BAB II KEDUDUKAN PBB SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL BERDASARKAN PIAGAM PBB A. Sejarah dan Tujuan PBB Sebagai Organisasi Internasional - Peran PBB Sebagai Organisasi Internasional dalam Menyelesaikan Sengketa Yurisdiksi Negara Anggotanya dalam Kasus Stat

BAB II KEDUDUKAN PBB SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL BERDASARKAN PIAGAM PBB A. Sejarah dan Tujuan PBB Sebagai Organisasi Internasional Kedudukan Organisasi Internasional sebagai subjek hukum internasional

  28

  sekarang tidak diragukan lagi. Organisasi Internasional mempunyai hak dan kewajiban yang ditetapkan dalam konvensi-konvensi internasional yang

  

29

  merupakan semacam anggaran dasarnya. Oleh sebab itu, Perserikatan Bangsa- Bangsa sebagai salah satu organisasi internasional juga memiliki hak dan kewajiban sebagaimana yang dimaksud.

  Suatu Organisai Internasional yang dibentuk melalui suatu perjanjian dengan bentuk-bentuk instrumen pokok apapun namanya akan mempunyai suatu

  30

  kepribadian hukum di dalam hukum internasional. PBB sebagai organisasi internasional juga memiliki kepribadian hukum. Kepribadian hukum ini penting guna memungkinkan organisasi internasional itu dapat berfungsi dalam hubungan internasional, khususnya kepentingan untuk membuat kontrak, mengajukan

  31 tuntutan hukum, dan memiliki hak-hak tertentu dalam menjalankan fungsinya.

  Kepribadian hukum tersebut diperlukan organisasi internasional ketika menjalin hubungan eksternal baik dengan negara anggota, negara tuan rumah, negara

  32 nonanggota, maupun organisasi internasional lainnya.

  28 29 Mochtar Kusumaatmadja & Etty R. Agoes, Op.cit., hal. 101. 30 Ibid. 31 Ade Maman Suherman, Op.cit., hal. 71. 32 Ibid.

  Ibid.

1. Sejarah PBB Sebagai Organisasi Internasional

  Perkembangan sejarah organisasi internasional tidak terlepas dari perkembangan hukum internasional. Pada periode hukum internasional klasik ketika negara sebagai satu-satunya subjek hukum internasional, perkembangan organisasi internasional belum begitu dominan dalam hubungan antar

  33

  bangsa. Guna mencegah terjadinya instabilitas, dibentuklah suatu kerjasama yang dinamakan Liga Bangsa-Bangsa yang dilatarbelakangi oleh karena adanya perselisihan dan peperangan antarumat manusia.

  Sebelum PBB didirikan, sudah didirikan League of Nations atau

  34 Perjanjian Versailles “Liga Bangsa-Bangsa” pada tanggal 10 Januari 1920.

  merupakan perjanjian yang mendasari didirikannya Liga Bangsa-Bangsa ini. Pengaturan tentang Liga Bangsa-Bangsa terdapat di dalam the Covenant of the

  

League of Nations pada Perjanjian Versailles yang merupakan bagian pertama

  35

  dimana dikatakan bahwa: “Part I of the treaty was the Covenant of the League of Nations which

  

provided for the creation of the League of Nations, an organization intended

to arbitrate international disp utes and thereby avoid future wars”

  (Bagian I dari perjanjian ini adalah Kovenan Liga Bangsa-Bangsa yang disediakan untuk mendirikan Liga Bangsa-Bangsa, organisasi ini dimaksudkan untuk menengahi sengketa internasional dan dengan demikian menghindari perang di masa yang akan datang). 33 34 Ibid., hal. 102

C. S. T. Kansil dan Christine S. T. Kansil, Modul Hukum Internasional, ( Jakarta : Penerbit Djambatan), 2002, hal. 195.

35 Perjanjian Versailles, http://missevi.wordpress.com/2011/09/15/perjanjian-versailles/ diakses pada tanggal 1 April 2013.

  Pemrakarsa pembentukan Liga Bangsa-Bangsa (LBB) ini adalah Woodrow

  36 Wilson, presiden Amerika Serikat, semasa Perang Dunia I (1914-1918).

  Tujuan LBB adalah untuk menciptakan perdamaian dan keamanan

  37

  dunia serta memajukan kerjasama internasional. Namun LBB gagal dalam menyelesaikan persengketaan-persengketaan yang timbul di dalam tubuh LBB itu sendiri, sehingga pecahlah Perang Dunia II (1939) membawa akibat yang

  38 lebih fatal daripada Perang Dunia I.

  39 Adapun sebab-sebab kegagalan LBB adalah sebagai berikut:

  • Sebab pokok ialah Liga Bangsa-Bangsa tidak berhasil membawa masuk semua negara besar ke dalam organisasi tersebut. Amerika Serikat, walaupun aktif merumuskan Pakta, akhirnya tidak masuk dalam organisasi tersebut karena penolakan senat untuk memberikan otoritas ratifikasi Perjanjian Versailles yang di dalamnya termasuk pendirian LBB. Uni Soviet (Rusia) yang diterima di tahun 1934 dikeluarkan dari organisasi tersebut pada tahun 1939 sebagai akibat serangannya terhadap Finlandia.
  • Selanjutnya Pakta tidak cukup energies. Tidak satupun organnya yang mempunyai wewenang untuk memutuskan. Karena terlalu menghormati prinsip-prinsip demokratis itulah maka sistem pemungutan suara diambil dengan suara bulat. Di samping itu Negara-negara besar kendatipun merupakan anggota-anggota tetap, tidak diberikan peranan yang sesuai dengan statusnya sehingga tidak begitu tertarik untuk mengambil tanggungjawab.

  Saat Perang Dunia II berlangsung, timbullah gagasan untuk meneruskan cita-cita LBB. Kemudian diadakanlah perundingan yang dipelopori oeh Presiden F.D. Roosevelt dan PM Winston Churchill yang melahirkan Atlantic Charter (Piagam Atlantik), yang merupakan cikal bakal 36 37 Ibid ., hal. 196 38 Ibid. 39 Ibid.

  Boer Mauna, Op.cit., hal. 216.

  40

  lahirnya PBB. Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah sebutan bagi suatu

  41 organisasi internasional yang diprakarsai oleh Franklin D. Roosevelt.

  Sebutan ini untuk pertama kali digunakan dalam pernyataan PBB pada tanggal

  42 1 Januari 1942.

  Dasar pembentukan PBB adalah Charter of The United Nations 1945 atau Piagam PBB. Piagam PBB ini disusun oleh wakil-wakil dari lima puluh negara pada konferensi mengenai organisasi internasional yang

  43 diadakan di San Fransisco tanggal 25 April sampai tanggal 26 Juni 1945.

  PBB secara resmi berdiri pada tanggal 24 Oktober 1945 dan markas besar PBB tersebut didirikan di atas tanah yang disumbangkan oleh jutawan John D.

  Rockefeller Jr., yang terletak di tepi East River, dan juga tanah tambahan di

  44 kota New York.

2. Tujuan PBB Sebagai Organisasi Internasional

  Dasar pendirian dan pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merupakan upaya kedua untuk membentuk suatu organisasi internasional yang universal dengan tujuan utamanya adalah memelihara

  45

  perdamaian di bawah suatu sistem keamanan kolektif. Mukadimah Piagam PBB menyatakan cita-cita serta tujuan bersama daripada negara-negara

  40 41 C. S. T. Kansil dan Christine S. T. Kansil, Op.cit., hal. 196. 42 Ibid. 43 Ibid. 44 Ibid. 45 Ibid., hal. 197 Ade Maman Suherman, Op.cit., hal. 103. anggota yang membentuk PBB tersebut. Adapun isi dari mukadimah Piagam

46 PBB itu adalah :

  “We the peoples of The United Nations determined, to save succeeding generations from the scourge of war, which twice in our life has brought untold sorrow to mankind, and to reaffirm faith in fundamental human rights, in the dignity and worth of the human person, in the equal rights of men and women and of nations large and small, and to estabilish conditions under which justice and respect for the obligations arising from treaties and ther source of international law can be maintained, and to promote social progress and better standards of life in large freedom, to practise tolerance and live together in peace with one another as good neighbours, and to unite our strength to maintain international peace and security, and to ensure by the acceptance of principles and the institution of methods, that armed force shall not be used, save in the common interest, and to employ international mechineryfor the promotion of the economic and social advancement of all peoples”.

  (Kami rakyat Perserikatan Bangsa-Bangsa bertekad, menyelamatkan generasi- generasi yang akan datang dari perang, yang terjadi sudah dua kali dalam hidup kita yang telah membawa kesedihan kepada umat manusia, memperkuat kepercayaan pada hak-hak manusia, pada martabat dan harga pribadi pada kesamaan hak-hak manusia, laki-laki maupun wanita dan bangsa-bangsa yang besar maupun yang kecil, menetapkan syarat-syarat dimana keadilan dan kehormatan untuk kewajiban-kewajiban yang timbul akibat perjanjian- perjanjian dan sumber-sumber hukum internasional yang lain dapat dipelihara, memajukan perkembangan sosial dan tingkat hidup yang lebih baik dalam kebebasan yang lebih besar, berusaha untuk bersikap sabar dan hidup berama secara damai sebagai tetangga yang baik, mempersatukan kekuatan anggota untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional, memastikan dengan menerima asas-asas serta penetapan cara-cara, bahwa kekuatan bersenjata tidak akan dipergunakan, kecuali untuk kepentingan bersama, memakai cara-cara internasional untuk mengembangkan kemajuan ekonomi dan sosial semua rakyat).

  Tujuan dari pembentukan PBB terdapat di dalam Charter of The

47 United Nations yaitu:

  “The Purposes of the United Nations are To maintain international peace and security, To develop friendly relation among nations based on respect for the principle of equal rights and self determination of peoples, To achieve 46 47 Pembukaan Charter of The United Nations

Pasal 1 Charter of The United Nations

  international co-operation in solving international problems of an economic, social, cultural or humanitarian character, To be a center for harmonizing the actions of nations in the attainment of these common ends”.

  (Tujuan dari PBB adalah untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional, mengembangkan hubungan-hubungan persaudaraan antara bangsa-bangsa, menciptakan kerjasama untuk memecahkan masalah-masalah internasional dalam bidang ekonomi, sosial, kebudayaan dan hak-hak asasi manusia, untuk menjadikan PBB sebagai pusat usaha dalam mewujudkan tujuan bersama atau cita-cita tersebut diatas).

  Perserikatan Bangsa-Bangsa telah meletakkan lima prinsip dalam kaitannya dengan usaha-usaha pemeliharaan perdamaian dan keamanan

  48

  internasional dalam piagamnya:

  

Pertama , prinsip untuk menyelesaikan perselisihan internasional secara damai

  (Pasal 2 ayat 3 jo. Bab VI dan Bab VIII Piagam). Kedua, prinsip untuk tidak menggunakan ancaman atau kekerasan (Pasal 2 ayat 4 Piagam). Ketiga, prinsip mengenai tanggungjawab untuk menentukan adanya ancaman (Pasal

  39 Piagam). Keempat, prinsip mengenai pengaturan persenjataan (Pasal 26 Piagam). Kelima, prinsip umum mengenai kerjasama di bidang pemeliharaan dan keamanan internasional (Pasal 11 ayat 1 Piagam).

  Selain itu juga, Piagam PBB memberikan ketentuan-ketentuan mengenai langkah-langkah apa yang harus diikuti oleh Negara, baik sebagai anggota maupun bukan anggota PBB apabila terlibat di dalam suatu perselisihan.

48 Sumaryo Suryokusumo, Op.cit., hal. 8

B. PBB Beserta Organ-Organnya

  Berdasarkan Pasal 7 Piagam PBB, terdapat enam principal organ (organ utama) PBB yaitu Majelis Umum, Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi Sosial, Dewan Perwalian, Mahkamah Internasional, dan Sekretariat. Organ-organ ini berperan penting dalam melaksanakan tujuan dan prinsip-prinsip PBB, terutama dalam memelihara perdamaian dan keamanan internasional.

  49 Untuk tujuan

  tersebut, organ-organ tersebut berperan dalam mengupayakan penyelesaian sengketa internasional secara damai, sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan dan hukum internasional.

  50

1. Majelis Umum (General Assembly)

  Majelis Umum terdiri dari wakil semua negara anggota dengan tidak lebih dari lima. Tiap-tiap negara memutuskan sendiri cara memilih wakil- wakilnya.

  51 Majelis Umum memiliki wewenang luas dalam memberikan saran dan rekomendasi berdasarkan Bab IV Piagam PBB (Pasal 9-14 Piagam).

  52 Berdasarkan Pasal 10 Piagam PBB disebutkan bahwa :

  53

“The General Assembly may discuss any questions or any matters within the

scope of the present Charter or relating to the powers and functions of any

organs provided for in the present Charter, and, except as provided in Article

12, may make recommendations to the Members of the United Nations…..”

  49 Huala Adolf, Op.cit., hal. 98 50 Ibid. 51 C. S. T. Kansil dan Christine S. T. Kansil, Op.cit., hal. 201 52 Huala Adolf, Op.cit., hal. 107 53 Charter of The United Nations

  (Majelis Umum dapat membicarakan segala persoalan yang termasuk dalam ruang lingkup Piagam atau yang berhubungan dengan kekuasaan dan fungsi suatu badan seperti yang terdapat dalam Piagam. Berdasarkan Pasal 12, Majelis dapat mengajukan rekmendasi kepada anggota PBB atau Dewan Keamanan atau kepada kedua badan tersebut mengenai setiap masalah).

  Termasuk dalam wewenang Majelis Umum tersebut adalah menyelesaikan sengketa, kecuali sengketa yang secara esensial menjadi urusan dalam negeri

  54

  suatu Negara (Pasal 2 ayat 7). Adapun fungsi-fungsi Majelis Umum PBB

  55

  adalah sebagai berikut :

  • Menimbang dan membuat rekomendasi mengenai asas-asas kerjasama internasional dalam pemeliharaan perdamaian dan keamanan termasuk asas-asas perihal perlucutan persenjataan dan pengaturan senjata- senjata.
  • Membicarakan setiap persoalan yang bertalian dengan perdamaian dan keamanan, kecuali apabila suatu persengketaan atau situasi sedang dibicarakan oleh Dewan Keamanan, membuat rekomendasi mengenai hal tersebut.
  • Membicarakan dan dengan pengecualian yang sama, membuat rekomendasi perihal persoalan apa saja dalam ruang lingkup Piagam atau yang bertalian dengan kekuatan-kekuatan dan fungsi-fungsi organ apa saja daripada PBB.
  • Menerima dan mempertimbangkan laporan-laporan dari Dewan Keamanan dan organ-organ lain PBB.
  • Membuat rekomendasi penyelesaian secara damai dari situasi apa saja dengan tidak memandang asal mulanya, yang mana dapat merugikan hubungan baik antara bangsa-bangsa.
  • Mempertimbangkan dan menyetujui anggaran belanja PBB, sebagai sumbangan-sumbangan diantara anggoa-anggota, dan memeriksa
  • 54 anggaran belanja dari badan-badan khusus.

    Pasal 2 ayat 7 Piagam berbunyi : Nothing contained in the present Charter shall authorize the United Nations to

      intervene in matters which are essentially within the domestic jurisdiction of any State or shall require the Members to submit such matters to settlement under the present 55 Charter.

    C. S. T. Kansil dan Christine S. T. Kansil, Loc. it

      Menurut resolusi “Bersatu untuk Perdamaian” yang diterima oleh Majelis Umum pada bulan Nopember 1950, apabila Dewan Keamanan gagal bertindak terhadap suatu ancaman yang nyata terhadap perdamaian, pelanggaran perdamaian, atau tindakan agresi, karena suatu veto yang dikeluarkan oleh siapa saja daripada lima anggota-anggotanya yang tetap, maka Majelis Umum sendiri dapat mengoper persoalan dalam waktu dua puluh empat jam dalam

      56 suatu sidang darurat khusus.

      Namun dalam penyelesaian sengketa, kedudukan Majelis Umum lebih banyak diwarnai kepentingan-kepentingan politis. Karena itu, manakala penyelesaian sengketa yang didalamnya tersangkut campur tangan Majelis Umum, penyelesaian yang bersangkutan sebetulnya banyak tergantung pada

      57 keinginan para pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan sengketanya.

      Selain itu, sifat dan kedudukan Majelis Umum sebagai badan politis mengakibatkan badan ini menempatkan hukum internasional pada pertimbangan kedua. Penyelesaian sengketa yang sifatnya politis menjadi prioritas di dalam Majelis Umum atau kepentingan lainnya seperti kepentingan ekonomi. Misalnya, masalah-masalah yang berkaitan dengan

      58 masuknya negara ke dalam keanggotaan PBB.

      Pengaturan tentang Majelis Umum di dalam Piagam PBB juga tidak menjelaskan apa-apa saja yang masuk wewenang nasional sehingga menimbulkan keragu-raguan. Pada saat masalah Aljazair dibicarakan di PBB, 56 57 C. S. T. Kansil dan Christine S. T. Kansil, Op.cit., hal. 203 58 Huala Adolf, Op.cit., hal. 109 Martin Dixon and Robert McCorquodale, Cases and Materials on International Law,

      London : Blackstone Press, 1991, hal. 614.

      Perancis selalu menolak dengan manyatakan bahwa persoalannya berada di bawah wewenang nasional dan PBB tidak boleh ikut campur. Hal ini tentu saja menimbulkan reaksi yang keras terutama dari negara-negara Asia Afrika. Demikian juga, sebelumnya Portugal selalu berlindung di bawah prinsip wewenang nasional bila disinggung persoalan daerah-daerah jajahannya di

    59 Afrika.

      Namun demikian, Majelis mempunyai kendala yang cukup berat, mengingat jumlah anggota yang sangat banyak, adanya perbedaan mencolok diantara kekuatan masing-masing negara, ketergantungannya yang banyak pada negara-negara besar dan saling berbedanya kepentingan satu sama lain menyebabkan Majelis Umum tidak mungkin membentuk secara langsung cara-cara penyelesaian secara damai. Karena itu, Majelis Umum lebih cenderung untuk meminta Dewan Keamanan merekomendasikan penggunaan

      

    60

    cara-cara damai penyelesaian sengketa.

    2. Dewan Keamanan (Security Council)

      Dewan Keamanan adalah salah satu dari enam organ utama PBB. Negara- negara anggota PBB telah memberikan tanggungjawab utama kepada Dewan untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional sesuai dengan tujuan dan prinsip-prinsip Piagam PBB yang terdapat pada pasal 24 yang

      61

      berbunyi :

    • In order to ensure prompt and effective action by the United Nations,
    • 59 its Members confer on the Security Council primary responsibility for 60 Boer Mauna, Op.cit., hal. 221 61 Ibid.

        Charter of The United Nations

        the maintenance of international peace and security, and agree in carrying out its duties under this responsibility the Security Council acts on their behalf.

        (Dalam rangka untuk memastikan PBB dapat mengambil tindakan yang cepat dan efektif, maka para anggota PBB memberikan tanggungjawab utama kepada Dewan Keamanan untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional, dan setuju bahwa Dewan Keamanan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negara- negara anggota).

      • In discharging these duties the Security Counci shall act in accordance with the purposes and principles of the United Nations. (Dalam menjalankan tugas-tugasnya, Dewan Keamanan harus bertindak sesuai dengan tujuan dan prinsip dari PBB).
      • The Security Council shall submit annual and, when necessary, special reports to the General Assembly for its consideration. (Dewan Keamanan harus menyampaikan secara tahunan dan, bila perlu, yaitu laporan khusus kepada Majelis Umum untuk dipertimbangkan).

        Tentunya sengketa-sengketa antara Negara-negara anggota harus diselesaikan secara damai agar perdamaian dan keamanan internasional dapat terpelihara. Penyelesaian sengketa-sengketa internasional secara damai diatur

        62

        oleh Bab VI Piagam. Ketentuan penting dalam kaitannya dengan peran Dewan dalam menyelesaikan sengketa adalah kesepakatan negara-negara

        63 anggota PBB sewaktu menyatakan menjadi anggota PBB.

        Berdasarkan Pasal 25 Piagam PBB, semua Negara anggota PBB sepakat untuk menerima dan melaksanakan keputusan-keputusan Dewan Keamanan.

        Hal ini membawa konsekuensi bahwa sadar atau tidak, apapun keputusan yang dikeluarkan Dewan sehubungan dengan fungsinya dalam menyelesaikan

        64 sengketa, para pihak yang terkait berkewajiban untuk melaksanakanya.

        62 63 Boer Mauna, Op.cit., hal 217 64 Huala Adolf, Op.cit., hal. 99 Ibid.

        Dewan Keamanan terdiri dari lima anggota tetap yang mempunyai hak veto, yakni Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Prancis dan Cina dan 10 anggota

        65

        tidak tetap yang dipilih untuk masa dua tahun oleh Majelis Umum. Dewan Keamanan PBB mengusahakan tersedianya pasukan-pasukan bersenjata, bantuan dan fasilitas yang perlu untuk memelihara perdamaian dan keamanan

        66 internasional.

        67 Adapun fungsi dari Dewan Keamanan PBB adalah sebagai berikut :

      • Memelihara perdamaian dan keamanan internasional selaras dengan asas-asas dan tujuan PBB
      • Mengusulkan metode-metode untuk menyelesaikan sengketa-sengketa yang demikian atau syarat-syarat penyelesaian rencana-rencana untuk menetapkan suatu sistem
      • Merumuskan mengatur persenjataan
      • Menentukan adanya suatu ancaman terhadap perdamaian atau tindakan agresi dan mengusulkan tindakan apa yang harus diambil
      • Menyerukan untuk mengadakan sanksi-sanksi ekonomi dan tindakan lain yang bukan perang untuk mencegah atau menghentikan agresor
      • Mengusulkan pemasukan anggota-anggota baru dan syarat-syarat dengan mana negara-negara dapat menjadi pihak dalam Status Mahkamah Internasional - Mengusulkan kepada Majelis Umum pengangkatan seorang Sekretaris Jenderal, dan bersama-sama dengan Majelis Umum, pengangkatan dan para hakim dari Mahkamah Internasional - Menyampaikan laporan tahunann dan khusus kepada Majelis Umum

        68 Menurut Piagam PBB, setiap anggota PBB (Pasal 35 ayat 1) , Majelis

        Umum atau Sekretaris Jenderal dapat meminta perhatian Dewan Keamanan terhadap setiap masalah yang dapat membahayakan perdamaian dan

        65 66 C. S. T. Kansil dan Christine S. T. Kansil, Op.cit., hal. 204 67 Ibid. 68 Ibid., hal. 205

      Pasal 35 ayat 1 Piagam PBB :

        “Any Member of the United Nations may bring any dispute, or any situationof the nature referred to in Article 34, to the attention of the Security Council or of the General Assembl ”

        69

        keamanan internasional. Negara-negara yang bukan anggota PBB dapat pula membawa suatu sengketa kepada Dewan, asalkan negara tersebut menerima terlebih dahulu kewajiban-kewajiban dalam Piagam untuk penyelesaian

        70

        sengketa secara damai. Pasal 32 pada Piagam PBB menyebutkan :

        “ Any Member of the United Nations which is not a member of the Security Council or any state which is not a Member of the United Nations, if it is a party to a dispute under the consideration by the Security Council, shall be invited to participate,…”

        (Setiap anggota PBB yang bukan merupakan anggota dari Dewan Keamanan atau setiap negara yang bukan merupakan negara anggota PBB, dapat membawa sengketa kepada Dewan Keamanan sepanjang masih berada dalam kewenangan Dewan Keamanan PBB).

        Selain itu, Pasal 32 ayat 2 mengizinkan Dewan Keamanan untuk mengimbau para pihak yang bersengketa untuk terlebih dahulu menyelesaikan sengketa internasionalnya melalui cara-cara yang terdapat dalam Pasal 33 ayat

        1 Piagam manakala sengketa tersebut dipandang dapat membahayakan

        

      71

      perdamaian dan keamanan internasional.

        72 Isi pasal 33 ayat (1) dan ayat (2) Piagam PBB adalah : “ The parties to any dispute, the continuance of which is likely to endanger the maintenance of international peace and security, shall, first of all, seek a

        69 70 Huala Adolf,, Loc.cit. 71 Charter of The United Nations 72 Huala Adolf, Op.cit., hal. 100 Charter of The United Nations

        solution by negotiation, enquiry, mediation, conciliation, arbitration, judicial settlement…”.

        (Para pihak yang bersengketa, yang kemungkinan akan membahayakan pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional, harus, pertama-tama, mencari solusi melalui negosiasi, penyelidikan, mediasi, konsiliasi, arbitrase, penyelesaian hukum

        …).

        “The Security Council shall, when it deems necessary, call upon the parties settle their dispute by such means

        (Dewan Keamanan harus, bila dianggap perlu, memanggil para pihak dalam menyelesaikan sengketa mereka dengan cara-cara seperti yang telah disebutkan dalam Pasal 33 ayat 1).

        Contoh upaya-upaya Dewan Keamanan dalam menyarankan para pihak untuk menggunakan cara-cara yang terdapat dalam Pasal 33 ayat (1) antara

        73

        lain sebagai berikut :

        a) Dewan Keamanan menyarankan penyelesaian secara negosiasi. Contoh dalam sengketa Iran-Uni Soviet (1946), sengketa Yunani-Turki (1976).

        b) Dewan Keamanan menyarankan penyelesaian melalui mediasi. Contoh dalam sengketa Timur Tengah (1967).

      c) Dewan Keamanan mengusulkan penyelesaian melalui jasa-jasa baik.

        Contoh dalam sengketa Republik Indonesia-Belanda terkait dengan kemerdekaan Republik Indonesia dan pengawasan pelaksanaan 73 penghentian pertikaian senjata anatara kedua Negara.

        Huala Adolf, Op.cit., hal. 101

      d) Dewan Keamanan mengusulkan pencarian fakta atau penyelidikan.

        Contoh dalam kasus Lebanon mengadukan campur tangan United Arab Republic dalam masalah intern negerinya pada tahun 1958.

        Selain tugas-tugas maupun fungsi-fungsi Dewan Keamanan yang telah dijelaskan, Dewan Keamanan juga memegang peranan penting dalam pengembangan operasi perdamaian PBB (UN peacekeeping operation), suatu

        74

        institusi yang tidak terdapat pada Piagam PBB. Kewenangan dalam bidang perdamaian dan keamanan internasional, Dewan Keamanan memegang kekuasaan primer, sedangkan Majelis Umum memegang kekuasaan

        75

        sekunder. Dewan Keamanan disusun sedemikian rupa agar dapat bekerja secara tepat dan seorang wakil-wakil dari tiap-tiap anggotanya harus

        76 senantiasa hadir pada markas besar PBB.

        Satu hal yang sering terus diperhatikan, yaitu peranan Dewan di sini hanya berkaitan dengan masalah politik, dan tidak berkaitan dengan masalah hukum.

        Tugas utamanya di sini adalah memelihara perdamaian daripada mengadili suatu sengketa. Meskipun menurut Pasal 36 ayat 3 Piagam, Dewan Keamanan harus menganjurkan agar sengketa hukum diserahkan kepada Mahkamah Internasional, namun Dewan tetap tidak memiliki kekuasaan untuk memaksa Negara yang bersengketa untuk menyarankan sengketanya kepada

        77 Mahkamah.

        74 Sri Setianingsih Suwardi, Penyelesaian Sengketa Internasional, Jakarta :UI-Press, 2006, hal.135 75 76 Ibid. 77 C. S. T. Kansil dan Christine S. T. Kansil, Op.cit., hal. 206 Huala Adolf, Op.cit., hal. 107

      3. Dewan Ekonomi dan Sosial (Economic and Social Council)

        Dewan Ekonomi dan Sosial ini merupakan salah satu dari organ

        78

        kelengkapan PBB. Dewan ini keberadaannya tidak lepas dari konteks sejarah

        79

        dari berbagai kerjasama ekonomi internasional. Dasar hukum keberadaan lembaga Ecosoc ini tertuang dalam Bab X Pasal 61 sampai Pasal 72 Piagam PBB. Komposisi Dewan Ekonomi dan Sosial terdiri dari 54 negara anggota

        80

        yang dipilih oleh Majelis Umum PBB. Pasal 61 ayat 1 Piagam PBB berisi :

        “The Economic and Social Council shall consict of fifty-four Members of the United Nations elected by the General Assembly”.

        Semula Ecosoc memiliki 18 anggota, pada tahun 1965 jumlah keanggotanya terdiri dari 27 berdasarkan resolusi Majelis Umum PBB Nomor

        81

        1991 B (XVIII). Setiap tahun Majelis Umum mengadakan pemilihan anggota baru untuk menggantikan Negara-negara yang telah tiga tahun menjadi anggota, dan dengan catatan bahwa Negara-negara yang memang dianggap

        82

        perlu untuk duduk terus selalu dipilih kembali. Setelah delapan tahun kemudian pada tahun 1973 keanggotaannya menjadi 54 negara berdasarkan

        83 Resolusi Nomor 2847 (XXVI). Menurut Pasal 61 ayat (3) Piagam PBB

        menyebutkan:

        “At the first election after the increase in the membership of the Economic and Social Council from twenty-seven to fifty-four members, in addition to the 78 79 Ade Maman Suherman, Op.cit., hal. 120 80 Ibid. 81 Charter of The United Nations 82 Ade Maman Suherman, Loc.cit. 83 Ibid.

        Ibid.

        members elected in place of the nine members whose term of office expires at the end of that year, twenty- seven additional members shall be elected”.

        Menurut ketentuan di atas bahwa sejak perubahan jumlah anggota Ecosoc dari 27 menjadi 54, disamping pemilihan anggota-anggota yang menggantikan 9 negara yang habis masa jabatannya pada akhir tahun itu, akan diadakan pula 27 anggota tambahan.

      84 Dewan Ekonomi dan Sosial ini memiliki beberapa

        fungsi kewenangan seperti melakukan studi, diskusi, konferensi, rekomendasi, merancang konvensi, dan mengundang konferensi.

        Adapun fungsi-fungsi dari Dewan Ekonomi dan Sosial adalah sebagai berikut:

        85

      • Bertanggungjawab dibawah kewenangan Majelis Umum bagi kegiatan ekonomi dan sosial PBB.
      • Memulai atau mempelopori penyelidikan-penyelidikan, laporan- laporan dan rekomendasi-rekomendasi mengenai persoalan-persoalan ekonomi internasional, sosial, kebudayaan, pendidikan, kesehatan dan persoalan-persoalan yang sehubungan.
      • Memajukan rasa hormat serta patuh terhadap hak-hak manusia dan kemerdekaan asasi bagi semua.
      • Menyelenggarakan konferensi-konferensi internasional dan menyiapkan naskah-naskah konvensi untuk diserahkan pada Majelis Umum perihal urusan-urusan yang berada dalam kesanggupannya.
      • Mengadakan jasa-jasa yang disetujui oleh Majelis, bagi anggota- anggota PBB dan badan-badan khusus atas permintaan.
      • Mengadakan konsultasi dengan organisasi-organisasi bukan pemerintah yang mempunyai urusan dengan persoalan-persoalan yang diatur oleh Dewan.

        Dewasa ini, Ecosoc juga turut berperan aktif dalam menjembatani masalah kesenjangan di bidang teknologi informasi. Dalam upaya mengantisipasi gap atau kesenjangan antardunia hukum dengan dunia teknologi, khususnya di 84 Ibid. 85 C. S. T. Kansil dan Christine S. T. Kansil, Op.cit., hal. 207

        bidang teknologi informasi dan komunikasi, Ecosoc mengandalkan konferensi

        86 internasional mengenai perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

      4. Dewan Perwalian (Trusteeship Council)

        Suatu sistem Perwalian Internasional didirikan oleh anggota PBB untuk mengatur pemerintahan daerah-daerah yang ditempatka di bawah pengawasan

        87 PBB melalui persetujuan-persetujuan perwalian individual.

        88 Tujuan dari sistem perwalian terdapat pada Pasal 76 Piagam PBB yaitu:

      • To further international peace and security; (memelihara perdamaian dan keamanan internasional).
      • to promote the political, economic, social, and educational

        advancement of the inhabitants of the trust territories, and their progressive development towards self-government or independence as may be appropriate to the particular circumstances of each territory and its peoples and the freely expressed wishes of the peoples concerned, and as may be provided by the terms of each trusteeship agreement;

        (mengusahakan kemajuan penduduk daerah perwalian agar mereka mencapai pemerintahan sendiri atau kemerdekaan).

      • to encourage respect for human rights and for fundamental freedoms

        for all without distinction as to race, sex, language, or religion, and to encourage recognition of the interdependence of the peoples of the world; and

        (memberi dorongan agar menghormati hak-hak manusia dan pengakuan saling bergantungan satu sama lain daripada rakyat-rakyat di dunia, dan)

      • to ensure equal treatment in social, economic, and commercial matters

        for all Members of the United Nations and their nationals and also equal treatment for the latter in the administration of justice without prejudice to the attainment of the foregoing objectives and subject to the provisions of ( memastikan perlakuan yang sama di daerah perwalian dalam

        persoalan-persoalan sosial, ekonomi, dan komersial untuk semua anggota PBB, serta perlakuan yang sama bagi kebangsaan semua 86 anggota dalam mengatur keadilan). 87 Ade Maman Suherman, Op.cit., hal 121. 88 C. S. T. Kansil dan Christine S. T. Kansil, Op.cit., hal. 210

        Charter of The United Nations

      5. Mahkamah Internasional (International Court of Justice)

        Mahkamah Internasional yang berkedudukan di Den Haag merupakan institusi internasional yang tugasnya menyelesaikan sengketa melalui judicial

        89 settlement . Lembaga ini merupakan lembaga independen yang secara

        hierarki tidak berada di bawah organ PBB lainnya. Statuta Mahkamah

        90 Internasional memiliki kemiripan dengan statute PCIJ.

        

      Permanent Court of International of Justice atau yang disingkat dengan

        sebutan PCIJ, merupakan pendahulu Mahkamah Internasional. Permanent

        Court of International of Justice dibentuk berdasarkan Pasal XVI Kovenan

        Liga Bangsa-Bangsa (LBB) pada tahun 1922. Badan LBB yang membantu berdirinya PCIJ adalah Dewan LBB. Kedudukan PCIJ terpisah dengan kovenan LBB karena itu pula anggota Kovenan LBB tidak secara otomatis menjadi anggota Statuta PCIJ.

        Pecahnya Perang Dunia II di bulan September 1939 telah berakibat serius terhadap PCIJ. Terjadinya peperangan yang terus berkelanjutan ini bahkan membuat PCIJ menjadi bubar. Pada tahun 1942 adanya kesepakatan untuk mengaktifkan kembali dan membentuk kembali suatu Mahkamah Internasional dengan rekomendasi sebagai berikut :

      • Bahwa perlu dibentuk suatu Mahkamah Internasional baru dengan statuta yang mendasarkan pada statuta PCIJ
      • Bahwa mahkamah baru tersebut harus memiliki jurisdiksi untuk
      • 89 memberikan nasihat 90 Ade Maman Suherman, Op.cit., hal 120.

          Ibid.

        • Bahwa mahkamah baru tersebut tidak boleh memiliki yurisdiksi memaksa (compulsory jurisdiction) dengan kata lain mahkamah tidak memiliki yurisdiksi atas suatu Negara kecuali atas persetujuan atau consent dari negara yang berperkara.

          91 Maka, pada bulan April 1946 PCIJ secara resmi berakhir. Pasal 92 Piagam

          PBB memuat ketentuan bahwa status hukum Mahkamah Internasional secara tegas dinyatakan sebagai badan peradilan utama PBB.

          92 Mahkamah terdiri dari

          15 orang hakim yang dipiih untuk masa jabatan 9 tahun oleh Majelis Umum PBB dan Dewan Keamanan. Pemilihan dilakukan setiap tiga tahun sekali untuk menggantikan sepertiga kursi yang ada. Hakim yang ada dapat dipilih kembali. Keanggotaan hakim tidak merupakan perwakilan dari Negara- negaranya melainkan sesuai dengan kapasitas pribadi mereka.

        6. Sekretariat (The Secretariat)

          Sekretariat terdiri dari seorang Sekretaris Jenderal

          93

          yang diangkat oleh Majelis Umum atas usul Dewan Keamanan beserta staf yang diperlukan oleh organisasi.

          94 Upaya Sekretaris Jenderal PBB dalam penyelesaian sengketa

          91 Ibid. 92 Pasal 92 Piagam PBB: The International Court of Justice shall be the principal judicial organ of the United Nations. It shall function in accordance with the annexed Statute which is based upon the Statute of the Permanent Court of International Justice and forms an integral part of the present Charter. 93 Pasal 97 Piagam PBB: The Secretariat shall comprise a Secretary-General and such staff as the Organization may require. The Secretary-General shall be appointed by the General Assembly upon the recommendation of the Security Council. He shall be the chief administrative officer of the Organization 94 C. S. T. Kansil dan Christine S. T. Kansil, Op.cit., hal. 214 termuat dalam dua pasal penting, yaitu pasal 98 dan pasal 99 Piagam PBB.

          95 Pasal 98 menyebutkan: “The Secretary-General shall act in that capacity in all meetings of the General Assembly, of the Security Council, of the Economic and Social Council, and of the Trusteeship Council, and shall perform such other functions as are entrusted to him by these organs. The Secretary-General shall make an annual report to the General Assembly on the work of the Organization”.

          ( Fungsi Dewan Keamanan, Majelis Umum, Dewan Ekonomi dan Sosial, dan dewan Perwalian yang didelegasikan kepada Sekjen).

          Pemberian wewenang ini merupakan praktik umum. Sekjen juga tak jarang mendapat tugas politik tertentu untuk menyelesaikan suatu sengketa.

          Misalnya pada tanggal 26 Mei 1982, Dewan Keamanan mengeluarkan resolusi 505 yang meminta Sekjen PBB untuk menggunakan jasa baiknya menyelesaikan sengketa kepulauan Falklands (antara Argentina dengan

        96 Inggris).

          97 Pasal 99 Piagam PBB menyebutkan bahwa: “The Secretary-General may bring to the attention of the Security Council any matter which in his opinion may threaten the maintenance of international peace and security”. 95 96 Charter of The United Nations 97 Huala Adolf, Op.cit., hal. 112

          Charter of The United Nations

          (Pasal 99 Piagam memberi kekuasaan kepada Sekjen untuk membawa ke Dewan Keamanan sengketa-sengketa yang menurut pendapatnya dapat mengancam perdamaian dan keamanan internasional).

          Adapun fungsi daripada Sekretaris Jenderal ini adalah sebagai berikut :

        • Sebagai kepala administrasi PBB
        • Mengajukan kepada Dewan Keamanan setiap persoalan yang menurut pendapatnya membahayakan perdamaian dan keamanan internasional
        • Membuat laporan tahunan dan laporan lain yang perlu bagi Majelis Umum mengenai pekerjaan PBB. Sekjen telah memainkan peran yang cukup penting dalam menyelesaikan berbagai sengketa internasional. Peran yang menonjol adalah fungsinya sebagai jasa baik terhadap para pihak yang bersengketa. Uraian berikut adalah beberapa contoh peran Sekjen dalam melaksanakan jasa baik

          98 tersebut.

        • Sengketa Siprus (1980)
        • Sengketa Afganistan (1980-an)
        • Sengketa Irak-Amerika Serikat (1998)

        7. Badan-badan Khusus Lainnya

          Selain Majelis Umum dan Dewan Keamanan, beberapa badan khusus PBB juga memberikan bantuannya dalam menyelesaikan sengketa-sengketa internasional. Hal ini dikarenakan, PBB tidak mungkin bergerak sendiri tanpa dibantu oleh organ teknis yang berada di bawahnya dalam bekerjasama untuk 98 Huala Adolf, Op.cit., hal. 113 mengatur hal-hal yang bersifat teknis yang tidak seharusnya tergantung pada

        99 PBB, yaitu sebagai berikut :

        • Kerjasama yang sifatnya teknis harus terpisah dari pengaruh politik dalam suatu organisasi yang terpusat, isu-isu politik akan lebih menarik perhatian dan pendanaan.
        • Tidak semua anggota PBB ingin berpartisipasi dalam kerjasama teknis dan Negara-negara tertentu nonanggota hanya cocok sebagai peserta dari suatu proyek kerjasama yang sifatnya teknis biasanya diarahkan oleh suatu lembaga.

          Adapun sejumlah organisasi atau badan khusus yang dibentuk secara

          100

          spesifik yang masih dalam afiliasi PBB antara lain sebagai berikut:

          a) The International Telecomunication Union

          b) The Universal Postal Union

          c) The International Labour Organization

          d) The Food and Agricultural Organization

          e) The International Monetary Fund

          f) The International Bank for Recontruction and Development

          g) The International Financial Cooperation

          h) International Development Association i)

          The World Health Organization j) The World Meteorogical Organization k)

          The Intergovernmental Maritime Consultative Organization Badan-badan khusus ini bergerak sesuai dengan fungsi serta tujuan pembentukannya. Badan-badan khusus ini biasanya memberikan forum-forum 99 100 Ade Maman Suherman, Op.cit., hal 124.

          Ibid. perundingan guna membahas dan menyelesaikan sengketa tertentu. Forum ini dapat pula dipandang sebagai suatu upaya positif guna mendorong atau

          101 mempercepat suatu penyelesaian sengketa.

        C. Kompetensi Mahkamah Internasional Sebagai Badan Peradilan Utama PBB

          Hal yang penting dalam sistem PBB adalah meletakkan Mahkamah Internasional sebagai organ utama dalam sistem PBB (Pasal 7 Piagam).

          Berdasarkan ketentuan tersebut maka Mahkamah Internasional merupakan bagian yang integral dalam sistem PBB. Sebagai organ PBB, Mahkamah Internasional sangat dekat dengan tujuan PBB. Ini berarti bahwa Mahkamah Internasional sebagai organ utama PBB menunjukkan bahwa penyelesaian sengketa melalui pengadilan sebagai suatu komponen penting dalam mekanisme perdamaian internasional.

          Sebagai organ utama PBB maka pelaksanaan tugasnya sejalan dengan tujuan PBB yang ditentukan dalam Piagam. Status Mahkamah Internasional sebagai organ utama PBB menentukan tanggungjawabnya dan kesamaan derajat

          102 dengan organ utama lainnya sesuai dengan kewenangannya.

          Mahkamah Internasional adalah satu-satunya organ utama (disamping Majelis Umum PBB) yang tidak menyerahkan laporan tahunan kepada Majelis Umum PBB. Namun keadaan ini tahun 1968 telah berubah. Sejak tahun tersebut Mahkamah Internasional mulai memberikan laporannya kepad Majelis Umum PBB. Mahkamah Internasional menjelaskan bahwa inovasi ini didasarkan bahwa 101 102 Huala Adolf, Op.cit., hal. 114 Sri Setianingsih Suwardi, Op.cit., hal. 64. laporan yang demikian akan memberikan pengertian akan fungsinya dan

          103 aktivitasnya dalam rangka kerja PBB.

          Berbeda dengan badan-badan organisasi internasional lainnya, Mahkamah bukan terdiri dari wakil-wakil pemerintah. Sekali terpilih maka seorang anggota atau hakim Mahkamah bukan lagi delegasi pemerintah negaranya atau negara lain dan ia adalah hakim independen. Selain itu, Mahkamah Internasional memiliki kedudukan khusus dibandingkan lima organ utama lainnya. Mahkamah Internasional tidak memiliki hubungan hierarkis dengan badan-badan utama PBB lainnya. Ia benar-benar lembaga hukum dalam sebagai suatu pengadilan. Ia bukan pula pengadilan konstitusi tang memiliki kewenangan untuk meninjau putusan- putusan politis yang dibuat oleh Dewan Keamanan PBB.

          Ia menggunakan nama resmi Mahkamah Internasional dan tidak

          104

          menggunakan simbol atau nama PBB dalam putusannya. Oleh sebab itu, alat kelengkapan lainnya harus menyadari kedudukan Mahkamah Internasional sebagai badan peradilan oleh karenanya organ-organ tersebut harus memperhatikan dan untuk tidak melibatkan diri secara langsung untuk masalah- masalah politik.

          Kedudukan Mahkamah Internasional ini memang unik. Sebagai salah satu organ utama PBB, ia harus benar-benar menunjukkan kemandiriannya sebagai

          105 suatu organ atau badan pengadilan.