BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Antara Grading Histopatologi Dengan Ekspresi Ki-67 Penderita Kanker Payudara Di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

  2.1 Definisi

  Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari sel-sel epitel payudara (AJCC, 2010). Kanker payudara adalah penyakit heterogen dengan penampilan bervariasi morfologi, fitur molekuler, perilaku, dan respon terhadap terapi. Tumor ganas adalah sekelompok sel-sel kanker yang dapat tumbuh (menyerang) menjadi jaringan atau menyebar (metastasis) ke daerah yang jauh dari tubuh sekitarnya.

  Tumor ini tumbuh progresif dan relatif cepat membesar. Penyakit ini terjadi hampir seluruhnya pada wanita, tetapi pria bisa terkena juga (American Cancer

  Society , 2013). Kanker payudara adalah penyakit heterogen yang ekstrim

  disebabkan oleh interaksi faktor genetik dan faktor risiko lingkungan yang menyebabkan akumulasi perubahan progresifitas genetik dan epigenetik sel kanker payudara (Conzen SD, et al.)

  2.2 Epidemiologi

  Kanker payudara pada wanita menduduki tempat nomor dua setelah kanker serviks uterus. Di Amerika Serikat kanker payudara merupakan 28 % kanker pada wanita kulit putih, dan 25 % pada wanita kulit hitam. Kanker ini jarang ditemukan pada wanita usia di bawah 20 tahun. Angka tertinggi terdapat pada usia 45

  • – 66 tahun. Sedangkan insidens kanker payudara pada laki
  • – laki hanya 1 % dari kejadian pada wanita.

  

Diagram 2.2.1 : Situasi Penyakit Kanker di Indonesi Tahun 2004-2006

American Cancer Society memperkirakan kanker payudara di Amerika Serikat

  untuk 2013 adalah sekitar 232.340 kasus baru kanker payudara invasif akan didiagnosis pada wanita, sekitar 64.640 kasus baru kanker in situ (CIS) akan didiagnosis (CIS adalah non-invasif dan merupakan bentuk awal dari kanker payudara) dan sekitar 39.620 wanita akan meninggal akibat kanker payudara.

2.3 Anatomi dan Fisiologi

  Untuk dapat mengenal perjalanan penyakit kanker payudara dengan baik dan memahami dasar

  • – dasar tindakan operasi pada kanker payudara maka sangat penting diketahui anatomi payudara itu sendiri.

  Jaringan payudara dibentuk oleh glandula yang memproduksi air susu (lobulus) yang dialirkan ke puting (nipple) melalui duktus. Stuktur lainnya adalah jaringan lemak yang merupakan komponen terbesar, connective tissue, pembuluh darah dan saluran beserta kelenjar limfatik. Setiap payudara mengandung 15 - 20 lobus yang tersusun sirkuler. Jaringan lemak (subcutaneus adipose tissue) yang membungkus lobus memberikan bentuk dan ukuran payudara. Tiap lobus terdiri dari beberapa lobulus yang merupakan tempat produksi air susu sebagai respon dari signal hormonal. Terdapat 3 hormon yang mempengaruhi payudara yakni estrogen, progesteron dan prolaktin, yang menyebabkan jaringan glandular payudara dan uterus mengalami perubahan selama siklus menstruasi. Areola adalah area hiperpigmentasi di sekitar puting susu.

  Payudara terletak pada batas hemithoraks kanan dan kiri dengan batas- batas sebagai berikut (Ramli M, 1995):

1. Batas-batas payudara yang tampak dari luar:

  a. : Iga II dan III Superior

  b. : Iga VI dan VII Inferior

  c. : Pinggir sternum Medial

  d. : Garis aksilaris anterior Lateral 2.

  Batas-batas payudara yang sesungguhnya:

  a. : Hampir sampai klavikula Superior

  b. : Garis tengah Medial

  c. : M. Latissimus dorsi Lateral

  Payudara dibagi menjadi lima bagian : 1.

  Kwadran lateral atas.

  2. Kwadran medial atas 3.

  Sentral ( subareolar ).

  4. Kwadran lateral bawah.

  5. Kwadran medial bawah.

  Struktur payudara terdiri dari berbagai struktur parenkim epithelial. Parenkim epithelial dibentuk oleh kurang lebih 15 - 20 lobus, yang masing- masing mempunyai saluran tersendiri untuk mengalirkan produksinya, dan bermuara pada puting susu. Tiap lobus dibentuk oleh lobulus-lobulus yang masing-masing terdiri dari 10-100 asini grup (Williams, et al., 2013). Lobulus- lobulus ini merupakan struktur dasar dari glandula mammae (Ramli M, 1995).

Gambar 2.3.1 : Anatomi Payudara

  a. Invasive ductal carcinoma

  2. Medullary carcinoma

  1. Mucinous carcinoma

  b. Special types

  3. Scirrhous carcinoma

  2. Solid-tubular carcinoma

  1. Papillobular carcinoma

  2. Invasive Carcinoma :

  Klasifikasi Histopatologi Kanker Payudara :

  b. Lobular carcinoma in situ

  a. Non invasive ductal carcinoma

  1. Non Invasive Carcinoma :

  Tumors Malignant Carcinoma

  WHO (WHO Classification of Breast Tumors) 2. Japanese Breast Cancer Society (1984) Histological Classification of Breast

  Klasifikasi histopatologi kanker payudara adalah berdasarkan atas : 1.

  3. Invasive lobular carcinoma

  4. Adenoid cystic carcinoma

  5. Squamous cell carcinoma

  6. Spindle cell carcinoma

  7. Apocrine carcinoma

8. Carcinoma with cartilaginous and or osseous metaplasia

  9. Tubular carcinoma

  10. Secretory carcinoma

  11. Others Tipe Histopatologi (Page, et al., 2005) : 1.

  Pathology Evolution of Preinvasive Breast Cancer 2. The Atypical Ductal Hyperplasia 3. Pathology of In Situ Breast Cancer a.

  Lobular Carcinoma In Situ b. Pleomorphic LCIS c. Ductal Carcinoma In Situ (DCIS) Grades / Van Nuys Prognostic Score d. Paget’s Disease (nipple) 4. Pathology of Invasive Breast Cancer a.

  Invasive Ductal Carcinoma b. Invasive Lobular Carcinoma 5.

   Pathology of Special Forms of Breast cancer a.

  Tubular Carcinoma b. Cribriform Carcinoma c. Medullary Carcinoma d. Mucinous Carcinoma e. Apocrine Carcinoma f. Micropapillary Carcinoma g.

  Metaplastic Carcinoma h. Mammary Carcinoma with Osteoclast-like Giant Cell i. Lipid Rich Carcinoma j. Glycoge Rich Carcinoma k.

  Secretory Carcinoma l.

  Neuroendocrine Carcinoma m.

  Adenoid Cystic Carcinoma n. Inflammatory Carcinoma o. Pyllodes Tumor p. Sarcoma q. Angiosarcoma r. Malignant Lymphoma s.

  Metastatic Tumors to the breast (melanoma, adenocarcinoma, carcinoid) Teknologi DNA micro-array / genes profilling menggolongkan kanker payudara dapat digolongkan berdasarkan pada :

  1. Kanker payudara dengan perjalanan penyakit yang indolent 2.

  Kanker payudara dengan perjalanan penyakit yang agresif dan prognosis buruk

  3. Ekspresi Estrogen Reseptor (ER) 4.

  Ekspresi Progesteron Reseptor (PR) 5. Ekspresi dari HER2

  Berdasarkan pada pemeriksaan protein markers seperti ER (Estrogen Receptor), PR (Progesteron Receptor) dan HER2, maka kanker payudara dapat dibagi atas beberapa tipe yaitu tipe Luminal A, Luminal B, Tripple Negative (Basal) dan HER-2 positif.

  Penggolongan ini dapat menentukan pilihan terapi tambahan yang sesuai

  (Neoadjuvant & Adjuvant Therapy), dan sekaligus memberikan gambaran

  prognosis penderita. Kanker payudara dengan tipe Luminal A, mempunyai prognosis yang terbaik (Piccard, et al., 2006)

  2. 4 Etiologi

  Etiologi kanker payudara sampai saat ini belum diketahui pasti, namun dapat dicatat pula bahwa penyebab itu sangat mungkin multifaktorial yang saling mempengaruhi satu sama lain, antara lain : 1.

  Konstitusi genetika, berdasarkan :

  a. Adanya kecenderungan pada keluarga tertentu lebih banyak kanker payudara dari pada keluarga lain.

  b. Pada kembar monozigot terdapat kanker yang sama.

  c. Terdapat persamaan lateralitas kanker payudara pada keluarga dekat dari penderita kanker payudara.

  2. Pengaruh hormonal, berdasarkan bahwa : a.

  Kank er payudara umumnya pada wanita, pada laki

  • – laki kemungkinan sangat rendah.

  b.

  Pada usia diatas 35 tahun insidennya jauh lebih tinggi.

  c.

  Tern yata pengobatan hormonal banyak yang memberikan hasil pada kanker payudara stadium lanjut.

  3. Virogen : Pada air susu ibu ditemukan ( partikel ) virus yang sama dengan yang terdapat pada air susu tikus yang menderita kanker payudara, tetapi perannya sebagai faktor penyebab pada manusia tidak dapat dipastikan.

  4. Makanan Sampai sekarang tidak terbukti bahwa diet lemak berlebihan dapat memperbesar atau memperkecil resiko kanker payudara.

  5. Radiasi daerah dada Ini sudah lama diketahui, karena radiasi dapat menyebakan mutasi gen.

2.5 Gejala Klinis

  Pada anamnesis:

  1. Keluhan di payudara dan aksila a.

  Adanya benjolan padat b. Ada tidaknya rasa nyeri (awal pertumbuhan kanker payudara sering tidak menimbulkan rasa nyeri) c.

  Kecepatan tumbuh (agresivitas, doubling time tumor, gompertz curve) d. Nipple discharge (satu sisi, satu muara, warna merah / darah /

  serosanguinous, disertai masa tumor) e.

  Retraksi papilla mammae f. Krusta dan eksim yang tidak sembuh pada aerola atau papilla mammae dengan atau tanpa masa tumor (p

  aget’s disease) g.

  Kelainan kulit di atas tumor (skin dimpling, ulceration, venous ectasia,

  peau d’orange, satelitte nodule) h.

  Adanya benjolan di aksila atau di leher / supraklavikula (pembesaran KGB aksila, supraklavikula) i.

  Edema lengan disertai adanya benjolan di payudara atau aksila ipsilateral 2. Keluhan di tempat lain: a.

  Nyeri tulang yang terus menerus dan semakin berat (di daerah vertebra, pelvis, femur) b.

  Rasa sakit, “nek” dan “penuh” di ulu hati c. Batuk yang kronis dan sesak napas d. Sakit kepala hebat, muntah dan gangguan sensorium 3. Faktor-faktor resiko (terkena kanker payudara) a.

  Usia penderita (semakin tua semakin meningkat resikonya) b. Usia melahirkan anak pertama ”aterm” (> 35 tahun semakin tinggi resiko) c. Paritas d. Riwayat laktasi (tidak laktasi ”sedikit” meningkatkan resiko) e. Riwayat menstruasi 4. Menarche yang awal 5. Menopause yang lambat a.

  Pemakaian obat-obat hormonal (pil KB, HRT) yang dipergunakan jangka panjang b.

  Riwayat keluarga dengan kanker payudara dan kanker ovarium (family

  clustering breast cancer and familial/ heriditary breast cancer, BRCA 1 & BRCA 2)

  c.

  Riwayat operasi tumor payudara jinak seperti atypical ductal hyperplasia,

  florid papilloma d.

  Riwayat operasi kanker ovarium (pada usia muda) e. Riwayat radiasi didaerah dada / payudara pada usia muda (radiasi terhadap

  Hodgkin disease / Non Hodgkin Lymphoma)

Tabel 2.5.1 Klasifikasi TNM pada Kanker Payudara

  Sumber : Klasifikasi TNM Kanker Payudara ( AJCC, 1992 ) Stadium Kanker Payudara

  Stadium I : Tumor terbatas pada payudara dengan ukuran < 2 cm, tidak terfiksasi pada kulit atau otot pektoralis, tanpa dugaan metastasis axilla.

  Stadium II : Tumor dengan diameter < 2 cm dengan metastasis axilla atau tumor dengan diameter 2

  • – 5 cm dengan atau tanpa metastasis axilla.

  Stadium IIIa : Tumor dengan diameter > 5 cm tapi masih bebas dari jaringan sekitarnya dengan atau tanpa metastasis axilla yang masih bebas satu sama lain atau tumor dengan metastasis axilla yang melekat. Stadium IIIb : Tumor dengan metastasis infra atau supraklavikula atau tumor yang telah menginfiltrasi kulit atau dinding thorak. Stadium IV : tumor yang telah mengadakan metastasis jauh.

2.6 Pemeriksaan Penunjang

  Pemeriksaan penunjang yang diharuskan anatara lain mammografi dan USG payudara, foto toraks, dan USG abdomen (hati).

  1. Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus (Fine Needle Aspiration Biopsy / FNAB /

  FNA) 2.

  Dilakukan pada lesi / tumor payudara yang klinis dan radiologis / imaging dicurigai ganas.

  3. Pemeriksaan Histopatologi (masih merupakan gold standart diagnosis)

  4. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium rutin dan kimia darah guna kepentingan pengobatan dan informasi kemungkinan adanya metastasis (transaminase, alkali fosfatase, kalsium darah, tumor marker / penanda tumor “CA 15-3 ; CEA”).

2.7 Ekspresi Protein Ki-67 pada Kanker Payudara

  Ki-67 adalah protein non histone yang ditemukan di dalam inti sel yang berhubungan dengan proses proliferasi sel, ditemukan oleh Gerdes, et al., pada awal tahun 1980, di Kiel University, J erman (sehingga disebut “Ki”), sedangkan angka 67 adalah urutan nomor kloning dari sebanyak 96 piringan yang telah diberi label. Antigen yang diambil dengan menggunakan antibodi monoklonal tikus yang secara langsung berlawanan dengan antigen inti sel dari limfoma non- hodgkin pada manusia (Yerushalmi, et al., 2010).

  Dengan tidak ditemukannya Ki-67 pada sel yang tidak membelah dan terdapatnya protein ini pada jaringan yang mengalami pembelahan telah menunjukkan bahwa protein ini berperan penting sebagai suatu penanda pembelahan sel. Sejumlah penelitian dalam skala yang besar telah menegaskan temuan ini dan jarang dilaporkan adanya ekspresi Ki-67 pada sel yang tidak membelah. Gen Ki-67 terdapat pada lengan panjang kromosom 10 manusia (10q25).

  Pada tahun 1993, Schluter, et al., telah mempublikasikan sequence cDNA lengkap yang mengkode protein tersebut. Terdapat dua spesies mRNA alternatif yang dihasilkan dari penyambungan dua protein isoform pengkode tersebut. Protein isoform Ki-67 yang berukuran besar memiliki massa molekul sebesar 359 KD dan yang berukuran kecil memiliki massa sebesar 320 KD.

  Keberadaan ataupun ketiadaan sequence yang dikode oleh exon 7 dari gen tersebut yang membedakan diantara kedua isoform tersebut. Ekspresi Ki-67 dapat dideteksi disepanjang siklus sel dan intensitas ekspresi Ki-67 tersebut bervariasi sehingga menimbulkan kekuatiran akan terjadinya kesalahan didalam penentuan klasifikasi siklus sel sebagai sel yang tidak membelah (Fasanella, et al., 2011). Gen Ki-67 diekspresikan pada sel yang mengalami proliferasi selama fase G1 pertengahan dan meningkat pada level S dan G2 dan mencapai puncaknya pada fase M serta tidak terdeteksi pada fase istirahat (G0 dan awal G1) (Tan, et al., 2005).

  Antibodi monoklonal Ki-67 yang asli, ketika digunakan untuk pegecatan imunohistokimia dilaporkan awalnya untuk mengecat sel yang mengalami proliferasi pada jaringan tanpa fiksasi, bukan pada sampel dengan formaline-fixed

  paraffin-embedded . Pada tahun 1992, Cattoretti, et al., melaporkan hasil yang

  lebih baik pada pengecatan Ki-67 dengan sampel paraffin embedded setelah berkembangnya antibodi baru MIB-1 dan MIB-3. Pengecatan dengan MIB-1 dan MIB-3 dari sampel formaline-fixed paraffin embedded dapat ditingkatkan dengan antigen retrieval (sering dilakukan melalui pemanasan dengan microwave).

Gambar 2.7.1 : Siklus Antigen Ki-67

  Meskipun sekarang telah tersedia banyak antibodi yang dijual untuk pengecatan Ki-67 pada jaringan yang fresh maupun yang paraffin-embedded, MIB-1 masih merupakan yang terbanyak dipakai pada penelitian-penelitian sekarang ini. Ekspresi Ki-67 biasanya ditentukan sebagai persentase sel tumor yang tercat positif oleh antibodi, dengan menggunakan pengecatan inti sebagai kriteria positif yang paling umum (Aleskandarany, et al., 2011; Yerushalmi, et al., 2010).

  Jaringan payudara yang sehat mengekspresikan Ki-67 dalam level yang

  low ekspresi (< 3%). Beberapa peneliti melaporkan bahwa ekspresi reseptor

  steroid dan antigen Ki-67 terdeteksi pada populasi sel yang berbeda pada epitel payudara manusia yang normal, dengan ekspresi Ki-67 secara eksklusif hanya pada sel dengan estrogen reseptor negatif . Sel dengan estrogen reseptor positif tidak berproliferasi pada jaringan payudara manusia yang normal. Separasi antara ekspresi reseptor steroid dengan proliferasi sel ini tidak dijumpai pada jaringan malignant. Pada ductal carcinoma in situ (DCIS), sekitar 40% dari sel tumor mengekspresikan Ki-67 pada kadar yang tinggi. Peningkatan kadar akan diikuti oleh lesi dengan grading yang tinggi, komedo nekrosis dan adanya mikroinvasi. Karena itu, tidaklah mengherankan bahwa Ki-67 adalah merupakan prediktor untuk rekurensi pada DCIS (Yerushalmi, et al., 2010; Urrutichoechea, et al., 2005).

  Ekspresi Ki-67 tersebut menunjukkan adanya suatu hubungan yang baik dengan fraksi pertumbuhan dan tampaknya tidak diekspresikan selama proses repair DNA. Lebih lanjut, Ki-67 dinilai sebagai suatu penanda proliferasi sel dan pada kanker payudara invasif telah digunakan untuk mengelompokkan pasien kedalam kategori prognosis yang baik dan buruk (Tan, et al., 2005).

  Ekspresi Ki-67 biasanya ditentukan sebagai persentase sel tumor yang tercat positif oleh antibodi dengan kriteria terekspresi pada bagian inti (Aleskandarany, et al., 2011; Yerushalmi, et al., 2010).

  Antigen Ki-67 juga dikenal sebagai Ki-67 atau MKi-67 adalah protein yang pada manusia dikodekan oleh gen MKi-67 antigen yang diidentifikasi dengan antibodi monoklonal Ki-67.

  Antigen Ki-67 adalah protein dari inti sel yang berperan untuk proliferasi sel. Lebih lanjut lagi hal ini berperan dengan transkripsi ribosom RNA. Inaktivasi antigen Ki-67 dapat menghambat sintesa ribosom RNA. Waktu paruh dari Ki-67 diperkirakan berkisar antara 1 - 1,5 jam.

  Ki-67 digunakan untuk immunostaining dari tumor payudara yang berproliferasi tinggi. Ki-67 adalah marka seluler untuk proliferasi. Protein ini berperan hanya untuk membantu proliferasi sel. Ki-67 adalah marka yang baik untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dari sel-sel tertentu. Fraksi Ki-67 akan positif pada sel tumor (indeks labelling Ki-67) sering dihubungkan dengan perjalanan klinik dari kanker. Contoh yang baik pada tulisan ini adalah tumor payudara, prostat, dan otak. Untuk tumor ini, nilai prognostik untuk survival dan rekurensi tumor telah berulang kali terbukti dalam beberapa analisis.

  Dilakukan dengan pemeriksaan imunohistokimia dan menunjukkan Ki-67 diekspresikan pada fase siklus sel pada S, G1, G2, dan fase M, tetapi tidak ditemukan pada fase G0 (Haroon, et al., 2013). Pada sampel yang diambil dari jaringan payudara yang normal juga diekspresikan dengan kadar rendah (< 3% dari sel) pada sel yang ER negatif, tetapi tidak pada ER positif. Diartikan dengan pemeriksaan imunostaining antibodi monoklonal Ki-67, hal ini memungkinkan menilai sedikit perkembangan sel neoplasma populasi (Inwald, et al., 2013).

  Pada St. Gallen Consensus tahun 2001 dan 2013, merekomendasikan pemeriksaan Ki-67 untuk penentuan proliferasi dan pembedaan tumor Luminal A dan Luminal B yang diperkenalkan oleh Perou, et al. pada St. Gallen Consensus 2013 mayoritas ahli memutuskan Ki-67 memberikan nilai pada pemberian kemoterapi adjuvan pada kasus kanker payudara tertentu.

Gambar 2.7.2 Ki-67 Over Ekspresi ( Pembesaran 40 x )Gambar 2.7.3 Ki-67 Low Ekspresi ( Pembesaran 40 x )

2.8 Grading Histopatologi

  Manajemen klinik yang rutin dilakukan pada kanker payudara, berdasarakan pemeriksaan klinis, faktor prognostik dan faktor prediktif untuk mendukung dalam mengambil keputusan terapi yang baik. Tiga hal yang paling kuat sebagai faktor prognostik pada kasus kanker payudara yang operable yang rutin dalam praktek klinik adalah status kelenjar getah bening, ukuran tumor primer dan grading histopatologi. (Gildy, et al., 2002)

  Derajat differensiasi kanker payudara dinilai berdasarkan System

Tabel 2.8.1 Bloom-Richardson Grading Histopatologi Kanker Payudara Tumor Tubule Formation

  2 Cell nuclei are relatively large, have prominent nucleoli or multiple nucleoli, coarse chromatin patterns, and vary in size and shape

  1 Cell nuclei are somewhat pleomorphic, have nucleoli, and are intermediate size

  3 Nuclear Pleomorphism (nuclear grade) Cell nuclei are uniform in size and shape, relatively small, have dispersed chromatin patterns, and are without prominent nucleoli

  1 >10 and <20 mitoses 2 >20 mitoses per 10 high power fields

  3 Number of Mitoses (low power scanning (X100), find most mitotically tumor area, proceed to high power (x400)) <10 mitoses in 10 high-power fields

  1 >10% and <75% 2 <10%

  Score >75% of tumor cells arranged in tubules

  . Ki-67 dan indeks mitosis adalah merupakan marker dari proliferasi sel. Ki-67 diekspresikan pada seluruh fase dari siklus sel kecuali fase G0, yang merupakan fase istirahat, dan menimbulkan anggapan bahwa nilainya sebagai faktor prognostik adalah lebih tinggi dibandingkan dengan mitotic rate (Yerushalmi, et al., 2010; Weisner, et al., 2009).

  Nottingham Combined Histologic Grade (Elston-Ellis Modification of Scarff-

Bloom-Richardson Grading System) atau biasa disebut dengan Nottingham

Grading System . Sistem ini menilai kanker payudara berdasarkan tiga

  mitotic rate

  kanker payudara, mengkombinasikan nuclear grade, tubular formation, dan

  mitotic rate”. Nottingham grading system yang belakangan banyak digunakan untuk

  histologis dibuat berdasarkan “pembentukan tubulus, plemorfisme dari nukleus, jumlah mitosis /

  Histologic Grades, yang merupakan modifikasi dari Bloom-Richardson. Grading

  Gradasi histologis dibuat berdasarkan The Nottingham Combined

  karakteristik tumor yaitu formasi tubulus, pleomorfisme inti sel dan hitung mitosis. Sistem ini menggunakan skor 1-3 yang dinilai secara individual pada tiap faktor. Formasi tubulus dinilai dari jumlah persentase struktur glanduler yang jelas menunjukkan adanya lumen. Ambang batas yang dipakai adalah 10% dan 75% (Ellis, et al., 2012).

  3 Untuk mendapatkan hasil akhir Bloom-Richardson (Nottingham) score, tambahkan skor dari pembentukan tubulus ditambah jumlah dari mitosis skor, ditambah skor dari inti pleomorfik. Rata gabungan mengkonversi sebagai berikut

  Bloom-Richardson grade: Bloom-Richardson (Nottingham)

  ICD-O-3 Differentiation/BR Grade Combined Scores

  6th Digit Well-differentiated (BR low 3, 4, 5

  1 grade) Moderately differentiated (BR 6, 7

  2 intermediate grade) Poorly differentiated (BR high 8, 9

  3 grade)

  Kanker payudara dengan differensiasi baik mempunyai prognosis yang lebih baik dibandingkan yang berdifferensiasi buruk. Gradasi histologis ini penting untuk menentukan prognosis dan optimalisasi pengobatan. (Schnitt & Guidi, et al., 2004 ; Bleiweiss & Jaffer, et al., 2005).

Tabel 2.8.2 : Grading Histopatologi (Nottingham Combined Histologic Grade )

  Gx Grade cannot be assessed G I Low combined histologic grade (favorable) G II Intermediete combined histologic grade (moderately favorable) G III High combined histologic grade (unfavorable)

  Sumber : Cancer Principle and Practise of Oncology. 2000

Gambar 2.8.1 Well-Differentiated Tumor (Grade I), yang menunjukkan homologi

  yang tinggi ke terminal payudara unit saluran lobular normal, pembentukan tubulus (> 75%), tingkat ringan pleomorfisme nuklir, dan jumlah mitosis rendah.

Gambar 2.8.2 Moderately-Differentiated Tumor (Grade II).Gambar 2.8.3 Poorly-Differentiated Tumor (Grade III) tumor dengan tingkat

  ditandai pleomorfisme seluler dan sering mitosis dan tidak ada pembentukan tubulus (<10%).

  Berdasarkan penelitian Haroon, et al., 2013, bahwa ekspresi Ki-67 memiliki korelasi positif dengan grading histopatologi berdasarkan pemeriksaan imunohistokimia dan data yang diperoleh dari penelitian tersebut. Dari penelitian ini mewakili fakta yang sama bahwa over ekspresi Ki-67 dapat digunakan sebagai penanda prognostik yang buruk.

  Berdasarkan hasil penelitian Twidy Tarcisia, et al., 2013, invasif duktal karsinoma dengan over ekspresi Ki-67 bermakna bila dihubungkan dengan grading histopatologi differensiasi buruk. Over ekspresi Ki-67 dapat digunakan untuk mengklasifikasi tingkat keganasan invasif duktal karsinoma.