pencemaran makanan oleh serangga (lalat, kecoa, dll) atau oleh tangan yang kotor.

Oleh karena itu diare dapat dicegah dengan cara :
1.

Pemberian ASI

2.

Pemberian makanan pendamping ASI yang bersih dan bergizi setelah bayi berumur 4 bulan
Faktor kebersihan ternyata ikut andil dalam menyebabkan anak diare. Mulai dari
kebersihan alat makan anak sampai kebersihan setelah buang air kecil/buang air besar. Semua

yang dapat mengenai tangan anak atau langsung masuk ke dalam mulut anak harus diawasi.
Ada cara yang mudah untuk mencegah terkena diare yaitu mencuci tangan dengan sabun
G. Penanganan Diare dengan Tepat
Tidak selamanya diare itu buruk. Sebenarnya diare adalah mekanisme tubuh untuk
mengeluarkan racun dari dalam tubuh. Racun yang dihasilkan oleh virus, bakteri, parasit dan
sebagainya akan dibuang keluar bersama dengan tinja yang encer. Kehilangan cairan tubuh
yang mengandung elektrolit penting adalah penyebab kematian pada penderita diare.
Dehidrasi ini berbahaya karena dapat menimbulkan gangguan irama jantung dan menurunkan
kesadaran pasien.
Sebagian besar diare akut (diare mendadak) pada anak dapat disembuhkan hanya
dengan pemberian cairan dan meneruskan pemberian makanan saja. Oleh sebab itu, inti dari
pengobatan diare adalah memberikan cairan untuk menghindari terjadi dehidrasi. Prinsip
pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit (rehidrasi) dan
mengatasi penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti salah makan,
bakteri, parasit, sampai radang. Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis
pasien.
Pemberian oralit merupakan pertolongan pertama pada anak diare, sayangnya, orang
tua sering terlalu panik dan cemas bila anaknya diare sehingga melupakan hal tersebut.
Sebaiknya orang tua bersabar dan lebih tenang menilai kondisi anaknya, pada dasarnya diare
merupakan penyakit yang sembuh sendiri (self limiting disease), yang dikhawatirkan dari
diare adalah terjadinya dehidrasi, karena itu orang tua harus tahu tentang pencegahan
dehidrasi dan tanda-tanda dehidrasi pada anak yang diare. Bayi dan balita yang diare
membutuhkan lebih banyak cairan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang melalui tinja
dan muntah. Pemberian cairan yang tepat dengan jumlah memadai merupakan modal utama
mencegah dehidrasi. Cairan harus diberikan sedikit demi sedikit dengan frekuensi sesering
mungkin.
Oralit merupakan salah satu cairan pilihan untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi.
Oralit sudah dilengkapi dengan elektrolit, sehingga dapat mengganti elektrolit yang ikut
hilang bersama cairan. Baca aturan penggunaan oralit dengan baik, berapa jumlah air yang
harus disiapkan untuk membuat larutan oralit, sehingga takaran oralit dapat tepat diberikan.
Larutan sup maupun air biasa cukup praktis dan hampir efektif sebagai upaya rehidrasi oral
untuk mencegah dehidrasi. Cairan yang biasa disebut sebagai cairan rumah tangga ini harus
segera diberikan pada saat anak mulai diare. Berikan cairan dengan sendok, sesendok tiap 1-2
menit. Untuk anak yang lebih besar dapat diberikan minum langsung dari gelas/cangkir

dengan tegukan yang sering. Jika terjadi muntah, ibu dapat menghentikan pemberian cairan
selama kurang lebih 10 menit, selanjutnya cairan diberikan perlahan-lahan (misalnya 1
sendok setiap 2-3 menit).
Selain pemberian cairan, pemberian ASI maupun makanan pendamping ASI harus
tetap dilanjutkan agar anak tidak jatuh dalam keadaan kurang gizi dan pertumbuhannya tidak
terganggu. Sebaliknya, larutan-larutan yang hiperosmoler karena kandungan gulanya tinggi
tidak boleh diberikan, contohnya adalah teh yang sangat manis,soft drink dan minuman buah
komersial yang manis. Orang tua pun harus tahu tanda-tanda memburuknya diare. Bawa anak
ke fasilitas pelayanan kesehatan atau ke dokter jika kondisinya tidak membaik dalam 3 hari
atau buang air besar cair bertambah sering, muntah berulang-ulang, makan atau minum
sangat sedikit, terdapat demam dan tinja anak berdarah. Jangan tunggu lebih lama jika anak
menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, anak bersikap sangat rewel atau justru apatis dan lesu
pada dehidrasi yang lanjut. Untuk anak-anak yang kurang dari satu tahun, dapat dilihat atau
diraba ubun-ubunnya cekung. Pada dehidrasi yang ringan dan sedang, anak tampak sangat
kehausan, namun bila dehidrasinya berat, anak justru tidak merasa haus lagi.
Dapat juga diperiksa turgor kulit pada daerah perut yang akan berkurang
kelenturannya jika anak mengalami dehidrasi. Caranya dengan menjepit atau mencubit kulit
selama 30-60 detik, kemudian lepaskan. Bila turgor kulit masih baik, kulit akan cepat
kembali ke keadaan semula. Bila tidak, kembalinya akan lambat. Selain itu anak yang
mengalami dehidrasi matanya akan terlihat cekung, menangis tidak keluar air mata, tidak
kencing, mulut dan lidah terlihat kering. Jika terjadi hal-hal tersebut maka anak perlu
ditangani oleh petugas kesehatan. Antibiotik tidak rutin diberikan, hanya pada kasus-kasus
tertentu saja dokter akan meresepkan antibiotik. Saat ini lebih sering diberikan sejenis
probiotik yang dicampurkan dalam cairan atau makanan anak. Tujuan pemberian probiotik
adalah memperbanyak "kuman baik" sehingga dapat mempersingkat episode diare. Sejauh
ini, pemberian obat antidiare pada anak dapat berisiko menimbulkan efek samping yang
cukup berbahaya. Risiko tersebut dapat berupa mual, muntah bahkan yang cukup berat,
timbulnya ileus paralitik (gangguan pada usus) yang dapat berakibat sangat fatal, bahkan
tidak jarang membutuhkan pembedahan.
H. Penggolongan Obat Diare
Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang memberantas
penyebab diare .seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk menghilangkan gejala diare
dan

spasmolitik

yang

membantu

menghilangkan

kejang

perut

yang

tidak

menyenangkan. Sebaiknya jangan mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa resep

dokter. Dokter akan menentukan obat yang disesuaikan dengan penyebab diarenya misal
bakteri, parasit. Pemberian kemoterapeutika memiliki efek samping dan sebaiknya diminum
sesuai petunjuk dokter Sebenarnya usus besar tidak hanya mengeluarkan air secara
berlebihan tapi juga elektrolit. Kehilangan cairan dan elektrolit melalui diare ini kemudian
dapat menimbulkan dehidrasi. Dehidrasi inilah yang mengancam jiwa penderita diare.
Obat-obat diare dapat digolongkan sebagai berikut :
A.

Kemoterapeutika untuk terapi kausal yaitu memberantas bakteri penyebab diare seperti
antibiotika,sulfonamide, kinolon dan furazolidon.

1.

Racecordil
Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi, mempunyai indeks
terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak
kalah penting, tidak menyebabkan ketergantungan. Racecordil yang pertama kali dipasarkan
di Perancis pada 1993 memenuhi semua syarat ideal tersebut.

2.

Loperamide
Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara memperlambat motilitas
saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Obat diare ini
berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan
loperamid dengan reseptor tersebut. Efek samping yang sering dijumpai adalah kolik
abdomen (luka di bagian perut), sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi jarang sekali
terjadi.

3.

Nifuroxazide
Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal terhadap Escherichia
coli,

Shigella

dysenteriae,

Streptococcus,

Staphylococcus dan Pseudomonas

aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran pencernaan. Obat diare ini diindikasikan
untuk diare akut, diare yang disebabkan oleh E. coli & Staphylococcus, kolopatis spesifik dan
non spesifik, baik digunakan untuk anak-anak maupun dewasa.
4.

Dioctahedral smectite
Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik berstruktur filitik, secara in
vitro telah terbukti dapat melindungi barrier mukosa usus dan menyerap toksin, bakteri, serta
rotavirus. Smectite mengubah sifat fisik mukus lambung dan melawan mukolisis yang
diakibatkan oleh bakteri. Zat ini juga dapat memulihkan integritas mukosa usus seperti yang
terlihat dari normalisasi rasio laktulose-manitol urin pada anak dengan diare akut.

B.

Obstipansia untuk terapi simtomatis (menghilangkan gejala) yang dapat menghentikan diare
dengan beberapa cara:

1.

Zat penekan peristaltik, sehingga memberikan lebih banyak waktu untuk resorpsi air dan
elektrolit oleh mukosa usus seperti derivat petidin (difenoksilatdan loperamida),
antokolinergik (atropine, ekstrak belladonna)

2.

Adstringensia yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak (tannin)
dan tannalbumin, garam-garam bismuth dan alumunium.

3.

Adsorbensia, misalnya karbo adsorben yang pada permukaannya dapat menyerap (adsorpsi)
zat-zat beracun (toksin) yang dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya berasal dari
makanan (udang, ikan). Termasuk di sini adalah juga musilago zat-zat lendir yang menutupi
selaput lendir usus dan luka-lukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti kaolin, pektin
(suatu

karbohidrat

yang

terdapat

antara

lain

sdalam

buah

apel)

dan

garam-

garam bismuth serta alumunium.
C.

Spasmolitik, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang seringkali
mengakibatkan nyeri perut pada diare antara lain papaverin dan oksifenonium.
2.4.1 Diare epidemik

1.

Gastro-enteritis karena E.coli
Gastro-enteritis pada bayi seringkali menyebabkan penyebaran dengan mortalitas yang
tinggi. Penyebabnya adalah E.coli yang bersifat pathogen atau lazim disebut EnteroPathogenic Escherischia coli (EPEC). Kuman ini mempunyai serotip yang sangat bevariasi.



Patogenesis
EPEC merupakan sebagian dari keluarga E.coli yang merupakan penghuni normal
usus halus manusia. Kemudian, sebagian E.coli ini dapat menyebabkan diare pada manusia
dan hewan. Pada bayi EPEC ternyata dapat menyebabkan wabah diare dengan mortalitas
yang tinggi. Karena itu, jenis-jenisE.coli yang dapat menyebabkan diare adalah EPEC.
Kuman EPEC ini tidak menyerang mukosa usus, hanya bersarang dalam lumen usus. Diare
disebabkan oleh toksin yang dilepaskan oleh kuman ini dan menyebabkan sekresi usus, dapat
terjadi dehidrasi dan asidosis. Selain itu, diare karena EPEC seringkali disertai dengan
mengurangnya produksi dan aktivasi disakaridase, terutama laktase. Hal ini meningkatkan
diare kalau diberi susu dengan kadar laktosa yang tinggi. Keadaan ini sangat mempengaruhi
terapi dietik penyakit ini, yaitu kita harus memakai susu yang rendah kadar laktosanya.
Akibat defisiensi laktase, laktosa tidak dihancurkan dan tidak diserap. Karena itu,
laktosa terus ke kolon dan akibat fermentasi menjadi asam organik. Hal ini menambah
o