Tindak tutur ilokusi asertif dalam wacana pengumuman di Gereja-Gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta periode Agustus-Desember 2015.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Moat, Emanuel Adrianus. 2016. Tindak Tutur Ilokusi Asertif dalam Wacana
Pengumuman di Gereja-Gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta Periode
Agustus-Desember 2015. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dua persoalan utama yakni (1)
jenis tindak tutur ilokusi asertif apa sajakah yang terdapat dalam wacana
pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta?, (2) makna
pragmatik apa sajakah yang terdapat dalam jenis tindak tutur ilokusi asertif pada
wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta? Data yang
diperoleh dan dijadikan sebagai objek penelitian ini adalah tuturan dalam wacana
pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta yang diduga
mengandung tindak tutur ilokusi asertif. Sumber data dalam penelitian ini adalah
pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta.
Jenis penelitian ini adalah tergolong dalam penelitian kualitatif
dokumentasi karena meneliti dokumen berupa pengumuman di gereja-gereja
Katolik Kevikepan Yogyakarta. Metode penumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode baca dan catat. Teknik catat dilakukan dengan
mencatat hal-hal yang berhubungan dengan maksud dan tujuan penelitian. Peneliti

menggunakan teknik baca dengan cara membaca berkali-kali teks-teks
pengumuman gereja. Teknik baca dilakukan dengan cara membaca penggunaan
bahasa di dalam wacana pengumuman gereja-gereja Katolik. Adapun teknik catat
dilakukan dalam penelitian ini adalah peneliti mencatat hal-hal dicurigai
mengandung tindak tutur ilokusi asertif dan kemudian selanjutnya membuat
klasifikasi atau pengelompokkan.
Hasil dari penelitian ini adalah ditemukan enam jenis tindak tutur ilokusi
asertif yang muncul dalam tuturan wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik
Kevikepan Yogyakarta yakni tindak tutur ilokusi asertif mengumumkan,
melaporkan, menyatakan, menegaskan, memberitahukan, dan memperingatkan.
Keenam tindak tutur ilokusi asertif tersebut mengandung makna pragmatik sesuai
dengan konteks yang mengikat tuturannya masing-masing. Terdapat 5 tindak tutur
ilokusi asertif mengumumkan yang mengandung makna pragmatik menawarkan.
Terdapat 8 tindak tutur ilokusi asertif mengumumkan yang mengandung makna
pragmatik mempersilakan. Terdapat 11 tindak tutur ilokusi asertif melaporkan
yang mengandung makna pragmatik mengucapkan selamat. Terdapat 23 tindak
tutur ilokusi asertif menegaskan yang mengandung makan pragmatik perintah.
Terdapat 4 tindak tutur ilokusi asertif menyatakan yang mengandung makna
menyarankan. Terdapat 18 tindak tutur ilokusi asertif memberitahukan yang
mengandung makna pragmatik mengharapkan. Terdapat 14 tindak tutur ilokusi

asertif memberitahukan yang mengandung makna mengundang. Terdapat 15
tindak tutur ilokusi asertif memberitahukan yang mengandung makna mengajak.
Terdapat 2 tindak tutur ilokusi asertif memperingatkan yang mengandung makna
melarang. Terdapat 3 tindak tutur ilokusi asertif memperingatkan yang
mengandung makna menyuruh.
i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kata kunci: tindak tutur ilokusi asertif, makna pragmatik, wacana pengumuman

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
Moat, Emanuel Adrianus.2016. Assertive Illocutionary Speech Act in Discourse
of Announcement in Catholic Churches of Yogyakarta RegionPeriod of August
to December 2015. Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.
The purpose of this research is to describe two main problems. First, what

kinds of assertive illocutionary speech act do contain in discourse of the
announcement in Catholic Churches of Yogyakarta region? Second, what is
pragmatic meaning of assertive illocutionary speech act that contain in discourse
of the announcement in Catholic Churches of Yogyakarta region? The data in this
research was collected from the discourse of announcement in Catholic Churches
of Yogyakarta region that is alleged containing assertive illocutionary speech act.
The sources of data are the announcement in Catholic Churches of Yogyakarta
region.
The type of research is classified as qualitative document research because
this research examines such announcement in Catholic Churches of Yogyakarta
region. The methods that are used to collect data in this research are reading and
recording. The technique of record is done by recording the things relate to the
purpose and intent of research. Researcher uses the technique of reading by
repeatedly reading and watching texts of the announcement in Catholic Churches.
Reading technique also is used to find out the using of language in the
announcement in Catholic churches. While the technique of record is done by
recording the things that are alleged containing assertive illocutionary speech act
and immediately followed by making classification or group.
From this research the reseacher found six kinds of assertive illocutionary
speech act that appeared in the discourse of announcement in Catholic Churches

in Yogyakarta region. They are assertive illocutionary to announce, to report, to
declare, to affirm, to inform, and to warn. Those six assertive illocutionary speech
act have pragmatic meaning in accordance to the context that binds each speech.
There are five kinds of assertive illocutionary speech act in announcement that
contain pragmatic meaning of offering. There are eight kinds of assertive
illocutionary speech act in announcement that contain pragmatic meaning of
please. There are eleven kinds of assertive illocutionary speech act in report that
contain pragmatic meaning of congratulation. There are twenty three kinds of
assertive illocutionary speech act in declaring that contain pragmatic meaning of
giving instruction. There are four kinds of assertive illocutionary speech act in
affirming that contain pragmatic meaning of suggestion. There are eighteen kinds
of assertive illocutionary speech act in informing that contain pragmatic meaning
of hoping. There are fourteen kinds of assertive illocutionary speech act in
informing that contain pragmatic meaning of invitation. There are fifteen kinds of
assertive illocutionary speech act in informing that contain pragmatic meaning of
urging. There are two kinds of assertive illocutionary speech act in warning that
contain pragmatic meaning of banning. There are three kinds of assertive
illocutionary speech act in warning that contain pragmatic meaning of demanding.

iii


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Keywords: assertive illocutionary speech act, pragmatic meaning, discourse of
the announcement

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TINDAK TUTUR ILOKUSI ASERTIF DALAM WACANA
PENGUMUMAN DI GEREJA-GEREJA KATOLIK
KEVIKEPAN YOGYAKARTA PERIODE
AGUSTUS-DESEMBER 2015
SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia


Oleh:
Emanuel Adrianus Moat
NIM: 121224042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN MOTTO


***
Berjalanlah sejauh yang engkau mau,
selagi masih ada nafas yang merangkai harimu.
Carilah sebanyak mungkin kata yang bisa melestarikan akalmu,
hingga dikau terbuai dalam rahim pengetahuan yang selalu mengubahmu
menjadi baru.

***

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

***Karya ini saya persembahkan sebagai ungkapan rasa syukur tak
terhingga kepada BAPA, PUTERA dan ROH KUDUS yang senantiasa
menenun hari-hari indah dalam setiap derap langkah kehidupan ini.


***Para konfrater Serikat Sabda Allah yang setia mendoakan, memotivasi,
nasehat, cinta, dan kasih sayang hingga saat ini.

***Kepada orang tua, kakak, adik, saudara-saudari, kaum keluarga yang
selalu mendoakan, dan memberikan perhatiannya selama ini.

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Moat, Emanuel Adrianus. 2016. Tindak Tutur Ilokusi Asertif dalam Wacana
Pengumuman di Gereja-Gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta Periode
Agustus-Desember 2015. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.


Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dua persoalan utama yakni (1)
jenis tindak tutur ilokusi asertif apa sajakah yang terdapat dalam wacana
pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta?, (2) makna
pragmatik apa sajakah yang terdapat dalam jenis tindak tutur ilokusi asertif pada
wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta? Data yang
diperoleh dan dijadikan sebagai objek penelitian ini adalah tuturan dalam wacana
pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta yang diduga
mengandung tindak tutur ilokusi asertif. Sumber data dalam penelitian ini adalah
pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta.
Jenis penelitian ini adalah tergolong dalam penelitian kualitatif
dokumentasi karena meneliti dokumen berupa pengumuman di gereja-gereja
Katolik Kevikepan Yogyakarta. Metode penumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode baca dan catat. Teknik catat dilakukan dengan
mencatat hal-hal yang berhubungan dengan maksud dan tujuan penelitian. Peneliti
menggunakan teknik baca dengan cara membaca berkali-kali teks-teks
pengumuman gereja. Teknik baca dilakukan dengan cara membaca penggunaan
bahasa di dalam wacana pengumuman gereja-gereja Katolik. Adapun teknik catat
dilakukan dalam penelitian ini adalah peneliti mencatat hal-hal dicurigai
mengandung tindak tutur ilokusi asertif dan kemudian selanjutnya membuat
klasifikasi atau pengelompokkan.

Hasil dari penelitian ini adalah ditemukan enam jenis tindak tutur ilokusi
asertif yang muncul dalam tuturan wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik
Kevikepan Yogyakarta yakni tindak tutur ilokusi asertif mengumumkan,
melaporkan, menyatakan, menegaskan, memberitahukan, dan memperingatkan.
Keenam tindak tutur ilokusi asertif tersebut mengandung makna pragmatik sesuai
dengan konteks yang mengikat tuturannya masing-masing. Terdapat 5 tindak tutur
ilokusi asertif mengumumkan yang mengandung makna pragmatik menawarkan.
Terdapat 8 tindak tutur ilokusi asertif mengumumkan yang mengandung makna
pragmatik mempersilakan. Terdapat 11 tindak tutur ilokusi asertif melaporkan
yang mengandung makna pragmatik mengucapkan selamat. Terdapat 23 tindak
tutur ilokusi asertif menegaskan yang mengandung makan pragmatik perintah.
Terdapat 4 tindak tutur ilokusi asertif menyatakan yang mengandung makna
menyarankan. Terdapat 18 tindak tutur ilokusi asertif memberitahukan yang
mengandung makna pragmatik mengharapkan. Terdapat 14 tindak tutur ilokusi
asertif memberitahukan yang mengandung makna mengundang. Terdapat 15
tindak tutur ilokusi asertif memberitahukan yang mengandung makna mengajak.
Terdapat 2 tindak tutur ilokusi asertif memperingatkan yang mengandung makna

viii


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

melarang. Terdapat 3 tindak tutur ilokusi asertif memperingatkan yang
mengandung makna menyuruh.
Kata kunci: tindak tutur ilokusi asertif, makna pragmatik, wacana pengumuman

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Moat, Emanuel Adrianus.2016. Assertive Illocutionary Speech Act in Discourse
of Announcement in Catholic Churches of Yogyakarta RegionPeriod of August
to December 2015. Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.

The purpose of this research is to describe two main problems. First, what
kinds of assertive illocutionary speech act do contain in discourse of the
announcement in Catholic Churches of Yogyakarta region? Second, what is
pragmatic meaning of assertive illocutionary speech act that contain in discourse
of the announcement in Catholic Churches of Yogyakarta region? The data in this
research was collected from the discourse of announcement in Catholic Churches
of Yogyakarta region that is alleged containing assertive illocutionary speech act.
The sources of data are the announcement in Catholic Churches of Yogyakarta
region.
The type of research is classified as qualitative document research because
this research examines such announcement in Catholic Churches of Yogyakarta
region. The methods that are used to collect data in this research are reading and
recording. The technique of record is done by recording the things relate to the
purpose and intent of research. Researcher uses the technique of reading by
repeatedly reading and watching texts of the announcement in Catholic Churches.
Reading technique also is used to find out the using of language in the
announcement in Catholic churches. While the technique of record is done by
recording the things that are alleged containing assertive illocutionary speech act
and immediately followed by making classification or group.
From this research the reseacher found six kinds of assertive illocutionary
speech act that appeared in the discourse of announcement in Catholic Churches
in Yogyakarta region. They are assertive illocutionary to announce, to report, to
declare, to affirm, to inform, and to warn. Those six assertive illocutionary speech
act have pragmatic meaning in accordance to the context that binds each speech.
There are five kinds of assertive illocutionary speech act in announcement that
contain pragmatic meaning of offering. There are eight kinds of assertive
illocutionary speech act in announcement that contain pragmatic meaning of
please. There are eleven kinds of assertive illocutionary speech act in report that
contain pragmatic meaning of congratulation. There are twenty three kinds of
assertive illocutionary speech act in declaring that contain pragmatic meaning of
giving instruction. There are four kinds of assertive illocutionary speech act in
affirming that contain pragmatic meaning of suggestion. There are eighteen kinds
of assertive illocutionary speech act in informing that contain pragmatic meaning
of hoping. There are fourteen kinds of assertive illocutionary speech act in
informing that contain pragmatic meaning of invitation. There are fifteen kinds of
assertive illocutionary speech act in informing that contain pragmatic meaning of
urging. There are two kinds of assertive illocutionary speech act in warning that

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

contain pragmatic meaning of banning. There are three kinds of assertive
illocutionary speech act in warning that contain pragmatic meaning of demanding.
Keywords: assertive illocutionary speech act, pragmatic meaning, discourse of
the announcement

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan
hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan penelitian ini
yang berjudul Tindak Tutur Ilokusi Asertif dalam Wacana Pengumuman di
Gereja-Gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta Periode Agustus-Desember
2015. Penelitian ini disusun demi menelaah dan mengkaji tindak tutur wacana
pengumuman gereja yang kerapkali mengalami kendala yakni ketidakpahaman
menerima maksud atau makna dari isi pengumuman yang diujarkan oleh penutur
kepada mitra tutur. Atas dasar pertimbangan tersebut maka penulis berupaya
mencari permasalahan yang terjadi dan memecahkan problem seturut pengetahuan
pragmatik yang dimiliki oleh penulis.
Penulis menyadari bahwa pembelajaran pragmatik bahasa Indonesia telah
menularkan banyak pengalaman dan wawasan berpikir yang sangat bernilai
sehingga bisa merampungkan tulisan skripsi ini. Secara jujur penulis mengakui
bahwa pembelajaran pragmatik bahasa Indonesia sungguh membuka cakrawala
berpikir terkhususnya dalam mengamati dan menelusuri makna konteks yang
terkandung dalam wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik. Studi pragmatik
memotivasi penulis dalam usaha memecahkan ambiguitas isi pengumuman gereja
baik dalam format pengumuman lisan maupun tertulis.
Skripsi ini diselesaikan berkat

kerja sama dan bantuan dari berbagai

pihak, maka perkenankalah penulis mengucapkan terima kasih berlipat ganda
kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
2. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Pendidikan
Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum, selaku dosen pembimbing, atas
kerelaannya meluangkan waktu untuk membimbing, membagikan ide-ide

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dan pengetahuan pragmatik bahasa Indonesianya, serta mengarahkan
penulis untuk mampu mengolaborasikan pengetahuan bahasa Indonesia
dalam kerangka mengkaji tindak tutur ilokusi asertif ini.
4. Para Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia yang telah
memberikan banyak pengetahuan linguistik kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.
5. R. Marsidiq, pegawai sekretariat Program Studi PBSI yang telah
membantu dan melayani penulis dalam mengurusi berbagai hal yang
berhubungan dengan skripsi ini.
6. Para konfrater Serikat Sabda Allah Provinsi Ruteng atas dukungan doa,
perhatian, dan pelayanannya selama ini.
7. Teman kosku, Romo Daniel Manek, SVD, atas sumbangan ide, saran dan
nasihatnya sehingga penulis bersemangat dalam menyelesaikan tugas
kuliah ini.
8. Bapak Petrus Pijer, Kakak Santy Dua Sidok, dan Anak Thyo Gonsales atas
doa, kasih sayang bagi penulis selama menyelesaikan kuliah ini.
9. Bapak Joanes dan Ibu Maria, yang telah memberikan semangat dan
motivasi untuk penulis dalam mengerjakan dan menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
10. Teman-teman PBSI kelas A, B, dan C angkatan 2012, yang dengan
caranya masing-masing memberikan sumbangan ide, gagasan bagi penulis
dalam merampungkan tulisan ini.
11. Para donatur dan penderma yang telah membantu melalui dukungan
material maupun spiritual selama penulis menyelesaikan kuliah di
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Akhirnya penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
bagi penyempurnaan tulisan skripsi ini di masa mendatang.
Penulis
Emanuel Adrianus Moat

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL…...........................................................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………...………iii
MOTO…...………………………...………………………………...…………...iv
HALAMAN PERSEMBAHAN…………..……………..……………………….v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS…………..……………………vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS……………………………....……...vii
ABSTRAK………………………………………………..…………………….viii
ABSTRACT………………..………………………………………………….….x
KATA PENGANTAR………………...……………………………………..….xii
DAFTAR ISI………………………………...…….…………………….…..….xiv

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...1
1.1 Latar Belakang………………………………..……………………………….1
1.2 Rumusan Masalah…………..……………….……….………………………..5
1.3 Tujuan Penulisan…………..…………………………….…………………….6
1.4 Manfaat Penulisan....…………………….…………………………………….6
1.5 Batasan Istilah…… ….…………………………………………….……….…7
1.6 Sistematika Penyajian…………………….…………………….……………..8
BAB II STUDI KEPUSTAKAAN……………………………………………...10
2.1 Kajian Terdahulu……...……………………….……………………..……....10
2.2 Landasan Teori……..………..….…………………..……………………..…14
2.2.1 Pragmatik..……..…...………………………………………...……………14
2.2.2 Tindak Tutur……...…..…………………....……………………………….16
2.2.3 Konteks……..…………………………………………………..……….....19

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.2.4 Tindak Tutur Ilokusi…….…...…..……………………………..………….21
2.2.5 Tindak Tutur Ilokusi Asertif……………...……………………………..…24
2.2.6 Wacana Pengumuman……..…...….…..……..….…………………………26
2.3 Kerangka Berpikir………………………………..…………………..………29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………………..33
3.1 Pendekatan Penelitian………………………………………………………..33
3.2 Data dan Sumber Data……………………………………………………….34
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data……………………………………...36
3.4 Instrumen Penelitian………………………………………………………….37
3.5 Teknik Analisis Data…………...………………...……………………...…...38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………………42
4.1 Deskripsi Data………………………….…………………………………….42
4.2 Hasil Analisis Data………………………………….………………………..46
4.2.1 Jenis Tindak Tutur Asertif dalam Wacana Pengumuman di GerejaGereja Katolik Kevikepan Yogyakarta…….....……...……………….……47
4.2.1.1 Tindak Tutur Ilokusi Asertif Mengumumkan………………….………...48
4.2.1.2 Tindak Tutur Ilokusi Asertif Melaporkan………….…………………….51
4.2.1.3 Tindak Tutur Ilokusi Asertif Menyatakan……………….………………55
4.2.1.4 Tindak Tutur Ilokusi Asertif Menegaskan……………………………….57
4.2.1.5 Tindak Tutur Ilokusi Asertif Memberitahukan…………………..………60
4.2.1.6 Tindak Tutur Ilokusi Asertif Memperingatkan…..………………………65
4.2.2 Makna Pragmatik dalam Wacana Pengumuman di Gereja-Gereja
Katolik Kevikepan Yogyakarta…………….………………………………67
4.2.2.1 Tuturan Mengumumkan yang Mengandung Makna
Pragmatik Menawarkan………………………………………………….68
4.2.2.2 Tuturan Mengumumkan yang Mengandung Makna
Pragmatik Mempersilakan………………………………………....…….70
4.2.2.3 Tuturan Melaporkan yang Mengandung Makna Pragmatik
Mengucapkan Selamat…………………………………………………...74

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4.2.2.4 Tuturan Menegaskan yang Mengandung Makna
Pragmatik Perintah….…………………………………………..……….77
4.2.2.5 Tuturan Menyatakan yang Mengandung Makna
Pragmatik Menyarankan……………………………………...………….80
4.2.2.6 Tuturan‘Memberitahukan yang Mengandung Makna
Pragmatik Mengharapkan………………………………………….…….83
4.2.2.7 Tuturan Memberitahukan yang Mengandung Makna
Pragmatik Mengundang………………………………………….………86
4.2.2.8 Tuturan Memberitahukan yang Mengandung Makna
Pragmatik Mengajak………………………………………………....…..89
4.2.2.9 Tuturan Memperingatkan yang Mengandung Makna
Pragmatik Melarang……………………………………………….……..92
4.2.2.10 Tuturan Memperingatkan yang Mengandung Makna
Pragmatik Menyuruh…………………………………………………...95
4.3 Pembahasan.……………………………………………………………….....96
4.3.1 Jenis Tuturan Ilokusi Asertif dalam Wacana Pengumuman
di Gereja-Gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta……………………...…..96
4.3.2 Makna Pragmatik dalam Wacana Pengumuman di Gereja-Gereja
Katolik Kevikepan Yogyakarta…………….……………………………..105
BAB V PENUTUP……………………………………………………………..114
5.1 Kesimpulan..……………………………………..…………………………114
5.2 Saran……………...…………………………………………………………116
DAFTAR RUJUKAN…………….……………………………………………118

LAMPIRAN…………….………………………………………..…………….120

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan
ide, gagasan, pikiran, dan perasaan kepada orang lain. Salah satu wujud atau cara
mengungkapkan bahasa yakni dengan tuturan atau mengungkapkan. Secara
sederhana tuturan dipahami sebagai sesuatu yang dituturkan, ucapan atau ujaran.
Setiap kali seseorang bertutur atau berujar akan terlebih dahulu dikonsepkan
secara terstruktur dan sistematis. Itulah sebabnya setiap tuturan terkandung
gagasan, perasaan, maksud dan tujuan tertentu dari setiap penuturnya itu sendiri.
Tuturan sebagai wujud pengaktualisasian bahasa secara kongkret dalam proses
komunikasi setiap individu.
Tuturan dapat diaplikasikan dan tertuang dalam komunikasi manusia
sehari-hari. Menurut Sumarlam (2009:1) secara garis besar komunikasi dibedakan
menjadi dua macam, yaitu komunikasi bahasa lisan dan komunikasi bahasa tulis.
Komunikasi bahasa lisan adalah cara penyampaian dan penerimaan informasi dari
pemberi informasi kepada penerima informasi tanpa menggunakan perantara.
Informasi yang disampaikan dalam komunikasi lisan dapat berupa pidato,
pengumuman, seminar, ceramah, lokakarya, dan kotbah. Komunikasi bahasa tulis
adalah proses penyampaian dan penerimaan informasi dengan menggunakan
perantara (media) yakni sebuah teks, buku, majalah, ensiklopedia, novel, media
massa, pamflet, dan media cetak.

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

Wacana pengumuman gereja merupakan salah satu bentuk tuturan. Setiap
tuturan, baik lisan maupun tertulis yang terdapat pada wacana pengumuman
gereja terkandung rupa kalimat-kalimat seperti deklaratif, perintah, larangan,
berita, anjuran, saran, dan sebagainya. Kalimat-kalimat yang terungkap atau
tertulis pada lembaran teks pengumuman gereja menjadi sebuah tindak tutur
(speech acts). Pernyataan ini didasarkan atas analogi yang merujuk pada definisi
tindak tutur yang dikemukakan oleh Leech. Leech (1994: 4) menyatakan bahwa
sebenarnya dalam tindak tutur mempertimbangkan lima aspek situasi tutur yang
mencakup: penutur dan mitra tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tindak tutur
sebagai sebuah tindakan/aktivitas dan tuturan sebagai produk tindak verbal.
Penulis atau pihak yang membacakan pengumuman gereja tersebut dapat
dikatakan sebagai penutur (speaker). Tuturan yang tertulis itu dibaca atau
didengar secara lisan oleh pembaca atau pendengarnya disebut mitra tutur
(hearer). Setiap kalimat yang tertera atau tertulis di dalam wacana pengumuman
tersebut merupakan tuturan (utterance). Tuturan itu sendiri terdiri atas kalimatkalimat yang diucapkan dengan prosodi dalam bahasa yang memiliki tujuan
tertentu. Proses tuturan ini berlangsung dalam suatu konteks (Context) yang
mengikat dan melatarbelakanginya. Berdasarkan analogi sederhana ini penulis
mengakui dan bertekad menganalisis tuturan dalam wacana pengumuman dengan
bertitik tolak pada teori tindak tutur.
Wacana pengumuman adalah proses penyampaian suatu pesan oleh
seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, menginformasikan, dan
melaporkan sesuatu hal, baik secara langsung maupun tidak langsung. Setiap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

wacana pengumuman gereja tidak terlepas dari kegiatan bertutur atau berujar.
Bentuk bertutur atau berujar tersebut secara pragmatik dimaknai sebagai sebuah
tindak tutur. Tindak tutur dimengerti sebagai ujaran yang dibuat sebagai bagian
dari interaksi sosial. Setiap tuturan atau ujaran mempunyai fungsi, dan
mengandung maksud tertentu serta dapat menimbulkan pengaruh atau akibat pada
pendengar atau mitra tutur. Namun tuturan-tuturan yang terjadi baru dapat
memiliki makna dan maksud yang dapat dimengerti hanya dalam kaitannya
dengan konteks dan tempat tuturan itu terjadi.
Tuturan dalam wacana pengumuman gereja juga memiliki fungsi dan
maksud tertentu yang dicanangkan untuk mengahasilkan pengaruh kepada
pembaca atau pendengarnya. Permasalahan yang kerapkali muncul adalah tidak
semua umat atau mitra tutur mampu menelaah dan memahami maksud yang ingin
disampaikan oleh penuturnya. Seringkali juga umat atau mitra tutur sulit
menemukan dan menafsir maksud dari tuturan tersebut. Hal ini disebabkan oleh
minimnya pengetahuan mitra tutur dalam menangkap makna dan maksud tuturan
sesuai dengan konteks.
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, penelitian ini bermaksud
menemukan dan mengidentifikasi berbagai jenis, dan maksud tindak tutur yang
terdapat dalam wacana pengumuman gereja. Upaya menelaah berbagai jenis, dan
maksud tindak tutur itu bermula dari asumsi dan keyakinan peneliti bahwa
rentetan kalimat dalam tuturan wacana pengumuman gereja tersirat maksud
pragmatik tertentu. Maksud pragmatik yang dapat ditemukan dalam wacana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

pengumuman gereja itu misalnya mengajak, menawarkan, mengucapkan selamat,
perintah, peringatan dan sebagainya.
Menurut Austin (1962) tindak tutur terdiri atas tiga jenis yaitu, tindak
lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi (Tarigan, 2009: 34). Kajian peneliti
lebih menitik beratkan pada tindak tutur ilokusi. Sebab di dalam tindak tutur
ilokusi terdapat gaya ujaran maksud dan fungsi tuturan. Hal ini berarti tindak tutur
ilokusi memberi warna baru dalam tuturan yakni menyampaikan maksud dan
tujuan tertentu kepada mitra tuturnya. Seorang penutur menyatakan sesuatu
dengan menggunakan sebuah daya yang khas sehingga membuat mitra tutur ikut
bertindak sesuai dengan apa yang dituturkannya. Pandangan tersebut diatas
dipertegas lagi oleh Tarigan (2009: 105) yang menyebut tindak tutur ilokusi
biasanya diilustrasikan secara khas dalam ekspresi-ekspresi verba yakni;
melaporkan, mengumumkan, meramalkan, mengakui, menanyakan, menegur,
memohon, menyarankan, memerintah, memesan, mengusulkan, mengungkapkan,
mengucapkan selamat, mengucapkan terima kasih, menyajikan, dan mendesak.
Tindak tutur ilokusi dapat digolongkan ke dalam beberapa jenis tuturan
yang memiliki fungsi komunikatif. Salah satu tindak tutur ilokusi yang menjadi
fokus kajian penelitian ini adalah tindak asertif. Menurut Searle (dalam Tarigan,
2009: 42-43) tindak asertif yakni melibatkan pembicara pada kebenaran proposisi
yang diekspresikan. Tindak tutur asertif dapat diwujudkan dalam verba berikut;
affirm/menguatkan, allege/menduga, assert/menegaskan, forecast/meramalkan,
preedict/memprediksi, announce/mengumumkan, dan insist/mendesak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

Tindak tutur asertif dapat ditemukan dalam wacana pengumuman di
gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta. Wacana pengumuman gereja ini
berbicara tentang peristiwa dan situasi kehidupan menggereja dengan fokus utama
memberitahukan atau menginformasikan kegiatan-kegiatan rohani, dan sosial
gereja. Peneliti memilih wacana pengumuman gereja-gereja Katolik dikarenakan
terdapat tuturan yang langsung diucapkan oleh petugas lektor di mimbar pada
perayaan ibadah hari Minggu dan dapat ditemukan dalam wacana pengumuman
tertulis. Katersediaan sumber tuturan pada wacana pengumuman gereja tersebut
memudahkan peneliti untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan tuturan
tersebut berdasarkan jenis, fungsi, dan maksudnya. Oleh karena itu penelitian ini
bermuara pada kajian pragmatik yang berjudul, TINDAK TUTUR ILOKUSI
ASERTIF DALAM WACANA PENGUMUMAN DI GEREJA-GEREJA
KATOLIK

KEVIKEPAN

YOGYAKARTA

PERIODE

AGUSTUS-

DESEMBER 2015.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Jenis-jenis tindak tutur ilokusi asertif apa sajakah yang terdapat dalam
wacana pengumuman di Gereja-Gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta?
2. Makna pragmatik apa sajakah yang terdapat dalam jenis-jenis tindak tutur
ilokusi asertif pada wacana pengumuman di Gereja-Gereja Katolik
Kevikepan Yogyakarta?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur ilokusi asertif yang digunakan
dalam wacana pengumuman di Gereja-Gereja Katolik Kevikepan
Yogyakarta.
2. Menjelaskan makna pragmatik yang terdapat dalam jenis-jenis tindak tutur
ilokusi asertif pada wacana pengumuman di Gereja-Gereja Katolik
Kevikepan Yogyakarta.

1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoretis
Penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan khazanah pengetahuan
mengenai studi tindak tutur, khususnya tindak tutur ilokusi asertif dalam
wacana pengumuman. Selanjutnya penelitian ini diharapkan juga dapat
memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pragmatik pada
khususnya.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam proses pembelajaran
pragmatik. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pemahaman dan pengahayatan akan maksud dan tujuan wacana
pengumuman gereja secara benar. Disamping itu juga hasil penelitian ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

dapat bermanfaat bagi para peneliti yang berkecimpung dalam bidang
pendidikan bahasa.

1.5 Batasan Istilah
1. Pragmatik
Leech (1993:8) mengartikan pragmatik sebagai studi tentang makna dalam
hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situations) yang meliputi
unsur-unsur penyapa dan yang disapa, konteks, tujuan, tindak ilokusi,
tuturan, waktu, dan tempat.
2. Tindak Tutur
Austin (1962) menyebutkan bahwa pada dasarnya saat seseorang
mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu. Oleh karena itu tindak
tutur merupakan entitas sentral dalam pragmatik.
3. Konteks
Mey (dalam Nadar, 2009: 3-4) mendefinisikan konteks adalah situasi
lingkungan dalam arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk
dapat berinteraksi, dan membuat ujaran mereka dapat dipahami. Bahwa
kegiatan tuturan pertama-tama memperhatikan situasi lingkungan dimana
interaksi itu sedang berlangsung.
4. Tindak Tutur Ilokusi
Rohmadi (2004: 31) mengungkapkan bahwa tindak ilokusi adalah tindak
tutur yang berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

dan dipergunakan untuk melakukan sesuatu, disebut juga the act of doing
something.
5. Tindak Tutur Asertif
Tindak Tutur asertif adalah bentuk tuturan yang mengikat penutur pada
kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan (stating),
menyarankan (suggesting), membual (boasting), mengeluh (complaining),
dan mengklaim (claiming).
6. Wacana Pengumuman
Wacana pengumuman adalah suatu bentuk penyampaian informasi yang
ditujukan kepada khalayak ramai.

1.6 Sistematika Penyajian
Sistematikan penulisan penelitian ini terdiri atas lima bab. Hal ini
bertujuan untuk mempermudah penulis dan pembaca di dalam memahami
penelitian ini. Bab I adalah bab pendahuluan. Bab ini mengulas tentang latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
batasan istilah, dan sistematika penyajian.
Bab II adalah kajian pustakan. Bab ini berisi seputar tinjauan terhadap
penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian peneliti saat ini. Dan kajian
teoretis yakni teori-teori yang berkaitan langsung dengan penulisan penelitian ini.
Bab III adalah metodologi penelitian. Bab ini membahas seputar
pendekatan penelitian, data dan sumber data, metode dan teknik pengumpulan
data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

Bab IV adalah deskripsi data, hasil penelitian, dan pembahasan. Pada bab
empat ini, peneliti berusaha menguraikan data penelitian, mencermati dan
menganalisis data penelitian, serta pembahasan hasil penelitian.
Bab V adalah bab penutup berisi kesimpulan mengenai hasil penelitian
dan saran-saran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN

2.1 Penelitian yang Relevan
Kajian mengenai tindak tutur dengan menggunakan ancangan pragmatik
sudah banyak dilakukan, akan tetapi kajian secara khusus tindak tutur ilokusi
asertif dalam hubungan dengan wacana pengumuman belum ada yang
melakukannya. Peneliti sudah berupaya mencari dan menelusuri studi-studi
terdahulu yang berbicara khusus tentang wacana pengumuman tersebut namun
belum ada yang mengulasnya. Oleh sebab itu pada bagian kajian terdahulu ini,
peneliti hanya menampilkan satu atau dua hasil penelitian yang mirip atau serupa
dengan kajian yang akan diteliti oleh peneliti sendiri. Penelitian terdahulu yang
relevan dengan penelitian ini antara lain:
1. Fitri Indriastuti (2007)
Penelitian Fitri Indriastuti yang berjudul Tindak Tutur Asertif Penjual
Pakaian di Pasar Klewer Kota Surakarta, berusaha menganalisis dan
menguraikan tindak tutur ilokusi asertif yang terjadi diantara pedagang dan
pembeli. Fitri Indriastuti berusaha menjawab tiga pertanyaan utama yakni; (a)
bentuk-bentuk tindak tutur asertif yang digunakan penjual pakaian di pasar
Klewer kota Surakarta, (b) strategi pengungkapan tindak tutur asertif penjual
pakaian di pasar Klewer kota Surakarta, (c) faktor-faktor yang mempengaruhi
penggunaan tindak tutur asertif penjual pakaian di pasar Klewer kota Surakarta.
Demi menjawab dua permasalahan tersebut, Fitri Indriastuti menggunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

metode penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data berupa tuturan lisan penjual
pakaian di pasar Klewer kota Surakarta. Teknik penyediaan data dengan metode
simak (penyimakan), yaitu metode pengumpulan data dengan jalan menyimak
penggunaan bahasa. Teknik dasar yang digunakan adalah sadap dan teknik
lanjutannya dipakai teknik rekam dan teknik catat.
Hasil penelitian Fitri Indriastuti terdiri atas: (1) pemakaian bahasa oleh
penjual pakaian di pasar Klewer kota Surakarta lebih banyak menggunakan
tuturan dalam bahasa Jawa, terkadang juga menggunakan bahasa Indonesia yang
terdapat unsur-unsur bahasa Jawa, (2) pemakaian tuturan oleh penjual pakaian di
pasar Klewer kota Surakarta lebih banyak ditemukan kategori jenis tindak tutur
asertif yang meliputi subtindak tutur: meyakinkan, menanyakan, membenarkan,
menyangsikan,

menegaskan,

memamerkan,

memberitahu,

menyangkal,

menyatakan, dan membanggakan, (3) strategi pengungkapan tindak tutur asertif
penjual pakaian di pasar Klewer kota Surakarta berdasarkan teknik bertutur
ditemukan tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung, serta
berdasarkan interaksi makna ditemukan tuturan-tuturan literal dan tuturan-tuturan
nonliteral, (4) faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan tindak tutur asertif
penjual pakaian di pasar Klewer kota Surakarta, yaitu: penutur atau mitra tutur, isi
pertuturan, tujuan pertuturan, dan intonasi berbicara.

2. Sulistiyadi (2013)
Penelitian Sulistiyadi yang berjudul Tindak Tutur Asertif Dalam Novel
Pawestri

Tanpa Idhentiti

Karya Suprato Brata

berusaha mengklirkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

permasalahan yang diangkat yakni; (a) Apa sajakah bentuk tindak tutur asertif
yang terdapat dalam novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata. (b)
Bagaimanakah fungsi tindak tutur asertif yang terdapat dalam novel Pawestri
Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata. Peneliti Sulistiyadi menjawab permasalahan
tersebut dengan menggunakan metode penelitian deskriptif. Sumber data
penelitian ini adalah novel Pawestri Tanpa Idhentiti karya Suparto Brata. Data
diperoleh dengan teknik membaca, mencatat, dan pengklasifikasian yang berupa
tuturan. Instrumen dalam penelitian ini adalah manusia, yang dalam hal ini
peneliti untuk mengetahui tentang hal-hal yang berkaitan dengan tindak tutur dan
pengetahuan peneliti tentang kebahasaan menjadi alat yang penting, sebagai
instrumen kartu data dan tabel analisis data. Subjek penelitian ini adalah semua
tuturan asertif yang dikelompokkan berdasarkan bentuk tuturan asertif dan fungsi
tuturan asertif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
teknik baca dan catat.
Hasil penelitian Sulistiyadi adalah berupa bentuk tuturan asertif yang
terdiri atas tiga bentuk kalimat yakni bentuk kalimat berita, kalimat tanya, dan
kalimat perintah. Berdasarkan fungsinya data tersebut meliputi: tuturan asertif
kalimat berita yang berfungsi menyatakan, memberitahukan, menyarankan,
membanggakan, mengeluh, menuntut, melaporkan, dan menyombongkan.
Tuturan asertif kalimat tanya yang berfungsi menyatakan, memberitahukan,
menyarankan, dan mengeluh. Tuturan asertif kalimat perintah yang berfungsi
menyatakan, memberitahukan, menyarankan, membanggakan, dan mengeluh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

Penelitian “Tindak Tutur Ilokusi Asertif dalam Wacana Pengumuman di
Gereja-Gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta” ini berbeda dengan penelitianpenelitian di atas. Perbedaannya terletak pada sumber data. Penelitian ini
menggunakan sumber data dari tuturan lisan dan tertulis wacana pengumuman
gereja, sedangkan penelitian-penelitian di atas menggunakan sumber data dari
karya sastra novel dan tuturan lisan para pejual pakaian di pasar Klewer kota
Surakarta. Berdasarkan tinjauan kajian penelitian terdahulu tersebut di atas, maka
peneliti merasa tertarik untuk menelaah tindak tutur ilokusi asertif secara spesifik
dalam wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan Yogyakarta.
Penelitian ini dimaksudkan untuk melengkapi penelitian-penelitian
sebelumnya, tentunya dengan menggunakan teknik atau metode penelitian yang
berbeda. Penelitian ini menggunakan sumber data yang belum banyak digunakan
yakni wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik. Perhatian peneliti tertuju
kepada wacana pengumuman gereja yang tertulis dan menggunakan bahasa
Indonesia. Dalam penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan kajian pada dua hal
pokok yakni jenis tuturan ilokusi asertif dan makna pragmatik dalam tuturan
ilokusi asertif yang ditentukan oleh konteksnya.
Peneliti berusaha menelaah dan mencermati tuturan dalam wacana
pengumuman gereja yang mengisyaratkan adanya jenis tindak tutur asertif,
kemudian menemukan makna pragmatik yang terikat konteks dalam tuturan
pengumuman gereja tersebut. Dengan demikian penelitian ini berbeda dengan
penelitian terdahulu terkhususnya dalam hal sumber data dan teknik
penelitiannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

2.2 Landasan Teori
Penulisan penelitian ini menggunakan beberapa teori yang dianggap
relevan dengan kajian didalamnya. Dalam landasan teori ini dijabarkan beberapa
teori yang digunakan sebagai acuan peneliti untuk mengkaji tindak tutur ilokusi
asertif dalam wacana pengumuman di gereja-gereja Katolik Kevikepan
Yogyakarta antara lain: pragmatik, tindak tutur, konteks, tindak tutur ilokusi,
tindak asertif, dan wacana pengumuman. Berikut ini akan dijelaskan teori-teori
yang terkait dengan kajian ilmiah yang mendasarinya.

2.2.1

Pragmatik
Pragmatik merupakan telaah makna tuturan. Tuturan yang disampaikan

kepada mitra tutur memiliki makna sesuai dengan konteks tuturan yang sedang
berlangsung. Secara tegas Leech (1993:8) mengartikan pragmatik sebagai studi
tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situations)
yang meliputi unsur-unsur penyapa dan yang disapa, konteks, tujuan, tindak
ilokusi, tuturan, waktu, dan tempat. Leech memposisikan studi pragmatik pada
keberadaan penutur, mitra tutur, konteks, dan tujuan dalam proses komunikasi
tersebut. Keberadaan keempat kompenen tersebut di atas sangat penting dalam
menelaah makna tuturan yang sedang berlangsung.
Pengertian yang diungkapkan oleh Leech ini tidak jauh berbeda dengan
pendapat George Yule. Yule (2006: 3-4) menyebut pragmatik itu terdiri atas
empat pengertian yakni; (1) Pragmatik adalah studi tentang maksud penutur.
Belajar pragmatik itu berhubungan dengan telaah mengenai apa yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

dimaksudkan oleh penutur. Penutur menyampaikan sesuatu hal dan pendengar
menafsirkan maksud dibalik tuturan tersebut. (2) Pragmatik adalah studi tentang
makna kontekstual. Makna ini dikaitkan dengan konteks yang sedang berlangsung
misalnya siapa yang diajak bicara, di mana, kapan, dan dalam keadaan apa. Di
dalam suatu pembicaraan konteks itu sangat berpengaruh terhadap apa yang
sedang dikatakan penutur. (3) Pragmatik adalah studi tentang bagaimana agar
lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan. Pengertian ini lebih
menekankan cara pendengar memamahi maksud yang disampaikan oleh penutur.
Seorang pendengar atau mitra tutur harus berusaha menggali maksud yang
disampaikan oleh penutur ketimbang sekedar mendengar apa yang dituturkan. (4)
Pragmatik adalah studi tentang ungkapan dari jarak hubungan. Definisi keempat
menurut Yule ini lebih terarah kepada relasi yang mengikat percakapan tertentu.
Sebuah tuturan akan dilakukan jikalau penutur dan mitra tutur sudah saling
mengenal atau sekurang-kurangnya memiliki latar belakang pengalaman yang
sama. Melalui jarak hubungan yang sudah diketahui, maka penutur dan mitra tutur
akan menentukan seberapa banyak hal atau kebutuhan yang dituturkan.
Pragmatik adalah telaah mengenai hubungan antara bentuk bahasa dan
konteksnya (Tarigan, 1990:33). Tarigan secara tegas menyatakan bahwa kajian
pragmatik itu berhubungan dengan konteks penggunaan bahasa di dalam
masyarakat. Konteks menjadi “sumbu” yang mengungkapkan piranti kebahasaan
itu digunakan dalam masyarakat. Ketika seseorang menggunakan bahasa dalam
pergaulan atau percakapan tertentu maka secara serta merta ia bertitik tolak dari
konteks yang dibangunnya secara bersama-sama dalam interaksi tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

Rahardi (2005: 49) menjelaskan pragmatik adalah ilmu bahasa yang
mempelajari kondisi penggunaan bahasa manusia yang pada dasarnya sangat
ditentukan oleh konteks yang mewadahi dan melatarbelakangi bahasa itu.
Pernyataan ini mencerminkan dua hal pokok dalam pragmatik yakni soal
penggunaan bahasa dan konteks. Setiap kali seseorang membangun interaksi
dengan orang lain pastilah melibatkan bahasa yang memiliki makna dan tujuan
tertentu. Bahasa berwujud dalam rangkaian kata atau kalimat yang merujuk pada
maksud dan tujuan yang hendak dicapai bersama. Dimensi bahasa yang
digunakan dalam proses interaksi itu berfokus pada konteks. Konteks menjadikan
sebuah tuturan atau komunikasi tersebut benar-benar bermakna dan memiliki
tujuan. Oleh sebab itu pragmatik merupakan studi tentang penggunaan bahasa
dalam konteks dan situasi tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
pragmatik adalah suatu telaah kebahasaan mengenai bagaimana caranya konteks
mempengaruhi peserta tutur dalam menafsirkan kalimat atau menelaah makna
dalam kaitannya dengan situasi ujaran. Keterkaitan antara bahasa dan konteks
mengindikasikan kesejatian studi pragmatik. Artinya ketika seseorang mengetahui
dan mendalami ranah bahasa atau tuturan dalam bingkai konteks maka seyogianya
ia sedang bergumul dengan ilmu “pragmatik”.

2.2.2

Tindak Tutur
Tindak tutur adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan agar suatu

maksud dari pembicara diketahui pendengar. Teori tindak tutur ini dikemukakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

pertama kali oleh Austin (dalam Rahardi, 2009: 17) dalam bukunya berjudul
Speech Acts: An Essay in The Philosophy of Language menyatakan bahwa pada
praktik penggunaan bahasa yang sesungguhnya itu terdapat tiga macam tindak
tutur yakni (1) tindak tutur lokusi, (2) tindak ilokusi, dan (3) tindak perlokusi.
Tindak lokusi adalah tindakan menyampaikan informasi yang disampaikan oleh
penutur. Tindak ilokusi merupakan tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan
fungsi tertentu di dalam kegiatan bertutur yang sesungguhnya. Tindak perlokusi
adalah tindak menumbuhkan pengaruh kepada sang mitra tutur oleh penutur.
Chaer (2010: 27) menyimpulkan bahwa tindak tutur merupakan tuturan dari
seseorang yang bersifat psikologis dan yang dilihat dari makna tindakan dalam
tuturannya itu. Serangkaian tindak tutur akan membentuk suatu peristiwa tutur
(speech event). Lalu, tindak tutur dan peristiwa tutur ini menjadi dua gejala yang
terdapat pada satu proses, yakni komunikasi. Jadi, tindak tutur adalah kegiatan
seseorang dalam berbahasa pada lawan tutur dalam rangka mengkomunikasikan
sesuatu. Apa makna yang dikomunikasikan tidak hanya dapat dipahami
berdasarkan penggunaan bahasa dalam bertutur tersebut tetapi juga ditentukan
oleh aspek-aspek komunikasi secara komprehensif, termasuk aspek-aspek
situasional komunikasi.
Yule (2006: 82-84) mendefinisikan tindak tutur adalah tindakan-tindakan
yang ditampilkan lewat tuturan. Tindak tutur inilah yang memungkinkan penutur
dan mitra tutur terlibat dalam percakapan sekaligus melakukan suatu tindakan
tertentu. Dalam berkomunikasi, penutur dan mitra tutur menampilkan suatu tindak
tutur khusus yang hanya dimengerti dan dipahami oleh kedua belah pihak. Yule

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

menyebut bahwa tindakan yang ditampilkan dengan menghasilkan suatu tuturan
akan mengandung tiga tindakan yang saling berhubungan. Tiga Tindakan itu
antara lain; (1) tindak lokusi merupakan tindak dasar tuturan atau menghasilkan
suatu ungkapan linguistik yang bermakna. (2) Tindak ilokusi adalah tindakan
yang ditampilkan melalui penekanan komunikatif suatu tuturan. Tindak ilokusi ini
membentuk tuturan dengan beberapa fungsi di dalam pikiran. (3) tindak perlokusi
adalah tindak tutur yang menciptakan efek atau akibat dari tuturan itu.
Tindak tutur (speech atcs) adalah ujaran yang dibuat sebagai bagian dari
interaksi sosial. Pranowo (2009: 4) menjelaskan bahwa tindak tutu