Peran UNICEF Dalam Implementasi Konvensi Hak Anak PBB Di Indonesia

(1)

PERAN UNICEF DALAM IMPLEMENTASI

KONVENSI HAK ANAK PBB DI INDONESIA

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

SKRIPSI

DIAJUKAN OLEH

PUTRA YUSUF GRATH BARUS NIM : 060200302

FALKUTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2009


(2)

PERAN UNICEF DALAM IMPLEMENTASI KONVENSI HAK ANAK PBB DI INDONESIA

SKRIPSI

Disusun dan diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum Pada Falkutas Hukum Universitas Sumatra Utara

Oleh :

PUTRA YUSUF GRATH BARUS NIM : 060200302

Disetujui

Ketua Bagian Hukum Internasional

(SUTIARNOTO, SH, MH) NIP. 131616321

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

(SUTIARNOTO, SH, MH) (MAKDHIN MUNTHE,SH) FALKUTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

ABSTRAK

UNICEF menjalin kerjasama erat dengan pemerintah ,baik pusat maupun daerah.baik melalui lembaga-lembaga swadaya maupun secara langsung. Secara mendukung dengan kegiatan-kegiatan sosial,UNICEF juga melakukannya dengan penerapan hukumnya. Dimana UNICEF menjadi fasilator dalam mendukung penerapan KHA di indonesia,melihat begitu banyaknya anak-anak mengalami dampak buruk akibat orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Penelitian ini membahas hal-hal upaya yang menjadi peranan UNICEF dan juga Upaya UNICEF dalam Konvensi Hak Anak agar bias berjalan,serta hal-hal yang menyebabkan perlunya KHA di implementasikan di Indonesia.

Metode penelitian yang digunakan adalah Library Research. Dan hasil penelitian bersifat deskriptif ,yang bertujuan memberikan pandangan bahwa ada peranan UNICEF dalam Konvensi Hak Anak di Indonesia.

Hasil penelitan menunjukan bahwa UNICEF sebagai Organisasi luar memiliki peranan yang membantu dalam ratifikasi KHA dalam undang-undang No.23 tahun 2002. Namun diharapkan bahwa peranan UNICEF saja tidak dapat berbuat banyak,kuncinya adalah kesadaran kita masing-masing,bahwa anak-anak merupakan modal penting,dan perlu dilindungi dan dijaga oleh kita semua.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,berkat kasih dan karunianya yang berlimpah,sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul : “Peran UNICEF dalam Implementasi

Konvensi Hak Anak PBB di Indonesia”.sebagai salah satu persyaratan untuk

meraih gelar sarjana Hukum di Jurusan Hukum Internasional pada Falkutas Hukum Universitas Sumatra Utara.

Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini,oleh karena itu dengan sepenuh hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof.Dr.Runtung Sitepu, SH. M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara.

2. Bapak Prof.Dr.Suhaidi, SH. M.Hum selaku pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara.

3. Bapak Syafruddin Hasibuan, SH. MH. DFM selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara.

4. Bapak Muhammad Husni, SH. M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara.

5. Bapak Sutiarnoto,SH.MH selaku Ketua Departeman Hukum Internasional dan selaku Dosen Pembimbing I serta selaku Dosen Penasehat Akademik Terima Kasih atas kesabaran atas bimbingan dan arahanya.

6. Bapak Makdhin Munthe SH. Selaku Dosen Pembimbing II terima kasih atas arahanya pada penulis selama penyelesaian skripsi


(5)

7. Bapak Arif,SH.MH. selaku motivator dalam menyelesaikan Skripsi saya ini.

8. Dosen-dosen yang telah mendidik penulis selama masa kuliah di Falkutas Hukum Universitas Sumatra Utara,dan Para pegawai yang juga telah membantu penulis selama masa perkuliahan di Falkutas Hukum Universitas Sumatra Utara.

9. Kedua Orang Tua saya, Ayahanda Imannuel Barus SE. dan Ibunda Suzanna Br Ginting Mba. Yang telah membesarkan dan memberikan kasih sayang kepada saya serta menyekolahkan saya hingga jenjang perkuliahan dan yang telah memberikan kelimpahan segala dukungan moral dan materil kepada penulis.

10.Kepada teman-teman saya ……terima kasih atas dukungannya……

Akhir kata ,semoga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi kita semua.

Medan,Desember 2009

Penulis

Putra Yusuf Grath Barus


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………...i

KATA PENGANTAR………ii

DAFTAR ISI………iii

KONVENSI HAK ANAK BAB I PENDAHULUAN……….1

A. Latar belakang………1

B. Perumusan Masalah………...3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….3

D. Keaslian Penulisan……….4

E. Tinjauan kepustakaan……….5

F. Metode Penulisan………...6

G. Sistematika Penulisan………6

BAB II TINJAAUAN PUSTAKA MENGENAI UNICEF………...8

A. Pengertian UNICEF di Indonesia………..8

B. Tujuan dan Sasaran UNICEF di Indonesia………..11

C. Struktur UNICEF……….12

D. Peran dan Tanggung Jawab UNICEF………..14

BAB III TINJAUAN UMUM MENGENAI KONVENSI HAK ANAK DALAM PBB………..19

A. Latar belakang dan Sejarah Konvensi Hak Anak………19


(7)

C. Implementasi Konvensi Hak Anak di Indonesia……….33

BAB IV PERANAN UNICEF DALAM IMPLEMENTASI CONVENTION ON THE HUMAN OF THE CHILD DI INDONESIA…………48

A. Pandangan UNICEF terhadap anak-anak Korban bencana Alam………...48

B. Pencapaian Kerjasama Antara UNICEF dengan Idonesia dalam Implementasi Konvensi Hak anak………...53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………..62

A. Kesimpulan………..62

B. Saran……….62

DAFTAR PUSTAKA..………64


(8)

KONVENSI HAK ANAK PBB Article 1

Everyone under 18 has these rights.

Article 2

All children have these rights, no matter whothey are, where they live, what their parents do,what language they speak, what their religion is,whether they are a boy or girl, what their cultureis, whether they have a disability, whether they are rich or poor. No child should be treated unfairly on any basis.

Article 3

All adults should do what is best for you. When adults make decisions, they should think about how their decisions will affect children.

Article 4

The government has a responsibility to make sure your rights are protected. They must help your family to protect your rights and create an environment where you can grow and reach your pot ential.

Article 5

Your family has the responsibility to help you learn to exercise your rights, and to ensure that your rights are protected.

Article 6

You have the right to be alive.

Article 7

You have the right to a name, and this should be officially recognized by the government. You have the right to a nationality (to belong to a country).


(9)

Article 8

You have the right to an identity – an official record of who you are. No one should take this away from you.

Article 9

You have the right to live with your parent(s),unless it is bad for you. You have the right to live with a family who cares for you.

Article 10

If you live in a different country than your parents do, you have the right to be together in the same place.

Article 11

You have the right to be protected from kidnapping.

Article 12

You have the right to give your opinion, and for adults to listen and take it seriously.

Article 13

You have the right to find out things and share what you think with others, by talking, drawing,writing or in any other way unless it harms or offends other people.

Article 14

You have the right to choose your own religion and beliefs. Your parents should help you decide what is right and wrong, and what is best for you.


(10)

You have the right to choose your own friends and join or set up groups, as long as it isn't harmful to others.

Article 16

You have the right to privacy.

Article 17

You have the right to get information that is important to your well-being, from radio, newspaper,books, computers and other sources.Adults should make sure that the information you are getting is not harmful, and help you find and understand the information you need.

Article 18

You have the right to be raised by your parent(s) if possible.

Article 19

You have the right to be protected from being hurt and mistreated, in body or mind.

Article 20

You have the right to special care and help if you cannot live with your parents.

Article 21

You have the right to care and protection if you are adopted or in foster care.

Article 22

You have the right to special protection and help if you are a refugee (if you have been forced to leave your home and live in another country), as well as all the rights in this Convention.

Article 23

You have the right to special education and care if you have a disability, as well as all the rights in this Convention, so that you can live a full life.


(11)

Article 24

You have the right to the best health care possible,safe water to drink, nutritious food, a clean and safe environment, and information to help you stay well.

Article 25

If you live in care or in other situations away from home, you have the right to have these living arrangements looked at regularly to see if they are the most appropriate.

Article 26

You have the right to help from the government if you are poor or in need.

Article 27

You have the right to food, clothing, a safe place to live and to have your basic needs met.You should not be disadvantaged so that you can't do many of the things other kids can do.

Article 28

You have the right to a good quality education.You should be encouraged to go to school to the highest level you can.

Article 29

Your education should help you use and develop your talents and abilities. It should also help you learn to live peacefully, protect the environment and respect other people.


(12)

You have the right to practice your own culture,language and religion - or any you choose.Minority and indigenous groups need special protection of this right.

Article 31

You have the right to play and rest.

Article 32

You have the right to protection from work that harms you, and is bad for your health and education.If you work, you have the right to be safe and paid fairly.

Article 33

You have the right to protection from harmful drugs and from the drug trade.

Article 34

You have the right to be free from sexualabuse.Article 35No one isallowed to kidnap or sell you.

Article 36

You have the right to protection from any kind of exploitation (being taken advantage of).

Article 37

No one is allowed to punish you in a cruel or harmful way.

Article 38

You have the right to protection and freedom from war. Children under 15 cannot be forced to go into the army or take part in war.

Article 39

You have the right to help if you've been hurt, neglected or badly treated.


(13)

You have the right to legal help and fair treatment in the justice system that respects your rights.

Article 41

If the laws of your country provide better protection of your rights than the articles in this Convention, those laws should apply.

Article 42

You have the right to know your rights!Adults should know about these rights and help you learn about them, too.

Articles 43 to 54

These articles explain how governments and international organizations like UNICEF will work to ensure children are protected with their rights.


(14)

ABSTRAK

UNICEF menjalin kerjasama erat dengan pemerintah ,baik pusat maupun daerah.baik melalui lembaga-lembaga swadaya maupun secara langsung. Secara mendukung dengan kegiatan-kegiatan sosial,UNICEF juga melakukannya dengan penerapan hukumnya. Dimana UNICEF menjadi fasilator dalam mendukung penerapan KHA di indonesia,melihat begitu banyaknya anak-anak mengalami dampak buruk akibat orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Penelitian ini membahas hal-hal upaya yang menjadi peranan UNICEF dan juga Upaya UNICEF dalam Konvensi Hak Anak agar bias berjalan,serta hal-hal yang menyebabkan perlunya KHA di implementasikan di Indonesia.

Metode penelitian yang digunakan adalah Library Research. Dan hasil penelitian bersifat deskriptif ,yang bertujuan memberikan pandangan bahwa ada peranan UNICEF dalam Konvensi Hak Anak di Indonesia.

Hasil penelitan menunjukan bahwa UNICEF sebagai Organisasi luar memiliki peranan yang membantu dalam ratifikasi KHA dalam undang-undang No.23 tahun 2002. Namun diharapkan bahwa peranan UNICEF saja tidak dapat berbuat banyak,kuncinya adalah kesadaran kita masing-masing,bahwa anak-anak merupakan modal penting,dan perlu dilindungi dan dijaga oleh kita semua.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A . Latar Belakang

Pada awalnya, organisasi yang disebut “Organisasi Darurat” ini terbentuk dikarenakan pengaruh yang besar dari perang dunia kedua. Oleh karena itu, lembaga yang resmi berdiri pada tanggal 11 Desember 1946 ini merupakan organisasi yang didirikan untuk menjaga dan melindungi anak-anak dari segala peperangan dan juga diskriminasi terhadap anak-anak. Organisasi yang diberi nama

UNICEF,United International Children’s Fund, merupakan organisasi yang

bernaung dalam PBB dan merupakan organisasi global yang bekerja ,terutama untuk anak-anak.

1

Secara umum unicef merupakan organisasi yang membantu anak-anak dalam mendapatkan perhatian dan perawatan yang dibutuhkan ketika mereka kecil karena tanpa didasari perhatian dan kasih sayang seseorang anak dapat mengalami Oleh didasari rasa kemanusian dan peduli atas anak-anak secara global, UNICEF mengembangkan pergerakannya keseluruh belahan dunia seperti Afrika ; Amerika ; Timur tengah dan Asia(Indonesia). Khusus bagi Indonesia UNICEF sudah menujukan rasa kepeduliannya dengan membantu korban-korban (anak-anak) bencana alam yang sudah terjadi di Indonesia,seperti;bencana Tsunami ; bencana gempa di nias ; bencana lumpur lapindo ;dll.Menyusul dengan banyaknya Bencana alam di Indonesia, banyak juga bantuan yang datang dari dunia internasional melalui organisasi tersebut.

1


(16)

keterbelakangan mental dan moral. Hal tersebut sudah banyak terjadi di Indonesia, khusus diIndonesia kebanyakan anak mengalami ketidakadilan dalam mendapatkan haknya.Kebanayakan orangtua memperlakukan anak-anaknya dengan didikan yang keras dan tidak dipenuhi dengan kasih sayang.karena secara daya pikir bahwa kasih sayang orangtua tidak lepas dalam mendidik anak-anaknya. Karena untuk pola pikir kebanyakan orangtua,dengan memberikan segala keperluan yang diperlukan anaknya maka mereka sudah membahagiakan anak-anaknya, akan tetapi pola pikir sangat salah. Oleh didasari kurangnya kepedulian tersebut banyak juga anak-anak yang dipaksa untuk bekerja dibawah umur,dengan pekerjan seperti “mengamen” ; berjualan ; bahkan buruh kasar. Padahal sesuai salah satu salah satu Undang – undang bahwa yang dikatakan “Anak adalah setiap orang berumur dibawah 18 tahun” jadi tidak diperbolehkan untuk bekerja secara kasar.2

2

Undang – Undang Nomor 13 tahun 2003,tentang ketenagakerjaan Republik Indonesia.

Melainkan berhak mendapatkan pendidikan Sembilan tahun, seperti yang diprogramkan pemerintah RI. Selain itu keterpurukan mutu pendidikan dan moral yang sekarang ini di alami Indonesia juga berpengaruh bagi anak-anak karena dengan kesalahan pendidikan yang dialami oleh mereka, maka anak-anak juga akan tumbuh dengan pendidikan dan moral yang buruk. Oleh karena kurangnya kepedulian kita ,maka organisasi anak dunia ini bergerak untuk bertujuan untuk membantu anak-anak yang ada di Indonesia, sesuai dengan perjanjian yang dibuat disemua Negara untuk anak-anak , dalam konvensi PBB tentang hak-hak anak. Maka dalam hal itu UNICEF memastikan agar setiap anak yang sebagai salah satu aspek pembangun bangsa memperolehkan perlakuan khusus untuk dilindungi dan di perhatikan oleh suatu Negara .


(17)

B . Perumusan Masalah

Berpijak pada uraian – uraian latar belakang permasalahan diatas maka pokok permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana Peranan UNICEF menurut hukum Internasional ? 2. Bagaimana Peranan konvensi hak anak-anak PBB di Indonesia ?

3. Bagaimana Pandangan UNICEF dalam Implementasi Convention on the Rights of child di indonesia?

C . Tujuan dan Manfaat Penelitian

Secara rinci tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Peran UNICEF menurut hukum internasional diIndonesia.

2. Untuk mengetahui Konvensi Hak anak dalam UU perlindungan hak anak No 23 Tahun 2002.

3. Untuk memperoleh informasi dan mengetahui mengenai hal-hal yang dilakukan UNICEF dalam menangani masalah bencana alam yang kian terjadi terhadap anak-anak di Indonesia.


(18)

Sedangkan yang menjadi manfaat teoritis dari penulisan skripsi ini antara lain:

1. Sebagai bahan informasi bagi para akademis maupun sebagai bahan perbandingan bagi penelitian lebih lanjut.

2. Untuk menambah pengetahuan dalam hukum internasional

Secara praktis, penulisan skripsi ini diharpkan memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Menambah bahan referensi pada perpustakan falkutas hukum universitas sumatera.

2. Masukan bagi praktisi hukum dalam pembahasan mengenai peranan suatu organisasi internasional dalam memerangi ketidakpedulian terhadap anak-anak dan perlindungan hukumnya , terutama di Indonesia.

D . Keaslian Penulisan

Skripsi ini merupakan karya tulis yang asli. Belum ada penulis yang menulis skripsi tentang hal yang sama, yaitu tentang Peranan UNICEF dalam implementasi konvensi hak anak PBB di Indonesia.

Khususnya untuk yang terdapat di falkutas hukum universitas sumatera utara medan, keaslian penulisan ini ditunjukan dengan adanya penegasan dari pihak administrasi bagian/jurusan hukum internasional.


(19)

E . Tinjauan Kepustakaan

Judul skripsi ini berjudul “Peranan UNICEF dalam implementasi konvensi hak anak PBB di Indonesia.”.

Untuk menghindari keragu-raguan pada bab-bab selanjutnya maka terlebih dahulu pengertian judul diatas secara umum. Hubungan yang terjadi antara UNICEF dengan indonesia dalam Perlindungan hak anak merupakan suatu cara untuk memerangi diskriminasi terhadap anak-anak dari berbagai aspek social. Perlindungan anak adalah segala kegiatan yang dilakukan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya (Sesuai Konvensi Hak Anak PBB) agar dapat hidup, tumbuh,berkembang dan berpartisipasi secara optimal dengan harkat dan martabat kemanusian serta mendapat perlindungan dari diskriminasi.

Judul ini membahas juga mengapa Indonesia dapat bekerjasama dengan UNICEF dalam melindungi dan memelihara anak-anak di Indonesia yang kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari masyarakat umum. Serta membahas sejauhmana pencapaian hasil kerjasama yang sudah terbentuk antara UNICEF dengan Indonesia sesuai Kovensi hak anak dan UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Hak Anak.

Berdasarkan ini ,maka penulisan ini hanya menelaah Peranan UNICEF dalam Implementasi Konvensi hak anak PBB dengan didasari hukum internasional.


(20)

F . Metode Penelitian

Penulisan skripsi ini mengunakan metode penelitian hukum normatif karena dalam penelitian yang dilakukan penulis untuk penulisan skripsi ini penulis mendasarkan pada data sekunder yang berasal dari data kepustakaan.

Bahan pustaka di bidang hukum yang penulis gunakan sesuai dengan ketentuan bahan-bahan dasar suatu penelitian , terdiri :

1. Bahan hukum primer berupa konvensi-konvensi ,undang-undang khusus anak terutama undang-undang perlindumgan anak No 23 Tahun 2002. 2. Bahan hukum skunder ,yaitu tulisan-tulisan atau karya-karya para ahli

hukum dalam buku-buku teks,makalah internet dan lain-lain yang relevan dengan masalah penelitian.

3. Bahan hukum tersier,yaitu bahan-bahan yang dapat dipergunakan untuk membantu bahan hukum primer dan sekunder ,antara lain kamus-kamus hukum .

G . Sistematika Penulisan

Secara keseluruhan penulisan ini terbagi dalam lima bab yang masing-masing bab terdiri dari sub bab yang dikembangkan jika memerlukan pembahasan yang lebih terperinci :

1. Bab I : PENDAHULUAN

adalah merupakan pendahuluan yang memberikan gambaran umum yang menguraikan mengenai Latar belakang , Rumusan Permasalahan , Tujuan


(21)

dan Manfaat Penelitian , Keaslian Penulisan ,Tinjauan Kepustakaan ,Metode Pengumpulan Data dan Sistematika Penulisa.

2. Bab II : TINJAUAN PUSTAKA MENGENAI UNICEF

adalah bab yang membahas mengenai Pengertian UNICEF , Tujaan dan

Sasaran UNICEF di Indonesia , Struktur UNICEF , Peranan dan Tanggung jawab PBB.

3. Bab III : TINJAUAN UMUM MENGENAI KONVENSI HAK ANAK PBB

adalah berisikan mengenai sejarah terbentuknya Konvensi hak anak,Defenisi hak anak menurut PBB,dan Implementasi Konvensi hak anak di Indonesia.

4. Bab IV : PERANAN UNICEF DALAM IMPLEMENTASI CONVENTION ON THE RIGHT OF THE CHILD DI INDONESIA

adalah membahas mengenai hal-hal atau bantuan-bantuan yang sudah diberikan UNICEF sesuai Implementasi Konvensi hak anak PBB di Indonesia dan Pencapaiannya selama ini terhadap anak-anak korban bencana alam di Indonesia.

5. Bab V : KESIMPULAN DAN SARAN


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA MENGENAI UNICEF A . Pengertian UNICEF di Indonesia

UNICEF atau yang dikenal United Nations International Children’s Emergency Fund merupakan organisasi yang didirikan oleh majelis umum pada tanggal 11 desember 1946 untuk membantu dan memberikan bantuan darurat dalam bentuk berupa makanan , obat-obatan , dan pakaian untuk anak-anak Eropa dan juga pada masa peperangan di Cina ,yang dimana menjadi korban perang.

Sejarah awalnya, tepatnya desember 1950. Majelis umum PBB memperpanjang pemberian dana selama hampir tiga tahun, mengubah mandatnya menjadi lebih menekankan kesejahteraan dan kesehatan serta gizi dari program jangka panjang untuk kepentingan anak-anak dari tiap Negara berkembang.

Dalam hal ini Indonesia yang dimaksud Negara berkembang juga merespond masuknya UNICEF. Organisasi ini mulai Resmi pada tahun 1950,dan melakukan kerjasama dengan Indonesia.UNICEF telah memutuskan menjadi mitra tetap Indonesia dalam upaya mentranformasi seluruh kehidupan anak-anak dan perempuan di seluruh Nusantara.

1946: Pertama hadir di Lombok 1950: Kantor resmi UNICEF dibuka

1959: Applied Nutrition Program (ANP) dimulai dan dalam 3 tahun menyebar ke 100 desa di 8 propinsi

1965: RI keluar dari PBB, kantor dibekukan 2 tahun 1974: Upaya Peningkatan Gizi Keluarga


(23)

- monitoring pertumbuhan anak - pendidikan ttg gizi

- kebun keluarga 1975: Master Plan of Operation perta

Setelah itu , pada tahun 1960-an UNICEF berkembang menjadi organisasi yang bergerak dalam pembangunan umumnya lebih kepada kepedulian terhadap kesejahteraan anak, bukan hanya bantuan darurat. Bagi UNICEF operasi besarnya ialah program gizi di Indonesia yang mencapai 100 desa di delapan provinsi (1959). Indonesia yang rejoined untuk PBB, pada November 1966 setelah keluar dari PBB (1965), oleh menteri Luar Negeri Adam Malik , menandatangani “surat perjanjian baru mengenai penangan anak di Indonesia”, antara UNICEF dan Indonesia.3

Selama periode 1951-1960, UNICEF terus memenuhi kebutuhan darurat , yaitu melindungi kesehatan anak-anak. UNICEF melakukan beberapa kampanye Pada bulan Oktober 1953, setelah Indonesia resmi bergabung dengan UNICEF. Majelis menentukan dan memutuskan bahwa organisasi ini harus terus berkembang dan meneruskan tugasnya sebagai lengan permanen dari PBB,dan dituntut untuk menekankan program-program jangka panjang yang member manfaat kepada anak-anak di mana-mana, terkhusus pada anak-anak di Negara berkembang yang benar membutuhkan . ketika diadopsi pada misi yang menyatakan UNICEF dipandu oleh “konvensi hak-hak anak” dan berusaha menekankan dan menetapkan hak anak-anak sebagai sumber prinsip-prinsip etis dan kekal standar internasional prilaku terhadap anak-anak .

3


(24)

untuk melakukan program melawan tuberkolosis, kusta, dan malaria. Dengan ketentuan yang dibuat oleh UNICEF ,sanitasi lingkungan yang mendorong pendidikan kesehatan anak. Dengan bantuan dana sebesar $152.000.000, UNICEF mengadopsi sebuah konsep allying yaitu bantuan anak-anak untuk pembangunan bangsa.

Secara terprogram UNICEF terus membantu anak-anak dan wanita . juga membantu para Guru untuk reformasi pendidikan dan kurikulum. Dalam hal ini ,organisasi ini telah berhasil dalam melaksanakan misi yang telah di berikan kepada Negara-negara berkembang.

Begitu halnya di Indonesia, awal fokusnya dari kerjasama dalam membantu anak-anak . sebelum kerjasama diperluas dan diversifikasi, UNICEF lebih focus terhadap beberapa daerah lainnya yang bermanfaat bagi kedua belah pihak. Dalam hal inilah terlihat hubungan kerjasama antara Indonesia dan UNICEF dalam kepedulian terhadap anak-anak. Dalam hal ini juga UNICEF berusaha untuk memperbaiki kualitas kehidupan anak-anak dinegara berkembang ,dan upaya koordinasi dengan pemerintah yang bersangkutan.

Secara data statistic UNICEF dari 25 tahun sejarah mengungkapkan hanya dari segi kontruktif yang dicapai, tetapi UNICEF memberikan beberapa indikasi dengan jangkauan antara lain 73.000.000 anak untuk diperiksa dan 43.000.000 anak dirawat ; 425.000.000 anak untuk diperiksa framboesia 23.000.000 dirawat ; 400.000.000 divaksinasi terhadap TBC ; jutaan dari malaria dan 415.000 sembuh dari penyakit kusta. Selain itu UNICEF juga membangun 13.000 pusat kesehatan ibu di pedesaan dan beberapa ribu lembaga perlindungan anak di 85 negara


(25)

termaksud Indonesia.4

kata melayani adalah kata yang tepat untuk UNICEF,dimana yang memang tujuan UNICEF untuk melayani anak-anak korban dari diskriminasi Negara. Secara garis besar UNICEF memiliki tujuan yang berfokus pada anak-anak. Yang dimana badan inter-pemerintah ini diberi wewenang oleh pemerintah dunia memberikan, mempromosikan dan melindungi hidup dan hak-hak anak. Organisasi kemasyarakatan, termasuk mitra lembaga swadaya masyarakat (LSM) berperan serta dalam tugas-tugas UNICEF di Indonesia dan di 190 negara dimana UNICEF bekerja. Selain itu UNICEF dapat dijadikan pola hubungan kerjasama yang mengkaitkan lembaga-lembaga diindonesia dengan berbagai lembaga-lembaga didunia yang memiliki tujuan untuk memelihara dan melindungi anak-anak serta hak-haknya. Tujuan UNICEF ini merupakan bagian dari isi tujuan PBB, yang meliputi sebagai berikut

Untuk indonesia salah satunya UNICEF memberikan bantuan tenda-tenda sekolah gratis kedaerah Hiliduho yang terletak di perbukitan yang terletak sangat terpencil,yang mempunyai luas sekitar 221,65 km2. Didaerah ini juga terdapat perubahan struktur permukaan tanah yang diakibatkan oleh gempa. Akan tetapi untuk di indonesia UNICEF telah memperlihatkan bentuk kepedulianya terhadap anak dan wanita korban bencana alam yang terjadi di Indonesia.

B . Tujuan dan sasaran UNICEF di indonesia

5

4

http://www.nationsencyclopedia.com

5

T.May Rudy,administrasi dan Organisasi Internasional, Bandung, PT.Refika aditama ,2005,hal 57.


(26)

a. Memelihara perdamaian dan keamanan internasional. b. Mengembangkan hubungan persaudaran antar bangsa

c. Bekerjasama secara internasional untuk memecahkan persoalan ekonomi internasional , social , kebudayaan , dan kemanusiaan serta untuk memajukan rasa hormat untuk hak-hak manusia dan kemerdekaan-kemerdekaan asasi.

d. Untuk menjadi pusat bagi tindakan-tindakan bangsa-bangsa dalam usaha untuk mencapai tujuan bersama.

Setiap organisasi memiliki sasaran hasil yang ingin dicapai untuk memenuhi tujuannya.6

Ada 3 hal yang menjadi sasaran UNICEF sebagai sebuah organisasi Internasional antara lain7

1. Menumbuhkan kepercayaan anak-anak terhadap kepedulian Negara. :

2. Membantu kaum muda untuk membangun sebuah dunia dimana semua anak-anak hidup secara terhormat dan memperoleh keamanan.

3. Menciptakan dunia yang cocok untuk anak-anak.

Setiap poin-poin penting sasaran UNICEF ini berfungsi untuk membantu pembangunan suatu Negara yang berkembang. Dengan kaitan hubungan, bahwasanya suatu Negara dapat tumbuh dan berkembang apabila taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat termasuk anak-anak,mendapat perhatian yang baik.

C . Struktur UNICEF

6

T.May Rudy,administrasi dan Organisasi Internasional, Bandung, PT.Refika aditama ,2005,hal 27.

7


(27)

Sebagai bagian intergral dari PBB,UNICEF adalah semi otonom yang memiliki badan pengatur sendiri, yaitu Dewan eksekutif dan Sekretariat.

UNICEF juga dikaitkan dengan UNGA & ECOSOC: UNICEF merupakan anak tubuh majelis umum , yang laporan melalui dewan ekonomi dan social perserikatan bangsa-bangsa. Sebagai bagian intergral bangsa-bangsa,tugasnya ditinjau tiap tahun oleh dewan ekonomi dan sosial. Dewan terdiri dari 41 anggota, yang melakukan perotasian berdasarkan rotasi tahunan untuk 3 tahun.

Dewan menetapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan UNICEF,yang di tinjau program-program dan menyetujui pengeluaran-pengeluaran untuk bekerjasama UNICEF di Negara-negara berkembang dan dana biaya operasional. Kecuali siding-sidang luar biasa, Dewan berkumpul dan bertemu selama dua minggu setiap tahun.

Dewan Eksekutif yang bertanggung jawab atas administrasi UNICEF diangkat oleh sekertaris jendral PBB setelah berkonsultasi dengan Dewan. Sejak januari 1980, direktur eksekutif adalah James P. Grant. Kantor-kantor perwakilan UNICEF merupakan unit-unit operasi kunci untuk dukungan , pemberi nasehat, pembuat program dan logistik. Di bawah tanggung jawab menyeluruh dari kepala Perwakilan UNICEF untuk Negara yang bersangkutan,para pengelola program membantu departemen-departemen dan lembaga-lembaga yang terkait untuk mempersiapkan , melaksanakan dan mengevalusi program kerjasama dengan UNICEF.

Kantor-kantor regional di Abidjan , amman , Bangkok , bogota , Nairobi, dan New delhi member dan mengkoordinasikan dukungan khusus untuk program ini.


(28)

Fungsi kantor di new York , jenewa, kopenhagen, Tokyo dan Sydney adalah untuk melayani Dewan Eksekutif ,mengembangkan dan mengarahkan ,kebijaksanaan mengelola sumber keuangan ,personalia dan informasi, kegiatan pemeriksaan keuangan, penyebarluasaan informasi, dan memupuk hubungan dengan pemerintahan donor dan komite-komite nasional untuk UNICEF.

Miskipun dalam kerjanya diarahkan dari New York , sebagian besar dari operasi suplai/ pengadaan UNICEF berada di kopenhagen di Pusat Pembelian dan Pengadaan UNICEF.

Selain itu UNICEF juga menjalankan IRC ( Innocenti Research Center )8

Setiap organisasi internasional tentunya dibentuk untuk melaksanakan peran-peran dan fungsi-fungsi sesuai tujuan pendirian organisasi internasional tersebut oleh para anggotanya

di Florence dan kantor di jepang dan Brussels, yang membantu penggalangan dan perantara bagi para pembuat kebijakan.

D . Peran danTanggung Jawab UNICEF

9

a. Bidang kesehatan : UNICEF menjamin bahwa setiap anak dan wanita mendapatkan perhatian dalam peningkatan kesehatan dengan membantu

.

Dalam setiap organisasi memiliki peran yang berbeda sesuai bidang dan tujuan organisasinya. UNICEF sebagai organisasi yang berfokus pada kesejahteraan anak memiliki peran-peran pokok pada bidang-bidang tertentu,seperti :

8

UNICEF innocent research Center di Florence,Italia,didirikan pada 1988 untuk riset UNICEF dan untuk mendukung advokasi untuk anak-anak di seluruh dunia.

9


(29)

memberi bantuan kesehatan yang layak antara lain, pemberian vaksinasi untuk tuberkolosi (TBC) ;penyuluhan HIV;penyuluhan Malaria ; dll.

b. Bidang ekonomi : memberi bantuan pengembangan kesejahteraan rezeki untuk anak-anak seperti, memberi kesempatan kerja bagi wanita untuk kehidupannya.

c. Bidang hukum : membantu anak-anak dan wanita memperoleh dan melindungi hak-haknya.

Secara organisasi Internasional,ada 4 hal utama yang menjadi peranan UNICEF sebagai organisasi internasional antara lain10

1. Memberikan kehidupan yang lebih baik pada anak-anak.

2. Membantu setiap anak-anak untuk bertahan dan menjalani kehidupannya dengan baik.

3. Member anak-anak kesempatan untuk menuntut ilmu disekolah.

4. Menciptakan suasana lingkungan yang kondusif bagi anak-anak khususnya korban perang.

UNICEF turut serta dalam memajukan pendidikan bagi kaum perempuan dengan memastikan bahwa mereka sedikit-dikitnya menyelesaikan pendidikan dasar karena hal ini member manfaat bagi semua anak, baik anak perempuan maupun anak laki-laki. Setiap anak perempuan yang dibekali pendidikan akan tumbuh dan memiliki pemikiran yang lebih baik, menjadi warga yang lebih baik dan menjadi orang tua yang lebih baik bagi anak-anak mereka. UNICEF juga bergerak agar seluruh anak mendapat imunisasi dan kebal terhadap penyakit yang umum dialami pada masa anak-anak , sehingga mereka tumbuh dengan baik,

10


(30)

karena merupakan hal buruk apabila seorang anak menderita atau meninggal akibat penyakit yang seharusnya bias ditanggulangi.

UNICEF telah berupaya untuk mencegah penyebaran AIDS/HIV diantara para remaja karena merupakan hal yang seharusnya mereka terhindar dari bahaya dan memampukan mereka melindungi orang lain dari penyakit ini. UNICEF juga membantu keluarga dan anak-anak dalam menderita AIDS/HIV agar tetap menjalani kehidupan mereka dengan bermartabat.

UNICEF terus melibatkan setiap orang dalam memberikan perlindungan terhadap lingkungan anak-anak. UNICEF hadir untuk memberikan uluran tangan selama masa-masa darurat dan dimana anak merasa terancam,karena anak-anak tidak boleh mengalami perlakuan kekerasan ,pelanggaran atau eksploitasi.

Oleh karena itu , UNICEF menyadari bahwa perlunya kerjasama dengan sektor swasta dapat menjadi mitra yang berperan penting dalam mewujudkan misi dalam menjamin kesehatan, pendidikan, keadilan, dan perlindungan bagi setiap anak, maka UNICEF melakukan kerjasama tersebut dari berbagai tingkat dan bidang , dalam hal ini kerjasama tersebut mencakup :

a. Kemitraan yang inovatif b. Inisiatif filantropis strategis

c. Inisiatif pemasaran global ,regional dan local d. Program-program dalam motivasi pekerja


(31)

Perntayaan dari , J.G. Strake mengatakan , masing-masing organisasi Internasional dibatasi berdasarkan fungsi-fungsi dan tanggung jawab hukumnya, dengan masing-masing memiliki lapangan kegiatan sendiri yang terbatas 11

UNICEF yang bertanggung jawab dibidang kesehatan ibu dan anak , pendidikan dasar , kesehatan gizi dan perlindungan anak serta kontribusi untuk meningkatkan pengurangan anak malnutrisi. Maka UNICEF juga memiliki ketentuan atau wilayah yang focus untuk meningkatkan gizi anak-anak dan perempuan

.

12

‘kemitraan untuk mencapai kesuksesan’ merupakan salah satu strategi UNICEF dalam rencana tindakan untuk menciptakan suasana lingkungan yang baik bagi anak-anak,sebuah rencana yang terpadu dalam mempromosikan hidup sehat

. Dalam meningkatkan gizi anak-anak dan perempuan,UNICEF dan masyarakat bekerjasama yang terkordinasi demi kepentingan anak dan perempuan. Secara global menangani masalah anak-anak merupakan tantangan yang sulit,oleh karena itu memerlukan kemampuan yang lebih dalam suatu organisasi untuk mengurangi masalah anak-anak tersebut.

Sasaran UNICEF saat ini ,membangun dunia yang nyaman dan sesuai untuk anak-anak agar terlepas dari diskriminasi ,memerlukan bantuan dari kemitraan dari setiap pemerintah , individu ,dan Organissasi yang menerapkan nilai-nilai kemanusiaan dan penghormatan akan hak-hak anak-anak. Yang termasuk didalamnya individu-individu masyarakat ,organisasi-organisasi kemasyarakatan ,lembaga sukarela ,persekutuan dagang ,bidang keagamaan , intitusi penelitian dan akademis serta anak-anak itu sendiri.

11

Hasnil Basri Siregar , Hukum Organisasi Internasional, hal 35

12


(32)

memberikan pendidikan dasar yang berkualitas memerangi AIDS/hiv dan melindungi anak-anak dari pelecehan ,eksploitasi ,dan kekerasan. Hal ini sesuai dengan keputusan UN Special Sessions on Children pada mei 2002.

Bekerjasama dengan berbagai lembaga swadaya masyarakan di tingkat dunia ,regional ,nasional ,dan tingkat komunitas yang selama ini menjadi cirri khas dari tugas UNICEF .semua ini menjadi sumber –sumber bantuan kekuatan bagi UNICEF dalam menangani masalah anak saat ini. Oleh karena luas dan keanekaragaman jaringan kemitran ini akan membantu memperbesar manfaat-manfaat dari upaya yang dilakukan UNICEF. Karena itu secara garis besar peranan dan tanggung jawab yang paling besar ialah melalui kesadaraan dari tiap-tiap individu dan organisasi masyarakat untuk memerangi diskriminasi anak.UNICEF hanya lembaga dunia yang ingin meningkatkan kesadaran bahwa pentingnya anak bagi dunia .


(33)

BAB III

TINJAUAN UMUM MENGENAI KONVENSI HAK ANAK DALAM PBB

A . Latar Belakang dan Sejarah Konvensi Hak Anak

Gagasan mengenai hak anak bermula sejak berakhirnya Perang Dunia I sebagai reaksi atas penderitaan yang timbul akibat dari bencana peperangan terutama yang dialami oleh kaum perempuan dan anak-anak. Liga Bangsa-Bangsa saat itu tergerak karena besarnya jumlah anak yang menjadi yatim piatu akibat perang. Awal bergeraknya ide hak anak bermula dari gerakan para aktivis perempuan yang melakukan protes dan meminta perhatian publik atas nasib anak-anak yang menjadi korban perang.

Salah seorang di antara para aktivis tersebut yakni yang bernama Eglantyne Jebb (pendiri Save the Children) kemudian mengembangkan sepuluh butir pernyataan tentang hak anak atau rancangan deklarasihak anak (Declaration of The

Rights of The Child) yang pada tahun 1923 diadopsi oleh lembaga Save The

Children Fund International Union. Kemudian pada tahun 1924 untuk pertama kalinya Deklarasi Hak Anak diadopsi secara Internasional oleh Liga Bangsa-Bangsa.

Deklarasi ini dikenal juga sebagai “Deklarasi Jenewa”. Setelah berakhirnya Perang Dunia II, pada tahun 1948 Majelis Umum PBB kemudian mengadopsi Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia pada tanggal 10 Desember. Peristiwa ini yang kemudian pada setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Hak Asasi Manusia se-dunia ini menandai perkembangan penting dalam sejarah HAM dan beberapa hal menyangkut hak khusus bagi anak-anak tercakup dalam deklarasi ini. Pada


(34)

tahun 1959 Majelis Umum PBB kembali mengeluarkan Pernyataan mengenai Hak Anak yang merupakan deklarasi internasional kedua bagi hak anak.

Tahun 1979 saat dicanangkannya Tahun Anak Internasional, Pemerintah Polandia mengajukan usul bagi perumusan suatu dokumen yang meletakkan standar internasional bagi pengakuan terhadap hak-hak anak dan mengikat secara yuridis.

Inilah awal perumusan Konvensi Hak Anak. Tahun 1989, rancangan Konvensi Hak Anak diselesaikan dan pada tahun itu juga naskah akhir tersebut disahkan dengan suara bulat oleh Majelis Umum PBB tanggal 20 November. Konvenan ini kemudian diratifikasi oleh setiap bangsa kecuali oleh Somalia dan Amerika Serikat. Dan pada akhirnya pada tahun 1990 Konvensi Hak Anak dinyatakan berlaku sebagai Hukum Internasional tepatnya bertanggal 2 september 1990.

Isi Konvensi Hak Anak

Konvensi ini merupakan instrument Internasional di bidang Hak Asasi Manusia dengan cakupan hak yang paling komprehensif. Terdiri dari 54 pasal, Konvensi hingga saat ini dikenal sebagai satu-satunya konvensi di bidang Hak Asasi Manusia yang mencakup baik hak-hak sipildan politik maupun hak-hak ekonomi,sosial dan budaya sekaligus.

Berdasarkan strukturnya

Konvensi ini dibagi menjadi 4 bagian yakni : Preambule (mukadimah) yang berisi konteks Konvensi Hak Anak, Bagian Satu (Pasal 1-4) yang mengatur


(35)

hak bagi semua anak, Bagian Dua (Pasal 42-45) yang mengatur masalah pemantauan dan pelaksanaan KonvensiHak Anak, dan Bagian Tiga (Pasal 46-54) yang mengatur masalah pemberlakukan Konvensi.

Berdasarkan isinya

ada empat cara mengkategorikan Konvensi Hak Anak, yakni :

Pertama ,kategorisasi berdasarkanKonvensi Induk Hak Asasi Manusia,

dikatakan bahwa Konvensi Hak Anak mengandung hak sipil politik dan hak-hak ekonomi sosial budaya.

Kedua, ditinjau dari sisi yang berkewajiban melaksanakan Konvensi Hak

Anak, yaitu negara dan yang bertanggung jawab untuk memenuhi hak anak, yakni orang dewasa pada umumnya.

Ketiga, menurut cara pembagian yang sudah sangat populer dibuat

berdasarkan cakupan hal yang terkandung dalam Konvensi Hak Anak, yakni : hak ataskelangsungan hidup (survival), hak untuk berkembang (development), hak atas perlindungan (protection) dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat(participation).

Keempat, menurut cara pembagian yang dirumuskan oleh Komite Hak

Anak PBB yang mengelompokkan Konvensi Hak Anak menjadi delapan Kategori sebagai berikut :(1) langkah-langkah implementasi umum; (2) defenisi anak; (3) prinsip-prinsip umum; (4) hak sipil dan kemerdekaan;(5) lingkungan keluarga dan pengasuhanalternatif; (6) kesehatan dan kesejahteraandasar; (7) pendidikan, waktu luang dan kegiatan budaya;(8) langkah-langkah perlindungan khusus (berkaitan dengan hak anak untuk mendapatkan perlindungan khusus). Lima kategori terakhir


(36)

yakni 4 s/d 8 merupakan kategori hak substantif hak anak,sedangkan tiga kelompok yang pertama yakni 1 s/d 3 bersifat lintas kategori. Cara pembagian ini lebih banyak dipakai terutama oleh yang mengkhususkan diri dengan Konvensi Hak Anak, karena pembagian ini sekaligus memberikan kerangka kerja yang sangat komprehensif, dan juga melingkupi cara-cara pembagian yang sebelumnya digunakan.

Defenisi Anak

Pasal 1 Konvensi Hak Anak secara umum mendefinisikan anak sebagai orang yang belum mencapai usia 18 tahun, namun dalam pasal tersebut juga mengakui kemungkinan adanya perbedaan atau variasi dalam penentuan batas usia kedewasaan di dalam peraturan perundang-undangan dari tiap-tiap Negara Peserta. Misalnya, untuk bekerja, untuk ikut pemilihan umum, untuk mengkonsumsi minuman beralkohol, untuk bertanggung jawab secara pidana atau untuk bisa dijatuhi hukuman mati dan sebagainya. Ideal-nya negara peserta memperlakukan standar yang ditetapkan dalam Standar KonvensiHak Anak sebagai standar terendah dan sedikit demi sedikit mulai menyesuaikan batasan umur anak yang terdapat dalam perundang-undangan nasional agar sesuai dengan standar Konvensi Hak Anak.

Prinsip-Prinsip Umum

Ada empat Prinsip yang terkandung didalam Konvensi Hak Anak, yakni :


(37)

Artinya semua hak yang diakui dan terkandung dalam Konvensi Hak Anak harus diberlakukan kepada setiap anak tanpa pembedaan apapun. Prinsip ini tertuang dalam Pasal 2 Konvensi Hak Anak, yakni : “Negara-negara peserta akan

menghormati dan menjamin hak-hak yangditerapkan dalam konvensi ini bagi setiap anak yang berada dalam wilayah hukum mereka tanpa diskriminasi dalam bentuk apapun, tanpa memandang ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pandangan politik atau pandangan-pandangan lain,asal-usul kebangsaan, etnik atau sosial, status kepemilikan, cacat atau tidak, kelahiran atau status lainnya baik dari si anak sendiri atau dari orang tua atauwalinya yang sah”. (Ayat 1).

“Negara-negara peserta akan mengambil semua langkah yang perlu untuk

menjamin agar anak dilindungi dari semua bentuk diskriminasi atau hukuman yang didasarkan pada status, kegiatan, pendapat yang dikemukakan atau keyakinan dari orang tuaanak, walinya yang sah atau anggota keluarga”. (Ayat

2).

2. Prinsip yang terbaik bagi anak (best interest of the child).

Yaitu bahwa dalam semua tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan oleh lembaga-lembaga kesejahteraan sosial pemerintah atau badan legislatif. Maka dari itu, kepentingan yang terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama (Pasal 3 ayat 1).

3. Prinsip atas hak hidup, kelangsungan dan perkembangan (the rights to life, survival and development).


(38)

hak yang melekat atas kehidupan (Pasal6 ayat 1). Disebutkan juga bahwa negara-negara peserta akan menjamin sampai batas maksimal kelangsungan hidup dan perkembangan anak (Pasal 6 ayat 2).

4. Prinsip penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the views of the child).

Maksudnya bahwa pendapat anak, terutama jika menyangkut hal-hal yang mempengaruhi kehidupannya, perlu diperhatikan dalam setiap pengambilan keputusan. Prinsip ini tertang dalamPasal 12 ayat 1 Konvensi Hak Anak, yaitu :

“Negara-negara peserta akan menjamin agar anak-anak yang mempunyai pandangan sendiri akan memperoleh hak untuk menyatakan pandangan-pandangannya secara bebas dalam semua hal yang mempengaruhi anak, dan pandangan tersebut akan dihargai sesuai dengan tingkat usia dan kematangan anak”.

Lingkungan Keluarga dan Pengasuh Pengganti

Konvensi Hak Anak menegaskan pentingnya peranan keluarga dalam upaya pemenuhan hak anak. Oleh karena itu, maka lingkungan keluarga memperoleh perhatian khusus dalam Konvensi. Bagianak-anak yang hidup dan berkembang diluar keluarga alami, diberikan ketentuan ketentuan khusus untuk memberikan kepada mereka keluarga atau lembaga asuh alternatif, mengingat bahwa anak-anak bergantung pada orang dewasa. Inilah yang dimaksud dengan “pengasuh pengganti” Dalam Konteks Konvensi Hak Anak, anak berhak untuk mendapatkan keluarga ataukeluarga pengganti agar kehidupan dan perkembangannya bisa dipenuhi dengan baik, keluarga atau keluarga pengganti bertanggung jawab untuk


(39)

memenuhi hak-hak dasar anak, sedangkan Negara berkewajiban untuk mengambil langkah-langkah agar hak-hak anak untuk memperoleh keluarga atau keluarga atau keluarga pengganti dapat terpenuhi dan agar keluarga atau keluarga pengganti dapat melaksanakan tanggung jawabnya

dengan maksimal.

Secara umum, ketentuan-ketentuan yang tercakup, dalam kelompok lingkungan keluarga atau pengasuhan pengganti meliputi antara lain : tanggung jawab keluarga dalam pengasuhan anak, penempatan bagi anak-anak yang terpisah dari keluarganya, yatim piatu, terlantar dan sebagainya. (dengan kafalah sebagaimana yang dikenal dalam hukum islam, adopsi atau panti-panti yang dikelola oleh Negara), serta melindungi anak-anak dari tindakan kekerasan oleh orang tua, keluarga atau keluarga pengganti mereka.

Kesehatan dan Kesejahteraan Dasar

Kesehatan dan kesejahteraan dasar berisi berbagai ketentuan yang pada prinsipnya memberikan hak kepada anak untuk memperoleh standar kehidupan yang layak agar mereka bisa berkembang, fisik, mental spiritual, moral maupu n sosial dengan baik, termasuk hak anak untuk memperoleh pelayanan kesehatan serta jaminan sosial.

Pendidikan Waktu Luang dan Kegiatan Budaya

Kelompok ini memberikan ketentuan mengenai hak-hak anak untuk berkembang. Perlu diingat bahwa pendidikan di sini termasuk juga latihan dan


(40)

bimbingan kejuruan. Perlu juga diperhatikan bahwa kegiatan waktu luang dan kegiatan budaya dianggap penting pengaruhnya bagi perkembangan anak.

Langkah-Langkah Perlindungan Khusus

Karena anak merupakan individu yang belum matang baik secara fisik, mental maupun sosial. Karena kondisinya yang rentan tergantung dan berkembang, anak dibanding dengan orang dewasa lebih beresiko terhadap tindak eksploitasi, kekerasan, penelantaran dan lain-lainnya. Anak juga sangat rawan sebagai korban dari kebijakan ekonomi makro atau keputusan politik yang salah, meskipun secara umum pandangan masyarakat, termasuk para politisi terhadap anak kadang bersikap naïf dan apolitis.

Begitu pula seperti telah sering dikemukakan orang, anak merupakan asset utama bagi masa depan bangsa dan kemanusiaan secara menyeluruh. Di atas segalanya, kondisi kehidupan anak diseluruh dunia pada saat ini ternyata tidak menjadi lebih baik. Ancaman terhadap anak pada saat ini baik ancaman fisik, mental maupun sosial ternyata lebih serius dibanding pada waktu-waktu yang lalu.

Secara umum, anak perlu dilindungi dari : Pertama, keadaan darurat atau keadaan yang membahayakan. Kedua, kesewenangwenangan hukum. Ketiga, eksploitasi termasuk tindak kekerasan (abuse) dan penelantaran. Keempat , diskriminasi. Komite Hak Anak PBB, dalam pedoman laporan untuk Negara Peserta mengkategorikan anak-anak yang membutuhkan upaya perlindungan khusus tersebut, yakni :

1. Anak yang berada dalam situasi darurat, yakni pengungsi anak dan anak yang berada dalam situasi konflik bersenjata.


(41)

2. Anak yang mengalami masalah dengan hukum.

3. Anak yang mengalami situasi eksploitasi, meliput i eksploitasi ekonomi, penyalahgunaan obat dan substan, eksploitasi seksual, penjualan dan perdagangan.

4. Anak yang berasal dari kelompok minoritas dan masyarakat adat.

Pihak-Pihak Terkait dengan Konvensi Hak Anak

Dalam Hak Asasi Manusia, manusia memiliki hak, sedang kewajiban berada di tangan Negara. Kekhususan Konvensi-Konvensi di bidang Hak Asasi Manusia sebagai suatu bentuk Perjanjian Internasional ialah bahwa Negara yang melakukan ratifikasi konvensi dimaksud saling berjanji untuk terikat pada kewajibannya guna memberikan hak kepada manusia yang berada di dalam

wilayah hukum negara bersangkutan. Dalam Konteks tersebut, pihak-pihak yang terkait dengan Konvensi Hak Anak, pada dasarnya meliputi :

1. Anak sebagai pemegang Hak;

2. Negara sebagai pihak yangberkewajiban memenuhi hak anak.

Namun, karena Konvensi Hak Anak menempatkan keluarga atau keluarga pengganti dalam posisi sentral bagi pemenuhan hak anak, maka pihak orang tua atau keluarga dan masyarakat pada umumnya mempunyai tanggung jawab dalam pemenuhan hak anak. Negara berarti pihak yang diberi mandat untuk mewakili negara untuk menyelenggarakan negara, untuk membuat atau mengubah undang-undang dan peraturan-peraturan, untuk merumuskan dan menjalankan kebijakan administrative serta mengatur kehidupan masyarakat. Ini berarti mencakup pihak eksekutif (pemerintah), legislatif dan yudikatif. Dalam Konteks Konvensi Hak


(42)

Anak, orang tua/keluarga atau keluarga pengganti serta masyarakat dewasa bertanggung jawab (bukan berkewajiban) memenuhi hak anak.

Langkah-Langkah Implementasi Umum

Suatu Negara yang meratifikasi Konvensi Hak Anak wajib memenuhi semua ketentuan dalam Konvensi Hak Anak, kecuali bila negara tersebut melakukan reservasi ketentuan dalam Konvensi Hak Anak. Dalam kondisi demikian, maka negara tidak terikat untuk melaksanakan ketentuan yang direservasinya, namun reservasi bisa ditarik kapan saja dengan pemberitahuan resmi (Konvensi Hak Anak Pasal 51 ayat 3) Yang berkewajiban dalam mengimplementasikan Konvensi Hak Anak adalah negara yang meratifikasi Konvensi Hak Anak tersebut, dalam hal ini adalah para penyelenggara negaralah yang mempunyai wewenang untuk mengimplementasikan Konvensi. Walaupun Konvensi ini menempatkan peranan keluarga dan masyarakat pada posisi yang sentral dalam pemenuhan hak anak. Langkah-langkah implementasi umum adalah langkah-langkah umum yang seharusnya diambil oleh Negara Peserta yang secara umum bertujuan untuk meningkatkan kondisi hak anak di Negara bersangkutan.

Langkah-langkah implementasi umum antara lain meliputi : 1. Niat untuk menarik reservasi.

2. Upaya menyesuaikan legislasi nasional terhadap prinsip dan ketentuan Konvensi Hak Anak.

3. Upaya perumusan strategi nasional bagianak yang secara komprehensif mengacu pada kerangka Konvensi Hak Anak berikut penetapan tujuantujuannya.


(43)

4. Penerjemahan Konvensi Hak Anak ke dalam bahasa nasional dan bahasa daerah serta penyebarluasan Konvensi.

5. Penyebarluasan laporan yang disiapkan oleh pemerintah berikut kesimpulan dan rekomendasi yang diberikan oleh Komite Hak Anak terhadap Laporan pemerintah.

6. Dan lain-lain.

Pelanggaran Hak Anak

Sehubungan karena Konvensi Hak Anak mengandung hak-hak sipil politik dan hak-hak ekonomi sosial budaya sekaligus dalam pasal-pasalnya, maka yang dimaksud sebagai pelanggaran di dalam Konteks Konvensi Hak Anak bisa berarti dua macam. Pertama, Jika negara melakukan tindakan baik tindakan legislatif, administratif, atau tindakan lainnya yang seharusnya tidak dilakukan, misalnya melakukan penyiksaan atau mengintersepsi hak anak untuk memperoleh informasi. Ini merupakan suatu bentuk pelanggaran yang nyata. Kedua, Non Compliance, yaitu negara tidak melakukan tindakan, baik tindakan legislatif, administratif atau tindakan lain yang diisyaratkan oleh Konvensi Hak Anakbagi pemenuhan Hak Anak, khususnya yang berhubungan dengan hak ekonomi, Secara umum yang dimaksud dengan pelanggaran dalam Konvensi Hak Anak diukur dari compliance atau pemenuhan negara terhadap kewajiban-kewajibannya. Namun, sekalipun Konvensi Hak Anak mengikat secara yuridis namun belum ada mekanisme yuridis untuk pemberian sanksi bagi negara yang melakukan pelanggaran. Sejauh ini sanksi yang bisa diberikan kepada Negara yang melanggar Konvensi Hak Anak


(44)

berupa sanksi Moral dan sanksi Politis, bias dalam bentuk embargo bantuan ekonomi, pengucilan, mempermalukan di tingkat Internasional, dll.

Jika pelanggaran dilakukan oleh orang tua atau anggota masyarakat, maka Negara berkewajiban menjamin agar anggota masyarakat tidak melakukan pelanggaran hak anak atau menjamin agar jika terjadi pelanggaran seperti itu, maka pelaku harus mempertanggungjawabkan tindakannya dan korban dibantu pemulihannya. Hal ini bisa dilakukan dengan menyelaraskan perundangan dan peraturan nasional sesuai Konvensi Hak Anak.

B . Defenisi Hak Anak Menurut PBB

Semua anak adalah aset bangsa13

Sayangnya, tidak semua anak mempunyai kesempatan yang sama dalam merealisasikan harapan dan aspirasinya. Banyak diantara mereka yang beresiko tinggi untuk tidak tumbuh dan berkembang secara sehat, mendapatkan pendidikan yang terbaik, karena keluarga yang miskin, orang tua bermasalah, diperlakukan salah (child abuse), ditinggal orang tua, sehingga tidak dapat menikmati hidup secara layak. Melihat posisi anak yang begitu penting,maka upaya panjang

. itulah ungkapan yang bermula dari pemikiran Itulah ungkapan yang bermula dari pemikiran anak sebagai objek dan subjek yang padanya melekat atribut seperti tunas bangsa, generasi penerus,penerima tongkat estapet pembangunan, pemimpin masa depan dan sebagainya. Berangkat dari pemikiran tersebut, kepentingan yang utama untuk tumbuh dan berkembang dalam kehidupan anak harus memperoleh prioritas yang sangat tinggi.

13


(45)

peningkatan kualitas tumbuh kembang anak berarti pula peningkatan kualitas sumber daya manusia masa depan. Pemenuhan jaminan kesehatan, gizi dan pendidikan pada masa anak menentukan banyak aspek kehidupan, termasuk kesehatan, intelektualitas, prestasi dan produktivitas dikemudian hari pada masa remaja dan dewasa.

dimarkas PBB bulan Mei 2002 ‘berilah aku dunia yang layak untuk hidup’. Mereka datang mewakili berbagai bangsa dan komunitas dengan membawa setumpuk permasalahan yang menyelimutinya. Ada yang menjadi korban peperangan, kekerasan, kemiskinan/kelaparan, bencana alam dan lainnya.

Efek semua ini dilihat dari masa lalu yang sangat mencemaskan bagi dunia, pada saat peperangan yang terjadi demi kepentingan Negara. oleh sebab itu PBB, berharap tinggi kepada anak-anak sebagai aspek penting suatu Negara,demi memajukan perkembangan secara global.

Dalam hal ini perlunya peranan dan kewajiban Negara dan Orang tua yang dalam lingkup sehari-hari membantu dan mendidik anak-anak agar tidak salah langkah dalam masa depannya serta kesadaran dari anak itu sendiri.


(46)

Dalam hal ini PBB menyatakan perlunya suatu Negara melakukan kewajibannya yang sebagai berikut :

1. Kewajiban menghormati ( The obligation to respect ) mengharuskan suatu Negara tidak melanggar Hak Asasi Manusia.

2. Kewajiban melindungi ( The obligation to protect ) mengharuskan Negara untuk melindungi setiap manusia dari tindakan pelangaran oleh pelaku non-negara.

3. Kewajiban memenuhi ( The Obligation to fulfill ) Negara harus menempuh tindakan untuk memenuhi hak anak.

4. Kewajiban memajukan ( The Obligation to promote ) Negara harus mendorong memudahkan anak-anak dalam menikmati hak-hak mereka. Dalam hal ini , Anak sebagai tanggung jawab Negara, yang secara pengertian yang dikatakan anak adalah “seseorang yang belum berusia 18

(delapan belas) tahun, termasuk anak dalam kandungan14

1. Jual-beli anak (trafficking).

.

Selain itu seorang anak berhak memperoleh atas suatu nama sebagai identitas diri suatu kewarganegaraan (KHA Ps.7 dan 8). Dari dasar kewajiban Negara inilah anak akan merasa mencapai dunianya yang lebih baik dan jauh dari hal-hal yang bersifat pelanggaran antara lain :

2. Diskriminasi sosial dan politik.

3. Kekerasan keluarga dan Negara (Peperangan)

14


(47)

Oleh karena itu bagi PBB seorang anak berhak mendapat Perlakuan yang Istimewa dalam suatu Negara seperti yang disyahkan PBB dalam “BEIJING RULES”, yang di syahkan melalui revolusi PBB NO. 40/33 tanggal 29 November 1985, mengenai “Peraturan Minimum Standar PBB tentang Peradilan Anak”.

Yang didalamnya terdapat perlindungan hukum terhadap anak ,dimana anak memperoleh Hak-hak istimewa dalam hukum seperti Hak Praduga tak bersalah

dan Hak perlindungan Privasi. Hak praduga tak bersalah bagi seorang anak ialah

memperoleh antara lain :

1. Hak untuk diberitahukan akan tuntutan hukumnya. 2. Hak untuk tetap diam.

3. Hak akan pengacara.

4. Hak akan kehadiran orang tua atau wali.

5. Hak untuk menghadapi dan memeriksa silang saksi-saksi. 6. Hak untuk naik banding.

Dan hak perlindungan privasi antara lain : 1. Tidak ada publikasi yang tidak pantas. 2. Tidak ada proses pen’cap’an.

Dari begitu banyaknya perlakuan istimewa dan begitu pentingnya anak-anak. Maka PBB terus berupaya untuk menjaga dan melindungi serta menghormati anak-anak dan hak-haknya sebagai aset penting suatu Negara.

C . Implementasi Konvensi Hak Anak di Indonesia

Sebagai instrumen internasional, Konvensi (atau Kovenan atau Pakta) bersifat mengikat. Negara sebagai konstituen PBB tidak bisa dipaksa untuk


(48)

menyetujui suatu Konvensi. Pengikatan diri kedalam Konvensi bersifat sukarela. Namun sekali suatu Negara mengikatkan diri, maka ia berkewajiban untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Konvensi.

Dalam berbagai pakta utama menyangkut HAM (misalnya dalam dua Kovenan Utama, Konvensi Anti Penyiksaan, Konvensi Anti Diskriminasi Rasial, Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita, Konvensi Hak Anak), mekanisme implementasinya diatur begitu rupa hingga bisa dipantau oleh PBB.

Dewasa ini, mekanisme pemantauan telah mengalami peningkatan sehingga bukan hanya PBB yang notabene konstituennya adalah Negara , namun juga berbagai sektor dalam masyarakat sipil dengan dimotori oleh NGO telah dilibatkan dalam mekanisme pemantauan. Perkembangan jumlah NGO yang memperoleh akreditasi PBB dalam mekanisme pemantauan HAM telah meningkat dalam kurun hampir setengah abad terakhir. Pada 1948 ketika Deklarasi Universal dicanangkan, tercatat 15 NGO yang terlibat dalam proses perumusannya.

Pada 1993, sebanyak 1500 NGO dengan status konsultatif yang berpartisipasi dalam Kongres Hak Asasi Manusia Sedunia di Wina. Meluasnya gerakan hak asasi manusia ini diapresiasi oleh Theo van Boven, mantan Direktur UN Center for Human Rights, sebagai perkembangan yang memberi harapan Ini lebih dari sekedar bukti simbolik atas universalitas konstituensi HAM.

Berdasarkan Pasal 44 KHA sebagaimana telah disebut dalam Bagian I di atas, Negara Peserta diwajibkan menyerahkan laporan awal setelah 2 tahun sejak meratifikasi, dan selanjutnya setiap 5 tahun sekali.


(49)

Laporan berisi usaha-usaha yang telah dilakukan oleh Pemerintah dalam mengimplementasikan hak anak. Dalam kasus Indonesia, Laporan awal jatuh tempo pada 4 Oktober 1992, dan laporan perodik pertama semestinya telah jatuh tempo pada (4 Oktober) 1997. Namun Indonesia sejauh ini baru menyerahkan laporan perdana dan belum menyerahkan laporan periodik pertama.

Laporan awal Republik Indonesia setebal 20 halaman (CRC/C/3/Add.10), berisi substansi yang disusun sesuai Panduan Komite. Laporan ini sebenarnya diharapkan untuk memberikan informasi mengenai langkah-langkah yang diambil dalam rangka implementasi KHA berikut faktor dan kesulitan yang dihadapi dalam kurun 2 tahun (5 Oktober 1990 - 4 Oktober 1992) sejak berlakunya KHA di Indonesia.

Secara Garis besar isi laporan awal indonesia antara lain, mengenai

langkah-langkah implementasi umum. Tentang upaya menyelaraskan perundangan dan kebijakan nasional dengan ketentuan-ketentuan Konvensi: Sejak dideklarasikannya Tahun Anak Internasional (1979), Indonesia telah mengembangkan berbagai legislasi untuk meingkatkan kesejahteraan anak. Perundang-undangan dimaksud meliputi UU Kesejahteraan Anak (1979), UU

Sistim Pendidikan Nasional (1989), UU Kependudukan (1992). Selain itu

disebutkan beberapa UU yang berkaitan dengan perlindungan anak, seperti UU

Perkawinan (1974) dan UU Perburuhan (1948).

Selanjutnya dijelaskan bagaimana perundang-undangan di atas cukup kondusif bagi perlindungan dan pengembangan anak. Setelah meratifikasi KHA, dikatakan bahwa Indonesia terus mencoba meningkatkan perundangan nasional yang berhubungan dengan anak. Misalnya UU perlindungan anak dalam kasus


(50)

perceraian orang tua dan Edaran Mahkamah Agung No. 6/1983 mengenai adopsi Tentang mekanisme untuk mengimplementasikan ketentuan hak-hak anak di tingkat nasional, provinsi dan lokal: Dikatakan bahwa ketentuan-ketentuan hak anak telah diintegrasikan ke dalam program-program pembangunan nasional, baik yang dilakukan oleh pihak pemerintah, swasta maupun komunitas. Disebutkan tentang tujuan dari Instruksi Presiden No. 2/1989 tentang Kesejahteraan Anak. Selanjutnya dikemukakan tentang peranan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat.

Mengenai Prinsip-prinsip Umum. Tentang prinsip non-diskriminasi

dikatakan bahwa UU Kesejahteraan Anak menjamin bahwa bantuan dan pelayanan kepada anak adalah merupakan hak anak tanpa memperhatikan jenis kelamin, agama, suku, ras, status sosial dan status ekonomi anak. Tentang prinsip yang terbaik bagi anak dikatakan bahwa menurut pasal 34 UUD ?45 Negara bertanggungjawab terhadap orang miskin dan anak terlantar. Dikatakan pula bahwa menurut nilai-nilai alamiah dan tradisi setiap keluarga Indonesia memberikan nilai yang tinggi kepada anak sebagai asset keluarga dan bahwa pandangan ini tercermin dalam berbagai perundangan nasional khususnya dalam pasal 45 UU Perkawinan (tidak ada keterangan lebih lanjut tentang UU lainnya yang mana saja). Selanjutnya dikatakan bahwa hambatan utama dalam mewujudkan prinsip yang terbaik bagi anak ialah faktor kemiskinan sebagai negara berkembang. Namun dikatakan upaya mengentaskan kemiskinan melalui Instruksi Presiden. Tentang prinsip hak hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan dikemukakan bahwa dasar Negara Pancasila menjamin hak hidup bagi setiap warganegara dan bahwa prinsip ini terkandung dalam berbagai perundangan nasional termasuk UU Kesejahteraan


(51)

Anak yang telah disebut dimuka. Namun begitu diakui bahwa tingkat kematian bayi dan balita masih tinggi dan untuk itu Pemerintah memandang bahwa program-program kelangsungan hidup dan perkembangan sangatlah penting. Dikemukakan bahwa pada tingkat nasional telah diluncurkan program Dekade Anak yang tujuannya untuk mendidik komunitas khususnya keluarga bahwa anak adalah aset yang berguna baik bagi keluarga maupun bagi sumberdaya pembangunan di masa depan. Akhirnya disebutkan bahwa Pemerintah Standing Committees on Child Welfare baik tingkat nasional maupun propinsi. Tentang prinsip penghargaan terhadap pandangan anak dikemukakan bahwa secara tradisional kehidupan masyarakat di Indonesia memang paternalistik. Namun seiring dengan kemajuan yang datang bersama dengan proses pembangunan maka terjadi pula perubahan pola hubungan antara anak dengan orangtua yang mengarah kepada pola yang lebih demokratis. Dan sejalan dengan perkembangan tersebut, UU sistim pendidikan nasional memberi kesempatan kepada anak untuk menyampaikan pendapatnya melalui organisasi OSIS, dimana para murid mempunyai hak untuk mengemukakan pendapat. Lalu dikatakan bahwa , Pada saat yang sama para murid juga berkewajiban untuk menghormati masyarakat. Inilah interpretasi dari konsep hak asasi manusia terpadu di Indonesia

Mengenai hak sipil dan kemerdekaan. Tentang hak anak atas identitas

dikemukakan bahwa Menurut UU Perkawinan dan UU kewarganegaraan, setiap anak akan mendapatkan kewarganegaraan Indonesia tanpa memandang dimana ia dilahirkan, apakah didalam atau diluar wilayah Indonesia.

Setiap anak berhak atas identitas kewarganegaraan. Anak yang lahir di luar nikah akan memperoleh kewarganegaraan ibunya. Tentang hak anak untuk


(52)

mempertahankan identitas dikemukakan bahwa Komponen identitas meliputi nama, kebangsaan, warna kulit, dan jenis kelamin. Identitas ini dilindungi oleh undang-undang dan tak seorangpun akan memaksa anak untuk melepaskan identitasnya.

Tentang kebebasan berekspresi dikemukakan bahwa Implementasi pasal 13 Konvensi di Indonesia sesuai belaka dengan UU Sistim Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk menyampaikan pikiran dan harapannya selama proses belajar. Selanjutnya dikatakan bahwa dalam budaya tradisional anak-anak kurang mendapat kesempatan untuk menyatakan pendapatnya. Namun, Dalam struktur formal misalnya dalam sistim sekolah, Pemerintah mencoba mendorong kebebasan berekspresi sebagai bagian dari program pengembangan rasa percaya diri melalui pembentukan OSIS dan Pramuka.

Tentang akses kepada sumber informasi dikemukakan bahwa anak-anak Indonesia menerima informasi yang layak dari berbagai bahan bacaan, radio dan televisi. Namun untuk melindungi anak dari informasi berbahaya yang bertentangan dengan filosofi dan ideologi nasional, UU Penerbitan melarang bahan bacaan, video dan kaset tertentu khusus yang mengenai pornografi.

Beberapa kesulitan dihadapi oleh Indonesia dewasa ini karena diperkenalkannya teknologi satelit yang memancarkan program-program asing yang tidak sesuai dengan anak-anak Indonesia karena program-program tersebut vulgar, penuh kekerasan dan mengandung unsur sex dan sebagainya. Tentang kebebasan berpikir, berhati-nurani dan beragama dikemukakan bahwa


(53)

Implementasi pasal 14 Konvensi ini dilakukan sejalan dengan pasal 4 UU Sistim Pendidikan Nasional.

Selanjutnya dikatakan bahwa terdapat 5 agama di Indonesia berhak dan bebas untuk menjalankan ibadah agama apapun menurut keyakinan masing-masing. Tentang kebebasan berserikat dan berkumpul dengan damai dikemukakan bahwa UUD 45 menjamin hak ini.

Pelaksanaan Konstitusi dijalankan sesuai UU mengenai Partai Politik dan UU No. 8/1985 tentang organisasi sosial. Selanjutnya dikemukakan bahwa Pada kenyataannya, anak-anak Indonesia mempunyai perserikatan sendiri, yakni OSIS dan Pramuka. Setiap tahun OSIS dan Pramuka melangsungkan pertemuan nasional guna membahas program kegiatan dan sebagai suatu forum untuk bertukar pikiran dan gagasan. Tentang perlindungan atas kehidupan pribadi, dikemukakan bahwa menurut Pancasila, Indonesia menghargai hak setiap individu termasuk kehidupan pribadinya sebagai warganegara. Namun begitu, Indonesia mempunyai persepsi sendiri tentang hak asasi manusia, yang sejalan dengan konsep keterpaduan. Setiap warganegara punya hak, namun juga punya kewajiban sebagai anggota masyarakat. Lalu dikatakan selanjutnya bahwa Perlindungan atas kehidupan pribadi anak-anak di Indonesia, dalam hubungannya dengan kehidupan pribadi keluarga, sesuai dengan persepsi terpadu tersebut. Tentang hak untuk bebas dari penyiksaan, dikemukakan bahwa pasal 45 KUHP menetapkan ancaman hukuman bagi penyiksaan atau kekejaman lain, termasuk pemukulan, terhadap anak. Namun begitu, masih banyak kecelakaan yang terjadi di tengah keluarga dan masyarakat yang terlepas dari jerat hukum, karena rendahnya kesadaran masyarakat untuk melaporkan kejadian seperti itu pada aparat yang berwewenang.


(54)

Mengenai lingkungan keluarga dan pengasuh penganti, Tentang

bimbingan dan tanggung jawab orangtua dikemukakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari dan menurut UU Perkawinan orangtua bertanggungjawab atas sosialisasi anak-anaknya.

Menurut pasal 9 UU Kesejahteraan Anak, orangtua bertanggungjawab penuh atas pengembangan kesejahteraan anak baik fisik, mental maupun spiritual. Bimbingan dan tanggungjawab orangtua untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia telah diintegrasikan kedalam suatu program yang dikenal sebagai Bina Keluarga Balita. Pemerintah sangat berhasrat untuk membantu keluarga berpenghasilan rendah.

Di wilayah pedesaan, pemerintah melancarkan program khusus yang Disebut inpres kesehatan Tentang keterpisahan dari orangtua dikemukakan bahwa pada dasarnya anak-anak berhak untuk hidup bersama orangtuanya. Karena Indonesia menganut norma-norma keluarga besar dan karena pengaruh agama dan tradisi serta berdasarkan semangat Pancasila, ketika anak terpisah dari orangtuanya akibat masalah tertentu, keluarganya akan mengambil alih pengasuhan anak.

Jika anak tidak punya keluarga, maka Pemerintah dan masyarakat akan mengambil alih pengasuhan anak.

Disebutkan bahwa ada sekitar 4.305 foster care center (panti asuhan diindonesia). Tentang reunifikasi keluarga disebutkan bahwa menurut UU perkawinan, Pemerintah menjamin reunifikasi keluarga. Lalu dikatakan bahwa karena Indonesia tidak berpengalaman dalam menangani masalah pengungsi selain yang berkenaan dengan manusia perahu di Pulau Galang, Indonesia akan belajar dari Negara lain.


(55)

Tentang pemulihan pemeliharaan anak dikemukakan bahwa menurut pasal 34 UUD 45 pemerintah bertanggungjawab untuk mengurus orang miskin dan anak terlantar, yang penanganannya diurus oleh Departemen Sosial. Tentang anak-anak yang terpisah dari keluarganya dikemukakan bahwa menurut pasal 10 dari UU Kesejahteraan Anak, Negara bertanggungjawab untuk memelihara anak-anak yang terpisah dari kehidupan keluarganya baik secara sementara maupun secara permanen. Dikemukakan mengenai peran serta masyarakat melalui panti-panti asuhan. Dikatakan pula mengenai upaya Pemerintah yang telah mendirikan Yayasan Dharmais untuk mengasuh anak-anak yang terpisah dari keluarganya.

Tentang adopsi dikatakan bahwa walaupun belum ada UU mengenai adopsi, namun adopsi berjalan dengan lancar. Untuk melindungi anak-anak yang diadopsi, Departemen Sosial diberi kewenangan khusus untuk menujuk beberapa institusi guna menyelenggarakan adopsi antar-negara.

Tentang pengalihan tangan secara ilegal dan anak yang terdampar, dikemukakan bahwa berhubung pemidah-tanganan secara ilegal biasanya terjadi lewat adopsi antar negara dan karena jumlah kasusnya sangat kecil, Indonesia tidak mempunyai pengalaman untuk membuat laporan tentang hal ini. Tapi menurut pasal 297 KUHP, pemindah-tanganan secara ilegal adalah melanggar hukum. Tentang kekerasan dan penelantaran, dikemukakan bahwa untuk melindungi anak dari segala bentuk kekerasan dan penelantaran fisik, mental, kekejaman, cidera, berbagai UU telah diberlakukan seperti KUHP pasal 301, UU Kesejahteraan Anak, dan khusus untuk penyalah gunaan obat dikeluarkan Inpres No. 6/1971. Namun karena rendahnya tingkat kesadaran masyarakat, kekerasan dan penelantaran anak masih banyak dijumpai di tengah masyarakat.


(56)

Lalu dikemukakan bahwa untuk mencegah dan meminimalkan kasus-kasus seperti itu, Pemerintah telah menyelenggarakan seminar mengenai kekerasan terhadap anak yang diselenggarakan oleh Dharma Wanita pada bulan Juli 1992, yang dihadiri oleh 500 peserta. Suatu program yang ditujukan kepada anak jalanan juga telah dilangsungkan dengan “nama Esok Penuh Harapan”, Mengenai peninjauan periodik atas program penempatan, dikemukakan bahwa Indonesia belum punya pengalaman untuk melaporkan hal ini.

Mengenai Kesehatan dan Kesejahteraan Dasar, Tentang kelangsungan

hidup dan perkembangan dikemukakan bahwa melalui rencana pembangunan lima tahun secara reguler dan konsisten, Pemerintah telah menyelenggarakan program-program guna meningkatkan kelangsungan hidup dan perkembangan anak. Puskesmas dan SD (Inpres) telah didirikan di seluruh negeri. Tingkat kematian bayi telah menurun, begitu pula dengan angka kematian balita. Sebaliknya, tingkat partisipasi sekolah telah meningkat (untuk kedua hal ini diberikan data-data kuantitatif penulis). Tentang anak-anak cacat dikemukakan bahwa menurut Konstitusi, anak-anak cacat mempunyai hak yang sama seperti anak-anak lainnya. Sekolah-sekolah khusus telah didirikan untuk mereka, dan saat ini terdapat 200 sekolah khusus dengan 350.000 anak-anak cacat.

Namun dikemukakan bahwa rakyat masih enggan untuk menyekolahkan anak-anak mereka yang cacat. Dinyatakan juga program yang diluncurkan di Surakarta, Community-based Diagnostic and Rehabilitation Programme for Disabled Children melalui mana pemerintah berharap untuk dapat memberikan pelayanan secara lebih luas. Tentang kesehatan dan pelayanan kesehatan, dikemukakan bahwa pemerintah menyadari pentingnya pengurangan angka


(57)

kematian bayi dan balita. Menurut pasal 4 UU Kesehatan No. 23/1992, setiap orang berhak atas standar kesehatan tertinggi dan hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Suatu sistim pelayanan kesehatan yang komprehensif untuk memberikan (program) kesehatan ibu dan anak, nutrisi, penyediaan air bersih, imunisasi, pendidikan kesehatan, keluarga berencana dan kampanye pemberian ASI. Tentang jaminan sosial dikemukakan bahwa dengan faktor tradisi dan agama, jaringan keluarga merupakan institusi utama yang menjamin kelangsungan hidup dan perkembangan anak. Diakui bahwa Indonesia masih mencari suatu sistim jaminan sosial secara nasional. Namun dikatakan bahwa sudah ada sistim bagi kelompok tertentu misalnya bagi pegawai negeri dan anggota militer. Juga dikembangkan sistim dana sehat bagi ibu-ibu dan balita di wilayah pedesaan. Tentang standar kehidupan, dikemukakan bahwa pada tahun 1990, pendapatan per kapita di Indonesia sebesar 550 dollar, dan konsumsi kalori per hari sebesar 2015 kalori, sedang konsumsi protein mencapai 48 gram/kapita/hari. Dikatakan bahwa 54% dari balita di Indonesia bergizi baik, dan hanya 1% dari antara balita keluarga miskin yang bergizi buruk yang umumnya terjadi di wilayah terpencil Akibat kurang pengetahuan tentang masalah gizi.

Mengenai Pendidikan Waktu Luang dan Kegiatan Budaya, Tentang

pendidikan, latihan dan bimbingan dikemukakan bahwa UUD 45 menyatakan secara eksplisit bahwa pemerintah berkewajiban untuk menyelenggarakan satu sistim pendidikan nasional yang tunggal. Pada tahun 1989 telah diberlakukan UU Pendidikan Nasional yang komprehensif. Tujuan dari pendidikan nasional ialah

untuk meningkatkan kapasitas intelektual rakyat dan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, sebagai manusia beriman yang takut kepada Tuhan YME dan


(58)

berbadan serta mental yang sehat, berkepribadian yang solid dan merdeka serta mempunyai rasa tanggungjawab yan sejati terhadap bangsa dan masyarakat.

Selanjutnya dikatakan bahwa pemerintah menjadi sumber dana utama bagi kegiatan pendidikan. Semua sekolah negeri mengikuti satu kurikulum tunggal yang dikembangkan oleh Depdikbud, sedang sekolah agama dibawah supervisi Depag. Selanjutnya dikatakan bahwa di sekolah negeri pendidikan diberikan secara cuma-cuma namun banyak juga angka drop-out, mungkin karena alasan ekonomi dimana anak-anak dibutuhkan untuk membantu mencari nafkah. Dikatakan bahwa menurut UU Pendidikan Nasional semua sekolah harus punya perpustakaan, namun masih sedikit sekolah yang punya perpustakaan. Sebagai gantinya murid-murid pergi ke perpustakaan kabupaten, perpustakaan di mesjid-mesjid dan perpustakaan keliling yang terjun ke desa-desa. Tentang waktu luang dan kegiatan budaya dikemukakan bahwa bermacam ragam kegiatan sport dan kesenian tersedia di luar sekolah: OSIS, Pramuka dan Karang Taruna. Selanjutnya dikatakan bahwa Pramuka bertujuan untuk mengembangkan watak dan jiwa patriotik anak-anak muda. Dikatakan pula bahwa gerakan ini bersifat politis, militer dan non-sektarian. Akhirnya dikatakan bahwa sehubungan dengan UU Kesejahteraan Anak, pemerintah telah menawarkan berbagai kesempatan kepada komunitas, LSM dan organisasi-organisasi lain untuk membangun dan menyediakan sarana olahraga di setiap wilayah pemukiman khususnya di daerah pemukiman yang baru dibangun.

Mengenai Definisi Anak. Dikemukakan bahwa definisi anak menurut

sistim perundangan di Indonesia bervariasi antara 16-21 tahun (masing-masing UU Perkawinan dan UU Kesejahteraan Anak). Patut dicatat pernyataan dalam laporan, Hakikat dari definisi ini ialah untuk memberikan perlindungan, bimbingan dan


(59)

dukungan maksimum kepada anak. agar bisa tumbuh secara optimal dalam kondisi bagaimanapun. Dikatakan pula bahwa dalam tingkat tertentu berbagai aturan lokal telah diberlakukan guna melindungi anak dari kekerasan serta pengaruh kondisi tertentu seperti pornografi dsb. Kemudian dikatakan bahwa dalam hal ini definisi anak bervariasi antara 14-18 tahun. Mengenai batas umur legal untuk mengkonsumsi alkohol, dikatakan bahwa Indonesia tidak memerlukan aturan khusus tentang hal itu karena mayoritas rakyatnya adalah Muslim yang dilarang meminum minuman beralkohol. Kontrol masyarakat sudah memainkan peran yang besar dalam pencegahan terjadinya penyalah-gunaan alkohol dikalangan anak-anak.

Mengenai Langkah-langkah Perlindungan Khusus, Tentang pengungsi

anak dikemukakan bahwa Indonesia tidak menyiapkan secara khusus UU yang mengatur masalah pengungsi. Arus kedatangan orang asing diatur dengan UU keimigrasian. Selanjutnya disampaikan bahwa pemerintah mempunyai komitmen untuk membantu anak-anak atas dasar kemanusiaan, yakni perawatan kesehatan dasar bagi balita, pendidikan dan kegiatan sosial agar anak-anak bisa hidup secara normal. Tentang anak-anak yang berada dalam situasi konflik bersenjata dikemukakan bahwa Untungnya, sejak 1966 situasi politik, sosial dan ekonomi di Indonesia telah stabil. Maka dari itu, Indonesia tidak mempunyai pengalaman dalam memberikan pelayanan bagi anak-anak yang berada di wilayah konflik bersenjata. Sementara itu, menurut pasal 3 dari UU Kesejahteraan Anak, dalam setiap keadaan termasuk dalam keadaan darurat, anak-anak harus mendapatkan prioritas perlindungan. Tentang anak-anak yang bermasalah dengan hukum dikemukakan bahwa pemerintah tengah menyiapkan UU Pengadilan Anak.


(60)

Sementara ini telah dibentuk suatu badan yang berfungsi memberikan bimbingan sosial bagi masalah pengadilan, bimbingan bagi anak untuk menjadi warganegara yang baik, dan membantu anak dalam beracara di pengadilan. Khusus untuk perenggutan kemerdekaan dikemukakan bahwa perenggutan kemerdekaan diatasi dengan pendekatan edukatif, Sedang mengenai penjatuhan hukuman dikatakan bahwa hukuman mati dan penjara seumur hidup hanya diberlakukan bagi orang dewasa, sedang anak-anak hanya dihukum penjara maksimum selama 15 tahun. Tentang anak-anak yang berada dalam situasi eksploitasi ekonomi dikemukakan bahwa UU perburuhan menetapkan batas umur 14 tahun. Perlindungan diberikan kepada jenis pekerjaan khusus sepeti di pertambangan dsb. Untuk melindungi lebih lanjut, ada perlindungan menyangkut jam kerja, dimana anak tidak boleh dipekerjakan lebih dari 4 jam sehari. Diakui bahwa akibat kemiskinan dan karena tradisi gotong royong, Indonesia menghadapi masalah dengan anak-anak yang bekerja di sektor informal. Tentang penyalah-gunaan obat dikemukakan bahwa UU nasional untuk perlindungan dan pencegahan penyalah-gunaan narkotika sudah diberlakukan sejak 1976 dan diikuti dengan keputusan menteri kesehatan no. 363.

Sementara untuk mencegah penyalah-gunaan narkotika di kalangan anak sekolah telah dikeluarkan Edaran Bersama antara Mendikbud dan Menkes No. 388/1980. Dikatakan bahwa di Indonesia, jumlah kasus pelanggaran relatif kecil. Dikatakan pula bahwa partisipasi komunitas dan tokoh agama sangat besar dalam pencegahan, penyembuhan dan rehabilitasi korban. Tentang eksploitasi dan kekerasan seksual terhadap anak dikemukakan bahwa menurut definisi, kedewasaan untuk terlibat dalam prostitusi ialah 16 tahun. Dikeukakan pula bahwa berkat pengaruh agama dan kontrol masyarakat yang kuat maka prostitusi dan


(1)

Thailand dan Myanmar baru menandatangani Treaty tersebut pada ASEAN

Summit Ke-11 di Kuala Lumpur pada bulan Desember 2005.

e) Presiden Republik Indonesia dan Perdana Menteri Malaysia mengeluarkan Pernyataan Bersama (Joint Statement) pada Januari 2006, di Bukittinggi, Provinsi Sumatera Barat yang isinya mengutuk praktik-praktik perdagangan orang (trafficking in persons) sebagai kejahatan yang kejam terhadap kemanusiaan dan menyatakan akan meningkatkan kerjasama antara kepolisian masing-masing negara untuk memerangi perdagangan orang dan juga lembaga-lembaga sosial dunia.

Indonesia menjamin hak setiap anak untuk memperoleh perlindungan dari kegiatan eksploitasi ekonomi dan setiap pekerjaan yang membahayakan dirinya, sehingga dapat mengganggu pendidikan, kesehatan fisik, moral, kehidupan sosial dan mental spiritualnya.23

Data Sakernas 2004 menginformasikan jumlah anak yang bekerja pada usia 10-17 tahun mencapai 2.865.073 orang yang terdiri dari 1.734.125 anak laki-laki dan 1.130.948 anak perempuan.

Namun kenyataan di lapangan, hak anak tersebut belum terpenuhi secara sistematik dan berkelanjutan.

24

23

Pasal 64 Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

24

Laporan Sakernas 2004, Badan Pusat Statistik

Persentase anak yang bekerja di sektor pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan sebesar 55,06 persen, di sektor perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel sebesar 17,05 persen, di industri pengolahan sebesar 13,22 persen, di sektor jasa kemasyarakatan sebesar 8,17 persen, di sektor angkutan, pergudangan, dan komunikasi sebesar 2,37 persen, di sektor pertambangan sebesar 1,34 persen, di sektor bangunan sebesar 1,94 persen, di


(2)

sektor listrik, gas dan air sebesar 0,04 persen, dan di sektor keuangan, asuransi, usaha persewaan sebesar 0,08 persen. Sedangkan pada tahun 2005 , jumlah anak yang bekerja di Indonesia telah mencapai 35,0 juta orang, menunjukkan terjadi peningkatan sebesar 0,13 % jika dibandingkan dengan tahun 2003.

Indonesia telah mengambil prakarsa untuk mendorong berbagai pihak mengambil langkah-langkah yang diperlukan dan berperan aktif dalam setiap upaya melaksanakan Rencana Aksi Nasional Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak.25 Upaya tersebut dilakukan melalui penyelenggaraan bimbingan teknis, lolakarya, seminar maupun future research di berbagai provinsi dan kabupaten/kota. Pemerintah bekerjasama dengan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dan Organisasi luar,salah-satunya UNICEF telah menyosialisasikan Rencana Aksi Nasional tersebut di 11 provinsi.

Pemerintah Indonesia sedang mengembangkan materi komunikasi, informasi dan edukasi untuk mencegah adanya pekerja rumah tangga anak (PRTA) bagi para pengguna jasa, orang tua dan para pemangku kepentingan,dengan bantuan dari pengembang yang telah dilakukan UNICEF agar anak-anak dapat terlindungi. Selain itu pemerintah juga melakukan perlindungan khusus bagi anak-anak yang terlanjur menjadi PRTA sesuai dengan kebutuhan mereka agar tidak tereksploitasi di tempat dia bekerja, misalnya dengan cara meningkatkan kemampuan anak, pembinaan dan pemantauan agar mereka memiliki pilihan lain dan bila mungkin berhenti menjadi PRTA.

25

Keputusan Presiden Nomor 59 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

BAB I : Pada bab ini menjelaskan mengenai permasalahan-permalsahan yang akan dibahas sebagai study pustaka skripsi ini,dimana pada bab ini sebagai dasar untuk melanjutkan permasalahan yang akan dibahas.

BAB II : sebagai lembaga dunia UNICEF merupakan tameng khusus bagi anak-anak yang ada di seluruh dunia, dengan mandatnya segera diperluas untuk membantu anak-anak yang hidupnya telah beresiko dinegara berkembang. Selain sebagai aktif melindungi ,UNICEF juga aktif sebagai guru besar untuk menyebarluaskan pentingnya anak-anak ke seluruh dunia.

Baik dalam penerapan hukumnya ,UNICEF mengadopsi Konvensi hak anak sebagai pedoman hukum untuk di terapkan diseluruh Negara-negara yang butuh penanganan khusus dalam hal anak.sehinga anak sebagai masa depan kita dapat tumbuh dan menikmati dunianya.oleh karena itu diperlukan penerapan pada KHA tersebut.

BAB III : bab ini menjelaskan mengenai dasar-dasar konvensi hak anak dimana tujuan dari konvensi hal anak sebagai dasar untuk menciptakan perlindungan pada anak-anak yang merasa medapatkan perlakuan yang tidak sesuai untuk batasan umurnya.

BAB IV : permasalahan pada bab ini menjelaskan mengenai hal-hal yang menjadi tujuan UNICEF di indonesia dengan pegangan hukum konvensi hak anak untuk melaksanakan tugas-tugasnya,sebagai organisasi dunia yang memerangi diskriminasi terhadap manusia termasuk anak.


(4)

B. SARAN

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan sebagai akhir penulisan skripsi ini ialah :

Sebagai manusia yang diciptakan dengan akal sehat,sebaiknya kita harus menjunjung tinggi rasa kemanusian. Karena manusia diciptakan saling melengkapi satu sama lain.

Oleh karena dasar itu kita wajib menjaga regenerasi kita melalui perlindungan terhadap anak-anak yang mengalami nasib yang tidak baik. Membangun dan menciptakan lingkungan yang nyaman merupakan tugas kita bagi anak-anak dan untuk anak-anak.

Negara secara universal merupakan tanggung jawab kita bersama.jadi perlu disadari ,membantu anak-anak bukan hanya tugas Negara saja,akantetapi melibatkan KITA sebagai orang-orang dewasa yang harus mengarahkan anak-anak dan menjaga anak-anak,agar anak-anak dapat menikmati dunianya. Caranya dengan memberi kasih sayang ,pengarahan kearah yang baik.sehingga anak-anak dapat berkembang menjadi lebih baik lagi.


(5)

DAFTAR PUSTAKA BUKU :

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. (2005). Penelitian Penyalahgunaan

dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia Tahun 2003 dan 2004. Jakarta:

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia.

Penelitian Masalah Narapidana Narkoba Di Lembaga Pemasyarakatan /Rumah Tahanan Negara tahun 2003 di dalam Badan Narkotika Nasional. (2005).

Penelitian Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba di Indonesia Tahun 2003 dan 2004. Jakarta: BNN, hal. 5-6.

Rudy,T.May,administrasi dan organisasi internasional, PT.Refika Aditama,Bandung,2005.

Siregar ,Hasnil Basri,Hukum Organisasi Internasional,Penerbitan : kelompok study hukum dan masyarakat,Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara,Medan,2007.

MAKALAH/JURNAL/MAJALAH :

Noviana,Nibe,Peranan UNICEF Dalam Bantuan Rehabilitasi Dan Rekrontuksi

Pasca Bencana Alam Gempa Bumi Di Kabupaten Nias Provinsi Sumatra Utara,tesis.

ATURAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN :

Undang-undang Republik Indonesia No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Undang-undang No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Keputusan President No 86 tahun 2002 tentang penghapusan ekploitasi seksual komersial anak.


(6)

Undang-undang No 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan Republik Indonesia. Keputusan Presiden No 59 tentang rencana aksi nasional

INTERNET-WEBSITE :

Margaret wachenfeld,brief history of children’s right’s and the role of unicef,http://kbi.gemari.or.id