HAKEKAT Dan BIMBINGAN Dan konseling

HAKEKAT BIMBINGAN KONSELING
HAKEKAT BIMBINGAN KONSELING

1.

Pengertian Bimbingan dan Konseling

Secara kebahasaan istilah bimbingan dan konseling berasal dari bahasa Inggris yaitu “Guidance
and Counseling”.
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang yang ahli kepada
seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang
yang dibimbing mendapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan
memanfaatkan kekuatan individu yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma
yang berlaku.
Konseling adalah suatu proses memberi bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling
oleh seorang ahli (yang disebut konselor)kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah
(disebut klien)yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
2.
a)

Tujuan Bimbingan dan Konseling

Tujuan umum

Tujuan umum bimbingan dan konseling dengan mengikuti pada perkembangan konsepsi
bimbingan konseling pada dasarnya adalah untuk membantu individu memperkembangkan diri
secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan prediposisinya yang dimilikinya (seperti
latar belakang keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan positif
lingkungannya.b) Tujuan khusus
Tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran tujuan umum tersebut yang
dimaksudkan untuk membantu individu agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan
meliputi aspek pribadi sosial, belajar dan karier. Dan dikaitkan secara langsung dangan
permasalahan yang dialami individu yang bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas
permasalahannya itu.
3.

Persamaan dan Perbedaan bimbingan konseling

a) Hubungan antara bimbingan dan konseling
Menurut Mohamad Surya (1988), ada tiga pandangan mengenai hubungan antara bimbingan dan
konseling. Pandangan pertama berpendapat bahwa bimbingan sama dengan konseling. Kedua
istilah tidak mempunyai perbedaan yang mendasar.


Pandangan kedua berpendapat bahwa bimbingan berbeda dengan konseling, baik dasar maupun
cara kerja. Menurut pandangan kedua, bimbingan merupakan pendidikan sedangkan konseling
merupakan psikoterapi yaitu usaha untuk menolong individu yang mengalami masalah serius.
Pandangan ketiga berpendapat bahwa bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang
terpadu, keduanya tidak saling terpisah.Berkaitan dengan pandangan ketiga ini, Downing (1998);
Hansen, Stefic, dan Warner (1977) dalam Prayitno (1978), menyatakan bahwa bimbingan adalah
suatu pelayanan khusus yang terorganisasi dan terintegrasi ke dalam program sekolah untuk
menunjang kegiatan perkembangan siswa secara optimal, sedangkan konseling adalah usaha
pemberian bantuan kepada murid secara perorangan dalam mempelajari cara-cara baru guna
penyesuaian diri.
Moser dan Moser (dalam Prayitno, 1978:643) menyatakan bahwa di dalam keseluruhan
pelayanan bimbingan, konseling dianggap sebagai inti dari proses pemberian bantuan.
Mortesen dan Schmuller (1976:56) menyatakan bahwa konseling adalah jantung hatinya
program bimbingan.
b) Persamaan antara bimbingan dan konseling
Istilah bimbingan dan konseling pada dasarnya memiliki persamaan-persamaan tertentu.
Persamaan yang lebih jelas antara keduanya terletak pada tujuan yang hendak dicapai, yaitu
sama-sama berusaha untuk memandirikan individu, sama-sama diterapkan dalam program
persekolahan, sama-sama mengikuti norma-norma yang berlaku dilingkungan masyarakat tempat

kedua kegiatan itu diselenggarakan. Dengan kata lain, bimbingan itu merupakan satu kesatuan
dengan konseling yang mana konseling berada dalam kesatuan bimbingan tersebut.
c) Perbedaan antara bimbingan dan konseling
Perbedaan antara bimbingan dan konseling terletak pada segi isi kegiatan dan tenaga yang
menyelenggarakan.
Dari segi isi, bimbingan lebih banyak bersangkut paut dengan usaha pemberian informasi dan
dan kegiatan pengumpulan data tentang siswa dan lebih menekankan pada fungsi pencegahan,
sedangakan konseling merupakan bantuan yang dilakukan dalam pertemuan tatap muka antara
dua orang manusia yaitu antara konselor dan klien.
Dari segi tenaga, bimbingan dapat dilakukan oleh orang tua, guru, wali kelas, kepala sekolah,
orang dewasa lainnya. Namun, konseling hanya dapat dilakukan oleh tenaga-tenaga yang telah
terdidik dan terlatih.
Dengan kata lain, konseling merupakan bentuk khusus bimbingan yaitu layanan yang diberikan
oleh konselor kepada klien secara individu.
Bimbingan dan konseling berasal dari dua kata yaitu bimbingan dan konseling. Bimbingan
merupakan terjemahan dari guidance yang didalamnya terkandung beberapa makna. Sertzer &

Stone (1966:3) menemukakan bahwa guidance berasal kata guide yang mempunyai arti to
direct, pilot, manager, or steer (menunjukkan, menentukan, mengatur, atau
mengemudikan). Sesuai dengan istilahnya, maka bimbingan dan konseling dapat diartikan secara

umum sebagai suatu bantuan. Namun untuk pengertian sebenarnya, tidak setiap bantuan adalah
bimbingan.
Sedangkan konseling menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:105) adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor)
kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi klien.
Prinsip – prinsip bimbingan konseling yang akan dibahas adalah prinsip – prinsip umum yaitu :
1. Karena bimbingan itu berhubungan dengan sikap dan tingkah laku individu, perlulah
diingat bahwa sikap dan tingkah laku individu terbentuk dari segala aspek kepribadian
yang unik dan ruwet. Sikap dan tingkah laku individu bersumber dari aspek yang sangat
unik, maka perlu ditanamkan pada diri konselor bahwa setiap individu itu berbeda.
Seorang konselor tidak boleh menyamakan sikap dan tingkah laku semua kliennya
meskipun mungkin statusnya sama. Misalnya sama – sama peserta didik, sama – sama
laki – laki, sama masalah yang dihadapi, dan lain sebagainya.
2. Perlu dikenal dan dipahami perbedaan individual daripada individu – individu yang
dibimbing, ialah untuk memberikan bimbingan tepat sesuai dengan apa yang dibutuhkan
oleh individu yang bersangkutan. Seorang konselor harus benar – benar kenal dan paham
karakter dari kliennya. Jangan sampai seorang konselor memberikan bimbingan yang
tidak tepat pada seorang klien karena manusia itu unik. Berbeda setiap individu, berbeda
cara berfikir, dan juga berbeda dalam menghadapi suatu masalah. Perlu pengenalan yang

lebih dalam sebelum seorang konselor memberikan bimbingan kepada kliennya.
3. Bimbingan yang berpusat pada individu yang dibimbing. Konselor hendaknya
memberikan bimbingan terpusat terhadap kliennya. Hal ini dimaksudkan agar konselor
tidak membanding-bandingkan antara masalah klien satu dengan klien yang lain.
Kemungkinan klien- klien itu memang memiliki kesamaan masalah. Namun setiap klien
memiliki karakter yang berbeda. Maka dari itu hendaknya konselor memperhatikan
kliennya secara utuh.
4. Masalah yang tidak dapat diselesaikan di sekolah harus diserahkan kepada individu atau
lembaga yang mampu dan berwenang melakukannya. Dalam bimbingan kemungkinan
konselor tidak mampu menghadapi masalah. Sebagai konselor yang baik hendaknya ia
tidak tinggal diam. Namun konselor harus mencarikan alternatif jalan atas masalah yang
sedang dihadapi klien. Entah itu mengembalikan masalah ke klien setelah diberikan
beberapa bimbingan dan pengarahan, atau mungkin meminta bantuan pihak lain untuk
membantu. Sebagai contoh jika guru BK di sekolah tidak mampu menghadapi masalah
siswa. Hendaknya guru tersebut bersedia menghubungi orang tua siswa kemudian
berdiskusi bersama untuk mencari jalan keluar yang baik.
5. Bimbingan harus dimulai dengan identifikasi kebutuhan – kebutuhan yang dirasakan oleh
individu yang dibimbing. Bimbingan kepada klien tidak bisa asal diberikan. Sebelum
bimbingan dilakukan hendaknya konselor mengidentifikasi kondisi kebutuhan yang


6.

7.
8.
9.

diperlukan klien. Kebutuhan yang dimaksud tidak hanya kebutuhan lahiriah tapi juga
kebutuhan rohaniah. Seperti halnya mengetahui background dan keadaan psikis klien.
Bimbingan harus fleksibel sesuai dengan program pendidikan sekolah yang
bersangkutan. Bimbingan yang diberikan konselor kepada klien hendaknya disesuaikan
dengan program sekolah yang bersangkutan sehingga tidak terjadi tumpangtindih antar
keduanya.
Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh seorang petugas yang memiliki
keahlian dalam bidang bimbingan dan sanggup bekerjasama dengan para pembantunya
serta dapat dan bersedia mempergunakan sumber – sumber yang berguna diluar sekolah.
Untuk di sekolah biasanya bimbingan diberikan oleh seorang ahli bernama guru
Bimbingan konseling. Namun tidak mustahil jika dalam praktikknya guru Bimbingan
Konseling bekerjasama dengan wali kelas dan orangtua.
Terhadap program bimbingan harus senantiasa diadakan penilaian yang teratur untuk
mengetahui sampai dimana hasil dan manfaat yang diperoleh serta penyesuaian antara

pelaksanaan dan rencana yang dirumuskan terdahulu

Sumber:
Ahmad Ardian Firdaus ( Internet )
Mugiarso, Heru. Bimbingan dan Konseling. 2007. Semarang: UPT MKK Universitas Negeri
Semarang.
Marjohan, Erman Amti. Bimbingan dan Konseling. 1991. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan

Pengertian Bimbingan Konseling
1. Definisi Bimbingan
Dalam mendefinisikan istilah bimbingan, para ahli bidang bimbingan konseling memberikan
pengertian yang berbeda-beda. Meskipun demikian, pengertian yang mereka sajikan memiliki
satu kesamaan arti bahwa bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan.
Menurut Abu Ahmadi (1991: 1), bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada
individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara
optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna
menentukan rencana masa depan yang lebih baik. Hal senada juga dikemukakan oleh Prayitno
dan Erman Amti (2004: 99), Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, atau

orang dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri
dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat
dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Sementara Bimo Walgito (2004: 4-5), mendefinisikan bahwa bimbingan adalah bantuan atau
pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau

mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam
kehidupannya. Chiskolm dalam McDaniel, dalam Prayitno dan Erman Amti (1994: 94),
mengungkapkan bahwa bimbingan diadakan dalam rangka membantu setiap individu untuk lebih
mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri.
Read more: Pengertian Bimbingan Konseling

2. Definisi Konseling
Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antarab dua orang dalam
mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya,
menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri,
keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan
menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat.
Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan
kebutuhan-kebutuhan yang akan datang. (Tolbert, dalam Prayitno 2004 : 101).

Jones (Insano, 2004 : 11) menyebutkan bahwa konseling merupakan suatu hubungan profesional
antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individual
atau seorang-seorang, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang
untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup
hidupnya, sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya.

Pengertian Bimbingan Konseling
Dari semua pendapat di atas dapat dirumuskan dengan singkat bahwa Bimbingan Konseling
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling (face to face)
oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah
(disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta dapat
memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga individu atau
kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk mencapai perkembangan yang
optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang lebih baik untuk mencapai
kesejahteraan hidup.
Read more: Pengertian Bimbingan Konseling

1.

Pengertian Bimbingan


Bimbingan secara umum dapat diartikan sebagai bantuan. Namun, tidak semua bantuan adalah
bimbingan. Misalnya seorang kepala sekolah memberikan jawaban kepada para muridnya saat
ujian, supaya muridnya lulus, hal ini tentu saja “bantuan”, namun itu bukan bentuk bantuan
dalam arti “bimbingan”.

Bimbingan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik pria ataupun
wanita,yang telah terlatih dengan baik dan memiliki kepribadian danpendidikan yang memadai
kepada seorang dari semua usia, untuk membantunya mengatur kegiatan, keputusan sendiri dan
menanggung bebannya sendiri (Crow dan Crow, dalam Eman Amti 1992:2)
Ada pula yang berpendapat bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individuindividu dalam menentukan pilihan-pilihan dan mengadakan berbagai penyesuaian yang
bijaksana dengan lingkungan. Adapun tujuannya adalah untuk mengembangkan setiap individu
sesuai dengan kemampuannya (Jones dalam Djumhur dan M. Surya).
Pada prinsipnya bimbingan mengandung unsur pokok sbb:
1. Merupakan proses yang berkelanjutan. Bahwa bimbingan dilakukan secara sistematis,
disengaja, berencana, terus menerus, dan terarah kepada tujuan.
2. Merupakan pembantu individu.
3. Bisa diberikan kepada individu maupun kelompok.
4. Dapat diberikan kepada siapa saja.
5. Bertujuan agar seserang bisa mengembangkan diri secara optimal.

6. Adanya penggunaan media dan pendekatan pribadi.
7. Bimbingan dinerikan oleh orang-orang yang ahli.
8. Bimbingan hendaknya dilaksanakan sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
1. 2.

Pengertian Konseling

Kata Konseling berasal daribahasa latin consilium yang berarti dengan atau bersama yang
dirangkai dengan kata menerima atau memahami. Banyak para ahli yang merumuskan
pengertian konseling. Namun pada dasarnya konseling mengandung hal-hal pokok sbb:
1. Konseling melibatkan dua orang yang saling berinteraksi dan mengadakan komunikasi
langsung.
2. Interaksi antara klien dan konselor berlangsung dalam waktu yang relatif lama.
3. Tujuan hubungan konseling adalah terjadinya perubahan tingkah laku klien.
4. Model interaksi terbatas pada interaksi verbal antara klien dan konselor.
5. Merupakan proses yang dinamis
6. Didasari atas penghargaaan harkat dan martabat manusia.
Dengan demikian maka dapat dirumuskan bahwa konseling adalah suatu proses memberi
bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada
individu yang sedang mengalami suatu masalah (klien) yang bertujuan mengatasi masalah yang
dihadapi klien.
1. 3.

Tujuan Bimbingan Konseling

Tujuan Bimbingan Konseling meliputi:

1. Tujuan umum
Pada dasarnya tujuan Bimbingan Konseling secara umum adalahuntuk membantu individu
memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi
yang dimilikinya (seperti kemempuan dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada
(keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi), serta dengan tuntutan positif lingkungannya.
1. Tujuan khusus
Tujuan khusus Bimbingan Konseling merupakan penjabaran tujuan umum yang dikaitkan sengan
masalah individu yang bersangkutan sesuai dengan kompleksitas permasalahan yang dialami
individu tersebut.
1. 4.

Hubungan antara Bimbingan Dan Konseling

Hubungan antara bimbingan dan knselling adalah bahwa bimbingan dan koonseling mempunyai
peran untuk membantu individu, dalam hal ini bimbingan membantu individu atau kelompok
daalam prses perkembangannya, sedangkan konseling merupakan bantuan melaluai wawancara
konseling oleh konselor yang bertujuan mengatasi masalah-masalah klien, masalah yang
dihadapi seorang klien tersebut juga tentunya berpengaruh terhadap perkembangannya. Dengan
deemikian maka dapat dilihat hubungan antara Bimbingan dan Konseling.
1. 5.
Persamaaan dan Perbedaan Bimbingan dan Konseling
2. Persamaan
Istilah bimbingan dan konseling pada dasarnya memiliki persamaan-persamaan tertentu.
Persamaan yang lebih jelas terletak pad tujuan keduanya, yaitu sama-sama berusaha
memandirikan individu, diterapkan dalam prgram persekolahan, dan sama-sama mengikuti
norma-norma yang ada.
1. Perbedaan
Dari segi isi bimbingan lebih banyak bersangkut paut dengan usaha pemberian informasi dan
pengumpulan data siswa dan lebih menekankan pada pencegahan. Sedangkan Konseling lebih
kepada upaya untuk mengatasi masalah klien dengan cara tatap muka dengan konselor, yang
hanya dapat dilakukan orang-orang yang terdidik saja.
Daftar Pustaka

Mugiarso, Heru. 2007. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT MKK UNNES
http://www.Wikipedia.com

Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara
perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam
bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan
pendukung berdaarkan norma-norma yang berlaku (SK Mendikbud No. 025/D/1995)
Bimbingan dan konseling merupakan upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi
individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku yang efektif,
pengembangan

lingkungan,

dan

peningkatan

fungsi

atau

manfaat

individu

dalam

lingkungannya. Semua perubahan perilaku tersebut merupakan proses perkembangan individu,
yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat dan
produktif. Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang penting untuk
mengembangkan lingkungan, membangun interaksi dinamis antara individu dengan lingkungan,
membelajarkan individu untuk mengembangkan, merubah dan memperbaiki perilaku.
Bimbingan dan konseling bukanlah kegiatan pembelajaran dalam konteks

adegan

mengajar yang layaknya dilakukan guru sebagai pembelajaran bidang studi, melainkan layanan
ahli dalam konteks memandirikan peserta didik. (Naskah Akademik ABKIN, Penataan
Pendidikan Profesional Konselor dan Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur
Pendidikan Formal, 2007).
Merujuk pada UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebutan untuk guru
pembimbing dimantapkan menjadi ’Konselor.” Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan
nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru,
dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator dan instruktur (UU No. 20/2003, pasal 1
ayat 6). Pengakuan secara eksplisit dan kesejajaran posisi antara tenaga pendidik satu dengan
yang lainnya tidak menghilangkan arti bahwa setiap tenaga pendidik, termasuk konselor,
memiliki konteks tugas, ekspektasi kinerja, dan setting layanan spesifik yang mengandung
keunikan dan perbedaan.
Dasar pertimbangan atau pemikiran tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling
di Sekolah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum, undangundang atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya
memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugastugas perkembangannya secara optimal (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan
moral-spiritual).

Dalam konteks tersebut, hasil studi lapangan (2007) menunjukkan bahwa layanan
bimbingan dan konseling di Sekolah sangat dibutuhkan, karena banyaknya masalah peserta
didik di Sekolah, besarnya kebutuhan peserta didik akan pengarahan diri dalam memilih dan
mengambil keputusan, perlunya aturan yang memayungi layanan bimbingan dan konseling di
Sekolah, serta perbaikan tata kerja baik dalam aspek ketenagaan maupun manajemen.
Layanan bimbingan dan konseling diharapkan membantu peserta didik dalam
pengenalan diri, pengenalan lingkungan dan pengambilan keputusan, serta memberikan arahan
terhadap perkembangan peserta didik; tidak hanya untuk peserta didik yang bermasalah tetapi
untuk seluruh peserta didik. Layanan bimbingan dan konseling tidak terbatas pada peserta didik
tertentu atau yang perlu ‘dipanggil’ saja”, melainkan untuk seluruh peserta didik.
ke menu utama
Tujuan layanan bimbingan ialah agar siswa dapat :

1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya di
masa yang akan datang.

2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki peserta didik secara
optimal.

3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta
lingkungan kerjanya.

4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan
lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan untuk :

1. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkembangannya.
2. Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya,
3. Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian
tujuan tersebut

4. Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri.
5. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat
bekerja dan masyarakat.

6. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya.

7. Mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal.

Fungsi Bimbingan dan Konseling
1.

Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang membantu peserta didik (siswa) agar
memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan,
pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, siswa diharapkan mampu
mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

2.

Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa
mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya,
supaya tidak dialami oleh peserta didik. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan
kepada siswa tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang
membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah layanan orientasi,
informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada
para siswa dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan,
diantaranya : bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out,
dan pergaulan bebas (free sex).

3.

Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih proaktif dari fungsifungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif,

yang

Sekolah/Madrasah

memfasilitasi
lainnya

perkembangan

secara sinergi

siswa.

sebagai

Konselor

teamwork

dan

personel

berkolaborasi

atau

bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan
berkesinambungan

dalam

upaya

membantu

siswa

mencapai

tugas-tugas

perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah layanan
informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan
karyawisata.
4.

Fungsi Perbaikan (Penyembuhan), yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi
ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami
masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat
digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.

5.

Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa memilih kegiatan
ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau
jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam
melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam
maupun di luar lembaga pendidikan.

6.

Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala
Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan
terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan siswa (siswa).
Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai siswa, pembimbing/konselor
dapat membantu para guru dalam memperlakukan siswa secara tepat, baik dalam memilih
dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran,
maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan siswa.

7.

Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa (siswa) agar dapat
menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.

Keterlaksanaan dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling sangat ditentukan
oleh diwujudkannya asas-asas berikut.
1.

Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakanya
segenap data dan keterangan tentang peserta didik (konseli) yang menjadi sasaran
layanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang
lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua
data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.

2.

Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya
kesukaan dan kerelaan peserta didik (konseli) mengikuti/menjalani layanan/kegiatan yang
diperlukan baginya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban membina dan
mengembangkan kesukarelaan tersebut.

3.

Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta
didik (konseli) yang menjadi sasaran layanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpurapura, baik di dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam
menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan

dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban mengembangkan keterbukaan peserta
didik (konseli). Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan
adanya kesukarelaan pada diri peserta didik yang menjadi sasaran layanan/kegiatan. Agar
peserta didik dapat terbuka, guru pembimbing terlebih dahuu harus bersikap terbuka dan
tidak berpura-pura.
4.

Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik
(konseli)

yang

menjadi

sasaran

layanan

berpartisipasi

secara

aktif

di

dalam

penyelenggaraan layanan/kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru pembimbing perlu
mendorong peserta didik untuk aktif dalam setiap layanan/kegiatan bimbingan dan
konseling yang diperuntukan baginya.
5. Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum
bimbingan dan konseling, yakni: peserta didik (konseli) sebagai sasaran layanan bimbingan
dan konseling diharapkan menjadi siswa-siswa yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan
menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan
serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya mampu mengarahkan segenap
layanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi berkembangnya
kemandirian peserta didik.
6. Asas Kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek sasaran
layanan bimbingan dan konseling ialah permasalahan peserta didik (konseli) dalam
kondisinya sekarang. Layanan yang berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masa
lampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang
diperbuat sekarang.
7.

Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi
layanan terhadap sasaran layanan (konseli) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju,
tidak monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan
tahap perkembangannya dari waktu ke waktu.

8. Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing
maupun pihak lain, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara
guru pembimbing dan pihak-pihak yang berperan dalam penyelenggaraan pelayanan
bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap layanan/kegiatan
bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
9.

Asas Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh

bertentangan dengan nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan
peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah layanan
atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila isi dan
pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan norma yang dimaksudkan itu. Lebih jauh,
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat meningkatkan
kemampuan peserta didik (konseli) memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai dan
norma tersebut.
10. Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional.
Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah
tenaga yang benar-benar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru
pembimbing harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis layanan dan kegiatan
dan konseling maupun dalam penegakan kode etik bimbingan dan konseling.
11. Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara
tepat dan tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (konseli) mengalihtangankan
permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru pembimbing dapat menerima alih
tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain ; dan demikian pula guru
pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/praktik dan lainlain.

Kegiatan Pokok Bimbingan dan Konseling
Macam-macam layanan bimbingan dan konseling :
1. Layanan Orientasi
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien)
memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta didik, untuk
mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu.
2. Layanan Informasi
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) menerima

dan memahami berbagai informasi (seperti informasi pendidikan dan jabatan) yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan
peserta didik (klien).
3. Layanan Penempatan dan penyaluran
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien)
memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan dan
penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan,
magang, kegiatan ektrakulikuler) sesuai dengan potensi, bakat, minat erta kondisi
pribadinya.
4. Layanan pembelajaran
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien)
mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai meteri pelajaran
yang cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya, serta berbagai aspek tujuan dan
kegiatan belajar lainnya.
5. Layanan Konseling Individual
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien)
mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing
dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya.
6. Layanan Bimbingan Kelompok
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) secara
bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari nara sumber
tertentu (teruama dari guru pembimbing) dan/atau membahas secara bersama-ama pokok
bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjanguntuk

pemahaman dan

kehidupannya mereka sehari-hari dan/atau untuk pengembangan kemampuan sosial, baik
sebagai individu maupun sebagai pelajar, serta untuk pertimbangan dalam pengambilan
keputusan dan/atau tindakan tertentu.
7. Layanan Konseling Kelompok

Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien)
memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang
dialaminya melalui dinamika kelompok, masalah yang dibahas itu adalah maalah-masalah
pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok.

Kegiatan Pendukung diantaranya :
1. Aplikasi Instrumentasi
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk mengumpulkan data dan
keterangan tentang diri peserta didik (klien), keterangan tentang lingkungan peserta didik
dan lingkungan yang lebih luas. Pengumpulan data ini dapat dilakukan denagn berbagai
cara melalui instrumen baik tes maupun nontes.
2. Himpunan Data
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk menghimpun seluruh data dan
keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta didik (klien). Himpunan
data perlu dielenggarakan secara berkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu, dan
sifatnya tertutup.
3. Konferensi Kasus
Yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk membahas permasalahan yang
dialami oleh peserta didik (klien) dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai
pihak yang diharapkan dapat memberikan bahan, keterangan, kemudahan dan komitmen
bagi terentaskannya permasalahan tersebut. Pertemuan ini dalam rangka konferensi kasus
bersifat terbatas dan tertutup.
4. Kunjungan Rumah
Yaitu kegiatan pendukudng bimbingan dan konseling untuk memperoleh data, keteranang,
kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik (klien) melalui
kunjungan ke rumahnya. Kegiatan ini memerlukan kerjasama yang penuh dari orang tua
dan anggota keluarga klien yang lainnya.

5. Alih tangan kasus
Yaitu kegiatan pendukudng bimbingan dan konseling untuk mendapatkan penanganan yang
lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami peserta didik (klien) dengan memindahkan
penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lainnya. Kegiatan ini memerlukan kerjasama
yang erat dan amntap antara berbagi pihak yang dapat memberikan bantuan dan atas
penanganan masalah tersebut (terutama kerjasama dari ahli lain tempat kasus itu
dialihtangankan).

Kegiatan layanan dan pendukung bimbingan dan konseling ini, kesemuanya saling terkait
dan saling menunjang baik langsung maupun tidak langsung. Saling keterkaitan dan tunjang
menunjang antara layanan dan pendukung itu menyangkut pula fungsi-fungi yang diemban oleh
masing-masing layanan/kegiatan pendukung .

Fungsi Bimbingan Konseling
Posted by: marhenyantoz on: 21/03/2012
 In: Pendidikan
 Komentar Dimatikan
Fungsi Bimbingan dan Konseling adalah :

1.

2.

3.

4.

Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman
terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan
pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi
berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh
konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri
dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya.
Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok.
Beberapa masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli dalam rangka mencegah terjadinya
tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya : bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan
obat-obatan, drop out, dan pergaulan bebas (free sex).
Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi
lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang
memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi
sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan
secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas
perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial,
diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.

5.

6.

7.

8.
9.

10.
11.

Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat
dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek
pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial
teaching.
Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan
ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai
dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor
perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf,
konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat,
kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli,
pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam
memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun
menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli.
Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat
menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat
memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan
intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan
memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang
produktif dan normatif.
Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.
Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat
menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini
memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas
diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif
(pilihan) sesuai dengan minat konseling
Top of Form
Bottom of Form

Terdapat beberapa prinsip dasar yang dipandang sebagai fundasi atau landasan bagi pelayanan bimbingan. Prinsipprinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian pelayanan
bantuan atau bimbingan, baik di Sekolah/Madrasah maupun di luar Sekolah/Madrasah. Prinsip-prinsip itu adalah:

1.

2.

3.

4.
5.

Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua konseli. Prinsip ini berarti bahwa bimbingan
diberikan kepada semua konseli atau konseli, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah; baik
pria maupun wanita; baik anak-anak, remaja, maupun dewasa. Dalam hal ini pendekatan yang digunakan
dalam bimbingan lebih bersifat preventif dan pengembangan dari pada penyembuhan (kuratif); dan lebih
diutamakan teknik kelompok dari pada perseorangan (individual).
Bimbingan dan konseling sebagai proses individuasi. Setiap konseli bersifat unik (berbeda satu sama
lainnya), dan melalui bimbingan konseli dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya
tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi fokus sasaran bantuan adalah konseli, meskipun
pelayanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.
Bimbingan menekankan hal yang positif. Dalam kenyataan masih ada konseli yang memiliki persepsi
yang negatif terhadap bimbingan, karena bimbingan dipandang sebagai satu cara yang menekan aspirasi.
Sangat berbeda dengan pandangan tersebut, bimbingan sebenarnya merupakan proses bantuan yang
menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan merupakan cara untuk membangun pandangan
yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang.
Bimbingan dan konseling Merupakan Usaha Bersama. Bimbingan bukan hanya tugas atau tanggung
jawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala Sekolah/Madrasah sesuai dengan tugas dan peran
masing-masing. Mereka bekerja sebagai teamwork.
Pengambilan Keputusan Merupakan Hal yang Esensial dalam Bimbingan dan konseling.Bimbingan
diarahkan untuk membantu konseli agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Bimbingan
mempunyai peranan untuk memberikan informasi dan nasihat kepada konseli, yang itu semua sangat

6.

penting baginya dalam mengambil keputusan. Kehidupan konseli diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan
memfasilitasi konseli untuk memper-timbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui
pengambilan keputusan yang tepat. Kemampuan untuk membuat pilihan secara tepat bukan kemampuan
bawaan, tetapi kemampuan yang harus dikembangkan. Tujuan utama bimbingan adalah mengembangkan
kemampuan konseli untuk memecahkan masalahnya dan mengambil keputusan.
Bimbingan dan konseling Berlangsung dalam Berbagai Setting (Adegan) Kehidupan. Pemberian
pelayanan bimbingan tidak hanya berlangsung di Sekolah/Madrasah, tetapi juga di lingkungan keluarga,
perusahaan/industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya. Bidang
pelayanan bimbingan pun bersifat multi aspek, yaitu meliputi aspek pribadi, sosial, pendidikan, dan
pekerjaan.

Keterlaksanaan dan keberhasilan pelayanan bimbingan dan konseling sangat ditentukan oleh diwujudkannya asasasas berikut.

1.

2.
3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakanya segenap data dan
keterangan tentang konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang
tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh
memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin.
Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan
kerelaan konseli (konseli) mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan yang diperlu-kan baginya. Dalam hal ini
guru pembimbing berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.
Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli (konseli) yang
menjadi sasaran pelayanan/kegiatan bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan
keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang
berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban mengembangkan
keterbukaan konseli (konseli). Keterbukaan ini amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan
adanya kesukarelaan pada diri konseli yang menjadi sasaran pelayanan/kegiatan. Agar konseli dapat
terbuka, guru pembimbing terlebih dahulu harus bersikap terbuka dan tidak berpura-pura.
Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar konseli (konseli) yang menjadi
sasaran pelayanan berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan pelayanan/kegiatan bimbingan.
Dalam hal ini guru pembimbing perlu mendorong konseli untuk aktif dalam setiap pelayanan/kegiatan
bimbingan dan konseling yang diperuntukan baginya.
Asas kemandirian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menunjuk pada tujuan umum bimbingan dan
konseling, yakni: konseli (konseli) sebagai sasaran pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi
konseli-konseli yang mandiri dengan ciri-ciri mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya,
mampu mengambil keputusan, mengarahkan serta mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing hendaknya
mampu mengarahkan segenap pelayanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakannya bagi
berkembangnya kemandirian konseli.
Asas Kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek sasaran pelayanan
bimbingan dan konseling ialah permasalahan konseli (konseli) dalam kondisinya sekarang. Pelayanan yang
berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masa lampau pun” dilihat dampak dan/atau kaitannya dengan
kondisi yang ada dan apa yang diperbuat sekarang.
Asas Kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi pelayanan terhadap
sasaran pelayanan (konseli) yang sama kehendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus
berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangannya dari waktu ke
waktu.
Asas Keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai pelayanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain, saling
menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk ini kerja sama antara guru pembimbing dan pihak-pihak yang
berperan dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan.
Koordinasi segenap pelayanan/kegiatan bimbingan dan konseling itu harus dilaksanakan dengan sebaikbaiknya.
Asas Keharmonisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap pelayanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada dan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma
yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan
kebiasaan yang berlaku. Bukanlah pelayanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat
dipertanggungjawabkan apabila isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan norma yang
dimaksudkan itu. Lebih jauh, pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat

10.

11.

meningkatkan kemampuan konseli (konseli) memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai dan norma
tersebut.
Asas Keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para
pelaksana pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah tenaga yang benar-benar ahli
dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan guru pembimbing harus terwujud baik dalam
penyelenggaraan jenis-jenis pelayanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik
bimbingan dan konseling.
Asas Alih Tangan Kasus, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang
tidak mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling secara tepat dan tuntas atas suatu
permasalahan konseli (konseli) mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak yang lebih ahli. Guru
pembimbing dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau ahli lain ; dan demikian
pula guru pembimbing dapat mengalihtangankan kasus kepada guru mata pelajaran/praktik dan lain-lain.

Sumber : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/14/fungsi-prinsip-dan-asas-bimbingandan-konseling/

Tujuan Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Posted on 14 Maret 2008 by AKHMAD SUDRAJAT

T

ujuan pelayanan bimbingan ialah agar konseli dapat: (1) merencanakan kegiatan

penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa yang akan datang; (2)
mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; (3)
menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan
kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan
lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan untuk: (1)
mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkem-bangannya, (2) mengenal
dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya, (3) mengenal dan menentukan
tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut, (4) memahami dan
mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri (5) menggunakan kemampuannya untuk kepentingan
dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat, (6) menyesuaikan diri dengan
keadaan dan tuntutan dari lingkungannya; dan (7) mengembangkan segala potensi dan kekuatan
yang dimilikinya secara optimal.
Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu konseli agar dapat
mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (akademik),
dan karir.
1. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial konseli
adalah:

 Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan















ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi,
keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja,
maupun masyarakat pada umumnya.
Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling
menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.
Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fuktuatif antara
yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah),
serta dan mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama
yang dianut.
Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif,
baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fsik maupun
psikis.
Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat
Bersikap r