Tindak tutur ilokusi pada surat-surat h.b. jassin beserta balasannya dan implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP PGRI 371 Pondok Aren
INDONESIA DI SMP PGRI 371 PONDOK AREN
SkripsiDiajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan dan Keguruan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
oleh
DEVI ARISTIYANI NIM: 1111013000074
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2015
(2)
H.B.
JASSIN BESERTA
BALASAI{NYA DAN
IMPLIKASINYA
TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA
DI
SMPPGru
371PONDOK AREN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
oleh: Devi Aristiyani
1 1 1 1013000074
Mcngetahui,
w
Dosen PembimbingDr. Darsita Suparno, Nl[.Hum. t{IP. 1 96108071993032001
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS IL]UU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 20ts
(3)
Mahasiswa: 1111013000074, diajukan kepada Fakultas
Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam ujian Munaqosah pada tanggal8
Desember 2015, di hadapan dervan penguji.oleh karena itu,
penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) dalam bidang Pendidikan Bahasa clan Sastra Indonesia.Jakarta. 8 Desember 2015
Panitia Ujian Munaqosah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/ Prodi)
Maklrun Subuki. M. Hum. NIP. 19800305 200901 1 0ls
S ekretaris (S ekretaris Jurusary'Prodi)
Dona Aii Karunia Putra. M. Hum.
NIP. 1 9840409201 I 01 1 01 5
Penguji I
Drs. Jamal D. Rahman. M. Hum.
Penguji II
Dr. Elvi Susanti. M. Pd. NIP. 19600801 200801 2016
Tanggal
Tanda Tangan)1-
i2- 2olg
t2 -
E-
auf
2/ - 12-
Zorl-71
',!',:l'w
JAKARTA
Mengetahui, mu Tarbiyah da
(4)
SI]RAT PERNYATAAN
KARYA
SENDIRTSaya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
Tanpat/Tgl.Lahir NIM
Jurusan / Prodi
Judul Skripsi
Devi Aristiyani
Tegal, 19 Desember 1993
1 1 I 1013000040
Pendidikan Bahasa dan Sastra lndonesia
Tindak f'utur Ilokusi pada Surat-surat H-B. Jassin
Dosen Pembimbing
beserta Balasannya dan Implikasinya terhadap
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP
PGRI371 Pondok Aren
: Dr. Darsita Suparno, M.Hum
Dengan ini menyatakan bahrva skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri
clan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pemyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menem.puh Ujian Munaqasah'
Jakarta, 30 Oktober 2015
Mahasisw Ybs.
NIM.1 1 1 1013000074
(5)
ii
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, di bawah bimbingan Dr. Darsita Suparno, M. Hum.
Tindak tutur ilokusi merupakan aktivitas mengujarkan kata-kata yang disertai dengan maksud dan fungsi tertentu. Menurut Searle, tindak tutur terbagi menjadi tindak tutur asertif, tindak tutur direktif, tindak tutur ekspresif, tindak tutur komisif, dan tindak tutur deklarasi. Surat pribadi merupakan salah satu media komunikasi yang mengandung tindak tutur ilokusi, untuk itu peneliti merasa tertarik mengadakan penelitian mengenai tindak tutur ilokusi dalam surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini memfokuskan pada penggunaan tindak tutur ilokusi dalam surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya. Penelitian ini bertujuan untuk menjabarkan wujud tindak tutur ilokusi dalam surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya dan implikasi terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMP.
Adapun metode yang digunakan adalah metode simak dan teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik dokumentasi, teknik simak bebas cakap, dan teknik catat, sedangkan dalam identifikasi data menggunakan metode simak dengan acuan F.X. Nandar dan analisis data menggunakan metode padan ektralingual dengan teori Searle.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah terdapat 59 tuturan dengan berbagai kategori dan kata kunci, implikasi terhadap pembelajaran adalah surat-surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya dapat dijadikan alternatif media pembelajaran dalam materi menulis surat pribadi.
(6)
iii
of Indonesian Language and literature Education.Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, under the guidance of Dr. DarsitaSuparno, M. Hum.
Illocutionary speech acts is an activity of uttering words that along with the specific intention and functions. According to Searle, speech acts are divided into assertive, directive, expressive, commissive, and declaration. Personal letter is one of the communications media which is containing illocutionary speech acts, therefore researchers are interested in conducting research on the illocutionary speech acts in H. B. Jassin personal letter along with its replies.
The study is qualitative descriptive. It is focused on the use of
illocutionary speech acts in the H. B. Jassin’s personal letters with its replies. The
aim of study is to elaborate the form of illocutionary speechs in the H. B. Jassin personal letters along with its replies and implications on Indonesian language and literature at SMP PGRI 371 Pondok Aren.
The study method is listening method and the techniques for data collecting are documentation, listening and free conversation, note taking, while in the method analysis is extralingual equivalent with Scarle theory.
The study result obtained, there are 59 utterances with many categories
and keywords, implications on learning is the H. B. Jassin’s personal letters and
its replies that can be used as an learning media alternative in the material to write a personal letter.
(7)
iv
semoga selalu tercurahkan kepada Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.
Skripsi yang berjudul “Tindak Tutur Ilokusi pada Surat-surat H.B. Jassin beserta Balasannya dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia di SMP PGRI 371 Pondok Aren” merupakan tugas akhir dan sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis membutuhkan bimbingan, bantuan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sebagai ungkapan rasa hormat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Makyun Subuki, M. Hum. dan Dona Aji Karunia, M. Hum. selaku ketua dan sekretaris serta segenap dosen dan staff Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membina dan memberikan ilmunya selama proses perkuliahan.
3. Dr. Darsita Suparno, M. Hum. selaku dosen pembimbing yang dengan ikhlas membimbing dan memberikan wawasan serta waktunya dalam penyusunan skripsi ini.
4. Keluarga tercinta atas motivasi yang luar biasa: Mama (Surati), Bapak (Takzul Arifin), Adik (Dwi Afni Ariyanti) atas limpahan kasih sayang, kesabaran, kepercayaan, motivasi, dan doa sehingga memacu saya untuk memberikan yang terbaik.
(8)
v
6. Ibu Rita Jassin beserta staff Perpustakaan H.B. Jassin yang turut membantu dalam proses pencarian data.
7. Guru dan siswa SMP PGRI 371 Pondok Aren yang telah memberikan dukungan yang luar biasa.
8. Semua pihak yang berjasa dalam proses pembuatan skripsi ini, semoga Allah membalasnya dengan kebaikan yang berlipat ganda.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang jauh dari kata sempurna ini dapat memberikan sedikit manfaat bagi penulis maupun pembaca, serta bagi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya dalam pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
(9)
vi
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR BAGAN ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Pembatasan Masalah ... 3
C. Identifikasi Masalah ... 4
D. Rumusan Masalah ... 4
E. Tujuan Penelitian ... 4
F. Manfaat Penelitian ... 5
G. Sistematika Penulisan ... 6
BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori ... 7
1. Tindak Tutur ... 7
2. Jenis-jenis Tindak Tutur ... 10
3. Tindak Tutur Ilokusi ... 13
4. Surat Pribadi ... 17
5. Pembelajaran Menulis Surat Pribadi ... 21
B. Penelitian Terdahulu ... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 28
B. Metodologi Penelitian ... 28
C. Ruang Lingkup Penelitian ... 30
D. Objek Penelitian ... 30
E. Pengumpulan Data ... 31
F. Jenis Data ... 33
G. Analisis Data ... 33
H. Pelaksanaan Penelitian ... 36
I. Relevansi Penelitian ... 36
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Biografi H.B. Jassin ... 39
B. Analisis Identifikasi dan Klasifikasi Tindak Tutur Ilokusi ... 40
C. Pembahasan Analisis Tindak Tutur Ilokusi ... 73
(10)
vii LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Lampiran I : Surat-surat pribadi H.B. Jassin dan balasannya
B. Lampiran 2 : Surat-surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya yang sudah siap baca
C. Lampiran 3 : Data tindak tutur ilokusi
D. Lampiran 4 : Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan implementasi pembelajaran
E. Lampiran 5: Lembar Uji Referensi F. Lampiran 6 : Biografi penulis
(11)
(12)
ix
(13)
x 3. Lampiran 3 : Data tindak tutur ilokusi
4. Lampiran 4 : Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan implementasi pembelajaran
5. Lampiran 5: Lembar Uji Referensi 6. Lampiran 6 : Biografi penulis
(14)
1 A. Latar Belakang Masalah
Pada kehidupan sehari-hari, manusia pasti saling berkomunikasi. Komunikasi tersebut berupa adanya proses interaksi kepada sesamanya. Proses komunikasi tersebut dilakukan melalui berbahasa. Untuk dapat berbahasa yang baik dan benar, manusia harus menguasai berbagai keterampilan dalam berbahasa. Terdapat dua ragam berbahasa, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan berupa ujaran secara langsung oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari, misalnya ceramah, pidato, dan obrolan. Sedangkan bahasa tulis adalah meliputi komunikasi yang menggunakan bantuan (alat) komunikasi seperti surat, karangan, dan pamflet.
Ragam bahasa tulis memiliki kelebihan, yaitu dapat mengatasi komunikasi jarak jauh dan hasil komunikasi yang telah dilakukan dapat disimpan untuk waktu lama dan dijadikan arsip. Salah satu ragam bahasa yang kerap digunakan adalah melalui surat. Sebelum adanya alat komunikasi modern seperti telepon genggam, surat adalah alat komunikasi yang digunakan oleh seseorang. Melalui surat, seseorang dapat memberikan pengumuman, keterangan, dan pendapat. Surat terbagi dalam beberapa jenis, di antaranya adalah surat berdasarkan isinya, surat berdasarkan keamanan isinya, surat berdasarkan derajat penyelesainnya, surat berdasarkan jangkauan penggunaannya, dan surat berdasarkan jumlah penerima yang dituju.1
Salah satu jenis surat berdasarkan keamanan isinya adalah surat pribadi. Surat pribadi adalah surat yang ditulis oleh seseorang yang banyak berisi mengenai hal-hal yang bersifat pribadi untuk teman, keluarga, dan sahabat. Alat komunikasi yang belum berkembang pada jaman dahulu membuat surat menjadi alat komunikasi yang penting. Seseorang yang tinggal jauh dapat saling berkorespondensi dengan sanak keluarga, teman, dan sahabat melalui media surat.
1
Soedjito, dan Solchan TW, Surat Menyurat Resmi Bahasa Indonesia, (PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 2004), h. 14
(15)
Selain itu, dibandingkan dengan alat komunikasi modern seperti telepon, teleks, telegraf, radio, dan televisi, surat tetap mempunyai kelebihan tersendiri karena merupakan sarana yang dapat merekam informasi secara panjang lebar, terperinci, tetapi tetap ekonomis. Kelebihan lainnya adalah surat bersifat praktis karena dapat menyimpan rahasia, efektif karena informasi yang disampaikan itu asli sesuai degan sumbernya, ekomonis karena biaya pembuatan dan pengirimannya sangat murah.2
Salah satu seseorang yang aktif berkomunikasi melalui surat adalah H.B. Jassin. Beliau dikenal sebagai sastrawan, kritikus, dan redaktur majalah. Sosok H.B. Jassin yang dianggap penting dalam dunia kesusastraan di Indonesia membuatnya banyak mengenal dan berhubungan dengan banyak orang. Beliau juga tidak membatasi pergaulannya, hal tersebut dapat dilihat pada berbagai surat-suratnya yang tidak saja dikirimkan kepada keluarga, melainkan juga kepada para sastrawan. H. B. Jassin juga dikenal sebagai dokumentator, ia banyak mengoleksi berbagai tulisan-tulisan bukan hanya karya sastra tetapi yang bersifat pribadi seperti surat-surat pribadi. Surat-surat pribadi miliknya selalu disimpan rapi. Pembahasan yang terdapat dalam surat tersebut bervariasi, terkadang H.B. Jassin membahas mengenai karya sastra atau terkadang membahas hal-hal yang sifatnya sederhana. H.B. Jassin tidak hanya menyimpan surat-surat yang dikirimnya kepada keluarga, sahabat, dan rekan kerja tetapi sebisa mungkin ia juga menyimpan surat-surat balasan dari sahabat, keluarga, dan rekan kerjanya.
Menulis surat pribadi dianggap penting, hal tersebut terbukti dengan adanya pembelajaran menulis surat pribadi pada Sekolah Menengah Pertama. Namun pembelajaran menulis surat pribadi terkadang dianggap sepele sehingga pembelajarannya cederung monoton. Para guru memberikan contoh-contoh sederhana yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari, dan peserta didik pun akhirnya ketika membuat surat pribadi hanya mengambil tema atau membahas sesuatu yang sederhana. Dalam menulis surat pribadi SMP kelas VII terdapat kompetensi dasar yaitu, menulis surat pribadi dengan memperhatikan komposisi,
2
Adlan Ali & Tanzil, Pedoman Lengkap Menulis Surat, (Tangerang: PT. Kawan Pustaka, 2006), h.1.
(16)
isi, dan bahasa. Dengan menganalisis surat-surat H.B. Jassin peserta didik diharapkan mampu mencapai indikator yang telah ditetapkan, di antaranya adalah: 1. Mampu menentukan perbedaan komposisi surat pribadi dengan surat resmi 2. Mampu menulis surat pribadi dengan bahasa yang komunikatif
3. Mampu menyunting surat pribadi
Berkenaan dengan hal tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai tidak tutur yang terdapat dalam surat pribadi serta mengkaitkan dengan pembelajaran menulis surat pribadi. Diharapkan dengan adanya penelitian ini paling tidak peneliti memberikan referensi contoh-contoh penulisan surat pribadi yang lebih bervariasi dan dapat diterapkan dalam pembelajaran menulis surat pribadi di sekolah sehingga pembelajaran menulis surat pribadi dapat dikembangkan. Dengan melihat contoh-contoh berbagai surat menyurat H.B. Jassin dengan beberapa orang, diharapkan peserta didik bukan hanya mengetahui tata cara dalam menulis surat pribadi, tetapi peserta didik juga belajar menggunakan kata-kata atau kalimat yang baik agar surat pribadi maksud yang disampaikan dalam surat tersebut dapat dimengerti dengan baik oleh lawan tutur.
B. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian yang dilakukan lebih terfokus dan tidak menyimpang dari apa yang ingin dilaksanakan, selain itu pembatasan masalah dilakukan agar penulis tidak terlalu luas menjabarkan objek yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, ruang lingkup yang menjadi fokus penelitian ini adalah pemakaian tindak tutur ilokusi pada surat-surat H.B. Jassin beserta balasannya. Setelah menjabarkan mengenai tidak tutur ilokusi, selanjutnya mengaitkannya dengan pembelajaran menulis surat pribadi yang terdapat pada Sekolah Menengah Pertama.
(17)
Analisis surat yang dilakukan berdasarkan pada tinjauan pragmatik, dari teori-teori dalam pragmatik, menentukan teori yang akan dijadikan acuan dalam penelitian, kemudian surat tersebut dideskripsikan dan ditentukan jenis tindak tuturnya.
C. Identifikasi Masalah
Dalam penelitian ini, terdapat identifikasi masalah, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Surat-surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya dapat dianalisis berdasarkan tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam tuturan.
2. Analisis tindak tutur ilokusi surat-surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya juga dikaitkan dengan konteks yang terkait dalam isi surat tersebut.
3. Analisis tindak tutur ilokusi surat-surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya dapat diterapkan dalam pembelajaran menulis surat pribadi di SMP PGRI 371 Pondok Aren.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka terdapat beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini, perumusan tersebut di antaranya, yaitu:
1. Bagaimanakah wujud tindak tutur ilokusi pada surat-surat H.B. Jassin beserta balasannya?
2. Apa saja implikasi yang didapat dari tindak tutur ilokusi pada surat-surat H.B. Jassin beserta balasannya dalam pembelajaran menulis surat pribadi di SMP PGRI 371 Pondok Aren kelas VII?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah maka penelitian ini yang akan dilakukan memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Menjabarkan wujud tindak tutur ilokusi yang terdapat pada surat-surat H.B. Jassin beserta balasannya.
(18)
2. Menjabarkan implikasi yang didapat dari tindak tutur ilokusi pada surat-surat H.B. Jassin beserta balasannya dalam pembelajaran menulis surat-surat pribadi di SMP PGRI 371 Pondok Aren kelas VII.
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
a. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu linguistik serta pengajarannya, terutama pada kajian pragmatik mengenai tindak tutur.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan mengenai tindak tutur, khususnya tindak tutur ilokusi. Selain itu, memperkaya pengetahuan mengenai pembelajaran menulis surat pribadi terutama pada pembelajaran menulis surat pribadi di SMP PGRI 371 Pondok Aren kelas VII.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan wujud aplikasi pembelajaran pragmatik, khususnya mengenai tindak tutur.
b. Bagi guru, penelitian ini bisa dijadikan alternatif dalam menentukan metode dan bahan ajar dalam pelajaran Bahasa Indonesia pada materi menulis surat pribadi.
c. Bagi siswa, penelitian ini dapat mempermudah siswa dalam memahami mengenai tuturan terkait dalam pembelajaran menulis surat pribadi.
d. Bagi masyarakat, penelitian ini juga bermanfaat sebagai upaya pelestarian terhadap surat-surat H.B. Jassin beserta balasannya, karena peneliti bukan hanya meneliti surat-surat H.B. Jassin tetapi juga ikut melakukan inventarisasi dengan cara melakukan pengetikan ulang terhadap surat-surat H.B. Jassin agar dapat terbaca.
(19)
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dimaksudkan agar penelitian lebih terarah, jelas, dan sistematis. Adapun sistematika penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab 1 merupakan pendahuluan. Pada bab ini, dijabarkan mengenai latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab 2 merupakan kajian teoretis. Kajian teoretis dimaksudkan untuk menjabarkan teori-teori yang dapat menunjang dalam analisis. Selain kajian teoretis terdapat pula tinjauan pustaka yang dimaksudkan untuk melihat penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dengan tema yang sama.
Bab 3 berisi metodologi penelitian. Pada bab ini menjelaskan bagaimana penelitian ini akan dilakukan. Metode apa yang akan digunakan, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan klasifikasi data.
Bab 4 berisi analisis data. Setelah menetapkan metode penelitian, peneliti mulai menganalisis data yang diperoleh.
Bab 5 berisi simpulan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti memberikan simpulan dan saran.
(20)
7 1. Tindak Tutur
Tindak ujar (speect act) adalah fungsi bahasa sebagai sarana penindak. Semua kalimat atau ujaran yang diucapkan oleh penutur sebenarnya mengandung fungsi komunikasi tertentu. Tuturan dari seseorang (penutur) tentu saja tidak semata-mata hanya asal bicara, tetapi mengandung maksud tertentu. Fungsi inilah yang menjadi semangat para penutur untuk „menindakkan’ sesuatu.1
Didalam mengatakan sesuatu, seseorang tidak semata-mata mengatakan sesuatu dengan pengucapan kalimat. Di dalam pengucapan kalimat, ia juga “menindakkan” sesuatu. Pengucapan kalimat “Mau minum apa?” si pembicara tidak semata-mata menanyakan atau meminta jawaban tertentu; ia juga menindakkan sesuatu, yakni menawakan minuman. Seorang ibu pondokan putri ketika mengatakan “Sudah jam sembilan” tidak semata-mata memberitahu keadaan jam pada waktu itu; ia juga menindakkan sesuatu, yakni memerintahkan si lawan bicara supaya pergi meninggalkan rumah pondokannya.2
Ujaran (bahasa) tidak hanya berfungsi untuk mengungkapkan unsur kognitif, unsur sikap pun ada dalam setiap bahasa, yaitu unsur yang memperlihatkan maksud penutur, pikiran, kegiatan, dan sebab penuturannya. Unsur sikap ini mungkin tidak secara eksplisit dinyatakan, tapi bisa dimengerti. Tidak semua ujaran didahului “Saya...,” tapi segala ujaran bisa diawali oleh kata-kata seperti Saya menginginkan, saya berharap, saya perintahkan, saya menolak, atau kata kerja lain yang mengungkapkan maksud, harapan, dugaan, dan sebagainya tanpa merubah arti kalimat dalam konteksnya.3
Tindak tutur dalam ujaran suatu kalimat merupakan penentu maksud kalimat itu. Namun, makna suatu kalimat tidak ditentukan oleh satu-satunya tindak seperti yang berlaku dalam kalimat yang sedang diujarkan itu, tetapi selalu
1
Mulyana, Kajian Wacana, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005), h. 80.
2
Bambang Kaswanti Purwo,Pragmatik dan Pengajaran Bahasa,(Yogyakarta: Kanisius, 1990), h.19-20.
3
(21)
dalam prinsip adanya kemungkinan untuk menyatakan secara tepat apa yang dimaksud oleh penuturnya. Oleh sebab itu, mungkin sekali, dalam setiap tindak tutur, penutur menuturkan kalimat yang unik karena dia berusaha menyesuaikan ujaran dengan konteksnya.4
Istilah dan teori tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J.L. Austin, seorang guru besar di Universitas Harvard, pada tahun 1956. Teori yang berasal dari materi kuliah itu kemudian dibukukan oleh J.O. Urmson (1965) dengan judul How to do Thing with Word?tetapi teori tersebut baru menjadi terkenal dalam studi linguistik setelah Searle (1969) yang menerbitkan buku berjudul Speech Act and Essay in The Philosophy of Language.5
Austin dalam buku Fatimah Djajasudarja, menyebutkan bahwa pada dasarnya pada saat seseorang mengatakan sesuatu, dia juga melakukan sesuatu. Pada saat seseorang menggunakan kata-kata kerja, seperti promise „berjanji’, apologize „meminta maaf’, pronounce „menyatakan’ misalnya dalam tuturan I promise I will come on time („saya berjanji saya akan datang tepat waktu’) maka yang bersangkutan tidak hanya mengucapkan tetapi juga melakukan tindakan berjanji. Tuturan tersebut dinamakan tuturan performatif, sedangkan kata kerjanya disebut kata kerja performatif.6
Let us assign names to these under the general heading of speech acts:7
a. Uttering word (morphemes, sentences) = performing utterance acts.
b. Referring and predicating = performating propositional acts.
c. Stating, questioning, commanding, promising, etc = performing ilocutionary
acts.
Searle menjabarkan mengenai tindak tutur sebagai berikut:8
a. Tindak ujar adalah kegiatan mengujarkan kata-kata (mulai dari morfem hingga kalimat).
b. Tindak preposisi adalah merujuk dan memprediksi.
4
Abdul Rani, Analisis Wacana,(Malang: Bayumedia Publishing, 2004), h. 159.
5
Abdul Chaer, dan Leonie Agustina,Sosiolinguistik Perkenalan Awal,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), h. 50.
6
Fatimah Djajasudarja,Wacana dan Pragmatik, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2012),h. 60.
7
John R. Searle,Speech ActAn Essay In The Philosophy Of Language, (London: Cambrige University Press), h. 23.
8
(22)
c. Menyatakan, menanyakan, memerintah, berjanji, dll merupakan tindak tutur ilokusi.
Tindak tutur adalah aktivitas mengujarkan atau menuturkan kalimat dengan maksud tertentu. Pendapat lain mengungkapkan bahwa tindak tutur adalah “apa-apa yang bisa dilakukan oleh manusia dalam bertutur”. Dari definisi ini, maka penuturlah yang sesungguhnya bertindak dengan memaksimalkan tuturannya untuk mencapai tujuan tertentu dan tujuan dari tindak tutur dinyatakan sukses jika apa yang diinginkan oleh penutur tercapai.9
Tindak ujar merupakan aksi (tindakan) dengan menggunakan bahasa pada hampir semua aktivitas. Bahasa digunakan dalam kesempatan yang lebih luas, hampir pada semua kegiatan sampai pada mimpi pun menggunakan bahasa. Penggunaan bahasa untuk menyatakan informasi (permohonan informasi, memerintah, mengajukan, permohonan, mengancam, mengingatkan, bertaruh, menasihati, dsb.)10
Searle dalam Aslinda mengemukakan, bahwa dalam semua interaksi lingual terdapat tindak tutur. Interaksi lingual bukan hanya lambang, kata, atau kalimat, melainkan lebih tepat apabila disebut produk atau hasil lambang, kata, atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur (the performance of speech act). Secara ringkas dapat dikatakan bahwa tindak tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan kecil dalam interaksi lingual. Tindak tutur dapat berwujud pernyataan, pertanyaan, dan perintah. Teori tindak tutur adalah teori yang lebih cenderung meneliti makna dan maksud kalimat, bukan teori yang berusaha meneliti struktur kalimat.11Tindak tutur terjadi oleh karena adanya partisipan minimal dua dalam komunikasi, yang keduanya merupakan pembicara dan pendengar yang perannya bergantian.12
9
Hindun,Pragmatik untuk Perguruan Tinggi, (Depok: Nufa Citra Mandiri, 2012),h. 9-10.
10
Fatimah Djajasudarma,Wacana Pemahaman dan Hubungan Antarunsur,(Bandung: Refika Aditama, 2010), h. 60.
11
Aslinda, dan Leni Syafyahya, Pengantar Sosiolinguistik,(Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), h. 33-34.
12
Diemroh Ihsan, Pragmatik, Analisis Wacana, dan Guru Bahasa, (Palembang: Universitas Sriwijaya, 2011), h. 103.
(23)
Searle dalam buku Tagor,mengutarakan bahwa suatu tindak tutur memiliki makna di dalam konteks, dan makna itu dapat dikategorikan ke dalam makna lokusi, ilokusi, dan perlokusi.13
2. Jenis-Jenis Tindak Tutur
Austin dalam buku Tagor, membedakan antara ujaran yang mengatakan (pernyataan, pemerian, dan sebagainya) dan ujaran yang melakukan sesuatu (misalnya berjanji, memperingatkan, minta maaf, dan sebagainya). Perbedaan ini dimaksudkan untuk membedakan ujaran yang tidak berupa tindakan (konstantif) dan ujaran yang berupa tindakan (performatif). Namun, dalam artikelnya How to do thing with word , ia mengubah teori asliya itu. Ia mengemukakan bahwa dalam artikel itu, ujaran konstantif juga terbukti bisa menjadi tindak tutur (speect act), yaitu melakukan tindak (seperti performatif); membuat suatu pernyataan atau memerikan sesuatu sama-sama membentuk tindak tutur.14
Austin dalam buku Ibrahim, mengembangkan teori tindak tuturnya secara lebih umum. Ujaran bisa melakukan tiga jenis tindak. Tindak ilokusi (locutionary acts) merupakan tindak mengatakan sesuatu; menghasilkan serangkaian bunyi yang berarti sesuatu. Ini merupakan aspek bahasa yang merupakan pokok penekanan linguistik tradisional. Tindak perlokusi menghasilkan efek tertentu pada pendengar. Persuasi merupakan tindak perlokusi: orang tidak dapat mempersuasi seseorang tentang sesuatu hanya dengan mengatakan Saya mempersuasi anda. Contoh-contoh yang sesuai adalah meyakinkan, melukai, menakut-nakuti, dan membuat tertawa. Tindak ilokusi dilakukan dengan mengatakan sesuatu, dan mencakup tindak-tindak seperti bertaruh, berjanji, menolak, dan memesan.15
John R. Searle dalam buku Alwasilah, menyatakan bahwa dalam pratik penggunaan bahasa terdapat setidaknya tiga macam tindak tutur. Ketiga macam tindak tindak tutur itu berturut-turut dapat disebutkan sebagai berikut: (1) tindak lokusioner (locutionary acts), (2) tindak ilokusioner (illocutionary acts),(3) tindak perlokusioner (perlocutionary acts).
13
Tagor Pangaribuan, Paradigma Bahasa,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), h. 117.
14
Sumarsono,Filsafat Bahasa, (Jakarta: Gramedia, 2004), h. 38-39.
15
(24)
Tindak lokusioner adalah tindak bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu. Tindak tutur ini dapat disebut sebagai the act af saying something.Dalam tindak ilokusioner tidak dipermasalahkan maksud dan fungsi tuturan yang disampaikan oleh si penutur.Jadi, tuturan tanganku gatal misalnya, semata-mata hanya dimaksudkan untuk memberitahu si mitra tutur bahwa pada saat dimunculkannya tuturan itu tangan penutur sedang dalam keadaan gatal.
Tindak ilokusioner adalah tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu pula. Tindak tutur ini dapat dikatakan sebagai the act of doing something.Tuturan tanganku gatal yang diucapkan penutur bukan semata-mata dimaksudkan untuk memberitahu si mitra tutur bahwa pada saat dituturkannya tuturan itu rasa gatal sedang bersarang pada tangan penutur, namun lebih dari itu bahwa penutur menginginkan mitra tutur melakukan tindakan tertentu berkaitan dengan rasa sakit gatal pada tangannya itu.
Tindak ilokusioner adalah apa yang ingin dicapai oleh penuturnya pada waktu menuturkan sesuatu dan dapat merupakan tindakan menyatakan, berjanji, meminta maaf, mengancam, meramalkan, dan sebagainya.16
Tindak perlokusi adalah tindak menumbuhkan pengaruh (effect) kepada mitra tutur. Tindak tutur ini dapat disebut dengan the act af affecting someone. Tuturan tanganku gatal, misalnya dapat digunakan untuk menumbuhkan pengaruh (effect) rasa takut kepada mitra tutur. Rasa takut itu muncul, misalnya, karena yang menuturkan tuturan itu berprofesi sebagai seorang tukang pukul yang pada kesehariannya sangat erat dengan kegiatan memukul dan melukai orang lain.17
Setiap kali mengucapkan sesuatu, ada tiga tindak yang langsungdilakukan secara bersamaan. Pertama adalah tindak lokusioner, yaitu menghasilkan ucapan yang tertata baik menurut tata bahasa yang sedang digunakan. Kedua adalah tindak ilokusioner, yaitu menyampaikan makna tertentu. Ilokusi yangdisampaikan
16
F.X Nandar, Pragmatik dan Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009),h. 14.
17
Kunjana Rahardi,Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2005). h. 35-36.
(25)
lewat lokusi adalah makna ingindisampaikan. Ketiga adalah tindak perlokusi, yaitu efek dari kata-kata yang diucapkan.18
Dalam bertutur, seseorang melakukan tindak lokusi, tindak ilokusi, dan mungkin bahkan tindak perlokusi. Menurut Austin dalam buku Louise Cummings, tindak lokusi „kira-kira sama dengan pengujaran kalimat tertentu dengan pengertian dan acuan tertentu, yang sekali lagi kira-kira sama dengan „makna’ dalam pengertian tradisional. Selama penutur berkata „Anjing galak itu ada di kebun’ sedang berusaha memproduksi kalimat yang maknanya didasarkan pada acuan pada anjing dan kebun tertentu dalam dunia luar, maka penutur ini sedang memproduksi tindak tutur lokusi Austin. Namun demikian, dalam memproduksi tindak ilokusi kita „juga melakukan berbagai tindak ilokusi seperti memberitahu, memerintah, mengingatkan, melaksanakan, dan sebagainya, yakni, ujaran-ujaran yang memiliki daya (konvensional) tertentu’. Bagi Austin, tujuan penutur dalam bertutur bukan hanya untuk memproduksi kalimat-kalimat yang memiliki pengertian dan acuan tertentu. Bahkan, tujuannya adalah untuk menghasilkan kalimat-kalimat semacam ini dengan pandangan untuk memberikan kontribusi jenis gerakan interaksional tertentu pada komunikasi.19
Wijana dalam buku Kunjana Rahardi telah menguraikan adanya dua macam jenis tindak tutur di dalam praktik berbahasa, yakni (1) tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung, (2) tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal. Adapun yang dimaksud dengan tindak tutur langsung adalah tindak tutur yang dinyatakan sesuai dengan modus kalimatnya. Kalimat berita atau deklaratif adalah kalimat yang digunakan untuk menyampaikan informasi. Kalimat tanya digunakan untuk menanyakan sesuatu, sedangkan kalimat perintah digunakan untuk menyatakan perintah. Jadi tindak tutur itu sesungguhnya merefleksikan fungsi konvensional dari sebuah kalimat.
Sedangkan yang dimaksud dengan tindak tutur tidak langsung adalah tindakan yang tidak dinyatakan langsung oleh modus kalimatnya. Ada kalanya, untuk menyampaikan maksud „memerintah’, orang akan menggunakan kalimat
18
Elizabeth Black,Stilistika Pragmatis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 38.
19
Louise Cummings,Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 9.
(26)
berita, atau bahkan mungkin menggunakan tanya. Ada kalanya pula, sebuah pertanyaan harus dinyatakan secara tidak konvensional dengan sebuah kalimat berita.Akan tetapi, perlu diketahui juga bahwa kalimat perintah mustahil dapat digunakan secara tidak langsung untuk menyatakan maksud yang bukan perintah. Jadi, hanya kalimat yang bermodus berita dan bermodus tanya sajalah yang bisa digunakan untuk menyatakan tindak tutur yang tidak langsung itu.Selanjutnya, tindak tutur literal dapat dimaknai sebagai tindak tutur yang maksudnya sama persis dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Tindak tutur nonliteral adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama, atau bahkan berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya itu.20
3. Tindak Tutur Ilokusi
Sebuah tuturan selain berfungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakukan sesuatu. Bila hal ini terjadi, tindak tutur yang terbentuk adalah tindak ilokusi.21
Tindak tutur ilokusi adalah suatu tindak yang dilakukan dalam mengatakan sesuatu seperti berbuat janji, membuat pernyataan, mengeluarkan perintah atau permintaan, menasbihkan nama kapal, dan lain-lain. Austin dalam buku Wijana, mengatakan bahwa tindak mengatakan sesuatu (of saying) berbeda dengan tindak dalam mengatakan sesuatu (in saying). Tindak mengatakan sesuatu hanyalah bersifat mengungkapkan sesuatu sedangkan tindak dalam mengatakan sesuatu mengadung tanggung jawab si penutur untuk melaksanakan sesuatu sehubungan dengan isi ujarannya. Tindak dalam mengatakan sesuatu inilah yang oleh Austin disebut tindak ilokusi sedangkan tindak mengatakan sesuatu lebih dekat hubungannya dengan tindak lokusi. 22
Searle dalam buku Louise Cummings, menggunakan kaidah-kaidah konstitutif untuk menetapkan klasifikasi tindak ilokusi berikut- asertif, direktif, komisif, ungkapan, dan deklarasi. Tindak-tindak ini lebih luas daripada kata kerja ilokusi yang bisa mewakilinya. Misalnya, tindak ilokusi komisif „berjanji’ dapat
20
Kunjana Rahardi, Sosiopragmatik,(Jakarta: Erlangga, 2009),h. 19-20.
21
I. Dewa Putu Wijana,Dasar-Dasar Pragmatik,(Yogyakarta: Percetakan ANDI, 1996), h. 18.
22
(27)
berbentuk „Saya berjanji’. Meskipun begitu, tindak ilokusi yang sama ini dapat dilakukan melalui ujaran „Saya akan tiba di sana tepat waktu’. Menurut Searle, dalam hal ini, kata kerja ilokusi hanya merupakan satu jenis alat yang menunjukkan daya ilokusi (IFID ilokusi atau illocutionary force indicating device atau piranti penunjuk daya ilokusi). Demikian juga IFID yang berkaitan dengan satu tindak ilokusi dapat digunakan untuk melakukan tindak ilokusi yang kedua.23
Situasi-situasi yang berbeda menuntut adanya jenis-jenis dan derajat sopan santun yang berbeda juga.Pada tingkatan yang paling umum, fungsi-fungsi ilokusi dapat diklasifikasi menjadi empat jenis, sesuai dengan hubungan fungsi-fungsi tersebut dengan tujuan-tujuan sosial berupa pemeliharaan perilaku yang sopan dan terhormat.24
a) Kompetiti (competitive): tujuan ilokusi bersaing dengan tujuan sosial; misalnya, memerintah, meminta, menuntut, mengemis.
b) Menyenangkan (convivial): tujuan ilokusi sejalan dengan tujuan sosial; misalnya menawarkan, menyapa, mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat.
c) Bekerja sama (collaborative) : tujuan ilokusi tidak menghiraukan tujuan sosial, misalnya menyatakan, melapor, mengumumkan, mengajarkan.
d) Bertentangan (conflictive) : Tujuan ilokusi bertentangan dengan tujuan sosial; misalnya mengancam, menuduh, menyumpahi, memarahi.
I call then these classes of uttarance, classified according to their
illocutionary force, by the following more- or – less rebarbative names:25
1. Verdictives
2. Exercitivies
3. Commissives
4. Behabitivies (a shocker this)
5. Expositives
We shall take them in order, but first I will give a rough idea of each. The first, verdictives, are typified by the giving of verdict, as the name implies, by a jury, arbitrator, or umpire. But they need be final; they may be, for example, an astimate, reckoning, or apparaisal. It is essentially giving a finding as to
something—fact, or value –which is for different reasons hard to be certain
about.
23
Louise Cummings,Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 11.
24
Geoffrey Leech, penerjemah M.D.D. Oka, Prinsip-Prinsip Pragmatik, (Jakarta: UI Press, 2011),h. 162.
25
J.L. Austin,How to do Things with Words,(Cambrige: Harvard University Press, ), h. 150-163.
(28)
The second, exercitives, are the exerciting of powers rights, or influence. Examples are appointing, voting, ordering, urging, advising, warning, &c. The third, commissives, are typified by promising or otherwise undertaking; they commit you to doing something, but include also declarations or announcements ogintention, which are not promises, and also rather vague things which we may call espousals, as for example, siding with. They have obvious connexions with verdictives and exercitives.
The fourth, behabitivies, are a very miscellaneous group, and have to do with attitudes and social behaviour. Example are apologizing, congratulating, commending, condoling, curcing, and challenging
The fifth, expositivies are difficult to define. They make plain how our utterances fit into the course of an argument or conversation, how we are using
word, or in general, are expository. Example are ‗I reply’, ‗I argue’, ‗I
concede’, ‗I illustrate’, ‗I assume’, ‗I postulate’. We should be clear from the
start that there are still wide possibilities of marginal or awkward cases, or of overlaps.
Austin mengungkapkan ilokusi dapat dibagi menjadi lima:26
A. Verdictives, yaitu tindakan sebuah bahasa yang ditandai dengan adanya suatu keputusan seperti yang dilakukan oleh wasit atau juri. Berikut ini contoh tindakan bahasa yang termasuk verdictives: membebaskan, menghukum, memutuskan, menyangka, menafsirkan, memahami, mengirakan, memerintah, menghitung, memperkirakan, menempatkan, menetapkan tempat, menentukan tanggal, mengukur, menilai, melukiskan, menganalisa.
B. Exercitivis, jenis ini adalah tindakan bahasa yang merupakan akibat adanya kekuasaan, hak, atau pengaruh. Contohnya: menunjuk, memberi suara, memerintahkan, memaksakan, menasehati, memperingati, menamai, mengarahkan, menghukum, mewariskan, memproklamirkan.
C. Commisives, jenis ini adalah tindakan bahasa yang ditandai dengan adanya perjanjian atau perbuatan. Tindakan bahasa ini membuat si pembicara melakukan sesuatu. Tindakan ini berhubungan erat dengan verdictives dan exercitivis. Contohnya: berjanji, melaksanakan, bersumpah, menyetujui, melibatkan/memperjuangkan, mengumumkan, melawan, bertaruh, mempertahankan, mengawinkan.
D. Behabitives, jenis ini adalah tindakan bahasa yang merupakan kelompok campuran dan harus dilaksanakan dengan sikap dan tingkah laku sosial.
26
(29)
Contohnya: memaafkan, memberi selamat, menghargai, memberi salam duka, mengutuk, menantang.
E. Expositives, jenis ini adalah tindakan bahasa yang sulit didefinisikan, karena tindakan bahasa ini menyederhanakan ucapan-ucapan serta penggunaan kata-kata agar selaras dengan suatu argumentasi atau percakapan. Dengan kata-kata lain, tindakan bahasa ini digunakan dalam memberi keterangan yang menyangkut pengurai pendapat, pengarahan, dan penjelasan mengenai adat istiadat. Contoh: „aku menjawab’, „aku membantah’, „aku mengizinkan’, „aku menggambarkan’, „aku mengasumsikan’, „aku mendalilkan’.
Selanjutnya Searle dalam buku Kunjana Rahardi, menggolongkan tindak tutur ilokusi dalam aktivitas bertutur ke dalam lima macam bentuk tuturan, yakni (1) asertif, (2) direktif, (3) ekspresif, (4) komisif, dan (5) deklarasi.Tindak tutur ilokusi tersebut sebenarnya sama dengan tindak tutur ilokusi yang diungkapkan oleh Austin, Searle hanya melengkapi atau menyempurnakan teori Austin.Setiap bentuk tuturan yang disampaikan oleh Searle seperti disebutkan di atas itu dapat dijelaskan sebagai berikut:27
a. Bentuk tutur asertif (assertive). Adapun yang dimaksud dengan bentuk tutur asertif adalah bentuk tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi yang sedang diungkapkannya dalam tuturan itu. Bentuk tutur asertif itu dapat mencakup hal-hal sebagai berikut : (a) menyatakan (stating), (b) menyarankan (suggesting), (c) membual (boasting), (d) mengeluh (complaining), dan (e) mengklaim (claiming).
b. Bentuk tuturan direktif (directive), yang dimaksud dengan bentuk tutur direktif adalah bentuk tuturan yang dimaksudkan oleh si penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur melakukan tindakan-tindakan yang dikehendakinya seperti berikut ini : (a) memesan (ordering), (b) memerintah (commanding), (c) memohon (requesting), (d) menasihati (advising), dan (e) merekomendasi (recommending).
c. Bentuk tutur ekspresif (expressive),yang dimaksud dengan bentuk tuturan ekspresif ini adalah bentuk tutur yang berfungsi menyatakan atau
27
(30)
menunjukkan sikap psikologis si penutur terhadap keadaan tertentu seperti yang dapat disebutkan berikut ini: (a) berterima kasih (thaking), (b) memberi selamat (congratulating), (c) meminta maaf (pardoning), (d) menyalahkan (blaming), (e) memuji (praising), dan (f) berbela sungkawa (condoling).
d. Bentuk tutur komisif (commissive), yang dimaksud dengan bentuk tutur komisif adalah bentuk tutur yang digunakan untuk menyatakan janji atau penawaran tertentu seperti berikut ini: (a) berjanji (promising), (b) bersumpah, dan (c) menawarkan sesuatu (offering).
e. Bentuk tutur deklarasi (declaration). Adapun yang dimaksud dengan bentuk tutur deklarasi adalah bentuk tutur yang menghubungankan antara isi tuturan dengan kenyataannya seperti (a) berpasrah (resigning), (b) memecat (dismissing). (c) membabtis(christening), (d) memberi nama (naming), (e) mengangkat (appointing), (f) mengucilkan (excommunicating), dan (g) menghukum (sentencing).
Satu hal sangat mendasar yang dapat dicatat dari penggolongan tindak tutur ilokusi atau illocunary acts ini ke dalam bentuk-bentuk tuturan menurut filsuf bahasa yang sangat ternama ini adalah bahwa satu tindak tutur, yakni tindak tutur ilokusi, ternyata dapat memiliki bentuk-bentuk tuturan yang mencerminkan maksud dan fungsi komunikatif yang bermacam-macam.
4. Surat Pribadi A. Pengertian Surat
Apabila berbicara arti surat maka akan ditemukan berbagai macam cara pengungkapan rumusan surat tersebut. Di bawah ini disajikan beberapa arti surat menurut para ahli.28
a. Samsoeri Effendi mengemukakan arti surat dapat disamakan dengan mengutarakan pembicaraan tertulis kepada seseorang yang tidak dihadapi.
28
Asyraf Suryadi,Menulis Berkomunikasi dengan Surat, (Pangkal Pinang: UBB Press, 2010),h.1-2.
(31)
b. Adapun menurut Thomas Wiyasa, surat adalah satu sarana untuk menyampaikan pernyataan atau informasi secara tertulis dari pihak yang satu ke pihak yang lain.
c. Menurut TJ. Rahma M.A. Gani, surat adalah hubungan komunikasi yang berbentuk tulisan serta berisi pernyataan sebagai bahan informasi untuk disampaikan kepada pihak lain.
d. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka, surat adalah kertas yang tertulis (berbagai-bagai isi dan maksudnya).
Surat adalah sehelai kertas atau lebih yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pernyataan maupun informasi secara tertulis dari pihak satu kepada pihak lain. Informasi tersebut bisa berupa pemberitahuan, pernyataan, pertanyaan, permintaan, laporan, pemikiran, sanggahan, dan lain sebagainya.29
Surat pribadi adalah surat yang berisi masalah pribadi yang ditujukan kepada keluarga, teman, atau kenalan karena sifatnya akrab dan santai, dalam surat pribadi biasa digunakan bahasa ragam akrab dan ragam santai.30
Ditinjau dari sifat isinya, surat adalah jenis karangan (komposisi) paparan. Di dalam paparan pengarang mengemukakan maksud dan tujuannya, menjelaskan apa yang dipikirkan dan dirasakannya. Ditinjau dari peraturannya, surat adalah percakapan yang tertulis. Jadi, sejenis dengan ragam percakapan (dialog) seperti yang biasa dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Ditinjau dari fungsinya, surat adalah suatu alat atau sarana komunikasi tulis, surat dipandang sebagai alat komunikasi tulis yang paling efisien, efektif, ekonomis, dan praktis.31
Dalam penulisan surat pribadi, berkaitan juga dengan penggunaan ragam bahasa. Ragam bahasa yang paling berkaitan dengan situasi berbahasa atau pragmatik adalah ragam fungsional. Martin Joos, linguis berkebangsaan Amerika,
29
Adlan Ali & Tanzil,Pedoman Lengkap Menulis Surat, (Tangerang: PT. Kawan Pustaka, 2006), h. 1.
30
Soedjito, dan Solchan TW,Surat Menyurat Resmi Bahasa Indonesia, (PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 2004), h. 14.
31
Soedjito, dan Solchan TW,Surat Menyurat Resmi Bahasa Indonesia, (PT. Remaja Rosdakarya: Bandung, 2004), h. 1.
(32)
membagi ragam fungsional menjadi lima sub-ragam, yakni baku, resmi, usaha, santai, dan akrab.32
Jadi dapat disimpulkan bahwa surat adalah salah satu media atau alat yang dapat digunakan oleh manusia ketika tidak dapat bertatap muka secara langsung dalam menjalin sebuah komunikasi dengan berbagai tujuan.
B. Dasar-dasar Komunikasi dengan Surat
Dasar-dasar komunikasi dengan surat yang meliputi surat sebagai media komunikasi, surat sebagai dokumen tertulis, dan surat sebagai wakil atau duta.33 1. Surat sebagai Media Komunikasi
Komunikasi tidak hanya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan materil, melainkan juga untuk pengoperan ilmu pengetahuan, baik secara horizontal maupun secara vertikal, yakni penyampaian informasi dari yang mengetahui kepada yang tidak mengetahui, sehingga informasi itu pada akhirnya menjadi milik bersama.34
Di dalam proses komunikasi ada tiga unsur yang sangat berperan aktif. Pertama: komunikator yang berdiri dan memainkan model atau media komunikasi verbal maupun non-verbal. Kedua: komunikasi (pribadi atau kelompok) adalah pihak yang menerima hubungan dari komunikator. Ketiga: message (pesan) adalah unsur terpenting dan inti dalam interaksi antara komunikator dengan komunikan.35
Berkomunikasi berarti mengemukakan buah pikiran melalui media tertentu dengan maksud untuk mendapat tanggapan sehingga diharapkan tujuan berkomunikasi berhasil dengan sebaik-baiknya.Berkirim surat pada hakikatnya, melakukan komunikasi sehingga tujuan utama si penulis surat yaitu, memperoleh tanggapan dari si penerima surat. Oleh karena itu, surat merupakan media komunikasi yang banyak dipergunakan baik oleh badan usaha maupun perseorangan.
32
Djago Tarigan,Proses Belajar Mengajar Pragmatik,(Bandung: Angkasa, 1990), h. 33.
33
Asyraf Suryadi,Menulis Berkomunikasi dengan Surat, (Pangkal Pinang: UBB Press, 2010), h. 4-5.
34
S.M. Siahaan,Komunikasi Pemahaman dan Penerapannya, (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia, 1990), h. 10.
35
(33)
Komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi, kalau didukung adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek.36
a. Sumber
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalam bentuk kelompok.
b. Pesan
Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat, atau propaganda.
c. Media
Media yang dimaksud di sini ialah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi, pancaindra dianggap sebagai media komunikasi.Selain indra manusia, ada juga saluran komunikasi seperti telepon, surat, telegram yang digolongkan sebagai media komuniasi antarpribadi.
d. Penerima
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai, atau negara.
e. Pengaruh
Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang terjadi dipikir, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang.
36
Hafied Cangara,Pengantar Ilmu Komunikasi,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012), h. 24-28.
(34)
f. Tanggapan balik
Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima.
g. Lingkungan
Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu.
2. Surat sebagai Dokumen Tertulis
Surat merupakan dokumen tertulis yang memiliki kegunaan sesuai dengan isi yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, surat berharga harus disimpan sebaik-baiknya oleh si pemilik surat tersebut. Memang sesungguhnya surat merupakan salah satu dokumen tertulis, bagi si penerima surat. Hal ini dikatakan karena dokumen itu sendiri mengandung makna warkat asli yang dipergunakan untuk alat pembuktian suatu keterangan.
3. Surat sebagai Wakil atau Duta
Salah satu contoh surat sebagai duta adalah surat kepercayaan yang diterima kepada kepala negara tempat ia diangkat menjadi duta besar. Surat kepercayaan ditandatangani oleh kepala negara untuk diserahkan kepada kepala negara dengan upacara penyambutan sesuai dengan upacara kenegaraan yang berlaku. Lebih jauh lagi peranan surat dapat menambah lebih banyak kawan, bahkan dengan surat dapat diperoleh dan diutarakan kehangatan cinta.
5. Pembelajaran Menulis Surat Pribadi
Menulis surat pribadi menjadi salah satu materi yang terdapat dalam pelajaran Bahasa Indonesia di SMP. Pembelajaran menulis surat pribadi terdapat dalam kurikulum KTSP 2006, sedangkan dalam Kurikulum 2013 pembelajaran menulis puisi memang ditiadakan. Namun karena banyak sekolah yang masih menerapkan kurikulum KTSP 2006 dan pemerintah juga sempat menghentikan penggunaan kurikulum 2013 maka pembelajaran menulis surat pribadi pada kelas VII pun masih diajarkan.
(35)
Menulis surat dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama secara terpimpin. Dalam hal ini siswa menulis berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan. Kedua secara bebas. Siswa menulis secara bebas, tanpa ada patokan yang harus diikuti. 37
Guru: Bacalah surat berikut baik-baik, kemudian balaslah surat tersebut. Bogor, 21 Mei 1986 Cucunda tersayang,
Nenenda baru kelar dari RSU PMI Bogor. Penyakit maag Nenenda kumat lagi. Rupanya Nenenda salah makan. Syukurlah sudah sembuh lagi.
Bagaimana keadaanmu di sini? Pelajarammu majukah? Tentu saja maju, bukan? Rajin-rajinlah belajar agar engkau naik kelas.
Nenenda sangat rindu padamu. Bila sekolah libur datanglah ke Bogor. Nenenda menantikan kedatanganmu.
Sekianlah isi surat Nenenda sekali ini. Sampaikan salamku bagi kedua orang tuamu.
Peluk cium Nenenda bagimu dan adikmu.
Nenenda,
(R. Salim) Siswa : Membaca surat tersebut. Mereka membayangkan surat itu dari Neneknya, kemudian mereka membalas surat itu
Guru : Kini mari kita dengarkan jawaban surat itu. Hasan, silahkan maju ke depan!
Hasan : Maju ke depan dengan sigap. Membacakan balasan surat Nenenda. Hasil rekaman suara Hasan adalah sebagai berikut.
Nenenda tersayang,
Surat Nenenda telah saya terima. Saya senang karena Nenenda sehat kembali. Saya ucapkan selamat! Jaga makanan baik-baik Nek agar penyakit Nenenda tidak kambuh kembali.
37
Djago Tarigan, dan H. G. Tarigan,Teknik Pengajaran Keterampilan Bahasa,(Bandung: Angkasa), h. 221-222.
(36)
Minggu depan sekolah kami bertamasya ke Kebun Raya, Bogor. Saya akan menjenguk Nenenda.
Sekian surat saya sekali ini Nek, lain kali disambung lagi.
Peluk cium Cucunda, (Hasan)
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai tindak tutur dengan menggunakan analisis secara pragmatik memang sudah banyak dilakukan, tetapi penelitian mengenai tindak tutur ilokusi yang terfokus pada surat pribadi tidak ditemukan. Di bawah ini terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang telah dilakukan terkait dengan tindak tutur:
Skripsi Kenfitria Diah Wijayati (2009) dengan judul “Tindak Tutur Direktif dalam Pertunjukan Wayang Lakon Dewaruci oleh Dalang Ki Manteb Soedharsono” mendeskripsikan analisisnya sebagai berikut: (1) bentuk tindak tutur direktif yang ditemukan sebanyak 22 macam, yaitu tindak tutur menyuruh, menasihati, meminta izin, menguji, meminta restu, mengingatkan, memaksa, merayu, menantang, menyarankan, memohon, memperingatkan, menganjurkan, mengharap, mengajak, menyela/interupsi, menegur, memarahi, menagih janji, mempersilahkan, menginterogasi, dan melarang; (2) ditemukan 22 fungsi dan makna tuturan, hal ini bisa diketahui setelah tuturan itu digunakan dalam konteks pemakaian tuturan dalam peristiwa tutur; (3) faktor yang menentukan sebuah jenis tindak tutur sangat dipengaruhi oleh faktor penutur/mitra tutur, isi tuturan, tujuan pertuturan, situasi, status sosial, jarak sosial, dan intonasi.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Kenfitria Diah Wijayati dengan penulis terletak pada objek penelitiannya, apabila dalam skripsi Kenfitria yang menjadi objek penelitiannya adalah tindak tutur dalam sebuah pertunjukkan wayang, sedangkan dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah tindak tutur pada surat-surat H.B. Jassin. Selain itu, dalam penelitian Kenfitria yang menjadi fokus penelitian adalah terbatas pada tindak tutur direktif,
(37)
sedangkan dalam penelitian ini, fokus penelitian bukan hanya pada tindak tutur direktif tetapi semua tindak tutur ilokusi.
Skripsi Jamilatun (2011) dengan judul “Tindak Tutur Direktif dan Ekspresif Pada Rubrik Kriing Solopos (Sebuah Tinjauan Pragmatik) dengan hasil analisis sebagai berikut: terdapat wujud tindak tutur direktif yang terdapat dalam RKS sebanyak 12 jenis tindak tutur. Tindak tutur direktif itu meliputi tindak tutur mengajak, mengingatkan, melarang, menasihati, meminta, memohon, menyarankan, menyuruh, mengharap, mengusulkan, memperingatkan, dan mempertanyakan. Wujud tindak tutur direktif yang paling banyak ditemui adalah tindak tutur meminta dan memohon
Wujud tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam RKS sebanyak 43 jenis tindak tutur. Tindak tutur ekspresif itu meliputi tindak tutur memprotes, mengkritik, mendukung, menyetujui, menyindir, menyayangkan, berterima kasih, mengeluh, membenarkan, memuji, mencurigai,meminta maaf, mengklarifikasi, mengungkapkan rasa iba, mengungkapkan rasa bangga, mengungkapkan rasa salut, mengungkapkan rasa malu, mengungkapkan rasa kecewa, mengungkapkan rasa jengkel, mengungkapkan rasa prihatin, mengungkapkan ketidaksetujuan, mengungkapkan rasa heran, mengungkapkan rasa khawatir, mengungkapkan rasa ketidakpedulian, mengungkapkan rasa yakin, mengungkapkan rasa bingung, mengungkapkan rasa sakit hati, mengungkapkan rasa senang, mengungkapkan rasa simpati, mengungkapkan rasa marah, mengungkapkan rasa muak, mengungkapkan rasa resah, mengungkapkan rasa ngeri, mengungkapkan rasa sedih, mengungkapkan rasa syukur, mengucapkan selamat, mengejek,menghina, menyesal, menolak, mengevaluasi, mengungkapkan rasa berduka cita, dan mengumpat. Wujud tindak tutur ekspresif yang paling banyak ditemui adalah tindak tutur berterima kasih dan mengkritik.
Penelitian yang dilakukan oleh Jamilatun terfokus pada analisis tindak tutur direktif dan ekspresif dalam rubrik Kriiing Solopos, sedangkan penulis melakukan penelitian yang terfokus pada tindak tutur H.B. Jassin yang mengacu pada teori tindak tutur ilokusi Searle. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, ternyata tidak ditemukan penelitian mengenai tindak tutur ilokusi
(38)
dengan analisis yang terfokus pada surat pribadi H.B. Jassin. Untuk itu, pada penelitian ini, yang menjadi titik fokus penelitian, yaitu analisis tindak tutur ilokusi pada surat-menyurat H.B. Jassin serta implementasinya terhadap pembelajaran menulis surat pribadi pada SMP PGRI 371 Pondok Aren kelas VII.
Skripsi Edah Ajizah dengan judul “Ilokusi dalam Dialog Drama RT NOL RW NOL Karya Iwan Simatupang dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP”. Hasil analisis dalam skripsi tersebut adalah terdapat 289 dialog, ilokusi yang muncul, yakni ilokusi asertif sebanyak 179 tuturan, ilokusi direktif sebanyak 76 tuturan, ilokusi ekspresif sebanyak 14 tuturan, ilokusi komisif sebanyak sembilan tuturan, ilokusi deklarasi sebanyak 17 tuturan.
Terdapat perbedaan antara penelitian Enda Ajizah dengan penelitian yang penulis lakukan. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari segi objek penelitiannya. Apabila Enda meneliti tindak tutur ilokusi dalam naskah drama, sedangkan penulis melakukan penelitian terhadap surat-surat H.B. Jassin beserta balasannya. Berdasarkan penjabaran penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menyimpulkan penelitian terdahulu ke dalam bentuk tabel sebagai berikut:
1.1Tabel penelitian terdahulu
No Peneliti Judul Variabel Metode Analisis
Hasil Penelitian 1. Kenfitria
Dian Wijayati (2009)
“Tindak Tutur
Direktif dalam Pertunjukan Wayang Lakon
Dewaruci oleh Dalang Ki Manteb
Soedharsono”
Independen: 1. Pragmatik 2. Tindak tutur 3. Situasi tutur 4. Kesantunan
berbahasa 5. Implikatur 6. Wayang
Dependent
Tindak Tutur Direktif
Metode kontekstual dan metode padan
Bentuk tindak tutur direktif dalam Pertunjuk an Wayang Dewaruci oleh Ki Dalang Manteb Soedarsono adalah tindak tutur menyuruh, menasihati, meminta izin, menguji, meminta
(39)
restu, mengingat kan, memaksa, merayu, menantang, menyarank an, memohon, mem peringati, menganjur kan, mengharap kan, mengajak, menyela, menegur, memarahi, menangih janji, mempersila kan, mengintero gasi dan melarang.
2. Jamilatun (2011)
“Tindak Tutur
Direktif dan Ekspresif pada Rubrik KRIING SOLOPOS (sebuah tinjauan pragmatik)” Independent: 1. Pragmatik 2. Situasi tutur 3. Tindak tutur 4. Rubrik
Dependent:
Tindak Tutur Direktif
Metode padan
Wujud tindak tutur direktif yang terdapat dalam RKS sebanyak 12 jenis tindak tutur, wujud tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam RKS sebanyak 43 jenis. 3. Edah
Ajizah (2014)
“Ilokusi dalam
Dialog Drama RT Nol RW Nol Karya
Independent: 1. Pragmatik 2. Tindak tutur 3. Ilokusi
Model penelitian Miles dan Huberman
Dalam drama tersebut terdapat
(40)
Iwan Simatupang dan
Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra di
SMP”
4. Drama Dependen:
Tindak Tutur Ilokusi dalam Drama
dengan tahapan reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan/ verifikasi.
179 yang termasuk ke dalam ilokusi asertif, 76 ilokusi komisif, dan 17 buah ilokusi deklarasi.
(41)
28
penelitian, melalui metodologi penelitian, dapat dilihat proses mendapatkan sebuah data hingga proses mengolah data tersebut.
Skema konseptual (1)
Sumber Mahsun dan Meleong, yang telah dimodifikasi peneliti
A. Rancangan Penelitian
Berdasarkan skema konseptual di atas, rancangan penelitian tersebut berpijak pada tiga aspek, yaitu ancangan penelitian, metode penelitian, dan teknik penelitian. Ancangan penelitian yang digunakan adalah ancangan pragmatik, hal tersebut dikarenakan teori tindak tutur ilokusi merupakan salah satu materi yang dibahas dalam ruang lingkup pragmatik. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dan menggunakan beberapa teknik dalam penelitian.
B. Metodologi Penelitian
Metode penelitian merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud mendapatkan fakta dan simpulan agar dapat memahami, menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan keadaan. Melalui metode yang tepat, seorang peneliti tidak hanya mampu melihat
Metodologi Penelitian Ancangan
pragmatik
Metode kualitatif
Metode simak
Teknik
Teknik
dokumentasi Teknik simak
Teknik Simak
(42)
fakta sebagai kenyataan, tetapi juga mampu memperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi melalui fakta itu.1 Di dalam sebuah penelitian terdapat dua metode penelitian, yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif.
Pengamatan kuantitatif melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu. Untuk menemukan sesuatu dalam pengamatan, pengamat harus mengetahui apa yang menjadi ciri sesuatu itu. Untuk itu pengamatan mulai mencatat dan menghitung dari satu, dua, tiga, dan seterusnya. Berdasarkan pertimbangan demikian, kemudian peneliti menyatakan bahwa penelitian kuantitatif mencakup setiap jenis penelitian yang didasarkan atas perhitungan persentase, rata-rata, chi-kuadrat, dan perhitungan statistik lainnya. Dengan kata lain, penelitian kuantitatif melibatkan diri pada perhitungan atau angka atau kuantitas.2
Pendapat Bogma dan Guba dalam buku Uhar Suharsaputra, Penelitian kualitatif atau naturalistic inquiry adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati, sementara itu Kirk dan Miller mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.3
Menurut Jane Richie, penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial, dan perspektifnya di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti.4 Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif, karena data yang dianalisis tidak untuk menerima atau menolak hipotesis (jika ada), melainkan hasil analisis berupa deskripsi dari gejala-gejala
1
Syamsuddin AR,danVismaia S. Damaianti, MetodePenelitianPendidikanBahasa, (Bandung: RemajaRosdakarya, 2011), h. 14.
2
Lexy J. Moleong, MetodologiPenelitianKualitatif, (Bandung: RemajaRosdakarya, 2011),h. 3.
3
Uhar Suharsaputra,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2012), h. 181.
4
Lexy J. Moleong, MetodologiPenelitianKualitatif, (Bandung: RemajaRosdakarya, 2011), h. 6.
(43)
yang diamati, yang tidak selalu harus berbentuk angka-angka atau koefisien antarvariabel.5
Skripsi ini termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif, hal tersebut dikarenakan data-data yang diperoleh kemudian diolah dengan mendeskripsikan hasil temuan. Selain termasuk ke dalam jenis penelitian kualitatif, skripsi ini juga menggunakan metode simak dalam penyediaan datanya.
C. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah tindak tutur ilokusi dalam surat-surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya. Tindak tutur ilokusi yang menjadi acuan dalam menganalisis adalah kategori tindak tutur ilokusi yang dikelompokkan oleh Searle.
D. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah seluruh tuturan dalam surat-surat H.B. Jassin beserta balasannya yang telah ditemukan oleh peneliti sebanyak delapan surat, di antaranya adalah surat Maade kepada H.B. Jassin (data satu), surat H.B. Jassin kepada Maade (data dua), surat H.B. Jassin kepada Arsyad (data tiga), surat Arsyad kepada H.B. Jassin (data empat), surat Mak Soleha kepada H.B. Jassin (data lima), surat H.B. Jassin kepada Mak Soleha (data enam), surat H.B. Jassin kepada Yock Fang (data tujuh), dan surat Yock Fang kepada H.B. Jassin (data delapan).
Teknik yang digunakan dalam menentukan sampel, yaitu menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu menentukan sampel atas dasar beberapa pertimbangan. Pertimbangan peneliti dalam memilih sampel tersebut atas dasar karena surat-surat tersebut belum dibukukan oleh pihak H.B. Jassin atau pihak lain, selain itu peneliti hanya memilih surat yang masih ada balasannya. Peneliti hanya memilih delapan surat yang ada balasannya agar peneliti lebih mudah untuk menafsirkan maksud dan tujuan dari tuturan-tuturan yang terdapat dalam surat tersebut karena tuturan yang terdapat dalam surat balasan dapat dijadikan sebagai informasi tambahan dalam menentukan maksud dan tujuan isi surat.
5
(44)
E. Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan berbagai metode dan teknik yang sesuai dengan objek penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak, sedangkan untuk teknik yang digunakan adalah teknik dokumentasi, teknik simak bebas cakap, dan teknik catat. Aplikasi dari teknik dokumentasi yang diterapkan oleh peneliti, yaitu peneliti mencari secara langsung data primer berupa surat-surat yang masih tersimpan di Perpustakaan H.B. Jassin, selanjutnya penggunaan teknik simak bebas cakap dilakukan oleh peneliti setelah mendapatkan data primer kemudian peneliti membaca dengan cermat surat-surat pribadi yang telah ditemukan, dan selanjutnya menerapkan teknik catat dengan mencatat tuturan-tuturan dan mengklasifikasikan sesuai dengan kategori yang telah ditetapkan. Adapun penjabaran dari pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Metode Simak
Peneliti dalam upaya mendapatkan data dilakukan dengan menyadap penggunaan bahasa seseorang atau beberapa orang yang menjadi informan. Perlu ditekankan bahwa menyadap penggunaan bahasa yang dimaksudkan menyangkut penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis. Terkait hal ini, peneliti melakukan proses menyimak, membaca surat-surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya yang telah diperoleh.
a. Teknik Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu menggunakan teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber nonmanusia.
(45)
1. Dokumen Pribadi
Dokumen pribadi di sini adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis mengenai tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya.6 Beberapa dokumen yang merupakan dokumen pribadi adalah buku harian, surat pribadi, dan otobiografi.
Surat pribadi antara seseorang dengan anggota keluarganya dapat dimanfaatkan pula oleh peneliti. Hal itu bermanfaat untuk mengungkapkan hubungan sosial seseorang. Jika surat itu berisi masalah atau pengalaman yang berkesan dari penulisnya, maka surat pribadi itu akan bermanfaat bagi upaya menggambarkan latar belakang pengalaman seseorang.7Dalam penelitian ini, peneliti terlebih dahulu mencari sumber data di Perpustakaan H.B. Jassin kemudian memilih surat-surat yang belum dibukukan dan surat tersebut masih asli tulisan tangan H.B. Jassin, peneliti juga berusaha mencari surat-surat balasan yang diterima oleh H.B. Jassin. Pemerolehan data dalam penelitian ini, yaitu menggunakan sumber data tertulis berupa surat pribadi H.B. Jassin beserta balasannya. Sumber data tersebut didapat dari Perpustakaan H.B. Jassin.
b. Teknik Simak Bebas Cakap
Setelah mendapatkan surat-surat H.B. Jassin beserta balasan, langkah selanjutnya yaitu menggunakan teknik simak dan catat. Istilah menyimak di sini tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara tertulis. Metode ini memiliki teknik dasar yang berwujud teknik sadap. Teknik sadap disebut sebagai teknik dasar dalam metode simak karena pada hakikatnya penyimakan diwujudkan dengan penyadapan. Penyadapan penggunaan bahasa secara tertulis, jika penulis berhadapat dengan penggunaan bahasa bukan dengan orang yang sedang berbicara atau bercakap-cakap, tetapi berupa bahasa tulis, misalnya naskah-naskah kuno, teks narasi, bahasa-bahasa pada massmedia dan lain-lain.8
6
SyamsuddinAR ,danVismaia S.Damaianti,MetodePenelitianPendidikanBahasa, (Bandung: RemajaRosdakarya, 2011), h. 109.
7
Lexy J. Moleong,MetodologiPenelitianKualitatif, (Bandung: RemajaRosdakarya, 2011), h. 218.
8
Mahsun,Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya, (PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta), h. 92-93.
(46)
c. Teknik Catat
Selain penggunaan metode simak dalam menganalisis data, selanjutnya peneliti menggunakan teknik catat. Teknik catat adalah teknik lanjutan yang dilakukan ketika menerapkan metode simak.9 Teknik cacat dalam penelitian ini mengarah pada pencatatan kembali surat-surat H.B. Jassin beserta balasannya. Hal tersebut dilakukan agar surat tersebut agar lebih jelas terbaca dan memudahkan dalam proses analisis. Selain proses pencatatan kembali surat-surat yang menjadi objek penelitian, teknik catat juga dilakukan pada tahap pengklasifikasian data.
F. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa surat-surat H.B. Jassin beserta balasannya yang berhasil ditemukan di perpustakaan H.B. Jassin. Surat-surat yang berhasil ditemukan sebanyak delapan surat, empat surat merupakan surat H.B. Jassin dan empat surat merupakan balasannya.
G. Analisis Data
Analisis data merupakan upaya yang dilakukan untuk mengklasifikasikan, mengelompokkan data. Pada tahap ini dilakukan upaya mengelompokkan, menyamakan data yang sama, dan membedakan data yang memang berbeda, serta menyisihkan pada kelompok data yang serupa, tetapi tak sama.10
Berdasarkan data-data yang telah diperoleh, langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut dengan cara menganalisis sesuai dengan acuan teori yang digunakan. Dalam analisis data, penulis menggunakan metode padan ekstralingual untuk mengidentifikasi data, penulis juga menggunakan teori identifikasi data F.X. Nandar yang terdapat dalam bukunya yang berjudul Pragmatik & Penelitian
Pragmatik.Selanjutnya, peneliti menganalisis bentuk-bentuk tuturan dalam
surat-surat pribadi dengan acuan teori tindak tutur ilokusi Searle.
9
Ibid,. h. 93.
10
Mahsun,Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya,(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012), h. 253.
(47)
1. Metode Padan Ekstralingual
Metode padan ektralingual ini digunakan untuk menganalisis unsur yang bersifat ekstralingual, seperti menghubungkan masalah bahasa dengan hal yang berada di luar bahasa.11
a. Analisis Identifikasi dan Klasifikasi Data
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu tindak tutur ilokusi dalam surat-surat H.B. Jassin beserta balasannya. Kegiatan analisis yang dilakukan, yaitu melakukan penyusunan data dengan cara mengidentifikasikan data, bentuk identifikasi data berdasarkan metode simak yang telah dicontohkan oleh F.X. Nandar dalam bukunya Pragmatik dan Penelitian Pragmatik contoh:12
DATA 1
1. Lokasi percakapan : ruang keluarga 2. Suasana percakapan : informal, santai 3. Keadaan emosi percakapan : normal.
4. Identitas penutur
a. Gender : wanita
b. Umur : 47 tahun
c. Pekerjaan : pedagang
d. Domisili : Sleman Timur, Yogyakarta e. Daerah asal : Cikalan, Boyolali
f. Bahasa yang dipakai sehari-hari : Bahasa Jawa 5. Identitas lawan tutur
a. Gender : wanita
b. Umur : 13 tahun
c. Pekerjaan : pelajar
d. Domisili : Klaten
e. Daerah asal : Klaten
11
Mahsun,Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya,(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), h. 120.
12
F.X. Nandar,Pragmatik & Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.147-148.
(1)
H E ,€ * * *
E i: i:
t
LEMBAR UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian skripsi yang
berjudul "Tindak
Tutur
Ilokusi
pada Surat-suratH.B.
Jassin beserta Balasannya dan Implikasinya terhadap Pernbelajaran Bahasa clan Sastra Indonesiadi
SMPPCRI
371 PondokAren"
yang
disusunoleh
DEVI ARISTIYANI,
NIM
1111013000074, Jurusanpendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
Ilmu
Tarbiyah dan KeguruanUniversitas
islam Negeri Syarif
Hidayatullah
lakarta,
telah
disetujuikebenarannya olehl8osen pembimbing skripsi
pada
Kamis, 01 Oktober 2015'Ciputat, 01 Oktober 2015 Dosen Pembimbing
w
Dr.
Darsita
Suparno,M.Hum
NrP.
196108071993032001(2)
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama
:Devi
Aristiyani
NIM
: 1111013000074Jurusan/Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul
Skripsi
:Tindak Tutur Ilokusi
pada Surat-SuratH.B.
Jassin beserta Balasannya danImplikasinya
terhadap Pembelajaran Bahasadan
Sastra Indonesiadi
SMPPGRI371
Pondok ArenNo. Referensi Paraf
I
Ajizah,
Edah.Ilokusi
dalam
Dialog Drama RT
Nol
RW
Nol
Karya
lwan
Simatupang
dan
Implikasinya
TerhadapPembelajaran Bahasa dan Sastra
di
SMP. Jakarta:UIN
Syarif
Hidayatullah. 2014.
q
2.Ali,
Adlan
&,
Tanzll.
Pedoman Lengkap
Menulis
Surat.Tangerang: PT. Kawan Pustaka. 2006.
8
J.
Alwasilah
,
A.
Chaidar. Sosiologi Bahasa. Ban<iung: Angkasa.1993.
u
4
Aslinda,
dan
Leni
Syafyahya. Pengantar
Sosiolinguistih.Bandung: PT. Refika Aditama. 2007.
v
5
Austin,
J.L.How
to
do
Thingswith
Words. Cambrige: HarvardUniversity Press. 1 962.
q
6
Black,
Elizabeth.
Stilistika.
Pragmatis. Yogyakarla:
PustakaPelaiar. 2011.
ry
7. Cangara, Hafied. Pengantar
llmu
Komunikasi. Jakarla: PT. RajaGrafindo Persada. 2012.
'I
8. Chaer,
Abdul
dan Leonie Agustina. Sosiolinguistik PerkenalanAwal. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2010. W
9.
Cummings,
Louise.
Pragmatik Sebuah
PerspektifMultidis
ipliner.
Y o gyakarta: Pustaka Pelai ar. 2007 .a
10.
Djajasudarja,
Fatimah.
WacanaPemahaman
dan
HubunganAntarunsur. Bandung:Refika Aditama. 201 0.
ej
11 Djajasudarja,
Fatimah.
Wacanadan Pragmatik.
Bandung: PT.(3)
12. Hindun.
Pragmatik
untukPerguruan
Tinggi. Depok:Nufa
CitraMandiri.2012.
9t
13.
Ibrahim,
Abd
Syukur.
Kajian
Tindak
Tutur.
Surabaya: UsahaNasional. 1993.
8
14. Ihsan, Diemroh. Pragmatik,
Analisis
Wacana, dan Guru Bahasa.Palembang: Universitas Sriwijaya . 201
l.
a
15.Jamilatun.
Tindak Tutur
Direktif
danKRIING
SOLOPOS (sebuah
tinjauanUniversitas Sebelas Maret. 2011.
Elrspresif
pada
Rubrik
pragmatik).
Surakarta:W 16. Jassin,
H.B.
diedit oleh Pamusuk Eneste. H.B. Jassin Surat-Surat1943-198i.
Jakarta; PT. Gramedia. 1984.v
17.
Leech, Geoffrey,
penerjemah
M.D.D.
Oka.
Prinsip-Prinsip
Pragmatik. Jakarta:
UI
Press. 2011.v
18. lvlahsun. Metode
Penelitian
Bahasa Tahapan Strategi, Metode,dan
Teloihrya.
Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada. 2005. el 19.Moleong,
Lexy J.
Metodologi Penelitian Kualitatzf,
Bandung:Remaja Rosdakarya. 201
l.
g
20. Mulyana.
Kajian
lilacana. Yogyakarta: Tiara Wacana. 2005.a
21. Nandar,
F.X. Pragmatik
dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta:Graha
Ilmu.
2009. eJ22. Pangaribuan,
Tagor. Paradigma
Bahasa. Yogyakarta:
GrahaIlmu.2008.
b
23. Put-wo, Bambang Kaswanti. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa.
Yogyakarla: Kanisius. 1 990.
I
24.
R.
Searle,John.
SpeechAct An
EssayIn
ThePhilosophy
Of
Language. London: Cambrige University Press. 1969.
v
25.
Rahardi, Kunjana. Pragmatik
Kesantunan
Imperatif
BahasaIndonesia. Jakarta: Erlangga. 2005.
g
26. Rahardi, Kunj ana. S o s i op r a gm atik. J akarta: Erlangga . 2009 .
\
27. Rampan,Korrie
Layun. Jejak Langkah Sastra Indonesia. Flores:Nusa Indah. 1986.
fr
28. Rampan,
Korrie
Layun.
Leksikon SusastraIndonesia.
Jakarta:(4)
29.
Rani, Abdul, dkk.
Analisis
Wacana.
Malang:
BayumediaPusblishing. 2004. 9\
30.
Siahaan,
S.M.
Komunikasi
Pentalxamandan
Penerapanr4ta.Jakarta: PT. BPK Gunung
Mulia.
1990.,r
31
Soedjito, dan
Solchan
TW.
Surat Menyurat
Resmi
BahasaIndonesia. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. 2004.
q
32 Subana,
M.
Dasar-Dasar
Penelitian
llmiah.
Bandung:
CV.Pustaka Setia. 2001.
v
-)J. Suharsaputra,
Uhar. Metode Penelitian
Kuantitatif,
Kualitatif
dan Tindakan. Bandung: PT. Refika Aditama. 2014. vt 34. Sumarsono. Filsafat Bahasa. Jakarta: Gramedia. 2004.
el
35. Suryadi, Asyraf. Menulis Berkomunikasi dengan Surat. Pangkal
Pinang:
UBB
Press. 2010.,t
36. Syamsuddin,
dan Vismaia
S.
Damaianti.
Metode
PenelitianPendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2011. U
7t.
Tarigan,
Djago,
dan
H. G.
Tarigan. Telodk
PengajaranKeterampilan Bahasa. Bandung: Angkasa. 1987.
\
38. Tarigan, Djago. Proses
Belajar
MengajarPragmatik.
Bandung:Angkasa. 1990.
ry
39.
Wijana
,
I
Dewa Putu. Dasar-Dasar Pragmatik.
Yogyakarta:Percetakan
ANDI.
1996.ry
40.
Wijayati,
Keyfitria Diah.
Tindak
Tutur Direktif
dalamPertunjukan
Wayang LakonDewaruci
olehDalang
Ki
Manteb(5)
FORM (FR)
KEMENTER]AN AGAMA
UIN
JAKARTA
FITKJl. lr. H. Juanda No 95 Ciplnil 15412 lndonesia
SURAT BIMBINGAN
SKRIPSI
No. Dokumen FITK-FR-AK Tgl. Terbit
:
1 Maret 20 No. Revisi::
111Jakarta, 2 Desember 2014
Hal
Nomor : Un.0l/F. 1iKM.0l
.ttil.6.Bnotq
Lamp.
:-Hal
: Bimbingan SkripsiNanra
NIM
Jurusar.r
Selnester
Judul Skripsi
Ternbusan:
-L
Dekan FITK2.
Mahasisrva ybsKepada Ytli.
Dre. Darsita, Nl.HLrrrr.
Pembirnbing Skripsi
Fakultas Ilrnu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif I{idayatu I lali
Jakarta.
Ass al a mu' al aikunt wr.wb.
Dengan
ini
diharapkan kesediaan Saudarauntuk
menjadi
pembirnbingIl
(materi/teknis) penulisan skripsi rnahasiswa: Devi Aristiyani
1 1 I 1013000074
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
VII
(TLrjuh)Tindak
Tutur
Ilol<usi
1,lda
Surat-Surat
H.B.
Jassin
daInrplikasinva terhaclap Pernbelajaran cli SNII'
Judul tersebut telah disetujui oleh Jr-rr-usan yang bersangkutan pada tanggal
I
Desentber 2014abstraksi/oztline terlanpir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul tersebr-rt
Apabila pembahan substansial dianggap
perlu,
rnohon pembirnbing rnenghubungi Junrsar terlebih dahulu.Bimbingan skripsi
ini
diharapkan selesai dalanr rvaktir 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjanlselama 6 (enam) bulan berikr-rtnya tanpa surat perilanJangan.
Atas perhatian dan kerja
LYcrs.s a I a r t ru' a I a i ktrnt v, r.w b.
ucapkan terima kasih
Indonesia
Si ariultcti9..r(t."r 1e600)p4 I 99002
(6)