TANGGUNG JAWAB RENTENG DALAM PELUNASAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DIHUBUNGKAN DENGAN PERIKATAN TANGGUNG MENANGGUNG BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA.

TANGGUNG JAWAB RENTENG DALAM PELUNASAN PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI DIHUBUNGKAN DENGAN PERIKATAN
TANGGUNG MENANGGUNG BERDASARKAN KITAB UNDANGUNDANG HUKUM PERDATA
Sugirianto
110110080290
Dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang perubahan
ketiga atas Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai terdapat satu
ketentuan mengenai tanggung jawab renteng bagi pembeli, yakni
sebagaimana tercantum dalam Pasal 16F. ketentuan ini memberikan hak
kepada fiskus untuk menagih pajak pertambahan nilai yang terutang
kepada pembeli yang tidak dipungut oleh penjual. Berdasarkan Pasal 3A
Undang-Undang Pajak Pertambahan nilai, bahwa pihak yang bertanggung
jawab atas pelunasan pajak yang terutang adalah pengusaha kena pajak
penjual yang melakukan penyerahan barang atau jasa, hal ini sesuai
dengan karakteristik pajak pertambahan nilai sebagai pajak tidak
langsung. namun berdasarkan Pasal 16F Undang-Undang Nomor 42
Tahun 2009 pembeli juga dapat dibebani tanggung jawab untuk
melakukan pelunasan pajak yang terutang kepada kas negara apabila
penjual tidak memungut pajak pertambahan nilai yang terutang.
Penelitian dalam skripsi ini menggunakan metode pendekatan
yuridis normatif, yakni pendekatan dengan menitik beratkan kepada data

sekunder atau bahan kepustakaan. Adapun tujuan yang hendak dicapai
dari penelitian ini ialah untuk mengetahui mekanisme pelaksanaan
tanggung jawab renteng dalam pajak pertambahan nilai yang dibebankan
kepada pembeli dan untuk mengetahu tepat atau tidaknya ketentuan
tanggung jawab renteng diterapkan dalam pajak pertambahan nilai.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis menunjukan bahwa
pembeli dibebani tanggung jawab renteng untuk melakukan pelunasan
pajak pertambahan nilai yang terutang kepada kas negara, apabila faktur
pajak masukan yang dikreditkan oleh pembeli merupakan faktur pajak
yang diterbitkan oleh penjual yang tidak dikukuhkan sebagai pengusaha
kena pajak atau penjual tidak memungut pajak pertambahan nilai yang
terutang. Adapun mekanisme pelaksanaan tanggung jawab renteng ini
ditagih dengan menerbitkan surat ketetapan pajak kurang bayar (SKPKB)
kepada pembeli. Berdasarkan karakteristik pajak pertambahan nilai
sebagai pajak tidak langsung, ketentuan tanggung jawab renteng tidak
tepat diterapkan dalam pajak pertambahan nilai yang menempatkan
kedudukan penanggung jawab pembayaran pajak ke kas negara dengan
kedudukan destinataris pada pihak-pihak yang berbeda. Secara yuridis,
pihak yang bertanggung jawab atas pelunasan pajak ke pada kas Negara
adalah penjual. oleh karena itu, apabila penjual tidak memungut pajak

yang terutang atau apabila terjadi penyimpangan dalam pemungutan
pajak, fiskus harus meminta pertanggungjawaban kepada penjual.

iv

SEVERALLY LIABLE IN VALUE ADDED TAX PAYMENT IN RELATION
TO THE BEAR RESPONSIBILITY IN ACCORDANCE TO THE BOOK OF
CIVIL LAW
Sugirianto
110110080290
In the law no 42 year of 2009 concerning on third amendment of
value-added tax law, there is a provision about severally liable for buyer
that is stated in article16F; this provision authorize the tax authority to
charge the buyer for value-added tax which is payable which is not
collected by the sellers. Moreover, in accordance to article 3A of valueadded tax law, that the responsible party for the repayment of tax payable
is the sellers who deliver taxable goods and services, it appropriates with
the characteristics of value-added tax as indirect tax. However, in
accordance to article 16F law no 42 year of 2009 the buyer can also be
charged the responsibility to pay tax payable to the treasury if the sellers
do not collect payable value-added tax.

This research applies juridical normative approach; that is the
approach which emphases on secondary data and literature review. This
research aims at finding out the mechanism of the implementation of
severally liable in value added tax which is charged to the buyer and
finding out whether it is appropriate or not the severally liable provision if it
is implemented in value added tax.
The result shows that the mechanism of the implementation of
severally liable is collected by issuing under-paid tax assessment (SKPKB)
to the buyer. Based on the characteristics of value-added tax as indirect
taxes, severally liable provision is inappropriately implemented in valueadded tax which occupies the responsibility of tax payment to the treasury
by the Juridically, the responsible party for the tax repayment to treasury is
the seller. Therefore, if the sellers do not collect tax payable or if tax
irregularities occurred, the tax authority must hold the sellers.

v