INTERFERENSI DAN INTEGRASI DALAM KOLOM-KOLOM EDAN PRIE G.S INTERFERENSI DAN INTEGRASI DALAM KOLOM-KOLOM EDAN PRIE G.S “HIDUP BUKAN HANYA URUSAN PERUT” (Suatu Tinjauan Sosiolinguistik).

(1)

“HIDUP BUKAN HANYA URUSAN PERUT”

(Suatu Tinjauan Sosiolinguistik)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

Disusun Oleh:

Ari Listiyoningsih

A. 310 040 012

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan hal yang penting bagi terbentuknya suatu kelompok masyarakat. Untuk dapat berkomunikasi antar anggota kelompok masyarakat diperlukan suatu alat yang disebut bahasa. Bahasa merupakan media komunikasi yang utama dalam suatu kelompok masyarakat, dengan bahasa seorang dapat mengungkapkan perasaan, pikiran, ide dan kemauannya kepada orang lain.

Masyarakat sebagai salah satu tempat interaksi bahasa berlangsung, secara sadar atau tidak sadar menggunakan bahasa yang hidup dalam masyarakat. Bahasa juga dapat mengikat anggota-anggota masyarakat menjadi kuat, bersatu dan maju. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bahasa dan masyarakat merupakan dua hal yang berkaitan, berkaitan dengan pemakaian bahasa oleh anggota masyarakat.

Bahasa dapat dikatakan sebagai fenomena sosial, sekaligus fenomena alam. Dikatakan sebagai fenomena alam karena bahasa dalam penggunaannya dalam berujar sangat erat hubungannya dengan getaran-getaran udara serta alat ujar manusia. Dengan demikian linguistik dengan upaya linguis diharapkan dapat memberi suatu wawasan tentang bahasa dan kegiatan kebahasaan.


(3)

Beberapa ahli bahasa memberikan batasan tentang bahasa, di antara mereka masih terdapat ketidakseragaman pendapat walaupun maksud dan tujuan mereka adalah sama. Bahasa adalah alat yang dipakai manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Sedang yang dimaksud dengan bahasa manusia adalah segala bahasa yang dipakai oleh manusia untuk berkomunikasi dalam kelangsungan hidupnya (library.usu.ac.id/download/fs/fs- mulyani.pdf- Similar pages The Truth Is Out There).

Bahasa itu sebuah sistem, artinya bahasa itu terbentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah sistem, bahasa selain bersifat sistematis juga bersifat sistemis. Sistematis maksudnya, bahasa itu tersusun menurut suatu pola tertentu, tidak tersusun secara acak atau sembarangan. Sedangkan sistemis artinya, sistem bahasa itu bukan merupakan sebuah sistem tunggal, melainkan terdiri dari sejumlah subsistem, yakni subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, dan subsistem leksikon. (Chaer dan Agustina, 2004:15).

Bahasa itu sendiri dapat diartikan alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi suara yang dilakukan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2000:19). Manusia melalui bahasa dapat mengidentifikasi dirinya dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Sebagai alat komunikasi bahasa dapat dipergunakan sesuai dengan keperluannya dan dapat dipergunakan dalam berbagai jenis kegiatan misalnya rapat, khotbah, upacara, pendidikan, dan sebagainya.


(4)

Bahasa merupakan gejala sosial, tentu saja faktor- faktor nonlinguistik atau faktor eksternal bahasa sangat berpengaruh terhadap pemakaian bahasanya. Faktor- faktor nonlinguistik tersebut misalnya faktor-faktor sosial, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, jenis kelamin, umur, dan sebagainya. Faktor-faktor nonlinguistik yang lain adalah faktor situasional, yaitu siapa yang berbicara, dengan bahasa apa pembicaraan itu diselenggarakan, kepada siapa, kapan, dimana, dan mengenai masalah apa pembicaraan itu.

Hadirnya alih kode dan campur kode merupakan akibat dari kemampuan anggota masyarakat berbahasa lebih dari satu. Selain itu bila dua atau lebih bahasa bertemu karena digunakan oleh penutur dari komunitas bahasa yang sama, maka akan terjadi komponen-komponen tertentu dapat tertransfer dari bahasa yang satu, yakni bahasa sumber (source or donor

language) ke bahasa lain, yakni bahasa penerima (recipient language).

Akibatnya terjadi pungutan bahasa atau “interference”. Proses terjadinya interferensi sejalan dengan proses terjadinya difusi kebudayaan yang kita kenal dalam ilmu sosiologi.

Gejala interferensi dapat dilihat dalam tiga dimensi kejadian. Pertama, dimensi tingkah laku berbahasa dari individu di tengah masyarakat. Kedua, dimensi sistem bahasa dikenal dengan sebutan interferensi sistemik, yaitu pungutan bahasa. Ketiga, dimensi pembelajaran bahasa dikenal dengan sebutan interferensi pendidikan (Paul Ohoiwutun, 2002:72-74).

Pada satu sisi interferensi dipandang sebagai “pengacauan” karena “merusak” sistem suatu bahasa, tetapi pada sisi lain interferensi dipandang


(5)

sebagai suatu mekanisme yang paling penting dan dominan unt uk mengembangkan suatu bahasa yang masih perlu pengembangan. Dengan interferensi, kosa kata bahasa resipien diperkaya oleh kosa kata bahasa donor, yang pada mulanya dianggap sebagai unsur pinjaman tetapi kemudian tidak lagi karena kosa kata itu telah berintegrasi menjadi bagian dari bahasa resipien. Dalam hal ini integrasi adalah unsur-unsur bahasa lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan dianggap sudah menjadi warga bahasa tersebut, tidak sebagai unsur pinjaman atau pungutan.

Penerimaan unsur bahasa lain dalam bahasa tertentu sampai menjadi berstatus integrasi memerlukan waktu dan tahap yang relatif panjang. Pada mulanya seorang penutur suatu bahasa menggunakan unsur bahasa lain itu dalam tuturannya sebagai unsur pinjaman karena terasa diperlukan, misalnya karena dalam B1-nya unsur tersebut belum ada padanannya. Kalau kemudian unsur asing yang digunakan itu bisa diterima dan digunakan juga oleh orang lain, maka jadilah unsur tersebut berstatus sebagai unsur yang sudah berintegrasi (Chaer dan Agustina, 2004:168-169).

Kajian sosiolinguistik ternyata masih langka. Kenyataannya hingga sekarang ini belum mendapatkan pemikiran yang serius, baik oleh linguis Indonesia maupun linguis luar Indonesia. Kelangkaan kajian yang demikian menuntut siapapun yang tertarik berkecimpung di bidang linguis, khususnya sosiolinguistik, untuk memberikan tanggapan nyata lewat karya penelitian ilmiahnya (Kunjana Rahardi, 2001:1).


(6)

“Hidup Bukan Hanya Urusan Perut” merupakan kumpulan kolom mingguan di tiga tempat sekaligus: tabloid keluarga Cempaka, Suara Merdeka Cyber News, dan di website “suheng”. Dari kolom, tulisan ini juga tersiar menjadi audio lewat jaringan Smart FM yang tersiar di 11 kota di Indonesia dengan nama Refleksi Prie G S, dimana Prie G S sendiri yang menjadi pengisi suaranya. Dari radio, refleksi ini sebagian juga pernah dimonologkan di televisi Indosiar dengan tajuk Belajar dari Kisah. Dari televisi, refleksi ini pernah menjadi audiobook yang diedarkan secara terbatas oleh Ilik Sas, seorang anak muda yang gigih, pemilik jaringan rumah usaha dan pendiri komunitas bisnis senity di Semarang. Kolom ini ternyata juga dirawat dalam bentuk blog oleh beberapa orang.

Refleksi Prie G S memiliki ketajaman indra dan kehalusan jiwa untuk menangkap fenomena suatu proses, benda, ataupun manusia dari sudut pandang yang nyaris sempurna. Dengan gaya bahasa yang lugas dan down to

eart, Prie G S mampu mengingatkan kita pada fenomena yang sering kita

abaikan. Menyampaikan kearifan adihulung serta membawakan renungan sambil berseloroh, menertawakan diri sendiri sehingga siapapun dapat menerima dengan lapang. Hal yang harus diwaspadai dari refleksi-refleksi Prie G S adalah kekuatan sihir memukau yang membuat banyak orang kecanduan.

Dengan gayanya yang nyentrik, tulisan yang ringan dan menggelitik, Prie G S mampu memberi komentar yang langsung mengena ke hati dengan penuh humor. Mengajak kita menyelami makna hidup dari hal-hal sederhana


(7)

yang kadang tidak terpikirkan oleh kita, apapun dalam hidup ini bisa memberi kita pelajaran. Hal inilah yang menjadi alasan peneliti tertarik meneliti: Interferensi dan Integrasi dalam Kolom-Kolom Edan Prie G S “Hidup Bukan Hanya Urusan Perut” Suatu Tinjauan Sosiolinguistik.

B. Pembatasan Masalah

Untuk mencapai suatu hasil penelitian yang mendalam dan tuntas, maka perlu diadakan pembatasan masalah. Pembatasan masalah juga diperlukan agar penelitian tidak kabur dan tidak melewati daerah penelitiannya. Dalam penelitian ini, yang dikaji adalah interferensi dan integrasi pada penggunaan bahasa Indonesia oleh Prie G S dalam kolom “Hidup Bukan Hanya Urusan Perut”, dengan menggunakan tinjauan sosiolinguistik.

C. Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini ada tiga masalah yang perlu dibahas.

1. Bagaimana perwujudan interferensi dan integrasi yang terdapat dalam kolom-kolom “Hidup Bukan Hanya Urusan Perut” oleh Prie G S?

2. Faktor dan bahasa apa sajakah yang mempengaruhi munculnya interferensi dan integrasi dalam kolom-kolom “Hidup Bukan Hanya Urusan Perut” oleh Prie G S?

3. Bagaimanakah kekhasan pemakaian bahasa yang dimiliki oleh Prie G S dalam kolom-kolom “Hidup Bukan Hanya Urusan Perut”?


(8)

D. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini ada tiga tujuan yang ingin dicapai.

1. Untuk mengungkapkan perwujudan interferensi dan integrasi yang terdapat dalam kolom-kolom “Hidup Bukan Hanya Urusan Perut” oleh Prie G S.

2. Untuk memaparkan faktor dan bahasa yang mempengaruhi munculnya interferensi dan integrasi dalam kolom-kolom “Hidup Bukan Hanya Urusan Perut” oleh Prie G S.

3. Untuk menguraikan kekhasan pemakaian bahasa yang dimiliki oleh Prie G S dalam kolom-kolom “Hidup Bukan Hanya Urusan Perut”.

E. Manfaat Penelitian

Ada tiga manfaat dalam penelitian ini.

1. Penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah penelitian terhadap pemakaian bahasa tulis melalui pendekatan sosiolinguistik dan menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya.

2. Sebagai pembuka jalan atau sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian yang lebih mendalam mengenai peristiwa kebahasaan, interferensi dan integrasi.

3. Memberi informasi kepada pembaca tentang seluk beluk bahasa dan faktor- faktor sosiolingistik yang dipakai penulis kolom.


(9)

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini peneliti susun sebagai berikut. Bab pertama, merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Selanjutnya, landasan teori yang berisi tentang beberapa teori yang berhubungan dengan masalah yang akan dikaji akan dijabarkan pada bab dua. Kemudian, pada bab tiga dipaparkan metodologi penelitian. Bab empat, akan dijabarkan data-data yang telah terkumpul, dikelompokkan sesuai dengan kepentingannya kemudian dianalisis untuk mendapatkan jawaban dari masalah yang muncul sebelumnya. Terakhir, bab lima disajikan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.


(1)

Bahasa merupakan gejala sosial, tentu saja faktor- faktor nonlinguistik atau faktor eksternal bahasa sangat berpengaruh terhadap pemakaian bahasanya. Faktor- faktor nonlinguistik tersebut misalnya faktor-faktor sosial, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, jenis kelamin, umur, dan sebagainya. Faktor-faktor nonlinguistik yang lain adalah faktor situasional, yaitu siapa yang berbicara, dengan bahasa apa pembicaraan itu diselenggarakan, kepada siapa, kapan, dimana, dan mengenai masalah apa pembicaraan itu.

Hadirnya alih kode dan campur kode merupakan akibat dari kemampuan anggota masyarakat berbahasa lebih dari satu. Selain itu bila dua atau lebih bahasa bertemu karena digunakan oleh penutur dari komunitas bahasa yang sama, maka akan terjadi komponen-komponen tertentu dapat tertransfer dari bahasa yang satu, yakni bahasa sumber (source or donor language) ke bahasa lain, yakni bahasa penerima (recipient language). Akibatnya terjadi pungutan bahasa atau “interference”. Proses terjadinya interferensi sejalan dengan proses terjadinya difusi kebudayaan yang kita kenal dalam ilmu sosiologi.

Gejala interferensi dapat dilihat dalam tiga dimensi kejadian. Pertama, dimensi tingkah laku berbahasa dari individu di tengah masyarakat. Kedua, dimensi sistem bahasa dikenal dengan sebutan interferensi sistemik, yaitu pungutan bahasa. Ketiga, dimensi pembelajaran bahasa dikenal dengan sebutan interferensi pendidikan (Paul Ohoiwutun, 2002:72-74).

Pada satu sisi interferensi dipandang sebagai “pengacauan” karena “merusak” sistem suatu bahasa, tetapi pada sisi lain interferensi dipandang


(2)

sebagai suatu mekanisme yang paling penting dan dominan unt uk mengembangkan suatu bahasa yang masih perlu pengembangan. Dengan interferensi, kosa kata bahasa resipien diperkaya oleh kosa kata bahasa donor, yang pada mulanya dianggap sebagai unsur pinjaman tetapi kemudian tidak lagi karena kosa kata itu telah berintegrasi menjadi bagian dari bahasa resipien. Dalam hal ini integrasi adalah unsur-unsur bahasa lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan dianggap sudah menjadi warga bahasa tersebut, tidak sebagai unsur pinjaman atau pungutan.

Penerimaan unsur bahasa lain dalam bahasa tertentu sampai menjadi berstatus integrasi memerlukan waktu dan tahap yang relatif panjang. Pada mulanya seorang penutur suatu bahasa menggunakan unsur bahasa lain itu dalam tuturannya sebagai unsur pinjaman karena terasa diperlukan, misalnya karena dalam B1-nya unsur tersebut belum ada padanannya. Kalau kemudian unsur asing yang digunakan itu bisa diterima dan digunakan juga oleh orang lain, maka jadilah unsur tersebut berstatus sebagai unsur yang sudah berintegrasi (Chaer dan Agustina, 2004:168-169).

Kajian sosiolinguistik ternyata masih langka. Kenyataannya hingga sekarang ini belum mendapatkan pemikiran yang serius, baik oleh linguis Indonesia maupun linguis luar Indonesia. Kelangkaan kajian yang demikian menuntut siapapun yang tertarik berkecimpung di bidang linguis, khususnya sosiolinguistik, untuk memberikan tanggapan nyata lewat karya penelitian ilmiahnya (Kunjana Rahardi, 2001:1).


(3)

“Hidup Bukan Hanya Urusan Perut” merupakan kumpulan kolom mingguan di tiga tempat sekaligus: tabloid keluarga Cempaka, Suara Merdeka Cyber News, dan di website “suheng”. Dari kolom, tulisan ini juga tersiar menjadi audio lewat jaringan Smart FM yang tersiar di 11 kota di Indonesia dengan nama Refleksi Prie G S, dimana Prie G S sendiri yang menjadi pengisi suaranya. Dari radio, refleksi ini sebagian juga pernah dimonologkan di televisi Indosiar dengan tajuk Belajar dari Kisah. Dari televisi, refleksi ini pernah menjadi audiobook yang diedarkan secara terbatas oleh Ilik Sas, seorang anak muda yang gigih, pemilik jaringan rumah usaha dan pendiri komunitas bisnis senity di Semarang. Kolom ini ternyata juga dirawat dalam bentuk blog oleh beberapa orang.

Refleksi Prie G S memiliki ketajaman indra dan kehalusan jiwa untuk menangkap fenomena suatu proses, benda, ataupun manusia dari sudut pandang yang nyaris sempurna. Dengan gaya bahasa yang lugas dan down to eart, Prie G S mampu mengingatkan kita pada fenomena yang sering kita abaikan. Menyampaikan kearifan adihulung serta membawakan renungan sambil berseloroh, menertawakan diri sendiri sehingga siapapun dapat menerima dengan lapang. Hal yang harus diwaspadai dari refleksi-refleksi Prie G S adalah kekuatan sihir memukau yang membuat banyak orang kecanduan.

Dengan gayanya yang nyentrik, tulisan yang ringan dan menggelitik, Prie G S mampu memberi komentar yang langsung mengena ke hati dengan penuh humor. Mengajak kita menyelami makna hidup dari hal-hal sederhana


(4)

yang kadang tidak terpikirkan oleh kita, apapun dalam hidup ini bisa memberi kita pelajaran. Hal inilah yang menjadi alasan peneliti tertarik meneliti: Interferensi dan Integrasi dalam Kolom-Kolom Edan Prie G S “Hidup Bukan Hanya Urusan Perut” Suatu Tinjauan Sosiolinguistik.

B. Pembatasan Masalah

Untuk mencapai suatu hasil penelitian yang mendalam dan tuntas, maka perlu diadakan pembatasan masalah. Pembatasan masalah juga diperlukan agar penelitian tidak kabur dan tidak melewati daerah penelitiannya. Dalam penelitian ini, yang dikaji adalah interferensi dan integrasi pada penggunaan bahasa Indonesia oleh Prie G S dalam kolom “Hidup Bukan Hanya Urusan Perut”, dengan menggunakan tinjauan sosiolinguistik.

C. Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini ada tiga masalah yang perlu dibahas.

1. Bagaimana perwujudan interferensi dan integrasi yang terdapat dalam kolom-kolom “Hidup Bukan Hanya Urusan Perut” oleh Prie G S?

2. Faktor dan bahasa apa sajakah yang mempengaruhi munculnya interferensi dan integrasi dalam kolom-kolom “Hidup Bukan Hanya Urusan Perut” oleh Prie G S?

3. Bagaimanakah kekhasan pemakaian bahasa yang dimiliki oleh Prie G S dalam kolom-kolom “Hidup Bukan Hanya Urusan Perut”?


(5)

D. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini ada tiga tujuan yang ingin dicapai.

1. Untuk mengungkapkan perwujudan interferensi dan integrasi yang terdapat dalam kolom-kolom “Hidup Bukan Hanya Urusan Perut” oleh Prie G S.

2. Untuk memaparkan faktor dan bahasa yang mempengaruhi munculnya interferensi dan integrasi dalam kolom-kolom “Hidup Bukan Hanya Urusan Perut” oleh Prie G S.

3. Untuk menguraikan kekhasan pemakaian bahasa yang dimiliki oleh Prie G S dalam kolom-kolom “Hidup Bukan Hanya Urusan Perut”.

E. Manfaat Penelitian

Ada tiga manfaat dalam penelitian ini.

1. Penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah penelitian terhadap pemakaian bahasa tulis melalui pendekatan sosiolinguistik dan menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya.

2. Sebagai pembuka jalan atau sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian yang lebih mendalam mengenai peristiwa kebahasaan, interferensi dan integrasi.

3. Memberi informasi kepada pembaca tentang seluk beluk bahasa dan faktor- faktor sosiolingistik yang dipakai penulis kolom.


(6)

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini peneliti susun sebagai berikut. Bab pertama, merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Selanjutnya, landasan teori yang berisi tentang beberapa teori yang berhubungan dengan masalah yang akan dikaji akan dijabarkan pada bab dua. Kemudian, pada bab tiga dipaparkan metodologi penelitian. Bab empat, akan dijabarkan data-data yang telah terkumpul, dikelompokkan sesuai dengan kepentingannya kemudian dianalisis untuk mendapatkan jawaban dari masalah yang muncul sebelumnya. Terakhir, bab lima disajikan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.


Dokumen yang terkait

Analisa Dan Eksperimental Perilaku Tekuk Kolom Komposit Beton – Kayu Panggoh Sebagai Pengganti Tulangan Utama

7 60 111

Analisa Dan Eksperimental Perilaku Tekuk Kolom Komposit Kayu Panggoh – Beton (Eksperimental)

1 39 113

Kajian Perbandingan Tekuk Kolom Baja Ringan Secara Numerik dan Peraturan

7 72 135

INTERFERENSI MORFOLOGI DAN SINTAKSIS Interferensi Morfologi Dan Sintaksis Bahasa Jawa Dalam Bahasa Indonesia Pada Rubrik “Kolom” Dalam Solopos.Com.

0 1 11

INTERFERENSI MORFOLOGI BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA KOLOM “SURAT PEMBACA?” Interferensi Morfologi Bahasa Jawa ke dalam Bahasa Indonesia pada Kolom “Surat Pembaca?” dalam Harian Suara Merdeka.

0 0 12

INTERFERENSI MORFOLOGI BAHASA JAWA KE DALAM BAHASA INDONESIA PADA KOLOM “SURAT PEMBACA?” Interferensi Morfologi Bahasa Jawa ke dalam Bahasa Indonesia pada Kolom “Surat Pembaca?” dalam Harian Suara Merdeka.

0 1 17

INTERFERENSI MORFOLOGI DAN SINTAKSIS BAHASA JAWA SERTA BAHASA INDONESIA PADA KOLOM INTERFERENSI MORFOLOGI DAN SINTAKSIS BAHASA JAWA SERTA BAHASA INDONESIA PADA KOLOM ‘‘SUGENG ENJING” HARIAN SUARA MERDEKA.

0 0 15

INTERFERENSI DAN INTEGRASI DALAM KOLOM-KOLOM EDAN PRIE G.S INTERFERENSI DAN INTEGRASI DALAM KOLOM-KOLOM EDAN PRIE G.S “HIDUP BUKAN HANYA URUSAN PERUT” (Suatu Tinjauan Sosiolinguistik).

0 8 91

INTERFERENSI MORFOLOGI DAN SINTAKSIS BAHASA JAWA DALAM BAHASA INDONESIA PADA KOLOM Interferensi Morfologi Dan Sintaksis Bahasa Jawa Dalam Bahasa Indonesia Pada Kolom “Ah... Tenane” Harian Solopos.

0 3 11

INTERFERENSI MORFOLOGI DAN SINTAKSIS BAHASA JAWA DALAM BAHASA INDONESIA PADA KOLOM Interferensi Morfologi Dan Sintaksis Bahasa Jawa Dalam Bahasa Indonesia Pada Kolom “Ah... Tenane” Harian Solopos.

0 2 17