PENGARUH PENDEKATAN TAKTIS TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR (JWAB) DALAM AKTIVITAS PERMAINAN SEPAKBOLA.

(1)

Bunyamin, Luthfi F. 2014

PENGARUH PENDEKATAN TAKTIS TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR (JWAB) DALAM AKTIVITAS PERMAINAN SEPAKBOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Olahraga

Oleh

LUTHFI FAHLEFI BUNYAMIN 0906937

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

2

Pengaruh Pendekatan Taktis Terhadap Jumlah

Waktu Aktif Belajar Siswa pada Aktivitas

Permainan Sepakbola

Oleh Risman Nevriandy

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Luthfi Fahlefi Bunyamin 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

PENGARUH PENDEKATAN TAKTIS TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR PADA AKTIVITAS PERMAINAN

SEPAKBOLA OLEH

LUTHFI FAHLEFI BUNYAMIN 0906937

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dr. Uhamisastra, MS. NIP. 195106221980021001

Pembimbing II

Drs. Sucipto, M.Kes, AIFO. NIP. 196106121987031002

Mengetahui, Ketua Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Drs. Mudjihartono M.Pd NIP. 196508171990011001


(4)

(5)

Bunyamin, Luthfi F. 2014

PENGARUH PENDEKATAN TAKTIS TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR (JWAB) DALAM AKTIVITAS

PERMAINAN SEPAKBOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PENGARUH PENDEKATAN TAKTIS TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR PADA AKTIVITAS PERMAINAN SEPAKBOLA

Luthfi Fahlefi Bunyamin (0906937)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendekatan taktis terhadap jumlah waktu aktif belajar dalam pembelajaran permainan sepakbola. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, sedangkan untuk desain penelitiannya adalah pretest-postest control

group design. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 3

Lembang yang dipilih secara purposive sampling, yang berjumlah 40 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen penilaian penampilan mengajar penjas melalui teknik duration recording. Untuk analisis hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis penulis menggunakan uji kesamaan dua rata-rata atau uji t, kemudian hasilnya menunjukan peningkatan jumlah waktu aktif belajar siswa SMP Negeri 3 Lembang pada taraf signifikansi α = 0,05, didapat nilai t hitung = 5,8 Nilai tersebut lebih besar dari nilai ttabel = 2.09, karena

nilai t hitung > t tabel maka Ho ditolak sehingga HA diterima.

Kesimpulannya bahwa pendekatan taktis memberikan pengaruh yang signifikan terhadap jumlah waktu aktif belajar di SMP Negeri 3 Lembang.


(6)

Bunyamin, Luthfi F. 2014

PENGARUH PENDEKATAN TAKTIS TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR (JWAB) DALAM AKTIVITAS PERMAINAN SEPAKBOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 6

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Manfaat Penelitian ... 6

E. Batasan Masalah ... 7

F. Anggapan Dasar ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN A.Hakikat Belajar dan Pembelajaran ... 9

B.Sejarah, Pembelajaran dan Taktik Permainan Sepakbola ... 17

C.Pendekatan Taktis ... 22

D.Hakikat Pendidikan Jasmani ... 28

E. Pentingnya pendidikan Jasmani ... 30

F. Jumlah Waktu Aktif Belajar ... 33


(7)

Bunyamin, Luthfi F. 2014

PENGARUH PENDEKATAN TAKTIS TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR (JWAB) DALAM AKTIVITAS PERMAINAN SEPAKBOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A.Tujuan Penelitian ... 35

B.Waktu dan Tempat Penelitian ... 35

C.Metode Penelitian ... 35

D.Desain dan Langkah-langkah Penelitian ... 36

E. Populasi dan Sampel ... 39

F. Instrumen Penelitian ... 40

G.Teknik Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 48

B.

Diskusi Penemuan ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan ... 57

B.

Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA


(8)

Bunyamin, Luthfi F. 2014

PENGARUH PENDEKATAN TAKTIS TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR (JWAB) DALAM AKTIVITAS PERMAINAN SEPAKBOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya adalah upaya sadar yang dilakukan oleh orang yang sudah dewasa kepada orang yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan. Orang yang sudah dewasa di sini maksudnya adalah seorang guru atau orang tua, karena mereka telah berpengalaman dalam kehidupan di dunia ini sehingga bisa memberi tahu mana yang harus dilakukan dan yang tidak harus dilakukan, mana prilaku yang terpuji dan patut ditiru dan mana prilaku yang tercela. Namun pada kenyataannya pada saat peneliti melakukan pengamatan di beberapa sekolah masih banyak para pelajar yang melakukan prilaku tercela seperti tawuran antar sekolah dan pemalakan di sekolah. Pendidikan di Indonesia tentunya tidak bisa dikatakan gagal dalam memperbaiki moral orang-orang Indonesia itu sendiri, karena pendidikan yang diberikan tidak hanya di sekolah saja tetapi pendidikan di keluarga juga sangat berpengaruh terhadap perilaku anggota keluarganya.

Dalam arti sempit pendidikan bersifat terbatas baik dari segi waktu, materi atau isi pembelajaran, ruang lingkup kegiatan maupun tujuan yang ingin dicapai. Pendidikan hanyalah usaha sekolah dalam mengupayakan terjadinya proses pembelajaran dalam kurun waktu yang ditentukan dan disesuaikan menurut program kurikulum. Ruang lingkup dan pola pikir guru dan siswa hanya apa yang terjadi di sekolah setelah sebelumnya direncanakan, jadi segala sesuatu yang menyangkut pembelajaran hanyalah kegiatan interaksi antara guru dan siswa dengan ditunjang oleh unsur-unsur yang lainnya seperti sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah. Sedangkan pengertian pendidikan secara luas adalah semua pengalaman hidup yang bersifat merubah sikap seseorang ke arah yang lebih baik yang berlangsung dari lahir sampai akhir hidupnya.


(9)

Pendidikan tentunya erat sekali hubungannya dengan belajar, karena belajar merupakan salah satu proses dari pendidikan. Pada hakekatnya belajar merupakan proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui pengalaman. Belajar juga dapat dikatakan sebagai proses transfer ilmu baik itu dari guru, bahan bacaan, media elektronik, maupun dari pengalaman dan merubah wawasan seseorang yang tadinya tidak tahu menjadi tahu. Karena belajar merupakan proses transfer ilmu yang bisa diperoleh dari mana saja, bukan berarti peran guru tidak terlalu penting, tetapi seorang guru juga diharapkan bisa memberikan budaya atau kebiasaan memperoleh informasi dari mana saja, terutama membudayakan gemar membaca sehinga siswa tersebut apapun akan dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang mata pelajaran di sekolahnya, baik itu dari bahan bacaan maupun media elektronik.

Proses pembalajaran tidak hanya untuk menambah wawasan saja, tetapi proses pembelajaran juga dapat merubah tingkah laku seseorang yang tentunya ke arah yang lebih baik.

Sutikno (2013: 10) mengatakan bahwa:

Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk membangun kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

Sejalan dengan itu sudah barang tentu bahwa seseorang yang akan melakukan pembelajaran perlu dilakukannya pengulangan agar informasi yang didapat bisa tersimpan dalam memori jangka panjang.

Banyak yang menganggap pendidikan jasmani di sekolah tidak terlalu penting, itu dapat dilihat ketika studi terdahulu yang dilakukan oleh peneliti di salah satu sekolah di kota Cirebon, mereka menghilangkan mata pelajaran penjas ketika siswa mulai memasuki kelas XII semester 2, karena mereka lebih mementingkan pelajaran-pelajaran yang diujikan pada ujian nasional seperti matematika, bahasa inggris, bahasa indonesia, fisika, kimia, biologi. Padahal kedudukan pendidikan jasmani juga sangat penting adanya, karena pendidikan


(10)

3

jasmani juga tercantum dalam sistem pendidikan nasional. Di samping itu dengan adanya pendidikan jasmani di sekolah juga diharapkan siswa dapat membudayakan pola hidup sehat dan rutin melakukan aktivitas jasmani di luar sekolah. Apa bila seorang siswa malas melakukan aktivitas jasmani maka bisa dipastikan kebugaran jasmaninya rendah, dengan rendahnya kebugaran jasmaninya, maka berbagai macam penyakit obesitas dan darah tinggi akan lebih mudah datang. Sejalan dengan itu menurut Tarigan (2012:15) menyebutkan bahwa “Kegemukan, tekanan darah tinggi, kencing manis, nyeri pinggang bagian bawah, adalah contoh dari penyakit kurang gerak”. Maka dari itu akibatnya penyakit-penyakit tersebut tidak lagi hanya menyerang orang tua atau orang dewasa saja, tetapi juga bisa menyerang anak-anak dan remaja.

Pendidikan jasmani atau penjas merupakan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa, baik itu SD, SMP, atau SMA karena mata pelajaran penjas terdapat dalam kurikulum. Akan tetapi masih banyak pembelajaran penjas di sekolah yang kurang efektif yang salah satunya disebabkan oleh kurang tepatnya seorang guru menerapkan model pembelajaran, dan mengakibatkan kurang pahamnya siswa dalam melakukan pembelajaran.

Siedentop (dalam Subroto dkk., 2008:69) mengatakan “education through

and physical activities” yang artinya pendidikan melalui dan dari aktivitas jasmani. Sejalan dengan itu pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan media untuk mencapai tujuan pendidikan secara umum ke dalam aktivitas fisik itu sendiri.

Permainan sepakbola merupakan salah satu materi atau cabang olah raga yang sangat digemari oleh para siswanya. Ketika seorang guru sedang mengajar pendidikan jasmani sering kali siswa-siswanya meminta kepada gurunya untuk memberikan materi tentang aktivitas permainan sepakbola. Tidak dapat dipungkiri olahraga sepakbola sudah menjadi primadona di Indonesia, ini dapat dilihat dari setiap penonton yang datang ke stadion pada pertandingan liga Indonesia, khususnya Indonesia Super League atau yang biasa disebut ISL. Rata-rata penonton yang datang pada setiap pertandingannya mencapai + 15.000 orang dan jumlah tersebut merupakan jumlah terbanyak di Asia tenggara (sumber:


(11)

goal.com). Maka tidak heran bila banyak siswa yang meminta kepada gurunya untuk bermain sepakbola pada pembelajaran penjas. Namun yang sering terjadi dan menjadi masalah adalah guru hanya memberikan sebuah bola sepak kepada siswa-siswanya dan membiarkan mereka bermain sesuka hati mereka, padahal ada tujuan yang harus dicapai pada setiap pembelajarannya. Untuk mencapai tujuan dari setiap pembelajarannya tersebut seorang guru sudah dibekali ilmu-ilmu tentang mengajar, diantaranya metode pembelajaran, model pembelajaran, gaya mengajar, dan lain sebagainya, tinggal bagaimana seorang guru tersebut dapat menerapkan ilmu-ilmu mengajarnya dengan tepat.

Sepakbola merupakan bagian dari olahraga permainan. Olahraga permainan merupakan salah satu materi yang ada dalam pendidikan jasmani atau penjas. Di dalam olahraga permainan sendiri terdapat permainan bola kecil dan bola besar. Permainan bola kecil terdiri dari kasti, bola bakar, soft ball, rounders, tenis lapang, tenis meja, dan yang lainnya, sedangkan permainan bola besar sendiri terdiri dari sepakbola, basket, voli, futsal, bola tangan, dan lain sebagainya.

Menurut Sucipto, Uhamisastra dan Rahmat (2010:121) bahwa “pendekatan taktis pada hakekatnya adalah suatu pendekatan pembelajaran keterampilan teknik yang sekaligus diterapkan dalam situasi permainan yang sesungguhnya”. Sejalan dengan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa latihan kemampuan taktik tidak hanya akan meningkatkan kemampuan taktikalnya saja tetapi bisa juga meningkatkan kemampuan tekniknya.

Pada pembelajaran yang menerapkan pendekatan taktis menggunakan strategi game-drill-game, yaitu pada pembelajarannya para siswa diberikan permainan dengan peraturan yang dimodifikasi terlebih dahulu, contohnya permainan 4 vs 2 pada permainan sepakbola dengan peraturan 4 orang menyerang dan 2 orang bertahan. Kemudian setelah melakukan permainan dengan peraturan yang dimodifikasi para siswa diberikan drill atau latihan tugas geraknya secara berulang-ulang sampai batas waktu yang telah ditentukan oleh guru. Kemudian yang terakhir para siswa diberikan kembali permainan dengan peraturan yang dimodifikasi.


(12)

5

Kemudian Subroto (2001:4) menjelaskan tentang tujuan pendekatan taktis secara spesifik yaitu “untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang konsep bermain melalui penerapan teknik yang tepat sesuai dengan masalah atau situasi dalam permainan”. Sejalan dengan itu pendekatan taktis bisa membuat siswa lebih berfikir cerdas dalam memecahkan masalahnya dan pendekatan taktis juga membawa siswa bermain ke dalam peraturan yang sebenarnya.

Peran guru pada pendekatan pembelajaran ini pun sangat penting, karena pendekatan pembelajaran taktis menggunakan strategi game-drill-game dan meneyrupai pertandingan sesungguhnya, keterampilan guru pendidikan jasmani bertanya juga penting untuk membuat siswa sadar akan situasi dan kondisi bermain. Kemudian apabila siswa kurang bisa kurang memahami kondisi bermain, maka mereka akan mengalami kesulitan dalam melakukan teknik yang benar dalam situasi tertentu. Seperti yang dikatakan oleh Subroto (2010:7) bahwa:

Keputusan yang tepat seperti apa yang harus dilakukan di dalam situasi bermain adalah sesuatu yang pentig. Kesalahan yang terjadi dalam olahraga, biasanya terjadi pada siswa pemula, yaitu mereka kurang memahami situasi dan kondisi permainan yang sesungguhnya. Jika siswa kurang memahami kondisi bermain, kemampuan untuk mengidentifikasi teknik yang benar dalam situasi tertentu akan terganggu.

Pendekatan taktis sangat cocok digunakan pada pembelajaran olahraga permainan karena pada pendekatan pembelajaran ini memiliki keunggulan yaitu memberikan pemahaman siswa bahwa aktivitas jasmani menyediakan kesempatan untuk mengekpresikan diri dalam setiap bentuk kegiatan aktivitas gerak, memberikan kesempatan memahami setiap konsep permainan termasuk taktik dan strategi, mengembangkan kreativitas dan penalaran siswa, meningkatkan komunikasi, interaksi dan kerjasama antar sesama siswa dalam satu kelompok, serta membudayakan siswa untuk selalu berpartisipasi aktif dalam permbelajaran, siswa merasa tertarik dan tergugah untuk berpikir memecahkan masalah taktik yang diberikan oleh guru. Dengan demikian siswa sadar akan pentingnya keterkaitan keterampilan teknik dan teknik permainan dan memahami mengapa keterampilan tersebut dilakukan. Kemudian sejalan dengan itu Subroto (2010: 7) menjelaskan tentang keistimewaan dari pendekatan taktis yaitu “urutan


(13)

pembelajaran yang alamiah, yang meminimalkan proses pembelajaran yang kurang sesuai dengan tahap-tahap perkembangan”.

Adapun kekurangan dalam model pendekatan taktis ini adalah siswa yang memiliki kemampuan rendah dalam membaca permainan akan mengalami kesulitan dalam proses memecahkan setiap masalah-masalah taktikal yang terjadi selama pembelajaran, siswa yang memiliki keterampilan bermain baik cenderung akan bermain sendiri tanpa mementingkan kerjasama tim, dan apabila siswa tidak memiliki rasa percaya diri dalam bermain kecenderungan siswa tersebut akan pasif dalam setiap kegiatan yang dilakukannya. Maka dari itu adanya leveling

game pada pendekatan taktis diharapkan siswa bisa memecahkan

masalah-masalah taktikal dari mulai level yang rendah ke level yang lebih tinggi.

Menurut Suherman (2009:46) “Perencanaan jumlah waktu aktif belajar akan terkait langsung dengan waktu yang diperlukan untuk aspek lain, misal: pemanasan, penjelasan, demonstrasi, termasuk strategi atau style yang digunakan”. Oleh karena itu akan lebih baik apabila dari sejak awal guru merencanakan pemanfaatan waktu untuk masing-masing aspek dengan curahan waktu terbanyak ditekankan pada waktu aktif belajar. Jumlah waktu aktif belajar sendiri merupakan salah satu indikator keefektifan guru dalam mengajar karena suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif apa bila lebih banyak siswa yang aktif dari pada siswa yang pasif. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa seorang guru harus bisa memanfaatkan waktu yang tersedia pada proses pembelajaran, agar semua siswa mendapatkan jumlah waktu aktif belajar yang sama dan tidak harus menunggu giliran untuk melakukan proses pembelajarannya.

Namun pada kenyataannya peneliti menemukan masalah ketika melakukan

pretest atau pra-penelitian dengan menggunakan model dan pendekatan

pembelajaran yang biasa digunakan guru di SMP Negeri 3 Lembang hasilnya adalah rata-rata siswa yang aktif masih dibawah 50%. Kemudian berdasarkan hasil studi pendahuluan di beberapa sekolah di kota Bandung, masih banyak guru-guru yang belum menerapkan pendekatan pembelajaran yang tepat pada pembelajaran olahraga permainan, hasilnya masih banyak siswa yang tidak mencapai tujuan pembelajaran khususnya dari aspek psikomotor. Kemudian


(14)

7

berdasarkan survei yang dilakukan peneliti, siswa-siswa di sekolah tersebut lebih banyak mengantri menunggu giliran melakukan pembelajaran dari pada melakukan aktivitas pembelajarannya, dengan demikian pembelajaran yang dilakukan tersebut tidak berjalan efektif. padahal menurut Lutan dan Suherman (2000:45) adalah “Jumlah waktu aktif belajar merupakan ciri pembelajaran yang efektif”.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul Pengaruh Pendekatan Taktis Terhadap Jumlah Waktu Aktif Belajar Pada Aktivitas Permainan Sepakbola.

B. Rumusan Masalah

Pendekatan taktis merupakan suatu model yang mengajarkan teknik bermain dalam situasi bermain. Penelitian dan pengalaman menunjukan bahwa melalui pendekatan taktis guru dan siswa termotivasi untuk belajar keterampilan bermain secara baik. Dengan mengacu pada latar belakang masalah tersebut, maka penulis merumuskan permasalahan penelitian adalah: Seberapa besar pengaruh penerapan pendekatan taktis terhadap jumlah waktu aktif belajar di kelas VII SMP Negeri 3 Lembang?

C. Tujuan Penelitian

Penetapan tujuan dalam suatu kegiatan adalah penting sebagai awal untuk kegiatan selanjutnya untuk mencapai tujuan penelitian. Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penulis menetapkan tujuan penelitian adalah: Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penerapan pendekatan taktis terhadap jumlah waktu aktif belajar di kelas VII SMP Negeri 3 Lembang.

D. Manfaat Penelitian

Diharapkan dengan adanya skripsi ini dapat memberikan manfaat, antara lain sebagai berikut:


(15)

1. Secara teoritis dapat dijadikan sumbangan atau masukan bagi guru-guru pendidikan jasmani yang melakukan pembelajaran olahraga permainan, khususnya pada pembelajaran aktivitas permainan sepakbola.

2. Secara praktis diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan mengenai pembelajaran pendidikan jasmani, khususnya pembelajaran aktivitas permainan sepakbola antara menggunakan model pendekatan taktis dengan model pendekatan teknis.

E. Batasan Masalah

Supaya penelitian dapat dilakukan secara mendalam dan tidak menyimpang dari permasalahan yang dikemukakan, maka penulis membatasi penelitian ini tertuju pada siswa kelas VII SMP Negeri 3 Lembang, kemudian variabel yang akan ditelitinya adalah pendekatan taktis dengan Jumlah Waktu Aktif Belajar.

F. Metode Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode eksperimen sebagai metode penelitiannya, yaitu menurut Tarsidi (dalam Sugiyono, 2012:125) “dengan cara melakukan percobaan untuk melihat suatu hasil”.. Pada saat melakukan penelitian, sampel terdiri dari siswa kelas VII yang mengikuti ekstrakurikuler futsal. Disini penulis memilih salah satu jenis metode penelitian metode eksperimen, yaitu menggunakan one-group pretest-posttest design.

Desain penelitian yang digunkan dalam penelitian ini adalah one-group

pretest-posttest design seperti yang dikatakan Sugiyono (2012: 128) yaitu

“kelompok diberi tes awal untuk mengukur kondisi awal sebelum diberi perlakuan. Sesudah selesai perlakuan terhadap kelompok diberi tes lagi sebagai tes akhir”.


(16)

Bunyamin, Luthfi F. 2014

PENGARUH PENDEKATAN TAKTIS TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR (JWAB) DALAM AKTIVITAS PERMAINAN SEPAKBOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian

Secara operasional, penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pendekatan taktis terhadap jumlah waktu aktif belajar pendidikan jasmani di SMP Negeri 3 Lembang.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu dan tempat di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Waktu : 24 September - 15 Desember 2013

Tempat : SMP N 3 Lembang, Jl. Raya lembang No. 29 Kecamatan Lembang

C. Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2012:2) “metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Selanjutnya Sugiyono (2012:72) menambahkan bahwa “metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”.

Metode penelitian merupakan suatu cara yang dilakukan untuk melakukan penelitian atau bisa disebut juga sebagai penolong untuk mencari satu kebenaran dari apa yang sedang kita teliti. Pada metode penelitian eksperimen peneliti akan memberikan perlakuan (treatment) kepada sampelnya, perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini adalah menggunakan model pendekatan taktis dan model pendekatan teknis pada pembelajaran pendidikan jasmani.


(17)

Kemudian Sugiyono (2012:39) menyatakan bahwa “Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Maka berdasarkan penjelasan tersebut, yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel independen atau bebas

Menurut Sugiyono (2012:39) “variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pendekatan taktis.

2. Variabel dependen atau terikat

Menurut Sugiyono (2012:39) “variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah jumlah waktu aktif belajar siswa.

D. Desain penelitan dan langkah-langkah penelitian

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunkan dalam penelitian ini adalah pretest-posttest

control group design yaitu kelompok diberi tes awal untuk mengukur kondisi

awal. Selanjutnya pada kelompok eksperimen diberi perlakuan (X). Sesudah selesai perlakuan kedua kelompok diberi tes lagi sebagai tes akhir. Dari penjelasan tersebut peneliti menempatkan subjek penelitian ke dalam dua kelompok kelas yang terdiri dari kelompok eksperimen pendekatan taktis dan pendekatan teknis yang dipilih secara acak. Mekanisme penelitian dari dua kelas tersebut digambarkan dalam tabel sebagai berikut :


(18)

35

Tabel 3.1

Pretest-Postest Control Group Design

Kelompok Tes awal Perlakuan Post tes

R1 O1 X1 O2

R2 O3 X2 O4

Sumber : Sugiyono (2012:112) Keterangan

R1 : kelompok teratment (pendekatan taktis)

R2 : kelompok kontrol

O1 : tes awal kelompok treatment

O3 : tes awal kontrol

X1 : perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan taktis

X2 : pembelajaran konvensional

O2 : tes akhir kelompok treatment

O4 : tes akhir kelompok kontrol

Adapun prosedur rancangan penelitian sebelum dilakukannya sebuah penelitian sampai berakhirnya penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

A. Perencanaan/persiapan

a. Merumuskan masalah dan tujuan penelitian

b. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat pelaksanaan penelitian.

c. Menghubungi pihak sekolah dan menghubungi guru/pelatih ekstrakurikuler bersangkutan.

d. Membuat izin penelitian. e. Menentukan sampel penelitian. B. Pelaksanaan

a. Pelaksanaan pre test pada sampel yang akan diberikan perlakuan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan dan pemahaman terhadap materi yang akan diajarkan atau disampaikan.


(19)

b. Memberikan perlakuan pada sampel penelitian yaitu dengan menerapkan pembelajaran menggunakan pendekatan taktis.

c. Memberikan post test pada sampel penelitian untuk mengetahui apakah ada peningkatan jumlah waktu aktif belajar setelah pemberian perlakuan.

C. Evaluasi

a. Mengolah data dan menganalisis data hasil pretest dan posttest. b. Menganalisis hasil penelitian.

c. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data untuk menjawab permasalahan penelitian.


(20)

37

2. langkah-langkah penelitian

Secara skematis, langkah penelitian tersebut tersusun dalam bagan berikut: POPULASI

SAMPEL

TES AWAL

KELOMPOK EKSPERIMEN

KELOMPOK KONTROL

PERLAKUAN DENGAN PENDEKATAN TAKTIS

PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

TES AKHIR

PENGOLAHAN

KESIMPULAN


(21)

E. Populasi dan Sampel

Populasi. Dalam setiap penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti, terlebih dahulu perlu menentukan populasi yang dijadikan sebagai sumber data untuk kebutuhan penelitiannya. Populasinya dapat berbentuk manusia, nilai-nilai dokumen dan peristiwa yang menjadikan objek penelitian.

Menurut Arikunto (2002: 115) menjelaskan bahwa "Populasi adalah keseluruhan objek penelitian".Dalam menentukan populasi diperlukan pertimbangan yang baik sehingga sumber data yang diperoleh sesuai atau cocok dengan masalah yang diteliti. Jadi populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 3 Lembang.

Sampel. Setelah seorang peneliti menentukan populasi yang akan ditelitinya, penelitipun harus menentukan sampel yang akan ditelitinya sehingga memudahkan peneliti untuk meneliti penelitiannya.Menurut Arikunto (2002: 117) menyatakan bahwa "Sampel adalah sebagian dari populasi". Selanjutnya tentang jumlah sampel penelitian Arikunto (2002: 120) menambahkan bahwa "Sebagai sekedar ancer-ancer apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subjeknya besar dapat diambil 10% sampai 15%. atau 20 sampai 25% atau lebih".

Menurut Sugiyono (2012: 124) menyatakan bahwa “teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan penentuan pertimbangan tertentu dijadikan sebagai sampel”. Alasan mengapa peneliti menggunakan teknik purposive sampling dalam penelitian ini, karena siswa yang akan menjadi sampel harus memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut :

1. Siswa yang menjadi sampel adalah siswa kelas VII yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola di SMP N 3 Lembang.

2. Siswa yang mengikuti ekstrakurikuler sepakbola merupakan tingkat pemula.


(22)

39

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan kriteria diatas berjumlah 40 orang, selanjutnya siswa dibagi menjadi 2 kelompok sama banyak yaitu 20 orang untuk kelompok treatment (pendekatan taktis) dan 20 orang untuk kelompok kontrol. Untuk menentukan sampel berada di kelompok kontrol atau

treament maka pertama-tama peneliti melakukan pretest, kemudian peneliti

membuat ranking keaktifan siswa dari yang paling aktif sampai ke yang paling tidak aktif. Kemudian setelah peneliti mendapatkan data ranking keaktifan siswa maka peneliti membagi kedalam kedua kelompok, yakni kelompok A dan kelompok B, dengan kriteria seperti berikut:

 Ranking 1 ditempatkan di kelompok A  Ranking 2 ditempatkan di kelompok B  Ranking 3 ditempatkan di kelompok B  Ranking 4 ditempatkan di kelompok A

 Ranking 5 ditempatkan di kelompok A, dan seterusnya.

Untuk menentukan kelompok treatment berada di kelompok A atau B, maka dilakukan undian dengan menggunakan koin.

F. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur yang dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Menurut Sugiyono (2012:102) “instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian”.

Untuk mengetahui pengaruh pendekatan taktis terhadap jumlah waktu aktif belajar penjas, penulis menggunakan instrumen penelitian penampilan mengajar. Instrumen observasi ini menggabungkan dua tujuan, yaitu untuk mengetahui pemanfaatan waktu aktif belajar gerak dan proporsi jumlah siswa dalam belajar gerak. Selain itu juga, dalam instrumen ini terdapat alokasi fokus dan fokus siswa. Untuk mengetahui jumlah waktu aktif belajar siswa penulis akan menggunakan poin alokasi fokus. Kemudian menurut Suherman (2009:32) “instrumen penelitian


(23)

ini sebelumnya pernah digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Komisi Nasional Pendidikan Jasmani dan Olahraga (Komnas penjasor) pada tiga kota besar di indonesia (Surabaya, Jakarta, Padang) pada tahun 2007”.

Data yang diambil dalam penelitian akan menggunakan lembar observasi. Kegiatan observasi dilaksanakan pada saat siswa mengikuti pembelajaran sepakbola dengan menggunakan model pendekatan taktis dan model pendekatan teknis. Untuk dapat mengukur waktu aktif belajar sepakbola maka akan digunakan tabel penilaian mengajar pendidikan jasmani yang di dalamnya terdapat alokasi fokus dan fokus siswa. Karena peneltian ini hanya ingin melihat waktu aktif belajar siswa maka fokus siswa tidak menjadi prioritas utama, akan tetapi hal tersebut bukan berarti harus diabaikan.

Hal-hal yang diperlukan dalam observasi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tes

a. Pretest

Pretest digunakan untuk mengukur jumlah waktu aktif belajar siswa

pada saat pembelajaran sepakbola di awal penelitian.

b. Posttest

Posttest digunakan untuk mengukur jumlah waktu aktif belajar siswa

pada saat pembelajaran sepakbola setelah diberikan treatment.. 2. Format Lembar Observasi

Untuk mengetahui bagaimana penerapan pendekatan taktis terhadap jumlah waktu aktif belajar, penulis akan menggunakan instrumen penelitian penampilan mengajar dengan menggunakan metode observasi sistematis melalui teknik

duration recording, dimana teknik duration recording ini digunakan untuk

memotret keterampilan guru pendidikan jasmani dalam mengajar, terutama yang berhubungan erat dengan penggunaan waktu yang dihabiskan selama pembelajaran. Adapun Suherman (2009:115) mengungkapkan ada empat kategori aktivitas dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, antara lain sebagai berikut :


(24)

41

a. Manajemen (M)

Manajemen adalah waktu yang dihabiskan oleh sebagian besar siswa (lebih dari 50%) untuk yang bersifat manajerial (misalnya pergantian bentuk latihan, menyimpan dan mengambil bola, mendengarkan aturan-aturan dalam mengikuti pelajaran (rules), mendengarkan peringatan atau teguran, ganti pakaian, kehadiran).

b. Aktivitas Belajar (A)

Aktivitas belajar adalah waktu yang dihabiskan oleh sebagian besar siswa (lebih dari 50%) untuk melakukan aktivitas belajar secara aktif (misalnya, menangkap bola, melempar bola, dribbling, lari).

c. Intructional (I)

Intructional adalah waktu yang dihabiskan oleh sebagian besar siswa

(lebih dari 50%) untuk mendengarkan informasi bagaimana melakukan keterampilan (melihat demontrasi, mendengarkan intruksi keterampilan).

d. Waiting (W)

Waiting adalah waktu yang dihabiskan oleh sebagian besar siswa (lebih

dari 50%) tetapi tidak termasuk dalam ketiga kategori diatas (misalnya, tunggu giliran, “off-task behavior” : sebagian siswa diam atau ngobrol tidak melakukan kegiatan yang ditugaskan, menunggu guru untuk memberikan intruksi).

Setelah melihat pemaparan di atas, maka peneliti akan mengaplikasikannya dalam pembelajaran sepakbola di SMP Negeri 3 Lembang. Penulis merujuk pada format menggabungkan dua tujuan yaitu untuk mengetahui pemanfaatan waktu aktif belajar gerak dan proporsi jumlah siswa yang belajar gerak. Maka format lembar observasinya adalah sebagai berikut :

No Stopwatch Alokasi fokus Jumlah siswa fokus

1 0:01:00

2 0:02:00

3 0:03:00


(25)

5 0:05:00 Dst

Tabel 3.2 Format Observasi Penelitian

(Sumber : Suherman dalam Revitalisasi Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani 2009 : 33)

Langkah-langkah pelaksanaan observasi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Hidupkan stopwatch sejak awal hingga akhir pembelajaran.

2. Berikan tanda cek (X) pada kolom stopwatch sesuai dengan berkurangnya waktu dalam stopwatch.

3. Berikan tanda cek (X) pada kolom alokasi fokus segera setelah guru menyuruh siswa melakukan aktivitas fisik fokus tujuan.

Kolom yang digunakan instrumen penelitian adalah berupa gambaran hitungan menit dari mulai menit pertama hingga menit akhir. Jumlah menit yang berada pada kolom ini disesuaikan dengan jam pelajaran penjas yang sudah ditentukan oleh pihak kurikulum yang ada di sekolah. Untuk mempermudah melihat siapa yang aktif dalam pembelajaran pada setiap menitnya, maka penulis akan memberikan nomor dada yang disesuaikan dengan nomor absen yang ada pada absensi kelas. Sedangkan untuk menentukan berapa jumlah siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran maka harus menuliskan nomor urut siswa tersebut pada kolom jumlah siswa fokus.

G. Teknik Analisis Data

Setelah tes dilaksanakan selanjutnya adalah mengumpulkan dan menganalisis data yang telah didapat agar memberikan informasi yang dapat menggambarkan tujuan penelitian. Menrut Sugiyono (2011: 207) menyatakan bahwa:


(26)

43

Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji statistik yang sesuai agar dapat menguji hipotesisdan memberikan kesimpulan yang tepat. Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh dalam pengolahan data ini adalah sebagai berikut:

1. Mencari nilai rata-rata x = ∑xᵢ

n

Keterangan:

x : rata-rata kelompok n : jumlah sampel xᵢ : nilai data

∑xᵢ : jumlah sampel suatu kelompok

2. Mencari simpangan baku

S= ∑√ x+x

√n−

Keterangan:

S : simpangan baku

n : jumlah sampel

∑√ � + �̅ : jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata

3. Uji normalitas


(27)

a. Pengamatan X1, X2, ... Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ... Zn dengan menggunakan rumus:

Zi = ��−�

b. Untuk bilangan baku digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung F (Z1) = P (Z.Z1)

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, ... Zn ∑Z1. jika proporsi ini dinyatakan S (Zi), maka:

S (Z1) =banyaknya Z1, Z2, ... Zn ∑Z1

N

d. Menghitung selisih F (Z1) – S (Z1) kemudian tentukan harga mutlaknya. e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut

(L0)

f. Untuk menolak atau menerima hipotesis, membandingkan L0 dengan nilai

kritis L yang diambil dari daftar taraf nyata α yang dipilih. Apa bila hipotesis nol ditolak jika L0 yang diperoleh lebih besar dari data pengamatan

L dari daftar tabel, sedangkan dalam hal lainnya hipotesis nol diterima. 4. Menguji homogenitas

F =�

Keterangan:

S12 :varians dari kelompok lebih besar

S22 : varians dari kelompok kecil

Kriteria pengujian homogenitas adalah terima hipotesis jika Fhitung lebih

kecil dari Ftabel dengan derajat kebebasan = (V1.V2) dengan α = 0.05

5. Pengujian signifikan

Pengujian signifikan dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar antara kelompok pembelajaran sepakbola menggunakan pendekatan taktis dengan kelompok pembelajaran sepakbola menggunaka pendekatan teknis, dengan sebagai berikut:


(28)

45

t = � −�

�√ +

S merupakan varians gabungan yang dihitung dengan rumus: S2 = (n-1)S12 + (n-1)S22

n1+n2-2

Keterangan:

t = distribusi t

x1 = nilai rata-rata tes awal

x2 = nilai rata-rata tes akhir

n1 = ukuran kelompok tes awal

n2 = ukuran kelompok tes akhir

S12 = varians kelompok tes awal

S22 = varians kelompok tes akhir

Mengetahui perolehan hasil thitung dengan menggunakan derajat keabsahan

(dk) = n1+n2-2; dan taraf signifikansi α = 0,05 kriteria pengujian hipotesis ini

adalah H0 diterima atau H1 ditolak apabila thitung<ttabel<thitung dan untuk melihat

pembelajaran sepak bola mana yang paling berhasil dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh paling besar dari pembelajaran menggunakan model pendekatan taktis dan pembelajaran sepak bola menggunakan pendekatan teknis.

Tetapi bila distribusi datanya tidak normal dan tidak homogen, pengujian hipotesis menggunakan analisis tes non parametrik dengan uji wilcoxon. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam uji wilcoxon menurut Abduljabar dan Kusumah(2010:368)adalah sebagai berikut:

a. Beri nomor urut untuk setiap harga mutlak selisih (Xi-Yi). Harga mutlak yang terkecil diberi nomor urut atau peringkat 1, harga mutlak selisih


(29)

berikutnya diberi nomor urut 2, dan akhirnya harga mutlak terbesar diberi nomor urut n. Jika terdapat selisih yang harga mutlaknya sama besar, untuk nomor urut diambil rata-ratanya.

b. Untuk tiap nomor urut yang berikan pula tanda yang didapat selisih (X-Y). c. Hitunglah jumlah nomor urut yang bertanda positif dan juga jumlah nomor

urut yang bertanda negatif.

d. Untuk jumlah nomor urut yang didapat di c), ambilah angka harga mutlaknya paling kecil, sebutlah jumlah ini sama dengan J. Jumlah yang dipakai untuk menguji hipotesis.

H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pendekatan taktis

terhadap jumlah waktu aktif belajar

H1 : Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara pendekatan taktis

terhadap jumlah waktu aktif belajar

Untuk mengetahui hipotesis diatas dengan taraf nyata α = 0,01 atau α = 0,05 kita bandingkan J diatas dengan J yang diperoleh dari daftar tabel J jika J dari perhitungan lebih kecil atau sama dengan Jtabel berdasarkan taraf nyata yang


(30)

Bunyamin, Luthfi F. 2014

PENGARUH PENDEKATAN TAKTIS TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR (JWAB) DALAM AKTIVITAS PERMAINAN SEPAKBOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, penulis mengambil kesimpulan sebagai hasil dari proses penelitian ini bahwa, pendekatan taktis dapat berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah waktu aktif belajar siswa.

B. Saran

Sebagai bahan pertimbangan pada guru penjas bahwa pendekatan taktis dapat diterapkan pada pembelajaran penjas khususnya olahraga permainan untuk meningkatkan jumlah waktu aktif belajar siswa.


(31)

Bunyamin, Luthfi F. 2014

PENGARUH PENDEKATAN TAKTIS TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR (JWAB) DALAM AKTIVITAS PERMAINAN SEPAKBOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, Bambang .(2011). Pedagogi Olahraga. Bandung: FPOK UPI.

Abduljabar, Bambang dan Kusumah N., Jajat Drajat. (2010). Aplikasi Statistika

dalam Penjas. Bandung: FPOK UPI.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: P.T. Rineka Cipta. Bunker & Thorpe. (1982). Bulletin of Physical Education.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: CV Tambak Kusuma.

Hoedaya, D. (2001). Pendekatan Keterampilan Taktis Dalam Pembelajaran

Bolabasket : Konsep dan Metode. Jakarta : Bagian proyek pembinaan kelas

olahraga

Juliantine, T. Yudiana, Y. & Subarjah, H. (2007). Teori Latihan. Bandung: FPOK UPI.

Juliantine, Tite., Subroto, Toto & Yudiana, Yunyun .(2011). Model-model

Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: UPI.

Juliantine, Tite., Subroto, Toto & Yudiana, Yunyun .(2012). Belajar &

Pembelajaran Penjas. Bandung: FPOK UPI.

Lutan, R. (2001). Mengajar Pendidikan Jasmani: Pendekatan Pendidikan Gerak

di Sekolah Dasar. Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen

Dikdasmen dan Dirjen Olahraga.

Lutan, Rusli dkk. (2009). Sejarah dan Filsafat Olahraga. Bandung: FPOK UPI. Metzler. (2000). Intructional Models For Physical Education. USA : Allyn and

Bacon.

Mahendra, Agus.(2009). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: UPI. Subroto, Toto dkk. (2008). Teori Bermain. Bandung: PJKR FPOK UPI.

Subroto, Toto.(2008). Teori bermain. Bandung: UPI.

Subroto, Toto .(2010). Didaktik Metodik Pembelajaran Olahraga Permainan. Bandung: FPOK UPI.

Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan. (2009). Landasan pendidikan. Bandung: UPI.

Sucipto (1999) . Sepak Bola. Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP setara D-III-2000.

Sucipto., Uhamisastra dan Rahmat, Alit. (2010). Pembelajaran Pencak Silat. Bandung: FPOK UPI.

Sudjana, N. (1991). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif

Kualitatif dan R&D. Bandung : CV Alfabeta.

Suherman, Adang. (2009). Revitalisasi Pengajaran dalam Penjas. Bandung: Bintang Warli Artika.


(32)

Bunyamin, Luthfi F. 2014

PENGARUH PENDEKATAN TAKTIS TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR (JWAB) DALAM AKTIVITAS PERMAINAN SEPAKBOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Susilana, Rudi. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: UPI. Sutikno, Sobry (2013). Belajar dan Pembelajaran. Lombok: Holistica.

Tarigan, Beltasar. (2001). Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran

Sepak Bola: Konsep dan Metode. Jakarta: Depdiknas

Tarigan, Beltasar. (2012). Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga (Sebuah Analitis Kritis. Bandung: Eidos.

Yudiana, Y .(2010). Implementasi Model Pendekatan Taktis dan Teknis untuk

Pembelajaran Bola Basket dalam Pendidikan Jasmani Siswa/i SMP.

Desertasi Doktor pada Sekolah Pasca Sarjana UPI. Bandung: Tidak

diterbitkan.

SKRIPSI:

Hasbiyal, M. (2013). Perbandingan Model Pendekatan Tatis dengan Model Koperatif Terhadap Jumlah Waktu Aktif Belajar Dalam Pembelajaran

Permaianan Bolabasket. Skripsi S1 pada FPOK UPI Bandung : tidak

diterbitkan.

INTERNET:

Muchtar, Remy. (2005). Sejarah Permainan Sepakbola. [Online]

Tersedia: http://menjamu.blogspot.com/2005/01/ sejarah-permainan-sepak-bola.html. [Oktober 2005]

Siswoyo, D. (2013). Pengertian Pembelajaran Kooperatif Menurut Para Ahli. [Online] Tersedia : http://dedi26.blogspot.com/2013/05/pengertian-pembelajaran-kooperatif.html (Mei 2013)

Yasin, S. (2012). Pengertian Belajar Teori Definisi Menurut Para Ahli. [Online] Tersedia: http://www.sarjanaku.com/2012/11/pengertian-belajar-menurut-para-ahli.html. [November 2012]

Wibawa. (2010). Permainan Sepakbola. [Online]. Tersedia: http://kobebrian.wordpress.com/2010/01/05/31. html. [Januari 2010]

Tersedia: http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/ metode-penelitian-kuantitatif/


(1)

44

a. Pengamatan X1, X2, ... Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ... Zn dengan menggunakan rumus:

Zi = ��−�

b. Untuk bilangan baku digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung F (Z1) = P (Z.Z1)

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, ... Zn ∑Z1. jika proporsi ini dinyatakan S (Zi), maka:

S (Z1) =banyaknya Z1, Z2, ... Zn ∑Z1

N

d. Menghitung selisih F (Z1) – S (Z1) kemudian tentukan harga mutlaknya. e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut

(L0)

f. Untuk menolak atau menerima hipotesis, membandingkan L0 dengan nilai

kritis L yang diambil dari daftar taraf nyata α yang dipilih. Apa bila hipotesis nol ditolak jika L0 yang diperoleh lebih besar dari data pengamatan

L dari daftar tabel, sedangkan dalam hal lainnya hipotesis nol diterima. 4. Menguji homogenitas

F =�

Keterangan:

S12 :varians dari kelompok lebih besar

S22 : varians dari kelompok kecil

Kriteria pengujian homogenitas adalah terima hipotesis jika Fhitung lebih

kecil dari Ftabel dengan derajat kebebasan = (V1.V2) dengan α = 0.05

5. Pengujian signifikan

Pengujian signifikan dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar antara kelompok pembelajaran sepakbola menggunakan pendekatan taktis dengan kelompok pembelajaran sepakbola menggunaka pendekatan teknis, dengan sebagai berikut:


(2)

45

t = � −�

�√ +

S merupakan varians gabungan yang dihitung dengan rumus: S2 = (n-1)S12 + (n-1)S22

n1+n2-2

Keterangan:

t = distribusi t

x1 = nilai rata-rata tes awal

x2 = nilai rata-rata tes akhir

n1 = ukuran kelompok tes awal

n2 = ukuran kelompok tes akhir

S12 = varians kelompok tes awal

S22 = varians kelompok tes akhir

Mengetahui perolehan hasil thitung dengan menggunakan derajat keabsahan

(dk) = n1+n2-2; dan taraf signifikansi α = 0,05 kriteria pengujian hipotesis ini

adalah H0 diterima atau H1 ditolak apabila thitung<ttabel<thitung dan untuk melihat

pembelajaran sepak bola mana yang paling berhasil dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh paling besar dari pembelajaran menggunakan model pendekatan taktis dan pembelajaran sepak bola menggunakan pendekatan teknis.

Tetapi bila distribusi datanya tidak normal dan tidak homogen, pengujian hipotesis menggunakan analisis tes non parametrik dengan uji wilcoxon. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam uji wilcoxon menurut Abduljabar dan Kusumah(2010:368)adalah sebagai berikut:

a. Beri nomor urut untuk setiap harga mutlak selisih (Xi-Yi). Harga mutlak yang terkecil diberi nomor urut atau peringkat 1, harga mutlak selisih


(3)

46

berikutnya diberi nomor urut 2, dan akhirnya harga mutlak terbesar diberi nomor urut n. Jika terdapat selisih yang harga mutlaknya sama besar, untuk nomor urut diambil rata-ratanya.

b. Untuk tiap nomor urut yang berikan pula tanda yang didapat selisih (X-Y). c. Hitunglah jumlah nomor urut yang bertanda positif dan juga jumlah nomor

urut yang bertanda negatif.

d. Untuk jumlah nomor urut yang didapat di c), ambilah angka harga mutlaknya paling kecil, sebutlah jumlah ini sama dengan J. Jumlah yang dipakai untuk menguji hipotesis.

H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pendekatan taktis

terhadap jumlah waktu aktif belajar

H1 : Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara pendekatan taktis

terhadap jumlah waktu aktif belajar

Untuk mengetahui hipotesis diatas dengan taraf nyata α = 0,01 atau α = 0,05

kita bandingkan J diatas dengan J yang diperoleh dari daftar tabel J jika J dari perhitungan lebih kecil atau sama dengan Jtabel berdasarkan taraf nyata yang


(4)

Bunyamin, Luthfi F. 2014

PENGARUH PENDEKATAN TAKTIS TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR (JWAB) DALAM AKTIVITAS PERMAINAN SEPAKBOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, penulis mengambil kesimpulan sebagai hasil dari proses penelitian ini bahwa, pendekatan taktis dapat berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah waktu aktif belajar siswa.

B. Saran

Sebagai bahan pertimbangan pada guru penjas bahwa pendekatan taktis dapat diterapkan pada pembelajaran penjas khususnya olahraga permainan untuk meningkatkan jumlah waktu aktif belajar siswa.


(5)

Bunyamin, Luthfi F. 2014

PENGARUH PENDEKATAN TAKTIS TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR (JWAB) DALAM AKTIVITAS PERMAINAN SEPAKBOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, Bambang .(2011). Pedagogi Olahraga. Bandung: FPOK UPI.

Abduljabar, Bambang dan Kusumah N., Jajat Drajat. (2010). Aplikasi Statistika dalam Penjas. Bandung: FPOK UPI.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: P.T. Rineka Cipta. Bunker & Thorpe. (1982). Bulletin of Physical Education.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: CV Tambak Kusuma.

Hoedaya, D. (2001). Pendekatan Keterampilan Taktis Dalam Pembelajaran Bolabasket : Konsep dan Metode. Jakarta : Bagian proyek pembinaan kelas olahraga

Juliantine, T. Yudiana, Y. & Subarjah, H. (2007). Teori Latihan. Bandung: FPOK UPI.

Juliantine, Tite., Subroto, Toto & Yudiana, Yunyun .(2011). Model-model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: UPI.

Juliantine, Tite., Subroto, Toto & Yudiana, Yunyun .(2012). Belajar & Pembelajaran Penjas. Bandung: FPOK UPI.

Lutan, R. (2001). Mengajar Pendidikan Jasmani: Pendekatan Pendidikan Gerak di Sekolah Dasar. Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Dikdasmen dan Dirjen Olahraga.

Lutan, Rusli dkk. (2009). Sejarah dan Filsafat Olahraga. Bandung: FPOK UPI. Metzler. (2000). Intructional Models For Physical Education. USA : Allyn and

Bacon.

Mahendra, Agus.(2009). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: UPI. Subroto, Toto dkk. (2008). Teori Bermain. Bandung: PJKR FPOK UPI.

Subroto, Toto.(2008). Teori bermain. Bandung: UPI.

Subroto, Toto .(2010). Didaktik Metodik Pembelajaran Olahraga Permainan. Bandung: FPOK UPI.

Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan. (2009). Landasan pendidikan. Bandung: UPI.

Sucipto (1999) . Sepak Bola. Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP setara D-III-2000.

Sucipto., Uhamisastra dan Rahmat, Alit. (2010). Pembelajaran Pencak Silat. Bandung: FPOK UPI.

Sudjana, N. (1991). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : CV Alfabeta.

Suherman, Adang. (2009). Revitalisasi Pengajaran dalam Penjas. Bandung: Bintang Warli Artika.


(6)

Bunyamin, Luthfi F. 2014

PENGARUH PENDEKATAN TAKTIS TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR (JWAB) DALAM AKTIVITAS PERMAINAN SEPAKBOLA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Susilana, Rudi. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: UPI. Sutikno, Sobry (2013). Belajar dan Pembelajaran. Lombok: Holistica.

Tarigan, Beltasar. (2001). Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran Sepak Bola: Konsep dan Metode. Jakarta: Depdiknas

Tarigan, Beltasar. (2012). Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga (Sebuah Analitis Kritis. Bandung: Eidos. Yudiana, Y .(2010). Implementasi Model Pendekatan Taktis dan Teknis untuk

Pembelajaran Bola Basket dalam Pendidikan Jasmani Siswa/i SMP. Desertasi Doktor pada Sekolah Pasca Sarjana UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

SKRIPSI:

Hasbiyal, M. (2013). Perbandingan Model Pendekatan Tatis dengan Model Koperatif Terhadap Jumlah Waktu Aktif Belajar Dalam Pembelajaran Permaianan Bolabasket. Skripsi S1 pada FPOK UPI Bandung : tidak diterbitkan.

INTERNET:

Muchtar, Remy. (2005). Sejarah Permainan Sepakbola. [Online]

Tersedia: http://menjamu.blogspot.com/2005/01/ sejarah-permainan-sepak-bola.html. [Oktober 2005]

Siswoyo, D. (2013). Pengertian Pembelajaran Kooperatif Menurut Para Ahli. [Online] Tersedia : http://dedi26.blogspot.com/2013/05/pengertian-pembelajaran-kooperatif.html (Mei 2013)

Yasin, S. (2012). Pengertian Belajar Teori Definisi Menurut Para Ahli. [Online] Tersedia: http://www.sarjanaku.com/2012/11/pengertian-belajar-menurut-para-ahli.html. [November 2012]

Wibawa. (2010). Permainan Sepakbola. [Online]. Tersedia: http://kobebrian.wordpress.com/2010/01/05/31. html. [Januari 2010]

Tersedia: http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/ metode-penelitian-kuantitatif/