BAB I PENDAHULUAN I. 1. PENDAHULUAN - Peran Partai Boshelvik Dalam Revolusi 1917 Dibawah Pimpinan Vladimir Lenin

BAB I PENDAHULUAN

1. PENDAHULUAN I.

  Partai Boshelvik atau bolchinstvo adalah golongan terbesar Rusiayang menyetujui terbentuknya partai perjuangan untuk menentang kekuasaan Tsar dibawah pimpinan Vladimir Lenin. Golongan mayoritas Rusia yang mengatas namakan kaum tertindas dinegara tersebutmemiliki tujuan untuk mengambil tanah rakyat yang dirampas kaum bangsawan dan membagikannya kepada rakyat, juga menginginkan suatu perubahan secara menyeluruh dari sistem pemerintahan monarki absolut (Tsar) dengan jalan revolusi sosialis yang dicita-citakan oleh Vladimir Lenin menuju masyarakat komunis. Golongan ini mewakili kaum tertindas dan terasing dari hidupnya karena adanya penguasaan yang dilakukan oleh negara, tuan tanah (bangsawan) dan kaum borjuis (bangun atas) dari alat produksi yang seharusnya menjadi sumber kehidupan bagi kaum petani di Rusia. Dengan sistem feodalisme kuno yang masih berkembang di Rusia ini yang menyengsarakan rakyat, menimbulkan simpatik dari kaum terpelajar Rusia, kaum terpelajar ini nantinya bersama proletar untuk menumbangkan dominasi tsar. Oleh sebab itu,Partai boshelvik hadir menjadi mediator bagi kaum tertindas untuk melaksanakan revolusi, karena partai menjadi sarana untuk meruntuhkan feodalisme di Rusia.

  Meruntuhkan sistem pemerintahan Tsar di Rusia ini, harus dilakukan dengan Revolusi. Sebab revolusi menjadi jalan sebuah pertarungan kekuatan secara terbuka antara kekuatan sosial di dalam perjuangan untuk mengambil alih kekuasaan. Rusia sama halnya dengan Paris pada ketika terjadi pertentangan kelas yang berujung pada sebuah revolusi. Revolusi Bonaparte III untuk menjatuhkan dominasi kekuasaan Raja Louis Philip. Yang mana revolusi itu terjadi antara kaum aristokrasi pemilik modal, borjuis industri, kelas menengah, angkatan bersenjata, kaum petani kaya (kulak), kaum cendikiawan, kaum agama dan penduduk pedesaan berhadapan dengan para petani, para pekerja kota Paris dan sejumlah pemimpin sosial. Penguasaan atas SDA dan industialisasi yang dilakukan kaum bangsawan/borjuis terhadap petani maupun budakdemi membawa Rusia kearah yang lebih maju lagi dengan mereformasi sistem ekonomi melalui masuknya kapitalisme dilakukan oleh Kaisar tanpa memperdulikan nasib rakyat.

  Marx mengatakan bahwa sejarah perkembangan manusia adalah sejarah petentangan dan perjuangan kelas. Pertentangan kelas penindas dan kelas tertindas dimana ada penguasaan terhadap alat produksi dan adanya hak milik pribadi yang dilakukan oleh kelas penindas (kaum feodal, kaum bangsawan, kaum borjuis, dll) terhadap kaum tertindas (petani, buruh, mahasiswa, kaum miskin kota, dll). Oleh karenanya kaum tertindas berjuang untuk mengambilalih alat produksi yang telah dimonopoli oleh tuan-tuan tanah, tsar maupun kaum borjuis kapital.

  Kerajaan Rusia luasnya mencapai lebih dari 22.000.000 km persegi dengan penduduknya hampir berjumlah 170 juta orang ini mayoritas penduduknya adalah kaum tani. Republik Soviet atau Rusia adalah negara terbesar diantara 15 Republik Uni Soviet lainnya, yaitu Ukrania, Belarusia, Uzbekistan, Kazakstan, Georgia, Azarbeijan, Lithuania, Moldafia, Latvia, Kirgiztan, Tajikistan, Armenia, Turkmenia dan Estonia. Republik Rusia terbentang antara sebelah utara dekat kutub utara dan sampai pada samudera Arktika yang es-nya selalu membeku walaupun pada musim panas. Di sebelah barat Rusia berbatasan dengan Lautan Baltik, dan di sebelah timur terbentang sampai ke Laut Bering yang memisahkan

   antara Asia dan Amerika.

  Bersinarnya Kekaisaran (Tsar) di Rusia dimulai 1598 setelah kejatuhan Dinasti Rurik dan digantikan oleh Tsar Alexei Michael Romanov pada tahun 1613, Peter Yang Agung, Katerina, Paul I (anak Katerina yang pertama, dalam 5 tahun menjabat ia meninggal) dan digantikan oleh Alexander I (1801), Nicholas I 1 (1825), Alexander II (1861), Tsar Alexander III (1881) dan terakhir sampai

  Mikhailov, Nikolai, 15 Republik, Jakarta: Kedutaan Besar URSS, 1956. Hal. 7 Nicholas II. Dibawah kekuasaan Tsar masyarakat hidup dibawah tekanan Tsar maupun tuan tanah. Besarnya dominasi Tsar membuat Rusia tetap mempertahankan masyarakat agrarisnya yang didasarkan pada perbudakan. Menjelang pertengahan abad ke-19, hanya sekitar 8 sampai dengan 10 % dari 60 juta penduduk kekaisaran Rusia yang tinggal di kota. Didaerah pinggiran kota yang sangat luas, berjuta-juta petani-budak merasa terikat dengan kampung dan mengerjakan ladang tanah milik bangsawan atau negara secara bergantian, mereka

  

  bekerja hanya semata-mata meningkatkan hasil padi-padian. Dari 10 juta keluarga tani di Rusia, 3 ½ juta rumah tangga adalah petani yang tidak mempunyai alat produksi, mereka menanami hanya sebagaian kecil dari tanah mereka sisanya mereka harus menyerahkan sebagian hasil lagi kepada kaum kulak (petani kaya) dan mereka terpaksa mencari pekerjaan tambahan. Para kulak, justru sebaliknya, jumlah mereka sekitar 1 ½ juta dan memiliki 50 persen areal tanah.

  Menyebabkan terjadinya gelombang pemberontakan oleh kaum tani

  

  dikarenakan hal tersebut diatas, dimana, Tahun Peserta Pemberontakan Kaum Tani

  1835-1854 230 1855-1854 400

  1861

  54 Pemberotakan tidak merubah kenyataan bahwa kaum tani tertindas, sebab Tsar tidak mengindahkan nasib petani yang dirampas alat produksinya dan kaum tani kembali tunduk pada kekuasaan Tsar yang feodal itu. Didalam menjalankan roda pemerintahan Tsar tidak hanya memiliki kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif, tetapi Tsar merupakan pemilik negara yang berhak mengeksploitasi 2 sumber daya alam maupun manusia. Hal ini disebabkan kepercayaan Kristen

  Iran Bruhat, Sedjarah Sovjet Rusia, (Djakarta: Kebangsaan Pustaka Rakyat N. V. Djakarta, 3 1954), hal. 8-9

Alan woods(diunduh

15 Januari 2012 pukul 16.00)

  Ortodoks Rusia yang mengatakan bahwa Tsar adalah utusan Tuhan dimuka bumi, maka diharuskan memiliki kepatuhan terhadap ajaran agama Kristen Ortodoks dan rakyat dituntut untuk setia dan menghamba kepada Tsar. PemerintahanTsar sangat reaksioner dan bersifat otokratis. Tsar menggunakan cara-cara militer untuk mengepung massa yang melakukan pemberontakan sehingga mereka dapat dengan mudah dibubarkan.

  Tak heran, banyak yang menyebutkan bahwa petani di Rusia adalah budak bagi tuan tanahnya dibawah kepemerintahan Tsar. Tidak satu pun yang berani melakukan perlawanan, sebab dibawah dominasi Feodalisme yang menanamkan pemikiran bahwa Raja adalah utusan tuhan di dunia, sehingga kaum feodal dapat melegitimasikan pengaruhnya kepada rakyat, dengan demikian mereka tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan revolusi dikarenakan besarnya kekuatan kekaisaran dan besarnya pengaruh tuan tanah terhadap kaisar. Melihat keadaan itu menimbulkan pemikiran-pemikiran kritis dari golongan terpelajar untuk melakukan revolusi. Feodalisme itu mendorong adanya rasa persatuan, rasa kesadaran dari rakyat untuk merubah dan mengganti kekuasaan yang menyengsarakan itu.

  Maka, berbagai organisasi bermunculan untuk menghancurkan dominasi feodalisme di Rusia. Organisasi itu membentuk Serikat Buruh dan kemudian seiring berjalannya waktu membentuk Partai. Serikat Buruh pertama pada tahun 1857 bernama Serikat Buruh Rusia Bagian Selatan (hanya 8 bulan), pada 1878 bernama Serikat Buruh Rusia Barat Laut. Tuntutan serikat buruh ini adalah pengurangan jam kerja, dan kebebasan politik. Sama halnya dengan PBSDR sebelum akhirnya terpecah menjadi Partai Boshelvik dan Partai Menshevik. Berbagai pemberontakan dilakukan untuk meruntuhkan sistem feodal, sistem perhambaan ala rusia yang mirip dengan sistem perbudakan tersebut tetapi besarmya kekuasaan Tsar untuk meredam pemberontakan dilakukan dengan berbagai cara. Hingga akhirnya, Tsar Alexander II memaksakan suatu reformasi agraria yang seharusnya menjadi tuntutan kaum borjuis, ternyata diambil ahli oleh kekaisaran.

  Pemberontakan yang terjadi antara kaum penindas dan kaum tertindas, menimbulkan kekuatan baru yaitu golongan borjuasi. Inilah yang disebut Marx sebagai dialektika. Dikarenakan pemberontakan untuk meruntuhkan sistem feodalisme, menyebabkan Tsar melakukan reformasi. Reformasi agraria menyebabkan industrialisasi pun didorong dari atas oleh kekaisaran.

  Rusia menjelang abad ke-20 adalah gerbang terbukanya kapitalisme dengan mulai bermunculannya industrialisasi. Berkembangnya industrialisasi di Rusia yang mana pada tahun 1865-1890 jumlah pekerja di pabrik dan perusahaan kereta api melonjak dari 706.000 orang menjadi 1.433.00 orang kemudian meningkat pada tahun 1900 naik menjadi 2.792.000 dan pada tahun ini terdapat 269 perusahaan asing yang tersebar diseluruh Rusia yang awalnya hanya terdapat 16

  

  perusahaan saja pada tahun 1886 dan kebanyakan perusahaan dimiliki oleh pihak asing.Sejak kelahiran kaum buruh di Rusia telah terjerumus kedalam industri- industri termaju dengan konsentrasi kekuatan kaum pemodal dengan kondisi kerja kaum buruh yang menyedihkan yang mana upah buruh laki-laki adalah satu rubel per hari dan untuk buruh perempuan hanya setengah rubel. Hal tersebut menyebabkan terjadinya pemogokan dikalangan buruh dan dapat dilihat dari perkembangan gerakan buruh di Rusia.

   Peserta pemogokan dengan Isu Politik di Rusia:

  Tahun Peserta Pemogokan (dalam ribuan) 1903 87* 1904 25* 1905 1.843 1906 651 1907 540 1908

  93 4 1909

  8 5 Edy Haryadi, Lenin: Pikiran, Tindakan dan Ucapan Ken Budha Kusumandaru, Karl Marx, Revolusi dan Sosialisme: Sanggahan Terhadap franz

  Magnis –Suseno, Yogyakarta: Resist Book, Januari, 2006). Hal. 238

  1910

  4 1911

  8 1912 550 1913 502 1914 (semester pertama) 1059 1915 156 1916 310

  1917 (Januari-Februari) 575

  • termasuk pemogokan ekonomi

  Terlihat bahwa mereka yang tertindas semakin reaksioner dan kesadaran sosialnya telah terbangun dan semakin matang untuk terus melakukan pemogokan. Oleh karena itu diperlukan Partai untuk membangun dan membimbing para proletar (buruh, tani, kaum tertindas) untuk terus berjuang menentang sistem pemerintahan yang sangatberpihak pada pemilik modal.

  Dari perkembangan atau peran organisasi pada periode ini sebagai wadah untuk menggalang dan melakukan propaganda untuk melawan kekuatan feodal. Pasca kejatuhan Tsar nantinya akan memberikan harapan kepada kaum buruh, tani, masyarakat, mahasiswa, kaum miskin kota untuk menata sistem yang telah usang menjadi yang baru. Begitu juga terhadap perkembangan partai memberikan harapan baru bagi mereka yang tertindas oleh kaum bangsawan dan tuan tanah. Mereka para penguasa modal maupun tuan tanah ini juga menguasai negara. Kelas-kelas penghisap memerlukan kekuatan politik untuk kepentingan mempertahankan penghisapan, yaitu untuk kepentingan rakus segelintir minoritas terhadap mayoritas terbesar rakyat. Kelas-kelas terhisap juga memerlukan kekuasaan politik untuk kepentingan menghapus sepenuhnya segala penghisapan, yaitu untuk kepentingan mayoritas rakyat melawan segelintir minoritas pemilik

   6 budak modern (para tuan tanah dan para kapitalis). Jika tidak adanya partai maka

  V.I. Lenin, State and Revolution, copyright 1932 and 1943,International Publisher Co. Inc. PDF (diunduh pada 18 September 2012, pukul 12.38) kaum pemberontak (proletar) tidak mengerti dan memahami tujuan atau esensi dari keinginan mereka melakukan sebuah revolusi.

  Maka oleh Vladimir Lenin sebagai tokoh sosialis dan bapak komunis ini menganggap penting untuk mendirikan Partai Kelas Buruh, dimana partai ini nantinya akan berperan aktif dalam memberikan kesadaran sosial pada kelas buruh tentang penindasan dan bagaimana mengatasi serta merubahnya ke dalam masyarakat yang lebih baik, yaitu masyarakat sosialis dan akhirnya masyarakat komunis serta tugas yang tak terbantahkan dari semua pekerja dalam sebuah negara yang ada, terlepas dari kebangsaannya, untuk bersatu dalam satu organisasi, ia juga menekankan pada pentingnya pengharapan atas “hak untuk

   menentukan nasib sendiri.

  Penulis ingin mengungkapkan apa yang menjadi landasan berpikir V.I Lenin mengenai peran partai Boshelvik dalam revolusi. Apa dan bagaimana pemikiran V.I Lenin tentang tindakan sebuah partai didalam mencapai revolusi.

  Apakah benar pemikiran V.I Lenin berdampak besar terhadap negara Rusia. Sebagaimana yang dikatakannya, bahwa negara adalah Proletariat yang

  

terorganisir sebagai kelas yang berkuasa. Sedangkan revolusi menurut Lenin,

  diperlukan adanya strategi dan taktik revolusi berupa penyusupan-penyusupan kedalam birokrasi yang sedang memerintah, proses propaganda dan doktrinasi untuk melakukan perlawanan. Bagi penulis, terdapat ketertarikan untuk membahas permasalahan ini, yaitu ketika kondisi negara Rusia sedang mengalami pergolakan politik (dorongan menuju revolusi) dapat muncul suatu paham baru yang nantinya akan mengalahkan sistem pemerintahan yang sebelumnya dijalankan oleh Tsar juga pemerintahan sementara yang menggantikan Tsar. Apakah benar hal itu menjadi sebuah dorongan tersendiri sehingga menimbulkan revolusi. Fakta tersebut terlihat bertentangan dengan gejala umum kondisi negara- 7 negara di Eropa Barat yang pada awal abad ke-20 masih menerapkan sistem

  

Edy Haryadi, Lenin: Pikiran, Tindakan dan Ucapaan, Jakarta: Komunitas Study Untuk Perubahan, 2000, hal. 20 pemerintahan monarki. Dimana terdapat beberapa pokok pemikiran Vladimir

8 Lenin adalah :

  “Inti dari pemikiran Lenin terhadap teori Marxisme adalah pertama

  taktik dan strategi revolusi, kedua kediktatoran proletar, Ketiga administrasi

negara, Keempat peranan partai, Kelima taktik dan strategi partai komunis,

keenam doktrin kapitalis-imperialis”.

  Hal yang diungkapkan diatas menjadi menarik bagi penulis ketika Rusia berubah menjadi negara sosialis komunis setelah peristiwa Revolusi 1917 tersebut dan Lenin menjadi presiden dari URSS sehingga apa yang selama ini ia perjuangkan bisa menjadi kenyataan dan apa yang ia pikirkan dapat diaplikasikan dalam bentuk yang nyata. Sebuah prestasi yang mengagumkan karena dengan sebuah revolusi yang dijalankan Lenin dan para pengikutnya dapat mengubah sistem kenegaraan Rusia yang feodal dan konservatif dengan pusat pimpinan terletak pada Tsar menjadi Negara Sosialis yang memperjuangkan hak rakyat dengan lebih terbuka dan demokrat. Ditambah pula dengan berubahnya Rusia menjadi sebuah negara poros komunis sosialis yang pada prakteknya dipadu menjadi 100% komunis yang segalanya harus diatur oleh negara agar rakyat kecil (proletar) dapat merasakan semua hasil dari bumi dan negara yang dipijaknya.

  Hal-hal yang disebutkan diatas itulah yang membuat penulis tertarik dan berusahan untuk mengkajinya dalam sebuah penulisan Sejarah yang layak untuk dibaca dengan judul “Peran Partai Boshelvik dalam Revolusi 1917 dibawah Pimpinan Vladimir Lenin”. Skripsi ini adalah sebuah kajian mengenai pemikiran Vladimir Lenin tentang Peran Partai dalam Revolusi.

I.2. PERUMUSAN MASALAH

  Revolusi 1917di Rusia adalah buah dari terlaksananya teori revolusi Karl Marx yang berhasil diterapkan oleh Vladimir Lenin di negaranya. Hasil dari terlaksananya revolusi itu ternyata mempunyai pengaruh-pengaruha yang 8 signifikan terhadap penerapan teori sosialis Karl Marx. Salah satunya adalah

  Oejeng Soewargana dan Nugroho Notousanto, “Rentjana Peladjaran Terurai Tentang Komunisme”, Bandung: s. n. 1967, hal. 10 negara itu mencapai sebuah negara sosial dengan masyarakat komunis dimana tidak ada lagi pertentangan kelas sehingga masyarakat itu hidup berdasarkan kebutuhannya dan bekerja sesuai dengan kemampuannya. Namun di aspek lain telaksananya revolusi tersebut adalah bagaimana negara sosialisme harus menerima berbagai bentuk blokade dari negara-negara imperialis dunia, sehingga ruang gerak dengan negara luar yang berbeda ideologi menjadi sangat terbatas. Contohnya Cina dan saat ini adalah negara Korea Utara. Banyak pihak mengganggap bahwa revolusi yang terjadi di Rusia itu gagal, karena Rusia bukanlah sebuah negara yang tengah mencapai masa kapitalisme dan dimana negara Rusia masih didominasi oleh kaum petani dan mereka belum mampu mengorganisirkan diri kedalam partai, sehingga jika negara itu telah banyak kaum buruh seperti pada tahap kapitalisme baru dapat menjalankan sebuah revolusi sosial, seperti di negara Jerman, Paris yang dahulu dikatakan oleh Karl Marx.

  Hal ini bertolak belakang dengan fakta yang tengah terjadi di Rusia ketika Lenin menjadi tokoh revolusioner. Lenin tidak menentang teori revolusi Karl Marx, bahkan menurut Lenin teori Marx itu adalah ilmiah dan sangat tepat dijalankan di negara Rusia. Hanya saja teori Lenin lebih bersifat situasional dengan melihat keadaan kelas masyarakat Rusia adalah petani dan yang menguasai corak produksi di negara Rusia adalah kaum feodal-kapitalis. Dan Lenin melaksanakan teori revolusi Marx dengan mengolaborasikan petani-buruh untuk ambil bagian dalam perjuangan kelas sehingga terlaksana revolusi dan mendidik mereka untuk menjadi proletariat yang terorganisir dalam partai sehingga terjadi revolusi 1917.

  Berdasarkan pemaparan dari latar belakang diatas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah Peran Partai Boshelvik dalam Revolusi 1917 dibawah pimpinan

  Vladimir Lenin sudah berjalan atau menerapkan sesuai dengan Teori Revolusi Karl Marx?

  2. Bagaimana Vladimir Lenin selaku pemimpin Partai Boshelvik menjalankan konsep Revolusi melalui diktator proletariat dengan perantaraan partai?

  3. Mengapa Lenin membiaskan tradisi teorinya Marxis?

  4. Apa yang baru dari ajaran Vladimir Lenin?

I.3. PEMBATASAN MASALAH

  Pembatasan masalah merupakan usaha untuk menetapkan masalah dalam batasan penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah ini berguna untuk mengidentifikasi faktor-faktor mana saja yang termasuk ke dalam ruang lingkup penelitian ini. Adapun yang menjadi batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  a. Penelitian ini hanya membahas mengenai bagaimana proses revolusi 1917 pada masa pemerintahan Vladimir Lenin dan keterkaitan teori Marx.

  b. Penelitian ini hanya berkisar pada Peran Partai Boshelvik dalam revolusi 1917.

  c. Penelitian ini hanya membahas tentang dinamika dan konstelasi politik di Rusia pada pra revolusi sampai revolusi 1917.

  d. Penelitian ini hanya melihat revolusi dalam perspektif Lenin dan Marx.

I.4. TUJUAN PENELITIAN

  Tujuan penelitian ini adalah:

  1. Untuk mengetahui seberapa besar teori karl marx dijalankan oleh Partai Boshelvik pada revolusi 1917.

  2. Untuk mengetahui konsep pemikiran Vladimir Lenin tentang revolusi melalui diktator proletariat dengan perantaraan partai.

  3. Untuk mengetahui sebab Lenin membiaskan teori Marxis.

  4. Untuk melihat pembiasan penerapan konsep revolusi Lenin dengan Marx dan perbedaan Lenin dengan orang kiri lainnya.

I.5. SIGNIFIKANSI PENELITIAN

  Adapun yang diharapkan dari manfaat penelitian ini adalah :

  • Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanak kepustaan ilmu politik dan mengembangkan kemampuan dalam menulis karya ilmiah khususnya di bidang politik.
  • Secara teoritis penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang diharapkan dapat memberikan sumbangsi konsep dalam teori politik, terutama menyangkut pemikiran lenin dalam mencapai sebuah revolusi dengan mengikuti sertakan peran partai.
  • Secara praktis penelitian ini diharapkan mampu menjadi sebuah referensi bagi para peminat ilmu poltik terutama dalam melihat peran sebuah partai dalam revolusi dibawah seorang pemimpin.

I.6. KERANGKA TEORI

  Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, seorang penulis perlu menyusun kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari segi mana

  

  peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih. Karena salah satu unsur yang paling penting peranannya dalam penelitian adalah menyusun kerangka teori.

  Menurut Masri Singarimbun teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruksi dan proposi untuk menerapkan suatu fenomena social secara sistematis

  

  dengan merumuskan hubungan antar konsep. Sedangkan menurut FN Karlinger, teori adalah sebuah konsep atau konstruksi yang berhubungan dengan satu sama lain, suatu set dari proporsi yang mengandung suatu pandangan yang sistematis

   dan fenomena.

  6. 1. Teori Partai Politik

  Partai sebagai kekuatan politik adalah suatu gejala baru bagi semua negara di dunia ini. Usianya tidak lebih dari 1000 tahun. Istilah partai politik sendiri muncul pada abad ke Sembilan belas dengan semakin berkembangnya lembaga- 9 lembaga perwakilan dan meningkatnya frekuensi pemilu dan meluasnya hak

  Hadiri Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 10 1955), Hal. 40 11 Masri Singarimbun, & Sofian Effendi, Metode Penelitian Surve, (Jakarta: LP3ES, 1989), hal. 37.

  Joko Subagy, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Reineka Cipta, 1997), hal.

  20. mereka yang bias mengambil bagian dari pemilihan umum. Pada tahun 1850 tidak satu negara pun di dunia sudah memiliki partai politik dan bagi kebanyakan negara-negara jajahan, partai politik menarik perhatiannya karena partai politik bias menjadi kekuatan baru munculn mencita-citakan partai dan kepadanya para warga bergantung. Partai politik pertama kali lahir di negara-negara Eropa Barat. Hal ini di mulai dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan factor yang perlu diperhitungkan serta diikutsertakan dalam proses politik. Artinya, rakyat harus berpartisipasi dalam negara. Negara yang pertama kali membentuk partai

   politik adalah Inggris dan Prancis.

  Bagi Rusia sendiri kehidupan partai politik untuk pertama sekali dapat muncul pada tahun 1898 dengan nama partai Demokrasi-Sosial Rusia. Adanya partai politik dianggap sebagai suatu yang wajar-wajar saja, terutama dalam konteks nilai-nilai esensial demokrasi. Maka secara umum dapat dikatakan bahwa pengertian partai politik itu adalah akumulatif yang tersendiri dari pelaku-pelaku politik yang aktif dalam masyarakat yakni yang memutuskan peerhatiaanya kepada penguasaan pemerintahan dan yang bersaing untuk memperoleh dukungan rakyat.

  Menurut Sigmond Neuman

  Partai politik adalah organisasi dari aktivitas-aktivitas politik yang berusaha untuk menguasai pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan suatu golongan-golongan lain yang mempunyai

   pandangan yang berbeda-beda.

  Menurut Khirudin

  Partai politik adalah organisasi artikulatif yang terdiri atas pelaku-pelaku politik yang aktif dalam masyarakat, yaitu mereka yang memusatkan 12 perhatiannya pada persoalan kekuasaan pemerintahan dan bersaing guna Zakaria Taher, Dasar-dasar Ilmu Politik-Materi Pokok Pembekalan Politik, (Medan, 2006), hal. 13 29.

  Mariam Budiarjo, Demokrasi di Indonesia : Demokrasi Parlementer dan Demokrasi Pancasila, (Jakarta: PT GRAMEDIA, 1996), hal. 162 memperoleh dukungan rakyat untuk menempati kantung-kantung kekuasaan

   politik.

15 Menurut Carl J. Friedrich

  Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil serta materiil.

  Menurut Karl Marx

  Partai adalah instansi yang hanya sebagai koordinator gerakan-gerakan kaum buruh di seluruh dunia.

  Menurut Vladimir Lenin

  Partai, menurut lenin adalah “garda depan kaum proletar” (vanguard of the

  proletar). Sebagai garda depan, partai haruslah berdisplin tinggi dan

  tersentralisasi, serta secara terus menerus menyuntikan kesadaran sosialis ke

   dalam kaum buruh.

  Dengan defenisi tersebut, tujuan didirikannya partai politik adalah untuk menciptakan kehidupan politik.

   6. 2. Fungsi Partai Politik

  6.2.1. Partai Sebagai Sarana Komunikasi Politik

  Partai politik menjadi wadah dalam menyampaikan segala aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga aspirasi itu dapat menjadi suatu kebijakan umum yang dapat menjadi solusi atas berbagai permasalahan yang terjadi di masyarakat. 14

  6.2.2. Partai Sebagai Sarana Rekruitmen Politik Khoirudin, Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi Menakar Kinerja Partai Politik Era 15 Transisi di Indonesia, Yogyakarta, 2004, hal. 6 16 Mariam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT GRAMEDIA, Edisi Revisi, 2008), hal. 404 Saiful Arif dan Eko Prasetyo, Lenin Revolusi Oktober 1917 (Sanggahan Atas Pemikiran Franz 17 Magnis-Suseno), Yogyakarta : Resist Book, Agustus 2004, hal. 9

  Mariam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT GRAMEDIA, 1992), hal. 176

  Partai politik mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk turun aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai yang nantinya akan menjadi penerus tongkat estafet kepemimpinan partai.

  6.2.3. Partai Sebagai Sarana Sosialisasi Politik

  Partai politik merupakan suatu wadah dalam proses transformasi nilai- nilai politik kepada masyarakat. Dengan fungsi ini setiap orang atau individu memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik yang umumnya berlaku dalam masyarakat dimana ia berada.

  6.2.4. Partai Sebagai Sarana Pengatur Konflik

  Partai politik berfungsi untuk mengatasi berbagai perbedaan pendapat atau kepentingan yang nantinya dikhawatirkan akan menimbulkan perpecahan ditengah-tengah masyarakat. Partai politik akan berusaha menyelesaikan segala perbedaan untuk kepentingan nasional.

  6. 3. Tipologi Partai Politik

   Menurut Ichlasul Amal terdapat lima tipologi partai politik, yakni:

1. Partai Massa

  Muncul saat terjadi perluasan hak pilih rakyat sehingga dianggap sebagai respon politis dan organisasional bagi perluasan hak-hak pilih serta pendorong bagi perluasan lebih lanjut hak-hak pilih tersebut. Partai massa berorientasi pada basis penduduknya yang lebih luas misalnya, buruh, petani, dan kelompok agama, dan memiliki ideologi yang cukup jelas untuk memobilisasi massa serta mengembangkan organisasi yang cukup rapi untuk mencapai tujuan-tujuan ideologisnya.

  Bedasarkan Teknik menggorganisasikan partai, Partai massa memliki

  

  tiga tipe, yaitu:

a. Tipe Sosialis, yaitu teknik partai massa dikembangkan untuk

  18 membiayai pemilihan calon-calon dari kaum buruh, yang pada

  Amal Ichlasul (Eds), Teori-teori Mutakhit Partai Politik Edisi Revisi, Yogyakarta: Tiara Wacana 19 Yogyakarta, 1996, hal. 15 Maurice Duverger, Partai Politik dan Kelompok-Kelompok Penekan, Yogyakarta: PT. Bina Aksara, 1981. Hal 11- 16 massa itu sebagai kaum revolusioner dan karena itu tidak mungkin akan mendapatkan dukungan dari para bankir, kaum industriawan, kaum bisnis, ataupun pemilik tanah yang kaya. Idenya ialah untuk mendapatkan anggota sebanyak mungkin. Contohnya Partai Sosial Demokrasi Jerman.

  b. Tipe Komunis, yaitu lahir karena adanya perpecahan dalam partai- partai sosisalis, dipolakan menurut partai sosialis itu juga. Partai komunis adalah partai yang paling terorganisir dari partai-partai manapun juga. Ciri partai komunis ini ada dua, yakni, Pertama, kontak antara para anggota masyarakat yang paling dasar lebih erat dan lebih sering, Kedua, masalah pekerjaan mereka ataupun bisnis dapat menjadi bahan diskusi. Contoh Tipe partai ini adalah: Partai Komunis Soviet (Kaum Boshelvik).

2. Partai Kader Partai ini mengandalkan kader-kadernya yang loyal.

  Keangggotaannya dari golongan menengah keatas, partai ini lebih mementingkan displin anggotanya dan ketaatan dalam berorganisasi. Doktrin dan ideologi partai harus tetap terjamin kemurniannya. Bagi anggota yang menyeleweng akan dipecat keanggotaannya. Akibatnya, ideologi yang dianut partai ini adalah koservatisme ektrim atau maksimal reformis moderat.

   6. 4. Tipologi Sistem Kepartaian

6.4.1. Sistem Partai Tunggal

  Pola sistem kepartaian dimana hanya terdapat satu partai yang sangat dominan dibandingkan partai-partai lainnya. Pola ini diambil karena banyak negara-negara baru dihadapkan pada masalah bagaimana mengintegrasi berbagai golongan, suku bangsa dan lain-lain.

20 Mariam Budiarjo, Op. Cit, hal. 178

6.4.2. Pola kepartaian dimana hanya terdapat dua partai dalam suatu negara

  atau hanya dua partai yang sangat dominan dibandingkan oleh partai- partai politik yang ada. Pola ini akan melahirkan partai oposisi dan partai pemerintah. Sistem ini akan lebih baik bila diikuti dengan sistem distrik.

  Sistem Dwi-Partai 6.4.3.

  Pola kepartaian dimana terdapat lebih dari dua partai dalam suatu negara. Umumnya sistem partai ini sering terdapat di negara-negara yang majemuk (beraneka ragam). Dalam sistem kepartaian ini kecenderungan yang terjadi adalah koalisi untuk membentuk pemerintahan, sebab tidak ada partai yang dominan.

  Sistem Multy-Partai 6. 5. Klasifikasi Partai

   6.5.1.

  1. Partai Komprehensif

  Berdasarkan Sumber Dukungan Partai

  Suatu partai politik yang berorientasi pada pengikat yang berusaha mendapatkan suara sebanyak mungkin dari setiap warga Negara.

  2. Partai Sekretarian Partai-partai yang memakai kelas, daerah atau ideology sebagai daya tarik.

  6. 6. Teori Revolusi

  Revolusi adalah wujud perubahan sosial paling spektakuler, sebagai tanda perpecahan mendasar dalam proses historis dimana pembentukan ulang masyarakat dari dalam dan pembentukan ulang manusia. Revolusi menutup budaya lama dan membuka budaya baru yang bersifat humanis proletar. Revolusi dianggap menjadi jalan yang ditempuh proletar sebagai sebuah takdir sejarah pembebasan manusia. Pemikiran Karl Marx tentang revolusi merupakan kajian sebuah ideologi politik yang dicita-citakan Karl Marx untuk mencapai sosialisme menuju komunisme yang pada hakikatnya merupakan senjata moril kelas buruh, 21 Roy C. Maeridis, Sejarah, Fungsi dan Tipologi Partai-Partai, dalam Teori-Teori Mutakhir Partai

  Politik, (Ed), Dr. Ichlasul Amal, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1998), hal. 32 kelas tertindas dan bangsa-bangsa terjajah di muka bumi melawan keserakahan kaum kapitalis.

  Perjuangan kelas buruh dan kelas tertindas melawan kapitalis adalah suatu keniscayaan sejarah sebagai hukum perkembangan masyarakat yang digambarkan Marx. Untuk mengakhiri antaganonisme kelas ini harus ditempuh jalan melalui revolusi. Oleh sebab itu revolusi merupakan gerakan politik yang dimulai dari perebutan kekuasaan politik. Sistem masyarakat lama yang usang telah diganti dengan sistem baru, yang melepaskan penghisapan atas manusia dengan manusia lainnya, melahirkan manusia yang bermasyarakat, tidak membelenggu alam berpikir manusia dengan pemahanan yang berlebihan dimana alat produksi yang dikuasai Negara.Jalan yang mendorong revolusi adalah tenaga produktif dalam masyarakat kapitalisme yaitu kelas buruh sebagai tulang punggungnya, bertujuan untuk mencapai masyarakat baru yaitu sosialisme menuju komunisme. Kritik Marx terhadap kapitalisme didasarkan pada analisisnya terhadap teori nilai lebih dan upah, di mana terdapat nilai surplus pekerja yang dirampas dan dicuri oleh kelas pemilik modal. Kondisi tersebut menyebabkan lahirnya pertentangan antar kelas yang ditindas atau kelas proletar (kelas pekerja) dengan kelas yang menindas (borjuis).

  Masyarakat borjuis modern yang muncul dari keruntuhan masyarakat feodal tidak mendamaikan antagonisme kelas itu. Malah ia memunculkan kelas- kelas baru, kondisi baru untuk melakukan tekanan, bentuk-bentuk baru persaingan dengan menggantikan yang lama. Borjuis menempatkan negeri ditangan penguasa kota. Ia telah menciptakan kota-kota besar, yang telah banyak menambah penduduk kota dibanding penduduk pedesaan dan dengan demikian menyelamatkan keterbelakangan penduduk di pedesaan dari hubungan produksi feodal. Persis yang berlaku pada setiap negeri dengan ketergantungan pada kota, borjuis itu telah membuat pula negeri-negeri jajahan dan setengah jajahan, bangsa petani bergantung pada bangsa borjuis, timur pada barat. Senjata yang dipergunakan borjuis untuk menghancurkan feodalisme, ini dipergunakan untuk borjuis itu sendiri. Akan tetapi bukan borjuis itu saja mengumpulkan senjata untuk membunuh dirinya sendiri, ia juga membunuh orang-orang yang membuat senjata tersebut yakni kelas pekerja modern (proletar). Dengan perkembangan industri, proletar bukan saja bertambah jumlahnya, ia berkumpul dalam kumpulan yang tambah besar, kekuatannya berkembang dan ia merasakan kekuatannya yang bertambah itu pun memulai membentuk sebuah kombinasi disebut organisasi buruh melawan borjuis. Dimana-mana pertentangan kelas berkobar dan berkembang menjadi gerakan yang radikal.

  Tiga sumber dan tiga komponen Marxisme yang ditulis oleh V.I. Lenin

   (1913) .

6.6.1. Filsafat Materialisme

  Pemikiran Karl Marx banyak mengadopsi pemikiran filsuf sebelumnya salah satunya materialisme Feuerbach, tetapi tidak mengadopsi metodenya secara keseluruhan. Menurut feurbach, gerak dan perkembangan materi ditentukan oleh faktor luar (ekternal), sedangkan menurut Karl Marx, gerak dan perkembangan materi ditentukan oleh faktor dalam (intern) materi itu sendiri. Feuerbach juga berbeda dengan Hegel. Hegel menyatakan bahwa yang berkembang itu roh, tetapi Feuerbach yang berkembang yaitu materi yaitu kondisi alam dan sosial. Demikian juga Karl Marx mengadopsi Pemikiran Hegel tentang metode dialektika, tetapi tidak mengadopsi unsur dari pemikirannya yang idealisme. Dengan demikian Karl Marx bisa dikatakan sebagai seseorang yang jenius yang melahirkan buah pemikiran yang relevan dengan sebuah materi dan tindakan yang revolusioner. Ketiga pemikir itu merupakan pemikir terbesar pada zamannya, Hegel terkenal karena motode berpikir dialektikanya, Feuerbach terkenal dengan filsafat materialismenya, dan Karl Marx terkenal dengan Pemikiran Materialisme dialektikanya.

22 Artikel ini ditulis oleh Lenin untuk memperingati 30 tahun kematian Karl Marx dan

  

dipublikasikan dalam Prosveshcheniye (Pencerahan) No.3 tahun 1913-merupakan terbitan

bulanan kaum Bolshevik yang diterbitkan secara legal di St.Petersburg mulai bulan desember

1911-juni 1914.

6.6.2. Materialisme Dialektika Historis (Sejarah)

  Dalam hukum sejarah materialisme, marx menunujukan kemenanan sosialis atas revolusinya terhadap usaha-usaha kapitalis. Marx dengan menggunakan pendekatan filsafat, bersandar pada pemikiran bahwa tidak ada kekuatan lain yang dapat mengkondisikan kehidupan manusia kecuali manusia itu sendiri. Marx mengatakan bahwa cara produksi kapitalis dengan sendirinya menunjukan pada kehancurannya sendiri. Karena itu, dasar ekonomi Marx merupakan keniscayaan revolusi sosialis dan perwujudan masyarakat komunis

  

  tanpa kelas. Bagi kapitaisme itu sendiri, faktor produksi adalah upaya aktualisasi kehidupan manusia yang serta merta membutuhkan kekuatan, karena itu manusia

   bisa survive kalau mendapatkan modal hidup yang diolahnya.

  Hukum ini menurut Marx berkaitan dengan hukum perkembangan masyarakat yang ditentukan oleh bidang produksi. Bidang ekonomi adalah basis, sedangkan dua dimensi kehidupan masyarakat lainnya yaitu institusi-institusi sosial (terutama negara) dan bentuk-bentuk kesadaran sosial yang merupakan bangunan atas.

  Oleh karena itu, faktor penentu adalah basis, maka harus memerhatikan dahulu bidang ekonomi. Ciri yang menurut Karl Marx paling menentukan bagi semua bentuk ekonomi sampai sekarang adalah pemisahan antara para pemilik dan pekerja. Masyarakat terdiri dari kelas-kelas sosial yang membedakan diri satu sama lain berdasarkan kedudukan dan fungsi masing-masing dalam proses produksi. Pada garis besarnya (produksi masyarakat mendekati pola kapitalisme) kelas-kelas sosial termasuk kelas-kelas pemilik dan kelas-kelas tidak bermilik.Oleh karenanya, kelas bermilik (atas) begitu berkuasa dan dapat mengisap tenaga kerja para pekerja (bawah).Menurut Marx ciri khas semua pola 23 masyarakat sampai sekarang ialah, bahwa masyarakat dibagi dalam kelas-kelas

  Abd. Malik Haramain, dkk, Pemikiran-pemikiran revolusioner (Karl Marx, Antonio Gramsci, Anthony Giddens, Paulo Freire, Asghar Ali Enginer, Erich Fromm), Averroes Press: Pustaka Belajar, 24 Malang, 2001, hal. 8 Ibid hal. 10 atas dan bawah. Struktur ekonomitersusun sedemikian rupa dimana bangun atas hidup dari pengisapan tenaga kelas bawah.

  Negara menjadi alat kelas-kelas atas untuk menjamin keadaan mereka, jadi untuk seperlunya menindas usaha kelas-kelas bawah untuk membebaskan diri dari penghisapan kelas-kelas atas sedangkan “bangun atas idealis” istilah Marx bagi agama, filsafat, pandangan-pandangan moral, hukum dan lain sebagainya berfungsi untuk memberikan legitimasi pada hubungan kekuasaan itu. Jadi, Marx menolak paham bahwa negara mewakili kepentingan seluruh masyarakat. Negara dikuasai oleh dan berpihak kepada kelas-kelas atas, meskipun kadang-kadang juga menguntungkan kelas-kelas bawah. Walaupun dari pihak negara mengatakan ia adalah milik semua golongan dan bahwa kebijakannya demi kepentingan seluruh masyarakat, namun sebenarnya negara melindungi kepentingan kelas atas ekonomis. Maka negara menurut Marx termasuk lawan dari kelas atas. Dari negara mereka tidak dapat mengharapkan sesuatu yang baik. Seperti halnya negara, begitu pula agama, filsafat, pandangan tentang norma moral dan hukum dan sebagainya menurut Marx tidak mempunyai kebenaran pada dirinya sendiri, melainkan hanya berfungsi untuk melegitimasikan kepentingan kedudukan kelas atas untuk menguasai masyarakat. Maka bentuk-bentuk kesadaran sosial itu menurut kekhasannya masing-masing, mengemukakan sebagai baik baik seluruh masyarakat apa yang sebenarnya hanya baik bagi kelas-kelas atas. “Bangun atas ideologi” itu menciptakan kesan bahwa kesediaan masing-masing kelas untuk menerima kedudukannya dalam masyarakat adalah sesuatu yang baik dan rasional. Jadi, fungsinya ialah membuat kelas-kelas bawah bersedia untuk menerima kedudukan mereka sebagai kelas-kelas bawah.

  Dialektika yang dimaksud oleh Marx untuk mengungkapkan kelas ini adalah Bila tingkat produksi tadi yang diambil sebagai tesis, dan dimulai dengan tingkat feodalisme (ini merupakan tesis) maka anti-tesisnya adalah tingkat produksi borjuis atau kapitalisme dan sistesinya nati adalah tingkat produksi sosialisme. Demikian tesis golongan bangsawan (Abad Tengah) menimbulkan antitesisi golongan peminjam tanah, tetapi keduanya ini menumbuhkan sintesis golongan borjuis dan begitu seterusnya sampai pada masyarakat komunisme. Dengan demikian maka Marx melihat negara sebagai alat belaka dari kelas penguasa (berpunya) untuk menindas kelas yang dikuasai (tidak berpunya).

  Negara dan pemerintah identik dengan kelas penguasa, artinya dengan kelas berpunya, berturut-turut dalam sejarah umat manusia dikenal kelas pemilik buda, kelas bangsawan (tuan tanah), kelas borjuis. Soal hak dan kewajiban, kaum bermilik ini sekedar ucapan penghias bibir. Diaektika Marx mengungkapkan bahwa perkembangan masyarakat feodalisme ke masyarakat kapitalisme (borjuis) dan seterusnya ke masyarakat sosialisme merupakan suatu kelanjutan yang tidak dapat dielakkan. Tetapi ini tidak berarti bahwa manusia berdiam diri saja dengan menanti perkembangan itu berjalan dengan begaimana maunya. Kelas-kelas itu sendiri adalah kelas-kelas yang berjuang untk kelas-kelasnya, jadi manusia yang dilihat oleh Marx adalah manusia yang berbuat.

  Oleh sebab itu, maka revolusi digambarkan oleh Marx terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah revolusi yang dipelopori oleh golongan borjuis yang hendak menghancurkan feodal. Tahap Kedua adalah revolusi yang dilakukan oleh kelas pekerja dalam menghancurkan borjuis. Dengan lenyapnya kelas borjuis, fungsi pemerintah tidak lagi mempunyai sifat politi. Kelas pekerja yang memegang kekuasaan itu pun tidak lagi merupakam kelas, sehingga tidak ada kelas yang tertindas dan negara akan lenyap. Masing-masing orang melakukan kewajibannya sesuai dengan kesanggupannya. Oleh karena itu orang memberikan sumbangan sesuai dengan kesanggupannya.

  Dan Marx merumuskan Teori Materialisme historis menjadi sejarah perkembangan masyarakat untuk melakukan sebuah perubahan sosial yang fundamental melalui perjuangan kelas yang berujung pada revolusi sosial. Dalam pandangan Karl Marx dalam melihat Materialisme Historis yakni mengandung hal

  

  yang paling pokok yakni ;

25 Ernest Mandel. Tesis Tesis Pokok Marxisme. Resist Book, Yogyakarta 2006.

1) Kerja Produksi

  Untuk memenuhi kebutuhan materil, manusia diharuskan bekerja sehingga dapat memproduksi barang-barang. Barang-barang yang diproduksi merupakan sasaran kerja, dan untuk mencapai sasaran kerja itu dibutuhkan alat kerja, metode kerja, dan tenaga kerja. Dalam masyarakat kapitalisme, alat produksi dimiliki oleh kaum kapitalis (pemilik modal), sedangkan buruh bekerja berdasarkan sistem kerja upahan, di mana hasilnya seluruhnya menjadi milik kaum kapitalis. Dalam proses produksi manusia memerlukan dan mengadakan hubungan antara yang satu dengan yang lain. Hubungan itu disebut sebagai hubungan produksi yang ditentukan oleh pemilik alat produksi, kemudian keseluruhan hubungan produksi menentukan suatu sistem ekonomi masyrakat. Sistem ekonomi pada hakikatnya sebagai basis kehidupan masyarakat yang di atasnya berdiri bangunan atas.

  Basis adalah dasar kehidupan materil masyarakat, sedang bangunan atas adalah kehidupan spiritual masyarakat seperti sistem politik, hukum negara dan pemerintahan, kebudayaan, parpol, dan lain-lain. Bangunan atas inilah merupakan kesadaran masyarakat, sebagai pedoman berpikir dan berperilaku. Menurut Karl Marx bahwa sejarah perkembangan masyarakat hakikatnya adalah sejarah dari perubahan dan perkembangan proses produksi, yakni suatu perubahan terus- menerus tanpa henti manusia bekerja menciptakan barang-barang material untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mengenai sejarah, Marx menjelaskan bahwa sejarah adalah hasil perkembangan dan perubahan atas kerja manusia dalam memproduksi barang-barang material. Didalam mengurai sejarah perubahan dan perkembangan masyarakat, Marx terlebih dahulu mengurai mengenai hukum umum perkembangan masyarakat, selanjutnya dibahas basis dan bangunan atas, keadaan sosial menentukan kesadaran sosial, kelas dan perjuangan kelas serta negara dan revolusi. Materialisme historis adalah paham materialisme dialektika yang diterapkan dalam masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat terjadi sebuah perubahan dan perkembangan sistem sosial, yaitu komunal primitive, sistem perbudakan, sistem feodal, sistem sosial kapitalisme dan sistem sosial sosialisme dan berakhir berkembang dan berubah menjadi sistem sosial komunisme.

  2). Keadaan Sosial Menentukan Kesadaraan Sosial

  Karl Marx tegas menyatakan bahwa kesadaraan sosial itu dilahirkan oleh keadaan sosial. Kesadaran sosial yaitu ide, gagasan dan pikiran, yang ada pada manusia. Itu adalah merupakan realisasi dari interaksi antar manusia dalam kegiatannya memproduksi barang-barang material, atau dalam keadaan sosialnya atau dalam kehidupan riilnya.yang dimaksud dengan keadaan sosial ada tiga unsur yakni, keadaan alam, keadaan masyarakat dan corak produksi. Sedangkan yang paling mempengaruhi perubahan dan perkembangan masyarakat adalah factor corak produksi. Karena corak produksi ini sangat cepat berubah dan berkembang sesuai dengan tenaga tenaga produktif untuk melakukan sebuah perubahan yang fundamental terhadap sebuah sistem sosial masyarakat.

  3). Hukum Umum Perkembangan Masyarakat

  Manusia dan masyarakat hidup, berubah dan berkembang dari caranya mereka membuat barang-barang material untuk memnuhi kebutuhannya. Karena hal ini berlaku bagi seluruh umat manusia, maka dapat disimpulkan sebagai suatu hukum umum perkembangan masyarakat, atau mekanisme perubahan masyarakat. Ini merupakan suatu hukum obejektif dalam masyarakat, di luar kemampuan masyarakat dan terjadi tidak bisa dihindari dan tidak bisa ditolak oleh manusia dan oleh kekuatan apapun. Hukum umum perkembangan masyarakat itu dimulai dari proses pemenuhan kebutuhan pokok, yaitu proses mempertahankan dan melangsungkan hidup. Proses itu berlangsung secara objektif dan berlaku secara umum dalam sejarah perkembangan masyarakat. Sama halnya dengan masyarakat kapitalisme. jika kita melihat corak produksinya, maka akan tampak jelas penghisapan dan penindasan dalam sistem sosial tersebut. kelas buruh yang tidak memiliki alat produksi, harus menjual keringat dan tenaganya untuk dapat memenuhi kebutuhan materilnya. Sementara kapitalis yang menguasai alat produksi merampas nilai lebih kelas buruh secara besar-besar, yang membuat kelas buruh terasing dalam kehidupan masyarakat.

  4). Basis dan Bangunan Atas

  Basis adalah suatu sistem ekonomi. Factor-faktor dari sistem ekonomi yaitu pemilikan alat produksi, distribusi hasil produksi dan pertukaran hasil produksi. Dari ketiga factor tersebut maka yang paling mempengaruhi adalah pemilikan alat produksi. Adapun bangunan atas adalah suatu pencerminan dari

  

  basis. Bangunan atas dipengaruhi oleh kekuatan basis. Bangunan atas terdiri dari faktor ide dan faktor pelaksana ide (realisasikan ide). Namun yang paling penting dari kedua tersebut adalah faktor alat pelaksana idea tau alat realisasi ide, atau negara, karena negara mempunyai birokrasi, tentara, dan penjara.

  Marx menjelaskan secara keseluruhan hubungan produksi menentukan sistem ekonomi masyarakat. Basis menentukan bangunan atas kemudian melahirkan kesadaraan sosial. Cara produksi barang-barang materil untuk memenuhi kebutuhan hidup menentukan karakter kehidupan sosial, politik, spiritual. Bukan kesadaraan sosial yang menentukan keadaan sosial, tetapi keadaan sosial yang menentukan kesadaraan sosial. Sementara itu pengubahan bangunan atas itu menurut Karl Marx harus dengan jalan Perjuangan atau tepatnya melalui revolusi politik. sebab bangunan atas yaitu negara, kekuasaan politik, hukum, moral, dan ideologi, itu dicipta untuk melindungi basis, terutama sistem pemilikan alat-alat produksi. Dengan demikian basis harus dihancurkan untuk melahirkan sebuah sistem sosial yang baru. Paham pemikiran Karl Marx mengenai basis dan bangunan atas kemudian dikembangkan menjadi teori kelas dan perjuangan kelas.

  5). Kelas dan Perjuangan Kelas