Hubungan Media Sosial dan Teman Sebaya dengan Perilaku Seks Bebas pada Siswa SMA Negeri 1 Bandar Kabupaten Simalungun Tahun 2014

(1)

HUBUNGAN MEDIA SOSIAL DAN TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA SMA NEGERI 1 BANDAR

KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2014

SKRIPSI

Oleh : DEWI SARAH

(101000154)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

HUBUNGAN MEDIA SOSIAL DAN TEMAN SEBAYA

DENGANPERILAKU SEKS BEBASPADA SISWA SMA NEGERI 1 BANDAR KABUPATENSIMALUNGUN

TAHUN 2014

SKRIPSI

DiajukanSebagai Salah SatuSyarat UntukMemperolehGelar SarjanaKesehatanMasyarakat

Oleh :

DEWI SARAH (101000154)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

ABSTRAK

Perilaku seks bebas yang remaja lakukan memang tidak terlepas dari pengaruh lingkungan terutama pengaruh dari media sosial dan teman-teman sebayanya. Hal tersebut dikarenakan remaja lebih banyak menghabiskan waktu mereka untuk bersama dengan teman teman sebayanya dibanding dengan keluarga ditambah lagi dengan pesatnya perkembangan era globalisasi yang membawa remaja pada fenomena maraknya penggunaan media sosial.

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Bandar yang berjumlah 1098 siswa dengan sampel dalam penelitian ini berjumlah 90 responden. Teknik penarikan sampel menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner sebagai panduan.

Data hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan Uji Chi Square dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian penggunaan media sosial berada dalam kategori lemah (82.2%) dan ada hubungan signifikan penggunaan media sosial dengan perilaku seks bebas dengan nilai p sebesar 0.043 (p<0.05). Konformitas teman sebaya sebagian besar berada dalam kategori kuat (64.4%) dan ada hubungan signifikan konformitas dengan perilaku seks bebas dengan nilai p sebesar 0.001 (p<0.05). Sebagian besar adaptasi teman sebaya berada dalam kategori lemah (71.1%) dan tidak terdapat hubungan signifikan antara adaptasi teman sebaya dengan perilaku seks bebas dengan nilai p sebesar 0.328 (p>0.05).

Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada pihak sekolah SMA Negeri 1 Bandar hendaknya dapat melakukan kerjasama dengan pihak terkait untuk dapat memberikan penyuluhan tentang pendidikan seksual kepada siswa dan siswinya, serta diharapakan peran aktif orang tua siswa dan siswi untuk meningkatkan pengawasan dalam penggunaan media sosial dan teman sebaya anak-anaknya untuk meminimalisir bahaya perilaku seks bebas.

Kata Kunci : Media Sosial, Konformitas, Adaptasi, Teman Sebaya, Perilaku Seks Bebas.


(4)

ABSTRACT

Adolescence free sex cannot be separated from environmental influences especially the influence of social media and the peer group. That is because teenagers spend more of their time to be together with their peer group compared with the family, the era of globalization also brings teenagers on the use of social media phenomenon.

This reseach is descriptive analytic based on cross sectional design. Population in this study were all students of SMA Negeri 1 Bandar that amounting to 1098 students with the number of sample in this study were 90 respondents. The sample technique using purposive sampling. The data was collected by interviews using questionnaire as a guide.

The research results data were analysed using Chi Square test with the results showed that the use of social media mostly located in the weak category (82.2%) and there is significant relations between the use of social media with free sex behaviour with p value 0.043 (p<0.05). Peer group conformity mostly located in the strong category (64.4%) and there is significant relations between conformity with free sex behaviour with p value 0.001 (p<0.05). Most of peer group adaptation located in the weak category (71.1%) and there is not significant relations between peer group relationship with free sex behaviour with p value 0.328 (p>0.05).

Based on the results of this research, SMA Negeri 1 Bandar are expected to make a collaboration with the related parties to make counseling on sex education for the students, and parents are expected can play an active role to monitoring their children in the use of social media dan their peer group to minimize the dangers of free sex.

Keywords : Social Media, Conformity, Adaptation, Peer Group, Free Sex Behaviour.


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dewi Sarah

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 02 Agustus 1992

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin Nama Orang Tua

Ayah : Drs. Kasim

Ibu : Wardiah Lubis (Alm.)

Jumlah Anggota Keluarga : 3 (tiga) orang

Alamat Rumah : Jl. Amal No. 5 Perdagangan, Kec. Bandar, Kab. Simalungun

Riwayat Pendidikan

Tahun 1996-1998 : TK. ABA (Aisyiyah Bustanul Athfal) Perdagangan Tahun 1998-2004 : SD Negeri No. 091618 Perdagangan

Tahun 2004-2007 : SMP Negeri 1 Bandar Tahun 2007-2010 : SMA Negeri 1 Bandar


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Media Sosial dan Teman Sebaya dengan Perilaku Seks Bebas pada Siswa SMA Negeri 1 Bandar Kabupaten Simalungun Tahun 2014”.

Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi. MKM dan Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku dosen pembimbing yang telah meluahkan waktu dan pemikirannya dengan keikhlasan untuk memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(7)

4. Bapak Drs. Eddy Syahrial dan Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Rommel, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Bandar dan seluruh staf pegawai SMA Negeri 1 Bandar.

6. Yang terbaik dan teristimewa untuk Ayahanda Drs. Kasim dan Ibunda Wardiah Lubis (Alm) untuk cinta kasih, do’a, dukungan dan kepercayaannya kepada penulis. Dan Ibunda Ema Janiar Kirana yang senantiasa mendoakan, mendukung dan mengingatkan penulis.

7. Bapak Warsito selaku staf administrasi Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

8. Untuk sahabat-sahabatku (Zeri Winda Ayu, Fanry Maulana, Dina Mustika, Imam Khusnan Syafii, Cut Tatiana Rosa dan Anggi Mutiah Sakdiyah) terima kasih untuk semua bantuan dan motivasinya.

9. Untuk saudari-saudariku (Aina Krizelle Santos, Nur Ardila, Nuzulia Rahayu, Febe Liana, Julia Betty dan Resham Masood) yang selalu mendukung dan membuat hari-hari penulis lebih berwarna.

10.Teman-teman peminatan PKIP 2010 (Bernike Sofia, Effi Janiarti, Lidya Situmorang, Asnija Sinambela, dan Siti Kurniawati) terima kasih banyak untuk semangat yang kalian berikan.

11.Untuk keluargaku (Bujing Syitah, Bujing Maria, Bujing July, Bujing Bibah, Tulang Lian dan Nantulang Rahma) terima kasih atas kasih sayang yang melimpah kepada penulis.


(8)

12.Untuk semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan, kerja sama dan do’anya.

Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunianya kepada kita semua dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Desember 2014 Penulis,


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan dan Manfaat ... 7

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 7

1.4 Hipotesis ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Remaja ... 9

2.1.1 Pengertian Remaja ... 9

2.1.2 Ciri-ciri Masa Remaja ... 10

2.1.3 Tahap Perkembangan Remaja ... 11

2.1.4 Perkembangan Fisik ... 12

2.2 Perilaku Seks Bebas ... 14

2.2.1 Pengertian Perilaku ... 14

2.2.2 Perilaku Seks Bebas pada Remaja ... 16

2.2.3 Perkembangan Perilaku Seks Bebas Remaja ... 17

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seks Bebas ... 18

2.3 Media Sosial ... 21

2.3.1 Defenisi ... 21

2.3.2 Karakteristik Media Sosial ... 23

2.4 Teman Sebaya ... 25

2.4.1 Defenisi ... 25

2.4.2 Karakteristik Teman Sebaya ... 27

2.4.3 Konformitas ... 29

2.4.5 Adaptasi... 30

2.5 Kerangka Konsep ... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 34

3.2 Lokasi dan waktu penelitian ... 34


(10)

3.2.2 Waktu Penelitian... 34

3.3 Populasi dan Sampel ... 34

3.3.1 Populasi ... 34

3.3.2 Sampel ... 35

3.4 Metode Pengumpulan Data... 36

3.4.1 Data Primer... 36

3.4.2 Data Sekunder ... 36

3.5 Uji Validitas dan Reabilitas ... 36

3.6 Instrumen Penelitian ... 37

3.7 Defenisi Operasional ... 37

3.8 Metode Pengukuran... 38

3.8.1 Variabel Independen ... 38

3.8.2 Variabel Dependen ... 39

3.9 Metode Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 41

4.2 Analisis Univariat... 42

4.2.1 Distribusi Karakteristik Identitas Responden ... 42

4.2.2 Media Sosial ... 43

4.2.3 Konformitas ... 48

4.2.4 Adaptasi... 53

4.2.5 Perilaku Seks Bebas ... 58

4.3 Analisis Bivariat ... 63

4.3.1 Hubungan Media Sosial dan Teman Sebaya (Konformitas & Adaptasi) dengan Perilaku Seks Bebas ... 63

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Identitas Responden ... 65

5.2 Penggunaan Media Sosial ... 66

5.3 Konformitas (Tekanan Teman Sebaya) ... 68

5.4 Adaptasi Teman Sebaya ... 70

5.5 Perilaku Seks Bebas ... 72

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 78

6.2 Saran ... 79


(11)

LAMPIRAN :

Lampiran 1 : Surat Keterangan Telah Selesai Pengumpulan Data Lampiran 2 : Kuesioner

Lampiran 3 : Master Data


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Data Keadaan Siswa SMA Negeri 1 Bandar Per Oktober 2014 ... 40 Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Indentitas Responden Berdasarkan Umur, Jenis

Kelamin, Tinggal dengan, dan Uang Saku Per Minggu ... 41 Tabel 4.3. Distribusi Jawaban Responden tentang Penggunaan Media Sosial ... 42 Tabel 4.4. Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan

Pertanyaan “Anda sering mengakses media sosial”... 43 Tabel 4.5 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan

Pertanyaan “Anda mem-follow situs informasi seks di media sosial” 44 Tabel 4.6 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan

Pertanyaan “Anda menerima informasi seksual dari media sosial”.... 44 Tabel 4.7 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan

Pertanyaan “Anda dan teman sering berbagi dan menyebarluaskan

informasi seksual di media sosial”... ... 45 Tabel 4.8 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan

Pertanyaan “Informasi seksual tersebut membuat Anda terangsang”... 45 Tabel 4.9 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan

Pertanyaan “Informasi seksual tersebut mempengaruhi tindakan seksual Anda”... ... 46 Tabel 4.10 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan

Pertanyaan “Anda dan pacar pernah melakukan chat sex (percakapan seksual) di media sosial”... 46


(13)

Tabel 4.11 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan

Pertanyaan “Anda dan pacar pernah mengaplikasikan informasi seksual yang anda peroleh di media sosial”... 47 Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Media Sosial... 47 Tabel 4.13 Distribusi Jawaban Responden tentang Konformitas... 48 Tabel 4.14 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan

Pertanyaan “Teman-teman mengejek Anda karena Anda belum pernah melakukan hubungan seks”... 49 Tabel 4.15 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan

Pertanyaan “Anda dan pacar Anda melakukan mastrubasi jika

terangsang”... 49 Tabel 4.16 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan

Pertanyaan “Teman-teman Anda melakukan hubungan seks dengan pacarnya”... 50 Tabel 4.17 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan

Pertanyaan “Teman-teman Anda pernah menonton video porno bersama- sama”... 50 Tabel 4.18 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan

Pertanyaan “Teman-teman Anda menganggap bahwa untuk menjadi anggota geng mereka harus melakukan hubungan seks.”... 51 Tabel 4.19 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan

Pertanyaan “Teman-teman Anda menawari Anda untuk mencopy video atau gambar porno dari ponselnya”... 51


(14)

Tabel 4.20 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan

Pertanyaan “Teman-teman Anda memberitahu situs-situs porno (situs dewasa) kepada Anda”... 52 Tabel 4.21 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan

Pertanyaan “Teman-teman Anda pernah mengajak Anda untuk melakukan hubungan seks dengan pelacur sebagai eksperimen”... 52 Tabel 4.22 Distribusi Responden Berdasarkan Konformitas Teman Sebaya 53 Tabel 4.23 Distribusi Jawaban Responden tentang Adaptasi... 53 Tabel 4.24 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan

Pertanyaan “Anda mengikuti gaya teman-teman Anda dalam

berpenampilan”... 54 Tabel 4.25 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan

Pertanyaan “Teman-teman dekat Anda sering membicarakan

seks saat berkumpul”... 54 Tabel 4.26 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan

Pertanyaan “Teman-teman dekat Anda pernah bercerita pada Anda

bahwa dia pernah melakukan hubungan seks.”... 55 Tabel 4.27 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan

Pertanyaan “Anda selalu berusaha menyesuaikan sikap Anda dengan

sikap teman-teman Anda dalam segala hal.”... 55

Tabel 4.28 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan Pertanyaan “Teman-teman Anda terbuka membicarakan masalah


(15)

Tabel 4.29 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan Pertanyaan “Anda menyesuaikan kebiasaan teman-teman Anda

dengan kebiasaan Anda dalam berpacaran”... 56 Tabel 4.30 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan

Pertanyaan “Anda mengikuti gaya teman-teman Anda dalam

berpacaran.”... ... 57 Tabel 4.31 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan

Pertanyaan “Anda menerima ajakan teman-teman Anda kepada kegiatan yang mengarah kepada pemuasan birahi, seperti di

kafe remang-remang, clubbing, dan lain-lain.”... 57 Tabel 4.32 Distribusi Responden Berdasarkan Adaptasi Teman Sebaya.. 57 Tabel 4.33. Distribusi Jawaban Responden tentang Perilaku Seks Bebas 58 Tabel 4.34 Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan

Pertanyaan “Apakah anda dan pacar pernah atau selalu

berpelukan ketika pacaran?”... 59 Tabel 4.35. Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan

Pertanyaan “Apakah Anda berciuman bibir/mulut dan lidah

dengan pacar saat berpacaran?”... 59 Tabel 4.36. Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan

Pertanyaan “Apakah anda meremas/diremas payudara oleh

pacar saat pacaran?”... 60 Tabel 4.37. Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan


(16)

(melakukan masturbasi) saat pacaran?”... 60 Tabel 4.38. Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan

Pertanyaan “Apakah anda dan pacar saling merangsang dari daerah leher ke bawah (necking)?”... 61 Tabel 4.39. Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan

Pertanyaan “Apakah anda dan pacar saling menggesek/

menempelkan kelamin (petting) ketika pacaran?”... 61 Tabel 4.40. Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan

Pertanyaan “Apakah anda dan pacar sekarang ataupun pacar sebelumnya pernah melakukan seks oral (berhubungan alat kelamin dengan mulut)?”... 62 Tabel 4.41. Distribusi Alasan “Ya” dan “Tidak” Responden Berdasarkan Pertanyaan

“Apakah anda dan pacar sekarang ataupun pacar sebelumnya pernah

hubungan seksual (berhubungan badan)?”... 62 Tabel 4.42. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Seks Bebas... 63 Tabel 4.43. Tabulasi Silang Hubungan Media Sosial dan Teman Sebaya (Konfirmasi


(17)

ABSTRAK

Perilaku seks bebas yang remaja lakukan memang tidak terlepas dari pengaruh lingkungan terutama pengaruh dari media sosial dan teman-teman sebayanya. Hal tersebut dikarenakan remaja lebih banyak menghabiskan waktu mereka untuk bersama dengan teman teman sebayanya dibanding dengan keluarga ditambah lagi dengan pesatnya perkembangan era globalisasi yang membawa remaja pada fenomena maraknya penggunaan media sosial.

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Bandar yang berjumlah 1098 siswa dengan sampel dalam penelitian ini berjumlah 90 responden. Teknik penarikan sampel menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner sebagai panduan.

Data hasil penelitian dianalisa dengan menggunakan Uji Chi Square dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian penggunaan media sosial berada dalam kategori lemah (82.2%) dan ada hubungan signifikan penggunaan media sosial dengan perilaku seks bebas dengan nilai p sebesar 0.043 (p<0.05). Konformitas teman sebaya sebagian besar berada dalam kategori kuat (64.4%) dan ada hubungan signifikan konformitas dengan perilaku seks bebas dengan nilai p sebesar 0.001 (p<0.05). Sebagian besar adaptasi teman sebaya berada dalam kategori lemah (71.1%) dan tidak terdapat hubungan signifikan antara adaptasi teman sebaya dengan perilaku seks bebas dengan nilai p sebesar 0.328 (p>0.05).

Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada pihak sekolah SMA Negeri 1 Bandar hendaknya dapat melakukan kerjasama dengan pihak terkait untuk dapat memberikan penyuluhan tentang pendidikan seksual kepada siswa dan siswinya, serta diharapakan peran aktif orang tua siswa dan siswi untuk meningkatkan pengawasan dalam penggunaan media sosial dan teman sebaya anak-anaknya untuk meminimalisir bahaya perilaku seks bebas.

Kata Kunci : Media Sosial, Konformitas, Adaptasi, Teman Sebaya, Perilaku Seks Bebas.


(18)

ABSTRACT

Adolescence free sex cannot be separated from environmental influences especially the influence of social media and the peer group. That is because teenagers spend more of their time to be together with their peer group compared with the family, the era of globalization also brings teenagers on the use of social media phenomenon.

This reseach is descriptive analytic based on cross sectional design. Population in this study were all students of SMA Negeri 1 Bandar that amounting to 1098 students with the number of sample in this study were 90 respondents. The sample technique using purposive sampling. The data was collected by interviews using questionnaire as a guide.

The research results data were analysed using Chi Square test with the results showed that the use of social media mostly located in the weak category (82.2%) and there is significant relations between the use of social media with free sex behaviour with p value 0.043 (p<0.05). Peer group conformity mostly located in the strong category (64.4%) and there is significant relations between conformity with free sex behaviour with p value 0.001 (p<0.05). Most of peer group adaptation located in the weak category (71.1%) and there is not significant relations between peer group relationship with free sex behaviour with p value 0.328 (p>0.05).

Based on the results of this research, SMA Negeri 1 Bandar are expected to make a collaboration with the related parties to make counseling on sex education for the students, and parents are expected can play an active role to monitoring their children in the use of social media dan their peer group to minimize the dangers of free sex.

Keywords : Social Media, Conformity, Adaptation, Peer Group, Free Sex Behaviour.


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya pengggunaan media sosial. Media sosial merupakan media yang dapat diperoleh dari internet. Media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Youtube digunakan mulai untuk sekadar berkomunikasi hingga mengakses informasi dan data yang penting. Namun kegunaan dari media sosial tersebut sekarang banyak disalah gunakan untuk menyebarkan hal-hal atau informasi negatif seperti penyebarluasan situs video porno yang mendukung remaja untuk melakukan free sex atau seks bebas (Rosmawati, 2014).

Selain media sosial, perilaku seks bebas pada remaja biasanya juga dilatarbelakangi oleh pengaruh pergaulan dengan teman sebaya. Teman sebaya adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama.Teman sebaya sangatlah menentukan perilaku-perilaku yang sering ditunjukan remaja dalam keseharian mereka bergaul dengan teman-temannya (Santrock, 2007).

Bentuk-bentuk perilaku seks bebas yang tampak dalam aktivitas kehidupan remaja yang dapat kita lihat selama ini adalah aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan kedekatan remaja dengan lawan jenisnya. Dalam usia remaja, mengenal lawan jenis lebih dekat sudah umum terjadi dan sering kita kenal dengan istilah penjajakanatau pacaran (Apriyanthi, 2011).


(20)

Saat ini pacaran sudah dikonotasikan dengan “menjamah pacar”. Banyak remaja yang berpikir kalau pacaran tidak seru bila tidak dibumbui dengan berciuman, pegangan tangan, pelukan, saling menjamah, dan bila kebablasan maka hubungan seks bebas pun bisa terjadi. Pemaparan diatas diperkuat oleh hasil penelitian Dwi Putri Apriyanthi (2011) “Seks bebas dilatarbelakangi oleh pengaruh lingkungan pergaulan dengan teman, dan kurangnya komunikasi orang tua di dalam keluarga”.

Menurut Papalia (2008) ada 2 (dua) aspek dalam interaksi teman sebaya yang dapat dirumuskan sebagai berikut: Tuntutan Konformitas dan Penyesuaian diri terhadap teman (adaptasi). Konformitas adalah kondisi dimana remaja mengadopsi sikap atau perilaku remaja lain (teman sebaya) dalam kelompoknya karena tekanan dari kenyataan atau kesan yang diberikan oleh kelompoknya tersebut.Adaptasi adalah proses penyesuaian diri remaja dengan remaja lain (teman sebaya).

Kristy Juing (2004) yang menyatakan “Peran teman sebaya sangatlah tinggi dalam mempengaruhi perilaku remaja”. Peran teman sebaya dalam pergaulan remaja memang sangatlah menonjol. Hal ini sejalan dengan meningkatnya minat individu dalam persahabatan serta keikutsertaan dalam kelompok. Sebagai akibatnya, mereka akan merasa senang apabila diterima (Adaptasi) atau sebaliknya akan merasa tertekan dan cemas apabila di keluarkan dan diremehkan oleh teman-teman sebayanya (Konformitas). “Bagi remaja pandangan teman-teman terhadap dirinya merupakan hal yang paling penting”. (Santrock, 2007). Maka, dapatlah dimengerti bahwa peran teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada peran keluarga.(Hurlock, 2003).Bukan hanya itu remaja merasakan bahwa membahas soal seks, dan perilaku seksual bersama teman-teman sebayanya jauh lebih


(21)

menyenangkan dibanding harus bercerita dengan orang tua. Hal ini dapat mengakibatkan anak memperoleh informasi yang salah mengenai seks yang diperoleh dari teman sebayanya serta muculnya permasalahan seksual pada remaja.

Menurut (Sarwono, 2011) ada beberapa faktor yang dianggap berperan dalam munculnya permasalahan seksual pada remaja, diantaranya:Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas) remaja, penyebaran informasi melalui media sosial (Facebook, Twitter, Youtube) dan rangsangan seksual melalui media massa yang dengan adanya teknologi canggih (VCD, Video, internet), remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba akan meniru apa yang dilihat atau di dengarnya dari media massa. Khususnya karena merekapada umumnya belum pernahmengetahui masalah seksual secaralengkap dari orang tuanya hal itu disebabkan karena orang tuamenganggap tabu masalah seksual.

Berdasarkan hasil survey di Indonesia, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pada tahun 2013 menyatakan bahwa pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang dimana 75 persennya adalah remaja. Dari angka tersebut, 95 persennya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP), Selamat Sembiring mengatakan, situs jejaring sosial yang paling banyak diakses adalah facebook dan twitter. Indonesia menempati peringkat 4 pengguna facebook terbesar setelah USA, Brazil, dan India.

Fenomena perilaku seks bebas di kalangan remaja mengakibatkan terjadinya kecenderungan meningkatnya perilaku free sex atau seks bebas, penderita HIV/AIDS, dan kasus aborsi. Fenomena ini mengejutkan semua pihak termasuk orang tua.


(22)

Betapa remaja yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa ada beban moral. Hal ini terjadi dikarenakan sikap remaja sekarang cenderung permisif (serba boleh) terhadap perilaku seks bebas. Melakukan seks tidak lagi dipandang tabu meski usia masih belasan tahun (Masyithah, 2010).

Sebuah survey yang dilakukan oleh Youth Risk Behavior Survey (YRBS) secara Nasional di Amerika Serikat pada tahun 2006 mendapati bahwa 47,8% pelajar yang duduk di kelas 9-12 telah melakukan hubungan seks sebelum menikah, 35% pelajar SMA telah aktif secara seksual (Daili,2009).

Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 tercatat 4,2% dari remaja telah melakukan hubungan seks sebelum mereka menikah dan data menunjukkan bahwa para remaja melakukan seks untuk pertama kali dalam usia relatif muda. 70,2% dilakukan oleh remaja berusia antara 15-19 tahun dan 24,4% dilakukan oleh remaja usia 20-24 tahun. Meskipun demikian, 5,4% remaja yang berusia 10-14 tahun juga ada dalam kelompok dimaksud.

Menurut Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN 2010), diketahui sebanyak 51% remaja di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (JABODETABEK) telah melakukan hubungan seks pranikah. Dari kota-kota lain di Indonesia juga didapatkan data remaja yang sudah melakukan seks pranikah tercatat 54% di Surabaya, 47% di Bandung, dan 52% di Medan (BKKBN, 2010).

Di wilayah Asia Tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahun, dan sekitar 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia, dimana 2.500 di antaranya berakhir dengan kematian. Resiko kematian akibat aborsi yang tidak aman di wilayah Asia diperkirakan 1 berbanding 3.700 dibanding dengan aborsi yang


(23)

aman. Angka aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta pertahun. Sekitar 750.000 diantaranya dilakukan oleh remaja (Soetjiningsih, 2004).

Menurut data Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) pada tahun 2002 penderita HIV/AIDS ada sebanyak 110.000 dan pada 2006 naik menjadi 193.000 dan pada tahun 2007-2008 jumlah kasus ini ditaksir menjadi 270.000 orang. Salah satu penyebab peningkatan ini adalah perilaku seks bebas yang didominasi oleh kelompok usia remaja (Depkes RI, 2008).

Berdasarkan Badan Pusat Statistik Simalungun tahun 2008 jumlah remaja laki-laki 16.940 jiwa dan perempuan 16.400 jiwa. Jumlah HIV/AIDS di Kabupaten Simalungun mencapai 102 kasus dimana pada tahun 2010 terdapat 99 kasus dan di tahun 2011 terdapat 3 kasus. (Harian Sumut Pos, 1 Juni 2011).

Berdasarkan Survey Sumber Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) ditahun 2002-2003 (dalam www.news.okezone.com diakses pada tanggal 14 maret 2012), remaja mempunyai teman yang pernah berhubungan seksual pada usia 14-19 tahun, perempuan 34,7 %, laki-laki 30,9 %. Sedangkan pada usia 20-24 tahun perempuan 48.6 % dan laki-laki 46.5 %. SKRRI pun melanjutkan analisisnya pada tahun 2003 dengan menetapkan beberapa faktor yang paling mempengaruhi remaja melakukan hubungan seksual antara lain : pertama karena pengaruh teman sebaya atau pacar, kedua, punya teman yang setuju dengan hubungan seks bebas (free sex). Ketiga, punya teman yang mendorong untuk melakukan seks bebas.

Rangsangan dari berbagai kemajuan modernisasi seperti media sosial dan budaya permisif tidak mungkindapat dihindari oleh remaja, akibatnya dalam diri mereka mulai timbul perasaan seksual yaitu mulai berfantasi tentang seks sehingga


(24)

timbul gejala-gejala yang mengakibatkan pergaulan seks bebas, aborsi, hamil diluar nikah serta kasus-kasus kejahatan seksual yang dilakukan oleh remaja. Dari survei kesehatan reproduksi menunjukkan: dari 19.173 responden, 92% remaja sudah berpacaran, dan pada saat berpacaran melakukan pegang-pegangan tangan, 82% berciuman, 62% melakukan petting, dan 10,2% sudah melakukan seks bebas (Myke, 2014).

Dalam penelitian ini peneliti mengambil objek SMA Negeri 1 Bandar. SMA Negeri 1 Bandar merupakan SMA yang terletak di Kota Perdagangan, Kabupaten Simalungun dengan jumlah siswa keseluruhan adalah sebanyak 1098 siswa. Di SMA Negeri 1 Bandar ini peneliti menemukan masalah seperti siswa yang menyimpan dan menonton film porno dari hand phonenya. Menyimpan dan menonton film porno merupakan salah satu bentuk dari kegiatan yang berhubungan dengan perilaku seks bebas. Dengan kebiasaan menonton video porno, akan memancing seseorang untuk mencoba melakukan kegiatan seksual. Di lapangan juga peneliti melihat maraknya fenomena penggunaan media sosial seperti Facebook dan Twitter. Hampir seluruh siswa memiliki akun jejaring sosial mereka masing-masing. Sekarang video porno sangat mudah diakses oleh remaja melalui media sosialdan kemudian menyebarkannya bahkan berbagi dengan teman sebayanya. Peneliti juga menemukan adanya kasus Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) yang berujung aborsi pada tahun 2012 sejumlah 3 kasus dari jumlah siswa yang ada, dimana kasuss ini terulang disetiap tahunnya.


(25)

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “HubunganMedia Sosial dan Teman Sebaya dengan Perilaku Seks Bebaspada Siswa SMA Negeri 1 Bandar Kabupaten Simalungun Tahun 2014”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini yaitu “Apakah ada hubunganmedia sosial dan teman sebaya dengan perilaku seks bebas pada siswa SMA Negeri 1 Bandar Kabupaten Simalungun tahun 2014.”

1.3 Tujuan dan Manfaat 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui gambaran perilaku seks bebas pada siswa SMA. b. Faktor-faktor pendukung perilaku seks bebaspada siswa SMA.

c. Mengetahui apakah ada hubungan media sosial dengan perilaku seks bebas di SMA Negeri 1 Bandar.

d. Mengetahui apakah adahubungan teman sebaya dengan perilaku Seks Bebasdi SMA Negeri 1 Bandar.

1.3.2 Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan informasi instansi terkait dalam upaya peningkatan mutu pendidikan

b. Sebagai bahan informasi bagi peneliti dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan


(26)

1.4 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubunganmedia sosial dan teman sebaya terhadap perilaku seks bebas pada remaja kelas 2 SMA Negeri 1 Bandar Kabupaten Simalungun tahun 2014.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Remaja 2.1.1 Pengertian Remaja

Masa remaja adalah masa peralihan dimana terjadi perubahan secara fisik dan psikologis dari masa kanak-kanak ke masa dewasa (Hurlock, 2003). Perubahan psikologis yang terjadi pada remaja meliputi intelektual, kehidupan emosi, dan kehidupan sosial. Perubahan fisik mencakup organ seksual yaitu alat-alat reproduksi sudah mencapai kematangan dan mulai berfungsi dengan baik (Sarwono, 2011). Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2007) bahwa adolescence diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

Muangman (1980) dalam Sarwono (2011) mendefinisikan remaja berdasarkan defenisi konseptual World Health Organization (WHO) yang mendefinisikan remaja berdasarkan 3 (tiga) criteria, yaitu: biologis, psikologis, dan sosial ekonomi.

1. Remaja adalah situasi masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai saat ia mencapai kematangan seksual

2. Remaja adalah suatu masa ketiaka individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa

3. Remaja adalah suatu masa ketika terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relative lebih mandiri.


(28)

2.1.2 Ciri-ciri Masa Remaja

Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (2003), antara lain:

1. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.

2. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya

3. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi, perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.

4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.

5. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua menjadi takut

6. Masa remaja adalah masa yang tidak realistic. Remaja cenderung memandang kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.


(29)

7. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan di dalam usaha meninggalkan kebiasaaan pada usia sebelumnya dan di dalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, meggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.

Disimpulkan adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri remaja, kecenderungan remaja akan mengalami masalah dalam penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat menjalani tugas perkembangan dengan baik-baik dan penuh tanggung jawab.

2.1.3 Tahap Perkembangan Masa Remaja

Semua aspek perkembangan dalam masa remaja secara global berlangsung antar umur 12 – 21 tahun, dengan pembagian usia 12 – 15 tahun adalah remaja awal, 15 – 18 tahun adalah remaja pertengahan, 18 – 21 tahun adalah masa remaja akhir (Monks, et al. 2006).

Menurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap perkembangan yaitu :

1. Masa remaja awal (12 – 15 tahun), dengan ciri khas antara lain: a. Lebih dekat dengan teman sebaya

b. Ingin bebas

c. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berfikir abstrak


(30)

2. Masa remaja tengah (15 – 18 tahun), dengan ciri khas antara lain: a. Mencari identitas diri

b. Timbulnya keinginan untuk kencan c. Mempunyai rasa cinta yang mendalam

d. Mengembangkan kemampuan berfikir abstrak e. Berkhayal tentang aktifitas seks

3. Masa remaja akhir (18 – 21 tahun), dengan ciri khas antara lain: a. Pengungkapan identitas diri

b. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya c. Mempunyai citra jasmani dirinya

d. Dapat mewujudkan rasa cinta e. Mampu berfikir abstrak

2.1.4 Perkembangan Fisik

Pada masa remaja, pertumbuhan fisik berlangsung sangat pesat. Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder. Berikut ini adalah uraian lebih lanjut mengenai kedua hal tersebut.

a. Ciri-ciri seks primer

Dalam modul kesehatan reproduksi remaja (Depkes, 2002) disebutkan bahwa ciri-ciri seks primer pada remaja adalah:


(31)

1. Remaja laki-laki

Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi bila telah mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi pada remaja laki-laki usia antara 10-15 tahun.

2. Remaja perempuan

Jika remaja perempuan sudah mengalami menarche (menstruasi). Menstruasi adalah peristiwa keluarnya cairan darah dari alat kelamin perempuan berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak mengandung darah.

b. Ciri-ciri seks sekunder

Menurut Sarwono (2011), ciri-ciri seks sekunder pada masa remaja adalah sebagai berikut:

1. Remaja laki-laki

a. Bahu melebar, pinggul menyempit

b. Pertumbuhan rambut di sekitar alat kelamin, ketiak, dada, tangan, dan kaki

c. Kulit menjadi lebih kasar dan tebal d. Produksi keringat menjadi lebih banyak 2. Remaja perempuan

a. Pinggul lebar, bulat, dan membesar, putih susu membesar dan menonjol, serta berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.


(32)

b. Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang pori-pori bertambah besar, kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif lagi.

c. Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan, dan tungkai.

d. Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu.

2.2 Perilaku Seks Bebas 2.2.1 Pengertian Perilaku

Menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2010) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia dari segi biologis adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas seperti berjalan, berbicara, menangis, bekerja dan sebagainya. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus Skinner membedakan perilaku menjadi dua:

a. Perilaku tertutup (Covert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.


(33)

b. Perilaku terbuka (Overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakn nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain. Skinner dalam Notoatmodjo (2010) mengemukakan bahwa perilaku adalah merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan atau respon, respon dibedakan menjadi dua respon :

1) Respondent response atau reflexive response, ialah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu yang relative tetap. Responden respon (Respondent behavior) mencakup juga emosi respon dan emotional behavior.

2) Operant response atau instrumental respon adalah respon yang timbul dan berkembang diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimuly atau reinforcer. Proses pembentukan atau perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam maupun dari luar individu. Aspek-aspek dalam diri individu yang sangat berperan/berpengaruh dalam perubahan perilaku adalah persepsi, motivasi dan emosi. Persepsi adalah pengamatan yang merupakan kombinasi dari penglihatan, pendengaran, penciuman serta pengalaman masa lalu. Motivasi adalah dorongan bertindak untuk memuaskan sesuatu kebutuhan. Dorongan dalam motivasi diwujudkan dalam bentuk tindakan (Sarwono, 2006).


(34)

2.2.2 Perilaku Seks Bebas pada Remaja

Menurut Sarwono (2011), perilaku seks bebas adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan jenis maupun sesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan menurut agama. Menurut Stuart dan Sundeen (1999), perilaku seksual yang sehat dan adaptif dilakukan di tempat pribadi dalam ikatan yang sah menurut hukum. Sedangkan perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing (Mu’tadin, 2002).

Daniawati dalam Utari (2012) menyatakan remaja melakukan berbagai macam perilaku seksual beresiko yang terdiri atas tahapan-tahapan tertentu yaitu dimulai dari berpegangan tangan, cium kering, cium basah, berpelukan, memegang atau meraba bagian sensitive, petting, oral sex, dan bersenggama (sexual intercourse). Perilaku seksual pranikah pada remaja ini pada akhirnya dapat mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan remaja itu sendiri.

L”Engle et.al. dalam Tjiptaningrum (2009) mengatakan bahwa perilaku seksual ringan mencakup : 1) menaksir; 2) pergi berkencan; 3) menghayal; 4) berpegangan tangan. Yang termasuk dalam seksual sedang mencakup: 1) berciuman kening dan pipi; 2)memeluk, sedangkan yang termasuk dalam kategori berat adalah: 1) berciuman bibir/mulut dan lidah; 2) meraba dan mencium bagian sensitive seperti payudara, alat kelamin; 3) menempelkan atau menggesekkan alat kelamin; 4) oral seks; 5) berhubungan seksual (senggama).


(35)

2.2.3 Perkembangan Perilaku Seks Bebas Remaja

Perkembangan fisik termasuk organ seksual yaitu terjadinya kematangan serta peningkatan kadar hormone reproduksi atau hormone seks baik pada laki-laki maupun pada perempuan yang akan menyebabkan perubahan perilaku seksual remaja secara keseluruhan. Pada kehidupan psikologis remaja, perkembangan organ seksual mempunyai pengaruh kuat dalam minta remaja terhadap lawan jenis. Terjadinya peningkatan perhatian remaja terhadap lawan jenis sangat dipengaruhi oleh factor perubahan-perubahan fisik selama periode pubertas (Santrock, 2007).

Remaja perempuan lebih memperlihatkan bentuk tubuh yang menarik bagi remaja laki-laki, demikian pula remaja laki-laki tubuhnya menjadi kekar yang menarik bagi remaja perempuan (Rumini dan Sundari, 2004). Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis. Matangnya fungsi-fungsi seksual maka timbul pula dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan untuk pemuasan seksual. Sebagian besar dari remaja biasanya sudah mengembangkan perilaku seksualnya dengan lawan jenis dalam bentuk pacaran atau percintaan. Bila ada kesempatan para remaja melakukan sentuhan fisik, mengadakan pertemuan untuk bercumbu bahkan kadang-kadang remaja tersebut mencari kesempatan untuk melakukan hubungan seksual (Pangkahila dalam Soetjiningsih, 2004).

Meskipun fungsi seksual remaja perempuan lebih cepat matang dari pada remaja laki-laki, tetapi pada perkembangannya remaja laki-laki lebih aktif secara seksual dari pada remaja perempuan. Banyak ahli berpendapat hal ini dikarenakan


(36)

adanya perbedaan sosialisasi seksual antara remaja perempuan dan remaja laki-laki. Bahkan hubungan seks sebelum menikah dianggap “benar” apabila orang-orang yang terlibat saling mencintai ataupun saling terikat. Mereka sering merasionalisasikan tingkah laku seksual mereka dengan mengatakan pada diri mereka sendiri bahwa mereka terhanyut cinta. Sejumlah peneliti menemukan bahwa remaja perempuan, lebih daripada remaja laki-laki, mengatakan bahwa alas an utama mereka aktif secara seksual adalah karena jatuh cinta (Santrock, 2007).

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seks Bebas

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dwi PutriApriyanthi(2011) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja di Jawa Tengah adalah, (1) faktor internal (pengetahuan, aspek-aspek kesehatan reproduksi, sikap terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi, perilaku, kerentanan yang dirasakan terhadap resiko, kesehatan reproduksi, gaya hidup, pengendalian diri, aktifitas sosial, rasa percaya diri, usia, agama, dan status perkawinan), (2) faktor eksternal (kontak dengan sumber-sumber informasi, keluarga, sosial-budaya, nilai dan norma sebagai pendukung sosial untuk perilaku tertentu).

Berdasarkan hasil penelitianKristyJuing (2004)sebanyak 450 sampel tentang perilaku seksual remaja berusia 14-24 tahun mengungkapkan 64% remaja mengakui secara sadar bahwa melakukan hubungan seks sebelum menikah melanggar nilai dan moral agama. Sedangkan 31% menyatakan bahwa melakukan hubungan seks sebelum menikah adalah biasa atau sudah wajar dilakukan dan tidak melanggar nilai dan moral agama. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemahaman


(37)

agama berpengaruh terhadap perilaku seks bebas (free sex) (Media Indonesia, 27 Januari 2005).

Seringkali remaja merasa bahwa orang tuanya menolak membicarakan masalah seks sehingga mereka kemudian mencari alternatif sumber informasi lain seperti teman atau media sosial (Gultom, 2011). Beberapa kajian menunjukkan bahwa remaja sangat membutuhkan informasi mengenai persoalan seksual dan reproduksi. Remaja seringkali memeperoleh informasi yang tidak akurat mengenai seks dari teman-teman mereka, bukan dari petugas kesehatan, guru atau orang tua (Soetjiningsih, 2006).

Faktor lingkungan yang sangat mendukung perilaku reproduksi remaja diantaranya adalah faktor keluarga. Remaja yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah banyak diantaranya berasal dari keluarga yang bercerai atau pernah cerai, keluarga dengan banyak konflik dan perpecahan. Hubungan orang tua yang harmonis akan menumbuhkan kehidupan emosional yang optimal terhadap perkembangan kepribadian anak dan sebaliknya. Orang tua yang sering bertengkar akan menghambat komunikasi dalam keluarga, dan akan “melarikan diri” dari keluarga. Keluarga yang tidak lengkap misalnya karena perceraian, kematian, dan keluarga dengan keadaan ekonomi yang kurang, dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak (Rumini dan Sundari S, 2004)

Faktor-faktor pendukung perilaku seks bebas pada remaja yang paling tinggi adalah hubungan antara orang tua dengan remaja, diikuti karena tekanan teman sebaya, religiusitas, dan eksposur media pornografi (Soetjiningsih, 2006). Beberapa faktor lain yang memdukung perilaku seksual pada remaja adalah perubahan


(38)

hormonal, penundaan usia perkawinan, penyebaran informasi melalui media massa, tabu-larangan, norma-norma di masyarakat, serta pergaulan yang makin bebas antara laki-laki dan perempuan (Sarwono, 2011).

Perilaku seks bebas dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada remaja, diantaranya sebagai berikut :

a. Dampak psikologis

Dampak psikologis dari perilaku seks bebas pada remaja diantaranya perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan berdosa.

b. Dampak fisiologis

Dampak fisiologis dari perilaku seks bebastersebut diantaranya dapat menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan aborsi.

c. Dampak sosial

Dampak sosial yang timbul akibat perilakuseks bebas yang dilakukan sebelum saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan yang hamil, dan perubahan peran menjadi ibu. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut (Sarwono, 2011).

d. Dampak fisik

Dampak fisik lainnya sendiri menurut Sarwono (2011) adalah berkembangnya penyakit menular seksual di kalangan remaja, dengan frekuensi penderita penyakit menular seksual (PMS) yang tertinggi antara usia 15-24 tahun. Infeksi penyakit menular seksual dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan risiko terkena PMS dan HIV/AIDS.


(39)

2.3 Media Sosial 2.3.1 Defenisi

Menurut “What is”, media sosial adalah “saluran komunikasi online kolektif yang didedikasikan untuk input, interaksi berbagai konten, dan kolaborasi berbasis masyarakat”. Situs web dan aplikasi yang didedikasikan untuk forum, microblogging, jaringan sosial, bookmark sosial, kurasi sosial, dan wiki adalah salah satu jenis media sosial (Laksono, dkk, 2014).

Social media atau dalam Bahasa Indonesia disebut media sosial adalah media yang didesain untuk mempermudah interaksi sosial yang bersifat interaktif atau dua arah. Media sosial berbasis pada tegnologi internet yang mengubah pola penyebaran informasi dari yang sebelumnya bersifat satu ke banyak audiens, banyak audiens ke banyak audiens (Paramitha, 2011).

Menurut Juju (2010), Media sosial adalah sebuat media online yang memungkinkan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan suatu karya. Dewasa ini jenis media sosial yang berkembang saat ini antara lain Facebook, Twitter, Google+, Tumblr, Youtube, Blogger, dan lain lain. Media sosial mengusung kombinasi antara ruang lingkup elemen dunia maya, dalam produk-produk layanan online seperti blog, forum diskusi, chat rooms, email, website dan juga kekuatan komunitas yang dibangun melalui jejaring sosial. Juju juga mengatakan bahwa apa yang disampaikan dalam media sosial memberikan efek kekuatan (power) tersendiri karena berbasis pembangunannya berupa teknologi dan juga berbagai media interaksi yang dikomunikasikan dalam teks, gambar, audio,


(40)

maupun video. Tambahan pula, elemen jejaring sosial yang memang ditujukan untuk terus terkoneksi, berkomunikasi bahkan saling berbagi (sharing).

Media sosial dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian besar, yaitu: 1. Social Networks, media sosial untuk bersosialisasi dan berinteraksi (Facebook,

Myspace, Hi5, Linked in, Bebo, dan sebagainya)

2. Discuss, media sosial yang memfasilitasi sekelompok orang untuk melakukan obrolan dan diskusi (Google Talk, Yahoo! M, Skype, Phorum, dan sebagainya) 3. Share, media sosial yang memfasilitasi kita untuk saling berbagi file, video,

music (Youtube, Slideshare, Feedback, Flickr, Crowdstorm, dan sebagainya) 4. Publish, (Wordpress, Wikipedia, Blog, Wikia, Digg, dan sebagainya)

5. Social Game, media sosial berupa game yang dapat dilakukan atau dimainkan bersama-sama (Koongregate, Doof, Pogo, Café.com, dan sebagainya)

6. MMO (Kartrider, Warcraft, Neopets, Conan, dan sebagainya) 7. Virtual Worlds (Habbo, Imvu, Starday, dan sebagainya)

8. Livecast (Y! Live, Blog TV, Justin TV, Listream TV, Livecastr, dan sebagainya)

9. Livestream (Socializr, Friendsfreed, dan sebagainya)

10. Micro Blog (Twitter, Plurk, Pownce, Ttwirxr, Plazes, Tweetpeek, dan sebagainya)


(41)

2.3.2 Karakteristik Media Sosial

Media sosial paling baik dipahami sebagai sekelompok jenis baru media online dengan karakteristik sebagai berikut:

1. Partisipasi

Media sosial mendorong kontribusi dan umpan balik dari semua orang yang tertarik. Ini mengaburka batas antara media dan khalayak

2. Keterbukaan

Kebanyakan layanan media sosial yang terbuka untuk umpan balik dan partisipasi. Mereka mendorong voting, komentar dan berbagi informasi. Hamper tidak ada hambatan untuk mengakses dan memanfaatkan kontensandi melindungi konten disukai

3. Percakapan

Sedangkan media tradisional adalah tentang “broadcast” (konten ditransmisikan atau didistribusikan kepada khalayak) media sosial lebih baik dilihat sebagai dua arah percakapan.

4. Komunitas

Media sosial memungkinkan masyarakat untuk membentuk cepat dan berkomunikasi secara efektif. Masyarakat berbagi kepentingan bersama, seperti kecintaan terhadap fotografi, isu politik, acara TV favorit, atau bahkan masalah seks.


(42)

Kemunculan media sosial memiliki dampak positif dan negatif. Dampak negatif dari penggunaan media sosial adalah mendorong remaja untuk melakukan free sex. Penelitian yang dilakukan Carthi (2009), menunjukkan bahwa sebagian besar pengetahuan seksual pada seseorang banyak diperoleh dari media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Youtube. Rasa keingintahuan remaja yang begitu besar akan mendorong remaja untuk lebih jauh mengakses informasi seks dan melakukan berbagai percobaan sesuai dengan informasi yang didapatkannya.

Setiap remaja kini dapat menciptakan akun pribadi mereka sendiri di Facebook, Twitter, dan Youtube dan dapat dengan mudah mengakses informasi tentang seks di media sosialnya. Saat ini handphone menjadi sarana yang sangat sering digunakan remaja untuk menggunakan jejaring sosial.

Selain itu media juga dapat digunakan sebagai alat interaksi antar individu seperti anatara remaja dengan teman sebaya diantarannya dengan lawan jenisnya. Kegiatan saling merangsang juga dapat terjadi melalui chat room antar remaja dengan pacar. Hal ini dapat mendorong untuk terjadinya seks bebas.

Media sosial juga memiliki peran sebagai kontrol sosial. Kontrol sosial oleh media sosial ini begitu ekstenstif dan efektif yang memiliki kekuatan sangat besar. Media sosial dapat mengubah opini individu serta menghaluskan paksaan sehingga tampak sebagai bujukan. Video-video porno sudah sangat mudah diakses melalui media sosial. Hal ini menunjukkan bahwa media sosial mengakibatkan pergeseran nilai seks yang ada dalam masyarakat.


(43)

2.4 Teman Sebaya 2.4.1 Defenisi

Teman sebaya adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama (Santrock, 2007). Salah satu fungsi teman sebaya adalah untuk memberikan berbagai informasi dan perbandingan tentang dunia di luar keluarga.

Dalam perbincangan sehari-hari, topik seksualitas bukanlah topik yang umum dibicarakan, tidak terkecuali dalam perbincangan antara orang tua dan anak. Padahal menurut Sarwono (2011), komunikasi orang tua dan anak dapat menentukan seberapa besar kemungkinan anak tersebut melakukan tindakan seksual, semakin rendah komunikasi tersebut, maka akan semakin besar kemungkinan anak tersebut melakukan tindakan seksual. Rice (1999) dalam Sarwono (2011), menjelaskan bahwa pada usia remaja, kebutuhan emosional individu beralih dari orang tua kepada teman sebaya. Pada masa ini, teman sebaya juag merupakan sumber informasi. Tidak terkecuali dalam perilaku seksual, sayangnya informasi yang diberikan oleh teman sebaya cenderung salah. Teman sebaya memainkan peran yang signifikan dalam kehidupan remaja, tidak terkecuali dalam hal seksualitas. Newcomb, Huba, and Hubler (1986) dalam Hurlock (2003), mengatakan bahwa perilaku seksual juga dipengaruhi secara positif oleh teman sebaya yang juga aktif secara seksual. Jika seorang remaja memiliki teman yang aktif secara seksual maka akan semakin besar pula kemungkinan remaja tersebut untuk juga aktif secara seksual mengingat bahwa pada usia tersebut remaja ingin diterima oleh lingkungannya.


(44)

Teman sebaya mendukung sebagai agen sosialisasi melalui reinforcement (penguat), modelling, tekanan langsung terhadap perilaku sosial anak untuk memenuhi tuntutan konformitas. Konformitas teman sebaya lebih erat pada awal masa remaja. Tapi bagaimanapun juga, teman sebaya jarang menuntut konformitas total, dan tekanan teman sebaya kebanyakan terfokus pada waktu yang singkat dan masalah harian seperti pakaian serta selera musik. Mereka tidak memiliki konflik yang menggunakan nilai orang dewasa. Dibandingkan teman sebaya, orangtua memiliki peran yang lebih pada hal-hal yang mendasar seperti penanaman nilai dan rencana pendidikan.

Remaja berusaha menemukan konsep dirinya di dalam kelompok sebaya. Disini ia dinilai oleh teman sebayanya tanpa memperdulikan sanksi-sanksi dunia dewasa. Kelompok sebaya memberikan lingkungan, yaitu dunia tempat remaja dapat melakukan sosialisasi di mana nilai yang berlaku bukanlah nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa, melainkan oleh teman seuisianya. Inilah letak berbahayanya bagi perkembangan jiwa remaja, apabila nilai yang dikembangkan dalam kelompok sebaya ini cenderung tertutup, di mana setiap anggota tidak dapat terlepas dari kelompoknya dan harus mengikuti nilai yang dikembangkan oleh pimpinan kelompok. Sikap, pikiran, perilaku, dan gaya hidupnya merupakan perilaku dan gaya hidup kelompoknya.

Remaja teman sebaya dalam ilmu psikologis juga diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula dikaitkan pubertas atau remaja. Remaja merupakan suatu fase perkembangan antara


(45)

masa kanak-kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal usia 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan usia 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir usia 18 – 21 tahun (Monks, et al.2006). Masa remaja tersebut juga sebagai periode perubahan, tingkat perubahan dalam sikap, dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan perubahan fisik (Hurlock, 2003).

2.4.2 Karakteristik Teman Sebaya

Menurut Makmun (2003) karakteristik perilaku dan pribadi pada masa remaja terbagi ke dalam dua kelompok yaitu remaja awal (11-13 dan 14-15 tahun) dan remaja akhir (14-16 dan 18-20 tahun) meliputi aspek :

1. Fisik, laju perkembangan secara umum berlangsung pesat, proporsi ukuran tinggi, berat badan seringkali kurang seimbang dan munculnya ciri-ciri sekunder.

2. Psikomotorik, gerak-gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan secara aktif dalam berbagai jenis cabang permainan.

3. Bahasa, berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik mempelajari bahasa asing, menggemari literature yang bernafaskan dan mengandung segi erotic, fantastic, dan estetik.

4. Sosial, keinginan menyendiri dan bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer, serta adanya kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai semangat konformitas yang tinggi.


(46)

5. Perilaku kognitif

a. Proses berfikir sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (asosiasi, diferensiasi, komparasi, kausalitas) yang bersifat abstrak, meskipun relative terbatas.

b. Kecakapan dasar intelektual menjalani lajuperkembangan yng terpesat. c. Kecakapan dasar khusus (bakat) mulai menunjukkan

kecenderungan-kecenderungan yang lebih jelas. 6. Moralitas

a. Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang tua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua.

b. Sikapnya dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji kaidah-kaidah atau system nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku sehari-hari oleh para pendukungnya.

c. Mengidentifikasi dengan tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan tipe idolanya.

7. Perilaku keagamaan

a. Mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipertanyakan secara kritis dan skeptic.

b. Masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup.

c. Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan atas pertimbangan adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya.


(47)

8. Kognitif, emosi, afektif, dan kepribadian

a. Lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri, dan aktualisasi diri) menunjukkan arah kecenderungannya.

b. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya masih labih dan belum terkendali seperti pernyataan marah, gembira atau kesedihannya masih dapat berubah-ubah dan silih berganti.

c. Merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi krisis identitasnya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya, yang akan membentuk kepribadiannya.

d. Kecenderungan kearah sikap nilai mulai tampak (teoritis, ekonomi, estetis, sosial, politis, dan religious), meski masih dalam taraf eksplorasi dan mencoba-coba.

2.4.3 Konformitas

Santrock (2007) mengatakan, bahwa konformitas kelompok bisa berarti kondisi dimana seseorang mengadopsi sikap atau perilaku dari orang lain dalam kelompoknya karena tekanan dari kenyataan atau kesan yang diberikan oleh kelompoknya tersebut. Sarwono (2011) menjelaskan karena kuatnya ikatan emosi dan konformitas kelompok pada remaja, maka biasanya hal ini sering dianggap juga sebagai faktor yang menyebabkan munculnya tingkah laku remaja yang buruk. Apabila lingkungan peer remaja tersebut mendukung untuk dilakukan seks bebas, serta konformitas remaja yang juga tinggi pada peer-nya, maka remaja tersebut sangat berpeluang untuk melakukan seks bebas (Cynthia, 2007).


(48)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Condry, Simon, & Bronffenbrenner, 1968 (Santrock, 2007) menyatakan bahwa bagi remaja, hubungan teman sebaya merupakan bagian yang paling besar dalam kehidupannya. Selama satu minggu, remaja muda laki-laki dan perempuan menghabiskan waktu 2 kali lebih banyak dengan teman sebayanya daripada waktu dengan orang tuanya.

Skala konformitas dengan perilaku seks bebas diukur berdasarkan aspek-aspek konformitas yang disusun oleh Wiggins dkk (1994) yaitu menuruti keinginan kelompok dan internalisasi. Ringan beratnya perilaku seks bebas dapat diketahui berdasarkan skor total yang diperoleh dari skala konformitas terhadap perilaku seks bebas. Semakin tinggi skor, maka semakin kuat hubungan konformitas teman sebaya terhadap perilaku seks bebas.

2.4.4 Adaptasi

Adaptasi adalah proses penyesuaian diri responden dengan remaja lain (teman sebaya). Teman sebaya dapat memberi pengaruh positif atau negative pada remaja. Memiliki teman-teman yang nakal meningkatkan resiko remaja menjadi nakal pula (Santrock 2007). Remaja menjadi nakal karena mereka tersosialisasi dan beradaptasi ke dalam kenakalan, terutama oleh kelompok pertemanan (Rice dan Dolgin, 2008). Sebaliknya secara positif, menurut Vembriarto dalam Bantarti (2000) kelompok teman sebaya adalah tempat terjadinya proses belajar sosial atau adaptasi, yakni suatu proses dimana individu mengadopsi dan beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan, sikap, gagasan, keyakinan, nilai-nilai, dan pola tingkah laku dalam bermasyarakat, dan mengembangkannya menjadi suatu kesatuan sistem dalam diri pribadinya.


(49)

Pada masa remaja, individu mulai merasakan identitas dirinya (ego), dimana dirinya adalah manusia unik yang sudah siap masuk ke dalam peran tertentu di tengah masyarakat. Pada masa inilah individu mulai menyadari sifat-sifat yang melekat dalam dirinya sendiri, seperti aneka kesukaan dan ketidaksukaannya, tujuan-tujuan yang dikejar di masa depan, kekuatan dan keinginan mengontrol nasibnya sendiri. Inilah masa atau tahap Identitas versus Kekacauan Identitas, seperti dikemukakakan Erikson (1983), pada tahap ini ego memiliki kapasitas untuk memiliki dan mengintegrasikan bakat, kemampuan, dan ketrampila-ketrampilan dalam melakukan identifikasi dengan orang-orang yang sependapat, dan dalam melakukan adaptasi dengan lingkungan sosial, serta menjaga pertahanan dirinya terhadap berbagai ancaman dan kecemasan.

Melalui proses tersebut remaja akhirnya mampu memutuskan impuls-impuls, kebutuhan-kebutuhan, dan peranan-peranan manakah yang paling cocok dan efektif bagi diri mereka. Semua ciri tersebut dipilih dan dihimpun pada masa remaja, untuk kemudian nantinya diitegrasikan dalam rangka membentuk identitas psikososial sebagai orang dewasa (Supratiknya, 1993).

Teman sebaya merupakan acuan penting bagi remaja untuk dapat melewati dengan baik masa-masa sulit dan periode transisi dan pembentukan identitas tersebut. Dalam pergaulan sehari-sehari, remaja sangat terikat pada kelompok sebayanya, dimana semua tindakan atau perbuatan perlu memperoleh dukungan dan persetujuan sebayanya. Dikemukakan oleh Ballatine dalam Bantari (2000) bahwa ikatan ini sangat kuat, sehingga para sosiolog sering mengelompokkannya dalam kebudayaan


(50)

khusus remaj (youth sub-culture), dimana di dalamnya mereka memiliki ungkapan-ungkapan dan bahasa yang khas, kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma tersendiri.

Skala adapatasi dengan perilaku seks bebas diukur berdasarkan aspek-aspek adapatsi yang disusun oleh Wiggins dkk (1994) yaitu kemampuan penyesuaian diri dan pengakuan dari kelompok. Ringan beratnya perilaku seks bebas dapat diketahui berdasarkan skor total yang diperoleh dari skala adaptasi terhadap perilaku seks bebas. Semakin tinggi skor, maka semakin kuat hubungan adapatasi teman sebaya terhadap perilaku seks bebas

2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori di atas maka dapat disusun kerangka Konsep Penelitian sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Antara Variabel Dependen

Keterangan : = Diteliti --- = Tidak diteliti

Gambar 2.1. Kerangka Konsep

1. Media Sosial (Facebook, Twitter, Youtube, dll)

2. Teman Sebaya (peer group)

 Konformitas

 Adaptasi

- Perhatian - Pengertian - Penerimaan

PERILAKU SEKS BEBAS


(51)

Berdasarkan kerangka konsep diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:Media sosial (Faceboo, Twitter, Youtube) dan Teman sebaya (konformitas dan adaptasi) akan mendapat perhatian kemudian dimengerti dan diterima oleh individu. Setelah itu individu akan mengolah stimulus (media sosial, teman sebaya) tersebut sehingga terjadi keinginan untuk bertindak (seks bebas).


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional yang bertujuan mengamati HubunganMedia Sosial dan Teman Sebayadengan Perilaku Seks Bebas di SMA Negeri 1 Bandar Kabupaten Simalungun Tahun 2014.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Bandar Kabupaten Simalungun dengan alasan berdasarkan survei pendahuluanditemukan kasus Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) yang berujung aborsi pada tahun 2012 sejumlah 3 kasus dari jumlah siswa yang ada, dimana kasus ini terulang disetiap tahunnya.

3.2.2.Waktu Penelitian

Penelitian dimulai dengan penelusuran pustaka, survei lokasi penelitian, mempersiapkan prosposal dilakukan mulai bulan Januari-Desember 2014.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1.Populasi

Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh siswa-siswi kelas X, XI dan XII SMA Negeri 1 Bandar Kabupaten Simalungun yang berjumlah 1098 siswa.


(53)

3.3.2. Sampel

Penelitian ini populasinyahomogen (siswa), maka penelitian ini adalah penelitian sampel. Menurut Gasperz (1991) pengambilan sampel minimal dapat menggunakan rumus berikut:

n =

n =

n =

n =

n = 88,31 ≈ 88

Keterangan :

n = Ukuran Sampel N = Ukuran Populasi

G = Galat pendugaan 10% atau 0,1 Z = Tingkat Kepercayaan (90%=1,96) P = Proporsi Populasi (0,5)

Jumlah sampel minimal yang diambil sebanyak 88 orang siswa. Untuk data yang lebih valid, peneliti akan mengambil sampel sebanyak 90 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive samplingdimana seluruh siswa yang dijadikan sampel telah atau pernah berpacaran.


(54)

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner sebagai panduan yang telah dipersiapkan.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari catatan atau dokumen dari SMA Negeri 1 Bandar yang menyangkut tentang jumlah siswa dan data-data lainnya yang mendukung data hasil penelitian.

3.5. Uji Validitas dan Reabilitas

Uji validitas suatu alat ukur dilakukan dengan cara mangukur korelasi antara variabel dengan skor total variabel menggunakan rumus teknik korelasi Person Product Moment (r), dengan ketentuan jika r hitung > r table, maka dinyatakan valid atau sebaliknya. Ketentuan dokatakan nilai r-hitung valid dengan jumlah responden 20 orang, jika :

1. Nilai r – hitung ≥ 0,444 dinyatakan valid 2. Nilai r – hitung < 0,444 dinyatakan tidak valid

Kuesioner yang telah dibuat dilakukan uji coba untuk mengetahui validitas dan reabilitas data terhadap 20 orang siswa SMA Negeri 2 Bandar, alasan pemilihan SMA Negeri 2 Bandar karena lokasi yang dipilih menyerupai karakteristik responden di wilayah penelitian.


(55)

3.6. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner digunakan untuk mengetahui karakteristik dan pengaruh media sosial dan teman sebaya terhadap perilaku seks bebas di SMA Negeri 1 Bandar.

3.7. Definisi Operasional

1. Perilaku seks bebas merupakan tindakan melakukan seks dengan lawan jenis yang berbeda-beda dalam rentang waktu yang berbeda yang meliputi berpegangan tangan, berciuman (pipi, kening), berpelukan, berciuman bibir, mulut sampai melibatkan lidah, saling menggesekkan atau menempelkan alat kelamin, oro-genital seks dan berhubungan seks (senggama).

2. Media sosial adalah media yang didesain untuk mempermudah interaksi sosial yang bersifat interaktif atau dua arah seperti Facebook, Twitter, dan Youtube yang memungkinkan remaja untuk memperoleh informasi seksual sehingga mendukung remaja untuk masuk dalam perilaku seks bebas.

3. Teman sebaya adalah remaja yang seumur, sejenis maupun tidak sejenis dan terjadi interaksi dalam pergaulan sehari-hari meliputi konformitas dan adaptasi.

a. Konformitas adalah kondisi dimana responden mengadopsi sikap atau perilaku remaja lain (teman sebaya) dalam kelompoknya karena tekanan dari kenyataan atau kesan yang diberikan oleh kelompoknya tersebut sehingga mempengaruhi perilaku remaja untuk melakukan seks bebas.


(56)

b. Adaptasi adalah proses penyesuaian diri responden dengan remaja lain (teman sebaya) yang dapat membawa dampak negatif berupa perilaku seks bebas kepada remaja tersebut.

3.8. Metode Pengukuran 3.8.1. Variabel Independen

1. Media Sosial adalah media yang didesain untuk mempermudah interaksi sosial yang bersifat interaktif atau dua arah.

Untuk mengukur variabel media sosial dengan menanyakan 8 buah pertanyaan dengan pilihan jawaban “ya” dan “tidak”. Untuk jawabaan “ya” diberi skor 1 dan jawaban “tidak” diberi skor 0. Variabel media sosial, dengan kategori :

1) Kuat, jika responden memperoleh skor > 50% (skor 5-8) 2) Lemah, jika responden memperoleh skor ≤ 50% (skor 0-4)

2. Teman sebaya adalah remaja yang seumur, sejenis maupun tidak sejenis dan terjadi interaksi dalam pergaulan sehari-hari meliputi konformitas dan adaptasi

a. Konformitas

Untuk mengukur variabel konformitas dengan menanyakan 8 buah pertanyaan dengan pilihan jawaban “ya” dan “tidak”. Untuk jawabaan “ya” diberi skor 1 dan jawaban “tidak” diberi skor 0. Variabel konformitas, dengan kategori :

3) Kuat, jika responden memperoleh skor > 50% (skor 5-8) 4) Lemah, jika responden memperoleh skor ≤ 50% (skor 0-4)


(57)

b. Adaptasi

Untuk mengukur variable adaptasi dengan menanyakan 8 buah pertanyaan dengan pilihan jawaban “ya” dan “tidak”. Untuk jawaban “ya” diberi skor 1 dan jawaban “tidak” diberi skor 0. Variabel adaptasi, dengan kategori : 1) Kuat, jika responden memperoleh skor > 50% (skor 5-8)

2) Lemah, jika responden memperoleh skor ≤ 50% (skor 0-4)

3.8.2. Variabel Dependen (Perilaku Seks Bebas)

Perilaku seks bebas (free sex) yaitu aktivitas seks yang dilakukan seperti: berpelukan, berciuman bibir, mulut sampai melibatkan lidah, saling menggesekkan atau menempelkan kelamin, oro-genital seks dan berhubungan seks. Untuk mengukur perilaku seks bebas dengan menanyakan pertanyaan dengan pilihan jawaban ya atau tidak. Untuk jawaban “ya” diberi skor 1, dan jawaban “tidak” diberi skor 0. Perilaku seksual tersebut dikelompokkan menjadi 3 yaitu:

a. Ringan mencakup : 1) menaksir; 2) pergi berkencan; 3) menghayal; 4) berpegangan tangan.

b. Sedang mencakup: 1) berciuman kening dan pipi; 2) memeluk.

c. Berat mencakup: 1) berciuman bibir/mulut dan lidah; 2) meraba dan mencium bagian sensitive seperti payudara, alat kelamin; 3) menempelkan atau menggesekkan alat kelamin; 4) oral seks; 5) berhubungan seksual (senggama).


(58)

3.9. Metode Analisis Data

Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan program statistic (statistic/data analysis) dengan tahapan sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

Analisis dan penyajian data penelitian disajikan dalam bentuk dekkriptif yang dimasukkan ke table distribusi frekuensi untuk mengetahui karakteristik dan distribusi data.

2. Analisis Bivariat

Analisa ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (media sosial dan teman sebaya) dengan variabel dependen (perilaku seks bebas). Uji statistic yang digunakan adalah Chi Square (x²) dengan tingkat kemaknaan p < 0,05 digunakan untuk mengetahui hubungan ketiga variabel bebas dengan variabel terikat.


(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMA Negeri 1 Bandar adalah salah satu sekolah menengah atas di Kota Perdagangan yang berada di jalan Kuala Tanjung No.10 Perdagangan Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun. Sekolah yang didirikan pada tanggal 3 September 1965 ini telah terakreditasi B dan memiliki laboratorium Biologi, Fisika, Kimia, Komputer dan ruangan Audio Visual untuk praktikum para siswanya. Fasilitas lain yang dimiliki sekolah ini adalah aula, lapangan basket, musholla, perpustakaan, serta lapangan volley. Adapun Ruangan untuk siswa terdiri dari :

- Kelas X : 10 kelas, yang terdiri dari 5 jurusan IPA, 5 jurusan IPS - Kelas XI : 10 kelas, yang terdiri dari 5 jurusan IPA, 5 jurusan IPS - Kelas XII : 10 kelas, yang terdiri dari 5 jurusan IPA, 5 jurusan IPS

Tabel 4.1. Data Keadaan Siswa SMA Negeri 1 Bandar Per Oktober 2014 Tahun Kelas Jlh Kelas

Jenis Kelamin

Jumlah L P

2014 / 2015

X 10 121 291 412

XI 10 103 256 359

XI 10 102 225 327


(60)

4.2. Analisis Univariat

4.2.1. Distribusi Karakteristik Identias Responden

Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Identitas Responden berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Tinggal dengan, dan Uang Saku per Minggu.

No Variabel Frekuensi (orang) Persentase (%)

1 Umur

14 tahun 11 12.2

15 tahun 21 23.3

16 tahun 29 32.2

17 tahun 27 30.0

18 tahun 2 2.2

Total 90 100.0

2 Jenis Kelamin

Laki-laki 37 41.1

Perempuan 53 58.9

Total 90 100.0

3 Tinggal dengan

Orang tua 77 85.6

Saudara 6 6.7

Kost 7 7.8

Total 90 100.0

4 Uang Saku per minggu

≤ Rp.30.000,- 37 41.1

>Rp.30.000,- 53 58.9


(1)

dapat bekerja sama jika ada informasi penting yang ingin disampaikan kepada siswa.

2. Orang Tua Siswa

a. Meningkatkan hubungan komunikasi dengan anak seecara intens dan berkualitas sehingga lebih mengenal karakter satu sama lain agar remaja tersebut tetap merasa nyaman di tengah-tengah keluarga. b. Melakukan pengawasan dan mengenali teman-teman yang bergaul

dengan anaknya agar anak dapat diarahkan untuk memilih teman sebaya yang baik dan melakukan kegiatan-kegiatan positif.

3. Puskesmas

Diharapkan kepada petugas kesehatan di Puskesmas Perdagangan melalui kegiatan UKS memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang pendidikan kesehatan reproduksi agar pengetahuan remaja menjadi baik dan mengetahui dampak melakukan hubungan seks bebas.

4. Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian lebih lanjut tentang perilaku seks bebas dengan variabel penelitian yang berbeda seperti hubungan pola asuh dan sosial budaya keluarga dengan perilaku seks bebas sehingga dapat melengkapi hasil penelitian yang telah ada.


(2)

Daftar Pustaka

Apriyanthi, Dwi Putri. 2011. Komunikasi Remaja Pelaku Seks Pranikah (Studi Kasus Pada Remaja Putri Pelaku Seks Pranikah Di Lingkungan XXII Kelurahan Helvetia Tengah Kecamatan Medan Helvetia). Skripsi (tidak diterbitkan). Medan: Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Asch. 2009.Psikologi Sosial.Jilid II Edisi Kesepuluh (terjemahan Djuwita, R). Jakarta: Erlangga

Asfriyati. 2005. Tinjauan Pustaka : Masalah Kehamilan Pranikah dan Remaja Ditinjau dari Kesehatan Reproduksi. Departemen Kependudukan dan Biostatistik. Medan : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Bantarti. 2000. Pengaruh Pendidikan Kelompok Sebaya Terhadap Pengetahuan dan Sikap Tentang HIV/AIDS pada Siswa-siswi SMU di Kotamadya Depok. Thesis. Jakarta: Universitas Indonesia BKKBN. 2010. BKKBN: 51 Persen Remaja Jabodetabek Tidak Perawan. Available: www.berita.liputan6.com , diakses tanggal 13 Januari 2014.

Carthi. 2009. What is Social Media?. www.icrossing.co.uk/filea dmin/uploads/eBooks/What_is_Social_Media_iCrossing_ebook.pdf (terjemahan Michael Adryanto)diakses tanggal 08 Juli 2014

Cynthia, T. 2007. Konformitas Kelompok dan Perilaku Seks Bebas pada Remaja. Jurnal Psikologi Volume 1, No. 1 Desember 2007.

Deaux et. al. 2011. Bahaya Seks Bebas.makalah-artikel.blogspot.comdiakses tanggal 13 Januari 2014.

Depkes RI. 2008. Situasi HIV/AIDS di Indonesia Tahun 1987-2008.Jakarta: Pusat Data dan Informasi Depkes RI

Gultom, L. 2011. Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin, dan Pendorong Remaja Pengguna situs Internet dan Televisi Terhadap Perilaku Seksual di SMA Methodist 4 Medan. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Hurlock, E.B. 2003. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima, Jakarta: Erlangga.


(3)

Juing, Kristy.2004. Hubungan konformitas remaja dengan perilaku seks pranikah remaja di SMA Teladan. Skripsi. Medan: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan.

Lubis, M. 2000. Perilaku Seksual Remaja di Tiga Kota Besar. Pusat Kajian dan Perlindungan Anak. Medan.

Makmun, A. 2003. Karakteristik Perilaku dan Pribadi Pada Masa Remaja. Available: www.akhmadsudrajat.wordpress.com, diakses tanggal 13 Januari 2014.

Meijis. et. al. 2010. Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: Rineka Cipta. Monks, et. al. 2006. Remaja dan Hubungan Seksual Pranikah. Jakarta:

Rineka Cipta.

Mu’tadin, Z. 2002. Pendidikan Seksual Pada Remaja. Available : www.episikologi.com, diakses tanggal 12 Januari 2014.

Mu’tadin. 2002. Teman sebaya. Available: http://hasmansulawesi01.blogspot.com/2009/03/pengaruhteman-sebaya-terhadapperilaku.html, diakses 11 April 2014

Myke, 2014. Gambaran Keterpaparan Media Informasi terhadap Tindakan Seks Pra-Nikah pada Mahasiswa Indekost Kampung Susuk Kelurahan Pada Bulan Selayang 1 Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Tahun 2014. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Notoatmodjo, S. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Cetakan Pertama, Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Cetakan I, Jakarta : Rineka Cipta.

Nugraha, B.D. 2003. Perlukah Pendidikan Seks Dibicarakan Sejak Dini?. Makalah Seminar Plus. Yogyakarta.

Papalia D, Olds S, dan Feldman R. 2008. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.

Rosmawati. 2014. Penggunaan Media Sosial (Facebook dan Twitter) Terkait dengan Pencarian Informasi Kesehatan oleh Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas


(4)

Sumatera Utara. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Rumini dan Sundari S. 2004. Perkembangan Anak dan Remaja. Cetakan Pertama. Jakarta: Rineka Cipta.

Santrock, Jhon. W. 2007. Remaja, Edisi11 Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Santrock, J.W. 2007. Adolescence Perkembangan Remaja, Edisi keenam. Jakarta : Erlangga.

Sarwono, S.W. 2011. Psikologi Remaja Edisi Revisi. Jakarta : Rajawali Pers. SDKI. 2007. http://pdfpath.com/pdf/html. Seks Pra-Nikah pada Remaja dan Tingkat

Aborsi tahun 2007 menurut SDKIdiakses 18 Maret 2014.

Soetjiningsih. 2004. Buku Ajar Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto.

Taimiyah dan Utomo. 2011. Hubungan antara Konformitas, Adaptasi dan Konsep Diri dengan Perilaku Konsumtif pada Remaja Putri. Jurnal Phronesis

Tjiptaningrum. 2009. Hubungan Antara Konformitas Terhadap Teman Sebaya di SMA Ksatria 1 Semarang. Jurnal Psycho Idea. Tahun 7 No. 1 Universitas Diponegoro : Bandung.

Utari. 2012. Hubungan Media Elektronik dengan Perilaku Siswa Tentang Seks Pra-Nikah di SMK Muhammadiyah 2 Kota Pematangsiantar Tahun 2012. Skripsi. Medan : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Valentino. 2011. Aborsi dan Pergaulan Bebas Remaja yang Mengkhawatirkan. Available: www.sosbud.kompasiana.com, diakses tanggal 12 Januari 2014.

Zulhaini. 2011. Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seks Pranikah Pada Siswa Kelas XI di SMA Negeri 6 Binjai. Skripsi. Medan: Universitas Negeri Medan.

http://www.seekpdf.net/ Pengaruh-Pendidikan-Seks-Terhadap-Sikap-Mengenai-SeksPranikah----.Html, diakses 18 Maret 2014.


(5)

(6)

LAMPIRAN 2 KUESIONER

HUBUNGAN MEDIA SOSIAL DAN TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA SMA NEGERI 1 BANDAR KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2014

No. Responden : ……… (diisi oleh peneliti)

IDENTITAS RESPONDEN

Umur : ………..

Jenis Kelamin : ……….. Tinggal dengan : a. Orang tua

b. Saudara c. Kost

Uang saku per mingggu : a. ≤ Rp. 30.000.- b. > Rp. 30.000.-

MEDIA SOSIAL

Media sosial adalah media yang didesain untuk mempermudah interaksi sosial yang bersifat interaktif atau dua arah seperti Facebook, Twitter, dan Youtube.

1. Anda sering mengakses media sosial.

a. Ya (1) b. Tidak (0)

Alasan : ……… 2. Anda mem-follow situs informasi seks di media sosial.

a. Ya (1) b. Tidak (0)

Alasan : ……… 3. Anda menerima informasi seksual dari media sosial.

a. Ya (1) b. Tidak (0)


Dokumen yang terkait

Pengaruh Dukungan Guru dan Teman Sebaya terhadap Akseptabilitas dan Pemanfaatan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Kota Tanjung Balai

3 72 174

Hubungan Iklan Rokok, Uang Saku Dan Teman Sebaya Terhadap Perilaku Merokok Pada Siswa Sma Negeri 2 Medan Tahun 2014

1 49 218

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Kecemasan Remaja Putri Pada Masa Pubertas Dalam Menghadapi Perubahan Fisik Di Smp Swasta Betania Medan

10 93 92

Pengaruh Paparan Media Internet dan Teman Sebaya terhadap Perilaku Seks Bebas Pada Remaja SMA XYZ Tahun 2012

6 96 167

PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA SMA DI SURAKARTA Perilaku Seks Bebas Pada Siswa SMA di Surakarta.

0 7 16

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA Hubungan Antara Interaksi Teman Sebaya Dengan Penyesuaian Sosial Pada Siswa.

0 3 13

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU PENYALAHGUNAAN MINUMAN KERAS PADA SISWA SMA NEGERI 01 SERAWAI KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Media Sosial dan Teman Sebaya dengan Perilaku Seks Bebas pada Siswa SMA Negeri 1 Bandar Kabupaten Simalungun Tahun 2014

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN - Hubungan Media Sosial dan Teman Sebaya dengan Perilaku Seks Bebas pada Siswa SMA Negeri 1 Bandar Kabupaten Simalungun Tahun 2014

0 0 8

HUBUNGAN MEDIA SOSIAL DAN TEMAN SEBAYA DENGANPERILAKU SEKS BEBASPADA SISWA SMA NEGERI 1 BANDAR KABUPATENSIMALUNGUN TAHUN 2014 SKRIPSI DiajukanSebagai Salah SatuSyarat UntukMemperolehGelar SarjanaKesehatanMasyarakat

0 0 16