PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PERUSAKAN TERUMBU KARANG MENURUT HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM NASIONAL.

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PERUSAKAN TERUMBU KARANG
MENURUT HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM NASIONAL
Raden Raidi Prayudhi
110110060377
Abstrak
Kerusakan ekosistem terumbu karang tidak terlepas dari aktivitas manusia
baik di daratan maupun pada ekosistem pesisir dan lautan. Kerusakan terumbu
karang yang diakibatkan oleh aktivitas manusia harus sedapat mungkin dicegah,
karena akan sangat berdampak pada terganggunya ekosistem lainnya dan
menurunnya produksi ikan yang merupakan sumber protein hewani bagi
kemaslahatan umat manusia. Kurangnya penegakan hukum yang ada di Indonesia
mengakibatkan berkurangnya tingkat kesadaran masyarakat untuk memahami
pentingnya perairan dan terumbu karang yang ada di Indonesia. Adapun penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui upaya penegakan hukum terhadap perusakan
terumbu karang menurut hukum internasional dan hukum nasional dan mengetahui
kendala-kendala yang menghambat terlaksananya penegakan hukum atas
perusakan terumbu karang.
Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum juridis normatif.
Sifat penelitian yang akan dilakukan yaitu metode deskriptif. Analisis data secara
juridis kualitatif untuk membahas bahan penelitian yang datanya mengarah pada
kajian yang bersifat teoritis mengenai asas-asas penegakan hukum, kaidah-kaidah

hukum dan pengertian-pengertian hukum yang berkaitan dengan penegakan hukum
perusakan terumbu karang.
Keberadaan terumbu karang sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan
baik yang bersifat fisik maupun kimia. Pengaruh itu dapat mengubah komunitas
karang dan menghambat perkembangan terumbu karang secara keseluruhan.
Kerusakan terumbu karang pada dasarnya dapat disebabkan oleh faktor fisik, biologi
dan karena aktivitas manusia. Penegakan hukum lingkungan khususnya atas
perusakan terumbu karang tidak dapat hanya diandalkan pada ketegasan atau
kerasnya penegakan hukum tersebut. Penegakan hukum yang dikehendaki ialah
penegakan hukum yang tegas, tetapi arif dan bijaksana. Undang-undang No. 32
tahun 2009 memuat tiga macam penegakan dalam hukum lingkungan antara lain
penegakan hukum administrasi, penegakan hukum perdata dan penegakan hukum
pidana.
Kelemahan atau keseluruhan dalam pengelolaan terumbu karang dan
perikanan dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu: yang bersifat teknis, yang
berkaitan dengan kebijakan, berkaitan dengan aspek hukum dan kelembagaan dan
kondusi ekonomi politik (kebijakan ekonomi makro) yang kurang kondusif bagi
pembangunan terumbu karang dan perikanan. Tingkat pengetahuan nelayan yang
terbatas menjadi salah satu penyebab terjadinya penangkapan yang destruktif.