BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Karakteristik Penderita HIV/AIDS dengan Tingkat Infeksi Oportunistik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Human Immunodeficiency Virus

  (HIV) adalah virus yang menyerang sistim kekebalan tubuh manusia. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi, sehingga tubuh kekurangan kekebalan mengakibatkan tubuh mudah diserang penyakit yang disebut dengan Acguired

  Immune Deficiency Syndrome Acquired Immune Deficiency Syndrome

  (AIDS) merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981, penyakit ini berkembang secara pademi. Obat dan vaksin untuk mengatasi masalah tersebut belum ditemukan, yang mengakibatkan kerugian yang tidak hanya di bidang kesehatan tetapi juga di bidang sosial, ekonomi, politik, budaya dan demografi.

   World Health Organisation (

  Menurut data WHO) pada tahun 2005 penderita HIV/AIDS 40,3 juta jiwa dan jumlah kematian disebabkan HIV/AIDS 3,1 juta. Di Negara berkembang khususnya di ASIA memiliki pertumbuhan HIV/AIDS yang paling cepat pada tahun 2005 dengan jumlah penderita 25,8 juta dan jumlah kematian akibat HIV/AIDS 2,4 juta (WHO, 2005).

  Di Indonesia pengidap HIV/AIDS dilaporkan terus meningkat sejak ditemukan 9 orang penderita HIV/AIDS pada tahun 1987, dan pada tahun 1991 meningkat menjadi 21 orang, sedangkan pada tahun 1996 menjadi 147 orang. Pada

  1 tahun 2001 penderita HIV/AIDS meningkat menjadi 951 orang, dan pada tahun 2004 juga terjadi peningkatan penderita HIV/AIDS menjadi 1.844 orang. Pada tahun 2005 peningkatan penderita HIV/AIDS cukup tinggi yaitu 7.090 orang pada bulan Juni, terus bertambah pada bulan September sebanyak 7.250 penderita, pada akhir bulan Desember menjadi 8.565. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa peningkatan penderita HIV/AIDS yang terus-menerus.

  Dalam triwulan April sampai dengan Juni 2007 telah terdapat tambahan 874 kasus baru HIV/AIDS dan jumlah penderita HIV/AIDSsebanyak 701 kasus.

  Dilaporkan Januari sampai Juni 2007 penderita HIV/AIDS 2.078 kasus baru dan jumlah penderita HIV/AIDS1.495 kasus baru. Di Indonesia sejak 1 Januari 1987 sampai dengan Juli 2007 jumlah penderita HIV/AIDS 15.502 kasus dan jumlah penderita HIV/AIDS 9.689 kasus. Pada tahun 2008 sejak bulan Januari sampai 30 Juni 2008 terdapat penderita HIV/AIDS baru 212 kasus, dan jumlah penderita HIV/AIDS sejumlah 1.546 kasus. Jadi jumlah kumulatif penderita HIV/AIDS sejak 1987 sampai dengan Juni 2008 terdapat 12.686 kasus HIV, dan 6.277 kasus AIDS.

  ( Ditjen PPM &PL Depkes RI) Di Sumatera Utara tahun 1992 penderita HIV/AIDS 33 orang, tahun 1997 jumlah penderita HIV/AIDS meningkat menjadi 138 orang, dan pada tahun 2005 jumlah penderita HIV/AIDS 526 orang, selanjutnya sampai Juni 2007 jumlah penderita HIV/AIDS berjumlah 1.017 orang. Pada tahun 2008 jumlah kasus baru penderita HIV/AIDS 226 kasus dan penderita HIV/AIDS 426 kasus, adapun faktor resiko adalah heteroseksual, homoseksual, intradrug user, transfusi darah, ibu rumah tangga dan tidak diketahui faktor penyebab (KPNAD SUMUT, 2007).

  Menurut catatan rekam medik penderita HIV/AIDS yang di rawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan juga mengalami peningkatan dari 11 orang yang dirawat pada tahun 2003 menjadi 57 orang pada tahun 2004. Pada tahun 2005 meningkat menjadi 68 orang dan pada bulan Juni 2007 meningkat menjadi 72 orang. Pada tahun 2008 pada bulan Desember peningkatan kasus HIV/AIDS cukup tinggi dimana jumlah penderita HIV/AIDS berjumlah 824 kasus.

  Secara fisiologis HIV/AIDS menyerang sistem kekebalan tubuh penderita mengakibatkan kadar Cluster Differentiated (CD4) menurun dengan cepat, dan penderita mengalami stress, penderita tidak segera berobat atau mencari pelayanan tetapi menutup diri. Jika ditambah dengan stress yang berkepanjangan maka akan mempercepat terjadinya HIV/AIDS, karena dengan stress terjadi peningkatan

  hormon adrenalin

  yang menghasilkan kortisol dalam jumlah besar sehingga menekan

  system immune

  yang mengakibatkan kadar CD4 yang kurang dari 200 µ/sel akan menimbulkan Infeksi oportunistik (IO) yang berat. (Nursalam, 2005) Infeksi ini di setiap negara berbeda, tergantung pada mikroba yang ada di negara itu seperti di Afrika Barat, Afrika Timur dan Afrika Tengah, dimana IO yang sering dijumpai adalah sarkoma kaposi, histoplasmosis dan juga kriptokokus dengan kadar CD4 200 µ/sel. Sebagian di Afrika bagian lain sering dijumpai spesies

  Salmonella non typhoidal

  , pnemokokus dan sebagian kecil mikrobacterium dengan kadar CD4 kurang dari 200 µ/sel. Di Amerika, Eropa dan di Asia Tenggara IO yang sering terjadi adalah infeksi jamur penicillium dan Anemia dengan kadar CD4 kurang dari 200 µ/sel.

  BMJ,

  2001

  ( Alison D Grant, Kevin M De Cock. )

  Di Indonesia IO yang terjadi adalah candidiasis esofagus, tuberkulosis,

  cytomegalovirus, ensefalitis toksoplasmosis, pneumonia pneumocystis carinii, herpes simplek, mycobacterium avium complex, kriptokokosis

  , histoplasmosis paru, dengan jumlah kadar CD4 rata -rata kurang dari 400 µ/sel sampai 110 µ/sel. Di Rumah Sakit Dharmais Jakarta, IO paling sering terjadi adalah tuberculosis, toksoplasmosis di otak dan sitomegalovirus dengan jumlah kadar CD4 rata–rata 200 µ/sel sampai 118 µ/sel dan lebih banyak dijumpai pada laki–laki dari pada perempuan dengan umur 20-29 tahun. Di rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, IO terbanyak adalah infeksi

  tuberkulosis

  , kandidiasis dan diare kronik, toxoplasma ensepalitis serta pneumonia, dimana kadar CD4 kurang dari 200 µ/sel, juga lebih banyak dijumpai pada laki–laki, serta berumur 25 -35 tahun (Djauzi, 2005).

  Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan menurut penelitian Realsyah, dkk., penyakit IO yang paling besar dari tahun ke tahun adalah kandidiasis rongga mulut, tuberkulosis paru, pneumonia, diare demartitis/infeksi kulit dengan kadar CD-4 rata–rata antara 200 µ/sel – 110 µ/sel, namun dari 57 orang penderita yang diteliti, belum diketahui gambaran demografik penderita. (Realsyah ,dkk, 2005)

  Dalam mengatasi IO pada penderita HIV/AIDS perlu dilakukan pelayanan secara holistik. Pelayanan holistik adalah perawatan menyeluruh meliputi pula perawatan di rumah sakit dan di rumah selama perjalanan penyakit, dan perawatan yang diberikan tidak hanya pemberian pengobatan sesuai dengan gejala, melaksanakan pelayanan pencegahan yang efektif dan didukung dengan pemberian dukungan sosial, nutrisi dan olahraga yang cukup. (Mark, 2006) Promosi gizi yang baik karena nutrisi yang seimbang berguna untuk mepertahankan kekuatan, meningkatkan fungsi sistem immun, meningkatkan kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi, dan menjaga orang yang hidup tetap aktif dan berproduktif. (Sediautomo ,2006).

  Dengan berolahraga akan meningkatkan adaptasi sirkulasi darah, sehingga mencapai kapasitas kerja optimal. Selama berolahraga terjadi adaptasi system immune meliputi leukositosis akut yang berfungsi membunuh bakteri dan meningkatkan antibody, peningkatan komplemen interkulin I yang berfungsi sebagai

  imunostimulator

  , meningkatkan limfosit B dan T. (Putu, 2003) Dukungan sosial yang membentuk kelompok dukungan masyarakat untuk memberikan dukungan sosial pada penderita HIV/AIDS dan para pendampingnya.

  Kelompok ini akan meningkatkan dan menciptakan sumber pendapatan, mengurangi dan menyingkirkan stigma, diskriminasi, membangun sikap positif masyarakat terhadap penderiat HIV/AIDS dan keluarganya. Memberi dukungan sosial kepada penderita HIV/AIDS, penderita merasa tenang dan gembira yang mengakibatkan kelenjar korteks adrenal akan menghasilkan kortisol. Kortisol yang bersifat

  immunosuppressive

  terutama pada sel zonafasikulata, mengakibatkan kelenjar

  adrenalin

  akan menghasilkan kortisol dalam jumlah seimbang pada system

  immune .(Barelett J.G. dkk, 2004).

  Hasil survey awal yang dilakukan peneliti, penderita yang datang dengan IO yang sudah berat dan pelayanan holistik yang diberikanpun kurang memadai seperti nutrisi yang seadanya, olahraga kurang dilakukan, dan keluarganya jarang bahkan tidak pernah memberi dukungan sosial kepada penderita yang sudah dirawat.

  Sehingga penderita jarang yang dipulangkan ke rumah. Hal ini membuat peneliti tertarik melakukan penelitian dan ingin mengetahui bagaimana hubungan karakteristik penderita HIV/AIDS dengan IO di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan karena rumah sakit ini adalah salah satu tempat penderita HIV/AIDS yang dirawat dan merupakan rumah sakit rujukan bagi penderita HIV/AIDS di Sumatera Utara.

  1.2 Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang dan uraian tersebut, maka rumusan masalah yang diambil peneliti adalah: “ Belum Diketahuinya Hubungan Karakteristik Penderita

  

HIV/AIDS Dengan Tingkat Infeksi Oportunistik di Rumah Sakit Umum Pusat

Haji Adam Malik Medan”.

  1.3 Tujuan Penelitian

  Untuk menganalisis hubungan karakteristik penderita HIV/AIDS dengan tingkat infeksi oportunistik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan berdasarkan umur, jenis kelamin, lamanya terdiagnosa HIV/AIDS, pendidikan, pekerjaan, status gizi, olahraga, therapy yang digunakan dan dukungan sosial.

  1.4 Hipotesis 1. Ada hubungan umur penderita HIV/AIDS dengan kejadian IO.

  2. Ada hubungan jenis kelamin penderita HIV/AIDS dengan kejadian IO.

  3. Ada hubungan lama terdiagnosa penderita HIV/AIDS dengan kejadian IO.

  4. Ada hubungan pendidikan penderita HIV/AIDS dengan kejadian IO.

  5. Ada hubungan pekerjaan penderita HIV/AIDS dengan kejadian IO.

  6. Ada hubungan status gizi penderita HIV/AIDS dengan kejadian IO.

  7. Ada hubungan olahraga penderita HIV/AIDS dengan kejadian IO.

  8. Ada hubungan therapy penderita HIV/AIDS dengan kejadian IO.

  9. Ada hubungan dukungan sosial penderita HIV/AIDS dengan kejadian IO.

  1.5 Manfaat Penelitian

  1.5.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak Rumah Sakit dan fasilitas kesehatan untuk menyusun strategi penangulangan IO.

  1.5.2 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar yang berguna untuk penelitan lebih lanjut dalam penanganan dan penanggulangan IO.

  1.5.3 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kejadian IO serta faktor risiko yang mempengaruhinya

Dokumen yang terkait

Hubungan Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Mellitus dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2014

8 90 88

Hubungan Karakteristik Penderita HIV/AIDS dengan Tingkat Infeksi Oportunistik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

1 78 104

Hubungan Jumlah Cluster of Differentiation 4 (CD4) dengan Infeksi Oportunistik pada Pasien HIV/AIDS di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Januari sampai Desember 2012

5 83 98

Karakteristik Penderita Keratitis Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2010-2011

4 68 65

Karakteristik Penderita Rinosinusitis Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2011

2 46 78

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakangm - Gambaran Karakteristik Penderita TB MDR Yang Dirawat Di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan

0 0 8

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Pelayanan Profesional Dokter Spesialis dengan Kepuasan Pasien Umum di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

0 3 9

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Hubungan antara Koping dengan Resiliensi pada pasien Gagal Ginjal Kronik yang menjalani Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

0 0 9

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Beban Kerja Perawat Pelaksana dengan Perilaku Caring Perawat di ICU Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

0 1 7

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Studi Retrospektif Interaksi Obat pada Pasien Pediatrik Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Periode Januari–Juni 2012

0 0 8