PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE CO-OP CO-OP DAN GROUP INVESTIGATION PADA MATERI PERSAMAAN KUADRAT DI KELAS X SMA NEGERI 1 BUNTU PANE T.A. 2011/ 2012.

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA
YANG DIAJAR DENGAN METODE CO-OP CO-OP DAN
GROUP INVESTIGATION PADA MATERI
PERSAMAAN KUADRAT DI KELAS
X SMA NEGERI 1 BUNTU PANE
T.A. 2011/ 2012

Oleh:
Febryansyah Pratama Manurung
NIM 071244110015
Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN

2012

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala berkah
dan hidayahnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini
berjudul “Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa yang Diajar
Dengan Metode Co-Op Co-Op dan Group Investigation Pada Materi Persamaan
Kuadrat di kelas X SMA Negeri 1 Buntu Pane T.A 2011/2012”.Skripsi ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan
matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak, oleh sebab itu sudah sewajarnya apabila penulis mengucapkan terimakasih
kepada Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd selaku pembimbing skripsi dan Dosen
Pembimbing Akademik Bapak Drs.M.Panjaitan, M.Pd yang telah banyak
memberikan bimbingan, arahan dan saran guna kesempurnaan skripsi ini. Ucapan
terimakasih juga disampaikan pada Ibu Dra.Nerli Khairani, M.Si, Bapak Drs. M.
Panjaitan, M.Pd., dan Bapak Drs.Syafari, M.Pd selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan dan saran mulai dari perencanaan penelitian sampai
selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
seluruh Bapak dan Ibu dosen serta staff pegawai jurusan Matematika FMIPA

UNIMED yang telah banyak membantu penulis.
Teristimewa penulis mengucapkan terimakasih kepada Ayahanda
Syahbudin Manurung, S.Pd, Ibunda Evinaria Siregar, Adinda Qory Rahmalia
Br.Manurung, Doly Ivando, dan seluruh keluarga besar penulis yang terus
memberikan motivasi dan doa demi keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi
ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs.Samaruddin, MM,
selaku Kepala SMA Negeri 1 Buntu Pane, Bapak Miswanto, S.Pd., selaku guru
bidang studi Matematika SMA Negeri 1 Buntu Pane yang telah banyak membantu
penulis selama penelitian.
Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada rekan-rekan selama
perkuliahan Rizki KZB, S.Pd, Asrika Yulianty, S.Pd,Meryda M. Sinaga,
S.Pd,Dony Permana, S.Pd,Muhammad Ikhsan, S.Pd, Prayogi, S.Pd,Roby
Pasaribu, S.Si dan teman-teman lainnya di jurusan matematika khususnya kelas B

Reguler 2007 yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan sampai
menyelesaikan skripsi ini, beserta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang turut memberi semangat dan bantuan kepada penulis.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun
tata bahasa.Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini.Kiranya skripsi ini
bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.

Medan,

Agustus 2012

Penulis,

Febryansyah Pratama Manurung

iii

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA
YANG DIAJAR DENGAN METODE CO-OP CO-OP
DAN GROUP INVESTIGATION PADA POKOK
MATERI KUADRAT DI KELAS X
SMA N 1 BUNTU PANE
T.A.2011/ 2012
Febryansyah Pratama Manurung

071244110015
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan
kemampuan komunikasi matematik siswa setelah diajarkan dengan metode Co-Op
Co-Op dengan metode Group Investigation pada materi Persamaan Kuadrat di
kelas X SMA Negeri 1 Buntu Pane T.A. 2011/ 2012.
Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 1 Buntu
Pane.. Sampel terdiri dari 68orang yaitu siswa kelas X-1 sebagai kelas
Eksperimen 1 dengan metode Co-Op Co-Op dan siswa kelas X-2 sebagai kelas
Eksperimen 2 dengan metode Group Investigation dengan jumlah siswa masingmasing berjumlah 34 orang. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen
dengan instrumen berupa tes uraian yang telah valid dengan reliabilitas tinggi
yaitu 0,710 dengan jumlah soal sebanyak 5 butir.
Nilai rata-rata hasil pretes pada kelas eksperimen 1 (22,06) dan nilai ratarata hasil pretes kelas eksperimen 2 (19,32). Dari hasil analisis data pretes kelas
eksperimen 1 diperoleh L0 = 0,0987< Ltabel = 0,1519, dan data pretes kelas
eksperimen 2 diperoleh L0 = 0.1202< Ltabel= 0,1519. Sehingga disimpulkan data
pretes kedua kelas berdistribusi normal. Dari uji homogenitas data pretes tidak
terdapat perbedaan kedua varians atau kedua sampel homogen, dimana Fhitung =
1,067< Ftabel = 1,792. Dan uji hipotesis data pretes kedua sampel diperoleh thitung =
1,087< ttabel = 1,669, artinya H0 diterima sehingga tidak ada perbedaan
kemampuan awal pada kedua kelas.

Nilai rata-rata hasil postes pada kelas eksperimen 1 (30,12)dan nilai ratarata hasil postes kelas eksperimen 2 (25,24). Dari uji homogenitas data postes
kedua sampel homogen, dimana Fhitung = 1,019< Ftabel = 1,792. Dari hasil analisis
data postes kelas eksperimen 1 diperoleh L0 = 0,1075< Ltabel =0,1519, dan data
postes kelas eksperimen 2 diperoleh L0 = 0,1402< Ltabel = 0,1519. Sehingga
disimpulkan data postes kedua kelas berdistribusi normal. Dan uji hipotesis data
postes kedua sampel diperoleh thitung = 1,821> ttabel = 1,669, artinya H0 ditolak dan
Ha diterima sehingga kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar
dengan menggunakan metode Co-Op Co-Op lebih baik dari siswa yang diajar
dengan menggunakan metode Group Investigation pada materi persamaan kuadrat
di kelas X SMA Negeri 1 Buntu Pane T.A 2011/2012 .

vi

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi

DaftarTabel
DaftarGambar
DaftarLampiran

Halaman
i
ii
iii
iv
vi
viii
ix
x

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Identifikasi Masalah
1.3. Batasan Masalah
1.4. Rumusan Masalah
1.5. Tujuan Penelitian

1.6. Manfaat Penelitian

1
8
8
8
8
9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
2.1.1. Pengertian Belajar
2.1.2. Hakikat Matematika
2.1.3. Pembelajaran Matematika
2.1.4. Pemahaman Konsep Matematika
2.1.5. Pengertian Masalah DalamMatematika
2.1.6. Metode Mengajar
2.1.7. Metode Co- Op C0-Op
2.1.8. Metode Group Investigation
2.1.9. Pengertian Komunikasi

2.1.10. Kemampuan Komunikasi Matematik
2.1.11. Kajian Materi PersamaanKuadrat
2.2. Kerangka Konseptual
2.3. Hipotesis Penelitian

10
10
11
12
13
14
15
16
18
22
24
28
35
36


BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1. Populasi Penelitian
3.2.2. Sampel Penelitian
3.3. Variabel Penelitian
3.4. Definisi Operasional
3.5. Rancangan Penelitian
3.6. Prosedur Penelitian
3.7. Instrumen Penelitian

37
37
37
37
37
38
39
39
42


vii

3.7.1. Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa
3.7.2 Angket
3.8. Teknik Analisis Data

42
43
44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Deskripsi Hasil Penelitian
4.1.1. Nilai Pretest Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2
4.1.2. Nilai Postest Kelas Ekperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2
4.2. Uji Persyaratan Analisis
4.2.1. Uji Normalitas
4.2.2. Uji Homogenitas
4.2.3. Uji Hipotesis

4.2.4. Pembahasan Angket Komunikasi
4.3. Pembahasan Penelitian
4.4. Diskusi Hasil Penelitian

49
49
50
50
50
51
53
54
55
57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran

59
59

DAFTAR PUSTAKA

61

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
Tabel 3.3.
Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
Tabel 4.4.
Tabel 4.5.
Tabel 4.6.

Rancangan Penelitian
Kriteria Penskoran Hasil Tes Komunikasi Matematika
Kriteria Persentase Respon Siswa
Data Pretes Kemampuan Penalaran Kelas Eksperimen 1
Dan Kelas Eksperimen 2
Data Postes Kemampuan Penalaran Kelas Eksperimen 1
Dan Kelas Eksperimen 2
Ringkasan Uji Normalitas
Ringkasan Uji Homogenitas
Ringkasan Rata-rata Nilai Pretes dan Postes Kemampuan
Penalaran Kedua Kelas
Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

Halaman
39
43
48
49
50
51
51
52
53

ix

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar3.1 Siswa Tidak Mampu Membuat Hubungan Ide
Matematika Ke Dalam Gambar
Gambar 4.1. Diagram Rata-rata Nilai Pretes dan Postes Kemampuan
Penalaran Kedua Kelas

41
52

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
Lampiran 15
Lampiran 16
Lampiran 17
Lampiran 18
Lampiran 19
Lampiran 20
Lampiran 21
Lampiran 22
Lampiran 23
Lampiran 24
Lampiran 25
Lampiran 26
Lampiran 27
Lampiran 28
Lampiran 29
Lampiran 30

Halaman
RPP I Pembelajaran Metode Tipe Co-Op Co-Op
63
RPP II Pembelajaran Metode Tipe Co-Op Co-Op
66
RPP III Pembelajaran Metode Tipe Co-Op Co-Op
69
RPP IV Pembelajaran Metode Tipe Co-Op Co-Op
72
RPP I Pembelajaran Metode GI
75
RPP II Pembelajaran Metode GI
78
RPP III Pembelajaran Metode GI
81
RPP IV Pembelajaran Metode GI
84
Kisi-Kisi Pretes
87
Kisi-Kisi Postes
88
Soal Pretes
89
Soal Postes
90
Alternatif Jawaban Pretes
91
Alternatif Jawaban Postes
96
Pemberian Skor Kemampuan Komunikasi Matematik
101
Data Pretes dan Postes Untuk Data Kelas Eksperimen 1
103
Perhitungan Rata-rata,Standar Deviasi dan Varians Data
Pretes Kelas Eksperimen 1
105
Perhitungan Rata-rata,Standar Deviasi dan Varians Data
Postes Kelas Eksperimen 1
106
Data Pretes dan Postes Untuk Data Kelas Eksperimen 2
107
Perhitungan Rata-rata,Standar Deviasi danVarians Data
Pretes Kelas Eksperimen 2
109
Perhitungan Rata-rata,Standar Deviasi dan Varians Data
Postes Kelas Eksperimen 2
110
Uji Normalitas Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen 1 111
Uji Normalitas Data Pretes dan Postes Kelas Eksperimen 2 114
Uji Homogenitas
117
Uji Hipotesis
120
Kisi-Kisi Respon Siswa
123
Angket Respon Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran
124
Analisis angket siswa pada pembelajaran Co-Op Co-Op
126
Analisis angket siswa pada pembelajaran Group
Investigation
128
Dokumentasi Penelitian
130

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya. Menurut John Dewey (dalam Sagala, 2009:3) Pendidikan juga merupakan
proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya
pikir atau daya intelektual, maupun daya emosional atau perasaan yang diarahkan
kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang
merupakan pelajaran dasar dan sarana berpikir ilmiah yang sangat diperlukan oleh
siswa untuk mengembangkan kemampuan logisnya. Seperti yang dikemukakan
oleh Cornelius (dalam Abdurrahman, 2003:253) bahwa : “Matematika merupakan
sarana berfikir yang jelas dan logis, sarana untuk memecahkan masalah seharihari, sarana mengenal pola hubungan dan generalisasi pengalaman, sarana untuk
mengembangkan kreativitas, serta sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap
perkembangan budaya”.
Hal

senada

juga

disampaikan

oleh

Lastiono

(dalam

http://lastionomatematikasd.blogspot.com/2011/04/ptk-pak-tono.html)

yang

mengemukakan bahwa :
“Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan
memajukan daya pikir manusia.Perkembangan pesat dibidang
teknologi,informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oeh
pekembangan matematika.Untuk menguasai dan menciptakan teknologi
dimasa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak
dini.Tujuan pembelajaran matematika adalah agar peserta didik memiliki
kemampuan pemahaman konsep, penalaran komunikasi serta pemecahan
masalah.”
Tetapi, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa tidak sedikit siswa yang
memandang matematika sebagai suatu mata pelajaran yang sangat sulit,

1

2

membosankan, bahkan menakutkan.Sebagaimana yang dikatakan oleh Bambang R

(dalam http://rbaryans.wordpress.com/2008) :
“Banyak faktor yang menyebabkan matematika dianggap pelajaran sulit,
diantaranya adalah karakterisitik materi matematika yang bersifat abstrak,
logis, sistematis, dan penuh dengan lambang-lambang dan rumus yang
membingungkan.Selain itu pengalaman belajar matematika bersama guru
yang tidak menyenangkan atau guru yang membingungkan, turut
membentuk sikap negatif siswa terhadap pelajaran matematika.”
Hal ini senada dengan yang dikatakan Pakar matematika (dalam
http://archive.kaskus.us) :
“Mutu pendidikan Indonesia, terutama dalam mata pelajaran matematika,
masih rendah.Data UNESCO menunjukkan, peringkat matematika
Indonesia berada di deretan 34 dari 38 negara. Berdasarkan penelitian
yang juga dilakukan oleh TIMMS (Trends in International Mathematics
and Science Study) yang dipublikasikan 26 Desember 2006, jumlah jam
pengajaran matematika di Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan
Malaysia dan Singapura. Dalam satu tahun, siswa di Indonesia rata-rata
mendapat 169 jam pelajaran matematika. Sementara di Malaysia hanya
mendapat
120
jam
dan
Singapura
112
jam.
Tapi kenyataannya, prestasi Indonesia berada jauh di bawah kedua negara
tersebut.Prestasi matematika siswa Indonesia hanya menembus skor ratarata 411. Sementara itu, Malaysia mencapai 508 dan Singapura 605 (400 =
rendah, 475 = menengah, 550 = tinggi, dan 625 = tingkat lanjut). Artinya
waktu yang dihabiskan siswa Indonesia di sekolah tidak sebanding dengan
prestasi yang diraih.”
Kenyataan tersebut secara jelas menyatakan bahwa pendidikan matematika
di Indonesia masih mengecewakan.Rendahnya hasil belajar siswa mencerminkan
bahwa siswa memiliki kesulitan dalam belajar matematika baik dalam
pemahaman konsep, penerapan dan penyelesaian suatu masalah. Adapun faktor
yang mempengaruhi pembelajaran Matematika menurut

Ekosuprapto dalam

(http://ekosuprapto.wordpress.com/2009/04/18/faktor-faktor-yangmempengaruhi-pembelajaran-matematika/) :
1) Faktor internal yang meliputi faktor fisiologis (faktor yang
berhubungan dengan kondisi fisik individu) dan faktor psikologis
(faktor yang berhubungan dengan intelektual/kecerdasan siswa,
motivasi, minat, sikap, dan bakat).
2) Faktor Eksternal meliputi faktor sosial (guru, adminitrasi di sekolah,
teman sekelas, masyarakat dan keluarga) dan faktor non sosial
(lingkungan alamiah, instrumental, dan materi pelajaran yang

3

disesuaikan dengan metode mengajar guru serta kondisi perkembangan
siswa)”.
Dilihat dari faktor eksternal, yang menyebabkan rendahnya hasil belajar
dan kemampuan siswa adalah penggunaan model pembelajaran yang digunakan
guru dalam proses belajar mengajar. Seperti yang diungkakan Syarif

dalam

(http://syarifartikel.blogspot.com), bahwa : ”Diduga kuat, rendahnya hasil belajar
siswa pada pelajaran matematika juga terkait erat dengan persoalan metode
ataupun model pembelajaran’’.
Dari hasil observasi nilai matematika dan wawancara terhadap salah satu
guru matematika di SMA Negeri 1 Buntu Pane pada tanggal 19 Maret 2012, para
siswa masih mengalami kesulitan dalam pembelajaran matematika sehingga pola
jawaban ketika menyelesaikan persoalan tidak bervariasi, hasil belajar matematika
yang diperoleh masih belum memuaskan dan pada saat ujian dilakukan masih
banyak hasil ujian siswa yang tidak tuntas bahkan jauh dari ketuntasan.
Fakta di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang diterapkan
saat ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Sebagian besar guru
cenderung menggunakan model pembelajaran biasa atau konvensional, yaitu
model pembelajaran yang lebih terfokus pada guru sedangkan siswanya
cenderung pasif.Pembelajaran seperti ini membuat respon siswa menjadi kurang
baik terhadap pembelajaran matematika. Siswa lebih banyak menerima saja apa
yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran seperti ini membuat siswa menjadi
kurang aktif.
Hal lain yang berkontribusi menyebabkan rendahnya hasil belajar
matematika adalah masih banyak siswa beranggapan bahwa matematika
merupakan pelajaran yang sulit dan membosankan. Hal ini didukung dari hasil tes
yang diberikan peneliti pada saat observasi di kelas X SMA Negeri 1 Buntu Pane
untuk mengukur kemampuan awal komunikasi matematika siswa, antara lain :
“1. Diketahui segitiga PQR dengan PQ = PR = 12 cm, dan QR = 8 cm.
Nyatakan tinggi segitiga dari P pada QR dalam bentuk akar yang
paling sederhana.

4

2. Panjang suatu persegi panjang adalah dua kali lebarnya. Apabila
luasnya adalah 20 cm2.Maka carilah keliling persegi panjang tersebut
dalam bentuk akar yang paling sederhana.”
Terdapat masalah komunikasi matematik siswa yang ditemukan peneliti di
kelas X SMA Negeri 1 Buntu Pane, yaitu (1) siswa tidak mampu membuat
hubungan ide/ situasi matematika ke dalam gambar. Hal ini dapat dilihat pada
gambar 1.1.

Gambar 1.1
(2) Siswa tidak mampu menjelaskan idea/ situasi matematika secara
tertulis dengan aljabar. Hal ini dapat dilihat pada gambar 1.2

Gambar 1.2
Dari 34 siswa yang mengikuti tes, diperoleh skor rata-rata siswa
5,12.Dimana 75% siswa tidak mampu menuliskan unsur yang diketahui, 69% siswa
tidak mampu menuliskan unsur yang ditanya, 88% siswa tidak mampu membuat

5

hubungan ide/ situasi matematika dengan gambar, 72%tidak mampu menjelaskan idea/

situasi matematika secara tertulisdengan aljabar., dan 66% tidak mampu memberikan
jawaban akhir. Berdasarkan observasi tersebut disimpukan kemampuan komunikasi
matematik tertulis siswa kelas X di SMA Negeri 1 Buntu Pane masih rendah dan
diperlukan suatu tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Dari pernyataan di atas jelas bahwa salah satu kesulitan untuk mempelajari
matematika adalah rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa. Hal ini
didukung oleh pendapat Ruseffendi (dalam Ansari, 2009: 2) :
“Bagian terbesar dari matematika yang dipelajari siswa di sekolah tidak
diperoleh
melalui
eksplorasi
matematik,
tetapi
melalui
pemberitahuan.Kenyataan di lapangan juga menunjukkan demikian,
bahwa kondisi pembelajaran yang berlangsung dalam kelas membuat
siswa pasif (product oriented education). “
Kemampuan komunikasi matematis perlu menjadi fokus perhatian dalam
pembelajaran matematika, sebab melalui komunikasi, siswa dapat mengorganisasi
dan mengonsolidasi berpikir matematikanya dan siswa dapat mengeksplorasi ideide matematika (NCTM, 2000). Oleh karena itu, siswa perlu dibiasakan dalam
pembelajaran untuk memberikan argumen terhadap setiap jawabannya serta
memberikan tanggapan atas jawaban yang diberikan oleh orang lain, sehingga apa
yang sedang dipelajari menjadi bermakna baginya. Hal ini berarti guru harus
berusaha untuk mendorong siswanya agar mampu berkomunikasi.
Kenyataan
matematika

di

di

lapangan

Indonesia

rendah.Sebagaimana

yang

menunjukkan

dalam

aspek

terdapat

bahwa

komunikasi

dalam

hasil

pembelajaran

matematis

masih

http://jurnal.upi.edu/file/8-

Fachrurazi.pdf :
“Rendahnya kemampuan komunikasi matematis ditunjukkan dalam studi
Rohaeti (2003) bahwa rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa
berada dalam kualifikasi kurang.Demikian juga Purniati (2003)
menyebutkan bahwa respons siswa terhadap soal-soal komunikasi
matematis umumnya kurang.Hal ini dikarenakan soal-soal pemecahan
masalah dan komunikasi matematis masih merupakan hal-hal yang baru,
sehingga siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya.”
Sementara
itu
pada
laporan
TIMSS
2003
(dalam
http://jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurazi.pdf) juga mengatakan bahwa :

6

“Siswa Indonesia berada pada posisi 34 dari 45 negara yang
disurvei.Prestasi Indonesia jauh di bawah Negara-negara Asia lainnya.Dari
kisaran rata-rata skor yang diperoleh oleh setiap Negara 400-625 dengan
skor ideal 1.000, nilai matematika Indonesia berada pada skor 411.
Khususnya kemampuan komunikasi matematis siswa Indonesia, laporan
TIMSS (Suryadi, 2005) menyebutkan bahwa kemampuan siswa Indonesia
dalam komunikasi matematika sangat jauh di bawah Negara-negara lain.
Sebagai contoh, untuk permasalahan matematika yang menyangkut
kemampuan komunikasi matematis, siswa Indonesia yang berhasil benar
hanya 5% dan jauh di bawah Negara seperti Singapura, Korea, dan Taiwan
yang mencapai lebih dari 50%.”
Dari beberapa kutipan di atas menjelaskan begitu penting arti dan peranan
pendidikan untuk meningkatakan kemampuan komunikasi matematika siswa
sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa
masih sangat rendah.
Salah satu materi dalam pembelajaran matematika adalah persamaan
kuadrat.Persamaan kuadrat merupakan salah satu materi dalam mata pelajaran
matematika yang diajarkan pada siswa pada jenjang sekolah menengah.
Persamaan kuadrat adalah materi yang memerlukan penyelesaian dengan tingkat
ketelitian yang cukup tinggi karena terdapat beberapa cara dalam proses
penyelesaiannya terutama dalam menentukan akar-akar persamaan kuadrat.Selain
itu konsep persamaan kuadrat juga banyak sekali aplikasinya di bidang lain dan
dalam kehidupan sehari-hari.Oleh karena itu banyak siswa yang mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan persamaan kuadrat. Sebagaimana yang terdapat
dalam http://digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/21440806200608001.rtf :
“Berdasarkan pengalaman para guru matematika, pada pokok bahasan
persamaan kuadrat banyak siswa mengalami kesulitan. Hal ini ditandai
masih banyaknya siswa yang melakukan kesalahan dalam menyelesaikan
soal yang berkaitan dengan materi persamaan kuadrat. Kesalahankesalahan ini terjadi mungkin karena siswa kurang memahami konsep
dasar yang harus dikuasai, kurangnya pemahaman siswa terhadap materi
persamaan linear sebagai materi prasyarat persamaan kuadrat serta
kurangnya pemahaman dan ketelitian siswa siswa dalam operasi aljabar.”
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa persamaan kuadrat
merupakan materi yang dianggap sulit oleh siswa.Oleh karena itu harus diterapkan
satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan komunikasi matematik siswa
pada materi persamaan kuadrat.Salah satu alternative metode pembelajaran yang

7

dapat digunakan untuk pokok bahasan persamaan kuadrat adalah metode Co-Op
Co-Op dan metode Group investigation.Metode Co-Op Co-Op memberikan
kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil,
pertama untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang kemampuan mereka
sendiri yang dibagi dalam kelompoknnya dan selanjutnya memberikan mereka
kesempatan untuk saling berbagi pemahaman baru mereka dengan teman-teman
sekelasnya..
Group investigation memiliki akar filosofis,etis,psikologi penulisan sejak
awal tahun abad ini.yang paling terkenal di antara tokoh-tokoh terkemuka dari
orientasi pendidikan ini adalah jhon dewey. Pandangan dewey terhadap kooperasi
di dalam kelas sebagai sebuah prasyarat untuk bisa menghadapi berbagai masalah
kehidupan yang kompleks dalam masyarakat demokrasi. Kelas adalah sebuah
tempat kreatifitas kooperatif dimana guru dan murid membangun proses
pembelajaran yang didasarkan pada perencanaan mutual dari berbagai
pengalaman,kapasitas, dan kebutuhan mereka masing-masing.Sebuah metode
investigasi kooperatif dari pembelajaran di kelas di peroleh dari premis bahwa
baik domain sosial maupun intelektual proses pembelajaran sekolah melibatkan
nilai-nilai yang di dukungnya
Dengan demikian, peneliti tertarik untuk mencari tahu bagaimana
kemampuan

komunikasi

matematik

siswa

melalui

penggunaan

metode

pembelajaran pemecahan masalah dan tanya jawab karena menurut Situmorang
(2010: 45) bahwa :
“Kedua metode pembelajaran yang digunakan oleh peneliti adalah samasama dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa,
dimana dalam metode pemecahan masalah dan metode tanya jawab samasama menuntut siswa untuk mampu mengungkapkan ide matematiknya,
ini dapat dilihat dalam metode pemecahan masalah siswa dituntut untuk
dapat membuat sebuah model matematik dan mendiskusikan hal-hal yang
kurang dipahaminya dan dalam metode tanya jawab melalui pertanyaanpertanyaan guru, siswa diarahkan untuk mengungkapkan idenya.”
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul : “Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematik

8

Siswa Yang Diajar Dengan Metode Co-Op Co-Op Dan Group Investigation
Pada Materi Persamaa Kuadratdi Kelas X SMA Negeri 1 Buntu Pane Tahun
Ajaran 2011/2012.”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :
1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah
2. Penggunaan metode mengajar masih kurang bervariasi
3. Siswa menganggap matematika pelajaran yang sulit dan membosankan
4. Siswa kurang memahami penggunaan rumus dalam penyelesaian soal
5. Kemampuan komunikasi matematik siswa masih rendah
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam melaksanakan penelitian perlu dibuat batasan masalah supaya
masalah yang diteliti jelas dan lebih terarah.Adapun masalah penelitian ini
dibatasi pada masalah kemampuan komunikasi matematik siswa masih rendah.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah dikemukakan,
maka rumusan masalah penelitian ini adalah : Apakah kemampuan komunikasi
matematik siswa yang diajar dengan metode Co-Op Co-Op lebih baik dari siswa
yang diajar dengan metode Group Investigation pada Materi Persamaan Kuadrat?
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan
kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajar dengan metode Co-Op CoOp dan Group Investigation pada Materi Persamaan Kuadrat di kelas X SMA
Negeri 1 Buntu Pane Tahun Pelajaran 2011/ 2012.

9

1.6 Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini
diharapkan akan member hasil sebagai berikut :
1. Bagi Guru : Sebagai bahan masukan bagi guru bidang studi matematika
dalam pencapaian kemampuan komunikasi matematik siswa.
2. Bagi Siswa : Dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematiknya
sehingga dapat lebih memahami dan menguasai konsep demi mencapai
prestasi yang lebih baik.
3. Bagi Sekolah : Sebagai bahan pertimbangan untuk melengkapi sarana dan
prasarana belajar dalam usaha meningkatkan mutu pembelajaran
matematika.
4. Bagi Peneliti :sebagai bahan acuan untuk dapat menerapkan metode
pembelajaran yang paling sesuai dalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah dan sebagai bahan acuan untuk penelitian lanjutan.

59

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis menggunakan taraf signifikansi α =
0,05di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Nilai rata-rata siswa yang diajar dengan metode Co-Op Co-Op sebesar
30,12 atau berada pada kategori baik.
2. Nilai rata-rata siswa yang diajar dengan metode Group Investigation sebesar
25,24 atau berada pada kategori baik.
3. kemampuan komunikasi matematik yang diajar dengan metode Co-Op CoOp lebih baik dari siswa yang diajar dengan metode Group Investigation
pada materi persamaan kuadrat di kelas X SMA Negeri 1 Buntu Pane T.A
2011/2012.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang perlu disampaikan
antara lain:
1. Kepada guru matematika khususnya guru matematika SMA Negeri 1
Buntu Pane, agar selalu memperhatikan kesulitan yang dialami siswa
dalam belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang menuntut siswa
untuk dapat mengungkapkan ide matematiknya baik secara lisan, tulisan,
gambar ataupun diagram. Untuk itu hendaknya guru matematika dapat
menggunakan metode Co-Op Co-Op dan metode Group Investigation
yang sebagai alternatif dalam kegiatan pembelajaran karena kedua metode
ini dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk dapat mengungkapkan
ide atau gagasan matematika sehingga dapat memotivasi siswa dan melatih
siswa untuk belajar aktif.
2. Guru diharapkan memberikan masalah-masalah dan latihan-latihan yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa dalam menyelesaikan soalsoal yang menuntut kemampuan komunikasi matematik.

59

60

3. Kepada peneliti lanjutan yang berminat untuk melakukan penelitian yang
sejenis supaya memperhatikan kelemahan-kelemahan yang ada pada
penelitian ini yaitu pembuatan tes kemampuan komunikasi matematik
yang digunakan untuk mengukur kemampuan komunikasi matematik
siswa masih kurang baik karena tes tersebut kurang memenuhi indikator
kemampuan komunikasi matematik siswa, siswa sulit menyelesaikan soal
dengan berbagai sudut pandang dan dalam ketrampilan berpikir original,
siswa kurang mampu menemukan gagasan yang baru untuk mencari
alternatif jawaban secara bervariasi, sehingga diharapkan kedepannya akan
lebih baik.

61

DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono, (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,
Rineka Cipta, Jakarta.
Ansari, Bansu l, (2009), Komunikasi Matematik, Pena, Banda Aceh.
Arikunto, Suharsimi, (2009), Dasar-Dasar Evaluasi, Bumi Aksara, Jakarta.
Bambang R, (2008), Membangun Keterampilan Komunikasi Matematika,
http://rbaryans.wordpress.com/2008. (Diakses 26 Agustus 2011).
Departemen Pendidikan Nasional, (2003), Model Pembelajaran Matematika
Sekolah Dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah,
Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono, (2006), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.
Djamarah, S.B, (2006), Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Jakarta.
Ekosuprapto, (2009), Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran
Matematika
, http://ekosuprapto.wordpress.com/2009/04/18/faktorfaktor-yang-mempengaruhi-pembelajaran-matematika. (Diakses 4 Oktober
2011)
FMIPA UNIMED, (2010), Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi, FMIPA,
Medan.
Hudojo, H, (1988), Mengajar Belajar Matematika, Depdikbud, Jakarta.
Lastiono,
(2011),
PTK
Pak
Tono,
http://lastionomatematikasd.blogspot.com/2011/04/ptk-pak-tono.html.
(Diakses 16 Juli 2011).
Mustafidah, Hindayanti, (2009), Jurnal Pengembangan Perangkat Lunak
Komputer
Untuk
Mengevaluasi
Soal
Tes,
http://perpustakaan.uns.ac.id/jurnal/index.php. (Diakses 4 Oktober 2011).
Murzaini, Leni R, (2007), Super Matematika Untuk SMA dan MA Kelas X, Esis,
Jakarta.
NCTM, (2000), Principles and Standards for School Mathematics, National
Council of Teachers of Mathematics, Reston, Va.
Pakar

Matematika, (2010), Prestasi Pendidikan
http://archive.kaskus.us. (Diakses 16 Juli 2011)

Matematika

Indonesia,

62

Roestiyah N.K, (2008), Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta, Bandung.
Sagala, Syaiful, (2009), Konsep dan Makna Pembelajaran, Alfabeta, Bandung.
Situmorang, Fajar, (2010), Perbedaan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa
Yang Diajar Dengan Metode Pemecahan Masalah Dan Metode Tanya
Jawab Pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat Di Kelas X SMA Negeri
1 Tarutung Tahun Pelajaran 2009/ 2010, FMIPA, Medan.
Slavin, Robert E., (2008), Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik, Nusa
Media, Bandung.
Slameto, (2003), Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka
Cipta, Jakarta.
Soejadi, (1999), Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, Jakarta: Dirjen Dikti
Depdiknas.
Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.
Sunardi, dkk, (2008), Matematika 1 SMA/ MA, Bumi Aksara, Jakarta.
Sugiyono, (2008), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta,
Bandung.
Syarif, (2010), Pembelajaran Matematika, http://syarifartikel.blogspot.com.
(Diakses 4 Oktober 2011).
Trianto, (2007), Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik,
Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta.

RIWAYAT HIDUP

Febryansyah Pratama Manurung dilahirkan di Pulau Mandi, pada tanggal 23
Februari 1990. Ayah bernama Syahbudin Manurung, S.Pd dan Ibu bernama
Evinaria Siregar, dan merupakan anak pertama dari tiga orang bersaudara. Pada
tahun 1995 penulis masuk SDN 010102 Buntu Pane dan lulus pada tahun 2002 .
Pada tahun 2002 , penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 1 Percut Sei Tuan
dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004, penulis melanjutkan sekolah di SMA
Negeri 1 Buntu Pane dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis
diterima di Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan melalui jalur PMP. Penulis lulus
ujian skripsi pada tanggal 4 September 2012.

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP DENGAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VII-2 MTSN ANGKUP ACEH TENGAH

0 7 1

PENGARUH METODE TAPPS TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA

3 27 213

PERBEDAAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN YANG MENERAPKAN MODEL GROUP INVESTIGATION DAN RECIPROCAL TEACHING DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS XII IPS SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011/2012

0 2 15

PERBEDAAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN YANG MENERAPKAN MODEL GROUP INVESTIGATION DAN RECIPROCAL TEACHING DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS XII IPS SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011/2012

0 8 162

STUDI PERBANDINGAN LIFE SKILLS (KECAKAPAN HIDUP) SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CO-OP CO-OP DAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP RESUME DENGAN MEMPERHATIKAN KONSEP DIRI PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VII DI SMP NEGERI 2 CANDIPURO, LAMPUNG SELA

1 23 92

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CO-OP CO-OP DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

6 20 62

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) PADA SISWA KELAS X5 DI SMA NEGERI 1 SAWANG

0 0 10

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 MAWASANGKA TENGAH DALAM MENGUASAI MATERI AJAR MATEMATIKA

0 0 9

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR IPS EKONOMI SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN METODE LATIHAN DENGAN METODE CERAMAH KELAS III SLTP NEGERI 1 MUARA BADAK TAHUN PELAJARAN 20002001

0 0 27

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN PETA KONSEP PADA MATERI PERSAMAAN KUADRAT DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH PESERTA DIDIK KELAS X SMA DI KABUPATEN KUDUS

0 0 11