KECENDERUNGAN PERILAKU BERBUDI PEKERTI LUHUR ATLET PENCAK SILAT.

(1)

KECENDERUNGAN PERILAKU BERBUDI PEKERTI LUHUR ATLET

PENCAK SILAT

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Olahraga

OLEH

Dedi Dasmon

1202641

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA

SPs UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

KECENDERUNGAN PERILAKU BERBUDI PEKERTI LUHUR ATLET

PENCAK SILAT

Oleh Dedi Dasmon

SPs Universitas Pendidikan Bandung, 2014

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana Programm Studi Pendidikan Olahraga

© Dedi Dasmon 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

DEDI DASMON

KECENDERUNGAN PERILAKU BERBUDI PEKERTI LUHUR ATLET PENCAK SILAT

disetujui dan disahkan oleh pembimbing : Pembimbing I

Dr. Mulyana, M.Pd NIP. 19710804 199802 1 001

Pembimbing II

Prof. Danu Hoedaya, Ph.D NIP.19450731 197303 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Olahraga Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. H. Adang Suherman, MA NIP.196306181988031002


(4)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Tujuan Penelitian... 11

E. Manfaat Penelitian ... 11

F. Struktur Organisasi ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Pencak Silat dalam Pendidikan Nilai ... 13


(5)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Pembelajaran Berbudi Pekerti Luhur Melalui Pencak Silat 22

3. Pencak Silat Sebagai Pendidikan Nilai ... 24

4. Kategori Pertandingan Pencak Silat ... 43

5. Implementasi Ajaran Falsafah Budi Pekerti Luhur Dalam Pertandingan Pencak Silat ... 50

B. Penelitian Yang Relevan ... 63

C. Kerangka Berfikir/ Asumsi ... 65

D. Hipotesis Penelitian ... 68

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 69

B. Desain Penelitian ... 71

C. Metode Penelitian ... 72

D. Definisi Operasional ... 72

E. Instrumen Penelitian ... 74

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 75

G. Teknik Pengumpulan Data ... 80

H. Teknik Analisis Data ... 80

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 85


(6)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Pembahasan dan Analisis Temuan ... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 97 B. Saran ... 99 DAFTAR PUSTAKA ... 101


(7)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Halaman

Tabel 2.1 : Pembagian kelas pertandingan putra ... 46

Tabel 2.2 : Pembagian kelas pertandingan putri ... 47

Tabel 2.3 : Perbedaan karakteristik antara putra dan putri ... 49

Tabel 3.1 : Rincian jumlah sampel penelitian ... 70

Tabel 3.2 : Kisi-kisi perilaku berbudi pekerti luhur ... 74

Tabel 3.3 : Butir-butir pernyataan ujicoba instrumen ... 78

Tabel 4.1 : Deskripsi perilaku berbudi pekerti luhur atlet pencak silat ... 86

Tabel 4.2 : Uji normalitas pesilat kategori Tanding... ... 87

Tabel 4.3 : Uji normalitas pesilat kategori TGR... 88

Tabel 4.4 : Uji perbedaan rata-rata ... 88

Tabel 4.5 : Uji normalitas pesilat putra ... 89

Tabel 4.6 : Uji normalitas pesilat putri... 89

Tabel 4.7 : Uji perbedaan rata-rata ... 89


(8)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 : Desain Penelitian Causal-Comparative ... 71


(9)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Halaman

Lampiran 1 : Angket Ujicoba Instrumen ... 106

Lampiran 2 : Data Hasil ujicoba Angket ... 111

Lampiran 3 : Angket Penelitian ... 119

Lampiran 4 : Data Penelitian... ... 123

Lampiran 5 : Hasil Penelitian... ... 138


(10)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KECENDERUNGAN PERILAKU BERBUDI PEKERTI LUHUR

ATLET PENCAK SILAT

Dedi Dasmon

(dedidasmon@rocketmail.com)

Abstrak: Tujuan penelitian ini Melihat secara objektif perbedaan perilaku berbudi pekerti luhur atlet pencak silat berdasarkan kategori yang dipertandingkan yaitu atlet pencak silat kategori tanding dengan atlet pencak silat kategori Tunggal, Ganda, Regu. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Desain penelitian kausal secara deskriftif membandingkan kecenderungan perilaku berbudi pekerti luhur atlet pencak silat. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh atlet pencak silat Kejurnas Pencak silat tahun 2014 di Jakarta. Penentuan sampel dengan Purposive Sampling yaitu sampel diambil dari total populasi berdasarkan 4 kelompok responden yaitu: tanding putra, tanding putri, TGR putra dan TGR putri. Total sampel sebanyak 109 atlet. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan rumus mann whitney u-test. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan kecenderungan perilaku berbudi pekerti luhur yang signifikan antara: pesilat tanding putra dengan TGR putra dan tanding putri dengan TGR putri.


(11)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

THE TEDENCY OF BEHAVIOR NOBLE CHARACTER OF

PENCAK SILAT ATHLETE

Dedi Dasmon

(dedidasmon@rocketmail.com)

Abstract: This research aims to know the differences of ethical behavior of sublime

athlete pencak silat category Tanding with Tunggal categories, Ganda, and Regu. Data is collected by using questionnaire method. Design research causal in deskriftif comparing tedency behavior virtuous manner of sublime athletes pencak silat. Data conducted using a questionnaire Sample in this study are all pencak silat athletes who participate on 2014 Pencak Silat Championship at Jakarta. Sample is collected by using Purposive Sampling which is sample is collected from total sample based on 4 respondent groups, namely: mens bout, womens bout, mens TGR and womens TGR. Sample total are 109 athletes. Data which is collected then is analyzed by using mann whitney u-test formula. The result showed there was no distinction behavior virtuous manners of a significant between sublime, namely: mens athlete with mens TGR and womens athlete with womens TGR.


(12)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Penelitian 1. Pendidikan Nilai

Pendidikan nilai berperanan penting dalam upaya mewujudkan manusia Indonesia yang utuh. Pembinaan nilai sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan dapat menjadi sarana ampuh dalam menangkal pengaruh-pengaruh negatif, baik pengaruh internal maupun eksternal. Pengaruh internal dari dalam diri manusia itu sendiri dan pengaruh eksternal dari lingkungan sekitarnya. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS), dan arus informasi sekarang ini,dapat mempengaruhi kehidupan manusia baik pengaruh positif maupun negatif. Pendidikanlah yang dapat menangkal pengaruh-pengaruh tersebut. Namun, sekarang ini tampak ada gejala di kalangan anak muda, bahkan orang tua yang menunjukkan bahwa mereka mengabaikan nilai dan moral dalam tata krama pergaulan yang sangat diperlukan dalam suatu masyarakat yang beradab (civil society).

Namun sayangnya di Era reformasi sekarang ini seolah-olah mereka bebas berbuat apa saja sesuai dengan kehendaknya. Pelanggaran etika seperti, perkelahian massal, penjarahan, pemerkosaan, pembajakan kendaraan umum, penghujatan, perusakan tempat ibadah, lembaga pendidikan, kantor-kantor pemerintahan dan sebagainya, masih terjadi.

Seolah masyarakat Indonesia saat ini mengalami proses pendangkalan nilai. Nilai-nilai itu kini bergeser dari kedudukan dan fungsinya hingga digantikan


(13)

oleh keserakahan, ketamakan, kekuasaan, kekayaan dan kehormatan. Dengan pergeseran fungsi dan kedudukan nilai itu, kehidupan bermasyarakat dan berbangsa dirasakan semakin hambar dan keras, rawan terhadap kekerasan, kecemasan, bentrok fisik (kerusuhan) dan merasa tidak aman. Dekadensi moral juga tercermin dalam sikap dan perilaku masyarakat yang tidak dapat menghargai orang lain, hidup dan perikehidupan bangsa dengan manusia sebagai indikator harkat dan martabatnya.

Pencak silat sebagai beladiri tradisional masyarakat Indonesia di yakini mengajarkan nilai-nilai moral. Namun pembelajaran Pencak Silat yang hanya fokus pada aspek olahraga tanpa dilandasi oleh pemahaman berfalsafah yang kuat akan menumbuhkan citra negatif pada pencak silat itu sendiri. Kekhawatiran bahwa olahraga pencak silat akan tergerus ketika pencak silat diidentikkan hanya sebagai olahraga, sehingga pencak silat merupakan seni agresif, tanpa estetika dan falsafah yang diolah.

Sebagai bukti bahwa Pencak silat mengalami pedangkalan nilai terlihat pada peristiwa di media sosial beberapa waktu yang lalu. Pelanggaran dan ketidakadilan dalam kompetisi Pencak Silat mengurangi "karakter keluhuran" pencak silat dalam prakteknya. Mungkin kasus yang paling kontroversial baru-baru ini adalah final Sea Games 26 (2011) di Kelas Pertandingan kategori A Pria (berat 45-50 kg) antara Choopeng Anothai dari Thailand dan Dian Kristanto dari Indonesia, Dian yang cedera lutut kanan terlihat menghindari pertarungan, dan berlari keliling gelanggang menghindari lawan. Bahkan Dian juga terlihat sempat berlindung di belakang wasit saat akan diserang. Tak hanya itu, Dian juga


(14)

3

tertangkap kamera melakukan tindakan seperti menggigit lawan saat terdesak. Di ambil dari vivanews.com (2011).

Kasus ini seolah menjadi bukti bahwa atlet Pencak Silat sering mengabaikan dimensi mental, spiritual, serta tidak lagi mematuhi nilai-nilai budaya dan budi pekerti luhur yang menjadi falsafah pencak silat dari dulunya. Untuk itu perlu dihidupkan kembali program khusus dalam pencak silat tentang pendidikaan karakter untuk tercapainya falsafah budi pekerti luhur yang menjadi falsafah dalam pencak silat itu sendiri.

2. Falsafah Budi Pekerti Luhur dan Falsafah Pencak Silat

Pencak silat merupakan cabang beladiri tradisional yang ada di Indonesia, lahir dan berkembang sebagai budaya lokal. Dalam pengertian yang lebih umum Pencak silat adalah merupakan suatu pendidikan jasmani, rohani, kesenian, dan warisan budaya bangsa, serta mempunyai nilai untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mempertinggi kecerdasan, keterampilan, memperkokoh kepribadian dan mempertebal rasa percaya diri.

Pencak silat sebagai seni beladiri dan bagian dari budaya Indonesia yang bernilai luhur, terkandung dalam jati dirinya yang meliputi 3 hal pokok sebagai satu kesatuan, yaitu: a) Budaya Indonesia sebagai asal dan coraknya, 2) Falsafah budi pekerti luhur sebagai jiwa dan sumber motivasi penggunaannya 3) Pembinaan mental spiritual / budi pekerti, bela diri, seni dan olah raga sebagai aspek integral dari substansinya. Pencak silat sebagai bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia berkembang sejalan dengan sejarah masyarakat Indonesia. Pencak silat merupakan hasil budi daya manusia yang turun temurun, yang


(15)

bertujuan untuk menjamin keamanan dan kesejahteraan bersama, Pencak silat diajarkan kepada masyarakat, dalam aneka ragam situasi geografis dan etnologis serta perkembangan zaman yang dialami oleh bangsa Indonesia, sehingga pencak silat dibentuk oleh situasi dan kondisi tersebut.

Kini Pencak Silat dikenal sebagai olahraga dengan berbagai aspek-aspeknya. Pencak silat sejalan dengan Pasal 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2005 tentang sistem Keolahragaan Nasional disebutkan:

“Keolahragaan nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan

kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menambah nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkukuh ketahanan nasional, serta mengangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa.”

Menyimak tujuan keolahragaan dalam undang-undang tersebut, maka pencak silat adalah media yang tepat untuk mewujudkan tujuan keolahragaan tersebut, dalam pencak silat diajarkan bagaimana cara untuk menjaga kestabilan antara raga dan batin. Di Indonesia, pencak silat merupakan hasil krida budi leluhur bangsa Indonesia dan telah dikembangkan secara turun temurun. Krida budi adalah suatu karya pengolahan akal, kehendak dan rasa secara terpadu. Karya ini dilakukan bagi kepentingan hidup bermasyarakat yang baik dan bermanfaat serta untuk meningkatkan pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karya ini juga dilandasi kesadaran bahwa menurut kodratnya manusia adalah mahluk pribadi dan mahluk sosial ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Suatu hasil krida budi yang dimaksudkan untuk kebaikan dan kemanfaatan hidup serta peningkatan pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa pada hakekatnya adalah materi pendidikan. Dengan demikian pencak silat, pada hakekatnya adalah materi


(16)

5

pendidikan untuk mewujudkan kehidupan pribadi dan sosial yang baik dan bermanfaat serta untuk meningkatkan kehidupan bersama.

Olahraga pencak silat Pencak Silat sebagai sistem beladiri, yang berasal dari budaya masyarakat-masyarakat lokal dan etnis Nusantara, juga mempunyai basis falsafah atau ajaran moral yang dijunjung tinggi dan dipatuhi oleh masyarakat-masyarakat yang bersangkutan. Falsafah atau ajaran moral ini sebagai dimensi kejiwaan yang merupakan satu kesatuan dan satu paket dengan dimensi jasmaniah. Pengajaran dan pelatihan teknik-teknik pencak silat dan kiat-kiatnya harus dilakukan bersama-sama dan sejajar dengan pendidikan falsafah atau ajaran moral yang merupakan jiwa, pengendali dan sumber motivasi penggunaan pencak silat itu sendiri. Tanpa adanya pengendali, Pencak Silat dapat digunakan secara tidak bertanggung jawab, sehingga akan membahayakan manusia dan masyarakat itu sendiri.

Pencak silat pada dasarnya merupakan perpaduan kerohanian, akal, kehendak, kesadaran pada kodratnya sebagai mahluk pribadi dan sosial ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, meliputi empat aspek yaitu: akhlak/rohani, bela diri, seni dan olahraga, sesuai dengan aspek-aspek tersebut, fungsi Pencak silat adalah seni membela diri, pendidikan, akhlak/rohani dan olahraga.

Pada tahun 1900-an, pencak silat dipertandingkan secara tradisional sebagai bagian dari acara seremonial dan sebagai hiburan di pasar malam atau pesta rakyat. Pertandingan seperti itu dianggap sebagai bentuk pamer yang bertentangan dengan karakter kependidikan. Oleh karenanya, inisiatif perguruan modern dan progresif seperti Setia Hati, Phasadja Mataram, Persatuan Hati,


(17)

mencoba untuk mengelola bentuk pertandingan yang lebih modern dengan menggunakan peraturan kompetisi sebagai upaya melestarikan pencak silat. Maryono, (1998, hlm. 127).

Falsafah Pencak Silat dinamakan falsafah budi pekerti luhur. Hal ini disebabkan karena falsafah ini mengandung ajaran budi pekerti luhur. Falsafah budi pekerti luhur berpandangan bahwa masyarakat "tata-tentrem karta-raharja" (masyarakat yang aman-menentramkan dan sejahtera-membahagiakan) dapat terwujud secara maksimal apabila semua warganya berbudi pekerti luhur. Karena itu, kebijaksanaan hidup yang harus menjadi pegangan manusia adalah membentuk budi pekerti luhur dalam dirinya.

Budi adalah dimensi kejiwaan dinamis manusia yang berunsur cipta, rasa dan karsa. Ketiganya merupakan bentuk dinamis dari akal, rasa dan kehendak. Pekerti adalah budi yang terlihat dalam bentuk watak. Semuanya itu harus bersifat luhur, yakni ideal atau terpuji. Yang ingin dicapai dalam pembentukan budi pekerti luhur ini adalah kemampuan mengendalikan diri, terutama di dalam menggunakan "jurus".

Menurut Notosoejitno (1997, hlm. 62) "Jurus" hanya dapat digunakan untuk menegakkan kebenaran, kejujuran dan keadilan dalam rangka menjunjung tinggi nilai-nilai dan kaidah-kaidah agama dan moral masyarakat maupun dalam rangka mewujudkan masyarakat "tata-tentrem karta-raharja."

Dalam kaitan itu falsafah budi pekerti luhur dapat disebut juga sebagai Falsafah pengendalian diri. Notosoejitno (1997, hlm. 43) menjelaskan bahwa budi pekertinya yang luhur atau kemampuan pengendalian dirinya yang


(18)

7

tinggi, manusia akan dapat nemenuhi kewajiban luhurnya sebagai mahluk Tuhan, mahluk pribadi, mahluk sosial dan mahluk alam semesta, yakni taqwa kepada Tuhannya, meningkatkan kualitas dirinya, menempatkan kepentingan masyarakat di atas kepentingan sendiri dan mencintai alam lingkungan hidupnya. Manusia yang demikian dapat disebut sebagai manusia yang taqwa, tanggap, tangguh, tanggon dan trengginas. Manusia yang dapat memenuhi kewajiban luhurnya adalah manusia yang bermartabat tinggi.

3. Nilai-Nilai Esensial Olahraga Dalam Pembentukan Karakter

Bangsa Indonesia menghadapi tantangan cukup berat, terutama dalam menghadapi era persaingan di segala bidang yang ketat. Untuk menghadapi tantangan tersebut, bangsa Indonesia perlu mempersiapkan masyarakat yang sehat, bugar, berprestasi, produktif, beretos kerja tinggi, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemuliaan. Hal itu dapat diperoleh dengan melakukan kegiatan olahraga. Olahraga merupakan wahana yang efektif dan strategis dalam menciptakan masyarakat yang sportif dan madani.

Partisipasi yang tinggi dalam olahraga disebabkan karena olahraga dapat memberikan peningkatan kesempatan yang ideal untuk menyalurkan tenaga yang baik dalam lingkungan persaudaraan dan persahabatan. Persatuan yang sehat dan suasana yang akrab dan gembira, menuju kehidupan serasi, selaras, dan seimbang untuk mencapai kebahagiaan hidup yang sejati (Engkos Kosasih, 1983, hlm. 1).

Diantara cabang olahraga yang ada dan cukup banyak dilakukan oleh masyarakat adalah olahraga beladiri pencak silat. Pencak silat adalah olahraga hasil budaya manusia Indonesia, untuk membela, mempertahankan eksistensi dan


(19)

integritas terhadap lingkungan hidup dan alam sekitarnya, untuk mencapai keselarasan hidup, guna meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal tersebut mengandung makna, bahwa pencak silat mengajarkan pengenalan diri sebagai insan atau mahluk hidup, yang percaya atas adanya kekuasaan yang lebih tinggi, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Pencak silat di dalam intensitasnya terdiri dari olahraga rekreasi, olahraga prestasi dan olahraga masal.

Pencak Silat sebagai seni, harus menuruti ketentuan-ketentuan, keselarasan, keseimbangan dan keserasian, antara wirama, wirasa dan wiraga. Sementara sebagai olahraga masal yang bersifat penyegaran jasmani, telah menghasilkan program Senam Pagi Indonesia, yang hingga saat ini masih sering dilakukan oleh masyarakat, khususnya di setiap jenjang lingkungan pendidikan. Endang Sumardi, (2008).

Filosofi ”ilmu padi” dalam dunia pencak silat perlu sekali, yaitu semakin tinggi ilmu yang dimiliki oleh pesilat maka akan semakin merunduk. Hal ini bisa di lihat dengan: selalu mengembangkan rasa mulad sariro hangroso wani, ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso dan tut wuri handayani, yang berarti bahwa pesilat selalu berani berintropeksi atas dirinya, dan selalu memberi suri tauladan saat memimpin, selalu memberi semangat saat berada ditengah dan memberikan dorongan.

Olahraga pencak silat selalu syarat dengan makna filosofis. Dalam filsafat ilmu tidak dapat dipungkiri bahwa berfilsafat merupakan manifestasi kegiatan intelektual yang telah meletakkan dasar-dasar paradigmatik bagi tradisi dalam


(20)

9

kehidupan masyarakat ilmiah Wibisono, K. (2001, hlm. 3). Lebih jauh Eldon S (1983, hlm. 45) menyatakan bahwa adanya nilai-nilai positif dalam olahraga, karena dalam olahraga merupakan mikro kosmos yang menentukan pokok-pokok dan mencerminkan nilai-nilai sosial. Nilai-nilai yang terungkap dalam olahraga, selanjutnya akan menggambarkan fungsi olahraga dalam masyarakat. Nilai-nilai sosial itu pada akhirnya akan kembali dan yang menikmati adalah masyarakat pelakunya sendiri.

Dalam perspektif pendidikan, saat ini Kemendikbud sedang menggiatkan pentingnya pendidikan karakter. Olahraga pencak silat sesuai dengan dasar filosofinya berdayaguna dan multiguna untuk menumbuh kembangkan karaker yang mulia. Untuk itulah penelitian ini akan mengungkap perilaku berbudi pekerti luhur pesilat peserta kejuaraan nasional pencak silat katagori dewasa tahun 2014.

B. Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah

Saat ini, banyak perguruan pencak silat yang lebih memfokuskan untuk melatih jurus-jurus untuk digunakan dalam kompetisi. Kekhawatiran muncul ketika olahraga pencak silat identik sebagai olahraga semata, sehingga pencak silat merupakan seni agresif, tanpa estetika dan falsafah. Pelanggaran dan ketidakadilan dalam kompetisi Pencak Silat mengurangi "karakter keluhuran" pencak silat dalam prakteknya.

Olahraga pencak silat sebagai bagian dari program pendidikan jasmani dan olahraga adalah salah satu wahana yang bisa menumbuh kembangkan nilai-nilai pendidikan karakter karena bersumber dari budaya asli Indonesia. Nilai-nilai luhur pencak silat meliputi 3 hal pokok sebagai satu kesatuan, yaitu budaya Indonesia


(21)

sebagai coraknya, falsafah budi pekerti sebagai sumber motivasinya, pembinaan mental spiritual, beladiri, seni, dan olahraga sebagai aspek integral Mulyana. (2013, hlm. 95).

Sesungguhnya pencak silat bukan semata aktivitas fisik untuk mengolah kekuatan dan keterampilan tubuh. Namun, pencak silat sebagai produk budaya bangsa, sejak lama telah diyakini mengandung unsur-unsur pendidikan termasuk pendidikan karakter peserta didik. Lewat pencak silat, diharapkan dapat mempertegas citra bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berbudaya dan bermartabat.

Namun kenyataanya para pesilat sering mengabaikan dimensi mental, spiritual, serta tidak lagi mematuhi nilai-nilai budaya dan budi pekerti luhur. Kemenangan dalam kompetisi seolah-olah menjadi tujuan utamanya, sehingga sering melanggar peraturan pertandingan. Kecenderungan perilaku yang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantara adalah faktor kategori pertandingan, faktor dari jenis kelamin atlet pencak silat dan faktor-faktor lainnya. .

Berdasarkan uraian diatas penelitian ini melihat gambaran kecenderungan perilaku berbudi pekerti luhur atlet pencak silat kejurnas pencak silat dewasa tahun 2014. Untuk itu peneliti tertarik untuk melihat Kecenderungan perilaku berbudi pekerti luhur Atlet Pencak Silat Peserta Kejuaran Nasional Kategori Dewasa Tahun 2014.

C. Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah dan latar belakang peneliti maka dirumuskan pertanyaan peneliti sebagai berikut : Apakan terdapat perbedaan perilaku berbudi


(22)

11

pekerti luhur atlet pencak silat antara pesilat kategori tanding dengan pesilat kategori Tunggal, Ganda, dan Regu pada peserta kejurnas pencak silat dewasa tahun 2014?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah secara umum adalah : Melihat secara objektif perbedaan perilaku berbudi pekerti luhur atlet pencak silat berdasarkan kategori yang dipertandingkan yaitu atlet pencak silat kategori tanding dengan atlet pencak silat kategori TGR (Tunggal, Ganda, Beregu).

E. Manfaat Penelitian

Dari perspektif teori, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam pengembangan Sport Pedagogy yang berkenaan dengan pengetahuan nilai-nilai berbudi pekerti luhur dalam penerapan pada cabang olahraga pencak silat, manfaat praktis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat mengatasi kecurangan dan ketidak adilan dalam penerapan peraturan pertandingan dan menjaga hal-hal yang berkaitan dengan nilai-nilai etika baik selama di dalam pertandingan dan di luar pertandingan. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi wasit dan juri, pelatih dan sasaran yang paling utama adalah pelatih dan atlet itu tersebut. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai dasar pijakan bagi penelitian berikutnya yang berkenaan dengan kontribusi pencak silat terhadap aspek-aspek nilai berbudi pekerti luhur. Dengan demikian program latihan dan pembinaan pencak silat dapat dipahami dan dihayati baik oleh Atlet, Pelatih dan aparatur pertandingan itu tersebut.


(23)

F. Struktur Organisasi

Struktur organisasi penulisan dalam tesis ini berdasarkan panduan penulisan karya ilmiah UPI tahun 2013. Bab I berupa pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, identifikasi dan perumusalan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi.Bab II berisikan kajian pustaka, kerangka berpikir dan hipotesis penelitian. Bab III berisikan tentang metode penelitian, sementara bab IV dan V berisikan tentang hasil penelitian dan kesimpulan.


(24)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta, bersamaan dengan Kejuaraan Nasional Pencak silat kategori dewasa tanggal 10 s/d 19 Mei 2014 di Padepokan Pencak Silat Nasional Indonesia (PPNSI).

2. Subjek Penelitian 2.1. Populasi

Populasi dalam penelian adalah keseluruhan objek penelitian sebagai target dari hasil akhir suatu penelitian, Sukardi, (2003, hlm 53). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh atlet pencak silat yang terdaftar pada Kejurnas Pencak silat tahun 2014 di Padepokan Pencak Silat Nasional Indonesia (PPNSI) berjumlah 473 orang atlet pencak silat kategori dewasa dari 34 provinsi di Indonesia. Dari jumlah atlet tersebut terdapat pengelompokan jumlah atlet dan dapat diperoleh sebanyak: 214 orang pesilat tanding putra, 112 pesilat tanding putri, 73 orang pesilat TGR putra dan 74 orang pesilat TGR putri. Kemudian untuk pembagian kelompok variabelnya adalah atlet pencak silat tanding putra, tanding putri, TGR putra dan TGR Putri.


(25)

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi, Soekidjo Notoatmodjo, (2010, hlm, 115). Dasar pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling menurut Conseulo, (1993). Purposive sampling. Langkah penentuan sampel dengan purposive sampling dengan cara dari keseluruhan populasi disini adalah seluruh atlet peserta kejurnas tahun 2014 di jakarta di ambil 4 orang tiap-tiap kontingen daerah peserta kejurnas. Pengambilan sampel sesuai dengan kriteria/ pembagian kategori dalam pencak silat dan jenis kelamin. Untuk menentukannya diambil berdasarkan pengelompokan sampel antara lain: (a) 32 orang pesilat putra kategori Tanding, (b) 31 orang pesilat putri kategori tanding, (c) 24 orang pesilat putra Kategori TGR, dan (d) 22 orang pesilat putri kategori TGR peserta kejurnas Pencak silat dewasa tahun 2014 dengan total sampel/ responden 109 atlet. Sampel penelitian ini satu orang tiap kontingen per kategori, jadi 1 kontingen terpilih 4 orang dan berdasarkan kelompok responden.

Tabel 3.1

Rincian Jumlah populasi dan sampel atlet pesilat Peserta kejurnas tahun 2014

No Kontingen

Populasi Jml Sampel Jml T (Pa) T (Pi) TGR (Pa) TGR (Pi) T (Pa) T (Pi) TGR (Pa) TGR (Pi)

1 Sumatra Utara 5 2 1 3 11 1 1 1 1 4

2 Sumatra Barat 10 6 6 6 28 1 1 1 1 4

3 Riau 5 2 - 1 8 1 1 - 1 3

4 Kepulauan Riau 6 2 - - 8 1 1 - - 2

5 Jambi 4 4 - - 8 1 1 - - 2

6 Bengkulu 6 1 1 1 9 1 1 1 1 4

7 Sumatera Selatan 7 2 1 - 10 1 1 1 - 3

8 Bangka Belitung 2 2 2 3 9 1 1 1 1 4

9 Lampung 7 3 1 1 12 1 1 1 1 4

10 Banten 9 5 3 3 20 1 1 1 1 4

11 DKI Jakarta 9 5 6 6 26 1 1 1 1 4

12 Jawa Barat 8 7 6 6 27 1 1 1 1 4


(26)

71

B. Desain Penelitian

Desain pada penelitian adalah studi hubungan kausal secara deskriftif dapat

mengaplikasikan metode perbandingan kausal. Menurut Fraenkel (2012, hlm.100)

Use their judgment to select a sample that they believe,based on prior information,will provide the data they need”. Dengan menggunakan pertimbangan untuk memilih sampel yang mereka percaya berdasarkan informasi sebelumnya. akan menyediakan data yang dibutuhkan. Untuk penelitian ini objek yang akan diteliti dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini:.

Group Independent Variable Dependent Variable I CI 0

(Kategori Tanding) (Perilaku Berbudi Pekerti Luhur) II C2 0

(Kategori TGR) (Perilaku Berbudi Pekerti Luhur) Gambar 3.1

14 DI Yogyakarta 4 4 2 5 15 1 1 1 1 4

15 Jawa Timur 10 4 6 6 26 1 1 1 1 4

16 Bali 11 7 6 6 30 1 1 1 1 4

17 NTB 5 4 1 1 11 1 1 1 1 4

18 NTT 2 4 1 1 8 1 1 1 1 4

19 Kalimantan Utara 4 4 4 1 7 1 1 1 1 4

20 Kalimantan Barat 7 4 6 1 18 1 1 1 1 4

21 Kalimantan Tengah 7 4 4 - 15 1 1 1 - 3

22 Kalimantan Timur 9 6 5 6 26 1 1 1 1 4

23 Kalimantan Selatan 9 5 6 6 26 1 1 1 1 4

24 Sulawesi Utara 3 2 - - 5 1 1 - - 2

25 Gorontalo 7 1 1 - 9 1 1 1 - 3

26 Sulawesi Tengah 6 1 - 1 8 1 1 - - 2

27 Sulawesi Barat 4 - - - 4 1 - - - 1

28 Sulawesi Selatan 10 6 1 1 18 1 1 1 1 4

29 Sulawesi Tenggara 9 3 1 1 14 1 1 1 1 4

30 Maluku 3 2 - - 5 1 1 - - 2

31 Papua 9 4 - - 13 1 1 - - 2

32 Papua Barat 9 3 1 3 16 1 1 1 1 4


(27)

Desain Penelitian Causal-Comparative (Sumber : Fraenkel, dkk. 2012, hlm. 370)

Pada gambar di atas dapat diceritakan perbandingan yang akan diteliti dengan membandingkan kecenderungan perilaku berbudi pekerti luhur atlet pencak silat terhadap pesilat kategori tanding putra dengan TGR putra dan pesilat tanding putri dengan TGR putri.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Nawawi (2003, hlm. 64) metode deskriptif yaitu metode-metode penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interprestasi yang rasional dan akurat.

Dengan demikian penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta dan membandingkan. Pada penelitian ini yang akan membandingkan kecendrungan perilaku berbudi pekerti luhur atlet pencak tergadap kategori pertandingan antara pesilat tanding putra dengan pesilat TGR putra dan antara pesilat tanding putri dengan pesilat TGR putri.

D. Definisi Operasional

Pesilat dibagi sesuai dengan jenis kelamin (Putra dan Putri) dan Kategori yang ada pada pertandingan Pencak Silat terdiri dari :

1. Kategori Tandingyang menampilkan 2 (dua) orang Pesilat dari sudut yang berbeda. Keduanya saling berhadapan menggunakan unsur pembelaan dan


(28)

73

serangan yaitu menangkis/ mengelak/ mengena/ menyerang pada sasaran dan menjatuhkan lawan, menggunakan teknik dan taktik bertanding, ketahanan stamina dan semangat juang, menggunakan kaidah dengan memanfaatkan kekayaan teknik dan jurus.

2. Kategori Tunggal yang menampilkan seorang pesilat memperagakan kemahirannya dalam Jurus Tunggal Baku secara benar, tepat dan mantap, penuh penjiwaan, dengan tangan kosong dan bersenjata serta tunduk kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori tunggal.

3. Kategori Ganda yang menampilkan 2 (dua) orang Pesilat dari tim yang sama, memperagakan kemahiran dan kekayaan teknik jurus serang bela yang dimiliki. Gerakan serang bela ditampilkan secara terencana, efektif, estetis, mantap dan logis dalam sejumlah rangkaian seri yang teratur, dimulai dari tangan kosong dan dilanjutkan dengan bersenjata serta tunduk kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori ganda.

4. Kategori Reguyang menampilkan 3 (tiga) orang Pesilat dari tim yang sama memperagakan kemahirannya dalam Jurus Regu Baku secara benar, tepat, mantap, penuh penjiwaan dan kompak dengan tangan kosong serta tunduk kepada ketentuan dan peraturan yang berlaku untuk kategori regu.

5. Menurut Groot dan Notosoejitno (2006, hlm. 19) Perilaku Berbudi Pekerti Luhur adalah kehendak, perasaan, penalaran dan akhlak yang mulia berdasarkan pada keimanan dan ketaqwaan yang teguh kepada tuhan : 1) Taqwa; adalah beriman dan teguh dalam mengamalkan ajaran-ajaran kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mulyana, (2013, hlm. 101). 2) Tanggap; adalah


(29)

kreatif, cerdas, peka dan cermat dalam mengatasi persoalan dan dapat memanfaatkan peluang dan bertanggung jawab. Groot dan Notosoejitno (2006, hlm. 46). 3) Tangguh; adalah keuletan, pantang meyerah dan sanggup mengembangkan kemampuannya dalam menjawab tantangan dalam menanggulangi kesulitan demi menegakkan kebenaran, kejujuran dan keadilan.Groot dan Notosoejitno (2006, hlm. 47). 4) Tanggon; adalah tahan uji dalam menghadapi godaan dan cobaan, berdisiplin dan tanggung jawab serta mentaati norma-norma hukum, sosial, dan agama. Groot dan Notosoejitno (2006, hlm. 47). 5) Trengginas; adalah kelincahan, kegesitan, dan ketrampilan yang dinamis. enerjik, korektif, efisien, dan efektif untuk mengejar kemajuan. Groot dan Notosoejitno (2006, hlm. 47)

E. Instrumen Penelitian

Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak silat adalah hasil yang diperoleh dari jawaban responden terhadap pemahamanatlet pencak silat tentang konsep Perilaku Berbudi Pekerti Luhur yang tertuang dalam 1)Taqwa, 2) Tanggap, 3) Tangguh, 4) Tanggon, 5) Trengginas.

Table 3.2

Kisi-kisi Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Dalam Pencak Silat

Konsep Dimensi Indikator Sub. Indikator

Budi Pekerti Luhur Menurut Groot dan Notosoejitno (2006, hlm. 19) Perilaku Berbudi Pekerti Luhur adalah kehendak, perasaan, penalaran dan akhlak yang mulia berdasarkan pada keimanan dan ketaqwaan yang teguh

Takwa

adalah beriman dan teguh dalam mengamalkan ajaran-ajaran kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mulyana, (2013, hlm. 101)

Rasa keterikatan (sense of commitment) kepada kaidah-kaidah, nilai-nilai dan cita-cita agama dan moral masyarakat.

Takut (Kepada Allah)

Memohon kekuatan lahir dan batin

Berjaga-jaga atau berhati-hati

Tanggap adalah kreatif, cerdas, peka dan cermat dalam

Sikap tanggap (responsif) dan arif kepada setiap gelagat

MengelolaEmosi Memotivasi diri


(30)

75

kepada tuhan. mengatasi persoalan dan dapat memanfaatkan peluang dan bertanggung jawab. Groot dan Notosoejitno (2006, hlm. 46).

perkembangan, tuntutan, dan

tantangannya. Membina hubungandengan orang lain

Tangguh adalah keuletan, pantang meyerah dan sanggup mengembangkan kemampuannya dalam menjawab tantangan dalam menanggulangi kesulitan demi menegakkan kebenaran, kejujuran dan keadilan. Groot dan Notosoejitno (2006, hlm. 47).

Sikap tangguh (firm) dan dapat

mengembangkan kemampuan di dalam menghadapi dan mengatasi setiap tantangan.

Keuletan dan pantang meyerah sanggup mengembangkan kemampuannya

Menjawab tantangan dalam menanggulangi kesulitan

Menegakkan kebenaran, kejujuran dan keadilan.

Tangon adalah tahan uji dalam menghadapi godaan dan cobaan, berdisiplin dan tanggung jawab serta mentaati norma-norma hukum, sosial, dan agama. Groot dan Notosoejitno (2006, hlm. 47)

Sikap disiplin dan tahan uji di dalam

menghadapi berbagai godaan dan cobaan.

Tahan uji dalam menghadapi godaan dan cobaan

Berdisiplin Tanggungjawab

Mentaati norma-norma hukum, sosial, dan agama.

Trengginas adalah kelincahan, kegesitan, dan ketrampilan yang

dinamis. enerjik, korektif, efisien, dan efektif untuk mengejar kemajuan. Groot dan Notosoejitno (2006, hlm. 47)

Sikap dinamis dan kreatif dalam upaya mencapai keberhasilan dan kemajuan.

Kelincahan, kegesitan, dan ketrampilan yang dinamis.

Enerjik, korektif, efisien, dan efektif untuk mengejar kemajuan.

Perilaku Berbudi Pekerti Luhur dalam pertandingan Pencak silat terdiri dari 52 butir dan setiap butir mempunyai 4 alternatif jawaban yaitu: (Selalu) diberi skor 4, (Sering) diberi skor 3, (Kadang-kadang) diberi skor 2, dan (Tidak pernah) diberi skor 1. Selanjutnya untuk pernyataan yang negatif kebalikan dari skor pernyataan positif.


(31)

1. Langkah-Langkah Penentuan Instrumen

Langkah-langkah yang dilakukan sehingga mendapat item-item pernyataan yang digunakan untuk diujicobakan agar menemukan pernyataan-pernyataan yang layak. Langkah pertama diambil sebuah konsep yaitu perilaku berbudi pekerti luhur dan diturunkan menjadi sebuah indikator kemudian di turunkan lagi menjadi sub indicator sehingga muncul beberapa pernyataan dari sub indikator tersebut. Setiap indikator – indikator tersebut harus berdasarkan beberapa teori dari ahli.

Indikator – Indikator yang digunakan untuk pembuatan instrumen penelitian berdasarkan beberapa teori adalah takwa, tanggap, tangguh,tanggon, dan trengginas menurut Mulyana (2013, hlm101-103).

2. Kalibrasi Instrumen

Kuesioner sebelum digunakan untuk mengumpulkan data penelitian, terlebih dahulu dikalibrasi dengan uji validitas dan uji reliabilitas.

2.1. Uji Validitas dilakukan untuk melihat sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya .Notoadmodjo, S(2010, hlm. 164).

Kaidah pengujiannya adalah item dinyatakan valid jika indeks koefisien korelasi yang diperoleh > 0,250, sebaliknya jika< 0,250 maka dinyatakan gugur. Azwar, S (2013, hlm. 86).

Rumus Person:

 

2 2 2 2

) ( ) ( ) ( ) ( ) )( ( ) ( Y Y n X X n Y X XY n rxy Keterangan:


(32)

77

Rxy = Koefisien korelasi produk momen ∑ x = Jumlah skor item

∑ y = Jumlah skor total

∑xy = Jumlah perkalian antara skor item dan skor total n = Banyaknya subjek

2.2. Uji Reliabilitas untuk melihat sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran hanya dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama, diperoleh hasil pengukuran yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah. Menurut Notoatmodjo, (2010, hlm. 37) realibilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat dihandalkan.

Jadi pengukuran reliabilitas berkenaan dengan konsistensi dan keakuratan pengukuran. Uji validitas menggunakan rumus Korelasi productMoment dari pearson (Sudjana, 1995), sedangkan uji reliabilitas menggunakan formula

Alphacronbach (hasil pelaksanaan uji coba dan analisis dapat dilihat pada

lampiran).

3. Laporan Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak silat dilakukan terhadap 19 responden atlet pencak pencak silat Jawa Barat. Uji coba instrumen ini bertujuan untuk memilih butir-butir instrumen yang memenuhi syarat dan valid.


(33)

Instrumen yang diujicobakan dianalisis dengan tujuan untuk memilih butir-butir yang valid. Analisis instrumen tersebut memberikan informasi butir-butir-butir-butir yang dijawab dengan penilaian yang tidak jauh berbeda dengan kebanyakan atlet pencak silat Jawa Barat. serta menginformasikan butir-butir yang disediakan dapat mewakili indikator variable yang diukur.

Uji validitas keterkaitan skor setiap butir dengan skor total dalam variable ini menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson. Valid tidaknya suatu butir ditentukan oleh perbandingan r hitung dengan r tabel. Butir pernyataan

dinyatakan valid jika rhitung lebih besar dari rtabel, sebaliknya butir pernyataan tidak

valid jika rhitung lebih kecil dari rtabel.

Uji coba instrumen untuk penelitian ini dengan menyebarkan angket dengan jumlah sebanyak 56 pernyataan. Setelah dilakukan uji validitas dengan menggunakan rumus person maka diketahui hasil dari uji coba angket sebanyak 52 penyataaan, ditemukan sebanyak 4 butir pernyataan yang tidak valid. Dari hasil tersebut diperoleh rhitung = 0,859 sedangkan rtabel untuk n = 19 dan a = 0,05

adalah 0,456 berarti rhitung> rtabel, berarti data tersebut valid.

2.2Uji Reliabilitas

Koefisien reliabilitas instrumen digunakan untuk melihat konsistensi jawaban yang diberikan oleh responden. Hasil analisis reliabilitas instrumen variabel Perilaku Berbudi pekerti Luhur dalam pertandingan pencak silat setelah dikurangi dengan butir yang gugur diperoleh besaran koefisien reliabilitas sebesar 0,959. 4. Hasil Uji Validitas dan Uji Reabilitas Instrumen Penelitian


(34)

79

Setelah dilakukan uji statistik untuk kelayakan instrumen penelitian maka pada tabel 3.2 terlihat deskripsi butir-butir penyataan yang telah layak digunakan untuk penelitian. Butir – butir pertanyaan tersebut ada di Tabel 3.3.

Tabel 3.3

Butir – butir pernyataan uji coba instrumen penelitian

Konsep Dimensi Indikator sebelum Pertanyaan sesudah Drop

+ - + -

Perilaku Berbudi Pekerti Luhur

Takwa

Menaati perintah dan menjauhi larangan tuhan, (tremendum at facsinans).

3 1 3 1

Respect dalam berhadapan dengan nilai-nilai moral dan etika.

2 2

Mengelola Emosi 4, 5, 10, 11, 25, 30 6, 35 4, 5, 10, 11, 25, 30 6, 35 Tanggap Memotivasi diri 7, 8, 13, 16 17 7, 8, 13, 16 17 Mengenal emosi

orang lain 9

24,

26 9 26 24

Membina hubungan dengan orang lain.

14, 23, 27, 29, 36 14, 23, 29, 36 27 Keuletan dan

pantang meyerah. 28 28

Tangguh: sanggup mengembangkan kemampuannya 11, 21, 31 18, 19, 20 11, 21, 31 18, 19, 20 Menjawab tantangan dalam menanggulangi kesulitan.

15 15

Menegakkan kebenaran, kejujuran dan keadilan.

56 56


(35)

menghadapi godaan dan cobaan Tangon: Berdisiplin dalam kehidupan sehari-hari. 40, 42, 45, 46

47 40, 42, 45, 46 47 ketrampilan yang dinamis. 32, 34, 43, 44, 55 32, 34, 44, 55 43 Trengginas Enerjik, untuk mengejar kemajuan. 33, 37, 38, 39, 41, 48, 50, 51, 52 33, 37, 38, 39, 41, 48, 50, 52 51 efektif untukpeningkatan prestasi dan kemajuan 49, 53, 54 49, 53, 54

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner yaitu bentuk pertanyaan secara tertulis yang telah disusun untuk diberikan kepada responden guna mendapatkan tanggapan atau informasi tentang apa yang diinginkan peneliti.

H. Teknik Analisis Data

Jenis analisis data yang digunakan adalah statistic non Parametrik dengan menggunakanMann Whitney U Test. Sebelum itu, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner serta uji normalitas data.Statistik deskriptif tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran karakteristik penyebaran skor setiap responden yang diteliti dengan perhitungan rata-rata, simpangan baku, median dan modus.


(36)

81

Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan teknik analisis Komparasi dengan menggunakan Mann Whitney U Test dibantu dengan menggunakan program SPSS 16.Sebelum pengujian hipotesis terlebih dulu dilakukan uji persyaratan analisis yang terdiri dari uji normalitas.

1. Uji Persyaratan Analisis

Pengujian perssyaratan ini yang dilakukan adalah Uji distribusi normal adalah uji untuk mengukur apakah data yang didapatkan memiliki distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik (statistik inferensial). Dengan kata lain, uji normalitas adalah uji untuk mengetahui apakah data empirik yang didapatkan dari lapangan itu sesuai dengan distribusi teoritik tertentu. Dalam kasus ini, distribusi normal. Dengan kata lain, apakah data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal.Apabila data yang normal maka dilakukan uji statistic parametric dan apabila tidak normal dilakukan dengan uji statistic non parametric.

2. Pengujian Hipotesis

Pengujian Hipotesis pada penelitian ini dengan menggunakan uji Mann

Whitney U Test dibantu dengan program SPSS 16.00. uji ini adalah uji non

parametris yang digunakan untuk mengetahui perbedaan median 2 kelompok bebas apabila skala data variabel terikatnya adalah ordinal atau interval/ratio tetapi tidak berdistribusi normal. Berdasarkan definisi di atas, uji Mann Whitney U

Test mewajibkan data berskala ordinal, interval atau rasio. Apabila data interval


(37)

Mann Whitney U Test disebut juga dengan Wilcoxon Rank Sum Test.Merupakan pilihan uji non parametris apabila uji Independent T Test tidak

dapat dilakukan oleh karena asumsi normalitas tidak terpenuhi. Tetapi meskipun bentuk non parametris dari uji independent t test, uji Mann Whitney U Test tidak menguji perbedaan Mean (rerata) dua kelompok seperti layaknya uji Independen T Test, melainkan untuk menguji perbedaan Median (nilai tengah) dua kelompok.

Persyaratanuji Mann Whitney U Testa) Data berskala ordinal, interval atau rasio. b) Terdiri dari 2 kelompok yang independent atau saling bebas. c) Data kelompok I dan kelompok II tidak harus sama banyaknya harus sama banyaknya. d) Data tidak harus berdistribusi normal. sehingga tidak perlu uji normalitas

Prosedur pengujian dapat dilakukan sebagai berikut : a) Susun kedua hasil Pengamatan menjadi satu kelompok sampel, b) Hitung jenjang/ rangking untuk tiap – tiap nilai dalam sampel gabungan, c) Jenjang atau rangking diberikan mulai dari nilai terkecil sampai terbesar, d) Nilai beda sama diberi jenjang rata –rata, e) Selanjutnya jumlahkan nilai jenjang untuk masing-masing sampel, f) Hitung Nilai statistik uji U.

Ada dua macam tehnik U-test ini, yaitu U-test untuk sampel-sampel kecil dimana n ≤ 20 dan U-test sampel besar bila n > 20. Oleh karena pada sampel besar bila n > 20, maka distribusi sampling U-nya mendekati distribusi normal, maka test signifikansi untuk uji hipotesis nihilnya disarankan menggunakan harga kritik Z pada tabel probabilitas normal. Sedangkan test signifikansi untuk sampel kecil digunakan harga kritik U . Adapun formula rumus Mann-Whitney Test. Berikut statistik uji yang digunakan dalam uji mann whitney:


(38)

83

Untuk menghitung nilai statistik uji Mann-Whitney, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Dimana:

U = Nilai uji Mann-Whitney N1= sampel 1

N2= sampel 2

Ri = Ranking ukuran sampel

3. Hipotesis Statistik

Hipotesis Statistik adalah pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. Benar atau salah suatu hipotesis tidak pernah diketahui dengan pasti, kecuali jika seluruh populasi diperiksa. hipotesis yang paling sering kita dengar adalah “menerima” dan “menolak”. Kalimat menolak dalam hipotesis dapat bermakna bahwa hipotesis yang diberikan adalah salah, sebaliknya kalimat menerima hanya semata-mata mengimplikasikan bahwa kita tidak mempercayai penolakan hipotesis tanpa ada bukti-bukti lebih lanjut. Oleh karena itu beberapa statistikawan maupun peneliti memilih menggunakan kata-kata “belum dapat diterima”, “tidak lebih baik daripada”, “tidak ada perbedaan antara”, dan lain-lain daripada harus menggunakan kata “menerima” atau “menolak”. Baru setelah ia melakukan pengujian, hipotesis tersebut akan ditolak. Untuk hipotesis statistik pada penelitian ini dapat digambarkan dengan pernyataan dibawah ini:


(39)

Ha: terdapat perbedaan perilaku berbudi pekerti luhur

atau

H0: µ Tanding = µ TGR

Ha: µ Tanding≠ µ TGR

Kriteria pengujian

1. Jika signifikan < 0.05 maka H0ditolak danHaditerima


(40)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan uji hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa: Tidak terdapat perbedaan kecenderungan perilaku berbudi pekerti luhur atlet pencak silat yang signifikan terhadap kategori pertandingan antara pesilat Tanding putra dengan TGR putra, dan pesilat Tanding putri dengan TGR putri.

Data analisa dari hasil angket perilaku berbudi pekerti luhur terhadap kelompok pesilat tanding putra, TGR (Tunggal, Ganda, Beregu) putra dan TGR (Tunggal, Ganda, Beregu) putri. Ternyata dari keempat kelompok tersebut masing-masing memberikan pengaruh yang tidak berbeda secara signifikan terhadap perilaku berbudi pekerti luhur. Pembahasan hasil dan diskusi penemuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat peluang yang sangat terbuka untuk mengembangkan ajaran budi pekerti luhur, merupakan salah satu jati diri pencak silat sebagai jiwa dan sumber motivasi. Pencak silat dilaksanakan dan digunakan secara bertanggungjawab sesuai dengan falsafahnya yang mengandung keluhuran sikap, perilaku dan perbuatan manusia yang diperlukan untuk mewujudkan cita-cita agama dan moral masyarakat.

Budi terkait dengan aspek kejiwaan yang mempunyai unsur cipta, rasa dan karsa. Pekerti artinya watak atau akhlak, sedangkan luhur artinya mulia atau terpuji. Jadi falsafah budi pekerti luhur adalah falsafah yang menentukan ukuran kebenaran, keharusan dan kebaikan bagi manusia atau orang yang mempelajari, melaksanakan


(41)

dan menggunakan ilmu pencak silat, baik dalam bersikap, berbuat, dan bertingkah laku. Maryono, O’ong (1998, hal 79) menyatakan bahwa manusia sebagai makhluk Tuhan wajib mematuhi dan melaksanakan secara konsisten dan konsekuen nilai-nilai keTuhanan dan keagamaan, baik secara vertikal maupun horizontal.

Falsafah budi pekerti luhur berkaitan erat dengan pembentukan karakter pesilat, karena hal tersebut memberi landasan untuk membentuk sikap dan perilaku pesilat dalam upaya pencapaian kedisiplinan dan penanaman etika yang baik. Nilai-nilai luhur pencak silat merupakan dasar untuk membentuk manusia yang beretika tinggi dan mempunyai disiplin terhadap diri sendiri dan lingkungannya dalam hal menjalankan tugas kewajiban yang diemban.

Kegiatan olahraga pencak silat bila dihubungkan dengan sikap para pelakunya terhadap keberadaan bangsa dan negaranya dapat memberikan sumbangan yang cukup besar dan positif. J. Coakley (1978, hlm 94) mengutip pendapat Douglas Mac Arthur mengatakan, olahraga merupakan pembuat karakter yang penting.

Dalam dunia olahraga pencak silat untuk mencapai prestasi secara optimal perlu dikembangkan budaya sinergis berbagai unsur yang berkarakter, antara lain sinergis dari lembaga pendidikan (perguruan tinggi), lembaga pemerintahan, dan stakeholder. Pencapaian prestasimerupakan salah satu perwujudan dari pilar olahraga prestasi. Tripilar olahraga sebagai penyangga pencapaian prestasi, kebugaran dan pendidikan anak bangsa yang berkarakter terdiri dari pengembangan olahraga prestasi, olahraga rekreasi dan olahraga pendidikan.


(42)

99

Sebagai sebuah fenomena sosial dan kultural, olahraga pencak silat tidak bisa melepaskan diri dari ikatan moral kemodernan, yang kompleks. Penerimaan eksistensinya secara sosiologis dijamin oleh kemampunnya menyesuaikan diri dengan pasar/masyarakat, atau sebaliknya, masyarakat yang akan menjadikannya sebagai sasaran ekstensifikasinya.

B.Saran

Penelitian ini sudah dilakukan secara maksimal mungkin sesuai dengan metodologi penelitian dan bimbingan untuk melaksanakan penelitian dan menyajikannya, tetapi masih terdapat beberapa keterbatasan dan kelemahan. Keterbatasan perlu dikemukakan sebagai pertimbangan dalam menginterpretasi dan menggeneralisasikan hasil penelitian yang dicapai. Keterbatasan-keterbatasan yang Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Penelitian ini masih dapat dikembangkan dengan metoda penelitian lain dan

mengubah variabel penelitian sehingga dapat diketahui faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi terhadap perilaku berbudi pekerti luhur atlet pencak silat. 2. Penelitian ini hanya dilakukan di satu tempat, yaitu pada kegiatan kejuaraan

nasional tahun 2014 di Padepokan Pencak Silat Nasional Indonesia (PPNSI) TMII Jakarta, sehingga generalisasi hasil penelitian ini hanya pada tingkat yang memiliki karakteristik yang sama dengan tempat penelitian dilakukan.

3. Penelitian ini hanya dibatasi pada peserta kejuaraan nasional pencak silat kategori dewasa tahun 2014, sebenarnya masih banyak atlet pencak silat lainnya, dan masih banyak atlet - atlet yang tidak mengikuti kejurnas, seperti atlet daerah, atlet


(43)

provinsi dan atlet pemula lainnya yang sedang mengikuti latihan pada perguruan masing-masing.

4. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner sebagai alat pengumpul data, dan masih mempunyai kelemahan dalam hal, misalnya, ketidak cermatan disaat mengisi kuesioner, atau kesungguhan dalam menjawab.


(44)

101

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta : Rineke Cipta

Bagus Lorens (2002), Kamus Filsafat, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama. Bartens, K. (2004), Etika, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.

Bull, N. J. (1969). Moral Judgment from Childhood to Adolescence. London: Routledge & Kegan Paul.

Chaplin, J.P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Dahar, R. (1991). Teori-teori Belajar. Bandung: Gelora Aksara Pratama.

Darmiyati Zuchdi dkk. (2009). Pendidikan Karakter: Grand Design dan Nilai-nilai

Target. Yogyakarta: UNY Press. Cet. I.

Darmiyati Zuchdi (2010). Humanisasi Pendidikan: Menemukan Kembali

Pendidikan yang Manusiawi. Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. III.

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, (2006) Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, Jakarta: Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni, dan Film.

Djahiri, K. (1992). Menelusuri Dunia Afektif untuk Moral dan Pendidikan Nilai

Moral. Bandung: LPPMP.

Djamil, F, (1999), Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Djatnika, R. (1996). Sistem Etika Islami (Akhlak Mulia). Jakarta: Pustaka Panjimas. Doni Koesoema A. (2007). Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman

Global. Jakarta: Grasindo. Cet. I.

Donn F. Draeger (1992). Weapons and fighting arts of Indonesia. Rutland, Vt. : Charles E. Tuttle Co.


(45)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Echols, J.M. & Hassan, S. (1987). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia. Cet. XV.

Eldon E, Snyder and Etmer A, Spalitzer. (1983). Social Aspects of Sport. New Jersey: Prentice Hall, Inc

Elmubarok, Z. 2009. Membumikan pendidikan nilai. Bandung: Alfabeta.

Fraenkel, JR, Wallen, NE. (2008). How To Design and Evaluate Research in

Education. USA: McGraw Hill, Inc.

Geertz, Clifford, (1973), The Interpretation of Culture, New York : Basic.

Groot. George F. dan Notosoejitno. (2006). Pencak Silat Seni Beladiri Indonesia. Bandung: PT. Granesia.

Hamzah Ya’qub. (1988). Etika Islam: Pembinaan Akhlaqulkarimah (Suatu Pengantar). Bandung: CV Diponegoro. Cet. IV.

Haricahyono, C. (1995). Dimensi-dimensi Pendidikan Moral. Semarang: IKIP Semarang Press.

Harsuki. (2003). Perkembangan Olahraga Terkini. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

http://id.wikipedia.org/wiki/IPSI diakses 2 pebruari 2014.

IPSI, (2013). Hasil Revisi Peraturan Pertandingan Pencak Silat. Jakarta.

Ismail, F. (1988). Paradigma Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Titihan Ilahi Press. Johansyah, L. (2014), Panduan praktis Pencak Silat. Jakarta: Raja Grafindo.

Kattsoff, L, (Alih Bahasa: Soejono Soemargono), (2004), Pengantar Filsafat, Yogyakarta, Tiara Wacana Yogya.

Kerlinger, F. (1964a). Foundation of Behavioral Research. New York: Holt, Rinehart, & Winston.


(46)

103

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

………. (1992b). Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Kevin Ryan & Karen E. Bohlin. (1999). Building Character in Schools: Practical

Ways to Bring Moral Instruction to Life. San Francisco: Jossey Bass.

Kirschenbaum, H. (1995). 100 Ways to Enhance Values and Morality in Schools

and Youth Settings. Massachusetts: Allyn & Bacon.

Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT.Raja Grafindo.

Lickona, T. (1991). Educating for Character: How Our School Can Teach

Respect and Responsibility. New York, Toronto, London, Sydney, Aucland:

Bantam books.

M. Otok Iskandar & Soemardjono, (1992) Pencak Silat, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Maryono, O’ong, (1998a). Pencak Silat Merentang Waktu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

………. (1999b). Pencak Silat Merentang Waktu. Yogyakarta: Benang Merah Marzuki. (2009). Prinsip Dasar Akhlak Mulia: Pengantar Studi Konsep-konsep

Dasar Etika dalam Islam. Yogyakarta: Debut Wahana Press-FISE UNY.

Moh. Nazir. Ph. D, (2003). Metode Penelitian, Jakarta: PT. Ghalia Indonesia.

Muka Sa’id. (1986). Etika Masyarakat Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramita. Mulyana, R. (2004), Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung, Alfabeta.

Mulyana (2013), Pendidikan Pencak Silat Membangun Jati Diri dan Karakter

Bangsa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Munas IPSI (1994), AD/ART IPSI dan Istilah-Istilah teknik pencak silat. Jakarta. Murhananto, (1993) Menyelami Pencak Silat, Jakarta: Puspa Swara.


(47)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Nasution, M.A.(2004). Metode Research, Bumi Aksara, Jakarta.

Nurul Zuriah. (2008) Pendidikan Moral & Budi Pekerti Dalam Perpektif

Perubahan. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Notoatmodjo, S (2010). metodologi penelitian kesehatan, Jakarta: PT rineka cipta.

Notosoejitno, (1997). Khasanah Pencak Silat. Jakarta: CV Sagung Seto.

Oyong Karmayuda. (2005). Prospek Pengembangan Pencak Silat di Kalangan Perguruan Tinggi ASEAN. Jakarta: Pondok Pustaka.

PB IPSI. 1993. Beladiri Pencak Silat. Jakarta. Bahan Penataran Nasional Tingkat Muda.

PB.IPSI. (1995). Peraturan Petandingan Pencak Silat. Jakarta: IPSI.

Pedoman Fair Play Olimpiade Olahraga Siswa Nasional-I (OOSN-I) Sekolah Dasar. Depdiknas Tahun 2008.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. Cet. I.

Pustakaraya Safari. (2004). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.

Quintin Chambers & Donn F. Draeger (1979). Javanese Silat: The Fighting Art of

Perisai Diri. ISBN 0-87011-353-4.

Rusli Lutan. (1988a). Belajar Keterampilan Motorik: Pengantar Teori dan

Metode. Jakarta: Dirjen Dikti-Depdikbud.

………. (1993b). Hakekat dan Karakteristik Penjaskes dalam Kurikulum D-II

PGSD. Jakarta: Dirjen Dikti-Depdikbud.

………. (1998c). Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Penjaskes. Jakarta: Depdikbud-Dikdasmen.

………. (1999d). Krisis Global Pendidikan Jasmani (Reinterpretasi Hasil


(48)

105

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keolahragaan Jerman). Makalah. Lokakarya KBK, Jurusan Pendidikan

Olahraga, FPOK-UPI.

……… & Cholik, T. (1997e). Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan

Kesehatan. Buku Materi Pokok, Depdikbud-Dikdasmen, P2MG Penjaskes

Setara D-II, Universitas Terbuka, Jakarta.

……….. (2001f). Olahraga dan Etika Fair Play. Direktorat Pemberdayaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Olahraga.

Saifuddin, A. (2008). Sikap Manusia dan Teori Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sevilla, C.G. (1993). Pengantar Metode Penelitian. alih bahasa Alimuddin

Tuwu. Jakarta: UI Pres.

Setyobroto, S. (1989) Psikologi Olahraga, Jakarta : PT Anem Kosong Anem.

Shamsuddin, S (2010). The Malay Art Of Self-defense: Silat Seni Gayong. North Atlantic Books. ISBN 1-55643-562-2.

Shields dan Bredemeir. (1995). Charakter Development and Physical Activity, United States of America: Human Kinetic..

Sukardi, (2003) Metodologi Penelitian Pendidikan Jakarta: PT bumi aksara jakarta. Sukmadinata, N.S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Sumantri, E. (2003). Resume Perkuliahan Filsafat Nilai dan Moral. Bandung: Pascasarjana UPI.

Sumardianto. (2000). Sejarah Olahraga. Departemen Pendidikan Kebudayaan. Suseno, Magnis F. (1984). Etika Umum. Jakarta: STF Driyakara.

Teaching Values, an Olympic Education Toolkit. IOC.2007

vivanews.com (2011, http://sport. news.viva.co.id/news/read/267158-tim-pencak-silat-ina-bantah-tuduhan-curang).


(49)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Vrendenbreg. (2005) Metode Penelitian. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

W. Gulo. (2005) Metode Penelitian. Jakarta: PT Gramedia Widiasrana Indonesia. Wibisono, K. 2000. “Strategi Integrasi Pengembangan Sain dan Moral pada

Milinium III” (Perguruan Tinggi Sebagai Unsur Pendukungnya). Yogyakarta: ASMI Santa Maria.


(1)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta : Rineke Cipta

Bagus Lorens (2002), Kamus Filsafat, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama. Bartens, K. (2004), Etika, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.

Bull, N. J. (1969). Moral Judgment from Childhood to Adolescence. London: Routledge & Kegan Paul.

Chaplin, J.P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Dahar, R. (1991). Teori-teori Belajar. Bandung: Gelora Aksara Pratama.

Darmiyati Zuchdi dkk. (2009). Pendidikan Karakter: Grand Design dan Nilai-nilai Target. Yogyakarta: UNY Press. Cet. I.

Darmiyati Zuchdi (2010). Humanisasi Pendidikan: Menemukan Kembali Pendidikan yang Manusiawi. Jakarta: PT. Bumi Aksara, Cet. III.

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, (2006) Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Jakarta: Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni, dan Film.

Djahiri, K. (1992). Menelusuri Dunia Afektif untuk Moral dan Pendidikan Nilai Moral. Bandung: LPPMP.

Djamil, F, (1999), Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Djatnika, R. (1996). Sistem Etika Islami (Akhlak Mulia). Jakarta: Pustaka Panjimas. Doni Koesoema A. (2007). Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman

Global. Jakarta: Grasindo. Cet. I.

Donn F. Draeger (1992). Weapons and fighting arts of Indonesia. Rutland, Vt. : Charles E. Tuttle Co.


(2)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Echols, J.M. & Hassan, S. (1987). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia. Cet. XV.

Eldon E, Snyder and Etmer A, Spalitzer. (1983). Social Aspects of Sport. New Jersey: Prentice Hall, Inc

Elmubarok, Z. 2009. Membumikan pendidikan nilai. Bandung: Alfabeta.

Fraenkel, JR, Wallen, NE. (2008). How To Design and Evaluate Research in Education. USA: McGraw Hill, Inc.

Geertz, Clifford, (1973), The Interpretation of Culture, New York : Basic.

Groot. George F. dan Notosoejitno. (2006). Pencak Silat Seni Beladiri Indonesia. Bandung: PT. Granesia.

Hamzah Ya’qub. (1988). Etika Islam: Pembinaan Akhlaqulkarimah (Suatu Pengantar). Bandung: CV Diponegoro. Cet. IV.

Haricahyono, C. (1995). Dimensi-dimensi Pendidikan Moral. Semarang: IKIP Semarang Press.

Harsuki. (2003). Perkembangan Olahraga Terkini. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

http://id.wikipedia.org/wiki/IPSI diakses 2 pebruari 2014.

IPSI, (2013). Hasil Revisi Peraturan Pertandingan Pencak Silat. Jakarta.

Ismail, F. (1988). Paradigma Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Titihan Ilahi Press. Johansyah, L. (2014), Panduan praktis Pencak Silat. Jakarta: Raja Grafindo.

Kattsoff, L, (Alih Bahasa: Soejono Soemargono), (2004), Pengantar Filsafat, Yogyakarta, Tiara Wacana Yogya.

Kerlinger, F. (1964a). Foundation of Behavioral Research. New York: Holt, Rinehart, & Winston.


(3)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

………. (1992b). Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Kevin Ryan & Karen E. Bohlin. (1999). Building Character in Schools: Practical Ways to Bring Moral Instruction to Life. San Francisco: Jossey Bass.

Kirschenbaum, H. (1995). 100 Ways to Enhance Values and Morality in Schools and Youth Settings. Massachusetts: Allyn & Bacon.

Kunandar. (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT.Raja Grafindo.

Lickona, T. (1991). Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility. New York, Toronto, London, Sydney, Aucland: Bantam books.

M. Otok Iskandar & Soemardjono, (1992) Pencak Silat, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Maryono, O’ong, (1998a). Pencak Silat Merentang Waktu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

………. (1999b). Pencak Silat Merentang Waktu. Yogyakarta: Benang Merah Marzuki. (2009). Prinsip Dasar Akhlak Mulia: Pengantar Studi Konsep-konsep

Dasar Etika dalam Islam. Yogyakarta: Debut Wahana Press-FISE UNY. Moh. Nazir. Ph. D, (2003). Metode Penelitian, Jakarta: PT. Ghalia Indonesia. Muka Sa’id. (1986). Etika Masyarakat Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramita. Mulyana, R. (2004), Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung, Alfabeta.

Mulyana (2013), Pendidikan Pencak Silat Membangun Jati Diri dan Karakter Bangsa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Munas IPSI (1994), AD/ART IPSI dan Istilah-Istilah teknik pencak silat. Jakarta. Murhananto, (1993) Menyelami Pencak Silat, Jakarta: Puspa Swara.


(4)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nasution, M.A.(2004). Metode Research, Bumi Aksara, Jakarta.

Nurul Zuriah. (2008) Pendidikan Moral & Budi Pekerti Dalam Perpektif Perubahan. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Notoatmodjo, S (2010). metodologi penelitian kesehatan, Jakarta: PT rineka cipta.

Notosoejitno, (1997). Khasanah Pencak Silat. Jakarta: CV Sagung Seto.

Oyong Karmayuda. (2005). Prospek Pengembangan Pencak Silat di Kalangan Perguruan Tinggi ASEAN. Jakarta: Pondok Pustaka.

PB IPSI. 1993. Beladiri Pencak Silat. Jakarta. Bahan Penataran Nasional Tingkat Muda.

PB.IPSI. (1995). Peraturan Petandingan Pencak Silat. Jakarta: IPSI.

Pedoman Fair Play Olimpiade Olahraga Siswa Nasional-I (OOSN-I) Sekolah Dasar. Depdiknas Tahun 2008.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. Cet. I.

Pustakaraya Safari. (2004). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.

Quintin Chambers & Donn F. Draeger (1979). Javanese Silat: The Fighting Art of Perisai Diri. ISBN 0-87011-353-4.

Rusli Lutan. (1988a). Belajar Keterampilan Motorik: Pengantar Teori dan Metode. Jakarta: Dirjen Dikti-Depdikbud.

………. (1993b). Hakekat dan Karakteristik Penjaskes dalam Kurikulum D-II PGSD. Jakarta: Dirjen Dikti-Depdikbud.

………. (1998c). Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Penjaskes. Jakarta: Depdikbud-Dikdasmen.

………. (1999d). Krisis Global Pendidikan Jasmani (Reinterpretasi Hasil Kongres World Summit on Physical Education dan Kesan Tentang


(5)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keolahragaan Jerman). Makalah. Lokakarya KBK, Jurusan Pendidikan Olahraga, FPOK-UPI.

……… & Cholik, T. (1997e). Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Buku Materi Pokok, Depdikbud-Dikdasmen, P2MG Penjaskes Setara D-II, Universitas Terbuka, Jakarta.

……….. (2001f). Olahraga dan Etika Fair Play. Direktorat Pemberdayaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Olahraga.

Saifuddin, A. (2008). Sikap Manusia dan Teori Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sevilla, C.G. (1993). Pengantar Metode Penelitian. alih bahasa Alimuddin Tuwu. Jakarta: UI Pres.

Setyobroto, S. (1989) Psikologi Olahraga, Jakarta : PT Anem Kosong Anem.

Shamsuddin, S (2010). The Malay Art Of Self-defense: Silat Seni Gayong. North Atlantic Books. ISBN 1-55643-562-2.

Shields dan Bredemeir. (1995). Charakter Development and Physical Activity, United States of America: Human Kinetic..

Sukardi, (2003) Metodologi Penelitian Pendidikan Jakarta: PT bumi aksara jakarta. Sukmadinata, N.S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Sumantri, E. (2003). Resume Perkuliahan Filsafat Nilai dan Moral. Bandung: Pascasarjana UPI.

Sumardianto. (2000). Sejarah Olahraga. Departemen Pendidikan Kebudayaan. Suseno, Magnis F. (1984). Etika Umum. Jakarta: STF Driyakara.

Teaching Values, an Olympic Education Toolkit. IOC.2007

vivanews.com (2011, http://sport. news.viva.co.id/news/read/267158-tim-pencak-silat-ina-bantah-tuduhan-curang).


(6)

Dedi Dasmon, 2014

Kecenderungan Perilaku Berbudi Pekerti Luhur Atlet Pencak Silat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Vrendenbreg. (2005) Metode Penelitian. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

W. Gulo. (2005) Metode Penelitian. Jakarta: PT Gramedia Widiasrana Indonesia. Wibisono, K. 2000. “Strategi Integrasi Pengembangan Sain dan Moral pada

Milinium III” (Perguruan Tinggi Sebagai Unsur Pendukungnya). Yogyakarta: