Peran Partai Boshelvik Dalam Revolusi 1917 Dibawah Pimpinan Vladimir Lenin

(1)

PERAN PARTAI BOSHELVIK DALAM REVOLUSI 1917 DIBAWAH

PIMPINAN VLADIMIR LENIN

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Politik

Dosen Pembimbing : Drs. Tonny P. Situmorang, M.Si. Dosen Pembaca : Drs. Ahmad Taufan Damanik, M.A.

PUTRI KRISTINAWATI

090906038

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis penjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan anugerah-Nya, Skripsi yang berjudul “Peran Partai Boshelvik Dalam Revolusi 1917 Dibawah Pimpinan Vladimir Lenin” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat menempuh ujian akhir Strata-1, Jurusan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih juga tidak lupa penulis haturkan kepada :

1. Orang tua saya Ibu Ir. Rosetty Sitorus yang selalu memberikan semangat kepada saya baik secara moril maupun materi. Terima kasih sudah membesarkan saya.

2. Kepada kakak dan abang saya, Elizabeth Sihombing, S.P, Sri Yanti Lantika, S. P, Boyke, Jimmy Sihombing, Amd, yang selalu memberikan arahan kepada saya untuk bisa menjadi orang yang semakin dewasa dalam berpikir dan berprilaku. Dan keluargaku yang lainnya. Terima kasih keluargaku. Aku sayang kalian.

3. Terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Politik (FISIP) USU.

4. Terima kasih kepada Ibu Dra. T. Irmayani, M. Si selaku Ketua Departemen Ilmu Politik FISIP USU.

5. Penulis menucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Tonny P. Situmorang, M. Si selaku dosen pembimbing dan Drs. Ahmad Taufan Damanik, M. A selaku dosen pembaca untuk segala saran, kritik dan motivasi yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih atas bimbingannya.

6. Terima kasih teman-teman kepada FMN cabang Medan dan FMN Ranting, terkhusus kepada Che Rahmad, Kiki, Nico Demus, Halim, Kosner, Kennedy.

7. Terima kasih kepada Standy yang selalu memotivasi saya, Andreas Sianturi dan kepada seluruh teman-teman saya yang selalu mendukung


(3)

saya selama proses penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa saya ucapkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dalam pengumpulan data, pengolahan data, serta penyajiannya. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca walaupun masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih bagi semua pihak yang telah memberi bimbingan, masukan, bantuan dan dukungan selam proses pengerjaan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Medan, 10 Juni 2013


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

PUTRI KRISTINAWATI (090906038)

PERAN PARTAI BOSHELVIK DALAM REVOLUSI 1917 DIBAWAH PIMPINAN VLADIMIR LENIN

ABSTRAKSI

Partai politik merupakan suatu wadah baru yang muncul di sekitaran abad ke 19, untuk menunjang hak politik dan aspirasi setiap individu politik. Partai politik telah menjadi kekuatan untuk membebaskan diri dari genggaman kaum feodal dan menjadi komponen yang membentuk pemerintahan. Di Rusia, kehadiran partai politik menjadi sangat penting dalam membebaskan masyarakat Rusia dari kaum feodal dan kaum borjuis kapitalis. Sejak awal munculnya partai politik (Partai Boshelvik) telah membawa perubahan baik dalam pola, taktik dan strategi pergerakan politik Rusia. Munculnya kekuatan-kekuatan politik seperti Boshelvik dan Menshevik telah membawa perubahan bentuk kekuasaan yang dahulunya dikuasai sistem feodalisme dan kapitalisme untuk mencapai Negara Sosialis Rusia. Salah satu kekuatan politik yang cukup besar peranannya adalah Partai Boshelvik. Partai Boshelvik sebagai sebuah partai politik yang sangat berperan dan berpengaruh dalam pencapaian revolusi sosialis yang terjadi pada tahun 1917. Hal ini dapat dilihat dalam setiap pemberontakan untuk menentang sistem otokrasi kekaisaran Rusia dan menentang sistem borjuasi dan Pemerintahan Sementara yang menggantikan tsar setelah dilaksanakannya revolusi tahap awal sebagai jalan awal untuk meneruskan revolusi tahap kedua sehingga tercapai revolusi 1917 yaitu revolusi sosialis. Perannya dalam kedua revolusi ini dapat dilihat dalam meruntuhkan sistem feodalisme dan sistem kapitalisme yang tengah membudaya lamaRusia.

Dibawah pimpinan Vladimir Lenin, Peran Partai Boshelvik dalam masyarakat dan pemerintahan bukan hanya menghimpun massa yang banyak untuk melakukan pemberontakan. Namun, pada tulisan ini yang saya akan lihat adalah: Peran Partai Boshelvik pada masa sistem feodalisme, Partai Boshelvik dan kaum borjuis bersatu untuk melawan sistem otokrasi kuno Rusia yang telah menyengsarakan kaum petani yang memonopoli tanah mereka dan juga telah menyengsarakan kaum buruh, sedangkan masa sistem kapitalisme peran partai boshelvik adalah menggantikan kaum borjuis yang telah menjabat menggantikan otokrasi tsar untuk menuju revolusi sosialis (1917) agar tercipta masyarakat komunis yang bekerja sesuai dengan kemampuannya dan sesuai dengan kebutuhannya. Bersama dengan Lenin, Partai Boshelvik mampu menjadi cermin bagi negara-negara lain untuk dengan teguh menjalankan ideologi Marxisme sehingga dapat tercapainya revolusi 1917.


(5)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sekunder yang bersumber dari buku-buku dan internet. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu dengan menggambarkan, meringkaskan dari berbagai kondisi yang timbul pada objek penelitian kemudian ditafsirkan secara deskriptif. Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori materialisme dialektika dari Karl Marx, terutama yang berkaitan dengan teori revolusi.

Partai Politik, Revolusi, Vladimir Lenin


(6)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

PUTRI KRISTINAWATI (090906038)

PERAN PARTAI BOSHELVIK DALAM REVOLUSI 1917 DIBAWAH PIMPINAN VLADIMIR LENIN

ABSTRACT

Political parties are an emerging new container Area 19th century, to support the political right and the political aspirations of each individual. Political parties have become a force to free themselves from the grip of the feudal lords and the components that make up a rule. In Russia, the presence of political parties is essential in freeing Russia from the feudal society and capitalist bourgeoisie. Since the beginning of the emergence of political parties (party Boshelvik) has brought good changes in patterns, tactics and strategy of Russia's political movement. The emergence of such political forces and Mensheviks Boshelvik has brought changes in the form of power that was once controlled by the system of feudalism and capitalism to reach the Russian Socialist State. One political force is quite large role Boshelvik party. Boshelvik Party as a political party that was instrumental and influential in achieving a socialist revolution that occurred in 1917. It can be seen in any rebellion against the autocratic system of the Russian empire and oppose bourgeois system and the Provisional Government that replaced the Tsar after the implementation of the early stages of the revolution as the beginning of the second stage of the revolution to continue in order to reach the 1917 revolution the socialist revolution. His role in this revolution can be seen both in undermining the system of feudalism and capitalism system that was entrenched old Russia.

Under the leadership of Vladimir Lenin, the Party Boshelvik role of government in society and not just collect a lot of masses to insurrection. However, in this article I will look at is: The Role of Party Boshelvik during the feudal system, and the bourgeois Boshelvik Party united to fight against the autocratic system that has brought the ancient Russian peasant who monopolize their land and also had affected the workers, while the lifetime of the system boshelvik capitalism is replacing the role of the party that has served the bourgeoisie replaced the tsarist autocracy towards socialist revolution (1917) in order to create a communist society that works according to his ability, and according to his needs. Together with Lenin, the Party Boshelvik able to be a mirror for the other countries to the firm running the ideology of Marxism in order to achieve the 1917 revolution.

In this study, researchers used secondary data collection techniques are sourced from books and the internet. The method of analysis used in this study is


(7)

descriptive qualitative method is to describe, summarize the various conditions that arise from the research object then interpreted descriptively. Theory is used to explain these problems is the theory of dialectical materialism of Karl Marx, especially with regard to the theory of revolution.

Political Parties, Revolution, VladimirLenin


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...………..… i

ABSTRAKSI ………...… iii

DAFTAR ISI ………...………...… vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang ………...… 1

I.2. Perumusan Masalah ...……… 8

I.3. Pembatasan Masalah …....………...……… 10

I.4. Tujuan Penelitian ...……… 10

I.5. Signifikansi Penelitian ………...……… 10

I.6. KerangkaTeori ………....……… 11

I.6.1. Teori Partai Politik ………...… 11

I.6.1.1. Teori Partai Politik …………...……… 12

I.6.1.2. Fungsi Partai Politik …………...……… 13

I.6.1.3. Tipologi Partai Politik ……… 14

I.6.1.4. Tipologi Sistem Kepartaian ……… 15

I.6.1.5. Klasifikasi Partai …………...…………...…… 16

I.6.2. Teori Revolusi ...………...…… 16

I.6.2.1. Filsafat Materialisme ………...…… 18

I.6.2.2. Materialisme Dialektika Histori ………...…… 19

I.6.2.2.2. Keadaan Sosial Menentukan Kesadaran Sosial ... 23


(9)

I.6.2.2.3. Hukum Umum Perkembangan

Masyarakat …………... 23

I.6.2.2.4. Basis dan Bangun Atas ………...… 24

I.6.2.2.5. Kelas dan Perjuangan Kelas ……....… 24

I.6.2.2.6. Negara dan Revolusi ………...… 25

I.6.2.2.7. Peran Massa dan Pimpinan dalam Sejarah ...…………... 26

I.7. Metodologi Penelitian ………...………... 27

I.7.1. Jenis Penelitian ... 27

I.7.2. Teknik Pengumpulan Data ... 27

I.7.3. Teknik Analisa Data ... 28

I.7.4.Kerangka Konsep Kerja ... 30

I.8. Sistematika Penulisan ………...… 31

BAB II KETERKAITAN IDE DAN PRAKTEK LENIN ... 32

II.1. Biografi Vladimir Lenin ……... 32

II.2. Latar Belakang Pemikiran Vladimir Lenin ... 35

II. 2. 1. Tokoh yang Berpengaruh Terhadap Pemikiran Lenin ...………... 35

a. Karl Marx ………...… 35

b. Georgii Plekhanov………...… 36


(10)

II. 2. 2. Pokok-Pokok Pemikiran Vladimir Lenin ... 38

II.2.2.1. Kepercayaanatas Hukum Evolusi Sejarah Umat Manusia ...…………... 38

II.2.2.2. Kaum Proletar-Petani kecil sebagai pilar Revolusi Sosialis ……...…… 39

II.2.2.3. Tugas Partai dan Sifat Kepemimpinannya 42

II.3. Kondisi Masyarakat Rusia, Lahirnya Partai di Rusia, Partai Boshelvik dan Ide-ide Lenin ……… 48

BAB III ANALISIS PENELITIAN ... 64

III.1. Revolusi Februari 1917 ...……… 84

III.2. Revolusi Oktober 1917 ... 90

III.3. Pasca Revolusi, Menjelang Meninggalnya Lenin dan Melemahnya Partai ...………… 99

BAB IV PENUTUP ... 110

IV.1. Kesimpulan ...……… 110


(11)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

PUTRI KRISTINAWATI (090906038)

PERAN PARTAI BOSHELVIK DALAM REVOLUSI 1917 DIBAWAH PIMPINAN VLADIMIR LENIN

ABSTRAKSI

Partai politik merupakan suatu wadah baru yang muncul di sekitaran abad ke 19, untuk menunjang hak politik dan aspirasi setiap individu politik. Partai politik telah menjadi kekuatan untuk membebaskan diri dari genggaman kaum feodal dan menjadi komponen yang membentuk pemerintahan. Di Rusia, kehadiran partai politik menjadi sangat penting dalam membebaskan masyarakat Rusia dari kaum feodal dan kaum borjuis kapitalis. Sejak awal munculnya partai politik (Partai Boshelvik) telah membawa perubahan baik dalam pola, taktik dan strategi pergerakan politik Rusia. Munculnya kekuatan-kekuatan politik seperti Boshelvik dan Menshevik telah membawa perubahan bentuk kekuasaan yang dahulunya dikuasai sistem feodalisme dan kapitalisme untuk mencapai Negara Sosialis Rusia. Salah satu kekuatan politik yang cukup besar peranannya adalah Partai Boshelvik. Partai Boshelvik sebagai sebuah partai politik yang sangat berperan dan berpengaruh dalam pencapaian revolusi sosialis yang terjadi pada tahun 1917. Hal ini dapat dilihat dalam setiap pemberontakan untuk menentang sistem otokrasi kekaisaran Rusia dan menentang sistem borjuasi dan Pemerintahan Sementara yang menggantikan tsar setelah dilaksanakannya revolusi tahap awal sebagai jalan awal untuk meneruskan revolusi tahap kedua sehingga tercapai revolusi 1917 yaitu revolusi sosialis. Perannya dalam kedua revolusi ini dapat dilihat dalam meruntuhkan sistem feodalisme dan sistem kapitalisme yang tengah membudaya lamaRusia.

Dibawah pimpinan Vladimir Lenin, Peran Partai Boshelvik dalam masyarakat dan pemerintahan bukan hanya menghimpun massa yang banyak untuk melakukan pemberontakan. Namun, pada tulisan ini yang saya akan lihat adalah: Peran Partai Boshelvik pada masa sistem feodalisme, Partai Boshelvik dan kaum borjuis bersatu untuk melawan sistem otokrasi kuno Rusia yang telah menyengsarakan kaum petani yang memonopoli tanah mereka dan juga telah menyengsarakan kaum buruh, sedangkan masa sistem kapitalisme peran partai boshelvik adalah menggantikan kaum borjuis yang telah menjabat menggantikan otokrasi tsar untuk menuju revolusi sosialis (1917) agar tercipta masyarakat komunis yang bekerja sesuai dengan kemampuannya dan sesuai dengan kebutuhannya. Bersama dengan Lenin, Partai Boshelvik mampu menjadi cermin bagi negara-negara lain untuk dengan teguh menjalankan ideologi Marxisme sehingga dapat tercapainya revolusi 1917.


(12)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sekunder yang bersumber dari buku-buku dan internet. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu dengan menggambarkan, meringkaskan dari berbagai kondisi yang timbul pada objek penelitian kemudian ditafsirkan secara deskriptif. Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori materialisme dialektika dari Karl Marx, terutama yang berkaitan dengan teori revolusi.

Partai Politik, Revolusi, Vladimir Lenin


(13)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

PUTRI KRISTINAWATI (090906038)

PERAN PARTAI BOSHELVIK DALAM REVOLUSI 1917 DIBAWAH PIMPINAN VLADIMIR LENIN

ABSTRACT

Political parties are an emerging new container Area 19th century, to support the political right and the political aspirations of each individual. Political parties have become a force to free themselves from the grip of the feudal lords and the components that make up a rule. In Russia, the presence of political parties is essential in freeing Russia from the feudal society and capitalist bourgeoisie. Since the beginning of the emergence of political parties (party Boshelvik) has brought good changes in patterns, tactics and strategy of Russia's political movement. The emergence of such political forces and Mensheviks Boshelvik has brought changes in the form of power that was once controlled by the system of feudalism and capitalism to reach the Russian Socialist State. One political force is quite large role Boshelvik party. Boshelvik Party as a political party that was instrumental and influential in achieving a socialist revolution that occurred in 1917. It can be seen in any rebellion against the autocratic system of the Russian empire and oppose bourgeois system and the Provisional Government that replaced the Tsar after the implementation of the early stages of the revolution as the beginning of the second stage of the revolution to continue in order to reach the 1917 revolution the socialist revolution. His role in this revolution can be seen both in undermining the system of feudalism and capitalism system that was entrenched old Russia.

Under the leadership of Vladimir Lenin, the Party Boshelvik role of government in society and not just collect a lot of masses to insurrection. However, in this article I will look at is: The Role of Party Boshelvik during the feudal system, and the bourgeois Boshelvik Party united to fight against the autocratic system that has brought the ancient Russian peasant who monopolize their land and also had affected the workers, while the lifetime of the system boshelvik capitalism is replacing the role of the party that has served the bourgeoisie replaced the tsarist autocracy towards socialist revolution (1917) in order to create a communist society that works according to his ability, and according to his needs. Together with Lenin, the Party Boshelvik able to be a mirror for the other countries to the firm running the ideology of Marxism in order to achieve the 1917 revolution.

In this study, researchers used secondary data collection techniques are sourced from books and the internet. The method of analysis used in this study is


(14)

descriptive qualitative method is to describe, summarize the various conditions that arise from the research object then interpreted descriptively. Theory is used to explain these problems is the theory of dialectical materialism of Karl Marx, especially with regard to the theory of revolution.

Political Parties, Revolution, VladimirLenin


(15)

BAB I PENDAHULUAN

I. 1. PENDAHULUAN

Partai Boshelvik atau bolchinstvo adalah golongan terbesar Rusiayang menyetujui terbentuknya partai perjuangan untuk menentang kekuasaan Tsar dibawah pimpinan Vladimir Lenin. Golongan mayoritas Rusia yang mengatas namakan kaum tertindas dinegara tersebutmemiliki tujuan untuk mengambil tanah rakyat yang dirampas kaum bangsawan dan membagikannya kepada rakyat, juga menginginkan suatu perubahan secara menyeluruh dari sistem pemerintahan monarki absolut (Tsar) dengan jalan revolusi sosialis yang dicita-citakan oleh Vladimir Lenin menuju masyarakat komunis. Golongan ini mewakili kaum tertindas dan terasing dari hidupnya karena adanya penguasaan yang dilakukan oleh negara, tuan tanah (bangsawan) dan kaum borjuis (bangun atas) dari alat produksi yang seharusnya menjadi sumber kehidupan bagi kaum petani di Rusia. Dengan sistem feodalisme kuno yang masih berkembang di Rusia ini yang menyengsarakan rakyat, menimbulkan simpatik dari kaum terpelajar Rusia, kaum terpelajar ini nantinya bersama proletar untuk menumbangkan dominasi tsar. Oleh sebab itu,Partai boshelvik hadir menjadi mediator bagi kaum tertindas untuk melaksanakan revolusi, karena partai menjadi sarana untuk meruntuhkan feodalisme di Rusia.

Meruntuhkan sistem pemerintahan Tsar di Rusia ini, harus dilakukan dengan Revolusi. Sebab revolusi menjadi jalan sebuah pertarungan kekuatan secara terbuka antara kekuatan sosial di dalam perjuangan untuk mengambil alih kekuasaan. Rusia sama halnya dengan Paris pada ketika terjadi pertentangan kelas yang berujung pada sebuah revolusi. Revolusi Bonaparte III untuk menjatuhkan dominasi kekuasaan Raja Louis Philip. Yang mana revolusi itu terjadi antara kaum aristokrasi pemilik modal, borjuis industri, kelas menengah, angkatan bersenjata, kaum petani kaya (kulak), kaum cendikiawan, kaum agama dan


(16)

penduduk pedesaan berhadapan dengan para petani, para pekerja kota Paris dan sejumlah pemimpin sosial. Penguasaan atas SDA dan industialisasi yang dilakukan kaum bangsawan/borjuis terhadap petani maupun budakdemi membawa Rusia kearah yang lebih maju lagi dengan mereformasi sistem ekonomi melalui masuknya kapitalisme dilakukan oleh Kaisar tanpa memperdulikan nasib rakyat.

Marx mengatakan bahwa sejarah perkembangan manusia adalah sejarah petentangan dan perjuangan kelas. Pertentangan kelas penindas dan kelas tertindas dimana ada penguasaan terhadap alat produksi dan adanya hak milik pribadi yang dilakukan oleh kelas penindas (kaum feodal, kaum bangsawan, kaum borjuis, dll) terhadap kaum tertindas (petani, buruh, mahasiswa, kaum miskin kota, dll). Oleh karenanya kaum tertindas berjuang untuk mengambilalih alat produksi yang telah dimonopoli oleh tuan-tuan tanah, tsar maupun kaum borjuis kapital.

Kerajaan Rusia luasnya mencapai lebih dari 22.000.000 km persegi dengan penduduknya hampir berjumlah 170 juta orang ini mayoritas penduduknya adalah kaum tani. Republik Soviet atau Rusia adalah negara terbesar diantara 15 Republik Uni Soviet lainnya, yaitu Ukrania, Belarusia, Uzbekistan, Kazakstan, Georgia, Azarbeijan, Lithuania, Moldafia, Latvia, Kirgiztan, Tajikistan, Armenia, Turkmenia dan Estonia. Republik Rusia terbentang antara sebelah utara dekat kutub utara dan sampai pada samudera Arktika yang es-nya selalu membeku walaupun pada musim panas. Di sebelah barat Rusia berbatasan dengan Lautan Baltik, dan di sebelah timur terbentang sampai ke Laut Bering yang memisahkan antara Asia dan Amerika.1

Bersinarnya Kekaisaran (Tsar) di Rusia dimulai 1598 setelah kejatuhan Dinasti Rurik dan digantikan oleh Tsar Alexei Michael Romanov pada tahun 1613, Peter Yang Agung, Katerina, Paul I (anak Katerina yang pertama, dalam 5 tahun menjabat ia meninggal) dan digantikan oleh Alexander I (1801), Nicholas I (1825), Alexander II (1861), Tsar Alexander III (1881) dan terakhir sampai

1


(17)

Nicholas II. Dibawah kekuasaan Tsar masyarakat hidup dibawah tekanan Tsar maupun tuan tanah. Besarnya dominasi Tsar membuat Rusia tetap mempertahankan masyarakat agrarisnya yang didasarkan pada perbudakan. Menjelang pertengahan abad ke-19, hanya sekitar 8 sampai dengan 10 % dari 60 juta penduduk kekaisaran Rusia yang tinggal di kota. Didaerah pinggiran kota yang sangat luas, berjuta-juta petani-budak merasa terikat dengan kampung dan mengerjakan ladang tanah milik bangsawan atau negara secara bergantian, mereka bekerja hanya semata-mata meningkatkan hasil padi-padian.2

Menyebabkan terjadinya gelombang pemberontakan oleh kaum tani dikarenakan hal tersebut diatas, dimana,

Dari 10 juta keluarga tani di Rusia, 3 ½ juta rumah tangga adalah petani yang tidak mempunyai alat produksi, mereka menanami hanya sebagaian kecil dari tanah mereka sisanya mereka harus menyerahkan sebagian hasil lagi kepada kaum kulak (petani kaya) dan mereka terpaksa mencari pekerjaan tambahan. Para kulak, justru sebaliknya, jumlah mereka sekitar 1 ½ juta dan memiliki 50 persen areal tanah.

3

Tahun Peserta Pemberontakan Kaum Tani

1835-1854 230

1855-1854 400

1861 54

Pemberotakan tidak merubah kenyataan bahwa kaum tani tertindas, sebab Tsar tidak mengindahkan nasib petani yang dirampas alat produksinya dan kaum tani kembali tunduk pada kekuasaan Tsar yang feodal itu. Didalam menjalankan roda pemerintahan Tsar tidak hanya memiliki kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif, tetapi Tsar merupakan pemilik negara yang berhak mengeksploitasi sumber daya alam maupun manusia. Hal ini disebabkan kepercayaan Kristen

2

Iran Bruhat, Sedjarah Sovjet Rusia, (Djakarta: Kebangsaan Pustaka Rakyat N. V. Djakarta, 1954), hal. 8-9

3

Alan woods


(18)

Ortodoks Rusia yang mengatakan bahwa Tsar adalah utusan Tuhan dimuka bumi, maka diharuskan memiliki kepatuhan terhadap ajaran agama Kristen Ortodoks dan rakyat dituntut untuk setia dan menghamba kepada Tsar. PemerintahanTsar sangat reaksioner dan bersifat otokratis. Tsar menggunakan cara-cara militer untuk mengepung massa yang melakukan pemberontakan sehingga mereka dapat dengan mudah dibubarkan.

Tak heran, banyak yang menyebutkan bahwa petani di Rusia adalah budak bagi tuan tanahnya dibawah kepemerintahan Tsar. Tidak satu pun yang berani melakukan perlawanan, sebab dibawah dominasi Feodalisme yang menanamkan pemikiran bahwa Raja adalah utusan tuhan di dunia, sehingga kaum feodal dapat melegitimasikan pengaruhnya kepada rakyat, dengan demikian mereka tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan revolusi dikarenakan besarnya kekuatan kekaisaran dan besarnya pengaruh tuan tanah terhadap kaisar. Melihat keadaan itu menimbulkan pemikiran-pemikiran kritis dari golongan terpelajar untuk melakukan revolusi. Feodalisme itu mendorong adanya rasa persatuan, rasa kesadaran dari rakyat untuk merubah dan mengganti kekuasaan yang menyengsarakan itu.

Maka, berbagai organisasi bermunculan untuk menghancurkan dominasi feodalisme di Rusia. Organisasi itu membentuk Serikat Buruh dan kemudian seiring berjalannya waktu membentuk Partai. Serikat Buruh pertama pada tahun 1857 bernama Serikat Buruh Rusia Bagian Selatan (hanya 8 bulan), pada 1878 bernama Serikat Buruh Rusia Barat Laut. Tuntutan serikat buruh ini adalah pengurangan jam kerja, dan kebebasan politik. Sama halnya dengan PBSDR sebelum akhirnya terpecah menjadi Partai Boshelvik dan Partai Menshevik. Berbagai pemberontakan dilakukan untuk meruntuhkan sistem feodal, sistem perhambaan ala rusia yang mirip dengan sistem perbudakan tersebut tetapi besarmya kekuasaan Tsar untuk meredam pemberontakan dilakukan dengan berbagai cara. Hingga akhirnya, Tsar Alexander II memaksakan suatu reformasi agraria yang seharusnya menjadi tuntutan kaum borjuis, ternyata diambil ahli oleh kekaisaran.


(19)

Pemberontakan yang terjadi antara kaum penindas dan kaum tertindas, menimbulkan kekuatan baru yaitu golongan borjuasi. Inilah yang disebut Marx sebagai dialektika. Dikarenakan pemberontakan untuk meruntuhkan sistem feodalisme, menyebabkan Tsar melakukan reformasi. Reformasi agraria menyebabkan industrialisasi pun didorong dari atas oleh kekaisaran.

Rusia menjelang abad ke-20 adalah gerbang terbukanya kapitalisme dengan mulai bermunculannya industrialisasi. Berkembangnya industrialisasi di Rusia yang mana pada tahun 1865-1890 jumlah pekerja di pabrik dan perusahaan kereta api melonjak dari 706.000 orang menjadi 1.433.00 orang kemudian meningkat pada tahun 1900 naik menjadi 2.792.000 dan pada tahun ini terdapat 269 perusahaan asing yang tersebar diseluruh Rusia yang awalnya hanya terdapat 16 perusahaan saja pada tahun 18864

Peserta pemogokan dengan Isu Politik di Rusia:

dan kebanyakan perusahaan dimiliki oleh pihak asing.Sejak kelahiran kaum buruh di Rusia telah terjerumus kedalam industri-industri termaju dengan konsentrasi kekuatan kaum pemodal dengan kondisi kerja kaum buruh yang menyedihkan yang mana upah buruh laki-laki adalah satu rubel per hari dan untuk buruh perempuan hanya setengah rubel. Hal tersebut menyebabkan terjadinya pemogokan dikalangan buruh dan dapat dilihat dari perkembangan gerakan buruh di Rusia.

5

Tahun Peserta Pemogokan (dalam ribuan)

1903 87*

1904 25*

1905 1.843

1906 651

1907 540

1908 93

1909 8

4 Edy Haryadi,

Lenin: Pikiran, Tindakan dan Ucapan

5

Ken Budha Kusumandaru, Karl Marx, Revolusi dan Sosialisme: Sanggahan Terhadap franz Magnis –Suseno, Yogyakarta: Resist Book, Januari, 2006). Hal. 238


(20)

1910 4

1911 8

1912 550

1913 502

1914 (semester pertama) 1059

1915 156

1916 310

1917 (Januari-Februari) 575

* termasuk pemogokan ekonomi

Terlihat bahwa mereka yang tertindas semakin reaksioner dan kesadaran sosialnya telah terbangun dan semakin matang untuk terus melakukan pemogokan. Oleh karena itu diperlukan Partai untuk membangun dan membimbing para proletar (buruh, tani, kaum tertindas) untuk terus berjuang menentang sistem pemerintahan yang sangatberpihak pada pemilik modal.

Dari perkembangan atau peran organisasi pada periode ini sebagai wadah untuk menggalang dan melakukan propaganda untuk melawan kekuatan feodal. Pasca kejatuhan Tsar nantinya akan memberikan harapan kepada kaum buruh, tani, masyarakat, mahasiswa, kaum miskin kota untuk menata sistem yang telah usang menjadi yang baru. Begitu juga terhadap perkembangan partai memberikan harapan baru bagi mereka yang tertindas oleh kaum bangsawan dan tuan tanah. Mereka para penguasa modal maupun tuan tanah ini juga menguasai negara. Kelas-kelas penghisap memerlukan kekuatan politik untuk kepentingan mempertahankan penghisapan, yaitu untuk kepentingan rakus segelintir minoritas terhadap mayoritas terbesar rakyat. Kelas-kelas terhisap juga memerlukan kekuasaan politik untuk kepentingan menghapus sepenuhnya segala penghisapan, yaitu untuk kepentingan mayoritas rakyat melawan segelintir minoritas pemilik budak modern (para tuan tanah dan para kapitalis).6

6

V.I. Lenin, State and Revolution, copyright 1932 and 1943,International Publisher Co. Inc. PDF (diunduh pada 18 September 2012, pukul 12.38)


(21)

kaum pemberontak (proletar) tidak mengerti dan memahami tujuan atau esensi dari keinginan mereka melakukan sebuah revolusi.

Maka oleh Vladimir Lenin sebagai tokoh sosialis dan bapak komunis ini menganggap penting untuk mendirikan Partai Kelas Buruh, dimana partai ini nantinya akan berperan aktif dalam memberikan kesadaran sosial pada kelas buruh tentang penindasan dan bagaimana mengatasi serta merubahnya ke dalam masyarakat yang lebih baik, yaitu masyarakat sosialis dan akhirnya masyarakat komunis serta tugas yang tak terbantahkan dari semua pekerja dalam sebuah negara yang ada, terlepas dari kebangsaannya, untuk bersatu dalam satu organisasi, ia juga menekankan pada pentingnya pengharapan atas “hak untuk menentukan nasib sendiri.7

Penulis ingin mengungkapkan apa yang menjadi landasan berpikir V.I Lenin mengenai peran partai Boshelvik dalam revolusi. Apa dan bagaimana pemikiran V.I Lenin tentang tindakan sebuah partai didalam mencapai revolusi. Apakah benar pemikiran V.I Lenin berdampak besar terhadap negara Rusia. Sebagaimana yang dikatakannya, bahwa negara adalah Proletariat yang terorganisir sebagai kelas yang berkuasa. Sedangkan revolusi menurut Lenin, diperlukan adanya strategi dan taktik revolusi berupa penyusupan-penyusupan kedalam birokrasi yang sedang memerintah, proses propaganda dan doktrinasi untuk melakukan perlawanan. Bagi penulis, terdapat ketertarikan untuk membahas permasalahan ini, yaitu ketika kondisi negara Rusia sedang mengalami pergolakan politik (dorongan menuju revolusi) dapat muncul suatu paham baru yang nantinya akan mengalahkan sistem pemerintahan yang sebelumnya dijalankan oleh Tsar juga pemerintahan sementara yang menggantikan Tsar. Apakah benar hal itu menjadi sebuah dorongan tersendiri sehingga menimbulkan revolusi. Fakta tersebut terlihat bertentangan dengan gejala umum kondisi negara-negara di Eropa Barat yang pada awal abad ke-20 masih menerapkan sistem

7

Edy Haryadi, Lenin: Pikiran, Tindakan dan Ucapaan, Jakarta: Komunitas Study Untuk Perubahan, 2000, hal. 20


(22)

pemerintahan monarki. Dimana terdapat beberapa pokok pemikiran Vladimir Lenin adalah : 8

Inti dari pemikiran Lenin terhadap teori Marxisme adalah pertama taktik dan strategi revolusi, kedua kediktatoran proletar, Ketiga administrasi negara, Keempat peranan partai, Kelima taktik dan strategi partai komunis, keenam doktrin kapitalis-imperialis”.

Hal yang diungkapkan diatas menjadi menarik bagi penulis ketika Rusia berubah menjadi negara sosialis komunis setelah peristiwa Revolusi 1917 tersebut dan Lenin menjadi presiden dari URSS sehingga apa yang selama ini ia perjuangkan bisa menjadi kenyataan dan apa yang ia pikirkan dapat diaplikasikan dalam bentuk yang nyata. Sebuah prestasi yang mengagumkan karena dengan sebuah revolusi yang dijalankan Lenin dan para pengikutnya dapat mengubah sistem kenegaraan Rusia yang feodal dan konservatif dengan pusat pimpinan terletak pada Tsar menjadi Negara Sosialis yang memperjuangkan hak rakyat dengan lebih terbuka dan demokrat. Ditambah pula dengan berubahnya Rusia menjadi sebuah negara poros komunis sosialis yang pada prakteknya dipadu menjadi 100% komunis yang segalanya harus diatur oleh negara agar rakyat kecil (proletar) dapat merasakan semua hasil dari bumi dan negara yang dipijaknya.

Hal-hal yang disebutkan diatas itulah yang membuat penulis tertarik dan berusahan untuk mengkajinya dalam sebuah penulisan Sejarah yang layak untuk dibaca dengan judul “Peran Partai Boshelvik dalam Revolusi 1917 dibawah Pimpinan Vladimir Lenin”. Skripsi ini adalah sebuah kajian mengenai pemikiran Vladimir Lenin tentang Peran Partai dalam Revolusi.

I.2. PERUMUSAN MASALAH

Revolusi 1917di Rusia adalah buah dari terlaksananya teori revolusi Karl Marx yang berhasil diterapkan oleh Vladimir Lenin di negaranya. Hasil dari terlaksananya revolusi itu ternyata mempunyai pengaruh-pengaruha yang signifikan terhadap penerapan teori sosialis Karl Marx. Salah satunya adalah

8

Oejeng Soewargana dan Nugroho Notousanto, “Rentjana Peladjaran Terurai Tentang Komunisme”, Bandung: s. n. 1967, hal. 10


(23)

negara itu mencapai sebuah negara sosial dengan masyarakat komunis dimana tidak ada lagi pertentangan kelas sehingga masyarakat itu hidup berdasarkan kebutuhannya dan bekerja sesuai dengan kemampuannya. Namun di aspek lain telaksananya revolusi tersebut adalah bagaimana negara sosialisme harus menerima berbagai bentuk blokade dari negara-negara imperialis dunia, sehingga ruang gerak dengan negara luar yang berbeda ideologi menjadi sangat terbatas. Contohnya Cina dan saat ini adalah negara Korea Utara. Banyak pihak mengganggap bahwa revolusi yang terjadi di Rusia itu gagal, karena Rusia bukanlah sebuah negara yang tengah mencapai masa kapitalisme dan dimana negara Rusia masih didominasi oleh kaum petani dan mereka belum mampu mengorganisirkan diri kedalam partai, sehingga jika negara itu telah banyak kaum buruh seperti pada tahap kapitalisme baru dapat menjalankan sebuah revolusi sosial, seperti di negara Jerman, Paris yang dahulu dikatakan oleh Karl Marx.

Hal ini bertolak belakang dengan fakta yang tengah terjadi di Rusia ketika Lenin menjadi tokoh revolusioner. Lenin tidak menentang teori revolusi Karl Marx, bahkan menurut Lenin teori Marx itu adalah ilmiah dan sangat tepat dijalankan di negara Rusia. Hanya saja teori Lenin lebih bersifat situasional dengan melihat keadaan kelas masyarakat Rusia adalah petani dan yang menguasai corak produksi di negara Rusia adalah kaum feodal-kapitalis. Dan Lenin melaksanakan teori revolusi Marx dengan mengolaborasikan petani-buruh untuk ambil bagian dalam perjuangan kelas sehingga terlaksana revolusi dan mendidik mereka untuk menjadi proletariat yang terorganisir dalam partai sehingga terjadi revolusi 1917.

Berdasarkan pemaparan dari latar belakang diatas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah Peran Partai Boshelvik dalam Revolusi 1917 dibawah pimpinan Vladimir Lenin sudah berjalan atau menerapkan sesuai dengan Teori Revolusi Karl Marx?


(24)

2. Bagaimana Vladimir Lenin selaku pemimpin Partai Boshelvik menjalankan konsep Revolusi melalui diktator proletariat dengan perantaraan partai?

3. Mengapa Lenin membiaskan tradisi teorinya Marxis? 4. Apa yang baru dari ajaran Vladimir Lenin?

I.3. PEMBATASAN MASALAH

Pembatasan masalah merupakan usaha untuk menetapkan masalah dalam batasan penelitian yang akan diteliti. Batasan masalah ini berguna untuk mengidentifikasi faktor-faktor mana saja yang termasuk ke dalam ruang lingkup penelitian ini. Adapun yang menjadi batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Penelitian ini hanya membahas mengenai bagaimana proses revolusi 1917 pada masa pemerintahan Vladimir Lenin dan keterkaitan teori Marx. b. Penelitian ini hanya berkisar pada Peran Partai Boshelvik dalam revolusi

1917.

c. Penelitian ini hanya membahas tentang dinamika dan konstelasi politik di Rusia pada pra revolusi sampai revolusi 1917.

d. Penelitian ini hanya melihat revolusi dalam perspektif Lenin dan Marx.

I.4. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui seberapa besar teori karl marx dijalankan oleh Partai Boshelvik pada revolusi 1917.

2. Untuk mengetahui konsep pemikiran Vladimir Lenin tentang revolusi melalui diktator proletariat dengan perantaraan partai.

3. Untuk mengetahui sebab Lenin membiaskan teori Marxis.

4. Untuk melihat pembiasan penerapan konsep revolusi Lenin dengan Marx dan perbedaan Lenin dengan orang kiri lainnya.

I.5. SIGNIFIKANSI PENELITIAN


(25)

• Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanak kepustaan ilmu politik dan mengembangkan kemampuan dalam menulis karya ilmiah khususnya di bidang politik.

• Secara teoritis penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang diharapkan dapat memberikan sumbangsi konsep dalam teori politik, terutama menyangkut pemikiran lenin dalam mencapai sebuah revolusi dengan mengikuti sertakan peran partai.

• Secara praktis penelitian ini diharapkan mampu menjadi sebuah referensi bagi para peminat ilmu poltik terutama dalam melihat peran sebuah partai dalam revolusi dibawah seorang pemimpin.

I.6. KERANGKA TEORI

Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, seorang penulis perlu menyusun kerangka teori sebagai landasan berfikir untuk menggambarkan dari segi mana peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih.9

Menurut Masri Singarimbun teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruksi dan proposi untuk menerapkan suatu fenomena social secara sistematis dengan merumuskan hubungan antar konsep.

Karena salah satu unsur yang paling penting peranannya dalam penelitian adalah menyusun kerangka teori.

10

Sedangkan menurut FN Karlinger, teori adalah sebuah konsep atau konstruksi yang berhubungan dengan satu sama lain, suatu set dari proporsi yang mengandung suatu pandangan yang sistematis dan fenomena.11

6. 1. Teori Partai Politik

Partai sebagai kekuatan politik adalah suatu gejala baru bagi semua negara di dunia ini. Usianya tidak lebih dari 1000 tahun. Istilah partai politik sendiri muncul pada abad ke Sembilan belas dengan semakin berkembangnya lembaga-lembaga perwakilan dan meningkatnya frekuensi pemilu dan meluasnya hak

9

Hadiri Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1955), Hal. 40

10Masri Singarimbun, & Sofian Effendi,

Metode Penelitian Surve, (Jakarta: LP3ES, 1989), hal. 37.

11

Joko Subagy, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Reineka Cipta, 1997), hal. 20.


(26)

mereka yang bias mengambil bagian dari pemilihan umum. Pada tahun 1850 tidak satu negara pun di dunia sudah memiliki partai politik dan bagi kebanyakan negara-negara jajahan, partai politik menarik perhatiannya karena partai politik bias menjadi kekuatan baru munculn mencita-citakan partai dan kepadanya para warga bergantung. Partai politik pertama kali lahir di negara-negara Eropa Barat. Hal ini di mulai dengan meluasnya gagasan bahwa rakyat merupakan factor yang perlu diperhitungkan serta diikutsertakan dalam proses politik. Artinya, rakyat harus berpartisipasi dalam negara. Negara yang pertama kali membentuk partai politik adalah Inggris dan Prancis.12

Bagi Rusia sendiri kehidupan partai politik untuk pertama sekali dapat muncul pada tahun 1898 dengan nama partai Demokrasi-Sosial Rusia. Adanya partai politik dianggap sebagai suatu yang wajar-wajar saja, terutama dalam konteks nilai-nilai esensial demokrasi. Maka secara umum dapat dikatakan bahwa pengertian partai politik itu adalah akumulatif yang tersendiri dari pelaku-pelaku politik yang aktif dalam masyarakat yakni yang memutuskan peerhatiaanya kepada penguasaan pemerintahan dan yang bersaing untuk memperoleh dukungan rakyat.

Menurut Sigmond Neuman

Partai politik adalah organisasi dari aktivitas-aktivitas politik yang berusaha untuk menguasai pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan suatu golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda-beda.13

Menurut Khirudin

Partai politik adalah organisasi artikulatif yang terdiri atas pelaku-pelaku politik yang aktif dalam masyarakat, yaitu mereka yang memusatkan perhatiannya pada persoalan kekuasaan pemerintahan dan bersaing guna

12

Zakaria Taher, Dasar-dasar Ilmu Politik-Materi Pokok Pembekalan Politik, (Medan, 2006), hal. 29.

13

Mariam Budiarjo, Demokrasi di Indonesia : Demokrasi Parlementer dan Demokrasi Pancasila, (Jakarta: PT GRAMEDIA, 1996), hal. 162


(27)

memperoleh dukungan rakyat untuk menempati kantung-kantung kekuasaan politik.14

Menurut Carl J. Friedrich15

Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini, memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil serta materiil.

Menurut Karl Marx

Partai adalah instansi yang hanya sebagai koordinator gerakan-gerakan kaum buruh di seluruh dunia.

Menurut Vladimir Lenin

Partai, menurut lenin adalah “garda depan kaum proletar” (vanguard of the proletar). Sebagai garda depan, partai haruslah berdisplin tinggi dan tersentralisasi, serta secara terus menerus menyuntikan kesadaran sosialis ke dalam kaum buruh.16

Dengan defenisi tersebut, tujuan didirikannya partai politik adalah untuk menciptakan kehidupan politik.

6. 2. Fungsi Partai Politik17 6.2.1.

Partai politik menjadi wadah dalam menyampaikan segala aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga aspirasi itu dapat menjadi suatu kebijakan umum yang dapat menjadi solusi atas berbagai permasalahan yang terjadi di masyarakat.

Partai Sebagai Sarana Komunikasi Politik

6.2.2.

14

Khoirudin, Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi Menakar Kinerja Partai Politik Era Transisi di Indonesia, Yogyakarta, 2004, hal. 6

Partai Sebagai Sarana Rekruitmen Politik

15

Mariam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT GRAMEDIA, Edisi Revisi, 2008), hal. 404

16 Saiful Arif dan Eko Prasetyo,

Lenin Revolusi Oktober 1917 (Sanggahan Atas Pemikiran Franz Magnis-Suseno), Yogyakarta : Resist Book, Agustus 2004, hal. 9

17


(28)

Partai politik mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk turun aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai yang nantinya akan menjadi penerus tongkat estafet kepemimpinan partai.

6.2.3.

Partai politik merupakan suatu wadah dalam proses transformasi nilai-nilai politik kepada masyarakat. Dengan fungsi ini setiap orang atau individu memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik yang umumnya berlaku dalam masyarakat dimana ia berada.

Partai Sebagai Sarana Sosialisasi Politik

6.2.4.

Partai politik berfungsi untuk mengatasi berbagai perbedaan pendapat atau kepentingan yang nantinya dikhawatirkan akan menimbulkan perpecahan ditengah-tengah masyarakat. Partai politik akan berusaha menyelesaikan segala perbedaan untuk kepentingan nasional.

Partai Sebagai Sarana Pengatur Konflik

6. 3. Tipologi Partai Politik

Menurut Ichlasul Amal terdapat lima tipologi partai politik, yakni:18

1. Partai Massa

Muncul saat terjadi perluasan hak pilih rakyat sehingga dianggap sebagai respon politis dan organisasional bagi perluasan hak-hak pilih serta pendorong bagi perluasan lebih lanjut hak-hak pilih tersebut. Partai massa berorientasi pada basis penduduknya yang lebih luas misalnya, buruh, petani, dan kelompok agama, dan memiliki ideologi yang cukup jelas untuk memobilisasi massa serta mengembangkan organisasi yang cukup rapi untuk mencapai tujuan-tujuan ideologisnya.

Bedasarkan Teknik menggorganisasikan partai, Partai massa memliki tiga tipe, yaitu:19

a. Tipe Sosialis, yaitu teknik partai massa dikembangkan untuk membiayai pemilihan calon-calon dari kaum buruh, yang pada

18

Amal Ichlasul (Eds), Teori-teori Mutakhit Partai Politik Edisi Revisi, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogyakarta, 1996, hal. 15

19

Maurice Duverger, Partai Politik dan Kelompok-Kelompok Penekan, Yogyakarta: PT. Bina Aksara, 1981. Hal 11- 16


(29)

massa itu sebagai kaum revolusioner dan karena itu tidak mungkin akan mendapatkan dukungan dari para bankir, kaum industriawan, kaum bisnis, ataupun pemilik tanah yang kaya. Idenya ialah untuk mendapatkan anggota sebanyak mungkin. Contohnya Partai Sosial Demokrasi Jerman.

b. Tipe Komunis, yaitu lahir karena adanya perpecahan dalam partai-partai sosisalis, dipolakan menurut partai-partai sosialis itu juga. Partai komunis adalah partai yang paling terorganisir dari partai-partai manapun juga. Ciri partai komunis ini ada dua, yakni, Pertama, kontak antara para anggota masyarakat yang paling dasar lebih erat dan lebih sering, Kedua, masalah pekerjaan mereka ataupun bisnis dapat menjadi bahan diskusi. Contoh Tipe partai ini adalah: Partai Komunis Soviet (Kaum Boshelvik).

2. Partai Kader

Partai ini mengandalkan kader-kadernya yang loyal. Keangggotaannya dari golongan menengah keatas, partai ini lebih mementingkan displin anggotanya dan ketaatan dalam berorganisasi. Doktrin dan ideologi partai harus tetap terjamin kemurniannya. Bagi anggota yang menyeleweng akan dipecat keanggotaannya. Akibatnya, ideologi yang dianut partai ini adalah koservatisme ektrim atau maksimal reformis moderat.

6. 4. Tipologi Sistem Kepartaian20 6.4.1.

Pola sistem kepartaian dimana hanya terdapat satu partai yang sangat dominan dibandingkan partai-partai lainnya. Pola ini diambil karena banyak negara-negara baru dihadapkan pada masalah bagaimana mengintegrasi berbagai golongan, suku bangsa dan lain-lain.

Sistem Partai Tunggal

20


(30)

6.4.2.

Pola kepartaian dimana hanya terdapat dua partai dalam suatu negara atau hanya dua partai yang sangat dominan dibandingkan oleh partai-partai politik yang ada. Pola ini akan melahirkan partai-partai oposisi dan partai-partai pemerintah. Sistem ini akan lebih baik bila diikuti dengan sistem distrik.

Sistem Dwi-Partai

6.4.3.

Pola kepartaian dimana terdapat lebih dari dua partai dalam suatu negara. Umumnya sistem partai ini sering terdapat di negara-negara yang majemuk (beraneka ragam). Dalam sistem kepartaian ini kecenderungan yang terjadi adalah koalisi untuk membentuk pemerintahan, sebab tidak ada partai yang dominan.

Sistem Multy-Partai

6. 5. Klasifikasi Partai21 6.5.1.

1. Partai Komprehensif

Berdasarkan Sumber Dukungan Partai

Suatu partai politik yang berorientasi pada pengikat yang berusaha mendapatkan suara sebanyak mungkin dari setiap warga Negara. 2. Partai Sekretarian

Partai-partai yang memakai kelas, daerah atau ideology sebagai daya tarik.

6. 6. Teori Revolusi

Revolusi adalah wujud perubahan sosial paling spektakuler, sebagai tanda perpecahan mendasar dalam proses historis dimana pembentukan ulang masyarakat dari dalam dan pembentukan ulang manusia. Revolusi menutup budaya lama dan membuka budaya baru yang bersifat humanis proletar. Revolusi dianggap menjadi jalan yang ditempuh proletar sebagai sebuah takdir sejarah pembebasan manusia. Pemikiran Karl Marx tentang revolusi merupakan kajian sebuah ideologi politik yang dicita-citakan Karl Marx untuk mencapai sosialisme menuju komunisme yang pada hakikatnya merupakan senjata moril kelas buruh,

21

Roy C. Maeridis, Sejarah, Fungsi dan Tipologi Partai-Partai, dalam Teori-Teori Mutakhir Partai Politik, (Ed), Dr. Ichlasul Amal, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1998), hal. 32


(31)

kelas tertindas dan bangsa-bangsa terjajah di muka bumi melawan keserakahan kaum kapitalis.

Perjuangan kelas buruh dan kelas tertindas melawan kapitalis adalah suatu keniscayaan sejarah sebagai hukum perkembangan masyarakat yang digambarkan Marx. Untuk mengakhiri antaganonisme kelas ini harus ditempuh jalan melalui revolusi. Oleh sebab itu revolusi merupakan gerakan politik yang dimulai dari perebutan kekuasaan politik. Sistem masyarakat lama yang usang telah diganti dengan sistem baru, yang melepaskan penghisapan atas manusia dengan manusia lainnya, melahirkan manusia yang bermasyarakat, tidak membelenggu alam berpikir manusia dengan pemahanan yang berlebihan dimana alat produksi yang dikuasai Negara.Jalan yang mendorong revolusi adalah tenaga produktif dalam masyarakat kapitalisme yaitu kelas buruh sebagai tulang punggungnya, bertujuan untuk mencapai masyarakat baru yaitu sosialisme menuju komunisme. Kritik Marx terhadap kapitalisme didasarkan pada analisisnya terhadap teori nilai lebih dan upah, di mana terdapat nilai surplus pekerja yang dirampas dan dicuri oleh kelas pemilik modal. Kondisi tersebut menyebabkan lahirnya pertentangan antar kelas yang ditindas atau kelas proletar (kelas pekerja) dengan kelas yang menindas (borjuis).

Masyarakat borjuis modern yang muncul dari keruntuhan masyarakat feodal tidak mendamaikan antagonisme kelas itu. Malah ia memunculkan kelas-kelas baru, kondisi baru untuk melakukan tekanan, bentuk-bentuk baru persaingan dengan menggantikan yang lama. Borjuis menempatkan negeri ditangan penguasa kota. Ia telah menciptakan kota-kota besar, yang telah banyak menambah penduduk kota dibanding penduduk pedesaan dan dengan demikian menyelamatkan keterbelakangan penduduk di pedesaan dari hubungan produksi feodal. Persis yang berlaku pada setiap negeri dengan ketergantungan pada kota, borjuis itu telah membuat pula negeri-negeri jajahan dan setengah jajahan, bangsa petani bergantung pada bangsa borjuis, timur pada barat. Senjata yang dipergunakan borjuis untuk menghancurkan feodalisme, ini dipergunakan untuk borjuis itu sendiri. Akan tetapi bukan borjuis itu saja mengumpulkan senjata untuk


(32)

membunuh dirinya sendiri, ia juga membunuh orang-orang yang membuat senjata tersebut yakni kelas pekerja modern (proletar). Dengan perkembangan industri, proletar bukan saja bertambah jumlahnya, ia berkumpul dalam kumpulan yang tambah besar, kekuatannya berkembang dan ia merasakan kekuatannya yang bertambah itu pun memulai membentuk sebuah kombinasi disebut organisasi buruh melawan borjuis. Dimana-mana pertentangan kelas berkobar dan berkembang menjadi gerakan yang radikal.

Tiga sumber dan tiga komponen Marxisme yang ditulis oleh V.I. Lenin (1913)22

6.6.1. Filsafat Materialisme

.

Pemikiran Karl Marx banyak mengadopsi pemikiran filsuf sebelumnya salah satunya materialisme Feuerbach, tetapi tidak mengadopsi metodenya secara keseluruhan. Menurut feurbach, gerak dan perkembangan materi ditentukan oleh faktor luar (ekternal), sedangkan menurut Karl Marx, gerak dan perkembangan materi ditentukan oleh faktor dalam (intern) materi itu sendiri. Feuerbach juga berbeda dengan Hegel. Hegel menyatakan bahwa yang berkembang itu roh, tetapi Feuerbach yang berkembang yaitu materi yaitu kondisi alam dan sosial. Demikian juga Karl Marx mengadopsi Pemikiran Hegel tentang metode dialektika, tetapi tidak mengadopsi unsur dari pemikirannya yang idealisme. Dengan demikian Karl Marx bisa dikatakan sebagai seseorang yang jenius yang melahirkan buah pemikiran yang relevan dengan sebuah materi dan tindakan yang revolusioner. Ketiga pemikir itu merupakan pemikir terbesar pada zamannya, Hegel terkenal karena motode berpikir dialektikanya, Feuerbach terkenal dengan filsafat materialismenya, dan Karl Marx terkenal dengan Pemikiran Materialisme dialektikanya.

22

Artikel ini ditulis oleh Lenin untuk memperingati 30 tahun kematian Karl Marx dan dipublikasikan dalam Prosveshcheniye (Pencerahan) No.3 tahun 1913-merupakan terbitan bulanan kaum Bolshevik yang diterbitkan secara legal di St.Petersburg mulai bulan desember 1911-juni 1914.


(33)

6.6.2. Materialisme Dialektika Historis (Sejarah)

Dalam hukum sejarah materialisme, marx menunujukan kemenanan sosialis atas revolusinya terhadap usaha-usaha kapitalis. Marx dengan menggunakan pendekatan filsafat, bersandar pada pemikiran bahwa tidak ada kekuatan lain yang dapat mengkondisikan kehidupan manusia kecuali manusia itu sendiri. Marx mengatakan bahwa cara produksi kapitalis dengan sendirinya menunjukan pada kehancurannya sendiri. Karena itu, dasar ekonomi Marx merupakan keniscayaan revolusi sosialis dan perwujudan masyarakat komunis tanpa kelas.23 Bagi kapitaisme itu sendiri, faktor produksi adalah upaya aktualisasi kehidupan manusia yang serta merta membutuhkan kekuatan, karena itu manusia bisa survive kalau mendapatkan modal hidup yang diolahnya.24

Hukum ini menurut Marx berkaitan dengan hukum perkembangan masyarakat yang ditentukan oleh bidang produksi. Bidang ekonomi adalah basis, sedangkan dua dimensi kehidupan masyarakat lainnya yaitu institusi-institusi sosial (terutama negara) dan bentuk-bentuk kesadaran sosial yang merupakan bangunan atas.

Oleh karena itu, faktor penentu adalah basis, maka harus memerhatikan dahulu bidang ekonomi. Ciri yang menurut Karl Marx paling menentukan bagi semua bentuk ekonomi sampai sekarang adalah pemisahan antara para pemilik dan pekerja. Masyarakat terdiri dari kelas-kelas sosial yang membedakan diri satu sama lain berdasarkan kedudukan dan fungsi masing-masing dalam proses produksi. Pada garis besarnya (produksi masyarakat mendekati pola kapitalisme) kelas-kelas sosial termasuk kelas-kelas pemilik dan kelas-kelas tidak bermilik.Oleh karenanya, kelas bermilik (atas) begitu berkuasa dan dapat mengisap tenaga kerja para pekerja (bawah).Menurut Marx ciri khas semua pola masyarakat sampai sekarang ialah, bahwa masyarakat dibagi dalam kelas-kelas

23

Abd. Malik Haramain, dkk, Pemikiran-pemikiran revolusioner (Karl Marx, Antonio Gramsci, Anthony Giddens, Paulo Freire, Asghar Ali Enginer, Erich Fromm), Averroes Press: Pustaka Belajar, Malang, 2001, hal. 8

24


(34)

atas dan bawah. Struktur ekonomitersusun sedemikian rupa dimana bangun atas hidup dari pengisapan tenaga kelas bawah.

Negara menjadi alat kelas-kelas atas untuk menjamin keadaan mereka, jadi untuk seperlunya menindas usaha kelas-kelas bawah untuk membebaskan diri dari penghisapan kelas-kelas atas sedangkan “bangun atas idealis” istilah Marx bagi agama, filsafat, pandangan-pandangan moral, hukum dan lain sebagainya berfungsi untuk memberikan legitimasi pada hubungan kekuasaan itu. Jadi, Marx menolak paham bahwa negara mewakili kepentingan seluruh masyarakat. Negara dikuasai oleh dan berpihak kepada kelas-kelas atas, meskipun kadang-kadang juga menguntungkan kelas-kelas bawah. Walaupun dari pihak negara mengatakan ia adalah milik semua golongan dan bahwa kebijakannya demi kepentingan seluruh masyarakat, namun sebenarnya negara melindungi kepentingan kelas atas ekonomis. Maka negara menurut Marx termasuk lawan dari kelas atas. Dari negara mereka tidak dapat mengharapkan sesuatu yang baik. Seperti halnya negara, begitu pula agama, filsafat, pandangan tentang norma moral dan hukum dan sebagainya menurut Marx tidak mempunyai kebenaran pada dirinya sendiri, melainkan hanya berfungsi untuk melegitimasikan kepentingan kedudukan kelas atas untuk menguasai masyarakat. Maka bentuk-bentuk kesadaran sosial itu menurut kekhasannya masing-masing, mengemukakan sebagai baik baik seluruh masyarakat apa yang sebenarnya hanya baik bagi kelas-kelas atas. “Bangun atas ideologi” itu menciptakan kesan bahwa kesediaan masing-masing kelas untuk menerima kedudukannya dalam masyarakat adalah sesuatu yang baik dan rasional. Jadi, fungsinya ialah membuat kelas-kelas bawah bersedia untuk menerima kedudukan mereka sebagai kelas-kelas bawah.

Dialektika yang dimaksud oleh Marx untuk mengungkapkan kelas ini adalah Bila tingkat produksi tadi yang diambil sebagai tesis, dan dimulai dengan tingkat feodalisme (ini merupakan tesis) maka anti-tesisnya adalah tingkat produksi borjuis atau kapitalisme dan sistesinya nati adalah tingkat produksi sosialisme. Demikian tesis golongan bangsawan (Abad Tengah) menimbulkan antitesisi golongan peminjam tanah, tetapi keduanya ini menumbuhkan sintesis


(35)

golongan borjuis dan begitu seterusnya sampai pada masyarakat komunisme. Dengan demikian maka Marx melihat negara sebagai alat belaka dari kelas penguasa (berpunya) untuk menindas kelas yang dikuasai (tidak berpunya). Negara dan pemerintah identik dengan kelas penguasa, artinya dengan kelas berpunya, berturut-turut dalam sejarah umat manusia dikenal kelas pemilik buda, kelas bangsawan (tuan tanah), kelas borjuis. Soal hak dan kewajiban, kaum bermilik ini sekedar ucapan penghias bibir. Diaektika Marx mengungkapkan bahwa perkembangan masyarakat feodalisme ke masyarakat kapitalisme (borjuis) dan seterusnya ke masyarakat sosialisme merupakan suatu kelanjutan yang tidak dapat dielakkan. Tetapi ini tidak berarti bahwa manusia berdiam diri saja dengan menanti perkembangan itu berjalan dengan begaimana maunya. Kelas-kelas itu sendiri adalah kelas-kelas yang berjuang untk kelas-kelasnya, jadi manusia yang dilihat oleh Marx adalah manusia yang berbuat.

Oleh sebab itu, maka revolusi digambarkan oleh Marx terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah revolusi yang dipelopori oleh golongan borjuis yang hendak menghancurkan feodal. Tahap Kedua adalah revolusi yang dilakukan oleh kelas pekerja dalam menghancurkan borjuis. Dengan lenyapnya kelas borjuis, fungsi pemerintah tidak lagi mempunyai sifat politi. Kelas pekerja yang memegang kekuasaan itu pun tidak lagi merupakam kelas, sehingga tidak ada kelas yang tertindas dan negara akan lenyap. Masing-masing orang melakukan kewajibannya sesuai dengan kesanggupannya. Oleh karena itu orang memberikan sumbangan sesuai dengan kesanggupannya.

Dan Marx merumuskan Teori Materialisme historis menjadi sejarah perkembangan masyarakat untuk melakukan sebuah perubahan sosial yang fundamental melalui perjuangan kelas yang berujung pada revolusi sosial. Dalam pandangan Karl Marx dalam melihat Materialisme Historis yakni mengandung hal yang paling pokok yakni ;25

25


(36)

1) Kerja Produksi

Untuk memenuhi kebutuhan materil, manusia diharuskan bekerja sehingga dapat memproduksi barang-barang. Barang-barang yang diproduksi merupakan sasaran kerja, dan untuk mencapai sasaran kerja itu dibutuhkan alat kerja, metode kerja, dan tenaga kerja. Dalam masyarakat kapitalisme, alat produksi dimiliki oleh kaum kapitalis (pemilik modal), sedangkan buruh bekerja berdasarkan sistem kerja upahan, di mana hasilnya seluruhnya menjadi milik kaum kapitalis. Dalam proses produksi manusia memerlukan dan mengadakan hubungan antara yang satu dengan yang lain. Hubungan itu disebut sebagai hubungan produksi yang ditentukan oleh pemilik alat produksi, kemudian keseluruhan hubungan produksi menentukan suatu sistem ekonomi masyrakat. Sistem ekonomi pada hakikatnya sebagai basis kehidupan masyarakat yang di atasnya berdiri bangunan atas.

Basis adalah dasar kehidupan materil masyarakat, sedang bangunan atas adalah kehidupan spiritual masyarakat seperti sistem politik, hukum negara dan pemerintahan, kebudayaan, parpol, dan lain-lain. Bangunan atas inilah merupakan kesadaran masyarakat, sebagai pedoman berpikir dan berperilaku. Menurut Karl Marx bahwa sejarah perkembangan masyarakat hakikatnya adalah sejarah dari perubahan dan perkembangan proses produksi, yakni suatu perubahan terus-menerus tanpa henti manusia bekerja menciptakan barang-barang material untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mengenai sejarah, Marx menjelaskan bahwa sejarah adalah hasil perkembangan dan perubahan atas kerja manusia dalam memproduksi barang-barang material. Didalam mengurai sejarah perubahan dan perkembangan masyarakat, Marx terlebih dahulu mengurai mengenai hukum umum perkembangan masyarakat, selanjutnya dibahas basis dan bangunan atas, keadaan sosial menentukan kesadaran sosial, kelas dan perjuangan kelas serta negara dan revolusi. Materialisme historis adalah paham materialisme dialektika yang diterapkan dalam masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat terjadi sebuah perubahan dan perkembangan sistem sosial, yaitu komunal primitive, sistem


(37)

perbudakan, sistem feodal, sistem sosial kapitalisme dan sistem sosial sosialisme dan berakhir berkembang dan berubah menjadi sistem sosial komunisme.

2). Keadaan Sosial Menentukan Kesadaraan Sosial

Karl Marx tegas menyatakan bahwa kesadaraan sosial itu dilahirkan oleh keadaan sosial. Kesadaran sosial yaitu ide, gagasan dan pikiran, yang ada pada manusia. Itu adalah merupakan realisasi dari interaksi antar manusia dalam kegiatannya memproduksi barang-barang material, atau dalam keadaan sosialnya atau dalam kehidupan riilnya.yang dimaksud dengan keadaan sosial ada tiga unsur yakni, keadaan alam, keadaan masyarakat dan corak produksi. Sedangkan yang paling mempengaruhi perubahan dan perkembangan masyarakat adalah factor corak produksi. Karena corak produksi ini sangat cepat berubah dan berkembang sesuai dengan tenaga tenaga produktif untuk melakukan sebuah perubahan yang fundamental terhadap sebuah sistem sosial masyarakat.

3). Hukum Umum Perkembangan Masyarakat

Manusia dan masyarakat hidup, berubah dan berkembang dari caranya mereka membuat barang-barang material untuk memnuhi kebutuhannya. Karena hal ini berlaku bagi seluruh umat manusia, maka dapat disimpulkan sebagai suatu hukum umum perkembangan masyarakat, atau mekanisme perubahan masyarakat. Ini merupakan suatu hukum obejektif dalam masyarakat, di luar kemampuan masyarakat dan terjadi tidak bisa dihindari dan tidak bisa ditolak oleh manusia dan oleh kekuatan apapun. Hukum umum perkembangan masyarakat itu dimulai dari proses pemenuhan kebutuhan pokok, yaitu proses mempertahankan dan melangsungkan hidup. Proses itu berlangsung secara objektif dan berlaku secara umum dalam sejarah perkembangan masyarakat. Sama halnya dengan masyarakat kapitalisme. jika kita melihat corak produksinya, maka akan tampak jelas penghisapan dan penindasan dalam sistem sosial tersebut. kelas buruh yang tidak memiliki alat produksi, harus menjual keringat dan tenaganya untuk dapat memenuhi kebutuhan materilnya. Sementara kapitalis yang menguasai alat produksi merampas nilai lebih kelas buruh secara besar-besar, yang membuat kelas buruh terasing dalam kehidupan masyarakat.


(38)

4). Basis dan Bangunan Atas

Basis adalah suatu sistem ekonomi. Factor-faktor dari sistem ekonomi yaitu pemilikan alat produksi, distribusi hasil produksi dan pertukaran hasil produksi. Dari ketiga factor tersebut maka yang paling mempengaruhi adalah pemilikan alat produksi. Adapun bangunan atas adalah suatu pencerminan dari basis.26

Marx menjelaskan secara keseluruhan hubungan produksi menentukan sistem ekonomi masyarakat. Basis menentukan bangunan atas kemudian melahirkan kesadaraan sosial. Cara produksi barang-barang materil untuk memenuhi kebutuhan hidup menentukan karakter kehidupan sosial, politik, spiritual. Bukan kesadaraan sosial yang menentukan keadaan sosial, tetapi keadaan sosial yang menentukan kesadaraan sosial. Sementara itu pengubahan bangunan atas itu menurut Karl Marx harus dengan jalan Perjuangan atau tepatnya melalui revolusi politik. sebab bangunan atas yaitu negara, kekuasaan politik, hukum, moral, dan ideologi, itu dicipta untuk melindungi basis, terutama sistem pemilikan alat-alat produksi. Dengan demikian basis harus dihancurkan untuk melahirkan sebuah sistem sosial yang baru. Paham pemikiran Karl Marx mengenai basis dan bangunan atas kemudian dikembangkan menjadi teori kelas dan perjuangan kelas.

Bangunan atas dipengaruhi oleh kekuatan basis. Bangunan atas terdiri dari faktor ide dan faktor pelaksana ide (realisasikan ide). Namun yang paling penting dari kedua tersebut adalah faktor alat pelaksana idea tau alat realisasi ide, atau negara, karena negara mempunyai birokrasi, tentara, dan penjara.

5). Kelas dan Perjuangan Kelas

Menurut Karl Marx sejarah perjuangan dan perkembangan masyarakat adalah sejarah perjuangan kelas. Teori kelas merupakan analisis Karl Marx dan Friedirch Engles terhadap kapitalisme dan pada mulanya memfokuskan pada corak produksi. Analisis Marx tertuju pada inti ketidakadilan yang tersembunyi dari hubungan masyarakat dalam sistem ekonomi kapitalisme di mana ia melihat

26

Dr.Darsono. SE. SF. MA. MM. Karl Marx Ekonomi Politik dan Aksi Revolusi.Diadit Media, Jakarta 2007, Hal.76


(39)

hubungan tersebut bersifat eksploitatif, Sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh pemikir sosial lainnya. Masyarakat di mana-mana terbagi menjadi klas penghisap dan terhisap. Sementara itu, kelas penghisap karena kepemilikan monopolinya atas alat produksi, mereka mendapat bagian terbesar dari barang yang diproduksi dalam masyarakat untuk keuntungannya sendiri sekalipun tidak bekerja. Sementara, ada kelas yang terhisap yang hanya memiliki tidak memiliki sama sekali, sekalipun mereka yang bekerja untuk memproduksi barang akan tetapi mereka hanya mendapat bagian yang sangat kecil bahkan tidak cukup untuk bertahan hidup. Perjuangan klas lahir dari pertentangan kepentingan klas-klas dalam masyarakat secara keseluruhan. Ini adalah pertarungan antara klas yang mengeruk keuntungan dan karenanya mempertahankan hubungan produksi yang lama dengan klas yang berusaha menghancurkan hubungan produksi yang lama dan menggantikannya dengan yang baru. Perjuangan antara klas penghisap dan klas terhisap terpusat pada penghilangan tipe penghisapan tertentu dalam sebuah sistem kemasyarakatan. Dan karena penghisapan itu berasal dari sebuah tipe tertentu dari monopoli atas alat produksi, maka perjuangan klas berlangsung di seputar pihak-pihak yang mempertahankan dan menentang monopoli tersebut.

6). Negara dan Revolusi

Negara dan revolusi adalah pengembangan Karl Marx oleh Lenin. Marx memiliki konsep pemikirannya, Lenin yang mempraktekkannya. Negara dan revolusi bagaiakan dua sisi pada satu keeping mata uang. Negara lahir karena adanya revolusi, dan revolusi lahir karena adanya negara yang menghisap dan menindas rakyatnya. Revolusi borjuis lahir karena negara feudal menindas rakyatnya, sementara revolusi sosialis lahir karena negara borjuis menindas rakyatnya. Revolusi kemerdekaan lahir karena negara colonial menindas rakyat yang dijajah.

a). Negara

Negara adalah bangunan atas masyarakat. Negara merupakan suatu organisasi yang menguasai masyarakat. Menurut Marx, negara adalah organ kekuasaan kelas, organ penindasan dari satu kelas terhadap kelas yang lain, ia


(40)

adalah ciptaan "tata tertib" yang melegalkan dan mengekalkan penindasan ini dengan memoderasikan bentrokan antar kelas.27

b). Revolusi

Dimana manusia secara orang per orang tidak mampu melawan negara. Oleh karena itu negara merupakan suatu lembaga yang tidak berada di atas masyarakat, tetapi merupakan lembaga yang digunakan oleh kelas ekonomi yang berkuasa untuk melawan kelas-kelas lain. Negara lahir sebagai akibat dari suatu perjuangan kelas antara terhisap dan penghisap yang tidak bisa didamaikan. Untuk bisa mengatasi penghisapan tersebut, maka negara sebagai alat legitimasi penghisap untuk mengatasi perlawanan dari kelas terhisap yang terus-menerus semakin besar. Kekuasaan negara yang tersentralisasi yang khas bagimasyarakat borjuis terjelma dalam periode jatuhnya absolutisme. Dua lembaga paling karakteristik dari negara: birokrasi dan tentara tetap.

Revolusi adalah keharusan karena kelas yang berkuasa tidak mampu digulingkan secara diplomasi, tetapi penguasa hanya bisa digulingkan dengan revolusi. Kelas yang melakukan revolusi mengulingkan penguasa lama dan membangun kembali masyarakat baru. Revolusi hakikatnya pergantian kekuasaan politik dengan kekerasaan. Mengubah sistem sosial lama menjadi sistem sosial yang baru. Oleh sebab itu harus melalui revolusi politik.

7). Peranan massa dan Pimpinan dalam Sejarah

Pemimpin dan massa merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan. Massa adalah segolongan besar manusia dalam masyarakat yang mempunyai ikatan dan kepentingan yang sama. Sementara dalam kajian masyarakat kapitalisme, massa yang dimaksud adalah massa pekerja (proletar). massa pekerja adalah golongan masyarakat yang berkeja memproduksi barang-barang keperluan hidup, maka kita sebut tenga produktif/produsen. Mereka adalah yang menciptkan sejarah manusia, karena manusia di dalam masyarakat berubah dan berkembang akibat kerja dari massa pekerja. Maka demikian bahwa hakikat

27

Econarch Insitute, Electronic Classics Series, Editor, Indonesia. Negara dan Revolusi Oleh V.I Lenin. Copyright © 2009 Rowland Classics, hal 10


(41)

dari sejarah perkembangan masyarakat adalah hasil dari berjuta-juta massa yang dihisap dan ditindas oleh golongan penghisap. Sementara itu, pimpinan lahir dari massa (rakyat pekerja) itu sendiri, bukan dari luar dirinya, dan pimpinan itu mereka tentukan sendiri tanpa paksaan dari luar.

Dengan demikian, bahwa hakikatnya adalah massa melahirkan dan menentukan pimpinan yang membela kepentingannya. Pimpinan yang lahir dan diangkat oleh massa harus menjalankan poros hidup dan menjadi tauladan massa. Seorang pemipin revolusioner dalam kerangka marxis mampu bertindak sebagai barisan terdepan untuk menghancurkan musuh-musuh revolusi. Pemimpin juga harus berada ditengah-tengah massa dan tidak sedetik pun meninggalkan massa. Itulah bukti pengorbanan pimpinan yang di didik, dibesarkan dan dipilih oleh massa pekerja.

I.7. METODOLOGI PENELITIAN I.7.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan metode yang dipakai maka penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif-historis. Penelitian ini untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena. Dimana menurut peneliti bahwasannya penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian Grounded theory28

I.7.2 Teknik Pengumpulan Data

yaitu suatu studi pendekatan yang menekankan arti dari suatu pengalaman untuk sejumlah individu salah satunya Vladimir Lenin, dimana tujuan pendekatan grounded theory adalah untuk menghasilkan atau menemukan suatu teori yang berhubungan dengan situasi tertentu. Situasi di mana individu saling berhubungan, bertindak, atau terlibat dalam suatu proses sebagai respon terhadap suatu peristiwa. Inti dari pendekatan grounded theory adalah pengembangan suatu teori yang berhubungan erat kepada konteks peristiwa dipelajari.

Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakann teknik pengumpulan data sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan penelitian. Untuk mengumpulkan

28

Bambang Prasetyo, dkk. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2005. Hal. 42


(42)

data-data, keterangan-keterangan dan fakta-fakta yang diperlukan maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari buku-buku dan artikel media online terkait dengan teori revolusi marx, Lenin dan Partai Boshelvik.

Dengan banyaknya sumber-sumber rujukan, penulis tidak dapat menguraikan satu persatu dari buku yang dijadikan acuan, penulis membatasinya dengan mendeskripsikan rujukan-rujukan utama yang dipergunakan penulis, sedangkan rujukan yang lainnya hanya dijadikan pendamping atau pembanding saja. Adapun buku-buku rujukan utama yang penulis pergunakan dalam penulisan skrispsi ini adalah Buku Dasar Sejarah Rusia Modern (1966) karya Hans Kohn, Dalam Bayang-bayang Lenin (2003) karya Franz Magnis Suseno, Lenin, Revolusi Oktober 1917 (2004) karya Syaiful Arif dan Eko Prasetyo, Negara dan Revolusi (1917) karya Vladimir Ilyich Lenin (PDF), Komunisme Sebuah Sejarah (2004) karya Richard Pipes, Komunis: Sebuah Sejarah, Revolusi Permanen (2009) karya Leon Trotsky, Negara dan Revolusi Sosial (Studi Analisis Komparatif tentang Perancis, Rusia dan Cina) (1991) karya Thade Skocpol, dan Rentjana Pelajaran Terurai tentang Komunisme (1967) karya Oejeng Soewargana dan Nugroho Notosusanto, dll.

I.7.3 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah dengan mengorganisir data, membaca keseluruhan informasi, membentuk kategori informasi tentang peristiwa yang diteliti, mengidentifikasi suatu peristiwa, menyelidiki kondisi-kondisi yang menyebabkanpartai boshelvik dalam revolusi, mengidentifikasi setiap kondisi-kondisi, dan menggambarkan peristiwa peran partai dalam revolusi dibawah pimpinan Vladimir Lenin serta mengembangkan dan menggambarkan suatu acuan yang menerangkan keadaan sosial, sejarah, dan kondisi ekonomi yang mempengaruhi peristiwa tersebut.

Dalam konteks ini komparasi (keberadaan) Vladimir Lenin yang berusaha menggerakan Partai boshelvik untuk mencapai sebuah revolusi yang disebut dengan revolusi 1917. Fenomena ini dapat dianalisis dengan terlebih dahulu


(43)

melihat kondisi masyarakat Rusia pada masa pra revolusi yang hidup dalam penindasan dimana kondisi itu juga sama dengan hukum evolusi manusia yang dikatakan oleh Marx lalu revolusi 1917 dianalisis dengan mengggunakan teori revolusi Marxis dan teori partai politik yang dikatakan oleh Marx.


(44)

KERANGKA KONSEPPENELITIAN

Wacana Marxisme yang berkembang di Rusia -Plekanov (Menshevik)

-Kaum Populis (Norodik)

Alat kelengkapan dan pendukung Tsar -Tuan-Tuan tanah

-Polisi

-Militer (tentara)

-Kaum Pemilik modal (kapital)

Elemen yang tergabung: - Partai Boshelvik - Partai Menshevik

Analisis Teori revolusi Marx:

-Revolusi tahap pertama “kediktatoran

bersama”(kaum buruh + kaum borjuis/liberal)

- Revolusi tahap kedua (Proletar) “Kediktatoran Proletariat”

Revolusi

 Februari 1917 “Kediktatoran Bersama”

(petani + buruh dipimpin oleh proletar) menjatuhkan Feodalisme dengan semboyan “Semua Kekuasaan bagi pemerintah Soviet” dan ikut terlibat dalam parlemen.

 Oktober 1917 “Kediktatoran Proletariat dengan Perantaraan Partai”

(Proletar tergabung dalam partai Boshelvik + Front Nasional) Menjatuhkan kaum Borjuis dengan semboyan “Perdamaian, Tanah dan Roti”

Dipimpin oleh Partai Boshelvik (PKUS) dengan menaungi Soviet Seluruh Rusia yang gunanya untuk mengkordinir komite soviet Buruh (pekerja pabrik dan petani), komite soviet prajurit.Soviet ini telah diserahkan kepada masyarakat dan tugasnya masing-masing. Dan guna partai adalah untuk menghasilkan suatu kebijakan dari hasil kongres partai yang nantinya dilaksanakan oleh pimimpin negara.

Perkembangan Masyarakat Rusia (Petani dan Buruh)

Feodalisme + Kapitalisme (Tsar)

PBSDR

sosialisme

Revolusi


(45)

I.8. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab Satu ini akan menguraikan dan membahas latar belakang masalah, pokok permasalahan yang akan dibahas dan tujuan mengapa diadakan penelitian ini dan metode penelitian serta kerangka teori yang akan menjadi landasan pembahasan masalah.

BAB II : DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

Bab Kedua ini akan membahas biografi Lenin, latarbelakangpemikiran V.I Lenin berpikir kritis mengenai konsep negara dan revolusi, dasar Pemikiran V.I Lenin salah satunya tentang Peran Partai dalam Revolusi dan sejarah singkat berdirinya partai boshelvik, serta hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

BAB III : PENYAJIAN DATA

Bab ini akan lebih membahas secara lebih dalam, detail dan rinci mengenai studi kajian yang dilakukan penulis yaitu mengenai Dampak Pemikiran V.I Lenin dalam Revolusi Bolshevik 1917 sesuai dengan sumber-sumber tertulis yang relevan. Bab ini adalah pembahasan dari pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan penulis sebelumnya yang dibagi menjadi beberapa sub bab. Dalam bab ini akan dideskripsikan sub-bab judul yang penulis kaji dalam skripsi ini yaitu mengenai menguraikan nilai dasar Revolusi Sosial menurut Pemikiran Karl Marx sebagai Usaha untuk mencapai suatu tatanan Masyarakat yang baru, yaitu Sosialisme menuju Komunisme, kontribusi pemikiran tokoh-tokoh intelektual yang mempengaruhi pemikiran V.I Lenin tentang konsep negara dan revolusi dan dampak pemikiran V.I Lenin tentang konsep negara dan revolusi terhadap perkembangan sejarah di Rusia.

BAB IV : PENUTUP

Bab terakhir ini akan dikemukakan mengenai kesimpulan rangkaian keseluruhan penulisan sejarah yang dilakukan berupajawaban-jawaban dari pertanyaan yang diajukan, sebagai ringkasan inti sari dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan mendeskripsikan hasil-hasil penemuan penulis mengenai permasalahan yang dikaji dalam penulisan skripsi ini.


(1)

mengotak-atik ideologi Marxis-Leninisme sehingga pondasi PKUS menjadi lemah. Hal ini, menjadi refleksi bagi para intelektual bahwapersoalan kepemimpinan dan organisasi memang menentukan apakah negara tersebut dapat menang dari musuh-musuh kaum sosialis yang telah mencapai revolusi, namun tidaklah menentukan apakah revolusi tersebut akan pecah atau tidak. Yang menentukan adalah kelas bawah yang mengalami penindasan oleh kaum feodal/kapital dan bangunan atas (negara).

Setelah Lenin meninggal, ia belum sempat melihat bahwa teorinya ternyata di implementasi oleh para pengikutnya dan banyak yang mengira bahwa salah satu kelemahan dari teori Marx-Leninisme adalah teori ini mengakibatkan otoritarianisme, kekerasan, pemaksaan, pembunuhan, dan lainnya. Menurut saya, teori Marxisme-Leninisme ini menjadi landasan bagi para revolusioner dunia untuk dipakai dinegara mereka demi suatu perubahan secara menyeluruh dari yang lama ke arah yang lebih baru (sosialisme), dan bagi mereka yang salah mengadopsi secara berlebihan teori ini maka menyebabkan hal-hal diatas. Sebenarnya apabila ditelaah dan diteliti dalam perjuangan Lenin di negara Rusia untuk mencapai Negara Sosialisme, peran Lenin untuk merebut kekuasaan dari tangan Tsar dan Pemerintahan Sementara tidak dijalankan dengan cara Kekerasan dan pemaksaan yang telah dipaparkan dalam bab-bab sebelumnya.Hanya saja menurut saya Lenin memiliki kelemahan dalam menjalankan teori revolusi Marx yang ia terapkan di Rusia dan hal ini terletak pada saat Revolusi Februari 1917 atau Revolusi Borjuis tipe lama. Kelemahan Lenin pada saat itu ialah ia tidak ikut terlibatdalam revolusi borjuis tersebut, walaupun pada dasarnya ia memahami Revolusi Borjuis tipe lama ini merupakan persekutuan taktis yang menjadi jalan satu-satunya untuk menuju revolusi sosialis.

Tidak berperan aktifnya Lenin dalam revolusi tahap awal ini, dikarenakan Lenin memandang ada kekuatan lain yang ikut terlibat dalam revolusi tahap awal. Dan hal itu terbukti dari adanya 3 kekuatan yang ikut berperan dalam pelaksanaan revolusi ini yaitu Menshevik, Boshelvik, Sosial Revolusioner (SR). SR merupakan golongan Liberal yang terdiri dari tuan-tuan tanah, kaum pemilik


(2)

industri dsbnya yang terlibat aktif dalam revolusi dimana kaum menshevik bersikukuh tetap memasukkan SR. Hal ini jelas, telah menyimpang dari teori revolusinya Marx. Lenin hanya mendukung ketika revolusi itu dipelopori oleh kaum borjuis kecil yang dipimpin oleh kaum proletar dimana terdapat persekutuan taktis. Hal ini dikarenakan Rusia yang pada perkembangannya masih banyaknya kaum feodal yang tengah berkuasa walaupun fase kapitalisme tengah berkembang, ditambah dengan corak produksi masyarakat Rusia pada saat itu masih banyak yang bekerja sebagai petani dan kaum proletar (buruh) masih sangat sedikit jumlahnya. Dikatakan oleh Karl Marx dalam teori materialisme dialektikanya bahwa dengan fase feodalisme (tesis) untuk sampai pada fase sosialisme (sintesis) maka diperlukan fase borjuis-kapitalisme terlebih dahulu untuk meruntuhkan fase feodalisme. Maka diperlukan revolusi tahap awal yaitu revolusi borjuis dengan adanya keterlibatakn kaum proletar, lalu dilanjutkan ke revolusi tahap kedua, tujuannya revolusi tahap kedua, pertama untuk menumbangkan kaum borjuis agar tidak berkuasa terlalu lama sehingga tidak menimbulkan rezim despotik yang semakin kuat, dan dengan segera menuju negara sosialis dengan masyarakat komunis. Dan Lenin mengikuti dialektika Marx. Jadi tujuan revolusi borjuis dilakukan adalah untuk meruntuhkan kaum Tsar, aristokrasi, tuan tanah dan lain-lain yang telah menguasai kelebihan hasil dari para penduduk.

Belajar dari revolusi Bonaparte untuk menjatuhkan Raja Philip, dimana pada revolusi tahap awal itu, banyaknya golongan yang ikut ambil andil dalam pencapaian revolusi itu, menyebabkan tingkat kekuasaan dari kaum borjuis semakin tinggi ditambah juga Bonaparte tidak membuat pemerintahan bersama seperti dewan soviet di Rusia yang menjadi kumpulan dari soviet-soviet (wakil-wakil buruh), maka revolusi revolusi tahap awal jika tidak dengan segera dilanjutkan ke revolusi tahap kedua menjadi senjata untuk mengembalikan rezim despotik yang lebih merajalela kembali. Dan Lenin tidak mau hal tersebut terjadi. Oleh karena itu Lenin tidak ingin terlibat dalam pencapaian revolusi tahap awal itu. Sebab Lenin telah menanamkan bahwa kaum borjuis itu mempunyai sifat


(3)

konservatif, tidak berpendirian, tidak dapat dipercaya dan tidak mampu menjalankan tugas-tugas revolusi dengan baik dan ketika kaum borjuis bergabung dengan kaum Liberal (SR) maka keinginan yang menggebu-gebu untuk meningkatkan dan meletakkan kekuasaan pada segelintir orang semakin besar, hal ini nampak pada terbentuknya pemerintahan sementara setelah revolusi tercapai. Terlihat bahwa dibawah sistem pemerintahan sementara tidak ada perubahan yang signifikan terhadap negara Rusia, malahan pemerintahan sementara menjalankan sistem lama dari otokrasi tsar menyebabkan kesengsaran masyarakat kian bertambah.

Maka dari itu Lenin membiarkan revolusi itu terlaksana dibawah pelopor kaum borjuis dan sosial revolusioner dan membiarkan partai Boshelvik ikut dalam pencapaian revolusi. Disini lemahnya Lenin belum menerima masuknya kaum liberal untuk terlibat dalam revolusi tahap awal, Lenin hanya menerima dan terlibat dalam revolusi tahap awal jika revolusi itu hanya terdiri dari borjuasi kecil (petani) dengan dipimpin oleh proletar maka dengan melihat kenyataan dimana dominasi Menshevik sangatlah besar dengan koalisi Sosial Revolusioner maka Lenin hanya memberikan ruang kepada boshelvik untuk terlibat dalam pemerintahan sementara dan Lenin terfokus pada revolusi sosialis (oktober). Ia awalnya tidak melihat revolusi februari ini mampu membawa Rusia menuju revolusi oktober walaupun dalam revolusi tahap awal itu ada kekuatan lain yang ikut terlibat. Tetapi setelah ia memahaminya dengan terciptanya dan revolusi tahap awal itu tercapai, ternyata kaum buruh dan petani membentuk Dewan Soviet yang dipimpin oleh Buruh, yang ternyata dalam fase berlangsungnya revolusi februari adanya persekutuan taktis kaum proletar (buruh) dan kaum borjuis yang dipimpin oleh Proletar seperti yang Karl Marx katakan.Artinya, dalam pemikiran Marxisme, ketika masyarakat masih didominasi kaum Feodal (Tsar) maka dibutuhkan persekutuan antara kaum borjuis dan kaum proletar yang dipimpin oleh kaum proletar untuk menuju Revolusi Sosialis. Disinilah Lenin memahami bagaimana karakter masyarakat Rusia yang masih didominasi oleh tuan tanah dalam hubungan produksinya maka diperlukan persekutuan taktis tersebut.


(4)

Persekutuan taktis disini artinya dalam revolusi tahap awal yang dipimpin oleh kaum borjuis ternyata ikut terlibatnya kaum proletar didalam revolusi tahap awal walaupun masa kaum proletar tidak terlalu besar dibandingkan dengan revolusi tahap kedua. Tujuan keikut sertaan kaum proletar adalah untuk melatih kaum proletar dalam mempersiapkan revolusi tahap kedua dimana revolusi tahap kedua ini untuk mengambil ahli alat-alat produksi dari tangan borjuis dan menasionalisasikannya kemudian diserahkan kepada negara untuk kemakmuran masyarakat. Dan hal yang paling terpenting diperlukannya persekutuan taktis tersebut adalah agar kaum borjuis setelah tercapai revolusi tahap awal tidak serta merta menggunakan kekuasaan dengan semaunya, karena jika pada revolusi tahap awal hanya didominasi seluruhnya oleh kaum borjuis maka tidak ada niat untuk melanjutkan revolusi tahap kedua, dan Rusia akan mengalami nasib sama seperti Revolusi Bonaparte di Prancis yang berdampak pada kehancuran pada negara itu. Sebab telah diketahui bahwa kaum borjuis ini mempunyai sifat konservatif dan haus akan kekuasaan karena mereka terlahir dari didikan masyarakat lama (didikan kaum feodal). Maka oleh Lenin dengan segera melakukan propaganda di dalam Dewan Soviet dengan menaikan isu “ Seluruh Kekuasaan kepada Soviet-soviet” untuk mendapatkan dukungan yang lebih besar lagi dari kaum buruh dan dengan segera melancarkan revolusi tahap kedua.

Oleh karena itu, revolusi Rusia menjadi pembelajaran bagi para revolusioner di dunia yang ingin meruntuhkan dominasi kelas penindas dengan merubah sistem yang telah lama menjadi sistem yang baru hendaknya terlebih dahulu melihat dan memahami kondisi negara, masyarakat (basis sosial) dimana corak produksi dan alat-alat produksi yang ada dinegara tersebut dikuasai oleh kaum boejuis-kapitalis atau masyarakatnya, sehingga seorang revolusioner mengetahui tahapan revolusi yang akan diterapkan dinegara tersebut.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agitprop CC, (1964), Bagaimana Masyarakat Berkembang, Jakarta: cetakan ke ______V.

Archer, Jules, (2004), Kisah Para Diktator: Biografi Politik Para Penguasa ______Fasis, Komunis, Despotis dan Tiran, Yogyakarta: narasi.

Arif, Saiful dan Eko Prasetyo, (2004), Lenin Revolusi Oktober 1917 ______(Sanggahan Atas Pemikiran Franz Magnis-Suseno), Yogyakarta : Resist ______Book.

Bruhat, Jean, (1954),Sedjarah Sovjet Rusia, Djakarta: Kebangsaan Pustaka _______Rakyat N. V. Djakarta.

Budiarjo, Mariam, (1996), Demokrasi di Indonesia : Demokrasi Parlementerdan ______Demokrasi Pancasila, Jakarta: PT GRAMEDIA.

Budiarjo, Mariam, (1992), Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT ______GRAMEDIA.

Budiarjo, Mariam, (2008), Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT GRAMEDIA, ______Edisi Revisi.

Bungin, Burhan, Metode Penelitian Sosial, Surabaya: Airlangga University ______Press,

Darsono, Dr.SE.SF.MA. MM, (2007) Karl Marx Ekonomi Politik dan Aksi ______Revolusi. Jakarta: Diadit Media.

Econarch Insitute, Electronic Classics Series, Editor, Indonesia. Negara dan ______Revolusi Oleh V.I Lenin. Copyright © 2009 Rowland Classics. PDF ______ (diunduh pada 18 September 2012, pukul 12.38)

Gellately Robert, (2011), Lenin, Stalin dan Hitler, Jakarta: PT. Gramedia ______Pustaka Utama.

Giddens, Antony,(1986), Kapitalisme dan Teori-teori Sosial Modern, Jakarta: UI ______Press.

Haramain, Abd. Malik, dkk, (2001), Pemikiran-pemikiran revolusioner (Karl ______Marx, Antonio Gramsci, Anthony Giddens, Paulo Freire, Asghar Ali ______Enginer, Erich Fromm), Malang, Averroes Press: Pustaka Pelajar.


(6)

Haryadi, Edy, (2000), Lenin: Pikiran, Tindakan dan Ucapan, Jakarta: ______Komunitas Study Untuk Perubahan.

Ichlasul, Amal (Eds), (1996), Teori-teori Mutakhit Partai Politik Edisi Revisi, ______Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Khoirudin, (2004), Partai Politik dan Agenda Transisi Demokrasi Menakar ______Kinerja Partai Politik Era Transisi di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka ______Pelajar.

Khon, Hans, (1966), Dasar Sedjarah Rusia Modern, Jakarta: Bharatara.

Kristeva, Nur Syaid Santoso, M. A, (2011), Negara Proletar dan Revolusi ______Proletar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kusumandaru, Ken Budha, (2006), Karl Marx, Revolusi, dan Sosialisme: ______Sanggahan Terhadap Franz Magnis Suseno, Yogyakarta: Resist Book. Maeridis, Roy C, (1996), Sejarah, Fungsi dan Tipologi Partai-Partai, dalam ______Teori-Teori, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Mandel, Ernest, (2006), Tesis-Tesis Pokok Marxisme, Yogyakarta: Resist Book. Nawawi, Hadiri, (1955), MetodePenelitianBidangSosial, Yogyakarta: Gajah ______Mada University Press.

Noer, Deliar, (2006), Pemikiran Politik di Negeri Barat, Bandung: Pustaka ______Mizan.

Pipes, Richard, (2004), Komunisme: Sebuah Sejarah, Yogyakarta: MATA ______ANGIN.

Prasetyo, Bambang, dkk. (2005), Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan ______Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Scopol, Thade, (1991), Negara dan Revolusi Sosial (Studi Analisis Komparatif ______tentang Perancis, Rusia dan Cina), Jakarta: Erlangga.

Singarimbun, Masri & Sofian Effendi, (1989), Metode Penelitian Surve, Jakarta: ______LP3ES.

Soewargana, Oejeng dan Nugroho Notousanto, (1967), “Rentjana Peladjaran ______Terurai Tentang Komunisme”, Bandung: s. n.