Perbandingan Motif Prososial Pada Siswa Usia 11-15 Tahun Yang Mengikuti Kegiatan Prmuka dengan Yang Tidak Mengikuti Pramuka di SLTPK "X" Kota Bandung.

(1)

iii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini diadakan untuk melihat perbandingan motif prososial siswa usia 11-15 tahun yang mengikuti kegiatan pramuka dan yang tidak di SLTPK `X` Bandung. Motif prososial dapat dikembangkan sejak usia dini, selain keluarga sekolah juga menjadi wadah untuk mengembangkan motif prososial. Salah satunya melalui kegiatan ekstrakulikuler pramuka, kegiatan pramuka yang terdiri atas task oriented dan communion oriented dapat mengembangkan aspek kognitif dan afeksi dari motif prososial.

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori motif prososial dari Hoffman (1975). Motif prososial itu terbagi atas dua aspek yaitu aspek kognitif dan afektif. Aspek kognitif terdiri atas tiga elemen yaitu elemen persepsi tentang situasi, perspektif sosial dan nilai prososialitas. Aspek afektif terdiri atas empati dan afek positif.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda komparatif. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur motif prososial adalah tes-skenario-situasi prososial terdiri dari sepuluh situasi yang disusun oleh peneliti. Tes-skenario-situasi prososial ini menjaring lima elemen motif prososial (Hoffman,1975). Untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan dapat menjaring motif prososial siswa usia 11-15 tahun di SLTPK `X` Bandung, maka dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada alat ukur tersebut. Hasil try out diketahui bahwa validitas alat ukur berkisar antara 0,367 sampai 0,754 dan reliabilitasnya adalah 0,784.

Berdasarkan pengolahan data secara statistik, maka diperoleh hasil rs 0,303, ini menunjukkan ada perbedaan dalam derajat kecil antara motif prososial siswa yang mengikuti kegiatan pramuka dengan yang tidak di SLTPK `X` Bandung. Dari hasil tersebut berarti bahwa ternyata kegiatan pramuka memberikan kontribusi yang kecil terhadap tumbuh kembang motif prososial pada siswa SLTPK `X` Bandung.

Dari hasil penelitian, maka disimpulkan bahwa Terdapat faktor lain yang memberikan kontribusi terhadap motif prososial selain kegiatan pramuka, faktor tersebut adalah sosialisasi di lingkungan keluarga dan sekolah. Keluarga dan sekolah yang kondusif memberikan pengaruh yang positif terhadap perkembangan motif prososial. Mengingat penelitian ini menunjukkan perbedaan dalam derajat rendah maka disaranakan untuk penelitian selanjutnya dilakukan pada situasi sosial yang lain dengan memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap motif prososial dan digali secara akurat.


(2)

viii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL BAGIAN DALAM i

LEMBAR PENGESAHAN ii ABSTRAK iii KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI viii DAFTAR BAGAN xi DAFTAR TABEL xii DAFTAR LAMPIRAN xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ………. 1

1.2 Identifikasi Masalah ……… 7

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ………...………. 7

1.3.1 Maksud Penelitian ………...……… 7

1.3.2 Tujuan Penelitian ………..……….. 8

1.4 Kegunaan Penelitian ………..……….. 8

1.4.1 Kegunaan Ilmiah ………...……….. 8

1.4.2 Kegunaan Praktis …………...………... 8

1.5 Kerangka Pemikiran …………...……….……... 9

1.6 Asumsi ………...……….…...…. 17


(3)

ix

Universitas Kristen Maranatha

BAB II. TINJAUAN TEORETIS

2.1 Sejarah Prososial ……….………. 18

2.1.1 Pengertian Prososial ………..……. 18

2.1.2 Peran Kognitif Pada Tingkah Laku Prososial ………. 22

2.1.3 Peran Afeksi Pada Tingkah Laku Prososial ……… 23

2.1.4 Dasar Motivasional Tingkah Laku Prososial ……….. 24

2.1.5 Faktor-Faktor Pribadi Yang Mempengaruhi Motif Prososial ………...27

2.1.5.1 Usia ………..……...27

2.1.5.2 Jenis Kelamin ………..………29

2.1.5.3 Perkembangan Kognitif ………..……....30

2.1.5.4 Ciri-Ciri Kepribadian ………..…………....30

2.1.6 Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Motif Prososial …….…31

2.1.7 Motif Prososial ………...…. 33

2.2 Remaja ………... 38 2.2.1 Batasan Masa Remaja ………...……… 38

2.2.2 Perkembangan Kognitif Remaja……….39

2.2.3 Perkembangan Motif Prososial Pada Remaja……….41

2.3 Pramuka ………. 41 2.3.1 Sejarah Pramuka ……… 41


(4)

x

Universitas Kristen Maranatha

2.3.3 Pramuka Penggalang, Prinsip dan Janji-janji Pramuka ………. 44

2.3.4 Kegiatan Pramuka ………. 46

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ……….……….. 48

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ……….…………. 49

3.2.1 Variabel Penelitian ………... 49

3.2.2 Definisi Operasional ……… .. 49

3.3 Alat Ukur ……….………… 51

3.3.1 Jenis Alat Ukur ………..……… 51

3.3.2 Prosedur Pengisian ………..….…….. 51

3.3.3 Sistem Penilaian ……….…..…….. 51

3.3.4 Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ……… 55

3.3.5 Data Penunjang ………..… 56 3.4 Populasi Sasaran dan Teknik Sampling ……….……..… 56

3.4.1 Populasi Sasaran ……….………..…. 56

3.4.2 Karakteristik Populasi ………... 56

3.4.3 Teknik Sampling ………... 56

3.5 Teknik Analisis ………... 57

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden ……….... 60


(5)

xi

Universitas Kristen Maranatha

4.2 Data Hasil Penelitian ………. 60

4.2.1 Uji Beda ………... 60

4.2.2 Gambaran Motif Prososial Responden ……….... 61

4.2.3 Gambaran Aspek Motif Prososial Responden ………. 62

4.2.3.1 Afektif ………...… 62

4.2.3.2 Kognitif ………. 62

4.2.4 Gambaran Elemen Motif Prososial ………... 63

4.2.4.1 Elemen Persepsi Tentang Situasi ………... 63

4.2.4.2 Elemen Perspektif Sosial dan Empati ………... 63

4.2.4.3 Elemen Afek Positif ………... 64

4.2.4.4 Elemen Nilai Prososialitas ………... 64

4.3 Pembahasan ……….…...…….. 65

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……….…. 71

5.2 Saran ……….... 71

5.2.1 Saran Praktis ……….. 71

5.2.2 Saran Penelitian Lanjutan ……….. 71

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RUJUKAN LAMPIRAN


(6)

xi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

halaman Bagan 1.1. Kerangka pemikiran ………..….………….. 16 Bagan 3.1. Rancangan penelitian ………..……... 50


(7)

xii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 3.1 Tabel kata kunci dan nilai ...…....……...………….. 56

Tabel 3.2 Uji signifikansi hipotesis ...…………... 60

Tabel 4.1 Tabel jenis kelamin responden ... 62

Tabel 4.2 Tabel perhitungan statistik uji beda motif prososial antara siswa yang mengikuti kegiatan pramuka dengan yang tidak mengikuti ... 63

Tabel 4.3 Tabel gambaran motif prososial responden ... 63

Tabel 4.4. Tabel gambaran aspek afektif ... 64

Tabel 4.5 Tabel gambaran aspek kognitif ... 64

Tabel 4.6 Tabel gambaran elemen persepsi tentang situasi ... 65

Tabel 4.7 Tabel gambaran perspektif sosial dan empati ... 66

Tabel 4.8 Tabel gambaran elemen afek positif ... 66


(8)

xiii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner dan data penunjang Lampiran 2 Validitas dan reliabilitas alat ukur Lampiran 3 Data mentah siswa pramuka

Lampiran 4 Skoring motif prososial siswa pramuka Lampiran 5 Data penunjang siswa pramuka

Lampiran 6 Data mentah motif prososial non pramuka Lampiran 7 Skoring motif prososial siswa non pramuka Lampiran 8 Data penunjang siswa non pramuka

Lampiran 9 Tabulasi silang siswa yang mengikuti kegiatan pramuka dan yang tidak dengan data penunjang


(9)

L


(10)

Lampiran 1

PETUNJUK PENGISIAN

Pada hal-hal halaman berikut, akan terdapat cerita mengenai suatu kejadian yang mungkin pernah kamu alami. Bayangkanlah kamu mengalami kejadian seperti dalam cerita tersebut. Selanjutnya setelah cerita tersebut kamu akan menemukan beberapa buah pertanyaan. Jawablah pertanyaan tersebut sesuai dengan penghayatan kamu terhadap kejadian dalam cerita tersebut. Tidak ada jawaban yang salah atau benar, karena setiap orang mempunyai alasan masing-masing dalam memberikan jawabannya. Jangan lewatkan satu pertanyaan pun.


(11)

CERITA I

Saat istirahat siang dihalaman sekolah terdapat adik-adik kelas sedang bermain sepak bola. Kamu sedang berjalan melewati lapangan bola tersebut menuju ke kantin untuk makan siang. Perut kamu sudah terasa lapar, kamu ingin cepat tiba dikantin untuk membeli semangkuk baso. Namun saat melintasi lapangan bola tersebut seorang adik kelas yang berada dekat kamu terkena bola yang ditendang oleh temannya. Bola tersebut mengenai hidungnya dan menyebabkan hidungnya berdarah.

1. Apa yang sedang terjadi?

2. Menurutmu, apa yang dirasakan/dialami oleh adik kelasmu?

3. Apa yang kamu rasakan terhadap adik kelasmu itu?


(12)

CERITA II

Suatu hari kamu disuruh oleh ibu untuk cepat pergi berbelanja keperluan untuk makan siang. Ketika berjalan menuju ke pasar, kamu melihat seorang kakek tua sedang memikul banyak barang untuk dinaikan ke dalam gerobak. Kakek tersebut terlihat sangat kelelahan dan kesulitan untuk menaikan semua barangnya kedalam gerobaknya.

1. Apa yang sedang terjadi?

2. Menurutmu, apa yang dirasakan/dialami oleh kakek itu?

3. Apa yang kamu rasakan terhadap kakek itu?


(13)

CERITA III

Salah seorang teman kelasmu tidak masuk kelas dikarenakan sedang sakit. Kebetulan rumah teman sekelasmu yang sakit dekat dengan rumahmu. Temanmu yang sakit itu telah ketinggalan beberapa mata pelajaran. Setelah pulang sekolah kamu harus pergi les. Namun dikarenakan masih ada waktu kamu memutuskan untuk menjenguk temanmu yang sakit. Saat itu temanmu minta dipinjamkan catatan pelajaran yang tertinggal dan juga minta diajarkan matematika dikarenakan dia akan masuk sekolah dan mengikuti ujian susulan matematika tersebut besok.

1. Apa yang sedang terjadi?

2. Menurutmu, apa yang dirasakan/dialami teman sekelasmu itu?

3. Apa yang kamu rasakan terhadap teman sekelasmu itu?


(14)

CERITA IV

Guru memberi tugas pelajaran IPS, kamu disuruh untuk mencari nama presiden atau kepala negara yang berkuasa saat ini di asia. kamu pergi ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas IPS yang diberikan oleh gurumu. Saat di perpustakaan kamu melihat temanmu sedang bingung mengerjakan tugas matematikanya. Padahal tugas matematika tersebut harus dikumpulkan besok.

1. Apa yang sedang terjadi?

2. Menurutmu, apa yang dirasakan/dialami temanmu itu?

3. Apa yang kamu rasakan terhadap temanmu itu?


(15)

CERITA V

Sepulang sekolah kamu bersama temanmu akan pergi membeli buku komik terbaru. Kamu sudah menyiapkan uang untuk membeli buku tersebut. Dalam perjalan menuju toko buku, ada seorang nenek-nenek yang sudah tua dan sakit. Dia mengemis dipinggir jalan, meminta sedekah untuk membeli makanan. Nenek tersebut sudah seharian belum makan, badannya terlihat sangat lemah.

1. Apa yang sedang terjadi?

2. Menurutmu, apa yang dirasakan/dialami pengemis itu?

3. Apa yang kamu rasakan terhadap pengemis itu?


(16)

CERITA VI

Ketika pulang pulang sekolah kamu menuju ruang belajar untuk mengerjakan PR matematika yang diberikan oleh guru. PR matematika tersebut sangat banyak dan harus dikumpulkan besok. Namun saat berjalan menuju ruang belajar, kamu melihat adik sedang mengunting kertas untuk membuat PR prakaryanya. Adik terlihat kesulitan mengunting kertasnya, banyak kertas berserakan dilantai. Dia terlihat bingung bagaimana membuat PR prakaryanya.

1. Apa yang sedang terjadi?

2. Menurutmu, apa yang dirasakan/dialami adikmu itu?

3. Apa yang kamu rasakan terhadap adikmu itu?


(17)

CERITA VII

Kamu sedang berlari menuju sekolah, saat itu jam menunjukkan jam tujuh kurang lima menit. Kamu tidak ingin terlambat masuk sekolah. Namun saat dijalan kamu melihat guru wali kelasmu sedang membawa banyak buku. Begitu banyaknya buku yang dibawa sehingga guru wali kelasmu terjatuh ke tanah. Guru wali kelasmu kesulitan untuk mengambil buku yang berserakan di tanah.

1. Apa yang sedang terjadi?

2. Menurutmu, apa yang dirasakan/dialami ibu gurumu itu?

3. Apa yang kamu rasakan terhadap ibu gurumu itu?


(18)

CERITA VIII

Hari ini di sekolah di bagikan rapot, kamu senang karena rapot kamu bagus. Kamu cepat-cepat pulang untuk menunjukkan rapot tersebut pada ibu. Namun saat berjalan melewati gerbang sekolah, ada temanmu sedang duduk di depan gerbang. Temanmu sedang termenung sambil menangis memandangi rapotnya.

1. Apa yang sedang terjadi?

2. Menurutmu, apa yang dirasakan/dialami temanmu itu?

3. Apa yang kamu rasakan terhadap temanmu itu?


(19)

CERITA IX

Kamu sedang mengerjakan PR di kamarmu, kamu merasa haus. Kemudian pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Di dapur terlihat ibu sedang sibuk memasak, banyak sampah berserakan. Ibu sedang menyiapkan makan malam. Piring kotor pun berhamburan, adikmu yang paling kecil berlari-lari sambil merengek minta makan pada ibu.

1. Apa yang sedang terjadi?

2. Menurutmu, apa yang dirasakan/dialami oleh ibumu itu?

3. Apa yang kamu rasakan terhadap ibumu itu?


(20)

CERITA X

Hari ini kamu mendapat uang jajan tambahan dari ibu, kamu berencana untuk membeli alat tulis. Saat tiba di sekolah, kamu melihat teman sekolah sedang mengumpulkan dana untuk membantu korba bencana banjir yang melanda ibu kota. Sumbangan dapat berupa barang ataupun uang, saat ini korban bencana banjir semakin banyak dan mengalami gangguan kesehatan.

1. Apa yang sedang terjadi?

2. Menurutmu, apa yang dirasakan/dialami orang-orang itu?

3. Apa yang kamu rasakan terhadap orang-orang itu?


(21)

DATA PENUNJANG

Jenis Kelamin :

Usia :

Kelas :

Anak ke ………….. dari ………….. bersaudara

Jawablah dengan jujur pertanyaan-pertanyaan di bawah ini. Pilih jawaban yang sesuai bila tidak ada jawaban yang sesuai, isilah pada kolom yang kosong.

Jawaban boleh lebih dari satu

1. Berapa banyak teman yang kamu miliki? a. 1-3 Orang

b. 4-6 Orang

c. Lebih dari 6 Orang

2. Apa saja kegiatan yang kamu lakukan bersama teman-temanmu? a. Ngobrol/bercakap-cakap, nonton TV, Jalan-jalan

b. Mengerjakan PR c. Olah raga

3. Kegiatan ekstrakurikuler apa saja yang kamu ikuti di Sekolah? a. Pramuka

b. Komputer c. Les pelajaran

d. ……….


(22)

4. Sudah berapa lama kamu mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tersebut? a. kurang dari 1 tahun b. lebih dari 1 tahun

5. Alasan kamu mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tersebut? a. diajak teman

b. keinginan sendiri c. disuruh orang tua d. diwajibkan sekolah

e. ………..

6. Apakah orang tua di rumah sering ikut serta dalam kegiatan sosial? a. sering b. kadang-kadang c. tidak pernah

7. Apakah di keluarga diajarkan untuk menolong atau membantu orang yang mengalami kesulitan?

a. ya b. tidak

8. Apakah kamu sering membantu ibu di rumah?

a. sering b. kadang-kadang c. tidak pernah 9. Apakah kamu sering membantu adik atau kakak di rumah?

a. sering b. kadang-kadang c. tidak pernah

10.Apakah guru di sekolah diterapkan aturan setiap anak harus membantu teman yang mengalani kesulitan?

a. ya b. tidak

11.Apakah kamu sering berpartisipasi dalam kegiatan sosial? a. sering b. kadang-kadang c. tidak pernah


(23)

Lampiran 2 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Validitas

Untuk mengetahui apakah cerita mengenai berbagai situasi prososial yang disertai empat pertanyaan yang dibuat dalam alat ukur dapat menjaring motif prososial pada siswa SLTP ‘X’ Bandung maka dilakukan uji coba terhadap alat ukur. Validitas alat ukur menyangkut apa yang diukur tes dan seberapa baik tes itu bisa mengukurnya (Anastasi & Urbina, 1998). Pengujian validitas alat ukur menggunakan rumus Spearman Ro (rs) yang perhitungannya dilakukan oleh SPSS versi 15.0. cara untuk menentukan validitas item adalah dengan membandingkan nilai korelasi yang diperoleh dengan kriteria dari Friedenberg &

Kaplan (1995), yaitu:

< 0,3 = Item ditolak dan tidak dapat dipakai > 0,3 = Item diterima dan dapat dipakai

Setelah dilakukan try out, diketahui bahwa validitas alat ukur ini berkisar antara 0,367 sampai 0,754

ITEM VALIDITAS KETERANGAn

1 0,552 Diterima

2 0,433 Diterima

3 0,367 Diterima

4 0,632 Diterima

5 0,504 Diterima

6 0,723 Diterima

7 0,539 Diterima

8 0,407 Diterima

9 0,754 Diterima

10 0,671 Diterima


(24)

Reliabilitas

Reliabilitas alat ukur adalah konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika mereka diuji-ulang dengan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen yang berbeda, atau dibawah kondisi pengujian yang berbeda (Anastasi & Urbina, 1998). Pengujian

reliabilitas alat ukur dilakukan dengan rumus “Alpha Cronbach”. Tolak ukur untuk menafsirkan tinggi rendahnya derajat reliabilitas alat ukur juga berdasarkan tolak ukur Cronbach, yaitu jika r ≥ 0,6 berarti alat ukur yang disusun reliabel. Pengujian reliabilitas alat ukur menggunakan Spearman Ro (rs) dengan SPSS versi 15.0.

Setelah dihitung reliabilitas alat ukur ini memiliki r = 0,784 berarti alat ukur ini reliabel.


(25)

Lampiran 9 Tabulasi Silang Siswa yang Mengikuti Kegiatan Pramuka dan yang Tidak

dengan Data Penunjang

Tabel 9.1 Tabulasi silanng siswa yang mengikuti kegiatan pramuka dan yang tidak dengan usia

Siswa

Total Pramuka Non Pramuka

U

si

a

13

3 4 7

5.0% 6.7% 11.7%

14

15 15 30

25.0% 25.0% 50.0%

15

12 11 23

20.0% 18.3% 38.3%

Total

30 30 60

50.0% 50.0% 100.0%

Tabel 9.2 Tabulasi silang siswa yang mengikuti kegiatan pramuka dan yang tidak dengan kelas

Siswa

Total Pramuka Non Pramuka

K

el

as

8

17 16 33

28.3% 26.7% 55.0%

9

13 14 27

21.7% 23.3% 45.0%

Total

30 30 60

50.0% 50.0% 100.0%

Tabel 9.3 Tabulasi silang siswa yang mengikuti kegiatan pramuka dan yang tidak dengan jenis kelamin

Siswa

Total Pramuka Non Pramuka

Je n is k el ami n Laki-laki

19 19 38

31.7% 31.7% 63.3%

Perempuan

11 11 22

18.3% 18.3% 36.7%

Total

30 30 60


(26)

Tabel 9.4 Tabulasi silang siswa yang mengikuti kegiatan pramuka dan yang tidak dengan urutan kelahiran

Siswa

Total Pramuka Non Pramuka

U ru tan k el ah ir an Tunggal

1 3 4

1.7% 5.0% 6.7%

Sulung

13 13 26

21.7% 21.7% 43.3%

Tengah

10 8 18

16.7% 13.3% 30.0%

Bungsu

6 6 12

10.0% 10.0% 20.0%

Total

30 30 60

50.0% 50.0% 100.0%

Tabel 9.5 Tabulasi silang siswa yang mengikuti kegiatan pramuka dan yang tidak dengan banyaknya teman

Siswa

Total Pramuka Non Pramuka

Ban

yak

te

man

1-3 orang 3 7 10

5.0% 11.7% 16.7%

4-6 orang

17 17 34

28.3% 28.3% 56.7%

Lebih dari 6 orang

10 6 16

16.7% 10.0% 26.7%

Total

30 30 60

50.0% 50.0% 100.0%

Tabel 9.6 Tabulasi silang siswa yang mengikuti kegiatan pramuka dan yang tidak dengan kegiatan bersama teman

Siswa

Total Pramuka Non Pramuka

K egi atan d en gan te man Ngobrol/jalan-jalan

24 20 44

40.0% 33.3% 73.3%

Mengerjakan PR

3 6 9

5.0% 10.0% 15.0%

Olah Raga

3 4 7

5.0% 6.7% 11.7%

Total

30 30 60


(27)

Tabel 9.7 Tabulasi silang siswa yang mengikuti kegiatan pramuka dan yang tidak dengan kegiatan ekskul

Siswa

Total Pramuka Non Pramuka

K egi atan s is w a Pramuka

30 0 30

50.0% .0% 50.0%

Komputer 0 4 4

.0% 6.7% 6.7%

Les pelajaran

0 9 9

.0% 15.0% 15.0%

Lainnya

0 3 3

.0% 5.0% 5.0%

Tidak ada

0 14 14

.0% 23.3% 23.3%

Total

30 30 60

50.0% 50.0% 100.0%

Tabel 9.8 Tabulasi silanng siswa yang mengikuti kegiatan pramuka dan yang tidak dengan lamanya mengikuti kegiatan ekskul

Siswa

Total Pramuka Non Pramuka

Laman

ya

Kurang dari 1 tahun

9 16 25

15.0% 26.7% 41.7%

Lebih dari 1 tahun

21 14 35

35.0% 23.3% 58.3%

Total

30 30 60

50.0% 50.0% 100.0%

Tabel 9.9 Tabulasi silanng siswa yang mengikuti kegiatan pramuka dan yang tidak dengan alasan mengikuti kegiatan ekskul

Siswa

Total Pramuka Non Pramuka

A las an i k u t Diajak teman

12 3 15

20.0% 5.0% 25.0%

Keinginan Sendiri

18 4 22

30.0% 6.7% 36.7%

Orang tua

0 9 9

.0% 15.0% 15.0%

Lainnya

0 14 14

.0% 23.3% 23.3%

Total

30 30 60


(28)

Tabel 9.10 Tabulasi silanng siswa yang mengikuti kegiatan pramuka dan yang tidak dengan orang tua ikut kegiatan sosial

Siswa

Total Pramuka Non Pramuka

O T i k u t k egi atan sos ial Sering

5 0 5

8.3% .0% 8.3%

Kadang- Kadang

21 22 43

35% 36.7% 71.7%

Tidak Pernah

4 8 12

6.7% 13.3% 20%

Total

30 30 60

50.0% 50.0% 100.0%

Tabel 9.11 Tabulasi silanng siswa yang mengikuti kegiatan pramuka dan yang tidak dengan keluarga mengajarkan untuk menolong

Siswa

Total Pramuka Non Pramuka

K el u ar ga me n gajar me n ol on

g Ya 30 30 33

50.0% 5.0% 55.0%

Total

30 30 60

50.0% 50.0% 100.0%

Tabel 9.12 Tabulasi silanng siswa yang mengikuti kegiatan pramuka dan yang tidak dengan membantu ibu di rumah

Siswa

Total Pramuka Non Pramuka

Ban tu ib u Sering

6 4 10

10.0% 6.7% 16.7%

Kadang-kadang 24 26 50

40.0% 43.3% 83.3%

Total

30 30 60


(29)

Tabel 9.13 Tabulasi silanng siswa yang mengikuti kegiatan pramuka dan yang tidak dengan membantu adik atau kakak di rumah

Siswa

Total Pramuka Non Pramuka

M emb an tu ad ik /k ak ak Sering

5 6 11

8.3% 10.0% 18.3%

Kadang- Kadang

23 22 45

38.3% 36.7% 75.0%

Tidak pernah

2 2 4

3.3% 3.3% 6.7%

Total

30 30 60

50.0% 50.0% 100.0%

Tabel 9.14 Tabulasi silanng siswa yang mengikuti kegiatan pramuka dan yang tidak dengan sekolah menerapkan aturan untuk membantu teman

Siswa

Total Pramuka Non Pramuka

A tu ran me n ol on g di s ek ol

ah YA 30 30 60

50.0% 50.0% 100.0%

Total

30 30 60

50.0% 50.0% 100.0%

Tabel 9.15 Tabulasi silanng siswa yang mengikuti kegiatan pramuka dan yang tidak dengan mengikuti kegiatan sosial

Siswa

Total Pramuka Non Pramuka

Ik u t k egi atan sos ial

Ya 7 0 14

11.7% .0% 23.3%

Kadang- kadang

23 30 46

38.3% 38.3% 76.7%

Total

30 30 60


(30)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial yang akan selalu memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagai makhuk sosial manusia akan selalu berhubungan atau berinteraksi dengan sesamanya. Dalam proses interaksinya tersebut manusia akan saling membantu, menyesuaikan perbedaan dan menyelaraskan kepentingan pribadinya dengan kepentingan orang lain sehingga tercipta hubungan sosial yang menyenangkan dan harmonis.

Kehidupan yang semakin maju dan individualistis, menyiratkan nilai-nilai kekeluargaan dan gotong royong di tengah masyarakat semakin terkikis oleh kepentingan individu/perorangan. Dalam kenyataannya, kepedulian masyarakat terhadap sesamanya cenderung semakin menipis. Sering dijumpai kasus dalam kehidupan sehari-hari yang memperlihatkan ketidakpedulian seseorang ketika melihat orang lain tertimpa musibah.

Banyak motif yang mendasari seseorang untuk peduli dan mau membantu sesamanya, misalnya motif yang berorientasi pada diri sendiri, ingin dipuji atau mendapatkan imbalan. Selain itu ada juga motif yang berorientasi pada orang lain atau disebut dengan motif prososial. Motif prososial merupakan motif atau dorongan yang ada dalam diri seseorang yang dimunculkan dalam perilaku untuk menolong, berbagi dan tingkah laku lainnya yang memiliki tujuan dan bersifat sukarela tanpa mengharapkan imbalan atau pamrih (dalam Eisenberg, 1982).


(31)

2

Universitas Kristen Maranatha Contoh nyata motif prososial dapat terlihat pada waktu terjadi musibah banjir di Jakarta bulan Febuari lalu, media masa dan elektronik menunjukkan banyaknya sumbangan yang mengalir dan relawan yang menolong korban banjir. Para relawan datang dari berbagai daerah, bahkan banyak orang dengan sukarela membangun posko-posko di rumahnya yang digunakan untuk membuat makanan dan tempat istirahat bagi korban banjir (Kompas, 1 Maret 2007).

Selain orang dewasa yang memberikan pertolongan dan sumbangan, anak remaja pun turut tergerak hatinya untuk membantu korban bencana banjir. Di sekolah

SLTPK ‘X’ misalnya para siswa mengumpulkan dana dan pakaian- pakaian bekas layak

pakai serta makanan untuk disumbangkan kepada korban bencana banjir di Jakarta. Siswa tersebut merasakan derita dan ingin menolong korban bencana. Pengumpulan

dana dan bantuan untuk korban bencana oleh siswa SLTPK ‘X’ sudah sering dilakukan

setiap kali ada bencana besar yang menimpa negeri Indonesia ini.

Orang-orang yang memberikan sumbangan dan yang menjadi relawan untuk menolong korban banjir tanpa pamrih adalah contoh orang yang memiliki motif prososial. Ketika mendengar dan melihat berita mengenai bencana banjir di Jakarta, si penolong merasa kasihan kepada korban dan memaknakan situasi tersebut sebagai situasi yang membutuhkan bantuan. Artinya dalam diri relawan dan yang menyumbang itu terdapat nilai-nilai prososial dalam dirinya. Penolong pun ikut merasakan penderitaan para korban dan mau mengerahkan kemampuan mereka untuk meringankan beban para korban. Tindakan mereka adalah realisasi dari nilai-nilai prososial.

Motif prososial adalah motif yang dipelajari. Lingkungan keluarga menjadi dasar bagi anak untuk mempelajari motif prososialnya. Dalam interaksinya melalui pola asuh, orang tua tentunya mengajarkan anaknya untuk menjadi anak yang peduli dan


(32)

3

Universitas Kristen Maranatha suka menolong orang yang kesusahan. Saling menolong dan berbagi sudah diterapkan dalam keluarga seperti berbagi dan menolong orang tua maupun saudara-saudara di rumah. Anak yang sejak kecil sudah tidak tanggap terhadap lingkungan, tidak peduli melihat orang lain dalam kesusahan dan tidak peduli kepada orang lain, kelak akan tumbuh menjadi remaja yang hanya berorientasi kepada diri sendiri.

Setelah dari keluarga anak beranjak memasuki usia sekolah, kemudian belajar mengembangkan nilai-nilai untuk berbagi dan menolong sesama dalam lingkungan yang lebih luas daripada keluarga. Pergaulan anak pun bertambah luas, anak belajar untuk peduli, mau berbagi dan menolong terhadap sesama temannya, guru dan lingkungan sosial di sekitarnya. Bagi anak yang sejak kecil kurang ditanamkan nilai-nilai untuk berbagi, menolong dan perduli terhadap sesamanya, anak tersebut tidak peduli atas kesulitan orang lain, tidak memikirkan perasaan orang lain, hanya mementingkan dirinya sendiri, dan dapat menjadi remaja yang akan menimbulkan keresahan dalam masyarakat, seperti siswa yang terlibat tawuran.

Sekolah merupakan salah satu wadah yang tepat untuk mengajarkan motif prososial disamping keluarga. Sekolah-sekolah umumnya memiliki bermacam-macam kegiatan ekstrakurikuler yang dapat dipilih oleh siswa, salah satunya adalah pramuka. Kegiatan ekstrakurikuler pramuka ini tidak diikuti oleh semua siswa, ada juga siswa yang memilih mengikuti kegiatan yang lain.

Pramuka adalah salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang terdapat di SLTPK ‘X’ Bandung. Kegiatan pramuka di SLTPK ‘X’ ini juga tergabung dalam wadah organisasi Pramuka Nasional Indonesia, sehingga setiap tahunnya ikut serta dalam kegiatan Jambore yang diikuti oleh perwakilan anggota pramuka di seluruh provinsi di Indonesia. Dalam kegiatan tersebut dilakukan camping bersama, hari pramuka pun diperingati


(33)

4

Universitas Kristen Maranatha bukan di Indonesia saja, tapi di seluruh dunia. Menjadi pramuka berarti dilatih untuk menjadi orang yang terampil, siap menolong orang lain tanpa pamrih dan bersikap layaknya ksatria, itu yang menjadi misi pramuka.

Siswa yang mengikuti kegiatan pramuka belajar untuk menolong orang lain, salah satunya melalui pelajaran P3K. Selain itu mereka juga diajarkan keterampilan tali temali, berkemah, api unggun, hiking, membaca kompas dan kode morse yang untuk melakukannya diperlukan kerjasama, saling menolong serta saling memiliki antar anggotanya.

Dari wawancara dengan guru pembina di SLTP ‘X’, diperoleh informasi bahwa kegiatan pramuka bertujuan untuk melatih kepemimpinan, belajar mengendalikan diri, mulai memikirkan sesama, belajar perduli terhadap lingkungan, kerja sama, dan kebersamaan. Salah satu tujuan umumnya adalah mendidik siswa menjadi manusia yang berkepribadian dan berwatak luhur, mental yang kuat, bermoral, dan berbudi pekerti. Tujuan pramuka juga diikrarkan dalam janji pramuka Tri Satya, salah satunya adalah menolong sesama manusia dan dalam janji pramuka Dasa Darma yaitu “kasih sayang terhadap sesama manusia, patriot yang sopan dan ksatria, rela menolong dan tabah, berani, bertanggung jawab, dapat dipercaya”.

Siswa SLTP usia 11-15 tahun termasuk dalam tingkatan penggalang, dan tingkat penggalang ini dibagi tiga yaitu penggalang ramu, rakit dan terap. Masing-masing tingkatan tersebut dapat dicapai dengan memenuhi syarat ketrampilan umum seorang pramuka (tali temali, membaca sandi morse, dan P3K) dan syarat keterampilan khusus yang dapat dipilih secara bebas oleh masing-masing anggota pramuka sesuai dengan kemampuannya masing-masing.


(34)

5

Universitas Kristen Maranatha Siswa yang mengikuti ekstrakurikuler pramuka diharapkan akan menjadi remaja yang peduli terhadap sesama manusia, bersimpati terhadap kesusahan orang lain, bersedia menyumbangkan harta miliknya kepada orang yang membutuhkan serta mau berbagi dan bekerja sama ketika mengerjakan pekerjaan yang sukar. Siswa remaja saat ini cepat emosional, egois dan individualistis. Mereka tidak menunjukkan kepedulian terhadap sesama, melakukan kegiatan yang hanya mementingkan dirinya sendiri dan terkadang mengganggu masyarakat seperti tawuran dan diam berkumpul di pinggir jalan mengganggu orang yang lewat. Sangat disayangkan bahwa banyak remaja yang nilai kepeduliannya makin merosot. Banyak siswa yang tidak peduli terhadap teman sekelasnya, atau mungkin tidak akan menyadari jika ada teman sekelasnya yang sakit. Kalaupun mereka menyadarinya, mungkin tidak terpikir oleh mereka untuk menjenguknya karena mereka sibuk dengan kegiatanya sendiri. (Harian Umum Kompas, 1 Maret)

Banyak siswa saat ini tidak tertarik untuk mengikuti kegiatan pramuka. Dari hasil survei di SLTPK ‘X’ Bandung terhadap 189 orang siswa ternyata hanya 23,8% siswa (45 orang) yang mengikuti kegiatan pramuka. Dari sepuluh orang siswa yang tidak mengikuti kegiatan pramuka mengatakan bahwa alasan mereka tidak mengikuti kegiatan pramuka adalah 40% karena malas, 30% ada les tambahan dan 30% tidak berminat. Selain itu diperoleh fakta, kebanyakan siswa tidak tertarik mengikuti kegiatan pramuka, mereka lebih tertarik untuk menghabiskan waktunya dengan bermain game komputer sebanyak 60% dan 40% mengatakan hanya ingin bersekolah saja. Pada sepuluh orang siswa yang tidak mengikuti pramuka tersebut terdapat 30% yang langsung tergerak hatinya untuk menolong orang yang sedang kesusahan, 50% menjawab kadang-kadang saja tergerak tergantung situasi, dan 20% menyatakan bahwa


(35)

6

Universitas Kristen Maranatha mereka tidak tergerak hatinya untuk menolong. Ketika siswa ditanyakan tentang situasi yang membutuhkan pertolongan mereka, 20% mengatakan langsung berinisiatif menolong, 50% mengatakan kadang-kadang tergantung kondisi dan sisanya 30% mengatakan tidak berinisiatif menolong. Dalam hal belas kasihan terhadap orang yang membutuhkan pertolongan, 40% mengatakan mudah berbelas kasihan kepada orang lain, 30% mengatakan kadang-kadang dan 30% mengatakan tidak mudah menaruh belas kasihan kepada orang lain.

Survei awal terhadap siswa yang mengikuti kegiatan pramuka menunjukkan bahwa mereka mengikuti kegiatan pramuka karena kegiatan pramuka menarik (40%), bisa mengasah keterampilan dan kerjasama kelompok (30%), juga merasa bahwa kegiatan pramuka merupakan kegiatan yang bermanfaat dan berguna karena dapat menolong orang lain (30%). Pada sepuluh orang siswa yang mengikuti kegitan pramuka, terdapat 60% yang langsung tergerak hatinya untuk menolong orang yang sedang kesusahan, 30% menjawab kadang-kadang saja tergantung situasi, 10% menyatakan bahwa mereka tidak tergerak hatinya untuk menolong. Ketika siswa ditanyakan tentang situasi yang membutuhkan pertolongan, 50% mengatakan langsung berinisiatif menolong, 30% mengatakan kadang-kadangan tergantung kondisi dan 20% mengatakan tidak berinisiatif menolong. Dalam hal belas kasihan terhadap orang yang membutuhkan pertolongan, 60% mengatakan mudah berbelas kasihan kepada orang lain, 20% mengatakan kadang-kadang dan 20% mengatakan tidak mudah menaruh belas kasihan kepada orang lain.

Di sekolah SLTPK ‘X’ pun terdapat mata pelajaran umum yaitu Agama dan PPKn. Walaupun kedua mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang umum terdapat di seluruh sekolah di Indonesia, namun menurut hasil wawancara dengan


(36)

7

Universitas Kristen Maranatha kepala sekolah terungkap bahwa pada pelajaran Agama dan PPKn di sekolah tersebut lebih ditekankan. Siswa SLTPK ‘X’ selain dituntut untuk cerdas dan luas wawasannya, sekolah mempunyai misi untuk menjadikan siswa didiknya sebagai siswa yang berbudi pekerti, santun dan peduli terhadap sesama. Siswa dituntut untuk dapat menunjukkan sikap yang sesuai dengan norma agama dan juga mencintai bangsanya sendiri dalam tingkah lakunya sehari-hari. Di sekolah juga ditetapkan aturan dan displin yang tinggi terhadap siswanya.

Melihat fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai perbandingan motif prososial pada siswa yang mengikuti kegiatan pramuka dan siswa yang tidak mengikuti kegiatan pramuka. Penelitian ini dilakukan di SLTPK ‘X’ Bandung dengan pertimbangan sekolah itu memiliki kegiatan ekstrakurikuler pramuka dan juga ada pelajaran Agama dan PPKn dua jam pelajaran setiap minggunya.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan yang ingin diketahui adalah bagaimana perbandingan motif prososial antara siswa yang mengikuti kegiatan pramuka dan siswa yang tidak mengikuti kegiatan pramuka usia 11-15 tahun di

SLTP ‘X’ di Bandung

1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran perbandingan motif prososial pada siswa yang mengikuti kegiatan pramuka dan yang tidak mengikuti kegiatan pramuka usia 11-15 tahun di SLTPK ’X’ di Bandung.


(37)

8

Universitas Kristen Maranatha

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran dan perbandingan motif prososial dan aspek-aspeknya antara siswa yang mengikuti kegiatan pramuka dan yang tidak mengikuti di SLTPK ‘X’ Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Ilmiah

a) Mendorong peneliti lain untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai motif prososial pada masa remaja.

b) Sebagai bahan masukan bagi psikologi pendidikan dan perkembangan mengenai motif prososial pada remaja yang mengikuti pramuka dan yang tidak mengikuti kegiatan pramuka.

1.4.2 Kegunaan Praktis

a) Sebagai informasi bagi kepala sekolah SLTPK ‘X’ Bandung mengenai motif prososial siswa SLTPK ‘X’ Bandung untuk dimanfaatkan dalam segala bentuk kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan motif prososial anak.

b) Sebagai informasi bagi guru BP dan guru pembina pramuka mengenai motif prososial siswa SLTPK ‘X’ Bandung untuk dimanfaatkan dalam konseling agar dapat meningkatkan motif prososial siswa.

c) Sebagai informasi bagi siswa SLTPK `X` Bandung mengenai motif prososial untuk dimanfaatkan dalam kegiatan sehari-hari dan dapat meningkatkan motif prososial.


(38)

9

Universitas Kristen Maranatha d) Sebagai informasi bagi orang tua siswa SLTPK `X` Bandung mengenai motif

prososial siswa SLTPK `X` Bandung untuk dimanfaatkan dalam pengasuhan agar dapat meningkatkan motif prososial siswa.

1.5. Kerangka Pemikiran

Pada masa perkembangan anak, keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar. Melalui keluarga anak mengalami sosialisasi primer (dalam Eisenberg, 1982). Anak belajar tentang peran-peran yang akan dimainkan dalam masyarakat, seperti norma-norma tentang yang pantas dan tidak pantas, baik dan buruk, sikap dan perilaku. Keluarga merupakan lingkungan sosial anak yang pertama. Dalam konteks ini orang tua berperan sebagai model yang memperlihatkan berbagai perilaku bernuansa prososial tatkala berinteraksi dengan anak seperti memberikan perhatian, berkomunikasi dua arah secara terbuka, menerapkan prinsip-prinsip kasih sayang, berbagi rasa dan bersedia memahami perasaan orang lain (Hoffman dalam Eisenberg, 1982).

Sejak dini anak-anak diajarkan untuk memiliki kepekaan terhadap lingkungan sekitarnya, termasuk kepedulian terhadap orang-orang yang berada di dekatnya. Beberapa tingkah laku yang dilatihkan orang tua kepada anak-anaknya adalah menolong orang lain, murah hati (berbagi apa yang dimilikinya dengan orang lain, termasuk berbagi mainan dengan teman-temannya), dan bekerjasama dalam mengerjakan sesuatu agar lebih cepat selesai. Tingkah laku tersebut disebut sebagai tingkah laku prososial. Tingkah laku prososial tidak muncul begitu saja, namun diarahkan oleh motif prososial.

Glucks (1979, dalam Eisenberg, 1982) mengatakan bahwa tingkah laku prososial sangat penting ditanamkan sejak dini karena seorang anak yang tidak


(39)

10

Universitas Kristen Maranatha diajarkan untuk bertingkah laku prososial mempunyai kecenderungan untuk

memunculkan perilaku yang hanya berorientasi kepada diri sendiri ketika tumbuh menjadi dewasa. Munculnya tingkah laku prososial didasari oleh motif prososial, motif prososial adalah dorongan dan keinginan yang ada dan dimunculkan dari dalam diri seseorang untuk menolong, berbagi, dan tingkah laku lainnya yang memiliki tujuan membantu orang yang kesusahan dan bersifat sukarela (dalam Eisenberg, 1982).

Motif prososial seperti semua motif yang lain, dapat dipelajari (Mc Clelland, 1975, dalam Eisenberg, 1982). Artinya motif prososial dapat dikembangkan melalui latihan-latihan yang diterima seorang anak sejak usia dini sampai remaja bahkan hingga dewasa nanti. Motif prososial diajarkan oleh orang tua kepada anaknya baik secara verbal maupun non verbal dalam bentuk nasihat-nasihat maupun melalui contoh nyata dalam kehidupan anak.

Ketika anak memasuki usia remaja, mereka menghabiskan sebagian besar waktunya di sekolah. Sekolah juga menjadi salah satu wadah bagi siswa untuk mengembangkan motif prososial yang telah diajarkan dalam keluarga. Sekolah menyediakan wadah bagi siswa untuk menyalurkan minat mereka dan mengembangkan diri secara optimal, antara lain melalui kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di luar jam sekolah sehingga bersifat non formal. Pramuka merupakan salah satu kegiatan

ekstrakurikuler yang terdapat di SLTPK ‘X’ Bandung, namun kegiatan tersebut tidak wajib diikuti oleh seluruh siswa.

Kegiatan pramuka merupakan kegiatan yang sengaja dibuat untuk membentuk siswa dengan ciri-ciri prososial. Kegiatan pramuka dapat menumbuhkembangkan motif prososial pada anak sekolah. Kegiatan yang dilakukan dalam pramuka tergolong dalam


(40)

11

Universitas Kristen Maranatha dua tipe; yaitu task-oriented dan communion-orieted (Kaplan, 1983, dalam Eisenberg, 1998). Kegiatan task-oriented adalah kegiatan pramuka untuk meningkatkan

ketrampilan dan kemampuan, misalnya melatih anggota berkomunikasi secara efektif (belajar sandi morse dan semaphore), melatih metode-metode pemecahan masalah tali temali.

Kegiatan communion-oriented adalah kegiatan untuk meningkatkan ikatan dengan sesama, misalkan melatih anggota mengembangkan perasaan saling memiliki, memiliki pengalaman emosional antar anggota, dan melatih kepekaan perasaan terhadap orang lain (misalnya dalam kegiatan berkemah, hiking dan api unggun). Ditunjang adanya kegiatan-kegiatan pramuka di bidang afektif dan di bidang kognitif ini, siswa dilatih motif prososialnya dalam bentuk observasi, reinforcement, dan instruksi-instruksi (Rushton, dalam Eisenberg, 1982). Siswa diajarkan untuk dapat mengobservasi keadaan orang lain di sekitarnya, dan bertindak jika ada yang membutuhkan pertolongan. Siswa yang mengikuti pramuka belajar untuk mengikuti instruksi-instruksi setelah itu mengobservasi dan mengamati contoh-contoh kegiatan yang diperagakan oleh guru pembina maupun ketua regu. Kemudian siswa akan didorong untuk melakukan kegiatan yang telah diperagakan tadi.

Siswa yang mengikuti pramuka juga akan diajarkan P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan) untuk menolong orang lain. Pelajaran P3K ini diajarkan melalui instruksi, observasi dan role play, siswa diajarkan melalui instruksi yang diberikan oleh guru pembina, kemudian mengobservasi atau mengamati cara untuk menolong orang yang diperagakan oleh guru Pembina dan setelah itu masing-masing siswa akan mempraktikkannya melalui role play dengan temannya. Kegiatan P3K ini termasuk


(41)

12

Universitas Kristen Maranatha gabungan kegiatan task-oriented yang bertujuan meningkatkan kemampuan anggota pramuka untuk menolong orang lain yang dalam keadaan darurat dan kegiatan communion-oriented yang melatih anggota untuk peduli terhadap kesulitan orang lain juga saling memperhatikan antar anggotanya.

Menurut Hoffman (dalam Eisenberg, 1998), terdapat dua aspek utama yang menyusun motif prososial, yaitu aspek kognisi dan aspek afeksi. Aspek kognisi terdiri atas elemen-elemen persepsi tentang situasi, nilai prososialitas, dan perspektif sosial. Persepsi tentang situasi adalah pemaknaan individu akan situasi lingkungan, siswa yang mengikuti kegiatan pramuka diharapkan lebih responsif terhadap situasi di sekitarnya terutama yang membutuhkan pertolongan. Nilai prososial adalah nilai mengenai prososialitas yang dianut oleh individu, yaitu berupa kepedulian kepada kesejahteraan orang lain dan rasa tanggung jawab terhadap orang yang membutuhkan pertolongan. Perspektif sosial adalah pemahaman secara kognitif tentang bagaimana kebutuhan tersebut dirasakan oleh orang yang bersangkutan (Vander Zender, 1984, dalam Eisenberg, 1998).

Aspek afeksi dari motif prososial terdiri atas elemen-elemen empati dan afek positif. Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri secara efektif atau melakukan pengalihan perasaan dalam keadaan orang lain. Sebagai pramuka, siswa tentunya harus memiliki rasa empati terhadap orang yang membutuhkan pertolongan, dapat ikut merasakan penderitaan yang dialami orang lain. Afek positif adalah keberadaan perasaan kasih, sayang, atau iba yang ditujukan oleh individu terhadap orang lain yang sedang membutuhkan bantuan, ini sesuai dengan prinsip seorang pramuka.


(42)

13

Universitas Kristen Maranatha Kegiatan pramuka akan meningkatkan motif prososial siswa dari aspek kognisinya, karena siswa yang mengikuti kegiatan pramuka dilatih untuk lebih peka dan peduli dalam melihat kondisi lingkungan di sekitarnya terutama orang yang membutuhkan pertolongan. Di sisi lain juga meningkatkan aspek afektif, yang membuat siswa yang mengikuti kegiatan pramuka lebih dapat merasakan kesulitan orang lain dan perhatian terhadap sesama, menolong dengan sukarela. Jadi melalui kegiatan yang bervariasi dalam pramuka siswa dilatih untuk menumbuhkan motif prososial yang ada dalam diri mereka.

Dalam prinsip pramuka, seorang pramuka diajarkan untuk peduli dan mau menolong orang yang mengalami kesulitan. Perspektif sosial adalah kemampuan kognisi untuk menempatkan diri pada keadaan orang lain. Latihan-latihan role play pada kegiatan pramuka membantu siswa untuk dapat menempatkan diri mereka pada keadaan orang yang membutuhkan.

Siswa yang tidak mengikuti pramuka tidak berarti di sekolah tidak menumbuhkembangkan motif prososial. Di SLTP ‘X’ terdapat pelajaran Agama dan PPKn yang bertujuan untuk mengembangkan nilai-nilai prososial pada diri siswa. Namun pada siswa yang mengikuti kegiatan pramuka, mereka tidak hanya diajarkan secara prinsip, tapi juga dengan melakukan role play dan simulasi-simulasi secara langsung dengan anggota yang lain. Siswa yang mengikuti kegiatan pramuka diharapkan tidak hanya hafal prinsip pramuka, namun dapat mengamalkannya dan mencerminkannya dalam tingkah laku sehari-hari.

Motif prososial juga dipengaruhi oleh faktor internal yaitu usia dan jenis kelamin. Remaja awal usia 11-15 tahun taraf kognitifnya berada dalam periode Formal Operational (11-15 tahun), remaja mulai mengerti dan menghargai


(43)

14

Universitas Kristen Maranatha norma-norma dan perilaku prososial. Hal tersebut membuat mereka melakukan kebaikan pada orang-orang yang membutuhkan pertolongan pada lingkup area yang lebih luas dan memicu tanggung jawab pribadi untuk melakukan tingkah laku prososial serta merasa bersalah jika mereka melalaikan kewajibannya (Chapman et al, 1987, Eisenberg, 1983). Dalam fase ini cara remaja memandang masalah lebih sistematik dan mereka mulai mampu mengembangkan hipotesa tentang mengapa sesuatu dapat terjadi (Santrock, 2004). Siswa yang mengikuti dan tidak mengikuti kegiatan pramuka tentunya dapat mengerti norma sosial yang berlaku serta melaksanakannya.

Berdasarkan jenis kelamin, wanita diharapkan lebih responsif, empatik, dan prososial, sedangkan pria diharapkan lebih mandiri dan berorientasi pada prestasi. Dari sekian banyak hasil penelitian tentang perbedaan jenis kelamin, maka interpretasi yang masuk akal dari pola hasil ini adalah bahwa ada perbedaan jenis kelamin dalam populasi namun gejalanya hanya tampak sewaktu-waktu karena sangat kecil perbedaan yang ada.

Disamping keluarga, usia, dan jenis kelamin, motif prososial juga dipengaruhi oleh pengalaman sosialisasi anak dengan teman, guru dan orang terdekat lainnya. Secara umum dapat dikatakan, pengalaman-pengalaman sosialisasi anak memiliki peran penting dalam mengembangkan kecenderungan empatik alamiah, mengembangkan sikap mental anak terhadap orang lain, serta meletakkan dasar bagi pengembangan sistem nilai yang menjadi cikal bakal motif prososial. Siswa yang mengikuti kegiatan pramuka diajarkan untuk bersosialisasi dan membantu orang yang mengalami kesulitan, hal ini tentunya mengembangkan motif prososialnya.

Menurut Sri Pidada (1998), lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan motif prososial. Nilai dan norma yang bersifat


(44)

15

Universitas Kristen Maranatha prososial yang ditanamkan oleh lingkungan, diinternalisasi oleh siswa SLTP ‘X’ sehingga menjadi bagian dari sistem nilai dan norma pribadi dirinya, sehingga individu menganut nilai dan norma pribadi yang berkarakter prososial. Pola interaksi yang berciri prososial akan membentuk pola kebiasaan yang berciri prososial pula, pola kebiasaan yang terbentuk akan menjadi lebih kuat bila di dalam lingkungan ada tokoh panutan yang merupakan model yang selalu bisa ditiru yang berciri prososial.

Kekuatan motif prososial pada setiap orang berbeda, karena perkembangan motif dipengaruhi pengalaman sosialisasi yang dialami individu sendiri. Oleh karena itu terdapat pula perbedaan individual dalam kekuatan motif. Begitu motif terbentuk maka motif akan memiliki kecenderungan yang relatif menetap (Hoffman dalam Eisenberg, 1998). Gagasan utama yang melandasi motif prososial ini adalah respon empatik seseorang terhadap penderitaan orang lain berinteraksi dengan pemahaman kognitif tentang orang tersebut (Hoffman, dalam Eisenberg, 1982).

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dibuat bagan kerangka pemikiran sebagai berikut:


(45)

16

Universitas Kristen Maranatha

Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pikir

Faktor Eksternal

Pengalaman sosialisasi (keluarga, sekolah, dan luar sekolah

Siswa STPK X yang tidak mengikuti kegiatan pramuka

Motif prososial

1. Aspek Kognisi

- Persepsi tentang situasi

- Nilai Prososialitas

- Perspektif sosial 2. Aspek Afeksi

- Empati

- Afek positif

Faktor Internal

Usia

Perkembangan kognitif

Jenis Kelamin

Siswa SLTPK X yang mengikuti kegiatan pramuka

Motif prososial siswa STPK X yang tidak mengikuti kegiatan pramuka

Motif prosoaial siswa SLTPK X yang mengikuti kegiatan pramuka

Visi dan misi: Menjadikan siswa berkepribadian dan berwatak luhur

Kegiatan Pramuka

Task-oriented


(46)

17

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi

Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas maka diajukan beberapa asumsi sebagai berikut:

1) Motif prososial dapat ditumbuhkembangkan sejak usia remaja dan keluarga merupakan lingkungan sosial primer pertama yang menanamkan motif prososial terutama melalui model peran orang tua.

2) Sekolah merupakan wadah untuk mengembangkan motif prososial setelah keluarga.

3) Motif prososial terbagi atas dua aspek yaitu aspek kognitif dan afektif, aspek kognitif terdiri atas persepsi tentang situasi, nilai prososialitas dan prespektif sosial, sedangkan aspek afeksi terdiri atas empatik dan afek positif.

4) Kegiatan pramuka terdiri atas task-oriented dan communion-oriented yang dapat menumbuhkembangkan aspek kognitif dan afeksi dari motif prososial.

1.7 Hipotesis Penelitian

Dari kerangka pemikiran di atas maka dapat ditarik hipotesis yaitu: ada perbedaan motif prososial antara siswa SLTPK ‘X’ Bandung yang mengikuti kegiatan pramuka dan yang tidak mengikuti kegiatan pramuka.


(47)

72 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan hasil yang dilakukan, maka dapat dibuat kesimpulan, seperti di bawah ini:

1) Terdapat perbedaan motif prososial dalam derajat rendah antara siswa yang mengikuti kegiatan pramuka dengan yang tidak di SLTPK `X` Bandung, artinya bahwa kegiatan pramuka memberikan kontribusi yang kecil terhadap tumbuh kembang motif prososial.

2) Terdapat faktor lain yang memberikan kontribusi terhadap motif prososial selain kegiatan pramuka, faktor tersebut adalah sosialisasi di lingkungan keluarga dan sekolah. Keluarga dan sekolah yang kondusif memberikan pengaruh yang positif terhadap perkembangan motif prososial.

5.2 Saran

Berkaitan dengan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian dan dengan menyadari berbagai keterbatasan yang ada, maka peneliti merasa perlu mengajukan beberapa saran:

5.2.1 Saran Guna Laksana

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa aspek perspektif sosial dan empati serta afektif siswa yang mengikuti kegiatan pramuka lebih rendah persentasenya pada kategori tinggi untuk kedua dimensi tersebut dibandingkan siswa yang tidak mengikuti


(48)

73

Universitas Kristen Maranatha kegiatan pramuka. Berdasarkan pada temuan tersebut disarankan para pembina kepramukaan disekolah tersebut lebih memperbanyak kegiatan yang bersifat role play, simulasi dan perspektif taking, untuk membantu mengingkatkan kedua dimensi tersebut..

5.2.2 Saran Penelitian Lanjutan

Mengingat penelitian ini menunjukkan perbedaan dalam derajat rendah maka penelitian dapat dilakukan pada situasi sosial yang lain dengan memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap motif prososial dan digali secara lebih akurat.


(49)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Anastasi, Anne dan Susana Urbina. 1998. Tes Psikologi. Ed. Bahasa Indonesia. Jakarta: Prenhallindo.

Bar-Tal, Daniel. 1976. Prosocial Behavior Theory & Research. Washington: Hemisphere Publishing Coorporation.

Carlson, Richard Allan. 1997. Experienced Cognition. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Eisenberg, Nancy. 1982. The Development of Prosocial Behavior. New York: Academic Press.

Eisenberg, Nancy & Damon, William. 1998. Handbook Of ChildPsyhology 5th Ed vol 3: Social, Emotional, and Personality Development. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Gunarsa, Singgih & Yulia Singgih. 2000. Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga (cet Ke-4) Jakarta: Gunung Mulia.

Keating, Daniel P. 2011. Nature and Nurture in Early Child Development. New York: Cambridge University Press..

Santrock, John W. 2004. Life- Span Development 9th ed. New York: The McGraw Hill Companies, Inc.

Seifert, Kevin L. & Robert J. 1997. Child and Adolescent Development. Boston: Houghton Mifflin.

Siegel, Sidney. 1992. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: PT. Gramedia.

Singarimbun, Masri & Sofian Effendi, 1982. Metoda Penelitian Survei. Jakarta. Steinberg, L. 2002. Adolescence (6th ed.). New York: McGraw-Hill Inc


(50)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Harian Umum Kompas, Jakarta 1 Maret 2007.

Pidada, Sri Untari. 1988. Peranan Lingkungan Kepramukaan Mengembangkan Motif Prososial Anggota Pramuka. Tesis: Bandung: Program Pasca Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran.

Venny. 2005. Survei Mengenai Motif Prososial Pada Anak Usia 9-11 Tahun Di SOS-Kinderdorf Lembang, Skripsi. Bamdung: Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Wijaya, Rachel. 2005. Studi Deskriptif Tentang Motif Prososial Pada Siswa/i SMPK Yang Mengikuti Ekstrkurikuler Pramuka Di Bandung. Skripsi:


(1)

Faktor Eksternal

Pengalaman sosialisasi (keluarga, sekolah, dan luar sekolah

Siswa STPK X yang tidak mengikuti kegiatan pramuka

Motif prososial

1. Aspek Kognisi

- Persepsi tentang situasi - Nilai Prososialitas

Usia

Perkembangan kognitif Jenis Kelamin

Siswa SLTPK X yang mengikuti kegiatan pramuka

STPK X yang tidak mengikuti kegiatan pramuka

Motif prosoaial siswa SLTPK X yang mengikuti kegiatan pramuka

Visi dan misi: Menjadikan siswa berkepribadian dan


(2)

17

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi

Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas maka diajukan beberapa asumsi sebagai berikut:

1) Motif prososial dapat ditumbuhkembangkan sejak usia remaja dan keluarga merupakan lingkungan sosial primer pertama yang menanamkan motif prososial terutama melalui model peran orang tua.

2) Sekolah merupakan wadah untuk mengembangkan motif prososial setelah keluarga.

3) Motif prososial terbagi atas dua aspek yaitu aspek kognitif dan afektif, aspek kognitif terdiri atas persepsi tentang situasi, nilai prososialitas dan prespektif sosial, sedangkan aspek afeksi terdiri atas empatik dan afek positif.

4) Kegiatan pramuka terdiri atas task-oriented dan communion-oriented yang dapat menumbuhkembangkan aspek kognitif dan afeksi dari motif prososial.

1.7 Hipotesis Penelitian

Dari kerangka pemikiran di atas maka dapat ditarik hipotesis yaitu: ada perbedaan motif prososial antara siswa SLTPK ‘X’ Bandung yang mengikuti kegiatan pramuka dan yang tidak mengikuti kegiatan pramuka.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan hasil yang dilakukan, maka dapat dibuat kesimpulan, seperti di bawah ini:

1) Terdapat perbedaan motif prososial dalam derajat rendah antara siswa yang mengikuti kegiatan pramuka dengan yang tidak di SLTPK `X` Bandung, artinya bahwa kegiatan pramuka memberikan kontribusi yang kecil terhadap tumbuh kembang motif prososial.

2) Terdapat faktor lain yang memberikan kontribusi terhadap motif prososial selain kegiatan pramuka, faktor tersebut adalah sosialisasi di lingkungan keluarga dan sekolah. Keluarga dan sekolah yang kondusif memberikan pengaruh yang positif terhadap perkembangan motif prososial.

5.2 Saran

Berkaitan dengan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian dan dengan menyadari berbagai keterbatasan yang ada, maka peneliti merasa perlu mengajukan beberapa saran:


(4)

73

Universitas Kristen Maranatha kegiatan pramuka. Berdasarkan pada temuan tersebut disarankan para pembina kepramukaan disekolah tersebut lebih memperbanyak kegiatan yang bersifat role play, simulasi dan perspektif taking, untuk membantu mengingkatkan kedua dimensi tersebut..

5.2.2 Saran Penelitian Lanjutan

Mengingat penelitian ini menunjukkan perbedaan dalam derajat rendah maka penelitian dapat dilakukan pada situasi sosial yang lain dengan memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap motif prososial dan digali secara lebih akurat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anastasi, Anne dan Susana Urbina. 1998. Tes Psikologi. Ed. Bahasa Indonesia. Jakarta: Prenhallindo.

Bar-Tal, Daniel. 1976. Prosocial Behavior Theory & Research. Washington: Hemisphere Publishing Coorporation.

Carlson, Richard Allan. 1997. Experienced Cognition. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Eisenberg, Nancy. 1982. The Development of Prosocial Behavior. New York: Academic Press.

Eisenberg, Nancy & Damon, William. 1998. Handbook Of ChildPsyhology 5th Ed vol 3: Social, Emotional, and Personality Development. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Gunarsa, Singgih & Yulia Singgih. 2000. Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga (cet Ke-4) Jakarta: Gunung Mulia.

Keating, Daniel P. 2011. Nature and Nurture in Early Child Development. New York: Cambridge University Press..

Santrock, John W. 2004. Life- Span Development 9th ed. New York: The McGraw Hill Companies, Inc.

Seifert, Kevin L. & Robert J. 1997. Child and Adolescent Development. Boston: Houghton Mifflin.

Siegel, Sidney. 1992. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: PT. Gramedia.

Singarimbun, Masri & Sofian Effendi, 1982. Metoda Penelitian Survei. Jakarta. Steinberg, L. 2002. Adolescence (6th ed.). New York: McGraw-Hill Inc


(6)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Harian Umum Kompas, Jakarta 1 Maret 2007.

Pidada, Sri Untari. 1988. Peranan Lingkungan Kepramukaan Mengembangkan Motif Prososial Anggota Pramuka. Tesis: Bandung: Program Pasca Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran.

Venny. 2005. Survei Mengenai Motif Prososial Pada Anak Usia 9-11 Tahun Di SOS-Kinderdorf Lembang, Skripsi. Bamdung: Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Wijaya, Rachel. 2005. Studi Deskriptif Tentang Motif Prososial Pada Siswa/i SMPK Yang Mengikuti Ekstrkurikuler Pramuka Di Bandung. Skripsi:


Dokumen yang terkait

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA SISWA KELAS X YANG MENGIKUTI DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Siswa Kelas X Yang Mengikuti Dengan Yang Tidak Mengikuti Bimbingan Belajar Dalam Menghadapi Ujian Semester Di SMA N 1 Gubug.

0 1 14

PERBANDINGAN PERILAKU SOSIAL SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI DENGAN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER PRAMUKA PADA SISWA SMA NEGERI SE-KOTA SUKABUMI.

0 3 37

Suatu Penelitian Mengenai Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Kreatif pada Anak Usia 7-11 Tahun (Suatu Perbandingan Antara Anak yang Mengikuti WoodCamp dengan yang Tidak Mengikuti WoodCamp, di Bandung).

0 0 73

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DAN YANG TIDAK MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI MTs NEGERI TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014 2015 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung abstrak (

0 0 2

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DAN YANG TIDAK MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI MTs NEGERI TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014 2015 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 2

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DAN YANG TIDAK MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI MTs NEGERI TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014 2015 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 6

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DAN YANG TIDAK MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI MTs NEGERI TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014 2015 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 4

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DAN YANG TIDAK MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI MTs NEGERI TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014 2015 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 2

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DAN YANG TIDAK MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI MTs NEGERI TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014 2015 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 1

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DAN YANG TIDAK MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI MTs NEGERI TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014 2015 - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 26