Intervensi Kesehatan Masyarakat dalam Pe
Intervensi Kesehatan Masyarakat dalam Peningkatan Cakupan ASI Eksklusif di Wilayah
Puskesmas Sindang Barang Kota Bogor
Edwin Siswono1, Pujiyanto1, Utami Sulistyaningsih2, Rachma Rahim1, Rice Anggrayni1, Sindy Prabayuni1, I
Ketut Sudiatmika1, Ahmad Saribi Adi Putra1, Radhiatul Hayati Putri1, Zahrina1, Gusti Verawati Bugista2
1)
2)
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Gedung RIK Lantai 3, Kampus Baru UI Depok 16424
UPTD Puskesmas Sindang Barang Kota Bogor, Jalan Sirnasari IV No. 33 Bogor 16117
Abstrak
Kesehatan ibu dan anak adalah perhatian masyarakat secara global, tidak terkecuali bagi Indonesia. Pemberian ASI
eksklusif merupakan salah satu dari sekian fokus pemerintah dalam mengupayakan kesehatan masyarakat yang layak.
Manfaat pemberian ASI eksklusif sampai dengan umur 6 bulan dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit dan risiko
kematian. Target pemerintah sendiri dalam cakupan ASI eksklusif adalah 80%, namun beberapa wilayah masih belum
sesuai, khususnya cakupan ASI eksklusif di wilayah Puskesmas Sindang Barang di tahun 2012 hanya sebesar 34,3%.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor risiko yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dan upaya intervensi
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan cakupan. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan
sampel sebesar 99 ibu dengan bayi kurang dari 2 tahun dan kegiatan intervensi dilakukan melalui penelitian kualitatif
berupa focus group discussion dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan 32,3% ibu memberikan ASI eksklusif dan
rendahnya cakupan ini dipengaruhi oleh niatan ibu, dukungan suami, dan dukungan tenaga kesehatan. Output kegiatan
intervensi menghasilkan peningkatan pengetahuan ASI eksklusif kader kesehatan sebanyak 11,1% dan ibu sebesar 52,5%.
Kata kunci: ASI ekslusif, pengetahuan, niat ibu, dukungan suami, dukungan tenaga kesehatan
Abstract
Maternal and child health is still on public eye globally, including Indonesia. Exclusive breastfeeding is one of
government‟s priorities to increase a decent public health. The benefits of exclusive breastfeeding until aged 6 months is
able to protect babies from various diseases and mortality. Government‟s target in terms of exclusive breasfeeding rates is
80%, however some districts didn‟t meet the expectation, in particular the previous rates of exclusive breastfeeding in
Primary Health Center Sindang Barang Bogor, in 2012, was only at 34,3%. The study aimed to assess the risk factors of
exclusive breastfeeding practice and health intervention to improve exclusive breastfeeding rates. The study design is
cross-sectional and subjects are 99 mothers with babies aged under 2 years and qualitative assessment was conducted by
focus group discussion and observation. The result saw 32,3 % of mothers practicing exclusive breastfeeding and
mother‟s intention, husband support, healthworker suppport had influenced the low rates of exclusive breastfeeding.
Intervention resulted an output with the improvement of understandings among peer support and mothers, at 11,1% and
52,5% respectively.
Keywords: exclusive breastfeeding, knowledge, mother‟s intention, husband support, healthworker support
Pendahuluan
Terdapat 10 juta bayi di negara berkembang mengalami kematian dan 60% diantaranya dapat ditekan
risiko dengan cara memberikan nutrisi melalui ASI. Selain itu ASI juga bermanfaat untuk meningkatkan status
kesehatan bayi dimana 1,3 bayi dapat diselamatkan. UNICEF dan WHO memberikan rekomendasi untuk
memberikan ASI paling sedikit selama 6 bulan (WHO, 2005).
Pada umumnya kegagalan ASI eksklusif disebabkan oleh faktor bayi (BBLR, trauma persalinan, infeksi,
kelainan kongenital, bayi kembar dll) dan faktor ibu (pembengkakan, abes payudara, dan kurang percaya diri).
Selain itu hambatan pada inisiasi menyusui dini, paritas, umur, status merokok, dan tidak adanya dukungan
keluarga dapat mempengaruhi kegagalan menyusui. Dari segi faktor sosial budaya dan petugas tenaga
kesehatan terlihat bahwa kurangnya pendidikan laktasi dan kebijakan pelayanan kesehatan yang belum
mendukung laktasi berpotensi untuk mempengaruhi ibu untuk tidak memberikan ASI (Brown, 2002).
Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh
termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain
dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan (Depkes RI, 1992). Setelah itu ASI
hanya berfungsi sebagai sumber protein vitamin dan mineral utama untuk bayi yang mendapat makanan
tambahan yang tertumpu pada beras. Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus dimulai
sedini mungkin yaitu sejak dini yaitu sejak masih bayi, salah satu faktor yang memegang peranan penting
dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI semaksimal
mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus di
masa depan. Akhir-akhir ini sering dibicarakan tentang peningkatan penggunaan ASI. Dukungan politis dari
pemerintah terhadap peningkatan penggunaan ASI termasik ASI EKSLUSIF telah memadai, hal ini terbukti
dengan telah dicanangkannya Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (GNPPASI) oleh Bapak
Presiden pada hari Ibu tanggal 22 Desember 1990 yang betemakan "Dengan Asi, kaum ibu mempelopori
peningkatan kualitas manusia Indonsia". Dalam pidatonya presiden menyatakan juga bahwa ASI sebagai
makanan tunggal harus diberikan sampai bayi berusia empat bulan. Pemberian ASI tanpa pemberiaan makanan
lain ini disebut dengan menyusui secara ekslusif. Selanjutnya bayi perlu mendapatkan makanan pendamping
ASI kemudian pemberian ASI di teruskan sampai anak berusia dua tahun (Depkes RI, 1992).
Rendahnya cakupan ASI eksklusif di wilayah Puskesmas Sindang Barang tahun 2012 yakni sebesar
34% menurut laporan profil puskesmas. Dari permasalahan ini, peneliti ingin melihat gambaran cakupan ASI
eksklusif di wilayah Puskesmas Sindang Barang Bogor dan mencari tahu penyebab atau faktor-faktor yang
berkontribusi serta dari permasalahan tersebut bisa dilakukan upaya intervensi untuk memperbaiki cakupan ASI
eksklusif.
Metode dan Material
Jenis desain studi yang digunakan dalam penelitian adalah cross-sectional dimana pengukuran variabel
independen dan dependen dilakukan dalam periode waktu yang bersamaan. Variabel utama dalam penelitian ini
adalah angka cakupan ASI eksklusif, sedangkan variabel faktor risiko yang diteliti meliputi karakteristik ibu,
dukungan suami, dan dukungan tenaga kesehatan. Upaya intervensi yang dilakukan berdasarkan hasil peneltiian
bertujuan untuk mengukur peningkatan pengetahuan ibu kader dan ibu sasaran dalam pemahaman mengenai
ASI eksklusif. Sampel yang dimasukkan ke dalam studi sebanyak 99 ibu yang memiliki bayi dibawah 2 tahun
dengan metode pengambilan sampel yaitu purposive sampling di wilayah kerja Puskesmas Sindang Barang.
Sedangkan kegiatan intervensi melibatkan sasaran langsung sebanyak 28 ibu kader dn sasara tidak langsung ibu
hamil sebanyak 20. Penelitian dari tahap assesment hingga kegiatan intervensi berlangsung selama 1 tahun, dari
September 2013 sampai dengan Agustus 2014
Hasil
Gambaran Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI eksklusif dikelompokkan menjadi dua, yaitu eksklusif jika dari lahir sampai usia 6 bulan
bayi hanya diberi ASI saja tanpa makanan/minuman, tetapi jika bayi sudah diberikan makanan/minuman
sebelum usia 6 bulan maka dikelompokkan menjadi tidak eksklusif. Hasil penelitian yang dilakukan
mendapatkan jumlah responden yang memberikan ASI eksklusif adalah sebanyak 53,5%. Jumlah ini hanya
sedikit lebih banyak dibandingkan dengan responden yang tidak memberikan ASI eksklusif, yaitu sebanyak
46,5%.
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI Eksklusif
Eksklusif
Tidak Eksklusif
Total
Jumlah
32
67
99
Presentase (%)
32,3
67,7
100
Gambaran Karakteristik Responden
Umur responden pada penelitian ini berkisar antara 17-45 tahun. Distribusi responden berdasarkan umur
pada penelitian menunjukkan proporsi responden berumur lebih dari dan sama dengan 35 tahun adalah
sebanyak 11 orang (11,1%), lebih kecil jika dibandingkan dengan proporsi responden yang berumur antara 2534 tahun, yaitu sebanyak 18 orang (18,2%). Sedangkan responden yang memiliki umur dibawah 25 tahun
terdapat sebanyak 70 orang (70,7%).
Tingkat pendidikan merupakan jenjang sekolah formal yang ditamatkan oleh responden. Jika dilihat dari
tingkat pendidikan, didapatkan proporsi responden yang berpendidikan tinggi (SMA ke atas) adalah 47 orang
(47,5%), angka ini hanya sedikit kecil dari proporsi responden yang berpendidikan rendah (SMP ke bawah)
yaitu sebanyak 52 (52,5%).
Mengenai pekerjaan responden, hasil penelitian menunjukkan 87 responden tidak bekerja atau
berprofesi sebagai ibu rumah tangga (87,5%), sedangkan yang bekerja hanya 12 orang (12,5%) yang terdiri
wiraswasta, PNS, dan karyawan swasta.
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pekerjaan
1.
2.
3.
Karakteristik
Umur
< 25 tahun
25-34 tahun
≥ 35 tahun
Pendidikan
Rendah
Menengah ke atas
Pekerjaan
Tidak bekerja
Bekerja
Jumlah
Presentase (%)
70
18
11
70,7
18,2
11,1
52
47
52,5
47,5
87
12
87,5
12,5
Gambaran Niat, Pengetahuan, dan Sikap Ibu
Niat ibu merupakan kesungguhan Ibu untuk memberikan bayinya ASI eksklusif sejak kehamilannya
hingga benar-benar terealisasikan pasca-persalinan. Dalam penelitian ini dapat terlihat bahwa 77 responden
memiliki niatan yang baik untuk memberikan bayinya ASI eksklusif, sedangkan 22 responden lainnya masih
memiliki niat yang kurang, hal ini diduga karena tidak terealisasikannya pemberian ASI eksklusif ketika pascakelahiran.
Pengetahuan Ibu untuk memberikan bayinya ASI eksklusif adalah sejauh mana memahami manfaat dan
pentingnya ASI eksklusif . Dalam penelitian ini dapat terlihat bahwa 77 responden memiliki niatan yang baik
untuk memberikan bayinya ASI eksklusif, sedangkan 22 responden lainnya masih memiliki niat yang kurang,
hal ini diduga karena tidak terealisasikannya pemberian ASI eksklusif ketika pasca-kelahiran.
Sikap ibu mengenai ASI eksklusif didasarkan pada pengalaman ibu selama menyusui bayi 6 bulan
pertama, dalam hal ini terdapat proses recall. Adapun sikap ibu tentang ASI eksklusif terdiri dari, pemberian
ASI segera setalah bayi lahir, makanan/minuman tambahan ketika ASI belum keluar, ruangan ibu dan bayi
pasca persalinan, memerah ASI ketika sedang diluar rumah, pemberian susu formula, dan menyusui di tempat
umum. Kemudian sikap ibu dikelompokkan menjadi kurang dan baik. Kategori kurang adalah ketika responden
tidak memenuhi kriteria secara keseluruhan, sedangkan kategori baik adalah responden yang memenuhi kriteria
sikap secara keseluruhan. Sehingga didapatkan hasil penelitian seperti yang ditunjukkan dalam tabel 4.14.
Didapatkan 77 responden memiliki sikap yang kurang mengenai ASI ekslusif (77,8%), sedangkan 22 lainnya
memiliki sikap yang baik dalam ASI eksklusif (22,2%)
Tabel 3. Distribusi Responden Niat Ibu, Pengetahuan Ibu, dan Sikap Ibu
Variabel Pemberian ASI Eksklusif
Niat Ibu
Rendah
Tinggi
Pengetahuan Ibu
Baik
Kurang
Sikap Ibu
Kurang
Baik
Jumlah
Presentase (%)
22
77
22,2
77,8
5
94
5,1
94,9
77
22
77,8
22,2
Gambaran Dukungan Suami, Dukungan Orang Tua, dan Dukungan Tenaga Kesehatan
Hasil peneltian dapat ditunjukkan dukungan suami mengenai ASI eksklusif terdapat 48 responden yang
mendukung dengan kuat tentang ASI eksklusif, dan lainnya sebanyak 51 kurang mendukung dalam ASI
eksklusif. Sedangkan 46 responden (46%) mendapat dukungan kuat dari orang tua mengenai ASI eksklusif,
sedangkan 53 responden lainnya kurang mendapatkan dukungan dari orang tua.
Dukungan petugas kesehatan merupakan penilaian responden terhadap informasi tentang pemberian
ASI eksklusif dari petugas kesehatan yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang mendapatkan dukungan kuat dari petugas kesehatan adalah
sebanyak 23 orang (23,2%) dan yang mendapatkan dukungan kurang adalah sebesar 76 responden, seperti yang
ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Suami, Orang Tua, dan Tenaga Kesehatan
Variabel Pemberian ASI Eksklusif
Dukungan Suami
Kurang
Kuat
Dukungan Orang Tua
Kurang
Kuat
Dukungan Tenaga Kesehatan
Kurang
Kuat
Jumlah
Presentase (%)
51
48
51,5
48,5
53
46
53,5
46,5
76
23
76,8
23,2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
Hasil analisis menunjukkan bahwa proporsi responden berumur berumur lebih dari dan sama dengan 25
yang memberikan ASI eksklusif adalah sebesar 36%, ini lebih besar dibandingkan proporsi responden yang
berumur kurang dari 25 tahun yaitu 20,8%. Hasil uji statistik menunjukkan perbedaan tersebut tidak bermakna
(p=0,593) atau umur ibu tidak berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif.
Jika dilihat dari tingkat pendidikan, proporsi responden yang berpendidikan tinggi dan memberikan ASI
eksklusif sebanyak 29,8%, ini lebih kecil jika dibandingkan dengan proporsi responden yang memiliki
pendidikan rendah, yaitu 34,6%. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,670 yang artinya tidak ada hubungan
antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.
Uji hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif, didapatkan bahwa responden yang
tidak bekerja memberi ASI eksklusif hanya 31%, angka ini lebih kecil dibandingkan proporsi responden yang
bekerja dan memberikan ASI eksklusif sebesar 41,7%. Hasil uji statistik menyatakan perbedaan tersebut tidak
bermakna (p=0,517) atau pekerjaan ibu tidak berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif.
Hasil analisis menunjukkan bahwa proporsi responden dengan niat tinggi yang memberikan ASI
eksklusif adalah sebesar 61% , ini lebih kecil dibandingkan proporsi responden dengan niat kurang yaitu 90,9%.
Hasil uji statistik di dapatkan p value = 0.009. berarti ada perbedaan yang signifikan niat ibu terhadap
pemberian ASI eksklusif. Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada tabel, dari 5 responden yang
memiliki pengetahuan baik, ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 2 orang (40%) dan ibu yang tidak
memberikan ASI eksklusif sebanyak 3 orang (60%), sedangkan dari 94 responden yang memiliki pengetahuan
kurang, ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 30 orang (31,9%) dan ibu yang tidak memberikan ASI
eksklusif sebanyak 64 orang (68,1%).
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji chi-square (x2) menghasilkan probabilitas sebesar
0,657 pada tingkat kesalahan (α) 0,05. Bila nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat kesalahan maka dapat
dinyatakan bahwa terdapat hubungan antara kedua variabel independendan variabel dependen dan sebaliknya.
Hal ini berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu menyusui dengan
pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sindang Barang. Dari 22 responden yang memiliki
pengetahuan baik, ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 11 orang (50%) dan ibu yang tidak
memberikan ASI eksklusif sebanyak 11 orang (50%), sedangkan dari 77 responden yang memiliki pengetahuan
kurang, ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 21 orang (27,3%) dan ibu yang tidak memberikan ASI
eksklusif sebanyak 56 orang (72,7%).
Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif di
Wilayah Kerja Puskesmas Sindang Barang. Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.23 ditunjukkan bahwa
terdapat sebanyak 22 (48.8%) ibu yang menyusui secara eksklusif dengan dukungan yang kuat suami tentang
asi eksklusif. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.009 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi
kejadian menyusui eksklusif antara dukungan suami yang kuat tentang asi eksklusif dengan dukungan suami
yang kurang tentang asi eksklusif. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR= 3,469 artinya dukungan suami
yang kuat tentang asi eksklusif mempunyai peluang 3,47 kali terhadap pemberian asi eksklusif oleh ibu
dibandingkan dengan dukungan suami yang kurang tentang asi eksklusif.
Berdasarkan hasil analisis ditunjukkan bahwa terdapat sebanyak 21 (39.6%) ibu yang menyusui secara
eksklusif dengan dukungan yang kurang dari orang tua tentang asi eksklusif. Hasil uji statistik diperoleh nilai
p=0.132 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi kejadian menyusui eksklusif antara dukungan
orang tua yang kurang tentang asi eksklusif dengan dukungan orang tua yang kuat tentang asi eksklusif.
Berdasarkan tabel terlihat bahwa ada hubungan antara pemberian ASI ekslusif dengan dukungan petugas
kesehatan. Semakin kuat dukungan petugas kesehatan semakin besar jumlah pemberian ASI ekslusif. Dari 76
ibu yang mendapat dukungan kurang dari petugas kesehatan, sebanyak 17 orang (22,4%) melakukan pemberian
ASI ekslusif. Sedangkan dari 23 ibu yang kuat mendapat dukungan dari petugas kesehatan, sebanyak 15 orang
(65,2%) melakukan pemberian ASI ekslusif. Dari nilai OR (6,507) dapat disimpulkan bahwa ibu yang
mendapat dukungan kuat dari petugas kesehatan mempunyai kecenderunagn untuk melakukan pemberian ASI
ekslusif sebesar 6,507 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang kurang mendapat dukungan dari petugas
kesehatan untuk melakukan pemberian ASI ekslusif (Nilai p=0,00025).
Tabel 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
Variabel
Umur
< 25 tahun
25-34 tahun
< 25 tahun
≥ 35 tahun
Pendidikan
Rendah
Tinggi
Pemberian ASI
Eksklusif
Tidak
Eksklusif
Eksklusif
n
%
n
%
n
%
5
17
19,2
33,3
21
34
80,8
66,7
26
51
100
100
5
10
19,2
45,5
21
12
80,8
54,5
26
22
100
100
18
14
34,6
29,8
34
33
65,4
70,2
52
47
100
100
Total
pvalue
0,593
OR (95% CI)
2,100
(0,674-6,539)
3,500
(0,967-12,672)
0,670
0,810
(0,344-1,869)
Pekerjaan
Tidak bekerja
Bekerja
Niat Ibu
Rendah
Tinggi
Pengetahuan Ibu
Kurang
Baik
Sikap Ibu
Kurang
Baik
Dukungan Suami
Kurang
Kuat
Dukungan Orang Tua
Kurang
Kuat
Dukungan Nakes
Kurang
Kuat
27
5
31
41,7
60
7
69
58,3
87
12
100
100
0,517
1,587
(0,462-5,454)
20
47
90,9
61
2
39
9,1
89
22
77
100
100
0,009
6,838
(1,390-29,301)
64
3
68,1
60
30
2
31,9
30
94
5
100
100
0,657
1,422
(0,226-8,964)
56
11
72,7
50
21
11
27,3
50
77
22
100
100
0,069
2,667
(1,006-7,067)
41
26
80,4
54,2
10
22
19,6
48,8
51
48
100
100
0,009
3,469
(1,418-8,486)
32
35
60,4
76,1
21
11
39,6
23,9
53
46
100
100
0,132
2,088
(0,872-4,998)
59
8
77,6
34,8
17
15
22,4
65,2
76
23
100
100
0,000
6,507
(2,362-17,931)
Hasil Kegiatan Pelatihan Kader Cerdas ASI Eksklusif
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan intervensi, maka perlu dilakukan
suatu pengukuran dengan menggunakan lembar pre-test sebelum pemberian materi dan post-test setelah selesai
pemberian materi baik kegiatan intervensi pada saat pelatihan kader maupun penyuluhan di Posyandu.
Selanjutnya untuk mengetahui evaluasi dari kegiatan pelatihan kader maka perlu untuk dilakukan survey angket
mengenai pelaksanaan acara pelatihan kader. Kegiatan intervensi berupa pelatihan kader cerdas ASI eksklusif
harus dapat diukur agar dapat menentukan keberhasilan program. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah ada
perbedaan antara pengetahuan kader sebelum dan sesudah pelatihan ASI eksklusif.
Hasil Pre-test dan Post-test Penyuluhan ASI Eksklusif di Puskesmas
Tabel 6. Hasil Pre dan Post-test Penyuluhan ASI Eksklusif di Puskesmas
Skor
Skor Pre
Skor Post
Peningkatan dari Pre-test ke
Post-test
Mean
64.56
72.09
11,66%
Std. Deviation
10.80
14.44
Min
46.67
20.00
Max
86.67
86.67
Nilai-p
0,015
Dilihat dari tabel mengenai pengukuran pengatahuan Ibu kader pada saat pelatihan kader cerdas ASI
eksklusif diatas bahwa nilai pre-test yang diperoleh dengan sebaran nilai terendah adalah 46,7 sampai nilai
tertinggi yaitu 86,67 dengan skor rata-rata sebelum dilakukan intervensi adalah 64,56. Nilai post-test yang
diperoleh dengan sebaran nilai terendah adalah 20,00 sampai dengan nilai tertinggi yaitu 86,67 dengan ratarata sebesar 72,09 . Nilai-p yang didapatkan dengan uji wilcoxon menunjukkan nilai-p sebesar 0,015 (p
Puskesmas Sindang Barang Kota Bogor
Edwin Siswono1, Pujiyanto1, Utami Sulistyaningsih2, Rachma Rahim1, Rice Anggrayni1, Sindy Prabayuni1, I
Ketut Sudiatmika1, Ahmad Saribi Adi Putra1, Radhiatul Hayati Putri1, Zahrina1, Gusti Verawati Bugista2
1)
2)
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Gedung RIK Lantai 3, Kampus Baru UI Depok 16424
UPTD Puskesmas Sindang Barang Kota Bogor, Jalan Sirnasari IV No. 33 Bogor 16117
Abstrak
Kesehatan ibu dan anak adalah perhatian masyarakat secara global, tidak terkecuali bagi Indonesia. Pemberian ASI
eksklusif merupakan salah satu dari sekian fokus pemerintah dalam mengupayakan kesehatan masyarakat yang layak.
Manfaat pemberian ASI eksklusif sampai dengan umur 6 bulan dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit dan risiko
kematian. Target pemerintah sendiri dalam cakupan ASI eksklusif adalah 80%, namun beberapa wilayah masih belum
sesuai, khususnya cakupan ASI eksklusif di wilayah Puskesmas Sindang Barang di tahun 2012 hanya sebesar 34,3%.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor risiko yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dan upaya intervensi
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan cakupan. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan
sampel sebesar 99 ibu dengan bayi kurang dari 2 tahun dan kegiatan intervensi dilakukan melalui penelitian kualitatif
berupa focus group discussion dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan 32,3% ibu memberikan ASI eksklusif dan
rendahnya cakupan ini dipengaruhi oleh niatan ibu, dukungan suami, dan dukungan tenaga kesehatan. Output kegiatan
intervensi menghasilkan peningkatan pengetahuan ASI eksklusif kader kesehatan sebanyak 11,1% dan ibu sebesar 52,5%.
Kata kunci: ASI ekslusif, pengetahuan, niat ibu, dukungan suami, dukungan tenaga kesehatan
Abstract
Maternal and child health is still on public eye globally, including Indonesia. Exclusive breastfeeding is one of
government‟s priorities to increase a decent public health. The benefits of exclusive breastfeeding until aged 6 months is
able to protect babies from various diseases and mortality. Government‟s target in terms of exclusive breasfeeding rates is
80%, however some districts didn‟t meet the expectation, in particular the previous rates of exclusive breastfeeding in
Primary Health Center Sindang Barang Bogor, in 2012, was only at 34,3%. The study aimed to assess the risk factors of
exclusive breastfeeding practice and health intervention to improve exclusive breastfeeding rates. The study design is
cross-sectional and subjects are 99 mothers with babies aged under 2 years and qualitative assessment was conducted by
focus group discussion and observation. The result saw 32,3 % of mothers practicing exclusive breastfeeding and
mother‟s intention, husband support, healthworker suppport had influenced the low rates of exclusive breastfeeding.
Intervention resulted an output with the improvement of understandings among peer support and mothers, at 11,1% and
52,5% respectively.
Keywords: exclusive breastfeeding, knowledge, mother‟s intention, husband support, healthworker support
Pendahuluan
Terdapat 10 juta bayi di negara berkembang mengalami kematian dan 60% diantaranya dapat ditekan
risiko dengan cara memberikan nutrisi melalui ASI. Selain itu ASI juga bermanfaat untuk meningkatkan status
kesehatan bayi dimana 1,3 bayi dapat diselamatkan. UNICEF dan WHO memberikan rekomendasi untuk
memberikan ASI paling sedikit selama 6 bulan (WHO, 2005).
Pada umumnya kegagalan ASI eksklusif disebabkan oleh faktor bayi (BBLR, trauma persalinan, infeksi,
kelainan kongenital, bayi kembar dll) dan faktor ibu (pembengkakan, abes payudara, dan kurang percaya diri).
Selain itu hambatan pada inisiasi menyusui dini, paritas, umur, status merokok, dan tidak adanya dukungan
keluarga dapat mempengaruhi kegagalan menyusui. Dari segi faktor sosial budaya dan petugas tenaga
kesehatan terlihat bahwa kurangnya pendidikan laktasi dan kebijakan pelayanan kesehatan yang belum
mendukung laktasi berpotensi untuk mempengaruhi ibu untuk tidak memberikan ASI (Brown, 2002).
Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh
termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain
dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan (Depkes RI, 1992). Setelah itu ASI
hanya berfungsi sebagai sumber protein vitamin dan mineral utama untuk bayi yang mendapat makanan
tambahan yang tertumpu pada beras. Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus dimulai
sedini mungkin yaitu sejak dini yaitu sejak masih bayi, salah satu faktor yang memegang peranan penting
dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI semaksimal
mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus di
masa depan. Akhir-akhir ini sering dibicarakan tentang peningkatan penggunaan ASI. Dukungan politis dari
pemerintah terhadap peningkatan penggunaan ASI termasik ASI EKSLUSIF telah memadai, hal ini terbukti
dengan telah dicanangkannya Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (GNPPASI) oleh Bapak
Presiden pada hari Ibu tanggal 22 Desember 1990 yang betemakan "Dengan Asi, kaum ibu mempelopori
peningkatan kualitas manusia Indonsia". Dalam pidatonya presiden menyatakan juga bahwa ASI sebagai
makanan tunggal harus diberikan sampai bayi berusia empat bulan. Pemberian ASI tanpa pemberiaan makanan
lain ini disebut dengan menyusui secara ekslusif. Selanjutnya bayi perlu mendapatkan makanan pendamping
ASI kemudian pemberian ASI di teruskan sampai anak berusia dua tahun (Depkes RI, 1992).
Rendahnya cakupan ASI eksklusif di wilayah Puskesmas Sindang Barang tahun 2012 yakni sebesar
34% menurut laporan profil puskesmas. Dari permasalahan ini, peneliti ingin melihat gambaran cakupan ASI
eksklusif di wilayah Puskesmas Sindang Barang Bogor dan mencari tahu penyebab atau faktor-faktor yang
berkontribusi serta dari permasalahan tersebut bisa dilakukan upaya intervensi untuk memperbaiki cakupan ASI
eksklusif.
Metode dan Material
Jenis desain studi yang digunakan dalam penelitian adalah cross-sectional dimana pengukuran variabel
independen dan dependen dilakukan dalam periode waktu yang bersamaan. Variabel utama dalam penelitian ini
adalah angka cakupan ASI eksklusif, sedangkan variabel faktor risiko yang diteliti meliputi karakteristik ibu,
dukungan suami, dan dukungan tenaga kesehatan. Upaya intervensi yang dilakukan berdasarkan hasil peneltiian
bertujuan untuk mengukur peningkatan pengetahuan ibu kader dan ibu sasaran dalam pemahaman mengenai
ASI eksklusif. Sampel yang dimasukkan ke dalam studi sebanyak 99 ibu yang memiliki bayi dibawah 2 tahun
dengan metode pengambilan sampel yaitu purposive sampling di wilayah kerja Puskesmas Sindang Barang.
Sedangkan kegiatan intervensi melibatkan sasaran langsung sebanyak 28 ibu kader dn sasara tidak langsung ibu
hamil sebanyak 20. Penelitian dari tahap assesment hingga kegiatan intervensi berlangsung selama 1 tahun, dari
September 2013 sampai dengan Agustus 2014
Hasil
Gambaran Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI eksklusif dikelompokkan menjadi dua, yaitu eksklusif jika dari lahir sampai usia 6 bulan
bayi hanya diberi ASI saja tanpa makanan/minuman, tetapi jika bayi sudah diberikan makanan/minuman
sebelum usia 6 bulan maka dikelompokkan menjadi tidak eksklusif. Hasil penelitian yang dilakukan
mendapatkan jumlah responden yang memberikan ASI eksklusif adalah sebanyak 53,5%. Jumlah ini hanya
sedikit lebih banyak dibandingkan dengan responden yang tidak memberikan ASI eksklusif, yaitu sebanyak
46,5%.
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI Eksklusif
Eksklusif
Tidak Eksklusif
Total
Jumlah
32
67
99
Presentase (%)
32,3
67,7
100
Gambaran Karakteristik Responden
Umur responden pada penelitian ini berkisar antara 17-45 tahun. Distribusi responden berdasarkan umur
pada penelitian menunjukkan proporsi responden berumur lebih dari dan sama dengan 35 tahun adalah
sebanyak 11 orang (11,1%), lebih kecil jika dibandingkan dengan proporsi responden yang berumur antara 2534 tahun, yaitu sebanyak 18 orang (18,2%). Sedangkan responden yang memiliki umur dibawah 25 tahun
terdapat sebanyak 70 orang (70,7%).
Tingkat pendidikan merupakan jenjang sekolah formal yang ditamatkan oleh responden. Jika dilihat dari
tingkat pendidikan, didapatkan proporsi responden yang berpendidikan tinggi (SMA ke atas) adalah 47 orang
(47,5%), angka ini hanya sedikit kecil dari proporsi responden yang berpendidikan rendah (SMP ke bawah)
yaitu sebanyak 52 (52,5%).
Mengenai pekerjaan responden, hasil penelitian menunjukkan 87 responden tidak bekerja atau
berprofesi sebagai ibu rumah tangga (87,5%), sedangkan yang bekerja hanya 12 orang (12,5%) yang terdiri
wiraswasta, PNS, dan karyawan swasta.
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pekerjaan
1.
2.
3.
Karakteristik
Umur
< 25 tahun
25-34 tahun
≥ 35 tahun
Pendidikan
Rendah
Menengah ke atas
Pekerjaan
Tidak bekerja
Bekerja
Jumlah
Presentase (%)
70
18
11
70,7
18,2
11,1
52
47
52,5
47,5
87
12
87,5
12,5
Gambaran Niat, Pengetahuan, dan Sikap Ibu
Niat ibu merupakan kesungguhan Ibu untuk memberikan bayinya ASI eksklusif sejak kehamilannya
hingga benar-benar terealisasikan pasca-persalinan. Dalam penelitian ini dapat terlihat bahwa 77 responden
memiliki niatan yang baik untuk memberikan bayinya ASI eksklusif, sedangkan 22 responden lainnya masih
memiliki niat yang kurang, hal ini diduga karena tidak terealisasikannya pemberian ASI eksklusif ketika pascakelahiran.
Pengetahuan Ibu untuk memberikan bayinya ASI eksklusif adalah sejauh mana memahami manfaat dan
pentingnya ASI eksklusif . Dalam penelitian ini dapat terlihat bahwa 77 responden memiliki niatan yang baik
untuk memberikan bayinya ASI eksklusif, sedangkan 22 responden lainnya masih memiliki niat yang kurang,
hal ini diduga karena tidak terealisasikannya pemberian ASI eksklusif ketika pasca-kelahiran.
Sikap ibu mengenai ASI eksklusif didasarkan pada pengalaman ibu selama menyusui bayi 6 bulan
pertama, dalam hal ini terdapat proses recall. Adapun sikap ibu tentang ASI eksklusif terdiri dari, pemberian
ASI segera setalah bayi lahir, makanan/minuman tambahan ketika ASI belum keluar, ruangan ibu dan bayi
pasca persalinan, memerah ASI ketika sedang diluar rumah, pemberian susu formula, dan menyusui di tempat
umum. Kemudian sikap ibu dikelompokkan menjadi kurang dan baik. Kategori kurang adalah ketika responden
tidak memenuhi kriteria secara keseluruhan, sedangkan kategori baik adalah responden yang memenuhi kriteria
sikap secara keseluruhan. Sehingga didapatkan hasil penelitian seperti yang ditunjukkan dalam tabel 4.14.
Didapatkan 77 responden memiliki sikap yang kurang mengenai ASI ekslusif (77,8%), sedangkan 22 lainnya
memiliki sikap yang baik dalam ASI eksklusif (22,2%)
Tabel 3. Distribusi Responden Niat Ibu, Pengetahuan Ibu, dan Sikap Ibu
Variabel Pemberian ASI Eksklusif
Niat Ibu
Rendah
Tinggi
Pengetahuan Ibu
Baik
Kurang
Sikap Ibu
Kurang
Baik
Jumlah
Presentase (%)
22
77
22,2
77,8
5
94
5,1
94,9
77
22
77,8
22,2
Gambaran Dukungan Suami, Dukungan Orang Tua, dan Dukungan Tenaga Kesehatan
Hasil peneltian dapat ditunjukkan dukungan suami mengenai ASI eksklusif terdapat 48 responden yang
mendukung dengan kuat tentang ASI eksklusif, dan lainnya sebanyak 51 kurang mendukung dalam ASI
eksklusif. Sedangkan 46 responden (46%) mendapat dukungan kuat dari orang tua mengenai ASI eksklusif,
sedangkan 53 responden lainnya kurang mendapatkan dukungan dari orang tua.
Dukungan petugas kesehatan merupakan penilaian responden terhadap informasi tentang pemberian
ASI eksklusif dari petugas kesehatan yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang mendapatkan dukungan kuat dari petugas kesehatan adalah
sebanyak 23 orang (23,2%) dan yang mendapatkan dukungan kurang adalah sebesar 76 responden, seperti yang
ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Suami, Orang Tua, dan Tenaga Kesehatan
Variabel Pemberian ASI Eksklusif
Dukungan Suami
Kurang
Kuat
Dukungan Orang Tua
Kurang
Kuat
Dukungan Tenaga Kesehatan
Kurang
Kuat
Jumlah
Presentase (%)
51
48
51,5
48,5
53
46
53,5
46,5
76
23
76,8
23,2
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
Hasil analisis menunjukkan bahwa proporsi responden berumur berumur lebih dari dan sama dengan 25
yang memberikan ASI eksklusif adalah sebesar 36%, ini lebih besar dibandingkan proporsi responden yang
berumur kurang dari 25 tahun yaitu 20,8%. Hasil uji statistik menunjukkan perbedaan tersebut tidak bermakna
(p=0,593) atau umur ibu tidak berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif.
Jika dilihat dari tingkat pendidikan, proporsi responden yang berpendidikan tinggi dan memberikan ASI
eksklusif sebanyak 29,8%, ini lebih kecil jika dibandingkan dengan proporsi responden yang memiliki
pendidikan rendah, yaitu 34,6%. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,670 yang artinya tidak ada hubungan
antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.
Uji hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI eksklusif, didapatkan bahwa responden yang
tidak bekerja memberi ASI eksklusif hanya 31%, angka ini lebih kecil dibandingkan proporsi responden yang
bekerja dan memberikan ASI eksklusif sebesar 41,7%. Hasil uji statistik menyatakan perbedaan tersebut tidak
bermakna (p=0,517) atau pekerjaan ibu tidak berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif.
Hasil analisis menunjukkan bahwa proporsi responden dengan niat tinggi yang memberikan ASI
eksklusif adalah sebesar 61% , ini lebih kecil dibandingkan proporsi responden dengan niat kurang yaitu 90,9%.
Hasil uji statistik di dapatkan p value = 0.009. berarti ada perbedaan yang signifikan niat ibu terhadap
pemberian ASI eksklusif. Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada tabel, dari 5 responden yang
memiliki pengetahuan baik, ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 2 orang (40%) dan ibu yang tidak
memberikan ASI eksklusif sebanyak 3 orang (60%), sedangkan dari 94 responden yang memiliki pengetahuan
kurang, ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 30 orang (31,9%) dan ibu yang tidak memberikan ASI
eksklusif sebanyak 64 orang (68,1%).
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji chi-square (x2) menghasilkan probabilitas sebesar
0,657 pada tingkat kesalahan (α) 0,05. Bila nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat kesalahan maka dapat
dinyatakan bahwa terdapat hubungan antara kedua variabel independendan variabel dependen dan sebaliknya.
Hal ini berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu menyusui dengan
pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Sindang Barang. Dari 22 responden yang memiliki
pengetahuan baik, ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 11 orang (50%) dan ibu yang tidak
memberikan ASI eksklusif sebanyak 11 orang (50%), sedangkan dari 77 responden yang memiliki pengetahuan
kurang, ibu yang memberikan ASI eksklusif sebanyak 21 orang (27,3%) dan ibu yang tidak memberikan ASI
eksklusif sebanyak 56 orang (72,7%).
Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap ibu menyusui dengan pemberian ASI eksklusif di
Wilayah Kerja Puskesmas Sindang Barang. Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.23 ditunjukkan bahwa
terdapat sebanyak 22 (48.8%) ibu yang menyusui secara eksklusif dengan dukungan yang kuat suami tentang
asi eksklusif. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0.009 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi
kejadian menyusui eksklusif antara dukungan suami yang kuat tentang asi eksklusif dengan dukungan suami
yang kurang tentang asi eksklusif. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR= 3,469 artinya dukungan suami
yang kuat tentang asi eksklusif mempunyai peluang 3,47 kali terhadap pemberian asi eksklusif oleh ibu
dibandingkan dengan dukungan suami yang kurang tentang asi eksklusif.
Berdasarkan hasil analisis ditunjukkan bahwa terdapat sebanyak 21 (39.6%) ibu yang menyusui secara
eksklusif dengan dukungan yang kurang dari orang tua tentang asi eksklusif. Hasil uji statistik diperoleh nilai
p=0.132 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan proporsi kejadian menyusui eksklusif antara dukungan
orang tua yang kurang tentang asi eksklusif dengan dukungan orang tua yang kuat tentang asi eksklusif.
Berdasarkan tabel terlihat bahwa ada hubungan antara pemberian ASI ekslusif dengan dukungan petugas
kesehatan. Semakin kuat dukungan petugas kesehatan semakin besar jumlah pemberian ASI ekslusif. Dari 76
ibu yang mendapat dukungan kurang dari petugas kesehatan, sebanyak 17 orang (22,4%) melakukan pemberian
ASI ekslusif. Sedangkan dari 23 ibu yang kuat mendapat dukungan dari petugas kesehatan, sebanyak 15 orang
(65,2%) melakukan pemberian ASI ekslusif. Dari nilai OR (6,507) dapat disimpulkan bahwa ibu yang
mendapat dukungan kuat dari petugas kesehatan mempunyai kecenderunagn untuk melakukan pemberian ASI
ekslusif sebesar 6,507 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang kurang mendapat dukungan dari petugas
kesehatan untuk melakukan pemberian ASI ekslusif (Nilai p=0,00025).
Tabel 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
Variabel
Umur
< 25 tahun
25-34 tahun
< 25 tahun
≥ 35 tahun
Pendidikan
Rendah
Tinggi
Pemberian ASI
Eksklusif
Tidak
Eksklusif
Eksklusif
n
%
n
%
n
%
5
17
19,2
33,3
21
34
80,8
66,7
26
51
100
100
5
10
19,2
45,5
21
12
80,8
54,5
26
22
100
100
18
14
34,6
29,8
34
33
65,4
70,2
52
47
100
100
Total
pvalue
0,593
OR (95% CI)
2,100
(0,674-6,539)
3,500
(0,967-12,672)
0,670
0,810
(0,344-1,869)
Pekerjaan
Tidak bekerja
Bekerja
Niat Ibu
Rendah
Tinggi
Pengetahuan Ibu
Kurang
Baik
Sikap Ibu
Kurang
Baik
Dukungan Suami
Kurang
Kuat
Dukungan Orang Tua
Kurang
Kuat
Dukungan Nakes
Kurang
Kuat
27
5
31
41,7
60
7
69
58,3
87
12
100
100
0,517
1,587
(0,462-5,454)
20
47
90,9
61
2
39
9,1
89
22
77
100
100
0,009
6,838
(1,390-29,301)
64
3
68,1
60
30
2
31,9
30
94
5
100
100
0,657
1,422
(0,226-8,964)
56
11
72,7
50
21
11
27,3
50
77
22
100
100
0,069
2,667
(1,006-7,067)
41
26
80,4
54,2
10
22
19,6
48,8
51
48
100
100
0,009
3,469
(1,418-8,486)
32
35
60,4
76,1
21
11
39,6
23,9
53
46
100
100
0,132
2,088
(0,872-4,998)
59
8
77,6
34,8
17
15
22,4
65,2
76
23
100
100
0,000
6,507
(2,362-17,931)
Hasil Kegiatan Pelatihan Kader Cerdas ASI Eksklusif
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan intervensi, maka perlu dilakukan
suatu pengukuran dengan menggunakan lembar pre-test sebelum pemberian materi dan post-test setelah selesai
pemberian materi baik kegiatan intervensi pada saat pelatihan kader maupun penyuluhan di Posyandu.
Selanjutnya untuk mengetahui evaluasi dari kegiatan pelatihan kader maka perlu untuk dilakukan survey angket
mengenai pelaksanaan acara pelatihan kader. Kegiatan intervensi berupa pelatihan kader cerdas ASI eksklusif
harus dapat diukur agar dapat menentukan keberhasilan program. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah ada
perbedaan antara pengetahuan kader sebelum dan sesudah pelatihan ASI eksklusif.
Hasil Pre-test dan Post-test Penyuluhan ASI Eksklusif di Puskesmas
Tabel 6. Hasil Pre dan Post-test Penyuluhan ASI Eksklusif di Puskesmas
Skor
Skor Pre
Skor Post
Peningkatan dari Pre-test ke
Post-test
Mean
64.56
72.09
11,66%
Std. Deviation
10.80
14.44
Min
46.67
20.00
Max
86.67
86.67
Nilai-p
0,015
Dilihat dari tabel mengenai pengukuran pengatahuan Ibu kader pada saat pelatihan kader cerdas ASI
eksklusif diatas bahwa nilai pre-test yang diperoleh dengan sebaran nilai terendah adalah 46,7 sampai nilai
tertinggi yaitu 86,67 dengan skor rata-rata sebelum dilakukan intervensi adalah 64,56. Nilai post-test yang
diperoleh dengan sebaran nilai terendah adalah 20,00 sampai dengan nilai tertinggi yaitu 86,67 dengan ratarata sebesar 72,09 . Nilai-p yang didapatkan dengan uji wilcoxon menunjukkan nilai-p sebesar 0,015 (p