Analisis Tindak Tutur Ilokusi Keluhan Dalam Drama Ichi Rittoru No Namida

(1)

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI KELUHAN DALAM DRAMA ICHI RITTORU NO NAMIDA

ICHI RITTORU NO NAMIDA NO DORAMA NI OKERU KUJOU NO HATSUWANAIKOUI NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

OLEH : RESTU AFRILLA

100708001

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI KELUHAN DALAM DRAMA ICHI RITORU NO NAMIDA

ICHI RITTORU NO ANAMIDA NO DORAMA NI OKERU KUJOU NO HATSUWANAIKOUI NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Adriana Hasibuan S.S, M.Hum

NIP. 19620727 1987 03 2005 NIP.19610628 2006 04 2001 Dr. Siti Muharami M., M.Hum

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

Disetujui oleh :

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Medan, Desember 2014 DepartemenSastraJepang Ketua,

NIP. 19600919 1988 03 1001 Drs. EmanKusdiyana, M.Hum


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil‘alamin puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.Dan tak lupa pula shalawat beriring salam kepada nabi besar Muhammad SAW, yang telah menjadi suri tauladan bagi seluruh umat manusia.

Skripsi ini berjudul “ANALISIS TINDAK TUTUR KELUHAN DALAM DRAMA ICHI RITTORU NO NAMIDA”merupakan persyaratan dalam mencapai gelar sarjana di Fakultas Ilmu Budaya Program Departemen Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.Penulis sepenuhnya menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna.Hal ini berdasarkan keterbatasan pengetahuan dan sumber-sumber informasi yang dibutuhkan.Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan kedepannya.

Dalam pelaksanaan penyelesaian studi dan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku Ketua Program Studi S-1 Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Adriana Hasibuan, S.S, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I, dalam kesibukannya sebagai pengajar telah menyediakan banyak waktu dan


(5)

tenaga dalam membimbing dan memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi inihingga selesai.

4. Ibu Dr. Siti Muharami M. S.S, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II, dalam kesibukannya sebagai pengajar telah menyediakan banyak waktu, pikiran, dan tenaga dalam membimbing, mengarahkan, dan memeriksa skripsi ini, dari awal hingga skripsi ini selesai.

5. Para pengajar di Departemen Sastra Jepang FIB USU yang telah memberikan ilmu kepada penulis sebagai bekal masa depan dari tahun pertama hingga dapat menyelesaikan perkuliahan dengan baik, beserta Bang Joko sebagai staf tata usaha yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Kedua orang tua yang telah membesarkan dan memperjuangkan pendidikan anak-anaknya sejak sekolah dasar hingga saat ini, selalu mendoakan keberhasilan anak-anaknya, dan mengharapkan yang terbaik bagi anaknya, untuk ibu tercinta Elisma yang berjuang sendirian saat ini untuk pendidikan anaknya, almarhum papa Yus Yendri yang selalu memberikan dukungan dalam pendidikan saya selama hidupnya, meski tak sempat melihat saya menyelesaikan studi ini, adik saya Rahma Mustika Yeliyang selama ini menemaniku setiap waktu, membantu menyelesaikan skripsi ini, dan tak pernah henti memberikan dukungan.

7. Kepada Muhammad Fadli yang selalu memberikan dukungan untuk saya dalam menyelesaikan skripsi ini, yang tak pernah henti menyemangati saya disaat saya sudah mulai jenuh.


(6)

8. Untuk sahabat kepompong yang meski jauh tetap memberikan dukungan, untuk teman-teman pecahan piring,untuk kakak dan teman-teman yang pernah satu kost, dan seluruh teman-teman angkatan 2010 Sastra Jepang S-1 yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu. Senang bisa belajar bersama selama ±4 tahun ini.

9. Dan kepada semua pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini. Semoga Allah membalas semua kebaikan mereka.

Akhirnya kepada Allah SWT penulis kembalikan segala persoalan serta berserah diri dan selalu meminta petunjuk agar senantiasa dalam lindungan-Nya dan penulis menyadari bahwa tulisan ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis, bagi dunia pendidikan dan bagi masyarakat luas pada umumnya dan khususnya bagi mahasiswa Sastra Jepang.

Medan, Desember 2014 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……… i

DAFTAR ISI……….. v

BAB 1 PENDAHULUAN……….. 1

1.1 Latar Belakang……….. 1

1.2 Rumusan Masalah……… 4

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan……… 5

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori………. 5

1.4.1. Tinjauan Pustaka……… 5

1.4.2 Kerangka Teori………... 7

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian……… 10

1.6 Metode Penelitian ………... 11

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK TUTUR DAN TINDAK TUTUR KELUHAN ……… 13

2.1 PengertianTindakTutur……… 13

2.2Jenis-JenisTindakTutur………... ……... 14

2.2.1 TindakLokusi………. 15

2.2.2 TindakIlokusi………... 16

2.2.3 TindakPerlokusi……….… 22

2.3 TindakTuturKeluhan ……….. 23

2.3.1 DefenisiKeluhan ……… 23

2.3.2 Bentuk-bentuk Tindak Tutur Keluhan……… 25


(8)

2.3.3.1 KeluhanImplisit………... 28

2.3.3.2 Ungkapankekesalan / Ketidaksetujuan... 28

2.3.3.3 Tuduhan………... 29

2.3.3.4 Menyalahkan……… 30

2.4 Sinopsis Drama IchiRittoru No Namida……….. 31

BAB III ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI KELUHAN DALAM DRAMA ICHI RITTORU NO NAMIDA……… 33

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN………... 55

4.1 Kesimpulan………. 55

4.2 Saran………... 56

DAFTAR PUSTAKA……….. 57 ABSTRAK


(9)

Abstrak

Analisis Tindak Tutur Ilokusi Keluhan dalam Drama Ichi Rittoru No Namida

Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan bahasa sebagai alat komunikasi.Dalam komunikasi tidak dapat dipisahhkan dengan tindak tutur dan wacana.

Tindak tutur terbagi tiga, yaitu; tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi.Tindak ilokusi ada bermacam-macam, salah satunya tindak ilokusi ekspresif.Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang dilakukan dengan maksud agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam tuturan tersebut.

Skripsiini mengkaji tindak tutur ilokusi keluhan.Tindak tutur keluhan dapat dilihat dari percakapan sehari-hari, seperti percakapan pada drama.Salah satu contoh adalah drama ichi rittoru no namida yang menjadi sumber data penelitian.

Dalam mengakaji tindak tutur keluhan, yang perlu dipahami ialah bentuk dan strategi dari tuturan yang disampaikan tersebut.Tindak tutur keluhan ada 2 bentuk, yaitu bentuk langsung dan bentuk tidak langsung.

Menurut Trosborg, strategi yang digunakan untuk mengungkapkan keluhan menurut trosborg ada 4 strategi dengan 4 sub strategi yaitu, keluhan implisit, kekesalan, konsekuensi buruk, tuduhan langsung, dan tuduhan tidak


(10)

langsung, menyalahkan secara elspisit, menyalahkan tindakan, dan menyalahkan orang (secara keseluruhan).

Penelitian ini menggunakan acuan Koizumi untuk teori pragmatik, searle untuk mengklasifikasikan jenis-jenis tindak tutur, Anna Trosborg untuk analisis bentuk dan strategi tindak tutur keluhan, dan Abdul Chaer untuk teori kontekstual. Metode yang digunakan pada penelitian ini ialah deskripsif kualitatif.

Hasil penelitian ditemukan 47 tindak tutur yang mengandung maksud keluhan.Bentuk tindak tutur keluhan yang paling banyak digunakan pada drama ini adalah bentuk tuturan keluhan secara langsung.

Strategi yang digunakan untuk mengungkapkan tindak tutur keluhan yang terdapat di dalam drama Ichi Rittoru no Namida adalah keluhan implisit, straegikekesalan, strategi konsekuensi buruk, strategi modifikasi menyalahkan, menyalahkan secara eksplisit terhadap tindakan, strategi menyalahkan secara ekplisit terhadap orang, dan strategi tuduhan secara tidak langsung.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk menjalin hubungan di dalam kehidupannya, manusia memerlukan alat komunikasi untuk dapat berinteraksi dengan orang lain. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling tepat.

Menurut Kridalaksana dan Djoko Kentjono dalam Chaer (2007:32) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.Bahasa digunakan untuk menjalin hubungan, mengungkapkan perasaan, atau memberikan tanggapan, bahasa juga dapat menjadi sebuah identitas diri seseorang.

Sutedi (2003:2) mengungkapkan bahwa ketika kita menyampaikan ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada seseorang baik secara lisan maupun secara tertulis, orang tersebut bisa menangkap apa yang kita maksud, tiada lain karena ia memahami makna yang dituangkan dalam bahasa tersebut. Namun, sering juga terjadi salah penafsiran makna karena seseorang kurang dapat megangkap maksud yang ingin disampaikan. Hal ini dapat menghambat kelancaran sebuah komunikasi.

Komunikasi dapat berjalan dengan baik, bila bahasa yang digunakan dapat dipahami oleh kedua belah pihak, yaitu penutur dan mitra tuturnya. Oleh karena itu, kedua belah pihak yang berkomunikasi harus mampu menginterpretasikan makna yang terkandung dalam sebuah bentuk komunikasi.


(12)

Ilmu yang digunakan untuk mempelajari makna ialah semantik dan pragmatik. Makna dalam pragmatik memiliki hubungan erat dengan penutur sedangkan makna semantik murni properti ucapan dalam bahasa, terlepas dari situasi, penutur atapun petutur (Leech,1996:6).

Pragmatik menelaah makna menurut tafsiran pendengar, maka semantik menelaah makna dalam hubungan antara lambang (satuan-satuan ujaran) dengan objeknya atau referennya (Chaer dan Agustina, 2004:57).Lebih jelasnya, pragmatik adalah studi tentang makna yang berkaitan dengan situasi ujaran dan tindak tutur.

Menurut Nurgiyantoro ( 2002: 317 ) bahwa salah satu hal yangpaling penting dalam interpretasi percakapan secara pragmatik adalah kosep tindak tutur. Salah satu cara untuk membuat seseorang atau sekelompok orang mengerti selaindengan tuturan dapat juga dilakukan dengan tindakan.

Tindak tutur Menurut Asim Gunarwan (1999:1) adalah jika kita berbicara atau mengeluarkan ujaran (apakah ujaran itu berupa kalimat, frase, atau kata) apa yang dikeluarkan dari mulut kita itu dianggap sebagai tindakan. Tindakan itulah yang disebut dengan tindak tutur.

Austin dalam Rahardi (2009: 17) membedakan tiga jenis tindakan yang berkaitan dengan ujaran. Ketiga tindakan itu ialah tindak lokusioner, tindak ilokusioner, dan tindak perlokusioner.

Tindak tutur ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu. Di sini kita mulai berbicara tentang maksud dan fungsi atau daya ujaran yang bersangkutan, untuk apa ujaran itu dilakukan. Perbuatan yang dilakukan dalam mengujarkan sesuatu


(13)

atau melakukan sesuatu.Misalnya ; memperingatkan, bertanya (illocutionary speech act) (Autin dalam Syahri, 2011: 21).

Kemudian Searle (1969:23-24) membagi tindak tutur ilokusi dalam lima jenis, yaitu representatif,komisif, direktif, ekspresif dan deklaratif.

Tuturan keluhan termasuk ke dalam jenis tindak tutur ekspresif.Tindak tutur ekspresif adalah tindak ujaran yang dilakukan dengan maksud agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam ujaran itu.Misalnya; memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik, mengeluh (Hymes dan Jacobson yang dikutip Djajengwasito dalam Syahri, 2011: 20).

Mengeluh adalah ungkapan dari keadaan psikologis seseorang yang tidak senang terhadap sesuatu (Nurhasanah, 2010: 2).Karena tindak tutur mengeluh / keluhan berkaitan dengan perasaan, sehingga sangat mempengaruhi bagaimana respon dari lawan tuturnya. Jika tidak hati-hati dalam menyampaikan tuturan ini, dapat membuat hubungan sosial diantara peserta tuturnya menjadi tidak baik. Contoh tindak tutur keluhan :

亜也たちの部屋

Ayatachi no heya

Rumah Keluarga Aya

瑞生 : ほら, いつまで寝てんだよ?はい起きて、はいお仕事お仕事。

Mizuo : hora, itsumade netendayo?hai okite, hai oshigoto oshigoto. Ako : aa, uzai….

Mizuo :hai, sampai kapan akan tidur ? baiklah, waktunya bangun, bekerja bekerja.


(14)

Ako : Ah, berisik…

Tuturan di atas berfungsi untuk memperhalus maksud si penutur terhadap lawan bicaranyadi dalam menyampaikan maksud atau tujuan penutur yang sebenarnya kesal dan marah karena bangunnya telat.

Hal inilah yang mendasari penulis untuk meneliti bagaimana bentuk-bentuk tindak tutur mengeluh dan bagaimana strategi yang digunakan untuk mengungkapkan keluhan dalam bahasa Jepang, sehingga komunikasi berjalan dengan baik.

Dalam melakukan penelitian terhadap tindak tutur, tentu saja percakapan menjadi sasaran penelitiannya.Percakapan yang dipilih sebagai data untuk melihat tindak tutur ilokusi keluhan adalah percakapan yang terdapat dalam drama Ichi Rittoru No Namida.

Di dalam drama Ichi Rittoru No Namida banyakterdapat tuturan yangmengandung maksudkeluhan. Oleh karena itu, penulis membahasnya melalui skripsi yang berjudul “Analisis tindak tutur ilokusi keluhan dalam drama Ichi Rittoru No Nomida”

1.2Rumusan Masalah

Pada saat menyampaikan keluhan, ada beberapa bentuk dan strategi yang dapat digunakan untuk menuturkannya.Ada yang diungkapkan secara langsung dan ada yang diungkapkan secara tidak langsung.Penutur asli bahasa Jepang biasanya tidak berbicara secara langsung. Mereka akan memilih kata-kata yang tepat dan benar untuk disampaikan pada situasi dan kondisi pada saat itu. Hal ini


(15)

bertujuan untuk menjaga perasaan lawan tuturnya, jangan sampai menimbulkan pertentangan dan masalah.

Berdasarkan hal di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana bentuk-bentuk tindak tutur ilokusi keluhan dalam drama Ichi Rittoru no Namida ?

2. Bagaimana strategi yang digunakan untuk menuturkan keluhan dalam drama Ichi Rittoru no Namida?

1.3Ruang Lingkup Pembahasan

Supaya penelitian terarah dan tujuan penelitian tercapai,suatu penelitian haruslah dibatasi pada beberapa hal saja. Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada bentuk dan strategi yang digunakan untuk menuturkantindak tutur ilokusi dalam bahasa Jepang, terbatas pada tindak tutur keluhan saja.

Sedangkan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah drama Jepang yang berjudul Ichi Ritoru No Namida yang dalam menganalisnya, digunakan naskah drama tersebut.Drama dan naskah dramaIchi Rittoru No Namida ini diperoleh melalui mendownload dari internet yang terdiri dari 11 episode.Namun, untuk membatasi penelitian ini supaya tidak terlalu luas, data yang diambil sebanyak 10 tuturan keluhan dari episode 1 dan episode 2 dalam drama tersebut.

1.4 Tinjauana Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka


(16)

Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat (sesudah menyelidiki, mempelajari), perbuatan meninjau (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005:1198), sedangkan pustaka adalah kitab, buku, primbon (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005:912)

Jadi, tinjauan pustaka adalah hal-hal atau pengetahuan yang berhubungan dengan penelitian sebagai bahan referensi yang mendukung penelitian, atau menjelaskan hasil-hasil dari penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan topik yang diteliti agar semakin jelas permasalahan penelitian yang akan dipecahkan.

Skripsi ini fokusnya adalah analisis tindak tutur keluhan dalam drama “Ichi Rittoru Namida”.Oleh karena itu, penulis menggunakan konsep linguistik dalam bidang pragmatik.Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya (Abdul Chaer, 2007:1). Dalam hal ini penulis akan menjelaskan tentang tindak tutur keluhan yang berkaitan dengan cabang linguitik yaitu semantik.

Tarigan (1996 : 34) menyatakan bahwa teori tindak tutur adalah bagian dari pragmatik, dan pragmatik itu sendiri merupakan bagian dari performansi linguistik. Pengetahuan mengenai dunia adalah bagian dari konteks dan dengan demikian pragmatik mencakup bagaimana cara pemakai bahasa menerapkan pengetahuan dunia untuk menginterprestasikan ucapan-ucapan.

Purwo (1990 : 17-20) mengatakan bahwa pragmatik menjelajahi empat fenomena, yaitu (1) deiksis, (2) praanggapan, (3) tindak ujaran, dan (4) implikatur percakapan. Soemarno (1998) juga mengemukakan bahwa unsur-unsur penting yang perlu diamati dalam penelitian pragmatik adalah deiksis, praanggapan, implikatur, pertuturan, dan struktur wacana.


(17)

Mempelajari tuturan pada hakikatnya mempelajari bagaimana penggunaan bahasa tersebut menyangkut hubungannya konteks pemakainya.untuk memahami sebuah tuturan, petutur harus memiliki pengetahuan tentang kondisi dan situasi saat sebuah tuturan itu dituturkan.

2. Kerangka Teori

Defenisi Pragmatik menurut Koizumi dalam Syahri(2011:18)adalah : 語用論は語法検車したり、検討したりする分門ではない。言語伝達 において、発話ある場面においてなされる。葉岩としての分は、それよい られるの中で始めて適当な意味を持つことになる。

“Goyouron ha gohou kensha shitari, kentou shitari suru bunmon dehanai. Gengo dentatsu ni oite, hatsuwa aru bamen ni oitenasareru. haiwa toshite no bun ha, sore yoirareru no naka de hajimete tekitou na imi wo motsu koto ni naru”

Terjemahannya :

‘Pragmatik adalah studi dari penggunaan untuk pemeriksaan terhadap tindakan dalam komunikasi linguistik, baik berupa ucapan yang dibuat dalam sebuah tuturan, baik berupa teks yang tepat dalam pertama penggunaannya sehingga memiliki makna di dalamnya.’

Yule ( 1996: 3) mengatakan bahwa pragmatik adalah satu ilmu Bahasa yang mempelajari makna dari segi konteks komunikasinya

Levinson (1983:9), ilmu pragmatik didefinisikan sebagai berikut :

(1) “Pragmatik ialah kajian dari hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian bahasa”.


(18)

(2) “Pragmatik ialah kajian tentang kemampuan pemakai bahasa mengaitkan kalimat-kalimat dengan konteks-konteks yang sesuai bagi kalimat-kalimat itu”.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah suatu telaah makna dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujaran, dan bagaimana konteks yang mempengaruhi peserta tutur.

Istilah tindak tutur muncul karena di dalam mengucapkan sesuatu penutur tidak semata-mata menyatakan tuturan tetapi dapat mengandung maksud dibalik tuturan itu.(Purwo 1990:16) mendefenisikan tuturan sebagai ujaran kalimat pada konteks yang sesungguhnya.

Menurut Chaer (2004:50) tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu.Dalam tindak tutur lebih dilihat makna atau arti tindakan dalam tuturannya.

Chaer (2004:53) mengatakan bahwa tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang biasanya diidentifikasikan dengan kalimat performatif yang eksplisit.Tindak tutur ilokusi biasanya berkenaan dengan pemberian izin, mengucapkan terima kasih, menyuruh, menawarkan, dan menjanjikan.

Yule (2006:93) berpendapat bahwa dalam tindak tutur ekspresif terdapat pernyataan yang menggambarkan apa yang penutur rasakan. Tindak tutur ini mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis penutur terhadap suatu keadaan, meliputi mengucapkan terima kasih, terkejut, mengucapkan selamat datang, mengucapkan selamat, gembira, khawatir, sombong, dan rasa tidak suka.


(19)

Kalau dilihat dari konteks situasinya ada dua macam tindak tutur, yaitu tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung.Tindak tutur langsung mudah dipahami oleh si pendengar karena ujarannya berupa kalimat-kalimat dengan makna lugas.Tindak tutur tidak langsung hanya dapat dipahami oleh si pendengar yang sudah cukup terlatih dalam memahami kalimat-kalimat yang bermakna konteks situasional (Chaer dan Agustina, 2004: 56).

Leech (dalam Trosborg, 1995: 312) mendefinisikan complaint sebagai suatu pendapat yang memiliki fungsi ‘konflik’, yang mencakup tindakan menakuti, menuduh, menghina, dan mencerca. Tindakan mengeluh memang disusun untuk menimbulkan perasaan bersalah dan tindakan tersebut berpotensi menghancurkan hubungan antara penutur dan petutur.

Definisi Complaint menurut Longman Dictionary of the English Language dalam Nurhasanah (2010:10) adalah to express feelings of discontents, pain, etc, esp continually : speak in an unhappy, dissatisfied manner. ‘untuk mengungkapkan perasaan ketidakpuasan, kesakitan, dll. Secara terus-menerus ;berbicara dalam keadaan tidak bahagia, sikap tidak puas’.

Regina Everinghaff (dalam http://www.hausarbeiten.de/feacher/ forschau/21275.html )menambahkan bahwa tindak tutur mengeluh tidakmuncul sendiri namun terkait dengan tindakan yang muncul sebelumnya. Olehsebab itu, ‘mengeluh’ biasanya muncul sebagai reaksi dari tindakan yang telahatau yang sedang dilakukan oleh petutur, baik secara verbal maupun non-verbal.Kedua tindakan tersebut dianggap oleh penutur sebagai tindakan negatif.

Menurut Anna Trosbog (1995: 316-319) ada 4 jenis strategi keluhan dengan delapan substrategi dalam menuturkan keluhan,yaitu keluhan implisit


(20)

(isyarat), ungkapan kekesalan/ ketidaksetujuan dengan substrategi kekesalan dan konsekuensi buruk, tuduhan dengan substrategi tuduhan langsung dan tuduhan tidak langsung, Menyalahkan dengan substrategi modifikasi Menyalahkan, menyalahkan secara ekspilit terhadap tindakan dan menyalahkan secara ekspilit terhadap orangnya.

Konteks berhubungan dengan situasi berbahasa (speech situasion).Konteks mempunyai pengaruh kuat pada penafsiran makna kata.Konteks adalah sesuatu yang menyertai atau bersama teks dan menjadi lingkungan atau situasi penggunaan bahasa (Rani, 2004:190).

Konteks berhubungan dengan interaksi linguistik dalam ujaran atau lebih yang melibatkan pihak, yakni penutur dan lawan tutur dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu (Chaer dan Agustina, 2004: 48).

Dalam penelitian ini, saya menggunakan teori pragmatik oleh Koizumi, Yule, dan Levinson, teori tindak tutur ilokusi oleh Austin dan Searle, teori tindak tutur mengeluh olehTrosbog,dan teori konstektual oleh Rani danChaer.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk tindak tutur ilokusi keluhan dalam drama

Ichi Rittoru no Namida.

2. Mendeskripsikan strategi-strategi yang digunakan dalam menuturkan keluhan dalam drama Ichi Rittoru no Namida.


(21)

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat daripada penulisan ini adalah:

1. Dapat menambah wawasan mengenai makna Pragmatikterutama mengenai tindak tuturdalam Bahasa Jepang, baik bagi peneliti maupun bagi para pembaca, mengingat bahwa tindak tutur dalam Bahasa Jepang masih terlalu sedikit diteliti.

2. Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca dalam memahami bentuk dan strategi yang digunakan dalam tindak tutur Bahasa Jepang yang terdapat pada percakapan di drama Ichi Rittoru no Namida.

3. Teori-teori yang terdapat dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi yang berkaitan dengan bidang linguistik.

1.6 Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam menyusun penulisan ini adalah metode deskriptifpendekatan kualitatif. Kata deskriptif berasal dari bahasa latin ”descriptivus” yang berarti uraian. Metode deskriptif yaitu metode yang bertujuan membuat deskripsi; maksudnya membuat gambaran, lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena-fenomena yang diteliti (Chaer, 2007:92).

Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 2005:4).


(22)

Penulis juga akan menggunakan metode kepustakaan (library research), yaitu metode yang mengumpulkan referensi sebanyak-banyaknya yang berhubungan dengan penelitian.

Langkah-langkah pengolahan data yang saya lakukan :

1. Melihat dan menyimak sumber data, yaitu drama Jepang yang berjudul

Ichi Rittoru no Namidayang diperoleh melalui hasil download dari internet. 2. Membaca script drama tersebut yang diperoleh melalui download dari

internet.

3. Mencari tuturankeluhan yang terdapat dalam drama tersebut.

4. Menerjemahkan tuturankeluhan yang terdapat dalam drama tersebut. 5. Mengelompokkan tuturan keluhan yang telah diterjemahkan

6. Menganalisis bentuk-bentuk dan strategi tuturan keluhan yang digunakan dalam drama Ichi Ritoru no Namida.

Setelah data tersebut dianalisis, kemudian dituangkan dalam bentuk karya tulis. Tahap akhir berupa penarikan kesimpulan dari data - data yang telah diteliti. Kemudian dari kesimpulan yang diambil, diberikan saran -saran yang bermanfaat.


(23)

BAB II

Tinjauan Umum Tentang Tindak Tutur dan Tindak Tutur Keluhan

2.1 Pengertian Tindak Tutur

Teori tindak tutur pertama kali diungkapkan oleh Austin (1962).Teori tersebut dikembangkan kembali oleh Searle pada tahun 1969. Menurut Searle, dalam semua komunikasi kebahasaan terdapat tindak tutur. Ia berpendapat bahwa komunikasi bukan hanya sekedar lambang, kata atau kalimat, tetapi lebih merupakan hasil dari perilaku tindak tutur ( Searle 1969 dalam Suwito 1983:33 ).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tindak tutur merupakan inti dari komunikasi. Tindak tutur merupakan suatu analisis yang bersifat pokok dalam kajian pragmatik ( Levinson dalam Suyono 1990:5 ). Pendapat tersebut berkaitan dengan objek kajian pragmatik yang sebagian besar berupa tindak tutur dalam peristiwa komunikasi.Dalam analisis pragmatik objek yang dianalisis adalah objek yang berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam peristiwa komunikasi, yaitu berupa ujaran atau tuturan yang diidentifikasikan maknanya dengan menggunakan teori pragmatik.Sementara itu Austin (dalam Ibrahim 1992:106) sebagai peletak dasar teori tindak tutur mengungkapkan bahwa sebagian tuturan bukanlah pernyataan tentang sesuatu, tetapi merupakan tindakan (action).

Berkaitan dengan bermacam-macam maksud yang dikomunikasikan, Leech (1983) berpendapat bahwa tindak tutur terikat oleh situasi tutur yang mencakup :

a. penutur dan mitra tutur, b. konteks tuturan,


(24)

c. tujuan tuturan,

d. tindak tutur sebagai tindakan atau aktivitas, e. tuturan sebagai hasil tindakan bertutur.

Menurut Chaer (2004:50) tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam tindak tutur lebih dilihat makna atau arti tindakan dalam tuturannya.

Tindak tutur atau “ pertuturan” / “ speech act , speech event “ ( istilah Kridalaksana ) adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan agar suatu maksud dari pembicara dapat diketahui oleh pendengar ( Kridalaksana, 1984: 154 ).

Tindak tutur adalah salah satu kegiatan fungsional manusia sebagai makhluk berbahasa.Karena sifatnya yang fungsional, setiap manusia selalu berupaya untuk mampu melakukannya dengan sebaik-baiknya, baik melalui pemerolehan (acquisition) maupun pembelajaran (learning). Pemerolehan bahasa lazimnya dilakukan secara nonformal, sedangkan pembelajaran dilakukan secara formal ( Subyakto, 1992:88).

2.1.1 Jenis-Jenis Tindak Tutur

J.L.Austin merupakan tokoh teori tindak tutur pertama yang memperkenalkan konsep tindak tutur melalui bukunya How to do thing with words. Menurut Austin, tuturan pada dasarnya dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu tuturan bersifat performatif dan tuturan yang bersifat konstantif. Selanjutnya, dinyatakan bahwa semua tuturan pada dasarnya bersifat performatif, yang berarti bahwa dua hal terjadi secara bersamaan ketika orang mengucapkannya. Teori


(25)

tindak tutur Austin selanjutnya mengalami perkembangan setelah Searle dalam bukunya Speech Act: An Essay in the Philisophy of Language, Ia mengatakan bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi (locutionary act), tindak ilokusi (ilocutionary act) dan tindak perlokusi (perlocutionary act) (Chaer dan Leonie, 2004: 53), yaitu:

2.1.1.1 Tindak Lokusi

J. L. Austin merupakan tokoh yang pertama memperkenalkan teori tindak tutur. Ia mengatakan bahwa secara analitis dapat dijelaskan atas 3 macam tindak bahasa yang terjadi secara serentak, yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi.

Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu dalam arti “berkata” atau tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami.Misalnya, “Ibu guru berkata kepada saya agar saya membantunya”.Searle (1969) menyebut tindak tutur lokusi ini dengan istilah tindak bahasa preposisi (prepositional act) karena tindak tutur ini hanya berkaitan dengan makna.

Sehubungan dengan tindak lokusi, Leech ( dalam Setiawan, 2005 : 19) memberikan rumus tindak lokusi. Bahwa tindak tutur lokusi berarti penutur menuturkan kepada mitra tutur bahwa kata-kata yang diucapkan dengan suatu makna dan acuan tertentu.

Dari batasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa tindak lokusi hanya berupa tindakan menyatakan sesuatu dalam arti yang sebenarnya tanpa disertai


(26)

unsur nilai dan efek terhadap mitra tuturnya. Berdasarkan hal ini maka tindak lokusi terbagi menjadi tiga tipe, yaitu :

a. naratif

Naratif dapat diartikan sebagai bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu keadaan waktu. Naratif adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca atau mitra tutur suatu peristiwa yang telah terjadi .naratif hanya berusaha menjawab suatu pertanyaan“ Apa yang telah terjadi ” ( Keraf dalam Setiawan, 2005 : 20 )

b. Deskriptif

Keraf ( Dalam Setiawan, 2005 : 20) mendefinisikan deskriptif sebagai suatu bentuk wacana yang bertalian dengan usaha perincian dari obyek-obyeknya yang direncanakan, penutur memudahkan pesan-pesannya, memindahkan hasil pengamatan dan perasaan kepada mitra tutur, penutur menyampaian sifat dan semua perincian wujud yang dapat ditemukan pada objek tertentu.

c. Informatif

Kridalaksana (dalam Setiawan, 2005 : 21) mendefinisikan informatif sebagai bentuk wacana yang mengandung makna yang sedemikian rupa sehingga pendengar atau mitra tutur menangkap amanat yang hendak disampaikan.

Tindak informatif selalu berhubungan dengan makna referensi yaitu makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia di luar angkasa (objek atau gagasan), dan yang dapat dijelaskan oleh analisis komponen ( Kridalaksana dalam Setiawan, 2005 : 21 )


(27)

2.1.1.2 Tindak Ilokusi

Tindak ilokusi adalah salah satu dari teori Austin.Tindak tutur ilokusi adalah pengucapan suatu pernyataan, tawaran, janji pertanyaan, dan sebagainya.Ini erat hubungannya dengan bentuk-bentuk kalimat yang mewujudkan suatu ungkapan.

Chaer (2004:53) mengatakan bahwa tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang biasanya diidentifikasikan dengan kalimat performatif yang eksplisit.Tindak tutur ilokusi biasanya berkenaan dengan pemberian izin, mengucapkan terima kasih, menyuruh, menawarkan, mengeluh dan menjanjikan. Dengan kata lain ilokusi berati melakukan tindakan dalam mengatakan sesuatu (Leech, 1993:316).

Kalimat performatif adalah kalimat yang berisi perlakuan. Artinya, apa yang diucapkan oleh si pengujar berisi apa yang dilakukannya. Kalimat performatif ini lazim digunakan dalam upacara pernikahan, perceraian, kelahiran, kematian, keagamaan, kenegaraan, kemiliteran, peresmian seminar dan sebagainya.Dalam pengucapannya kalimat-kalimat performatif biasanya ditunjang oleh tindakan atau perilaku yang nonlinguistik, seperti pemukulan gong, pengetukan palu, dan sebagainya.Kalimat performatif ini adalah kalimat yang berfungsi dalam acara resmi.Disamping itu, ada juga kalimat performatif yang yang diterapkanpada situasi yang tidak resmi.

Kalimat performatifdapat digunakan untuk mengungkapkan sesuatu secara eksplisit dan implisit.Secara eksplisit, artinya dengan menghadirkan kata-kata yang mengacu pada pelaku seperti saya atau kami.Sedangkan kalimat performatif


(28)

implisit adalah yang tanpa menghadirkan kata-kata yang menyatakan pelaku. Di balik kalimat-kalimat performatif yang implisit itu tentunya ada pihak yang meminta agar kita melakukan apa yang dimintanya.

Tindak tutur ilokusi merupakan tindak tutur yang mengandung maksud dan fungsi atau daya tuturan (Rustono, 1999:37).Lubis (dalam Setiawan, 2005 :22) memberikan definisi lebih rinci dengan beberapa batasan mengenai tindak ilokusi yaitu pengucapan suatu pernyataan, tawaran, janji, pertanyaan, permintaan maaf dan sebagainya. Ini erat hubungannya dengan bentuk-bentuk kalimat yang mewujudkan suatu ungkapan.

Subyakto-Nababan (Dalam Setiawan, 2005 : 22) menambahkan bahwa tindak ilokusi adalah tindak bahasa yang diidentifikasikan dengan kalimat pelaku yang eksplisif. Tindak ilokusi merupakan tekanan atau kekuatan kehendak orang lain yang terungkap dengan kata-kata kerja : menyuruh, memaksa, mendikte kepada dan sebagainya.

Contoh tindak tutur ilokusi : この仕事、たいへんですね。

Kono shigoto, taihendesune.

Teori tindak tutur Austin merupakan teori tindak tutur yang berdasarkan pembicara, sedangkan Searle melihat tindak tutur berdasarkan pendengar.Jadi, Searle berusaha melihat bagaimana nilai ilokusi itu ditangkap dan dipahami pendengar. Searle membuat klasifikasi dasar tuturan yang membentuk tindak tutur ilokusi menjadi lima jenis tindak tutur, yaitu :


(29)

Menurut Yule (2006:92) :“Representatives are speaker changes the world via words. The speaker believe to be the case or not. Statements of fact, assertions, conclusions, and descriptions, as illustrated in are all examples of the speaker representating the world as he or she believes it is.”

‘Tindak tutur representatif adalah tindak tutur yang menyatakan keyakinan penutur tentang ihwal realita eksternal.Tindak tutur ini berfungsi memberi tahu orang-orang mengenai sesuatu.Artinya, pada tindak tutur jenis representatif penutur berupaya agar kata-kata atau tuturan yang dihasilkan sesuai dengan jenis realita dunia.’

Searle (dalam Leech:1993), menyebutkan tindak tutur jenis ini sebagai tindak tutur asertif, yang mengidentifikasikan dari segi semantik karena bersifat proposisional. Selain itu, yang bertanggung jawab terhadap kesesuaian antara kata-kata atau tuturan dengan fakta duniawi terletak pada pihak penutur.Yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur representatif ini, adalah tuturan-tuturan yang bersifat penegasan, pernyataan, pelaporan dan pemerian.

Contoh tindak tutur representatif :

a. The earth is flat.

b. Chomsky didn’t write about peanuts. c. It was a warm sunny day.

2. Tindak Komisif

“Commisives are those kinds of speech acts that speakers use to commit themselves to some future action. They express what the speaker intends. They are


(30)

promise, refusals, pledges, and as shown in, they can be performed by the speaker alone, or by the speakers as a member of a group.”

Yule (2006) memberi pemahaman bahwa tindak tutur komisif, penutur menindaklanjuti atau memenuhi apa yang dituturkan. Tuturan semacam ini mengekspresikan apa yang dimaksudkan oleh penutur. Dalam penggunaan tindak tutur komisif, penutur bertanggung jawab atas kebenaran apa yang dituturkan. Leech (1993) mengatakan jenis tindak tutur ini memiliki fungsi menyenangkan. Menyenangkan maksudnya adalah menyenangkan pihak pendengarnya karena dia tidak mengacu kepada kepentingan penutur. Jenis tindak tutur yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini menurut Yule (2006:94) adalah perjanjian, ancaman, penolakan dan jaminan .

Contoh tindak tutur kommisif :

a. I’ll be back.

b. I’m going to get it right next time.

3. Tindak Ekspresif

Expressives are those kinds of speech acts that state what the speaker feels. They express psychological states and can be statements of pleasure, pain, likes, dislike, joy, or sorrow. As illustrated in, they can be caused by something the speaker does or the hearer does, but they are about the speaker’s experience.

Yule (2006:93) berpendapat bahwa dalam tindak tutur ekspresif terdapat pernyataan yang menggambarkan apa yang penutur rasakan. Tindak tutur ini mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis penutur terhadap suatu keadaan, meliputi mengucapkan terima kasih, terkejut, mengucapkan selamat datang,


(31)

mengucapkan selamat, gembira, khawatir, sombong, mengeluh dan rasa tidak suka.

Contoh tindak tutur ekspresif :

a. I’m really sorry ! b. Congratulations !

c. Oh yes, great, mmmm, ssahh !

4. Tindak Deklaratif

Declarations are those kind of speech acts that changes the world via their utterance. As the examples in illustrated, the speaker has to have a special institutional role, in a specific context, in order to perform a declaration appropriately.

Berdasarkan pendapat Yule (2006:93) dapat diketahui bahwa dalam tindak tutur deklaratif terdapat perubahan dunia sebagai akibat dari tuturan itu, misalnya ketika kita mengundurkan diri dengan mengatakan ‘saya mengundurkan diri’, memecat seseorang dengan mengatakan ‘Anda dipecat’, atau menikahi seseorang dengan menyatakan ‘Saya bersedia’.

Contoh tindak tutur deklaratif :

a. Priest : I now pronounce you husband and wife. b. Referee : you’re out !

c. Jury Foreman :we find the defendant guilty.


(32)

Directives are those kinds of speech acts that speakers use to get someone else to do something. They express what the speaker wants. The are commands, orders, requests, suggestions, and as illustrated in, they can be positive or negative.

Dalam tindak tutur direktif mengandung hal yang bersifat keinginan pihak penutur kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, tindak tutur direktif merupakan ekspresi dari apa yang penutur inginkan (Yule, 2006:93). Jenis tindak tutur yang termasuk dalam tindak tutur jenis direktif adalah perintah, permintaan, pemberian saran. Dalam hal ini pendengar bertanggung jawab untuk menyelesaikan apa yang akan dilakukannya terhadap keinginan penutur.

Contoh tindak tutur diretif :

a. gimme a cup of coffe. Make it black. b. Could you lend me a pen, please ? c. Don’t touch that.

2.1.1.3 Tindak Perlokusi

Tindak tutur perlokusioner ini merupakan tindak menumbuhkan pengaruh kepada sang mitra tutur oleh penutur. Tindak tutur perlokusioner dapat dinyatakan dalam bahasa Inggris, the act off affecting someone. (cf.Wijana,1996; Rahardi, 2004; dan Rahardi, 2006)

Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang berkenaan dengan adanya ucapan orang lain sehubungan dengan sikap dan perilaku nonlinguitik dari orang lain itu. Misalnya, karena adanya ucapan dokter (kepada pasien) “mungkin ibu


(33)

menderita penyakit jantung coroner”, maka si pasien akan panik atau sedih. Ucapan si dokter itu adalah tindak tutur perlokusi (Chaer,2004:53).

Tindak perlokusi disebut sebagai “The Act of Affecting Someone”.Tuturan yang diucapkan oleh seseorang penutur sering kali memiliki efek atau daya pengaruh (perlocutionary force) bagi yang mendengarkannya.Efek atau daya pengaruh ini dapat terjadi karena disengaja ataupun tidak disengaja oleh penuturnya.Efek yang dihasilkan dengan mengujarkan sesuatu itulah oleh Austin (1962 dalam Rustono 1999:38) sebut tindak perlokusi.

Menurut Wijana (dalam Setiawan, 2005 : 25) tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengaturannya dimaksud untuk mempengaruhi lawan tutur.Subyakto-Nababan (dalam Setiawan, 2005 : 25) memberian definisi mengenai tindak perlokusi, yaitu tindak bahasa yang dilkakukan sebagai akibat atau efek dari suatu ucapan orang lain.

Rustono (1999:38) menyatakan bahwa tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur.Sementara itu Tarigan (1987:35) mengatakan bahwa ujaran yang diucapkan penutur bukan hanya peristiwa ujar yang terjadi dengan sendirinya, tetapi merupakan ujaran yang diujarkan mengandung maksud dan tujuan tertentu yang dirancang untuk menghasilkan efek, pengaruh atau akibat terhadap lingkungan mitra tutur atau penyimak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tindak tutur perlokusi berhubungan dengan sikap dan perilaku nonlinguistic( Chaer 1995:70).

2.2 Tindak Tutur Keluhan 2.2.1 Defenisi Keluhan


(34)

Trosborg (1995: 15) mengatakan bahwa ‘mengeluh’ termasuk dalam tindak tutur jenis ekspresi.Definisi ‘mengeluh’ dari Trosborg adalah sebagai berikut;

“A complaint is defined as an illocutionary act in which the speaker (the complainer) expresses his/her disapproval, negative feelings atc.Towards the state of affairs described in the proposition (thecomplainable) and for which he/she holds the hearer (the complainee)responsible, either directly or indirectly. (1995:311”

Pengertian di atas memberi pemahaman bahwa ‘mengeluh’ digunakan oleh orang (penutur) ketika dia ingin mengekspresikan perasaan kecewa dan negatifnya kepada orang lain (petutur).Penutur menganggap bahwa petuturbertanggung jawab terhadap suatu kejadian yang menyangkut hal yangdikeluhkan.Sedangkan penutur dapat mengeluh kepada petutur baik secara langsung maupun tidak langsung.

Beberapa fungsi mengeluh yang dikemukakan oleh beberapa tokoh (http://www.carla.umn.edu/speechacts/complaints/american.html) adalah sebagai berikut:

a. untuk mengekspresikan suatu perasaan tidak senang, perasaan terganggu, celaan, omelan, teguran, ancaman, sebagai suatu reaksi terhadap pelanggaran norma sosial (Olshtain & Weinbach).

b. untuk melibatkan petutur karena tindakan yang tidak menyenangkan yang dilakukan petutur dan untuk meminta suatu tindakan perbaikan (Olshtain & Weinbach).


(35)

(Brown & Levinson).

d. untuk memberikan suatu penilaian negatif (Boxer). e. untuk melepaskan perasaan marah (Boxer).

f. untuk mengawali dan meneruskan percakapan (Boxer)

Leech (dalam Trosborg, 1995: 312) mendefinisikan complaint sebagai suatu pendapat yang memiliki fungsi ‘konflik’, yang mencakup tindakanmenakuti, menuduh, menghina, danmencerca. Tindakan mengeluh memangdisusun untuk menimbulkan perasaan bersalah dan tindakan tersebut berpotensimenghancurkan hubungan antara penutur dan petutur.Oleh sebab itu, ‘mengeluh’biasanya dilakukan secara tidak langsung.

Dalam Bahasa Jepang terdapat dua istilah yang digunakan untuk mengeluh, yaitu monku dan kujou. Kedua kata tersebut secara garis besar bermakna keluhan, keberatan. Arti dari monku dan kujou juga terdapat dalam kamus 広辞苑新村出

編・第四版. Monku (1992:2558), yaitu:

1. 文 章 中

ぶんしょうちゅう

‘kata-kata dan frase dalam kalimat. Keluhan’ の語句。文句。

2. 相手 あ い て

‘keluhan terdapat pihak lain’ に対する分や苦情。

Arti kujou (728), yaitu : 1. 難儀

な ん ぎ

なじじょう

‘keadaan sulit’ 事情。


(36)

2. 転 てん

じて、自分が他じ ぶ ん ほかからがい害を受うけているじょうたい状 態 にたいする不平ふ へ い、不満のふ ま ん

気持き も ち;またそれをあらわ表 した言葉こ と ば

‘kata-kata yang mengungkapkan keluhan bahwa saya telah menerima kerugian dari suatu keadaan, perasaan ketidakpuasan dan sebagainya.”

Kemudian dalam kamus Kenkyusha New Japanese-English Dictionary

(1942:1101, 120 dalam Nurhasanah, 2010) ditegaskan bahwa monku dan kujou

dapat disepadankan dengan complaint.

2.2.2 Bentuk-bentuk Tindak Tutur Keluhan

Wijaya (2006) dalam bukunya yang berjudul dasar -dasar Pragmatik telah menguraikan adanya dua macam jenis tidak tutur di dalam praktik berbahasa, yakni (1) tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung. (2) tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal.

Yang dimaksud dengan tindak tutur langsung adalah tindak tutur yang dinyatakan sesuai dengan modus kalimatnya.Kalimat berita atau deklaratif adalah kalimat yang digunakan untuk menyampaikan informasi.Kalimat Tanya digunakan untuk menanyakan sesuatu, sedangkan kalimat perintah digunakan untuk menyatakan perintah.Jadi tindak tutur langsung itu sesungguhnya merefleksikan fungsi konvensional dari sebuah kalimat.

Adapun yang dimaksud dengan tindak tutur tidak langsung adalah tindakan yang tidak dinyatakan langsung oleh modus kalimatnya. Adakalanya, untuk menyampaikan maksud memerintah, orang akan menggunakan kalimat berita, atau bahkan mungkin mengunakan kalimat tanya. Adakalanya pula, sebuah


(37)

pertanyaan harus dinyatakan secara tidak konvensional dengan sebuah kalimat berita.Akan tetapi, perlu diketahui juga bahwa kalimat perintah mustahil dapat digunakan secara tidak langsung untuk menyatakan maksud yang bukan perintah. Jadi, hanya kalimat yang bermodus berita dan bermodus tanya sajalah yang bisa digunakan untuk menyatakan tindak tutur yang tidak langsung itu.

Tindak tutur tidak langsung itu harus dimaknai dengan sesuatu yang tersirat atau yang terimplikasi di dalamnya.Makna yang demikian itu dapat diperoleh hanya dengan melibatkan konteks situasinya. Sebagai contoh, tuturan yang berbunyi ‘ Ruangannya gelap sekali.’ dari sisi modusnya adalah semata-mata kalimat berita. Maka tindakan menyampaikan informasi bahwa ruangan itu gelap sekali merupakan tindak tutur yang sifatnya langsung dan modusnya adalah deklaratif.Akan tetapi, kalau yang dimaksud adalah memerintah seseorang untuk menyalakan lampu karena situasi ruangan yang sangat gelap itu, maka tindak tutur yang demikian itu disebut sebagai tindak tutur yang tidak langsung.

Selanjutnya, tindak tutur literal dapat dimaknai sebagai tindak tutur yang maksudnya sama persis dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Tindak tutur nonliteral adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama atau bahkan berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya itu. Sebagai contoh orang bisa mengatakan, ‘Wah suaramu bagus sekali’. Jika maksud dari tuturan itu adalah menyatakan pujian kepada sang mitra tutur maka jelas sekali bahwa tuturan itu merupakan tuturan yang sifatnya literal.Maka, sebuah tindakan yang sesuai dengan wujud tuturannya itulah yang disebut dengan tindak tutur literal. Akan tetapi, kalau yang dimaksud oleh sang penutur ketika menyampaikan tuturan tadi adalah untuk menyindir atau untuk mengejek sang mitra tutur maka tindak tutur


(38)

yang demikian itu disebut sebagai tindak tutur nonliteral atau tindak tutur tidak literal.Demikianlah bentuk tindak tutur menurut Wijana, namun bentuk-bentuk tindak tutur keluhan ada dua, yaitu tuturan keluhan secara langsung dan tuturan keluhan secara tidak langsung.

Menurut Olstain dan Weinbach dalam Anna Trosborg, dalam mengeluh secara langsung, penutur mengungkapkan perasaan tidak senang / kekesalan.Ketidaksetujuan.Ketidakpuasan atau perasaan-perasaan negatif lainnya terhadap tindakan yang telah lalu atau yang sedang berlangsung sebagai reaksi dari tindakan yang dianggap penutur mempengaruhi perasaannya.Keluhan ini ditujukan kepada mitra tutur yang dianggap mitra tutur bertanggung jawab atas tindakan yang terjadi.

Sedangkan dalam mengeluh secara tidak langsung, penutur menyampaikan keluhannya kepada mitra tutur yang tidak ada hubungannya dengan isi keluhan yang disampaikan oleh penutur.Penutur bisa mengeluhkan mengenai dirinya sendiri, sesuatu atau seseorang yang tidak ada pada saat keluhan tersebut dituturkan.Penutur dapat menyampaikan keluhannya kepada orang ketiga.

Jadi, Tindak tutur keluhan langsung yang dimaksud ialah bagaimana tuturan itu disampaikan kepada mitra tuturnya.Secara langsung berarti menyampaikan keluhan langsung kepada mitra tutur yang menyebabkan keluhan itu terjadi, sedangkan secara tidak langsung ialah menyampaikan keluhan tidak langsung kepada mitra tutur yang menyebabkan keluhan itu terjadi. Maksudnya, menyampaikan keluhan kepada orang lain (orang ketiga) yang dirasakan oleh penutur.


(39)

2.2.3 Strategi dalam menuturkan keluhan

Trosborg (1995: 315)mengemukakan empat strategi mengeluh yang utama (No explicit reproach,Expression of annoyance or disapproval, Accusations, dan Blaming) dengan delapan subkategori strategi mengeluh, yaitu Hints, Annoyance, Ill consequences, Indirect accusation, Direct accusation, Modified blame, Explicit Blame of theAccused’s Action, dan Explicit Blame of the Accused as a Person. Berikutpenjelasan singkat masing-masing strategi mengeluh :

2.2.3.1Keluhan Implisit (No explicit reproach)

Strategi mengeluh ini dilakukan dengan tidak menyebutkan hal yang dikeluhkan.Penutur mengimplikasikan bahwa petutur mengetahuikesalahannya dan akan bertanggungjawab. Namun, karena strategi inimerupakan strategi mengeluh yang paling lemah, biasanya penuturmenggunakannya sebagai strategi awal sebelum melontarkan strategi mengeluh yang lebih keras lagi.

Contoh: My car was in perfect order when I last drew it.

2.2.3.2Ungkapan kekesalan / Ketidaksetujuan (Expression of annoyance or disapproval)

Penutur mengekspresikan rasa tidak suka, kecewa maupun terganggu terkait hal yang dirasa buruk bagi penutur.Penutur dapat mengekspresikansuatu hasil atau konsekuensi yang buruk dari tindakan petutur.

a. Annoyance

Kekesalan (annoyance) merupakan “strategi kedua”.Penutur mengungkapkan kekesalannya, ketidaksukaannya, ketidaksetujuannya, dan


(40)

lain-lain tergantung pada keadaan yang dianggap buruk baginya.Secara eksplisit, penutur mengatakan keadaan buruk tersebut dihadapan mitra tutur.

Contoh: Oh dear, I’ve just bought it. b. Ill consequences

Penutur mengungkapkan konsekuensi buruk “ill consequency” yang harus ia terima sebagai akibat dari tindakan yang sebenarnya menjadi tanggung jawab mitra tutur.

Contoh: How terrible! Now I won’t be able to get to work tomorrow.

2.2.3.3 Tuduhan (Accusations)

Strategi ini digunakan dengan tujuan mencari orang yang disalahkan.Trosborgmembedakan strategi ini menjadi dua subkategori berdasarkantingkat kelangsungannya.

a. Indirect Accusation

Penutur dapat menanyakan kepada petutur bahwa petutur terkait dengan keluhannya dan menyatakan secara tidak langsung bahwa petutur adalahorang yang sebenarnya disalahkan.Dalam strategi ini. Penutur dapat mengajukan pertanyaan kepada mitra tutur terkait situasi atau menyatakan bahwa dia ada hubungannya dengan peristiwa yang terjadi dan dengan demikin mencoba menentukan mitra tutur sebagai agen potensial terhadap apa yang dikeluhkan. Contoh: You borrowed my car last night, didn’t you?


(41)

Dengan strategi ini penutur menuduh petutur secara langsung karena, menurut penutur dia memang bersalah.Penutur menuduh langsung kepada mitrabtutur yang dianggap telah melakukan kesalahan atau tindakan buruk.

Contoh: Did you happen to bump into my car?

2.2.3.4Menyalahkan (Blaming)

Dengan strategi ini, penutur menyalahkan petutur dalam keluhannya. Ada tiga subkategori strategi mengeluh yang dapat digunakan oleh penutur,yaitu:

a. Modified Blame

Penutur mengekspresikan rasa tidak sukanya terhadap tindakan petutur dengan mengubah ataumemberikan alternatif tindakan yang diinginkanoleh penutur.Dalam melakukan strategi modifikasi menyalahkan, penutur menyampaikan modifikasi keluhannya atas tindakan yang mitra tuturlah sebagai pihak yang bertanggung jawab atau dia menyatakan pilihan terhadap pendekatan alternative yang tidak diambil oleh mitra tutur.

Contoh: Honestly, couldn’t you have been more careful.

b. Explicit Blame of the Accused’s Action

Penutur menyatakan secara eksplisit bahwa tindakan mitra tutur buruk dantidak menyenangkan atau tindakan yang dituduhkan kepadanya merupakan tanggung jawab dari mitra tutur.

Contoh: It’s really too bad, you know, going round wrecking otherpeople’s cars.


(42)

Penutur menyatakan secara eksplisit bahwa petutur adalah orang yangtidak bertanggungjawab.Penutur menyalahkan kepada diri mitra tutur sebagai manusia secara keseluruhan bukan pada tindakan yang telah dilakukan olehnya.

Contoh: Bloody fool! You’ve done it again

2.3 Sinopsis Drama Ichi Rittoru No Namida

Drama ini diambil dari kisah nyata berdasarkan buku harian Kifuji Aya yang berjuang menghadapi penyakit Spinocerebellar Degeneration. Buku tersebut berisi bagaimana perjuangan Aya mengahadapi penyakit yang dideritanya semenjak berumur 14 tahun sampai ia meninggal saat berumur 25 tahun.

Aya ikeuchi adalah seorang gadis yang sempurna.Cantik, baik hati, lemah lembut, ramah, pandai dan juga bintang basket di sekolahnya.Ia adalah kebanggan keluarga Ikeuchi, sebuah keluarga dengan enam anggota keluarga. Ayahnya Mizuo Ikeuchi, seorang pembuat tofu yang membuka toko tofu di rumah. Ibunya, Shioka Ikeuchi seorang konsultan kesehatan yang bekerja di rumah sakit setempat. Aya adalah anak tertua keluarga itu, dengan dua adik perempuan Ako dan Rika dansatu adik lelaki Hiroki.

Diterimanya Aya di SMA Higashi merupakan sebuah kebahagiaan yang luar biasa bagi keluarga Ikeuchi.Dua orang sahabat Aya juga diterimadi sekolah dan kelas yang sama.Aya diterima di sekolah dengan baik karena kemampuannya.Di klub basket Aya kembali bertemu dengan senior yang ditaksirnya semenjak SMP, yang ternyata juga menyukai dirinya.Kebahagiaan Ayapun terasa sempurna.


(43)

Tapi yang namanya hidup, tidak ada yang sempurna. Di usianya yang masih sangat belia, dalam usia 15 tahun, Aya divonis menderita penyakit syaraf tanpa obat yang tak dapat disembuhkan. Penderitanya akan mengalami penurunan kemampuan syaraf, mulai dari kelumpuhan sampai kehilangan kemampuan menulis dan bicara. Lebih parah lagi, kemampuan menelan makananpun akan hilang perlahan-lahan, sehingga penderitaannya mutlak tinggal menunggu ajal.

Shioka, ibu Aya sangat terpukul mengetahui berita tersebut.Sioka marah kepada dokter yang merawat Aya, karena dia orang yang memberikan vonis itu.Karena tidak mungkin kehidupan Aya yang sempurnadirenggut oleh penyakit yang mematikan tersebut.

Aya yang yang tidak tahu tentang penyakitnya tengah menikmati masa remajanya di SMA.Ia bertemu dengan Asou Haruto, teman sekelasnyayang penyendiri yang menyebalkan. Haruto tipikal cowok yang cuek dan masa bodoh dengan segala hal yang terjadi di sekelilingnya. Yang jadi perhatiannya hanya ikan dan kura-kura yang dipeliharaannya di klub biologi, tempat ia menghabiskan waktu sepulang sekolah.

Hal itu bukannya tanpa alasan.Kematian kakak laki-laki Haruto, membawa sebagian hati Haruto bersamanya. Harutolah orang yang membawakan aya payung ketika di hujan deras saat Aya menunggu seniornya yang membatalkan kencan karena penyakitnya.Harutolah satu-satunya orang yang tetap berada di sisi Aya ketika kondisi Aya semakin parah.

Apa jadinya keluarga Ikeuchi setelah tahu bahwa putri kebanggaan mereka harus kehilangan masa depannya. ketabahan, cinta dan kehangatan keluarga itulah fokus drama menyentuh ini.


(44)

BAB III

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI KELUHAN DALAM DRAMA ICHI RITTORU NO NAMIDA

Cuplikan 1

(Episode 1 menit ke 04:55 )

亜也あ やたちの

Ayatachi no heya

へ や

部屋

Di kamar Aya dan saudaranya

瑞生み ず お : ほら、いつまで寝てんだよ?はい起ね おきて、はいお仕事お仕事し ご と し ご と

Mizuo :Hora, itsumade netendayo ?hai okite, hai oshigoto oshigoto.

Mizuo : hai, sampai kapan akan tidur ? baiklah bangun, ayo kerja, kerja ! 亜湖あ こ

Ako :aa, uzai…

: ああ、うざい・・・

Ako : ah berisik…

瑞生み ず お : はい亜湖ちゃーん、起あ こ おきましょうね。あさ

Mizuo : hai akochaan, okimashoune. Asadesuyo, hai.

朝ですよ、はい。

Mizuo : ayoAko, ayo bangun. Sudah pagi ya, ayo. 亜湖あ こ

Ako : uzai.


(45)

瑞 生 ずいしょう

: お

起きろって言いってんだ。こら!たいじゅうせ

Mizuo : okirotte ittenda. Kora !taijuuname !

体重責め!

Mizuo : saya bilang untuk bangun. Hei !serangan seluruh tubuh ! 亜湖あ こ

Ako : kyaa!

: キャー!

Ako : Heh !

AnalisisCuplikan 1:

Percakapan ini terjadi di dalam kamar Aya dan Ako (saudara perempuan Aya), pada saat Mizuo (ayah Aya) membangunkan Ako.Ako (saudara perempuan Aya) belum bangun dari tidurnya, sedangkan yang lain sudah berkumpul di ruang pembuatan tofu. Namunketika Ako dibangunkan, ia malah kesal dan menyuruh ayahnya diam karena mengganggu tidurnya. Melihat Ako yang susah dibangunkan tersebut, Mizuo menjatuhkan badannya ke atas tempat tidur dan menimpa Ako. Hal itu semakin membuat Ako kesal, namun dengan terpaksa ia akhirnya bangun.

Ako yang masih ingin tidur mengeluhkan perbuatan ayahnya dengan mengatakan“うざい・・!!”yang artinya “berisik“.Disini ako menyampaikan keluhannya secara langsung terhadapayahnya yang membangunkannya disaat dia masih belum mau bangun. Ako tidak menyampaikannya melalui perantara orang lain. Sesuai dengan teori Olstain dan Weinbach dalam Trosborg yang menyatakan bentuk tuturan keluhan langsung ialah keluhan yang ditujukan kepada mitra tutur yang dianggap bertanggung jawab atas tindakan yang terjadi.


(46)

Pada cuplikan percakapan ini, Ako menggunakan strategi “kekesalan” untuk menyatakan keluhannya terhadap tindakanMizuo yang dianggap buruk baginya, karena Ako merasa Mizuo mengganggu tidurnya.Sesuai dengan teori Trosborg yang menyatakan strategi kekesalan ialah dengan mengungkapkan kekesalan, ketidaksukaan, ketidaksetujuan, dan lainnya tergantung pada keadaan yang dianggap buruk bagi dirinya.

Cuplikan 2

(Episode 1 menitke 02:30 )

(亜也:お母さん・・・私は・・・何のために生きているの?)

(Aya : (okaasan…watashiha…nan no tame ni ikiteiruno ?) (aya : (ibu.., saya.., hidup untuk apa ?)

Analisis Cuplikan 2 :

Cuplikan di atas ialah sebuah pertanyaan Aya yang ditulis dalam sebuah diarynya yang dibaca oleh Shioka ( ibunya Aya). Disana tertulis “お 母 さ

ん・・・私は・・・何のために生きているの?” yang artinya “ibu, untuk

apa saya hidup ?”. Sesuai dengan teori bentuk tindak tutur keluhan secara langsung, pertanyaan Aya yang ditulisdi dalam diarynya ini, diungkapakan secara tidak langsung kepada ibunya. Di dalam kalimat ini, dapat diambil kesimpulan bahwa Aya mengeluhkan keadaannya kepada Tuhan, yang memberikan penyakit tersebut kepada dirinya.Namun Aya menyampaikan keluhannyn dengan bertanya kepada ibunya melalui tulisan di diarynya.


(47)

Di dalam cuplikan tulisan Aya di diarynya tersebut, Aya menggunakan strategi “keluhan implisit” untuk mengungkapkan keluhannya.Sesuai dengan teori Trosborg yang menyatakan atrategi keluhan implisit dilakukan dengan tidak menyebutkan hal yang dikeluhkan.Di dalam tulisan ini, aya sebenarnya mengeluhkan tentang penyakit yang dideritanya.Ia berfikir, jika ia harus hidup dengan menderita sebuah penyakit yang tidak dapat disembuhkan, untuk apa dia hidup. Namun di dalam cuplikan tulisannya, ia tidak menyebutkan hal yang dikeluhkannya. Namun, aya hanya menggunakan sebuah pertanyaan “ibu, saya.., hidup untuk apa?” untuk mengeluhkan apa yang dirasakannya. Karena ia yakin mitra tuturnya mengerti apa yang dimaksudkannya.

Cuplikan 3

(Episode 1 menit ke 17: 56)

瑞生 :うん、どうした?

Mizuo : un, doushita ?

Mizuo : ya, apa itu ?

理加 :亜也姉ちゃん、おめでとう。

Rika : ayaneechan, omedetou.

Rika : Kak Aya, selamat ya.

亜也 :ありがとう。

Aya : arigatou.

Aya : terima kasih.

弘樹 :亜也姉、これやるよ。


(48)

Hiroki : Kak Aya, ini untukmu ya.

瑞生 :うん。

Mizuo : un.

Mizuo : ya.

亜也 :ええっ、いいの?ありがとう。

Aya : ee, iino ?arigatou.

Aya : eh, benarkah ?terima kasih.

亜湖 :ありがとうなんてよく言えるね。そんなのもらってうれしいはず

ないじゃん。

Ako : arigatou nante yoku ierune. sonna no moratte ureshii hazunaijan.

Ako : sering mengucapkan terima kasih untuk apa. Tidak mungkin kamu senang dengan pemberian seperti itu kan.

亜也 :うれしいよ。だってヒロの宝 物たからもの

Aya : senang ya. Karena ini harta Hiro, kan.

ジャン。

Aya : ureshiiyo. Datte hiro no takaramonojan.

亜湖 :さすが優等生ゆうとうせい

Ako : sasu ga yuutousei.

Ako : benar-benar pelajar yang terpuji.

潮香 :またそういうことを言う。

Shioka : mata sou iu koto wo iu.

Shioka : sudah berkata seperti itu.

弘樹 :亜湖姉は何プレゼントするんだよ?


(49)

Hiroki : kak Ako memberi hadiah apa ya ?

亜湖 :するわけないじゃん。自分が欲しい服も買えないのに。

Ako : suruwake naijan. Jibun ga hoshii fuku mo kaenai noni.

Ako : saya tidak bisa memberikan apa-apa. Bahkan saya tidak bisa membeli pakaian yang saya inginkan sendiri.

Analisis Cuplikan 3:

Atas kelulusan Aya, keluarga ikeuchi merayakannya dengan makan besar di ruang makan keluarga mereka.Pada saat itu saudara-saudara Aya memberi hadiah atas kelulusannya Aya.Aya sangat senang menerima pemberian dari saudara-saudaranya.Namun, Ako tidak percaya jika Aya senang menerima hadiah tersebut, karena hadiah yang diberikan saudara-saudaranya yang lainnya bukan sesuatu yang berharga. Melihat hal itu, Hiroki, adik laki-laki Aya menanyakan hadiah apa yang akan Ako berikan kepada Aya. Ako tidak bisa memberikan hadiah apa-apa. Disini ako mengatakan “するわけないじゃん。自分が欲しい 服も買えないのに” yang artinya “membeli baju yang saya inginkan saja, tidak bisa”.

Di dalam pernyataan di atas, Ako tidak hanya memberikan pernyataan bahwa ia tidak bisa membeli baju yang diinginkannya, namun di dalam kalimat tersebut terkandung keluhan Ako terhadap uang jajan yang diberikan orang tuanya tidak cukup untuknya. Karena untuk membeli barang-barang yang dia inginkan saja tidak bisa, apalagi menyisihkan uang untuk membelikan hadiah untuk Aya.Makna ilokusi yang terkandung di dalam pernyataan tersebut ialah Ako


(50)

berharap orang tuanya akan memberikan uang jajan tambahan atau memberikan upah atas kerjanya di toko tofu milik keluarganya.

Jadi, dalam mengungkapkan keluhannya Aya menggunakan bentuk langsung, karena Aya langsung mengungkapkan keluhannya kepada mitra tutur yang dianggap bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Pada situasi ini, mitra tutur yang dimaksud ialah Mizuo, ayahnya. karena sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab dalam pembagian uang jajan anak-anaknya. Sedangkan strategi yang digunakan ialah strategi “ modifikasi menyalahkan”. Menurut teori Trosborg, strategi modifikasi menyalahkan disampaikan atas tindakan yang mitra tuturlah sebagai pihak yang bertanggung jawab atau dia menyatakan pilihan terhadap pendekatan alternatif yang tidak diambil mitra tutur. Maksudnya ialah, Ako menyahkan Mizuo karena tidak memberi uang jajan yang lebih, sehingga ia tidak bisa memberikan hadiah untuk Aya. Jadi pilihan alternatif dari pernyataan yang diungkapkan Ako ialah, seandainya Ayahnya memberikan uang lebih, ia dapat membelikan hadiah untuk Ako. Karena dengan uang yang diberikan Mizuo selama ini, ia bahkan tidak dapat membeli barang-barang yang diinginkannya.

Cuplikan 4

(Episode 1 menit ke 09:25) 街頭

Gaitou

Di jalan

亜也 :どうしよう、間に合わないよ。あっ!


(51)

Aya : apa yang harus saya lakukan, aku tidak akan tepat waktu. Aa ! (チャイム)

(chaimu)

(bunyi bel)

はると:ジ・エンドってことで。

Haruto : ji. Endo tte kotode.

Haruto : saya pikir saya sudah terlambat cukup lama. (物音)

(mono oto)

(suara sesuatu)

亜也 :痛-い。

Aya : ita-i.

Aya : sakiiit.

はると:勘弁してよ。

Haruto : kanbenshiteyo.

Haruto : kamu pasti bercanda.

亜也 :ごめんなさい。

Aya : gomennasai.

Aya : ma’af.

はると:ああ、いいよいいよ。

Haruto : aa, iiyo iiyo.


(52)

Analisis Cuplikan 4:

Di dalam perjalanan dari rumahnya menuju sekolah tempat Aya ujian pendaftaran masuk ke SMA,Iatertidur di dalam bis. Setelah jauh melewati sekolahnya, Aya baru terbagun dan langsung turun dari bis.Ia berlari ke sekolahnya karena takut terlambat. Namun, ia terjatuh karena sistem kesimbangan tubuhnya sudah mulai melemah. Kemudian ia berdiri lagi dan lanjut berlari.

Haruto sedang berdiri di parkiran sepeda dekat sekolah tempat ujiannya.Mendengar suara bel sekolahnya dari kejauahan, membuat dirinya kesal. Karena ia berharap sudah terlambat cukup lama supaya ia tidak bisa ikut ujian. Namun ternyata, bel tanda ujian akan dimulainya baru berbunya. Itu berarti masih lama untuk menunggu waktu ujiannya selesai.Kemudian ada suara sesuatu yang jatuh didekat dia berdiri.

Aya yang sedang berlari menuju sekolahnya tiba-tiba terjatuh dan menubruk sepeda yang di parkiran.Karena sepedanya berjejer, sepeda yang tumbang menimpa sepeda yang lainnya hingga ikut jatuh, begitu seterusnya.Melihat hal tersebut, Haruto menjadi kesal dan bergumam mengatakan “kamu pasti bercanda”.Aya meminta ma’af karena telah membuat masalah pada saat itu.

Di dalam cuplikan di atas terdapat kalimat “apa yang harus saya lakukan, aku tidak akan tepat waktu” yang diucapkan Aya ketika ia terjatuh. Kalimat tersebut secara pragmatik bukan bermakna sebuah kalimat pertanyaan yang membutuhkan jawaban.Namun, dalam kalimat tersebut terkandung keluhan Aya


(53)

yang diungkapkan secara implisit. Di dalam kalimat tersebut Aya mengeluhkan tindakannya yang ketiduran di atas bis hingga ia tidak sadar bahwa bisnya sudah melewati sekolah tempat ia ujian. Karena ia takut terlambat, ia tidak tahu harus melakukan apa supaya dapat sampai di sekolahnya tepat waktu. Karena itu lah Aya menggunakan kata “どうしよう”. Kemudian dilanjutkan dengan kalimat “間に合わないよ。あっ!” untuk menekankan maksud bahwa ia tidak akan tepat waktu meskipun ia berlari ke sekolah tersebut. Di dalam kalimat tersebut terdapat makna ilokusi bahwa ia berharap ada seseorang yang membantunya.

Di dalam cuplikan percakapan dia atas terdapat 2 kalimat yang mengandung tuturan keluhan. Tuturan keluhan yang pertama ialah “doushiyo, maniawanaiyo.Aa!”, yang dapat diartikan dengan “apa yang harus saya lakukan, aku tidak akan tepat waktum Aa!”. Kalimat tersebut di dalam percakapan di atas berbentuk tuturan keluhan yang diungkapn secara tidak langsung. Karena Aya mengungkapkan keluhannya kepada dirinya sendiri, dengan bergumam tanpa ada orang lain di sekitarnya. Sedangkan keluhan ini, ia tujukan terhadap segala sesuatu yang menghalanginya untuk datang tepat waktu ke sekolah. Seperti ia ketiduran, bis yang ditumpanginya telah melewati sekolahnya, dan sesuatu yang ia sandung sehingga membuat ia terjatuh. Strategi yang digunakan Aya untuk mengungkapkan keluhannya ialah “menyalahkan (tindakan). Karena Aya menyalahkan (tindakan ) dirinya yang tertidur di bis, yang membuat dirinya terlambat untuk mengikuti ujian.

Tuturan keluhan kedua yang terdapat pada cuplikan percakapan di atas ialah “勘 弁 し て よ!”, yang artinya “kamu pasti bercanda”. Kalimat ini disampaikan Haruto kepada Aya secara langsung. Karena Aya dianggap yang


(54)

harus bertanggung jawab atas tindakan yang terjadi. Strategi yang digunakan Haruto untuk mengungkapkan keluhannya ialah strategi “konsekuensi buruk”. Karena Haruto (sebagai penutur) mengungkapkan konsekuensi buruk yang harus ia terima sebagai akibat dari tindakan (menjatuhkan sepeda-sepeda) yang sebenarnya menjadi tanggung jawab Aya (mitra tutur).

Cuplikan 5

(Episode 1 menit ke 05:11) 池内豆腐店

Ikeuchi toufuten

亜湖あ こ

Ako : mattaku mainichi mainichi, koreja gyakutai dayo gyakutai! :まったく毎朝毎朝、これじゃ虐待だよ虐待!

Ako : pagi-pagi sekali, ini pelecehan. Pelecehan !

瑞生 :働かざる者食うべからず文句言わない!

Mizuo : (hatarakazaru monokuube karazu), monku iwanai!

Mizuo : jika kamu tidak bekerja, kamu tidak bisa makan. Jangan mengeluh !

亜湖あ こ :文句じゃないわよ、とうぜん当然の主 張しゅちょう。お小遣い上こ づ か あげてよこ づ か

Ako : monku janaiwayo, touzen no shuchou. Okodzukai ageteyo okodzukai.

小遣い。

Ako : aku tidak mengeluh, ini adalah protes yang sah. Seharusnya saya diberi uang saku.

瑞生 : 理加ちゃん、ホントいい子だね。お金おっ金って言わないもんね。


(55)

Mizuo : rika, benar-benar anak yang baik. Kamu tidak berbicara masalah uang kan.

あこ ,亜湖

Ako : mainichi 1jikan mo hataraiten noni, okodzukai tatta 3,000en dayo. Jikyuu 100 en dayo 100 en.Arienai.

:毎日 1時間も働いてんのに、お小遣いたった 3,000円だよ。

自給100円だよ100円。ありえない。

Ako : karena setiap hari saya bekerja selama 1 jam, upah semuanya 3,000 yen. Aturannya adalah 100 yen, 100 yen, ini konyol !

Analisis Cuplikan5 :

Ako kesal kepada Mizuo(Ayahnya Ako) karena kejadian sebelumnya. Kejadian tersebut ialah Mizuo menjatuhkan tubuhnya di temapt tidur ako sehingga menimpa tubuh ako untuk membangunkan Ako yang susah bangun. Setelah bangun, ako turun dari kamarnya menuju tempat produksi tofu milik keluarga mereka, sambil bergumam bahwa apa yang dilakukan Mizuo adalah pelecehan. kemudian ayahnya menyuruh ako untuk bekerja, karna jika tidak bekerja, maka ia tidak akan makan. tetapi Ako malah meminta upah atas pekerjaannya. ia meminta 100 yen perhari, jadi jika ditotal menjadi 300 yen.

Pernyataan yang diungkapkan Ako "ini adalah pelecehan, pelecehan" diatas merupakan sebuah keluhan ako terhadap ayahnya. Ako mengungkapkan keluhannya secara langsung dengan menggunakan strategi kekesalan. Ako tidak setuju atau kesal terhadap tindakan ayahnya yang menimpa tubuhnya disaat dia masih tidur. Ia menganggap hal itu adalah pelecehan terhadap dirinya. Makna


(56)

ilokusi kalimat di atas ialah, dengan mengatakan kalimat “pelecehan”. Ako secara implisit meminta ayahnya berhenti melakukan hal tersebut kepada dirinya.

Cuplikan 6

(Episode 1 menit ke17:21 ) 亜也の家

Aya no ie

Di rumah Aya

(クラッカーの音)

(kurakkaa no oto)

(suara petasan)

一同 :おめでとう!

Ichidou: omedetou!

Semua : selamat !

亜也 :ありがとう。

Aya : arigatou.

Aya : terima kasih.

瑞生 :よくやった。さすが俺の娘だ。

Mizuo : yokuyatta. Sasuga ore no musume da.

Mizuo : bagus. Benar-benar anak yang mirip dengan saya.

亜湖 :お父さん、東高じゃないじゃん。

Ako : otousan, Higashikou janai jan.


(57)

Mizuo : doushite omaeha itsumo hito koto yokei nandaroune.

Mizuo : mengapa kamu selalu mengatakan hal-hal yang tidak perlu seperti itu.

潮香 :差、じゃ食べようか。

Shioka : saa, ja tabeyouka.

Shioka : baiklah, mari makan.

瑞生 :いただきます。

Mizuo : itadakimasu.

Mizuo : selamat makan.

一同 :いただきます。

Ichidou: itadakimasu.

Semua : selamat makan.

Analisis Cuplikan6 :

Keluarga ikeuchi merayakan kelulusan Aya dengan makan malam bersama.Semuanya memberikan selamat kepada aya. Kemudian Mizuo mengatakan bahwa Aya mirip dengannya, dalam artian sama pintarnya dengan dirinya. Karena itu Ako menyela, bahwa Mizuo tidak pernah sekolah di Higashi seperti Aya, yang mana merupakan sekolah terbaik disana.Mendengar kata-kata Ako, Mizuo kesal, karena Ako selalu mengatakan hal-hal yang tidak perlu dikatakan.Kemudian Shioka mendinginkan suasana dengan mengajak untuk memulai makan malamnya.


(58)

Di dalam percakapan di atas, Mizuo mengeluh dengan menggunakan bentuk langsung, karena Mizou langsung menyatakan keluhannya terhadap Ako, yang dianggap penutur penyebab keluhan tersebut terjadi. Strategi yang digunakan Mizuo untuk mengungkapkan keluhannya ialah strategi “kekesalan”.

Kata yang digunakan Mizuo untuk mengungkapakan kekesalannya ialah dengan kalimat meminta pembenaran.Maksud Mizuo dengan kata “どうしてお 前はいつもひと事余計なんだろうね” bukan untuk meminta jawaban, namun untuk mengeluh terhadap Ako yang selalu mengatakan hal-hal yang tidak perlu.Mizuomenyatakan ketidaksukaannya terhadap tindakan Ako yang selalu mengatakan hal-hal yang membuat dirinya merasa dipojokkan. Makna ilokusi kalimat di atas ialah Mizuo berharap dengan mengatakan “mengapa kamu selalu mengatakan hal-hal yang tidak perlu”, Ako akan berhenti mengatakan hal-hal tersebut untuk kedepannya.

Cuplikan 7

(Episode 1 menit ke 12:53) 池内豆腐店

Ikeuchi toufuten

Di Toko tofu keluarga Ikeuchi

さくら:亜也ちゃん今日受験なんだって?

Sakura : Ayachan kyou juken nandatte ?

Sakura : Aya ujian hari ini kan ?


(59)

Mizuo : ee, sounandesuyo. Meiwadai higashi koukou.

Mizuo : ya, benar. SMA Meiwadai Higashi.

さくら:えっ東高校?すごい進学校じゃない。さすがだわね。

Sakura : Ee Higashi koukou ? sugoi shingakkoujanai. Sasugadawane.

Sakura : SMA Higashi ? bukankah itu SMA yang bagus. Benar-benar.

瑞生:ああいやいや、そんな大したことはないですよ。えーとはいはい、

じゃあ180円のお釣りね。

Mizuo : aa iya iya, sonna daishita koto ha nai desuyo. E-to hai hai, jaa 180 en nootsurine.

Mizuo : aa bukan, bukan. Itu bukanlah suatu masalah besar. Jadi, kembaliannya180 yen ya.

さくら:えっ350円でしょう?

Sakura : ee 350 en deshou ?

Sakura : ee, bukannya 350 yen ?

瑞生 :はいはい、どうぞ。えっ?

Mizuo : hai hai, douzo. Ee ?

Mizuo : ya ya,

さくら:鳶が鷹を生んだって言うのかしらね。

Sakura : (tonbi ga taka wo unda) tte iu no kashira ne.

Sakura : tidak heran mereka menyebut (tempat ini mahal) ya.

瑞生 :えっ?

Mizuo : Ee ?


(60)

Analisis Cuplikan 7 :

Di toko tofu Ikeuchi, Sakura sedang membeli tofu.Sambil memilih-milih tofu, sakura bertanya-tanya tentang Aya, anaknya Mizuo Ikeuchi yang sedang menjalani ujian masuk ke SMA Higashi.Yang mana SMA tersebut merupakan SMA terbaik didaerah tersebut.Hanya siswa yang pintar yang diterima di sekolah tersebut.Sambil menjawab pertanyaan Sakura, Mizuo membungkus tofu yang dibeli Sakura dan mengambilkan uang kembaliannya.Mizuo mengatakan bahwa uang kembalian Sakura ialah 180 yen, yang seharusnya uang kembaliannya 350 yen.Karena kesalahan Mizuo tersebut, sakura mengatakan “tidak heran mereka menyebut (tempat ini mahal) ya.”Sakura menyatakan keluhannya dengan menggunakan bentuk langsung, karena Sakura menyatakan keluhannya langsung kepada Mizuo yang dianggap sebagai yang membuat keluhan itu terjadi.

Strategi yang digunakan Sakura untuk mengungkapkan keluhannya ialah strategi“tuduhan secara tidak langsung”. Ia menuduh harga tofu di toko ikeuchi itu mahal. Namun ia menyampaikannya dengan menggunakan kata “tidak heran mereka menyebut”, disini berarti seolah-olah ada yang ada mengatakan hal tersebut kepadanya, dan setelah mengalami sendiri, iapun membenarkan pendapat orang lain tersebut. Padahal kenyataannya, tofu di toko tersebut tidak mahal, namun Mizuo pemilik toko mungkin sering salah mengembalikan uang pelanggannya.Karena kesalahannya dalam menghitung uang kembalian, membuat pelanggannya beranggapan bahwa tofu tersebut mahal.


(61)

(Episode 1 menit ke 14:17 )

まり :ねえ亜也、高校入ったらさ携帯買ってもらいなよ。

Mari : nee Aya, koukou haittarasa keitai katte morainayo.

Mari : Hei Aya, setelah masuk SMA kenapa tidak membeli HP ya.

亜也 :うん。

Aya : un.

Aya : iya.

まり :携帯今どき持ってない何てあんたぐらいだよ。携帯持ってたら

さ今朝だってすぐ連絡できたのに。

Mari : keitai ima doki mottenai nantw anta gurai dayo. Keitai motte tarasa kesa datte sugu renraku dekita noni.

Mari : kira-kira hanya kamu yang tidak memiliki HP saat ini. Jika kamu punya HP, kamu bisa segera menghubungi saya pagi ini

Analisis Cuplikan 8 :

Setelah selesai ujian masuk di sekolah Higashi, Aya dan Mari berjalan pulang bersama.Mari menanyakan kenapa Aya tidak membeli hp setelah masuk SMA.Mari mengatakan bahwa, hanya Aya siswa SMA yang belum memiliki hp.Didalam cuplikan di atas terdapat tuturan keluhan yang diungkapkan oleh Mari terhadap Aya.Pada cuplikan ini, Mari secara langsung mengungkapkna keluhannya kepada Aya yang dianggap penyebab terjadinya keluhan tersebut.

Mari mengeluh karena Aya tidak memilki Hp dengan menggunakan strategi “Modifikasi Menyalahkan”. Sebenarnya Mari mengeluhkan keterlambatan


(62)

Aya pagi itu, yang seharusnya jika Aya memiliki hp, ia bisa menghubungi Mari dan tidak akan terlambat. Didalam ungkapan keluhan tersebut, Mari memberikan pilihan terhadap pendekatan alternatif yang tidak diambil oleh Aya.Makna ilokusi dalam kalimat tersebut ialah meminta Aya untuk membeli hp dan tidak terlambat lagi.

Cuplikan 9

Episode 1 menit 05:58 : 弘樹ひ ろ き

Hiroki : ore ha kodzukai 1,000 en dakara, e-tto 1 ka getsu de 30 jikan hatarakundakara, e-tto...

:俺は小遣い 1,000 円から、えーっと1か月で30時間はたらくん

だから、えーっと。。。

Hiroki : upah saya jadi 1000 yen, saya bekerja 30 jam dalam sebulan, jadi....

亜湖 :弘樹あんだそんな計算もできないの?

Ako : hiroki anda sonna keisan mo dekinai no ?

Ako : kamu bahkan tidak bisa menghitungnya.

弘樹 :俺、掛け算苦手なんだよな。

Hiroki : ore, kakezan nigate nandayona.

Hiroki : aku lemah di perkalian. 亜也あ や.あ こ

Aya, ako, Mizuo : warizan.


(63)

ひろき ,弘樹

Hiroki : ee ?

:えっ?

Hiroki : ee?

瑞生 :弘樹、お前は池内豆腐店の跡取り何だぞ。そんな計算もできな

くて商売ができるとおもってんの蚊、お前?

Mizuo : Hiroki,omae ha ikeuchi toufuten no ato torinandazo. Sonna keisan mo dekinakute shoubai ga dekiruto omotten no ka, omae ?

Mizuo : Hiroki, kau pewaris toko tofu keluarga Ikeuchi !, jika kamu tidak dapat melakukan perhitungan sederhana, bagaimana kamu menangani bisnis ?

Analisis Cuplikan10 :

Hiroki(adik laki laki Aya ) meminta upah kepada ayahnya atas kerja kerasnya membantu ayahnya di toko tofu milik keluarganya. Dia meminta upah setelah mendengar kakaknya, Ako juga meminta upah atas kerjanya. Namun, ia tidak bisa menghitung total bayaran yang akan dia minta kepada ayahnya. karena hal itu Ako marah krna ia tidak bisa menghitung. Kemudian Haruto membela diri dengan mengatakan ia sulit dalam perkalian. Mendengar jawaban Haruto, serempak Aya, Ako dan Mizuo berkata " ini Rasio", bukan perkalian. Karena hal itu, Mizuo (ayahnya) mengeluhkan tentang Haruto, yang merupakan pewaris kelurga, namun ia tidak bisa melakukan perhitungan sederhana.

Pada cuplikan di atas, pernyataan Mizuo "Hiroki, kau pewaris toko tofu keluarga Ikeuchi !, jika kamu tidak dapat melakukan perhitungan sederhana,


(64)

bagaimana kamu menangani bisnis ? ", merupakan sebuah keluhan Mizuo terhadap anaknya dalam bentuk langsung ditujukan kepada anaknya dengan menggunakan strategi “menyalahkan (tindakan)”. Karena dalam hal ini, yang disalahkan oleh Mizuo adalah tindakan anaknya yang tidak dapat melakukan perhitungan sederhana. Di dalam kalimat tersebut terkandung makna ilokusi meminta Haruto untuk lebih rajin belajar, sehingga ia bisa pintar terutama dalam hal menghitung. Karena kelak iaakan menjadi pewaris keluarga Ikeuchi.

Cuplikan 11

Episode 1 menit 14:34 :

亜也 :あの・・・今朝はありがとうございました。おかげさまで・・・

Aya : ano... kesa ha arigatou gozaimashita. Okagesamade..

Aya : hmm..., tadi pagi terima kasih. Berkat kamu....

はると:お前のせいで俺まで受けちゃったじゃねえか。

Haruto : omae no sei de ore made ukechatta ja nee ka.

Haruto : karena kamu, aku harus mengikuti tes.

亜也 :えつ?

Aya : ee ?

Aya : e ?

耕平 :おい、誰よ?

Kouhei : oi, dareyo ?

Kouhei: hei,siapa ? はると:知らね。


(65)

Haruto : shirane.

Haruto : gak kenal.

耕平 :はると。

Kouhei : Haruto.

Kouhei : Haruto.

Analisis Cuplikan 11 :

Aya dan Mari sedang mengobrol sambil berjalan keluar gerbang sekolah Setelah mengikuti ujian masuk di SMA Higashi, Aya melihat Haruto sedang berjalan dengan Kouhei. Aya mengahampirinya untuk mengucapkan terima kasih atas bantuannya merapikan sepeda yang dijatuhkannya, dan mengantarkan Aya ke sekolah. Sehingga ia bisa mengikuti ujian meski terlambat. Namun, Haruto malah menyalahkan Aya, karena dengan membantunya Haruto terpaksa mengikuti ujian yang tidak dia inginkan. Melihat kedekatan Aya dengan Haruto, Kouhei ingin tahu siapa perempuan yang mengucapkan terima kasih kepada Haruto tersebut. Namun, Haruto menjawab dengan mengatakan tidak mengeanalnya.

Cuplikan diatas menggambarkan keluhan Haruto secara lansung terhadap tindakan Aya, karena akibat membantu Aya, ia terpaksa ikut ujian. Disini Haruto menggunakan strategi “menyalahkan (orang)”. Karena kata yang digunakan Haruto ialah karena kamu, bukan karena tindakan kamu. Jadi, disini Haruto menyalahkan Aya secara keseluruhan pribadinya,yang dianggap mengganggu hidupnya.


(66)

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Setelah menganalisis bentuk dan strategi dari tindak tutur keluhan yang terdapat dalam drama “Ichi Rittoru no Namida” ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Tindak tutur keluhan yang terdapat di dalam drama “Ichi Rittoru no Namida” ini berjumlah 47 tuturan. Bentuk tindak tutur keluhan yang paling banyak digunakan pada drama ini adalah bentuk tuturan keluhan secara langsung. 2. Strategi yang digunakan untuk mengungkapkan tindak tutur keluhan yang

terdapat di dalam drama ini adalah strategi implisit,strategi kekesalan, strategi konsekuensi buruk,modifikasi menyalahkan,strategi menyalahkan secara eksplisit terhadap tindakan,strategi menyalahkan secara ekplisit terhadap orang, dan strategi tuduhan secara tidak langsung. Di dalam drama ichi Rittoru no Namida ini, strategi yang banyak digunakan untuk mengungkapkan keluhan ialah strategi menyalahkan secara ekplisit terhadap orang .


(67)

1. Agar tidak terjadi “kesamaran pengertian” perlu memahami situasi dan kondisi pada saat sebuah tuturan itu dituturkan. Sebab, dalam Bahasa Jepang banyak terdapat kemiripan arti, perbedaan makna dan maksud dari sebuah tuturan tergantung kepada siapa, dimana dan kapan tuturan tersebut disampaikan.

2. Untuk memahami strategi-strategi yang dapat digunakan dalam menyampaikan tuturan, hendaknya memahami teori yang ada.


(1)

59

Purwo, Bambang Kaswanti. 1984. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Jakarta: Balai Pustaka

Rahardi, Kunjana. 2009. Sosiopragmatik : Kajian Imperatif dalam wadah Konteks sosiokulturaldan konteks situasionalnya. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Rani, Abdul. 2004. Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian Malang: Bayumedia Publishing.

Rustono. 1999. Pokok-pokok Pragmatik. Semarang: IKIP Semarang Press.

Searle, John R. 1969. “Speech Acts An Essay in The Philosophy of Language. London : Cambrige University Press.

Subyakto. 1992. Psikolinguistik. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Sutedi, Dedi .2008 .Nihongo no Kisou (Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang).Badung : Humaniora Utama Press (HUP).

Suwito. 1983. Pengantar Awal Sosiolinguitik Teori dan Problema. Surakarta : Henari Offset Solo.

Syahri, Rosmita. 2011. Tindak Tutur Permintaan Dalam Film Love Story.Medan : Sekolah Pasca Sarjana USU.

Tarigan, Henry Guntur. 1992. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa. Trosborg, Anna. 1995. Interlanguage Pragmatics Requests, Complaints and Apologies. New York: Mouton de Gruyter.

Wijaya, Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta : Andi. Yule, George. 1996. Pragmatics. New York: Oxford University Press.

Abstrak


(2)

62


(3)

63


(4)

64


(5)

65


(6)

66