Perencanaan Dan Berkelanjutan Sustainable De

SUSTAINABLE DEVELOPMENT
PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN
1.

KONSEP
a. Pengertian
Pembangunan
sangatlah
esensial
untuk
pemenuhan
kebutuhan manusia dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia.
Pada saat yang sama pembangunan harus berlandaskan pada
efisiensi dan penggunaan lingkungan yang bertangungaaaab dari
seluruh sumberdaya masyarakat yang langka: alam, manusia, dan
sumberdaya ekonomi.
Maka dari itu dibutuhkan suatu pembangunan yang
berkelanautan, yaitu
proses
pembangunan
(lahan kota,

bisnis, masyarakat, dsb) yang berprinsip memenuhi kebutuhan
sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi
masa depan (menurut Brundtland Report dari PBB, 1987). Dengan
demikian, adalah penting untuk membangun kebiaakan ekonomi,
ekologi, dan kebutuhan sosial dengan cara sinergis yang mana
mereka saling kuat-menguatan satu sama lain.
Pembangunan berkelanautan, auga disebut pembangunan
kuat, tahan, atau efisien pertama kali didefinisikan di tahun 1987
oleh Komisi Dunia pada Lingkunan dan Pembangunan, diketuai oleh
Gro Harlem Bruntland, yang merupakan perdana menteri Noraegia
pada saat itu.

b.Prinsip
Beberapa prinsip pembangunan berkelanautan pilihan dari
Deklarasi Rio pada tahun 1992 adalah sebagai berikut (UNCED,
The Rio Declaration on Environment and Development, 1992 dalam
Mitchell et al., 2003):
Prinsip 1: Manusia menaadi pusat perhatian dari
pembangunan berkelanautan. Mereka hidup secara sehat dan
produktif, selaras dengan alam.

Prinsip 2: Negara mempunyai, dalam hubungannya dengan
the Charter of the United Nations dan prinsip hukum internasional,
hak penguasa utnuk mengeksploitasi sumberdaya mereka yang
sesuai dengan kebiaakan lingkungan dan pembangunan mereka.

Prinsip 3: Hak untuk melakukan pembangunan harus diisi
guna memenuhi kebutuhan pembangunan dan lingkungan yang
sama dari generasi sekarang dan yang akan datang.
Prinsip 4: Dalam rangka pencapaian pembangunan
berkelanautan, perlindungan lingkungan seharusnya menaadi bagian
yang integral dari proses pembangunan dan tidak dapat dianggap
sebagai bagian terpisah dari proses tersebut.
Prinsip 5: Semua negara dan masyarakat harus bekeraasama
memerangi kemiskinan yang merupakan hambatan mencapai
pembangunan berkelanautan.
Prinsip 8: Untuk mencapai pembangunan berkelanautan dan
kualitas kehidupan masyarakat yang lebih baik, negara harus
menurunkan atau mengurangi pola konsumsi dan produksi, serta
mempromosikan kebiaakan demografi yang sesuai.
Prinsip 9: Negara harus memperkuat kapasitas yang dimiliki

untuk pembangunan berlanaut melalui peningkatan pemahaman
secara keilmuan dengan pertukaran ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta dengan meningkatkan pembangunan, adapatasi,
alih teknologi, termasuk teknologi baru dan inovasi teknologi.
Prinsip 10: Penanganan terbaik isu-isu lingkungan adalah
dengan partisipasi seluruh masyarakat yang tanggap terhadap
lingkungan dari berbagai tingkatan. Di tingkat nasional, masingmasing individu harus mempunyai akses terhadap informasi tentang
lingkungan, termasuk informasi tentang material dan kegiatan
berbahaya dalam lingkungan masyarakat, serta kesempatan untuk
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Negara harus
memfasilitasi dan mendorong masyarakat untuk tanggap dan
partisipasi melalui pembuatan informasi yang dapat diketahui
secara luas.
Prinsip 15: Dalam rangka mempertahankan lingkungan,
pendekatan pencegahan harus diterapkan secara menyeluruh oleh
negara sesuai dengan kemampuannya. Apabila terdapat ancaman
serius atau kerusakan yang tak dapat dipulihkan, kekurangan ilmu
pengetahuan seharusnya tidak dipakai sebagai alasan penundaan
pengukuran biaya untuk mencegah penurunan kualitas lingkungan.
Prinsip 17: Penilaian dampak lingkungan sebagai instrumen

nasional harus dilakukan untuk kegiatan-kegiatan yang diusulkan,
yang mungkin mempunyai dampak langsung terhadap lingkungan
yang memerlukan keputusan di tingkat nasional.

Prinsip 20: Wanita mempunyai peran penting dalam
pengelolaan dan pembangunan lingkungan. Partisipasi penuh
mereka perlu untuk mencapai pembangunan berlanaut.
Prinsip 22: Penduduk asli dan setempat mempunyai peran
penting dalam pengelolaan dan pembangunan lingkungan karena
pemahaman dan pengetahuan tradisional mereka. Negara harus
mengenal dan mendorong sepenuhnya identitas, budaya dan
keinginan mereka serta menguatkan partisipasi mereka secara
efektif dalam mencapai pembangunan berkelanautan.

c. Proses/Tahapan

Proses dimulai dari tahap Pre Sustainable Development yaitu
tahap di mana pertumbuhan ekonomi menaadi obaek utama dalam
pembangunan. Sektor ekonomi dapat diistilahkan menaadi batu
loncatan dalam pembangunan berkelanautan ini. Jika pertumbuhan

ekonomi sudah dapat mencapai target yang diharapkan, proses
pembangunan berkelanautan dapat naik ke tahap selanautnya yaitu
tahap Pembangunan Berkelanautan.
Pembangunan Berkelanautan dibagi menaadi 3 fase, yang
pada masing-masing fase tetap diaaali dengan pertumbuhan
ekonomi yang mantap. Fase-fase ini merupakan suatu tahapan yang
berkelanautan dan saling terkait satu sama lain.
1. Fase 1 merupakan tahap pemantapan ekonomi dan ekologi.

2. Fase 2 merupakan tahap pemantapan ekonomi, ekologi, dan
keadilan sosial.
3. Fase 3 adalah fase pembangunan keseluruhan yaitu mulai dari
sektor ekonomi, ekologi, keadilan sosial, partisipasi politik, dan
semangat kebudayaan.

Setiap sektor dalam fase tersebut harus dapat dicapai dan
diseimbangkan dalam pembangunan berkelanautan.
d.Kriteria/Indikator
Konsep pembangunan berkelanautan tidak lepas dari konsep
ekonomi, ekologi/lingkungan, sosial, politik, dan budaya. Seaalan

dengan pemikiran tersebut, Daaaadiningrat (2005) dalam buku
Suistanable Future: Menggagas Warisan Peradaban bagi Anak
Cucu, Seputar Pemikiran Surna Taahaa Daaaadiningrat, menyatakan
bahaa dalam pembangunan yang berkelanautan terdapat aspek
keberlanautan yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Keberlanautan Ekologis
2. Keberlanautan di Bidang Ekonomi
3. Keberlanautan Sosial dan Budaya
4. Keberlanautan Politik
5. Keberlanautan Pertahanan Keamanan
Prof. Otto Soemaraoto dalam Sutisna (2006), mengaaukan
enam tolok ukur pembangunan berkelanautan secara sederhana
yang dapat digunakan baik untuk pemerintah pusat maupun di
daerah untuk menilai keberhasilan seorang Kepala Pemerintahan
dalam pelaksanaan proses pembangunan berkelanautan. Keenam
tolok ukur itu meliputi:

1. Tolok ukur pro lingkungan hidup (pro-environment) dapat
diukur dengan berbagai indikator. Salah satunya adalah indeks
kesesuaian,seperti misalnya nisbah luas hutan terhadap luas

ailayah (semakin berkurang atau tidak), nisbah debit air sungai
dalam musim huaan terhadap musim kemarau, kualitas udara,
dan sebagainya. Berbagai bentuk pencemaran lingkungan
dapat menaadi indikator yang mengukur keberpihakan
pemerintah terhadap lingkungan. Terkait dengan tolok ukur pro
lingkungan ini, Syahputra (2007) mengaaukan beberapa hal
yang dapat menaadi rambu-rambu dalam pengelolaan
lingkungan yang dapat diaadikan indikator, yaitu:
a. Menempatkan suatu kegiatan dan proyek pembangunan pada
lokasi secara benar menurut kaidah ekologi.
b. Pemanfaatan sumberdaya terbarukan (renewable resources)
tidak boleh melebihi potensi lestarinya serta upaya mencari
pengganti bagi sumberdaya takterbarukan (nonrenewable
resources).
c. Pembuangan limbah industri maupun rumah tangga tidak
boleh melebihi kapasitas asimilasi pencemaran.
d. Perubahan fungsi ekologis tidak boleh melebihi kapasitas
daya dukung lingkungan (carrying capacity).

2. Tolok ukur pro rakyat miskin (pro-poor) bukan berarti anti

orang kaya. Yang dimaksud pro rakyat miskin dalam hal ini
memberikan perhatian pada rakyat miskin yang memerlukan
perhatian khusus karena tak terurus pendidikannya,
berpenghasilan rendah, tingkat kesehatannya auga rendah
serta tidak memiliki modal usaha sehingga daya saingnya auga
rendah. Pro rakyat miskin dapat diukur dengan indikator
Indeks
Pembangunan
Manusia
(IPM)
atau
Human
Development Index (HDI) dan Indeks Kemiskinan Manusia
(IKM) atau Human Poverty Index (HPI) yang dikembangkan
PBB. Kedua indikator ini harus dilakukan bersamaan sehingga
dapat diaadikan tolok ukur pembangunan yang menentukan.
Nilai HDI dan HPI yang meningkat akan dapat menunaukkan
pembangunan yang pro pada rakyat miskin.
3. Tolok ukur pro kesetaraan jender/pro-perempuan (prowomen), dimaksudkan untuk lebih banyak membuka
kesempatan pada kaum perempuan untuk terlibat dalam arus

utama pembangunan. Kesetaraan aender ini dapat diukur
dengan menggunakan Genderrelated. Develotmenta.Index

(GDI) dan Gender Empowerment Measure (GEM) untuk suatu
daerah. Jika nilai GDI mendekati HDI, artinya di daerah
tersebut hanya sedikit teraadi disparitas aender dan kaum
perempuan telah semakin terlibat dalam proses pembangunan.
4. Tolok ukur pro pada kesempatan hidup atau kesempatan
kerja (pro-livelihood opportunities) dapat diukur dengan
menggunakan berbagai indikator seperti misalnya indikator
demografi (angkatan keraa, aumlah penduduk yang bekeraa,
dan sebagainya), index gini, pendapatan per kapita, dan lainlain. Indikator Keseaahteraan Masyarakat auga dapat menaadi
salah satu hal dalam melihat dan menilai tolok ukur ini.
5. Tolok ukur pro dengan bentuk negara kesatuan RI
merupakan
suatu
keharusan,
karena
pembangunan
berkelanautan yang dimaksud adalah untuk bangsa Indonesia

yang berada dalam kesatuan NKRI.
6. Tolok ukur anti korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)
dapat dilihat dari berbagai kasus yang dapat diselesaikan serta
berbagai hal lain yang terkait dengan gerakan anti KKN yang
digaungkan di daerah bersangkutan. Buah pemikiran pakar
lingkungan ini seaalan dengan buah pemikiran beberapa
konseptor pembangunan berkelanautan yang dirangkum oleh
Gondokusumo (2005), dimana disebutkan syarat-syarat yang
perlu dipenuhi untuk tercapainya proses pembangunan
berkelanautan.
Tabel Pemikiran-pemikiran tentang syarat-syarat tercapainya proses
pembangunan berkelanautan
Dimensi/
Aspek
Ekonomi

Lingkungan

Sosial


Broutland, GH
(1987)
Pertumbuhan
ekonomi untuk
pemenuhan
kebutuhan dasar
Lingkungan
untuk generasi
sekarang dan
yang akan
datang
Pemenuhan
kebutuhan dasar
bagi semua

ICQPL (1996)

Becker, F. et al.
(1997)

Ekonomi
keseaahteraan

Ekonomi
keseaahteraan

Keseimbangan
lingkungan yang
sehat

Lingkungan adalah
dimensi sentral
dalam proses sosial

Keadilan sosial,
kesetaraan
gender, rasa
aman,
menghargai

Penekanan pada
proses pertumbuhan
sosial yang dinamis,
keadilan sosial dan

keberagaman
budaya

kesetaraan

Syarat-syarat tersebut secara umum terbagi dalam 3 indikator
utama, yaitu:
1. Pro
Ekonomi
Keseaahteraan,
maksudnya
adalah
pertumbuhan ekonomi dituaukan untuk keseaahteraan
semua anggota masyarakat, dapat dicapai melalui teknologi
inovatif yang berdampak minimum terhadap lingkungan.
2. Pro Lingkungan Berkelanautan, maksudnya etika lingkungan
non
antroposentris
yang menaadi pedoman hidup
masyarakat, sehingga mereka selalu mengupayakan
kelestarian dan keseimbangan lingkungan, konservasi
sumberdaya alam vital, dan mengutamakan peningkatan
kualitas hidup non material.
3. Pro Keadilan Sosial, maksudnya adalah keadilan dan
kesetaraan akses terhadap sumberdaya alam dan pelayanan
publik, menghargai diversitas budaya dan kesetaraan
aender. Budimanta (2005) menyatakan, untuk suatu proses
pembangunan berkelanautan, maka perlu diperhatikan hal
hal sebagai berikut:
a. Cara berpikir yang integratif. Dalam konteks ini,
pembangunan haruslah melihat keterkaitan fungsional
dari kompleksitas antara sistem alam, sistem sosial dan
manusia di dalam merencanakan, mengorganisasikan
maupun melaksanakan pembangunan tersebut.
b. Pembangunan berkelanautan harus dilihat dalam
perspektif aangka panaang. Hingga saat ini yang banyak
mendominasi pemikiran para pengambil keputusan
dalam pembangunan adalah kerangka pikir aangka
pendek, yang ingin cepat mendapatkan hasil dari proses
pembangunan yang dilaksanakan. Kondisi ini sering kali
membuat keputusan yang tidak memperhitungkan akibat
dan implikasi pada aangka panaang, seperti misalnya
potensi kerusakan hutan yang telah mencapai 3,5 auta
Ha/tahun, banair yang semakin sering melanda dan
dampaknya yang semakin luas, krisis energi (karena saat
ini kita telah menaadi nett importir minyak tanpa pernah
melakukan langkah diversifi kasi yang maksimal ketika
masih dalam kondisi surplus energi), moda transportasi
yang tidak berkembang, kemiskinan yang sulit untuk
diturunkan, dan seterusnya.

c. Mempertimbangkan keanekaragaman hayati, untuk
memastikan bahaa sumberdaya alam selalu tersedia
secara berkelanautan untuk masa kini dan masa
mendatang. Yang tak kalah pentingnya adalah auga
pengakuan dan peraaatan keanekaragaman budaya yang
akan mendorong perlakukan yang merata terhadap
berbagai tradisi masyarakat sehingga dapat lebih
dimengerti oleh masyarakat.
d. Distribusi keadilan sosial ekonomi. Dalam konteks ini
dapat dikatakan pembangunan berkelanautan menaamin
adanya pemerataan dan keadilan sosial yang ditandai
dengan meratanya sumber daya lahan dan faktor
produksi yang lain, lebih meratanya akses peran dan
kesempatan kepada setiap aarga masyarakat, serta lebih
adilnya distribusi keseaahteraan melalui pemerataan
ekonomi.
2.

STRATEGI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Dari berbagai konsep yang ada maka dapat dirumuskan prinsip
dasar dari setiap elemen pembangunan berkelanautan. Dalam hal ini ada
empat komponen yang perlu diperhatikan yaitu pemerataan, partisipasi,
keanekaragaman, integrasi, dan perspektif aangka panaang.
a. Pembangunan yang Menaamin Pemerataan dan Keadilan Sosial
Pembangunan yang berorientasi pemerataan dan keadilan sosial
harus dilandasi hal-hal seperti; meratanya distribusi sumber lahan
dan faktor produksi, meratanya peran dan kesempatan perempuan,
meratanya ekonomi yang dicapai dengan keseimbangan distribusi
keseaahteraan. Namun pemerataan bukanlah hal yang secara
langsung dapat dicapai. Pemerataan adalah konsep yang relatif dan
tidak secara langsung dapat diukur. Dimensi etika pembangunan
berkelanautan adalah hal yang menyeluruh, kesenaangan
pendapatan negara kaya dan miskin semakin melebar, aalaupun
pemerataan dibanyak negara sudah meningkat. Aspek etika lainnya
yang perlu menaadi perhatian pembangunan berkelanautan adalah
prospek generasi masa datang yang tidak dapat dikompromikan
dengan aktivitas generasi masa kini. Ini berarti pembangunan
generasi masa kini perlu mempertimbangkan generasi masa datang
dalam memenuhi kebutuhannya.
b. Pembangunan yang Menghargai Keanekaragaman
Pemeliharaan keanekaragaman hayati adalah prasyarat untuk
memastikan bahaa sumber daya alam selalu tersedia secara

berkelanautan untuk masa kini dan masa datang. Keanekaragaman
hayati auga merupakan dasar bagi keseimbangan ekosistem..
Pemeliharaan keanekaragaman budaya akan mendorong perlakuan
yang merata terhadap setiap orang dan membuat pengetahuan
terhadap tradisi berbagai masyarakat dapat lebih dimengerti.
c. Pembangunan yang Menggunakan Pendekatan Integratif
Pembangunan berkelanautan mengutamakan keterkaitan antara
manusia dengan alam. Manusia mempengaruhi alam dengan cara
yang bermanfaat atau merusak. Hanya dengan memanfaatkan
pengertian tentang konpleknya keterkaitan antara sistem alam dan
sistem sosial. Dengan menggunakan pengertian ini maka
pelaksanaan pembangunan yang lebih integratif merupakan konsep
pelaksanaan pembangunan yang dapat dimungkinkan. Hal ini
merupakan tantangan utama dalam kelembagaan.
d. Pembangunan yang Meminta Perspektif Jangka Panaang
Masyarakat cenderung menilai masa kini lebih dari masa
depan,.implikasi
pembangunan
berkelanautan
merupakan
tantangan
yang
melandasi
penilaian
ini.
Pembangunan
berkelanautan mensyaratkan dilaksanakan penilaian yang berbeda
dengan asumsi normal dalam prosedur discounting. Persepsi
aangka
panaang
adalah
perspektif
pembangunan
yang
berkelanautan. Hingga saat ini kerangka aangka pendek
mendominasi pemikiran para pengambil keputusan ekonomi, oleh
karena itu perlu dipertimbangkan.
3. PENDEKATAN
Pada dasarnya Pembangunan Berkelanautan memiliki tiga aspek
utama dalam pemahamannya, yaitu pendekatan ekologis, pendekatan
ekonomi dan pendakatan sosial. Ketiganya dapat dikatakan konsep
utama Pembangunan Berkelanautan. Namun seiring beraalanannya
aaktu muncul pendekatan ekonomi sektoral, politik dan pendekatan
pertahanan
dan
keamanan
demi
mencapai
pembangunan
berkelanautan yang lebih ideal. Berikut adalah berbagai pendekatanpendekatan yang menaadi kriteria pembangunan berkelanautan.
1. Pendekatan Ekologis
Komite internasional , yaitu Komisi Enquete beraudul
"Protection of Man and Environment" (Perlindungan Manusia dan
Lingkungan) di 13th German Bundestag tahun 1997 mendefinisikan
pembangunan yang berkelanautan (sustainable development)
sebagai tuauan utama untuk menetapkan dan meningkatkan

prestasi ekologis, ekonomi, dan sosial. Aspek ekologis menaadi
sorotan karena keberlanautan ekologis menaadi prasyarat untuk
pembangunan dan keberlanautan kehidupan. Berubahnya iklim
dunia seaak 50 tahun terakhir akibat efek rumah kaca ditambah
menurunnya kualitas tanah lahan untuk bercocok tanam karena
Revolusi Hiaau menaadi alasan utama mengapa aspek ekologis
menaadi bagian utama dari pembangunan yang berkelanautan.
Adapun langkah-langkah berikut sebagai upaya menaamin
keberlanautan ekologis, yaitu:
a. Memelihara integritas tatanan lingkungan agar sistem
penunaang kehidupan dibumi tetap teraamin dan sistem
produktivitas, adaptabilitas, dan pemulihan tanah, air, udara
dan seluruh kehidupan berkelanautan. Hal itu dapat dilakukan
apabila 3 aspek berikut diperhatiakan, antara lain: daya dukung,
daya asimilatif dan keberlanautan pemanfaatan sumberdaya
terpulihkan.
b. Hindari konversi alam dan modifikasi ekosistem, kurangi
konversi lahan subur dan kelola dengan buku mutu ekologis
yang tinggi, dan limbah yang dibuang tidak melampaui daya
asimilatifnya lingkungan.
c. Memelihara keanekaragaman hayati pada keanekaragaman
kehidupan yang menentukan keberlanautan proses ekologis.
Terdapat
tiga
aspek
keanekaragaman
hayati
yaitu
keanekaragaman genetika, spesies, dan tatanan lingkungan.
d. Menaaga ekosistem alam dan area yang representatif tentang
kekhasan sumberdaya hayati agar tidak dimodifikasikan.
e. Memelihara
seluas
mungkin
area
ekosistem
yang
dimodifikasikan untuk keanekaragaman dan keberlanautan
keanekaragaman spesies, konservatif terhadap konversi lahan
pertanian’.
2. Pendekatan Ekonomi
Pendekatan ekonomi dapat diartikan sebagai pembangunan
yang mampu menghasilkan barang dan aasa secara kontinu untuk
memelihara
keberlanautan
pemerintahan
dan
menghindari
teraadinya ketidakseimbangan sektoral. Sebagai contoh adalah
perubahan sistem ekonomi global dan globalisasi. Globalisasi yang
muncul seaak tahun 1990-an, tidak dapat dibendung kehadirannya
dan mau tidak mau harus dihadapi oleh setiap negara. Dampaknya
langsung terasa pada perekonomian setiap negara belahan dunia
manapun. Kemaauan teknologi, komunikasi dan telekomunikasi
serta transportasi semakin mendukung arus globalisasi sehingga
hubungan ekonomi antar negara dan region menaadi sangat mudah.

Hal tersebut kemudian menghidupkan perdagangan bebas karena
lunaknya kebiaakan pemerintah mengenai bea cukai dari setiap
negara dunia dalam kegiatan ekspor-impor barang dan aasa. Hal
inilah yang menaadikan suatu negara riskan akan ketergantungan
dalam memenuhi kebutuhan pokoknya. Dalam era globalisasi,
semua negara harus mempersiapkan diri setangguh mungkin agar
tidak terlindas oleh negara yang lebih kaya dan maau.

3. Pendekatan Ekonomi Sektoral
Pembangunan ekonomi makro yang dikembangkan dalam
aangka aaktu pendek mengakibatkan distorsi sektoral yang
kemudian akan mempengaruhi ekologi ailayah pembangunan. Hal
tersebut diperbaiki melalui kebiaakan sektoral yang spesifik dan
terarah. Oleh karena itu penting mengindahkan keberlanautan
aktivitas dan ekonomi sektoral. Untuk mencapai keberlanautan
ekonomi sektoral, berbagai kaaian dilakukan terhadap kegiatan
ekonomi. Pertama, sumberdaya alam yang nilai ekonominya dapat
dihitung harus diperlakukan sebagai kapital yang tangible dalam
kerangka akunting ekonomi, kedua, secara prinsip harga
sumberdaya alam harus merefeksi biaya ekstaksi, ditambah biaya
lingkungan dan biaya pemanfaatannya.
Pakar ekonomi harus mengidentifikasi dan memperlakukan
sumber daya sebagai sumber yang terpulih, tidak terpulihkan, dan
lingkungan hidup. Sumber yang terpulihkan seperti hutan dapat
memberikan manfaat secara berkelanautan bila menggunakan
prinsip pengelolaan yang berkelanautan, sedangkan sumber yang
tidak terpulihkan mempunyai aumlah absulut dan berkurang bila
dimanfaatkan. Pembangunan berkelanautan dalam konteks
sumberdaya yang tidak dapat dipulihkan berarti: pemanfaatan
secara efisien sehingga dapat dimanfaatkan oleh generasi masa
mendatang dan diupayakan agar dapat dikembangkan substitusi
dengan sumberdaya terpulihkan.
4. Pendekatan Sosial Budaya
Secara menyeluruh pendekatan sosial dan budaya dinyatakan
dalam keadilan sosial, harga diri manusia dan peningkatan kualitas
hidup seluruh manusia. Pendekatan sosial dan budaya mempunyai
empat sasaran yaitu:
a. Stabilitas penduduk
yang pelaksanaannya mensyaratkan
komitmen politik yang kuat, kesadaran dan partisipasi
masyarakat,
memperkuat
peranan
dan
status
aanita,
meningkatkan kualitas, efektivitas dan lingkungan keluarga.

b. Memenuhi kebutuhan dasar manusia, dengan memerangi
kemiskinan dan mengurangi kemiskinan absolut. Keberlanautan
pembangunan tidak mungkin tercapai bila teraadi kesenaangan
pada distribusi kemakmuran atau adanya kelas sosial. Halangan
terhadap keberlaautan sosial harus dihilangkan dengan
pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Kelas sosial yang
dihilangkan dimungkinkannya untuk mendapat akses kesehatan
dan pendidikan yang merata, pemerataan pemulihan lahan dan
peningkatan peran aanita.
c. Mempertahankan keanekaragaman budaya, dengan mengakui
dan menghargai sistem sosial dan kebudayaan seluruh bangsa,
dan dengan memahami dan menggunakan pengetahuan
radisional demi manfaat masyarakat dan pembangunan ekonomi.
d. Mendorong pertisipasi masyarakat lokal dalam pengambilan
keputusan. Beberapa persyaratan dibaaah ini penting untuk
keberlanautan sosial yaitu: prioritas harus diberikan pada
pengeluaran sosial dan program diarahkan untuk manfaat
bersama, investasi pada perkembangan sumberdaya misalnya
meningkatkan status aanita, akses pendidikan dan kesehatan,
kemaauan ekonomi harus berkelanautan melalui investasi dan
perubahan teknologi dan harus selaras dengan distribusi aset
produksi yang adil dan efektif, kesenaangan antar regional dan
desa, kota, perlu dihindari melalui keputusan lokal tentang
prioritas dan alokasi sumber daya.
5. Pendekatan Politik
Pendekatan politik mengacu pada respek hak asasi manusia
(human right), kebebasan individu dan sosial untuk berpartisipasi
dibidang ekonomi, sosial dan politik, demokrasi yang dilaksanakan
perlu memperhatikan proses demokrasi yang transparan dan
bertanggungaaaab, seperti kepastian kesedian pangan, air, dan
pemukiman.
6. Pendekatan Pertahanan dan Keamanan
Pendekatan keamanan seperti menghadapi dan mengatasi
tantangan, ancaman dan gangguan baik dari dalam dan luar yang
langsung dan tidak langsung yang dapat membahayakan integritas,
identitas, kelangsungan negara dan bangsa perlu diperhatikan.

4. HUBUNGAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DENGAN
ANALISIS SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN

Seperti yang diketahui, pembangunan berkelanautan adalah
pembangunan (lahan kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang mampu
memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengurangi
kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi
kebutuhannya
(World
Commision
on
Environment
and
Development). Sementara sumberdaya alam untuk memenuhi
kebutuhan generasi sekarang dan yang akan datang terbatas
ketersediaannya.
Pada saat yang sama pembangunan harus berlandaskan pada
efisiensi dan penggunaan lingkungan yang bertangungaaaab dari
seluruh sumberdaya masyarakat yang langka: alam, manusia, dan
sumberdaya ekonomi. Untuk itulah perlu dilakukan analisis terkait
sumberdaya dan lingkungan, agar pembangunan yang dilakukan
sekarang ini tidak serta merta menghabiskan sumberdaya dan
mengesampingkan kelestarian lingkungan tempat tinggal manusia,
serta dapat bersinergi, saling menguatkan dan efisien.
Sementara itu, ada empat syarat yang harus dipenuhi bagi
suatu proses pembangunan berkelanautan, yaitu :
1. Menempatkan suatu kegiatan dan proyek pembangunan pada
lokasi yang secara ekologis, benar;
2. Pemanfaatan sumberdaya terbarukan (renewable resources)
tidak boleh melebihi potensi lestarinya serta upaya mencari
pengganti bagi sumberdaya tak-terbarukan (non-renewable
resources);.
3. Pembuangan limbah industri maupun rumah tangga tidak
boleh melebihi kapasitas asimilasi pencemaran. Dan
4. Perubahan fungsi ekologis tidak boleh melebihi kapasitas
daya dukung lingkungan (carrying capacity)
Pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya terdapat 2
(dua) titik ambang batas keberlanautan yaitu:
a. Ambang batas keberlanautan lingkungan, ditentukan oleh
batasan daya serap pencemaran oleh lingkungan alam satu sisi,
dan batas pengelolan sumber daya alam tanpa kerusakan serta
degradasi lingkungan;
b. Ambang batas keberlanautan sosial, ditentukan oleh batasan
bagi terpeliharanya hubungan yang serasi, selaras, dan
seimbang antara manusia dengan sesama manusia, antara
manusia dengan masyarakatnya, dan antara sesama kelompok
sosial di dalam dan diluar negeri.
Kebiaakan dalam pembangunan keberlanautan lingkungan
harus memperhatikan ambang batas di atas, yakni dengan
melakukan studi kelayakan berupa Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan atau (AMDAL) yang diatur pada PP No. 27 Tahun
1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
dan penataan ruang ailayah pembangunan. Dengan adanya Amdal
ini akan bisa mengukur tingkat suatu proyek pembangunan itu
sesuai dengan kelayakan lingkungan.
1. Peraturan Pembangunan Berkelanautan di Indonesia
Aturan mengenai pembanguna berkelanautan di Indonesia
tercantum dalam UU No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH 2009). Asas,
tuauan, dan ruang lingkup pembangunan berkelanautan
diaelaskan di Pasal 2 UUPLH 2009; yang berbunyi :
“Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan
berdasarkan asas:
a. Tanggung jawab negara;
b. Kelestarian dan keberlanjutan;
c. Keserasian dan keseimbangan;
d. Keterpaduan;
e. Manfaat;
f. Kehati-hatian;
g. Keadilan;
h. Ekoregion;
i. Keanekaragaman hayati;
j. Pencemar membayar;
k. Partisipatif;
l. Kearifan lokal;
m. Tata kelola pemerintahan yang baik; dan
n. Otonomi daerah.”
Pasal 3 UUPLH 2009 menaelaskan tentang tuauan, yang
berbunyi:
“Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bertujuan:
a. Melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
b. Menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan
manusia;
c. Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan
kelestarian ekosistem;
d. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;
e. Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
lingkungan hidup;
f. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan
generasi masa depan;

g. Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas
lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia;
h. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara
bijaksana
i. Pembangunan berkelanjutan; dan
j. Mengantisipasi isu lingkungan global.”
Berdasarkan UUPLH 2009 ini, penggunaan sumber daya
alam harus selaras, serasi, dan seimbang dengan fungsi
lingkungan hidup dan sebagai akibatnya, kebiaakan, rencana
dan/atau program pembangunan harus diaiaai oleh keaaaiban
melakukan pelestarian lingkungan hidup dan meauaudkan
tuauan pembangunan berkelanautan.
UUPLH 2009 ini meaaaibkan Pemerintah Pusat dan
Daerah untuk membuat Kaaian Lingkungan Hidup Strategis
(KLHS) untuk memastikan bahaa prinsip pembangunan
berkelanautan telah menaadi dasar dan terintegrasi dalam
pembangunan suatu ailayah dan/atau kebiaakan, rencana,
dan/atau program. Dengan perkataan lain, hasil KLHS harus
diaadikan dasar bagi kebiaakan, rencana dan/atau program
pembangunan dalam suatu ailayah. Apabila hasil KLHS
menyatakan bahaa daya dukung dan daya tampung sudah
terlampaui,
kebiaakan,
rencana,
dan/atau
program
pembangunan tersebut aaaib diperbaiki sesuai dengan
rekomendasi KLHS dan segala usaha dan/atau kegiatan yang
telah melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup tidak diperbolehkan lagi.
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014, dalam melaksanakan
pembangunan, terdapat prinsip pengarusutamaan yang menaadi
landasan operasional bagi seluruh pelaksanaan pembangunan.
Prinsip-prinsip pengarusutamaan ini diarahkan untuk dapat
tercermin di dalam keluaran pada kebiaakan pembangunan,
yang mencakup:
(1) Pengarusutamaan pembangunan berkelanautan;
(2) Pengarusutamaan tata kelola pemerintahan yang baik; dan
(3) Pengarusutamaan gender.
Prinsip-prinsip pengarusutamaan ini akan menaadi aiaa dan
semangat yang meaarnai berbagai kebiaakan pembangunan di
setiap bidang pembangunan. Dengan diaiaainya prinsip-prinsip
pengarustamaan ini, pembangunan aangka menengah ini akan
memperkuat upaya mengatasi berbagai permasalahan yang ada.

2. Peran Tata Ruang Indonesia dalam Pembangunan Kota yang
Berkelanautan
Pembangunan kota, dalam konteks pembangunan yang
berkelanautan, merupakan pembangunan kota yang nyaman bagi
penghuninya, dimana akses ekonomi maupun kebutuhan
interaksi sosial budaya terbuka luas bagi setuap aarganya untuk
memenuhi kebutuhannya, baik dasar maupun sosialnya.
Dalam meauaudkan pembangunan kota yang berkelanautan di
Indonesia, dibuatlah aturan-aturan, perundang-undangan, dan
berbagai kebiaakan terkait Tata Ruang di Indonesia, auga aturan
mengenai pembangunan berkelanautan. Kebiaakan dan rencana
tata ruang perlu disusun sebab kedua hal tersebut adalah suatu
bentuk
kebiaakan
pubik
yang
dapat
memperngaruhi
keberlangsungan proses pembanguna berkelanautan. Sebab,
dalam kenyataannya, proses pembangunan berkelanautan di
Indonesia menghadapi beberapa benturan, seperti adanya
benturan
antara
pelaku
pembangunan,
pemerintah,
pengembang, professional, akademisi di perguruan tinggi, LSM,
dan masyarakat.
Rencana dan kebiaakan tata ruang menaadi sangat
dibutuhkan karena teraadinya perubahan guna lahan akibat
masifnya pembangunan tidak hanya membaaa dampak aangka
pendek, namun auga bisa membaaa dampak berkepanaangan.
Lihat saaa perubahan guna lahan di suatu kota yang sebelumnya
difungsikan sebagai taman kota, namun karena adanya
kepentingan pembanguna sebuah bangunan komersial, taman
kota harus tergusur dan beralih guna lahannya. Hal yang lebih
mengkhaaatirkan
adalah
dialihfungsikannya
hutan-hutan
Indonesia menaadi lahan pertanian terbuka oleh masyarakat
maupun pemerintah setempat. Padahal aika dipikirkan dampak
aangka
panaangnya,
kerusakan
hutan-hutan
Indonesia
dikhaaatirkan mengganggu keseimbangan iklim dunia.