BAB I PENDAHULUAN - Hubungan Media Sosial dan Teman Sebaya dengan Perilaku Seks Bebas pada Siswa SMA Negeri 1 Bandar Kabupaten Simalungun Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya pengggunaan media sosial. Media sosial merupakan media yang dapat diperoleh dari internet. Media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Youtube digunakan mulai untuk sekadar berkomunikasi hingga mengakses informasi dan data yang penting. Namun kegunaan dari media sosial tersebut sekarang banyak disalah gunakan untuk menyebarkan hal-hal atau informasi negatif seperti penyebarluasan situs video porno yang mendukung remaja untuk melakukan free sex atau seks bebas (Rosmawati, 2014).

  Selain media sosial, perilaku seks bebas pada remaja biasanya juga dilatarbelakangi oleh pengaruh pergaulan dengan teman sebaya. Teman sebaya adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama.Teman sebaya sangatlah menentukan perilaku-perilaku yang sering ditunjukan remaja dalam keseharian mereka bergaul dengan teman-temannya (Santrock, 2007).

  Bentuk-bentuk perilaku seks bebas yang tampak dalam aktivitas kehidupan remaja yang dapat kita lihat selama ini adalah aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan kedekatan remaja dengan lawan jenisnya. Dalam usia remaja, mengenal lawan jenis lebih dekat sudah umum terjadi dan sering kita kenal dengan istilah penjajakanatau pacaran (Apriyanthi, 2011).

  Saat ini pacaran sudah dikonotasikan dengan “menjamah pacar”. Banyak remaja yang berpikir kalau pacaran tidak seru bila tidak dibumbui dengan berciuman, pegangan tangan, pelukan, saling menjamah, dan bila kebablasan maka hubungan seks bebas pun bisa terjadi. Pemaparan diatas diperkuat oleh hasil penelitian Dwi Putri Apriyanthi (2011) “Seks bebas dilatarbelakangi oleh pengaruh lingkungan pergaulan dengan teman, dan kurangnya komunikasi orang tua di dalam keluarga”.

  Menurut Papalia (2008) ada 2 (dua) aspek dalam interaksi teman sebaya yang dapat dirumuskan sebagai berikut: Tuntutan Konformitas dan Penyesuaian diri terhadap teman (adaptasi). Konformitas adalah kondisi dimana remaja mengadopsi sikap atau perilaku remaja lain (teman sebaya) dalam kelompoknya karena tekanan dari kenyataan atau kesan yang diberikan oleh kelompoknya tersebut.Adaptasi adalah proses penyesuaian diri remaja dengan remaja lain (teman sebaya).

  Kristy Juing (2004) yang menyatakan “Peran teman sebaya sangatlah tinggi dalam mempengaruhi perilaku remaja”. Peran teman sebaya dalam pergaulan remaja memang sangatlah menonjol. Hal ini sejalan dengan meningkatnya minat individu dalam persahabatan serta keikutsertaan dalam kelompok. Sebagai akibatnya, mereka akan merasa senang apabila diterima (Adaptasi) atau sebaliknya akan merasa tertekan dan cemas apabila di keluarkan dan diremehkan oleh teman-teman sebayanya (Konformitas). “Bagi remaja pandangan teman-teman terhadap dirinya merupakan hal yang paling penting”. (Santrock, 2007). Maka, dapatlah dimengerti bahwa peran teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada peran keluarga.(Hurlock, 2003).Bukan hanya itu remaja merasakan bahwa membahas soal seks, dan perilaku seksual bersama teman-teman sebayanya jauh lebih menyenangkan dibanding harus bercerita dengan orang tua. Hal ini dapat mengakibatkan anak memperoleh informasi yang salah mengenai seks yang diperoleh dari teman sebayanya serta muculnya permasalahan seksual pada remaja.

  Menurut (Sarwono, 2011) ada beberapa faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja, diantaranya:Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas) remaja, penyebaran informasi melalui media sosial (Facebook, Twitter, Youtube) dan rangsangan seksual melalui media massa yang dengan adanya teknologi canggih (VCD, Video, internet), remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba akan meniru apa yang dilihat atau di dengarnya dari media massa. Khususnya karena merekapada umumnya belum pernahmengetahui masalah seksual secaralengkap dari orang tuanya hal itu disebabkan karena orang tuamenganggap tabu masalah seksual.

  Berdasarkan hasil survey di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pada tahun 2013 menyatakan bahwa pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang dimana 75 persennya adalah remaja.

  Dari angka tersebut, 95 persennya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP), Selamat Sembiring mengatakan, situs jejaring sosial yang paling banyak diakses adalah facebook dan twitter. Indonesia menempati peringkat 4 pengguna facebook terbesar setelah USA, Brazil, dan India.

  Fenomena perilaku seks bebas di kalangan remaja mengakibatkan terjadinya kecenderungan meningkatnya perilaku free sex atau seks bebas, penderita HIV/AIDS, dan kasus aborsi. Fenomena ini mengejutkan semua pihak termasuk orang tua. Betapa remaja yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa ada beban moral. Hal ini terjadi dikarenakan sikap remaja sekarang cenderung permisif (serba boleh) terhadap perilaku seks bebas. Melakukan seks tidak lagi dipandang tabu meski usia masih belasan tahun (Masyithah, 2010).

  Sebuah survey yang dilakukan oleh Youth Risk Behavior Survey (YRBS) secara Nasional di Amerika Serikat pada tahun 2006 mendapati bahwa 47,8% pelajar yang duduk di kelas 9-12 telah melakukan hubungan seks sebelum menikah, 35% pelajar SMA telah aktif secara seksual (Daili,2009).

  Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 tercatat 4,2% dari remaja telah melakukan hubungan seks sebelum mereka menikah dan data menunjukkan bahwa para remaja melakukan seks untuk pertama kali dalam usia relatif muda. 70,2% dilakukan oleh remaja berusia antara 15-19 tahun dan 24,4% dilakukan oleh remaja usia 20-24 tahun. Meskipun demikian, 5,4% remaja yang berusia 10-14 tahun juga ada dalam kelompok dimaksud.

  Menurut Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN 2010), diketahui sebanyak 51% remaja di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (JABODETABEK) telah melakukan hubungan seks pranikah. Dari kota-kota lain di Indonesia juga didapatkan data remaja yang sudah melakukan seks pranikah tercatat 54% di Surabaya, 47% di Bandung, dan 52% di Medan (BKKBN, 2010).

  Di wilayah Asia Tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahun, dan sekitar 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia, dimana 2.500 di antaranya berakhir dengan kematian. Resiko kematian akibat aborsi yang tidak aman di wilayah Asia diperkirakan 1 berbanding 3.700 dibanding dengan aborsi yang aman. Angka aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta pertahun. Sekitar 750.000 diantaranya dilakukan oleh remaja (Soetjiningsih, 2004).

  Menurut data Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) pada tahun 2002 penderita HIV/AIDS ada sebanyak 110.000 dan pada 2006 naik menjadi 193.000 dan pada tahun 2007-2008 jumlah kasus ini ditaksir menjadi 270.000 orang. Salah satu penyebab peningkatan ini adalah perilaku seks bebas yang didominasi oleh kelompok usia remaja (Depkes RI, 2008).

  Berdasarkan Badan Pusat Statistik Simalungun tahun 2008 jumlah remaja laki- laki 16.940 jiwa dan perempuan 16.400 jiwa. Jumlah HIV/AIDS di Kabupaten Simalungun mencapai 102 kasus dimana pada tahun 2010 terdapat 99 kasus dan di tahun 2011 terdapat 3 kasus. (Harian Sumut Pos, 1 Juni 2011).

  Berdasarkan Survey Sumber Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) ditahun 2002-2003 (dalam www.news.okezone.com diakses pada tanggal 14 maret 2012), remaja mempunyai teman yang pernah berhubungan seksual pada usia 14-19 tahun, perempuan 34,7 %, laki-laki 30,9 %. Sedangkan pada usia 20-24 tahun perempuan 48.6 % dan laki-laki 46.5 %. SKRRI pun melanjutkan analisisnya pada tahun 2003 dengan menetapkan beberapa faktor yang paling mempengaruhi remaja melakukan hubungan seksual antara lain : pertama karena pengaruh teman sebaya atau pacar, kedua, punya teman yang setuju dengan hubungan seks bebas (free sex).

  Ketiga, punya teman yang mendorong untuk melakukan seks bebas.

  Rangsangan dari berbagai kemajuan modernisasi seperti media sosial dan budaya permisif tidak mungkindapat dihindari oleh remaja, akibatnya dalam diri mereka mulai timbul perasaan seksual yaitu mulai berfantasi tentang seks sehingga timbul gejala-gejala yang mengakibatkan pergaulan seks bebas, aborsi, hamil diluar nikah serta kasus-kasus kejahatan seksual yang dilakukan oleh remaja. Dari survei kesehatan reproduksi menunjukkan: dari 19.173 responden, 92% remaja sudah berpacaran, dan pada saat berpacaran melakukan pegang-pegangan tangan, 82% berciuman, 62% melakukan petting, dan 10,2% sudah melakukan seks bebas (Myke, 2014).

  Dalam penelitian ini peneliti mengambil objek SMA Negeri 1 Bandar. SMA Negeri 1 Bandar merupakan SMA yang terletak di Kota Perdagangan, Kabupaten Simalungun dengan jumlah siswa keseluruhan adalah sebanyak 1098 siswa. Di SMA Negeri 1 Bandar ini peneliti menemukan masalah seperti siswa yang menyimpan dan menonton film porno dari hand phonenya. Menyimpan dan menonton film porno merupakan salah satu bentuk dari kegiatan yang berhubungan dengan perilaku seks bebas. Dengan kebiasaan menonton video porno, akan memancing seseorang untuk mencoba melakukan kegiatan seksual. Di lapangan juga peneliti melihat maraknya fenomena penggunaan media sosial seperti Facebook dan Twitter. Hampir seluruh siswa memiliki akun jejaring sosial mereka masing-masing. Sekarang video porno sangat mudah diakses oleh remaja melalui media sosialdan kemudian menyebarkannya bahkan berbagi dengan teman sebayanya. Peneliti juga menemukan adanya kasus Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) yang berujung aborsi pada tahun 2012 sejumlah 3 kasus dari jumlah siswa yang ada, dimana kasuss ini terulang disetiap tahunnya.

  Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “HubunganMedia Sosial dan Teman Sebaya dengan Perilaku Seks Bebaspada Siswa SMA Negeri 1 Bandar Kabupaten Simalungun Tahun 2014”.

  1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini yaitu “Apakah ada hubunganmedia sosial dan teman sebaya dengan perilaku seks bebas pada siswa SMA Negeri 1 Bandar Kabupaten Simalungun tahun 2014.”

  1.3 Tujuan dan Manfaat

  1.3.1 Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui gambaran perilaku seks bebas pada siswa SMA.

  b. Faktor-faktor pendukung perilaku seks bebaspada siswa SMA.

  c. Mengetahui apakah ada hubungan media sosial dengan perilaku seks bebas di SMA Negeri 1 Bandar.

  d. Mengetahui apakah adahubungan teman sebaya dengan perilaku Seks Bebasdi SMA Negeri 1 Bandar.

  1.3.2 Manfaat Penelitian

  a. Sebagai bahan informasi instansi terkait dalam upaya peningkatan mutu pendidikan b. Sebagai bahan informasi bagi peneliti dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan

1.4 Hipotesis

  Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubunganmedia sosial dan teman sebaya terhadap perilaku seks bebas pada remaja kelas 2 SMA Negeri 1 Bandar Kabupaten Simalungun tahun 2014.