STUDI PERBANDINGAN LIFE SKILLS (KECAKAPAN HIDUP) SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CO-OP CO-OP DAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP RESUME DENGAN MEMPERHATIKAN KONSEP DIRI PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VII DI SMP NEGERI 2 CANDIPURO, LAMPUNG SELA

(1)

STUDI PERBANDINGANLIFE SKILLS(KECAKAPAN HIDUP) SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN CO-OP CO-OP

DAN MODEL PEMBELAJARANGROUP RESUMEDENGAN

MEMPERHATIKAN KONSEP DIRI PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VII DI SMP NEGERI 2 CANDIPURO, LAMPUNG

SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

Arrum Maishah Saba Putri

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya life skills siswa mata pelajaran IPS Terpadu kelas VII Semester genap SMP Negeri 2 Candipuro, Lampung Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan mana yang lebih efektif antara model pembelajaran Co-op Co-op dan model pembelajaran Group Resume dalam meningkatkan life skills siswa serta untuk mengetahui pengaruh konsep diri yang dimiliki siswa terhadap pembentukan karakter sikap life skills di dalam pembelajaran IPS Terpadu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu dengan pendekatan komparatif. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah teknik cluster random sampling. Pengujian hipotesis menggunakan rumus analisis varian dua jalan dan t-test dua sampel independen.

Berdasarkan analisis data diperoleh hasil: (1) Ada perbedaan life skills siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Co-op Co-op dengan siswa yang menggunakan model pembelajaranGroup Resumepada mata pelajaran IPS Terpadu. (2) Ada perbedaan life skills siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Co-op Co-op lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya mengggunakan model pembelajaran Group Resume bagi siswa yang memiliki konsep diri tinggi pada mata pelajaran IPS Terpadu. (3) Ada perbedaan life skills siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Co-op Co-op lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya mengggunakan model pembelajaran Group Resume bagi siswa yang memiliki konsep diri rendah pada mata pelajaran IPS Terpadu. (4) Ada perbedaan interaksi antara model pembelajaran dengan konsep diri terhadaplife skills.


(2)

MEMPERHATIKAN KONSEP DIRI PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VII DI SMP NEGERI 2 CANDIPURO, LAMPUNG

SELATAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

Arrum Maishah Saba Putri

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Ekonomi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

Penulis dilahirkan di Desa Sidoasri, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lampung Selatan pada 5 April 1993. Anak pertama dari dua bersaudara, putri dari pasangan Bapak Samingan dan Ibu Badriyah.

Pendidikan formal yang diselesaikan penulis diantaranya berikut. 1. TK Mathlaul Anwar diselesaikan pada tahun 1999.

2. MIN Waygalih diselesaikan pada tahun 2005.

3. SMP Negeri 1 Candipuro diselesaikan pada tahun 2008. 4. SMK Negeri 1 Kalianda diselesaikan pada tahun 2011

Pada tahun 2011, penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung melalui jalur tertulis Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada 22 – 31 Januari 2014, penulis mengikuti Kuliah Kerja Lapangan di Solo-Bali-Yogyakarta-Bandung-Jakarta. Pada bulan Juli – September, penulis mengikuti Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Pekon Balak, Kecamatan Batu Brak, Kabupaten Lampung Barat dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Batu Brak.


(7)

Dengan mengucapkan Bismillahirohmanirrohim.

Ya Allah SWT terimakasih atas segala jalan yang Engkau berikan kepada hamba sehingga karya sederhana ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam untuk nabi besar Muhammad

SAW yang selalu dinantikan safa atnya di akhir zaman.

Dengan penuh syukur dan kerendahan hati, kupersembahkan karya sederhana ini kepada: 1. Bapak SamingandanIbu Badriyah orang tuaku tercinta, terima kasih atas setiap do a,

dukungan, kasih sayang, perhatian, nasehat dan perjuangan untuk masa depanku. Terima kasih atas setiap kekuatan untuk menguatkan yayuk. Terima kasih telah menjadi orang

tua yang sangat luar biasa.

2. Adikku tercintaBrian Saba Putrayang selalu menjadi sumber tawa canda keluarga. 3. Lelaki yang kelak akan menjadi tenan hidup dan ayah dari anak-anakku.

4. Para pendidikku yang telah memberikan ilmu bermanfaat. 5. Sahabat-sahabatku tersayang.

6. Teman-temanku.


(8)

Moto

Orang tuaku adalah penguatku (Arrum Maishah Saba Putri)

Fokus pada perbaikan diri dan kehidupan sendiri, agar terus tumbuh dan mengkualitaskan hidup

(Arrum Maishah Saba Putri)

Jadilah sahabat terbaik bagi diri sendiri, karena telinga mempercayai mulut yang paling dekat

(Arrum Maishah Saba Putri)

Berdo a dan berjuanglah, biar Allah yang memberikan jalan (Arrum Maishah Saba Putri)

Ada kalanya belajar mendengarkan dan belajar mengabaikan hinaan (Arrum Maishah Saba Putri)

Tidak ada yang lebih kejam dari pada melarang diri sendiri menjadi pribadi baik yang mapan, sejahtera, dan berbahagia

(Arrum Maishah Saba Putri) The sweetest revenge is success


(9)

Alhamdulillahirobil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, petunjuk dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya sederhana ini dengan segala kelebihan dan kekurangan. Skripsi dengan judul

“Studi Perbandingan Life Skills (Kecakapan Hidup) Siswa dengan Menggunakan

Model Pembelajaran Co-op Co-op dan Model Pembelajaran Group Resume dengan Memperhatikan Konsep Diri Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII di SMP Negeri 2 Candipuro, Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015”, penulis susun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi di Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan, saran, motivasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hi. Sugeng P. Harianto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. Abdurrahman, M. Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama FKIP Universitas Lampung.


(10)

5. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FKIP Universitas Lampung.

6. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung.

7. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, FKIP Universitas Lampung. 8. Bapak Dr. Edy Purnomo, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I sekaligus

Pembimbing Akademik yang telah membimbing, memberikan saran serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak Drs. Yon Rizal, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing, memberikan saran serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si., selaku Dosen Penguji yang telah membimbing, memberikan saran serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.

12. Bapak Marsudi, S. Pd. selaku Kepala SMP Negeri 2 Candipuro, terima kasih atas kesediaanya memberikan kesempatan kepada saya untuk menjadikan SMP Negeri 2 Candipuro sebagai tempat penelitian.


(11)

informasi yang bermanfaat untuk kepentingan penelitian dalam skripsi ini. 14. Seluruh siswa SMP Negeri 2 Candipuro, khususnya kelas VII yang telah

menjadi subyek penelitian.

15. Bapak Samingan dan Ibu Badriyah, orang tuaku tercinta yang telah mendidik, memberikan kasih sayang tak terhingga, dan tidak pernah lelah berjuang untuk masa depanku.

16. Adikku tercinta Brian Saba Putra, terima kasih atas canda tawamu, semoga yayuk bisa menjadi panutan dan akan berjuang untuk masa depanmu.

17. Keluarga besarku, terima kasih atas segala dukungan dan do’a yang diberikan selama ini.

18. Orang yang selalu menguatkan, Udo Arie. Terima kasih untuk setiap do’a dan dukungannya.

19. Sahabat-sahabatku tersayang, Ayuk Icha,Dedek Ratna, Heni, Isra’, Mba Des, Mba Dit. Terima kasih untuk kebersamaan yang kalian ukir dalam perjalananku selama ini.

20. Saudara-saudara seperjuanganku di kelas genap Pendidikan Ekonomi angkatan 2011, Ajeng, Awid, Cici, Cui, Edy, Eka, Irfan, Komar, Mba Yul, Mbole, Mba Rika, Meilani, Ocni, Sandy, Saolin, Susi, Tata, Wahyu, Wayan, Wulan, Yayuk dan Yuda, Yona. Terima kasih untuk suka duka menghadapi dinamika perkuliahan selama ini.

21. Shindi dan Lailiyah, terima kasih sudah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.


(12)

23. Kak Dani dan Om Herdi terima kasih atas bantuan dan candaannya selama ini.

24. Sahabat-sahabatku di kosan Wisma Indah (Ana, Mba Sis, Rina) serta penghuni kosan lainnya, terima kasih telah menjadi keluarga terdekat di perantauan ini.

25. Sahabatku di rumah, Abdul & Nenq Ummi, terima kasih atas kebersamaanya selama ini.

26. Pak Fathur dan Pak Musripin, terima kasih untuk setiap do’a dan

dukungannya.

27. Sahabat-sahabat sekaligus keluarga baruku tersayang selama KKN dan PPL di Pekon Balak, Kec. Batu Brak. Lampung Barat (Anggun, Erizka, Jono, Rendri, Rika, Titi, Tiyas ,Ummi Alvi, Uni Yuni, dan Wira), terima kasih untuk kekeluargaannya selama 3 bulan yang lalu dan seterusnya.

28. Keluarga besar Bapak Peratin Edison dan Inan Lis, terima kasih untuk kenyamanan yang kalian berikan kepadaku selama KKN-PPL.

29. Keluarga besar SMA Negeri 1 Batu Brak yang telah memberikan banyak pelajaran dan pengalaman selama PPL.

30. Keluarga besar Pekon Balak, Kec. Batu Brak, Kab. Lampung Barat yang telah memberikan banyak pelajaran dan pengalaman selama KKN.

31. Terima kasih untuk semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.


(13)

jauh dari kesempurnaan tetapi penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amiin.

Bandar Lampung, Mei 2015 Penulis,


(14)

DAFTAR ISI

COVER DAFTAR ISI

BAB Halaman I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah .. ... 8

D. Rumusan Masalah ... ... 8

E. Tujuan Penelitian ... ... 9

F. Manfaat Penelitian ... ...10

G. Ruang Lingkup... ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 12

1. Teori Belajar a. Teori Belajar Psikologi Behavioristik ... ... 12

b. Teori Belajar Psikologi Kognitif ... ... 13

c. Teori Belajar Psikologi Humanistik ... ... 15

2. Life Skills ... ... 17

3. Model Pembelajaran Kooperatif ... ... 24

4. Model Pembelajaran Co-op Co-op ... ... 26

5. Model Pembelajaran Group Resume ... ... 28

6. IPS Terpadu ... ... 30


(15)

C. Kerangka Pikir ... ... 37

D. Hipotesis ... ... 46

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... ... 48

1. Desain Penelitian . ... 49

2. Prosedur Penelitian ... ... 50

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... ... 51

C. Variabel Penelitian ... ... 52

D. Definisi Konseptual ... ... 53

E. Definisi Operasional .. ... 54

F. Instrumen Penelitian .. ... 56

G. Uji Persyaratan Instrumen ... ... 58

H. Uji Persyaratan Analisis Data 1. Uji Normalitas ... ... 60

2. Uji Homogenitas .. ... 61

I. Teknik Analisis Data 1. T-Test Dua Sampel Independen ... ... 61

2. Analisis Varians Dua Jalan ... ... 63

J. Pengujian Hipotesis ... ... 64

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokal Penelitian ... ... 66

1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP Negeri 2 Candipuro ... ... 66

2. Situasi dan Kondisi SMP Negeri 2 Candipuro ... ... 67

3. Proses Belajar Mengajar di SMP Negeri 2 Candipuro ... ...68

4. Kondisi Siswa, Guru dan Pegawai SMP Negeri 2 Candipuro ... ... 69

B. Implementasi Pelaksanaan Proses Pembelajaran ... ... 70

1. Pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Co-op Co-op (Kelas Eksperimen) ... ... 70


(16)

C. Deskripsi Data... ... 80

A.Data Hasil Observasi Life Skills Siswa di Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 80

B.Data Hasil Observasi Life Skills Siswa yang Memiliki Konsep Diri Tinggi dan Rendah di Kelas Eksperimen dan Kontrol ... ... 85

D. Pengujian Persyaratan Analisis Data ... ... 92

A.Uji Normalitas ... ... 92

B.Uji Homogenitas .... ... 93

E. Hasil Observasi Life Skills di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... ... 94

F. Pengujian Hipotesis ... ... 95

G. Pembahasan ... ... 103

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... ... 118

B. Saran ... ... 119

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(17)

Tabel Halaman

1. Kesenjangan antara Harapan dan Fakta yang Terjadi... 4

2. Penelitian yang Relevan... 36

3. Desain Penelitian Eksperimen ... 49

4. Definisi Operasional Variabel... 54

5. Penilaian PernyataanFavorabledanUnfavorable ... 57

6. Tingkat Besarnya Reliabilitas ... 60

7. Rumus Unsur Tabel Persiapan Anava Dua Jalan ... 63

8. Cara Untuk Menentukan Kesimpulan Hipotesis Anava ... 64

9. Data Ruang Kelas ... 68

10. Data Ruang Lainnya ... 68

11. Data Siswa ... 69

12. Data Jumlah Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin ... 69

13. Data Guru ... 69

14. Distribusi Frekuensi Hasil ObservasiLife SkillsSiswa Kelas Eksperimen ... 81

15. Distribusi Frekuensi Hasil Observasi TerhadapLife SkillsSiswa Kelas Kontrol ... 83

16. Distribusi Frekuensi HasilLife SkillsSiswa yang Memiliki Konsep Diri Tinggi Kelas Ekperimen ... 85

17. Distribusi Frekuensi Hasil Observasi TerhadapLife SkillsSiswa yang Memiliki Konsep Diri Rendah Kelas Kontrol ... 87

18. Distribusi Frekuensi Hasil Observasi TerhadapLife SkillsSiswa yang Memiliki Konsep Diri Tinggi di Kelas Kontrol... 89


(18)

20. Hasil Uji Normalitas HasilLife SkillsSiswa Kelas Eksperimen

Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 93

21. Hasil Uji Homogenitas Varians Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 94

22. Perbandingan HasilLife SkillsSiswa di Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 94

23. Hasil Pengujian Hipotesis 1 ... 97

24. Hasil Pengujian Hipotesis 2 ... 99

25. Hasil Pengujian Hipotesis 3 ... 100


(19)

Lampiran

1. Struktur Organisasi SMP Negeri 2 2. Daftar Nama Guru Mata Pelajaran 3. Daftar Nama Siswa Kelas VII A 4. Daftar Nama Siswa Kelas VII B 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 6. Kisi-kisi Angket

7. Angket Konsep Diri

8. Uji Validitas Angket Konsep Diri 9. Reliability Analysis

10. Hasil Tes Angket Kelas VII A 11. Hasil Tes Angket Kelas VII B 12. Kisi-kisi Observasi

13. Lembar Observasi Kelas VII A 14. Lembar Observasi Kelas VII B

15. Uji Normalitas Variabel Kelas Ekserimen dan Kelas Kontrol 16. Uji Homogenitas Variabel Kelas Ekserimen dan Kelas Kontrol 17. Hasil Hipotesis


(20)

Gambar Halaman 1. Skema TerinciLife Skills(Ditjen Penmum, 2002) ... 20 2. Interaksi antara Model Pembelajaran Kooperatif dan Konsep Diri

terhadapLife SkillsSiswa Kelas VII SMP Negeri 2 Candipuro,

Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015 ... 46 3. Profil Plots ... 102


(21)

Grafik Halaman 1. Life SkillsSiswa Kelas Eksperimen ... 83 2. Life SkillsSiswa Kelas Kontrol... 85 3. Life SkillsSiswa yang Memiliki Konsep Diri Tinggi Kelas

Eksperimen ... 87 4. Life SkillsSiswa yang Memiliki Konsep Diri Rendah

di Kelas Kontrol ... 88 5. Life SkillsSiswa yang Memiliki Konsep Diri Tinggi

di Kelas Kontrol ... 90 6. Life SkillsSiswa yang Memiliki Konsep Diri Tinggi

di Kelas Eksperimen ... 92 7. Perbandingan HasilLife SkillsSiswa Kelas Eksperimen dan


(22)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

IPS atau Social Studies adalah salah satu mata pelajaran di sekolah yang mempunyai tugas mulia dan menjadi fondasi penting bagi pengembangan kecerdasan personal, sosial, emosional, dan intelektual. Mata pelajaran IPS mengkaji berbagai aspek kehidupan masyarakat secara terpadu, karena memang kehidupan masyarakat merupakan totalitas, integrasi, atau multidimensi dari berbagai aspek. Pembelajaran IPS diharapkan mampu mengantarkan dan mengembangkan kompetensi peserta didik ke arah kehidupan bermasyarakat dengan baik dan fungsional, memiliki kepekaan sosial dan mampu berpartisipasi dalam mengatasi masalah-masalah sosial sesuai dengan usianya.

Menurut Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas, dalam Maryani (2011: 11), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial. Adapun tujuan IPS adalah agar peserta didik memiliki kemampuan berikut:

1. mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya;

2. memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; 3. memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan;

4. memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat majemuk, di tingkal lokal, nasional, dan global.


(23)

Tidak hanya berkaitan dengan pengetahuan mengenai ilmu sosial, seperti yang disebutkan di atas, pembelajaran IPS Terpadu tingkat SMP juga bertujuan untuk mengajarkan siswanya memiliki kemampuan dalam berfikir kritis, memecahkan masalah, berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat. Menurut Hidayanto dalam Anwar (2006:5) empat pilar pembelajaran terdiri atas pengetahuan, keterampilan, kemandirian dan kemauan untuk menyesuaikan diri dan bekerjasama.

Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isimaka dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, prinsip pembelajaran yang digunakan di sekolah meliputi:

1. dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu;

2. dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar;

3. dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah;

4. dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi; 5. dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu;

6. dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;

7. dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif;

8. peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills);

9. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjanghayat;

10. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);

11. pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; 12. pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa

saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas;

13. pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan

14. pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.

Bersandar pada pendapat Hidayanto dalam Anwar (2006:5) mengeni empat pilar pembelajaran dimana siswa dapat memiliki pengetahuan, keterampilan,


(24)

kemandirian dan kemauan untuk menyesuaikan diri dan bekerjasama dan begitu juga dalam Standar Proses Pembelajaran di atas, dimana siswa dapat meningkatkan dan menyeimbangkan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills) maka dalam suatu pembelajaran hendaknya disisipkan konseplife skills.

Departemen Pendidikan Nasional dalam Anwar (2006: 28) membagi life skills menjadi empat jenis, yaitu:

1. kecakapan personal (personal skills) yang mencakup kecakapan mengenal diri (self awareness) dan kecakapan berpikir rasional (rational skills).

2. kecakapan sosial (social skills)

3. kecakapan akademik (academik skills) 4. kecakapan vokasional (vocational skills)

Life skills yang merupakan kecakapan hidup melatih siswa untuk bisa hidup mandiri dan survivedi lingkungannya. Pada tingkat SMP lebih menekankan pada kecakapan hidup umum (generic skill), yaitu mencakup aspek kecakapan personal (personal skill) dan kecakapan sosial (social skill) dua kecakapan ini merupakan prasyarat yang harus diupayakan berlangsung pada jenjang ini. Pada tingkat SMP ini, siswa dapat memiliki kecakapan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS Terpadu, yakni kecakapan personal, kecakapan berpikir rasional seperti menggali informasi dan memecahkan masalah, kecakapan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan, dan kecakapan bekerjasama.

Bekerjasama dengan baik dan aktif merupakan dasar bagi siswa dalam kegiatan kelompok belajar, tapi masih banyak siswa yang belum bisa mengaplikasikan dengan baik di kelas. Bagaimana menggali informasi dan memecahkan masalah juga siswa masih belum menguasainya dengan baik karena terbiasa dengan apa yang diberikan oleh guru. Padahal merupakan sesuatu yang sangat penting bagi


(25)

siswa untuk dapat memiliki kecakapan-kecakapan hidup yang sesuai bagi tingkatan sekolahnya.

Tabel 1. Kesenjangan antara Harapan dan Fakta yang Terjadi

No Fakta yang terjadi Harapan yang diinginkan

1 Siswa belum menyadari apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan yang dimiliki sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan makhluk sosial.

Siswa dapat menyadari dan

mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus

menjadikannya sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.

2 Siswa masih mengandalkan dan berdasarkan perintah guru dalam memperoleh informasi.

Siswa dapat menggali dan menemukan informasi sendiri.

3 Di dalam kelas siswa sulit mengambil kesimpulan dalam hasil diskusi.

Siswa dapat mengolah dan mengambil keputusan termasuk dalam

pembahasan diskusi. 4 Siswa masih kurang baik dalam

berkomunikasi secara lisan dan tulisan.

Siswa dapat berkomunikasi dengan baik secara lisan dan tulisan. Hasil Wawancara dengan Guru IPS Terpadu Kelas VII SMP Negeri 2

Candipuro

Kecakapan-kecakapan yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa tersebut, dapat didukung dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai di kelas, yang dapat meningkatkan life skills siswa. Tabel 1 menunjukan bahwa masih belum tercapainya kecapan yang harus dimiliki siswa, hal ini disebabkan karena kegiatan pembelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 2 Candipuro, Lampung Selatan masih sering hanya terpaku pada cara agar materi cepat selesai. Pada saat pembelajaran dimulai guru langsung memulai dengan memberikan tugas kepada siswa untuk merangkum materi dan hanya menjelaskan seperlunya. Hal ini menjadikan informasi yang diperoleh siswa hanya berasal dari buku paket dan dari informasi yang disampaikan oleh guru. Akibatnya kemampuan life skills siswa rendah, seperti pada saat di dalam kelas siswa cenderung pasif tidak mau ikut berperan dalam kegiatan belajar mengajar.


(26)

Guru begitu monoton memberikan materi dengan model pembelajaran yang kurang melatih dan mengeksplor kemampuan siswa dalam berfikir dan bekerjasama dalam kelompok, sehingga diperlukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan life skills siswa. Sesuai dengan pendapat Hidayanto dalam Anwar (2006: 29) bahwa untuk membelajarkan masyarakat, perlu adanya dorongan dari pihak luar atau pengkondisian untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri masing-masing individu, dalam arti bahwa keterampilan yang diberikan harus dilandasi oleh keterampilan belajar(learning skills).

Model pembelajaran yang dimaksudkan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dimana siswa dapat berpikir kritis dan menyampaikan pendapatnya mengenai suatu masalah yang didiskusikan, adanya komunikasi antar siswa, bekerjasama dalam kelompok, dan dapat memberikan masukan dan kritikan terhadap hasil diskusi kelompok lain sehingga guru perlu menggunakan model pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Menurut Nurulhayati dalam Rusman (2011: 203) pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Beberapa pembelajaran kooperatif yang


(27)

diadaptasikan pada mata pelajaran untuk dapat meningkatkan life skills siswa adalah model pembelajaran co-op co-op dan model pembelajarangroup resume. Pada model pembelajaran co-op co-op dan model pembelajaran group resume, siswa dibagi ke dalam kelompok yang beranggotakan 4 – 5 siswa. Model pembelajaran co-op co-op, siswa memilih topik yang dibagikan oleh guru kemudian pembagian topik kecil kepada anggota kelompok untuk menjadi tugas individu. Siswa akan melaksanakan presentasi topik kecil di dalam kelompok mereka yang kemuadian mengambil kesimpulan untuk menjadi hasil diskusi kelompoknya masing-masing. Dilanjutkan dengan presentasi di depan kelas dan evaluasi. Sementara itu, model pembelajaran group resume, kegiatan akan lebih efektif jika resume itu berkaitan dengan materi yang sedang guru ajarkan. Data resumedapat berupa: latar belakang pendidikan, kursus yang diikuti, pemahaman tentang mata pelajaran yang dikuasai, ketrampilan, hobi dan bakat. Lalu masing-masing kelompok mempresentasikanresumemereka.

Penelitian ini akan melihat bagaimana kedua model pembelajaran tersebut diterapkan dan melihatlife skills siswa dengan perlakuan model pembelajaran co-op co-co-op dan model pembelajaran group resume. Hal ini diterapkan karena life skills siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Candipuro, Lampung Selatan masih tergolong rendah. Penerapan kedua model pembelajaran tersebut diduga dapat meningkatkanlife skills siswa.

Kegiatan model pembelajaran yang aktif dan interaktif dapat terjadi jika siswa itu memiliki mental yang baik, sehingga siswa harus memiliki konsep diri yang baik juga. Seperti yang didefinisikan Calhaoun dan Socella dalam Ghufron (2010: 13)


(28)

bahwa konsep diri sebagai gambaran mental diri seseorang. Konsep diri mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku individu, yaitu individu akan bertingkah laku sesuai dengan konsep diri yang dimiliki, Rahmat dalam Ghufron (2010: 13). Pernyataan tersebut didukung oleh Burns dalam Ghufron (2010: 13) menyatakan bahwa konsep diri akan mempengaruhi cara individu dalam bertingkah laku di tengah masyarakat. Hal ini berarti konsep diri yang baik akan membuat siswa memiliki kepercayaan diri dan lebih aktif dalam pembelajaran di kelas.

Berdasarkan dari uraian tersebut, maka peneliti mengambil judul:Studi

PerbandinganLife Skills(Kecakapan Hidup) Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Co-op Co-op dan Model PembelajaranGroup Resume dengan Memperhatikan Konsep Diri Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VII di SMP Negeri 2 Candipuro, Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015”.

B. Identifikasi Masalah

1. Belum tecapainyalife skillssiswa yang sesuai dengan jenjang sekolahnya. 2. Antar individu atau kelompok siswa belum terjalin komunikasi dan kerjasama

yang baik.

3. Siswa belum secara mandiri dalam mencari dan memperoleh informasi yang berkaitan dengan pembelajaran.

4. Guru belum menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkanlife skillssiswa.


(29)

5. Konsep diri siswa belum dijadikan pertimbangan guru dalam proses pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Pengkajian suatu masalah perlu diberikan batasan yang jelas agar tidak terjadi kekaburan dan cara pandang yang berbeda, hal ini dilakukan agar permasalahan dapat dikaji secara mendalam. Penelitian ini difokuskan pada pengkajian mengenai perbedaanlife skills(kecakapan hidup) siswa yang menggunakan model pembelajaran co-op co-op dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran group resume dengan memperhatikan konsep diri. Hal ini dimaksudkan untuk mengarahkan kajian penelitian sehingga tidak melebar yang dapat mengakibatkan penelitian masalah menjadi bias.

D. Rumusan Masalah

1. Apakah terdapat perbedaan life skills antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Co-op Co-op dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran Group Resume pada mata pelajaran IPS Terpadu?

2. Apakah life skills yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Co-op Co-op lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran Group Resume bagi siswa yang memiliki konsep diri tinggi pada mata pelajaran IPS Terpadu?

3. Apakah life skills yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Co-op Co-op lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan model


(30)

pembelajaran Group Resume bagi siswa yang memiliki konsep diri rendah pada mata pelajaran IPS Terpadu?

4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran Co-op Co-op dan Group Resumedengan konsep diri terhadaplife skills?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah suatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai dilaksanakan. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. untuk mengetahui perbedaan life skills antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Co-op Co-op dan model pembelajaran Group Resumepada mata pelajaran IPS Terpadu;

2. untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran Co-op Co-op dibandingkan dengan model pembelajaran Group Resume bagi siswa yang memiliki konsep diri tinggi dalam meningkatkan life skills siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu;

3. untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran Group Resume dibandingkan dengan model pembelajaran Co-op Co-op bagi siswa yang memiliki konsep diri rendah dalam meningkatkan life skills siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu;

4. untuk mengetahui adanya interaksi antara penggunaan model pembelajaran Co-op Co-op danGroup Resumedengan konsep diri terhadaplife skillssiswa pada mata pelajaran IPS Terpadu;


(31)

F. Manfaat Penelitian

Pada hakekatnya suatu penelitian yang dilaksanakan oleh seseorang diharapkan akan mendapatkan manfaat tertentu. Begitu pula dengan penelitian ini diharapkan mendatangkan manfaat antara lain.

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian secara teoritis dapat memberikan sumbangan penggunaan model pembelajaran di sekolah-sekolah karena semua guru dan siswa akan aktif dalam pembelajaran.

2. Secara Praktis a. Bagi Siswa

1) Meningkatkan aktivitas siswa di dalam kelas. 2) Meningkatkanlife skills siswa.

3) Memperoleh pengalaman belajar secara langsung dengan model pembelajaran co-op co-op dan model pembelajaran group resume yang diharapkan dapat meningkatkan life skills siswa pada pembelajaran IPS Terpadu.

b. Bagi Guru

Memiliki gambaran mengenai pembelajaran IPS Terpadu yang efektif, dapat mengidentifikasi permasalahan belajar yang ada di kelas, dapat mencari solusi untuk pemecahan masalah dan dapat digunakan untuk menyusun program peningkatan efektivitas lebih baik karena siswa dan guru aktif bersama.


(32)

c. Bagi Peneliti

Peneliti dapat memperoleh pengalaman secara langsung dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif yang juga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS Terpadu.

G. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah. 1. Objek Penelitian

Ruang lingkup objek penelitian yang diteliti adalah tentang model pembelajaran co-op co-op dan model pembelajaran group resume, life skills dan konsep diri.

2. Subjek Penelitian

Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap.

3. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah SMP Negeri 2 Candipuro, Lampung Selatan. 4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester genap Tahun Pelajaran 2014/2015. 5. Ilmu Penelitian


(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

Bagian ini akan membahas tinjauan pustaka mengenai teori belajar, life skills, pembelajaraan kooperatif, model pembelajaran co-op co-op, model pembelajaran group resume, mata pelajaran IPS Terpadu, konsep diri, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis.

1. Teori Belajar

a. Teori Belajar Psikologi Behavioristik

Guru-guru yang menganut pandangan ini berpendapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu dan masa sekarang dan bahwa segenap tingkah laku merupakan hasil belajar, dan kita dapat menganalisis kejadian tingkah laku dengan jalan mempelajari latar belakang penguatan (reinforcement) terhadap tingkah laku tersebut, Dalyono (2012: 30). Hal ini dapat diartikan bahwa belajar merupakan akibat adanya stimulus dari luar dan respon dari siswa. Psikologi aliran behavioristik mulai berkembang sejak lahirnya teori-teori tentang belajar yang dipelopori oleh Thorndike, Palvlov, Watson, dan Guthrie. Mereka masing-masing telah mengadakan


(34)

penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang berharga mengenai hal belajar.

Teori belajar Thorndike disebut “connectionism” karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Teori ini sering pula disebut “trial-and-error-learning”. Objek penelitian dihadapkan kepada situasi baru yang belum dikenal dan membiarkan objek melakukan berbagai pola aktivitas untuk merespon situasi itu. Dalam hal itu objek mencoba berbagai cara bereaksi sehingga menemukan keberhasilan dalam membuat koneksi suatu reaksi dengan stimulusnya.

Ciri-ciri belajar dengan “trial-and-error” menurut Thorndike dalam Dalyono (2012: 31) yaitu:

1) ada motif pendorong aktivitas; 2) ada berbagai respon terhadap situasi;

3) ada eliminasi respon-respon yang gagal/salah, dan; 4) ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.

b. Teori Belajar Psikologi Kognitif

Dalam teori belajar ini, berpendapat bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh“reward”dan“reinforcements” tetapi tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkah laku itu terjadi, Dalyono (2012: 34). Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh “insight” untuk pemecahan masalah. Jadi kaum kognitif berpandangan, bahwa tingkah laku seseorang lebih bergantung kepada insight terhadap hubungan-hubungan yang ada di dalam suatu


(35)

situasi. Keseluruhan adalah lebih daripada bagian-bagiannya. Mereka memberi tekanan pada organisasi pengamatan atas stimulus di dalam lingkungan serta pada faktor-faktor yang mempengaruhi pengamatan.

Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkrit menuju abstrak, Dalyono (2012: 37). Piaget adalah seorang psikolog “developmental

karena penelitiannya mengenai tahap-tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Piaget menggunakan istilah “scheme” secara “intercyhangably”dengan istilah struktur.Schemeadalah pola tingkah laku yang dapat diulang.

Schememenurut Piaget dalam Dalyono (2012: 38) berhubungan dengan: 1) refleks-refleks pembawaan; misalnya bernapas, makan, minum; 2) scheme mental; misalnya “scheme of classification”, “scheme of

operation” (pola tingkah laku yang masih sukar diamati seperti sikap), dan “scheme of operation” (pola tingkah laku yang dapat diamati).

Menurut Piaget dalam Dalyono (2012: 38), intelegensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek, yaitu:

1) struktur, disebut juga“scheme”,seperti yang dikemukakan di atas; 2) isi, disebut juga “content”, yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala

individu menghadapi suatu masalah;

3) fungsi, disebut juga “function”, yang berhubungan dengan cara seseorang mencapai kemajuan intelektual.

Kepada siswa harus diberikan suatu area yang belum diketahui agar ia dapat belajar, karena ia dapat belajar dari apa yang telah diketahuinya saja. Ia tak dapat menggantungkan diri pada asimilasi, siswa akan mengadakan usaha untuk dapat mengakomodasi. Situasi atau area itulah yang akan mempermudah pertumbuhan kognitif.


(36)

c. Teori Belajar Psikologi Humanistik

Perhatian psikologi humanistik yang terutama tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Menurut para pendidik aliran humanistis penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa, Dalyono (2012: 43). Hal ini berarti teori belajar humanistik memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya yaitu siswa.

Para behaviorist memandang orang sebagai makhluk reaktif yang memberikan responnya terhadap lingkungannya. Pengalaman lampau dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Sebaliknya para humanis mempunyai pendapat bahwa tiap orang itu menentukan perilaku mereka sendiri. Mereka bebas dalam memilih kualitas hidup mereka, tidak terikat oleh lingkungannya, Dalyono (2012: 44). Hal ini berarti teori belajar psikologi behavioristik berpendapat bahwa pengalaman lampau dan pemeliharaan yang membentuk perilaku seseorang sedangkan teori belajar humanistik berpendapat bahwa perilaku seseorang terbentuk karena pilihan dalam kualitas hidup mereka tanpa terikat oleh lingkungan.

Menurut Habermas “belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan maupun dengan sesama manusia. Menurut Rogers, siswa yang belajar hendaknya tidak dipaksa, melainkan dibiarkan belajar bebas, siswa diharapkan dapat mengambil keputusan sendiri dan berani bertanggung jawab atas keputusan-keputusan yang diambilnya sendiri”


(37)

Apabila seorang guru mengeluh bahwa siswanya tidak mempunyai motivasi untuk melakukan sesuatu, ini sesungguhnya berarti bahwa siswa itu tidak mempunyai motivasi untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh guru itu. Apabila guru memberikan aktivitas yang lain, mungkin sekali siswa akan memberikan reaksi yang positif. Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian padalearning, ialah:

1) pemerolehan informasi baru;

2) personalisasi informasi ini pada individu.

Combs memberikan lukisan “persepsi diri” dan “persepsi dunia”

seseorang seperti dua lingkaran besar dan kecil yang bertitik pusat satu. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari “persepsi diri” makin berkurang

pengaruhnya pada individu dan makin dekat peristiwa-peristiwa itu dari

“persepsi diri” makin besar pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi hal -hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah -hal itu terlupakan, Dalyono (2012: 45).

Berdasarkan pemaparan di atas, maka model pembelajaran co-op co-op lebih menekankan pada teori psikologi humanistik ini dimana sesuai dengan pendapat Habermas yang juga terdapat pada model pembelajaran co-op co-op bahwa siswa tidak dipaksa untuk belajar melainkan dibiarkan untuk belajar dan berani bertanggung jawab atas keputusan-keputusannya sendiri. Hal ini dapat dilihat saat siswa menyeleksi sendiri topik tim, memilih sendiri topik untuk kelompoknya, membagi topik kecil sebagai tugas individu dan kelompok bisa mempertanggung jawabkannya hasil diskusinya pada saat presentasi di depan kelas.

Model pembelajaran group resume sesuai dengan sudut pandang teori belajar psikologi humanistik memiliki tujuan utama yaitu para pendidik


(38)

adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Hal ini berarti teori belajar humanistik memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya yaitu siswa.

2. Life Skills(Kecakapan Hidup)

Pengertian life skillsmenurut Tim BBE Depdiknas dalam Anwar (2006: 19), kecakapan hidup (life skills) merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya. Dijelaskan pula oleh Brolin dalam Anwar (2006: 20) bahwa life skills constitute a continuum of knowledge and aptitude that are necessary for a person to function affectively and to avoild interruptions of employment experience. Dapat dinyatakanlife skills sebagai kecakapan untuk hidup.

Istilah hidup, tidak semata-mata memiliki kemampuan tertentu saja (vocational job), namun ia harus memiliki kemampuan dasar pendukungnya serta fungsional seperti membaca, menulis, menghitung, merumuskan, dan memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam tim, terus belajar di tempat kerja, mempergunakan teknologi, menurut Satori dalam Anwar (2006: 20). Life skills ini memiliki cakupan yang luas, berinteraksi


(39)

antara pengetahuan yang diyakini sebagai unsur penting untuk hidup lebih mandiri.

Life skills mengacu pada berbagai ragam kemampuan yang diperlukan seseorang untuk menempuh kehidupan dengan sukses, bahagia dan secara bermartabat di masyarakat.Life skills merupakan kemampuan berkomunikasi secara efektif, kemampuan mengembangkan kerja sama, melaksanakan peranan sebagai warga negara yang bertanggung jawab, memiliki kesiapan serta kecakapan untuk bekerja, dan memiliki karakter dan etika untuk terjun ke dunia kerja.

Ciri pembelajaran life skills menurut Depdiknas dalam Anwar (2006: 21) adalah:

a. terjadi proses identifikasi kebutuhan belajar; b. terjadi proses penyadaran untuk belajar bersama;

c. terjadi keselarasan kegiatan belajar untuk mengembangkan diri, belajar, usaha mandiri, usaha bersama;

d. terjadi proses penguasaan kecakapan personal, sosial, vokasional, akademik, manajerial, kewirausahaan;

e. terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan pekerjaan dengan benar, menghasilkan produk bermutu;

f. terjadi proses interaksi saling belajar dari ahli; g. terjadi proses penilaian kompetisi, dan;

h. terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha bersama.

Life skills membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan belajar(learning how to learn), menghilangkan kebiasaan dan pola pikir yang tidak tepat(learning how to unlearn), menyadari dan mensyukuri potensi diri untuk dikembangkan dan diamalkan, berani menghadapi problema kehidupan, dan memecahkan secara kreatif. Bahan belajar adalah alat untuk mengembangkan life skills yang akan digunakan peserta didik menghadapai kehidupan nyata.


(40)

Satori dalam Anwar (2006: 25) mencoba menyajikan suatu model hubungan antara life skills, employability skills, vocational skills, dan spesific occupational skills. Konsep life skills telah diuraikan di atas. Istilah employability skills, mengacu pada serangkaian keterampilan yang mendukung seseorang untuk menunaikan pekerjaannya supaya berhasil. Employability skillsmeliputi tiga keterampilan utama, yaitu:

a. keterampilan dasar

1) Keterampilan berkomunikasi lisan

2) Membaca (mengerti dan dapat mengikuti alur berpikir) 3) Penguasaan dasar-dasar berhitung

4) Keterampilan menulis

b. keterampilan berpikir tingkat tinggi 1) Keterampilan memecahkan masalah 2) Keterampilan belajar

3) Keterampilan berpikir inovatif dan kreatif 4) Keterampilan membuat keputusan

c. karakter dan keterampilan efektif 1) Tanggung jawab

2) Sikap positif terhadap pekerjaan 3) Jujur, hati-hati, teliti, efisien

4) Hubungan antar pribadi, kerjasama dan bekerja dalam tim 5) Percaya diri dan memiliki sikap positif terhadap diri sendiri 6) Penyesuaian diri dan fleksibel

7) Penuh antusias dan motivasi 8) Disiplin dan penguasaan diri

9) Berdandan dan berpenampilan menarik 10) Memiliki integritas pribadi

11) Mampu bekerja mandiri tanpa pengawasan orang lain

Departemen Pendidikan Nasional dalam Anwar (2006:28) membagi life skillsmenjadi empat jenis, yaitu:

a. kecakapan personal (personal skills) yang mencakup kecakapan mengenal diri (self awareness) dan kecakapan berpikir rasional (rational skills);

b. kecakapan sosial(social skills);

c. kecakapan akademik(academik skills); d. kecakapan vokasional(vocational skills).


(41)

Kecakapan Mengenal Diri(Self Awarenes)

Kecakapan Personal Kecakapan

Generik Kecakapan Berpikir

Rasional(Thinking Skills)

Kecakapan Sosial

Kecakapan Akademik

Kecakapan Spesifik Kecakapan Vokasional

Gambar 1: Skema TerinciLife SkillsMenurut Ditjen Penmum 2002 dalam Anwar (2006: 28)

a. Kecakapan mengenal diri, pada dasar merupakan penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan warga negara, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikannya sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya. Kecakapan berpikir rasional mencakup antara lain: kecakapan menggali dan menemukan informasi, kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan serta kecakapan memecahkan masalah secara kreatif. Untuk membelajarkan masyarakat, perlu adanya dorongan dari pihak luar atau pengkondisian untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri masing-masing individu, dalam arti bahwa keterampilan yang diberikan harus dilandasi oleh keterampilan belajar (learning skills).


(42)

Keterampilan personal, seperti pengambilan keputusan, problem-solving, keterampilan ini paling utama menentukan seseorang dapat berkembang. Hasil keputusan dan kemampuan untuk memecahkan permasalahan dapat mengejar banyak kekurangannya. Keterampilan employabilitas, adalah suatu cakupan keterampilan luas yang diperlukan untuk mempertahankan suatu pekerjaan.

b. Kecakapan sosial atau kecakapan antar personal (interpersonal skills) mencakup antara lain: kecakapan komunikasi dengan empati, dan kecakapan bekerja sama. Empati, sikap penuh pengertian dan seni komunikasi dua arah, perlu ditekankan karena yang dimaksud berkomunikasi bukan sekedar menyampaikan pesan tetapi isi dan sampainya pesan disertai dengan kesan baik yang akan menumbuhkan hubungan harmonis. Keterampilan sosial, dapat berupa keterampilan komunikasi, manajemen marah, dan solusi konflik, situasi berteman dan menjadi bersama dengan teman kerja (co-workers) dan kawan sekamar. Sebagian besar bersandar pada praktik keterampilan untuk membantu seseorang lebih berkompeten secara sosial.

Dualife skills yang diuraikan di atas biasanya disebut sebagai kecakapan yang bersifat umum (kecakapan hidup generik/generic life skills). Kecakapan ini diperlukan oleh siapapun, baik mereka yang sedang menempuh pendidikan. Selain itu, perlu ditambah dengan akhlak mulia, artinya semua kecakapan itu harus dijiwai oleh akhlak mulia.


(43)

c. Life skills yang bersifat spesifik (specific life skills) diperlukan seseorang untuk menghadapi problema bidang tertentu. Life skills yang diperlukan seseorang untuk menghadapi problema bidang tertentu. Life skills yang bersifat khusus biasanya disebut juga sebagai kompetensi teknis (technical competencies) yang terkait dengan mater mata pelajaran atau mata-diklat tertentu dan pendekatan pembelajarannya.

Kecakapan akademik (academic skills) yang seringkali juga disebut kemampuan berfikir ilmiah pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecakapan berfikir rasional masih bersifat umum, kecakapan akademik sudah lebih mengarah kepada kegiatan yang bersifat akademik/keilmuan. Kecakapan akademik mencakup antara lain kecakapan melakukan identifikasi variabel dan menjelaskan hubungannya pada suatu fenomena tertentu (identifying variables and describing relationship among them), merumuskan hipotesis terhadap suatu rangkaian kejadian(constructing hupotheses), serta merancang dan melaksanakan penelitian untuk membuktikan suatu gagasan atau keingintahuan(designing and implementing a research).

d. Kecakapan vokasional (vocational skills) seringkali disebut dengan

“kecakapan kejuruan”, artinya kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat. Perlu disadari bahwa di alam kehidupan nyata, antara general life skills dan specific life skills yaitu kecakapan antara mengenal diri, kecakapan berpikir rasional, kecakapan sosial, dan kecakapan akademik serta kecakapan vokasional


(44)

tidak berfungsi secara terpisah, atau tidak terpisah secara ekslusif. Hal yang terjadi adalah peleburan kecakapan-kecakapan tersebut, sehingga menyatu menjadi sebuah tindakan individu yang melibatkan aspek fisik, mental, emosional dan intelektual.

Pada tingkat TK/SD/SMP lebih menekankan kepada kecakapan hidup umum (generic skill), yaitu mencakup aspek kecakapan personal(personal skill)dan kecakapan sosial (social skill), dua kecakapan ini merupakan prasyarat yang harus diupayakan berlangsung pada jenjang ini. Kedua kecakapan ini penekanannya kepada pembentukan akhlak sebagai dasar pembentukan nilai-nilai dasar kebajikan (basic goodness), seperti ; kejujuran, kebajikan, kepatuhan, keadilan, etos kerja, kepahlawanan, menjaga kebersihan, serta kemampuan bersosialisasi.

Pada tingkat TK/SD/SMP tidak dikembangkan kecakapan akademik dan menekuni bidang kejuruan (vocasional) dan yang perlu diperhatikan mengintegrasikan aspek kecakapan hidup dalam topik materi tidak boleh dipaksakan. Artinya jika suatu topik pelajaran hanya dapat mengembangkan satu aspek kecakapan hidup maka hanya satu aspek tersebut yang dikembangkan dan tidak perlu dipaksakan mengkaitkan aspek yang lainnya, namun jika ada topik pelajaran yang dapat menumbuhkan beberapa aspek kecakapan hidup maka pengembangan aspek kecakapan hidup perlu dioptimalkan pada topik tersebut seperti yang tersaji dalam tabel pilihan kecakapan hidup di atas. Artinya peran guru dalam mengembangkan kecakapan hidup memiliki porsi yang sangat besar dalam menentukan


(45)

keberhasilannya terutama kreativitas dalam melakukan reorientasi pembelajaran.

3. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Menurut Slavin dalam Isjoni (2009: 15) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen.

Menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009:15) bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Hal ini berarti pembelajaran kooperatif dapat membantu guru untuk dapat meningkatkan kerjasama siswa. Stahl dalam Isjoni (2009: 15) menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong-menolong dalam perilaku sosial.

Model pembelajaran kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Cooperative learning lebih dari sekedar belajar kelompok karena dalam model pembelajaran ini harus ada struktur dorongan


(46)

dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadi interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi efektif antara anggota kelompok. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah sebagai berikut:

a. positive interdependence(saling ketergantungan positif)

Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut; b. personal responsibility(tanggung jawab perseorangan)

Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggungjawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama;

c. face to face promotive interaction(interaksi promotif)

Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri–ciri interaksi promotif adalah saling membantu secara efektif dan efisien, saling memberikan informasi dan sarana yang diperlukan, memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien, saling mengingatkan, saling membantu dalam merumuskan dan


(47)

mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi, saling percaya, dan saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama;

d. interpersonal skill(komunikasi antaranggota)

Untuk mengkoordinasikan kegiatan siswa dalam pencapaian tujuan adalah saling mengenal dan mempercayai, mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima dan saling mendukung, serta mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif;

e. group processing(pemrosesan kelompok)

Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui menilai kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa di antara anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang tidak membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. Ada dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara keseluruhan;

4. Model Pembelajaran Co-op Co-op

Co-op co-op adalah sebuah bentuk Group Investigationyang cukup familiar. Metode ini menempatkan tim dalam kerjasama antara satu dengan yang lainnya (seperti namanya) untuk mempelajari sebuah topik di kelas. Co-op co-op memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil, pertama untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang


(48)

diri mereka dan dunia, dan selanjutnya memberikan mereka kesempatan untuk saling berbagi pemahaman baru itu dengan teman-teman sekelasnya, Slavin (2005: 229). Hal ini berarti penggunaan model pembelajaran op co-op dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerjasama, menyampaikan dan membagi pengetahuan dengan teman-teman sekelasnya. Berikut langkah-langkah dalam model pembelajaran co-op co-op menurut Slavin (2005: 229).

Langkah ke-1:

Diskusi Kelas Terpusat pada Siswa. Pada awal memulai unit pelajaran di kelas di mana co-op co-op digunakan, dorongan para siswa untuk menemukan dan mengekspresikan ketertarikan mereka sendiri terhadap subjek yang akan dicakupi. Tujuan dari diskusi ini haruslah dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran unit pelajaran dengan membuka dan memancing rasa ingin tahu mereka, bukan untuk mengarahkan mereka kepada topik khusus untuk dipelajari.

Langkah ke-2:

Menyeleksi Tim pembelajaran Siswa dan Pembentukan Tim. Apabila para siswa belum mulai bekerja dalam tim, aturlah mereka ke dalam tim heterogen yang terdiri dari empat sampai lima dalam anggota. Para siswa perlu memiliki kelompok kerja dengan kemampuan yang baik dan kepercayaan yang terbangun sebelum memulai co-op co-op.

Langkah ke-3:

Seleksi Topik Tim. Biarkan siswa memilih topik untuk tim mereka. Siswa didorong untuk dapat mendiskusikan berbagai macam topik diantara mereka sendiri supaya mereka dapat memastikan topik yang paling banyak menarik perhatian anggota tim mereka.

Langkah ke-4:

Pemilihan Topik Kecil. Begitu kelas sebagai sebuah keseluruhan membagi unit pelajaran ke dalam bagian-bagian untuk menciptakan pembagian tugas di antara tim-tim yang ada di kelas, tiap tim membagi topiknya untuk membuat pembagian tugas di antara anggota tim. Tiap siswa memilih topik kecil yang mencakup satu aspek dari topik tim. Langkah ke-5:

Persiapan Topik Kecil. Setelah para siswa membagi topik tim mereka menjadi topik-topik kecil, mereka akan bekerja secara individual.

Langkah ke-6:

Presentasi Topik Kecil. Setelah para siswa menyelesaikan kerja individual mereka, mereka mempresentasikan topik kecil mereka kepada teman satu timnya. Presentasi topik kecil di dalam tim haruslah bersifat formal. Yaitu tiap anggota tim diberikan waktu khusus, dan berdiri ketika mempresentasikan topik kecilnya.


(49)

Langkah ke-7:

Persiapan Presentasi Tim. Para siswa didorong untuk memadukan semua topik kecil dalam presentasi tim.

Langkah ke-8:

Presentasi Tim. Selama waktu presentasinya, tim memegang kendali kelas. Semua anggota tim bertanggung jawab pada bagaimana waktu, ruang, dan bahan-bahan yang ada di kelas digunakan selama presentasi mereka; mereka sangat dianjurkan untuk menggunakan sepenuhnya fasilitas-fasilitas yang ada di kelas. Dalam presentasi mereka tim boleh saja memasukkan sebuah periode tanya-jawab dan/atau waktu untuk memberikan komentar dan umpan balik.

Langkah ke-9:

Evaluasi. Evaluasi dilakukan pada tiga tingkatan: (1) pada saat presentasi tim dievaluasi oleh kelas; (2) kontribusi individual terhadap usaha tim dievaluasi oleh teman satu tim; (3) pengulangan kembali materi atau presentasi topik kecil oleh tiap siswa dievaluasi oleh sesama siswa. Pada saat proses pembelajaran, tim yang sukses akan dianggap sebagai model bagi tim lain. Sukses yang dimaksud adalah yang pertama, dalam tim siswa bisa membagi topik kecil dan dilaksanakan secara individu dengan baik. Rasa menghargai dan penyampaian ide-ide dilaksanakan secara aktif pada saat presentasi topik kecil sehingga mencapai kesepakatan untuk dapat dipresentasikan dengan baik di depan kelas dan adanya umpan balik di periode tanya jawab dengan tim yang lain. Guru akan memberikan pengarahan yang berguna bagi tim lainnya dalam penggunaan model pembelajaran co-op co-op berikutnya.

5. Model PembelajaranGroup Resume

Biasanya resume menggambarkan hasil yang telah dicapai oleh individu. Melalui model ini peserta didik akan lebih saling mengenal serta resume

harus mencakup informasi yang “menjual” kelompok. Zaini dalam Lestari (2008: 5) memaparkan bahwa teknik resume secara khusus menggambarkan sebuah prestasi, kecakapan, dan pencapaian individual. Sedangkan resume


(50)

kelompok (group resume) merupakan cara yang menyenangkan untuk membantu siswa lebih mengenal atau melakukan kegiatan membangun tim dari sebuah kelompok yang para anggotanya telah mengenal satu sama lain.

Kegiatan belajar dengan resume menjadi menarik untuk dilakukan dalam kelompok dengan tujuan membentuk siswa menjadi lebih akrab atau melakukan team building (kerjasama kelompok) yang anggotanya sudah saling mengenal sebelumnya. Kegiatan ini akan lebih efektif jika resume itu berkaitan dengan materi yang sedang guru ajarkan.Dataresumedapat berupa: latar belakang pendidikan, kursus yang diikuti, pemahaman tentang mapel yang dikuasai, pengalaman kerja, ketrampilan, hobi, dan bakat. Langkah-langkahnya antara lain:

a. kegiatan awal

1) Mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa 2) Mengamati dan mengarahkan sikap siswa agar siap memulai

pelajaran

3) Melakukan tes penjajakan (pre-tes) dan mengidentifikasi keadaan siswa

4) Mengingatkan pelajaran yang telah diterima dan mengaitkan pada pelajaran baru

5) Penjelasan singkat tentang tujuan dan proses pembelajaran yang akan dijalani siswa

b. kegiatan inti

1) Bagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil terdiri dari 5 – 6 anggota


(51)

2) Terangkan kepada siswa bahwa kelas mereka itu dipenuhi oleh individu-individu yang penuh bakat dan pengalaman

3) Sarankan bahwa salah satu cara untuk dapat mengidentifikasi dan menunjukkan kelebihan yang dimiliki di kelas adalah dengan membuatresumekelompok

4) Minta masing-masing kelompok untuk mempresentasikan resume mereka dan catat keseluruhan potensi yang dimiliki oleh keseluruhan kelompok.

5) Berikan kesempatan kelompok lain untuk memberikan review dan penilaian pada resume yang dipresentasikan di depan kelas

6) Pendidik memberikan penilaian dan penajaman pemahaman pada resumeyang dipresentasikan

c. kegiatan akhir

1) Memberikan penegasan dan menyimpulkan materi belajar 2) Memberikan post tes untuk mengetahui hasil pembelajaran 3) Memberikan tugas mandiri untuk mendalami materi ajar 4) Menanamkan nilai-nilai dan pesan-pesan positif bagi siswa 5) Melakukan relaksasi bersama untuk menjernihkan daya pikir 6) Mengakhiri pelajaran dengan mengucap salam dan hamdalah

6. IPS Terpadu

IPS merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang tanggung jawab utamanya adalah membantu peserta didik dalam mengembangkan


(52)

pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat baik di tempat lokal, nasional, maupun global. Dufty dalam Maryani (2011: 10) menggunakan dan mengartikan IPS sebagai proses belajar untuk hidup bersama.

IPS sebagai suatu pelajaran diberikan di jenjang sekolah yaitu SD, SMP, dan SMA. Di tingkat SMP diberikan secara terintegrasi namun dalam standar isi masih tampak adanya materi yang terpisah-pisah (separatid). Walaupun demikian tema besar IPS masih tetap sama yaitu dinamika kehidupan masyarakat dalam dimensi ruang dan waktu. Misinya pun sama di setiap jenjang pendidikan yaitu meningkatkan dan mengembangkan (a) kompetensi intelektual atau akademik berupa wawasan luas, cerdas, kreatif, dan kritis; (b) kompetensi personal dalam bentuk mengembangkan rasa tanggung jawab, disiplin, dan kepribadian unggul lainnya, (c) kompetensi sosial dalam bentuk kerjasama, menghargai hukum, norma dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat, memiliki toleransi dan empati sehingga dapat menghargai kehidupan multikultur, serta (d) kompetensi vokasional dalam bentuk mengembangkan keterampilan-keterampilan hidup yang sesuai dengan sumber daya lingkungan di sekitar atau potensi daerah. Pada hakekatnya pelajaran IPS di sekolah merupakan sebuah pelajaran yang menarik untuk dikaji karena menyangkut kehidupan di sekitar siswa.

IPS pada dasarnya memiliki sifat keterpaduan (integrated) dari ilmu-ilmu sosial yang dikemas untuk tujuan pendidikan dan disesuaikan dengan psikologi perkembangan peserta didik. Materi-materi IPS diorganisir


(53)

berdasarkan pengalaman, minat dan kebutuhan peserta didik, serta disesuaikan dengan lingkungan. Tujuannya agar pengalaman dan pengetahuan peserta didik semakin berkembang secara psikomotor atau kinestetis semakin terampil, mampu mengaplikasikan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat, mampu berpartisipasi secara aktif dalam masyarakat dan pada akhirnya dapat menjadi warga negara yang baik sesuai dengan yang diamanahkan dalam Undang-Undang Dasar Negara.

Program pengembangan IPS menurut Merorella, Beal, dan Balick dalam Maryani (2011: 11) adalah membangun dimensi kompetensi reflektif dan penuh perhatian sebagai warga negara yang diistilahkan dengan head, hand and heart. Head (kepala) artinya berfikir, peserta didik mampu mengembangkan pengetahuan, memahami, dan menysun setiap konsep, peristiwa dan fakta secara rasional, sistematis, reflektif, dan akhirnya mampu menyusun hipotesis (dugaan sementara), menguji, dan mampu memecahkan masalah serta mengambil keputusan dengan tepat dan cermat. Hand(tangan) yang berarti mempunyai kompetensi, cerdas, atau terampil termasuk di dalamnya keterampilan sosial, keterampilan melakukan penelitian, dan keterampilan ruang atau beradaptasi dengan setiap lingkungan. Heart (hati) mempunyai makna memiliki nurani, tanggungjawab, perhatian, mampu membedakan yang baik dengan yang salah, yang hak dan yang bukan hak.

7. Konsep Diri

Konsep diri diartikan sebagai gambaran seseorang mengenai diri sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional


(54)

aspiratif, dan prestasi yang mereka capai. Konsep diri merupakan salah satu aspek yang cukup penting bagi individu dalam berperilaku. Calhaoun dan Socella dalam Ghufron (2010: 13) mendefinisikan konsep diri sebagai gambaran mental diri seseorang. Hal ini dapat diartikan bahwa mental diri yang baik berarti memiliki konsep diri yang baik juga berdasarkan teori tersebut. Lebih spesifik lagi Hurlock dalam Ghufron (2010: 13) mengatakan bahwa konsep diri merupakan gambaran seseorang mengenai diri sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional aspiratif, dan prestasi yang mereka capai. Tidak hanya penilaian diri menurut pribadi, Burn dalam Ghufron (2010: 13) mendefinisikan konsep diri sendiri secara keseluruhan yang mencakup pendapatnya terhadap diri sendiri, pendapat tentang gambaran diri di mata orang lain, dan pendapatnya tentang hal-hal yang dicapai.

Konsep diri adalah apa yang dipikirkan dan dirasakan tentang dirinya sendiri. Ada dua konsep diri, yaitu konsep diri komponen kognitif dan konsep diri komponen afektif. Komponen kognitif disebut self image dan komponen afektif disebut self esteem. Komponen kognitif adalah pengetahuan individu

tentang dirinya mencakup pengetahuan “siapa saya” yang akan memberikan

gambaran tentang diri saya. Gambaran ini disebut citra diri. Sementara itu, komponen afektif merupakan penilaian individu terhadap dirinya sendiri yang akan membentuk bagaimana penerimaan terhadap diri dan harga diri individu. Jadi, dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli dapat diartikan bahwa konsep diri adalah apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh seseorang mengenai dirinya sendiri.


(55)

Gambaran diri berkembang dalam dua tahap. Pertama, kita menginternalisasikan sikap orang lain terhadap diri kita. Kedua, kita menginternalisasikan norma masyarakat, dengan kata lain, konsep diri adalah ciptaan sosial dan hasil belajar dari interaksi dengan orang lain. Hurlock dalam Ghufron (2010: 16) membagi konsep diri berdasarkan perkembangannya menjadi konsep diri primer dan konsep diri sekunder. Konsep diri primer adalah konsep diri yang terbentuk berdasarkan pengalaman anak di rumah, berhubungan dengan anggota keluarga yang lain seperti orang tua dan saudara. Konsep diri sekunder adalah konsep diri yang terbentuk oleh lingkungan luar rumah, seperti teman sebaya atau teman bermain. Berdasarkan uraian tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri tidak berkembang dengan sendirinya, tetapi berkembang dengan adanya interaksi dengan individu yang lain khususnya dengan lingkungan sosial.

Calhoun dan Acocella dalam Ghufron (2010: 17) mengatakan konsep diri terdiri dari tiga dimensi atau aspek:

a. pengetahuan

Pengetahuan adalah apa yang individu ketahui tentang dirinya. Individu di dalam benaknya terdapat satu daftar yang menggambarkan dirinya, kelengkapan atau kekurangan fisik, usia, jenis kelamin, kebangsaan, suku, pekerjaan, agama, dan lain-lain. Pengetahuan tentang diri juga berasal dari kelompok sosial yang diidentifikasi oleh individu tersebut. Julukan ini juga dapat berganti setiap saat sepanjang individu mengidentifikasi diri terhadap suatu kelompok tertentu, maka kelompok tersebut memberikan informasi lain yang dimasukkan ke dalam potret dari mental individu.

b. harapan

Individu juga mempunyai aspek pandangan tentang kemungkinan dirinya menjadi apa di masa depan. Pendeknya, individu mempunyai harapan bagi dirinya sendiri untuk menjadi diri yang ideal. Diri yang ideal sangat berbeda pada masing-masing individu.

c. penilaian

Di dalam penilaian, individu berkedudukan sebagai penilai tentang dirinya sendiri. Hasil penilaian tersebut disebut harga diri. Semakin tidak


(56)

sesuai antara harapan dan standar diri, maka akan semakin rendah harga diri seseorang.

Pujijogjanti dalam Ghufron (2010: 18) mengatakan ada tiga peranan penting dari konsep diri sebagai penentu perilaku:

a. konsep diri berperan dalam mempertahankan keselarasan batin. Pada dasarnya individu selalu mempertahankan keseimbangan dalam kehidupan batinnya. Bila timbul perasaan, pikiran, dan persepsi yang tidak seimbang atau bahkan saling berlawanan, maka akan terjadi iklim psikologi yang tidak menyenangkan sehingga akan mengubah perilaku. b. keseluruhan sikap dan pandangan individu terhadap diri berpengaruh

besar terhadap pengalamannya. Setiap individu akan memberikan penafsiran yang berbeda terhadap sesuatu yang dihadapi.

c. konsep diri adalah penentu pengharapan individu. Jadi pengharapan adalah inti dari konsep diri. Konsep diri merupakan seperangkat harapan dan penilaian perilaku yang menunjuk pada harapan tersebut. Sikap dan pandangan negatif terhadap kemampuan diri menyebabkan individu menetapkan titik harapan yang rendah. Titik tolak yang rendah menyebabkan individu tidak mempunyai motivasi yang tinggi.

Berdasarkan ketiga peranan konsep diri tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri selain berperan sebagai pengharapan juga berperan sebagai sikap terhadap diri sendiri dan penyeimbang batin bagi individu. Calhoun dan Acocella dalam Ghufron (2010: 19), membagi konsep diri menjadi dua, yaitu konsep diri yang positif dan negatif. Ciri konsep diri yang positif adalah yakin terhadap kemampuan dirinya sendiri dalam mengatasi masalah, merasa sejajar dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, sadar bahwa tiap orang mempunyai keragaman perasaan, hasrat, dan perilaku yang tidak disetujui oleh masyarakat serta mampu mengembangkan diri karena sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang buruk dan berupaya untuk mengubahnya. Sementara itu, ciri konsep diri yang negatif adalah peka terhadap kritik, responsif terhadap pujian, punya sikap hiperkritis, cenderung merasa tidak disukai orang lain, dan pesimistis terhadap kompetisi.


(57)

B. Penelitian yang Relevan

Tabel 2. Penelitian yang Relevan

No Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian 1 Ardiyanti (2010) Penggunaan Lembar

Kerja Siswa Berbasis Lingkungan Untuk MeningkatkanLife Skill Siswa Kelas VI SD Negeri Pahawang Kecamatan Punduh Pidada

Penggunaan LKS berbasis lingkungan oleh guru yang mengajar kelas VI SD Negeri Pahawang

Kecamatan Punduh Pidada Tahun Ajaran 2010/2011 dapat meningkatkanlife skillsiswa. Persentaselife skillsiswa saat observasi awal sebesar 55% sedangkan peningkatan persentaselife skillsiswa meningkat dari siklus I (68,85%) ke siklus II (76%) sebesar 7,15% dan 6% dari siklus II ke siklus III (82%).

2 Hanni Pratiwi (2013)

Pengaruh Penerapan Model Kooperatif Tipe Co-op Co-op dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP Kemampuan pemahaman konsep siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe op co-op lebih baik dari pada siswa yang mendapat pembelajaran matematika secara konvensional dan sebagian besar siswa memberikan sikap dan respon yang positif

terhadap penerapan model kooperatif tipe op co-op.

3 Desi Ayuna (2013) Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa MelaluiGroup Resume Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VA SDN 2 Metro Utara

Aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VA SDN 2 Metro Utara dapat ditingkatkan melalui model

Cooperative Learningtipe Group Resume. Hal ini sesuai dengan peningkatan


(58)

Tabel 2 Lanjutan

persentase rata-rata aktivitas siswa pada tiap siklus, yaitu 66,72% pada siklus I, menjadi 71,25% pada siklus II, dan meningkat lagi menjadi 79,53% pada siklus III. 4 Ria Widyastuti

(2011)

Pengaruh Penguasaan Konsep Diri Terhadap Tingkat Penyesuaian Diri Siswa Dalam

Lingkungan Belajar Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2010/2011

Ada pengaruh signifikan antara penguasaan konsep diri terhadap tingkat penyesuaian diri siswa dalam lingkungan belajar pada siswa kelas X, dimana konsep diri mempengaruhi tingkat penyesuaian diri siswa dalam lingkungan belajar pada siswa kelas X SMA Negeri 10 Bandar

Lampung Tahun Ajaran 2010/2011.

C. Kerangka Pikir

1. Perbedaan Life Skills antara Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Co-op Co-op danGroup Resume. Life skills membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan belajar(learning how to learn), menghilangkan kebiasaan dan pola pikir yang tidak tepat(learning how to unlearn), menyadari dan mensyukuri potensi diri untuk dikembangkan dan diamalkan, berani menghadapi problema kehidupan, dan memecahkan secara kreatif. Bahan belajar adalah alat untuk mengembangkan life skills yang akan digunakan peserta didik menghadapai kehidupan nyata.

Ciri pembelajaran life skills menurut Depdiknas dalam Anwar (2006: 21) adalah:


(59)

a. terjadi proses identifikasi kebutuhan belajar; b. terjadi proses penyadaran untuk belajar bersama;

c. terjadi keselarasan kegiatan belajar untuk mengembangkan diri, belajar, usaha mandiri, usaha bersama;

d. terjadi proses penguasaan kecakapan personal, sosial, vokasional, akademik, manajerial, kewirausahaan;

e. terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan pekerjaan dengan benar, menghasilkan produk bermutu;

f. terjadi proses interaksi saling belajar dari ahli; g. terjadi proses penilaian kompetisi, dan;

h. terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha bersama.

Apabila dihubungkan dengan siswa, life skills dalam lingkup pendidikan formal tingkat SMP ditujukan pada penguasaan kecakapan personal dan sosial. Ciri pembelajaran life skills di atas dapat terlaksana dengan baik jika menggunakan model pembelajaran, karena dalam model pembelajaran diterapkannya proses penyadaran belajar bersama, seperti siswa kan saling bertukar pikiran dan memberikan ide terhadap teman kelompok atau teman satu kelas yang juga menjadikan terjadi interaksi saling belajar dan ahli, dan guru akan memberikan penilaian kompetisi berdasar pada proses pembelajaran.

Model pembelajaran co-op co-op merupakan model pembelajaran untuk melatih dan mengembangkan life skills agar peserta didik dapat berkomunikasi dan bekerjasama dengan baik. Kelebihan model pembelajaran co-op co-op adalah dengan anggota kelompok yang heterogen, siswa akan belajar untuk menyesuaikan diri dan bekerjasama seperti dalam membagi tugas individu yang kemudian dipresentasikan di antara teman-teman satu kelompoknya. Melalui berdiskusi siswa akan belajar untuk menghargai pendapat orang lain dan tidak sungkan untuk menyampaikan pendapatnya.


(60)

Siswa juga akan ditingkatkan kemampuan komunikasinya baik itu secara tulisan dalam membuat hasil diskusi dan secara lisan pada saat penyampaian ide-ide dan presentasi. Kendala dalam model pembelajaran ini adalah alokasi waktu yang kurang pada setiap pertemuan pembelajaran sedangkan waktu yang dibutuhkan sangat banyak.

Model pembelajaran co-op co-op lebih menekankan pada teori psikologi humanistik dimana sesuai dengan pendapat Habermas yang juga terdapat pada tujuan model pembelajaran co-op co-op bahwa siswa tidak dipaksa untuk belajar melainkan dibiarkan untuk belajar dan berani bertanggung jawab atas keputusan-keputusannya sendiri. Hal ini dapat dilihat saat siswa menyeleksi sendiri topik tim, memilih sendiri topik untuk kelompoknya, membagi topik kecil sebagai tugas individu dan kelompok bisa mempertanggung jawabkannya hasil diskusinya pada saat presentasi di depan kelas.

Berbeda dengan model pembelajaran co-op co-op,model pembelajarangroup resume membagi kelompok dengan siswa memilih kelompoknya sendiri. Kelebihan model pembelajaran group resume adalah siswa akan lebih mengenal tentang latar belakang teman satu kelompok dan antar kelompok, mereka juga akan didorong untuk dapat mengidentifikasi dan menunjukkan apa saja kelebihan yang dimiliki untuk dapat menjual kelompok. Siswa juga akan ditingkatkan kemampuan dalam menyampaikan ide-ide untuk dapat memberikan penajaman pemahaman resume kelompoknya, selain itu juga siswa akan ditingkatkan kemampuan komunikasi baik itu secara lisan


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data, dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Terdapat perbedaan life skills siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Co-op Co-op dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran Group Resume pada mata pelajaran IPS Terpadu. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan life skills siswa siswa terjadi karena adanya perbedaan perlakuan model pembelajaran antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Co-op Co-op dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaranGroup Resume.

2. Terdapat perbedaan life skills siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Co-op Co-op lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang pembelajarannya mengggunakan model pembelajaran Group Resume bagi siswa yang memiliki konsep diri tinggi pada mata pelajaran IPS Terpadu. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Co-op Co-op bagi siswa yang memiliki konsep diri tinggi akan memberikanlife skillsyang lebih baik.

3. Terdapat perbedaan life skills siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Co-op Co-op lebih rendah dibandingkan dengan siswa


(2)

119

yang pembelajarannya mengggunakan model pembelajaran Group Resume bagi siswa yang memiliki konsep diri rendah pada mata pelajaran IPS Terpadu. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Group Resume bagi siswa yang memiliki konsep diri rendah akan memberikanlife skillsyang lebih baik.

4. Terdapat interaksi antara model pembelajaran Co-op Co-op dan Group Resume dengan konsep diri terhadap life skills. Hal ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkanlife skillssiswa perlu menggunakan model pembelajaran dengan memperhatikan konsep diri siswa.

B. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut.

1. Untuk mencapai tujuan khusus pembelajaran, sebaiknya guru dapat memilih model pembelajaran yang sesuai pada mata pelajaran IPS Terpadu, seperti menggunakan model pembelajaran Co-op Co-op yang dapat lebih baik dalam meningkatkan life skills siswa dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaranGroup Resume.

2. Pada penelitian ini siswa yang memiliki konsep diri tinggi yang menggunakan model pembelajaran Co-op Co-op dapat lebih meningkatkan life skills siswa, dan sebaiknya apabila guru ingin meningkatkan life skills siswa bagi siswa yang memiliki konsep diri tinggi terhadap mata pelajaran IPS Terpadu dapat menggunakan model pembelajaran Co-op Co-op.


(3)

120

3. Pada penelitian ini untuk siswa yang memiliki konsep diri rendah terhadap mata pelajaran IPS Terpadu yang menggunakan model pembelajaran Group Resume dapat lebih meningkatkan life skills siswa, sebaiknya para guru apabila ingin meningkatkanlife skillssiswa bagi siswa yang memiliki konsep diri rendah terhadap mata pelajaran IPS Terpadu disarankan menggunkan model pembelajaranGroup Resume.

4. Pada penelitian ini konsep diri memiliki pengaruh untuk memilih model pembelajaran yang tepat untuk siswa yang memiliki konsep diri tinggi dan rendah terhadap mata pelejaran IPS Terpadu khususnya dalam meningkatkan life skillssiswa, sebaiknya bagi guru harus lebih dapat mengkreasikan dalam memadukan model pembelajaran dengan konsep diri yang dimiliki siswa terhadap mata pelajaran IPS Terpadu.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, H. 2002.Perkembangan Remaja Menurut Pendekatan Ekologi serta Hubungannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri terhadap Remaja.Jurnal Psikologi UNPAD. vol 9. no 1. 13-29.

AM, Arief.2013.Teori Belajar Humanistik dan Implikasinya dalam

Pembelajaran.file:///C:/Users/userr/Downloads/Compressed/Avisha.com %20%20TEORI%20BELAJAR%20HUMANISTIK%20DAN%20IMPLI KASINYA%20DALAM%20PEMBELAJARAN.html, (diakses pada tanggal 29 Oktober 2014).

Anwar. 2006.Pendidikan Kecakapan Hidup. Bandung: CV Alvabeta.

Ardiyanti. 2010.Penggunaan Lembar Kerja Siswa Berbasis Lingkungan Untuk Meningkatkan Life Skill Siswa Kelas VI SD Negeri Pahawang Kecamatan Punduh Pidada. Universitas Lampung: Skripsi.

Arikunto, Suharsimi.2007.Manajemen Penelitian,Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Ayuna, Desi. 2013.Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Group Resume. Universitas Lampung: Skripsi.

Dalyono, M.2012.Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional, 2002,Pola Pelaksanaan Pendidikan

Berorientasi Kecakapan Hidup melalui BBE untuk PMU,TimBroad Based Education (BBE)Ditjen Dikdasmen, Jakarta.______, 2003,.


(5)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta. Fadillah, Eva.2013.Pengembangan Bahan Ajar Kimia Berorientasi

Chemoentrepreneurship Untuk Meningkatkan Life Skill Mahasiswa. file:///C:/Users/userr/Downloads/Documents/Eva%20Fadillah%20%20CH EMOENTREPRENEURSHIP.html, (diakses pada tanggal 29 Oktober 2014).

Ghufron, M. Nur & Rini Risnawati.2010.Teori-teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruz Media.

Harland, Randy.2013.Teori Belajar Behavioristik dan Implikasinya dalam

Pembelajaran.file:///C:/Users/userr/Downloads/Compressed/Teori%20Bel ajar%20Behavioristik%20dan%20Penerapannya%20dalam%20Pembelajar an%20_%20RANDHARD.COM.html, (diakses pada tanggal 29 Oktober 2014).

Isjoni. 2009.Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta.

Lestari, Yekti. 2008.Upaya Peningkatan Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika Melalui Strategi Group Resume. Universitas Muhammadiya Surakarta: Skripsi.

Maryani, Enok. 2011.Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial. Bandung: Alfabeta.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2013.

http://bsnp-indonesia.org/id/wp-content/uploads/2009/06/03.-A.-Salinan-Permendikbud-No.-65-th-2013-ttg-Standar-Proses.pdf

Pratiwi, Hanni. 2013.Pengaruh Penerapan Model Kooperatif Tipe Co-op Co-op dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP. Universitas Lampung: Skripsi.

Prawoto, Yulius Beny. 2010.Hubungan Antara Konsep Diri dengan Kecemasan Sosial Pada Remaja Kelas XI SMA Kristen 2 Surakarta.Surakarta: Universitas Sebelas Maret. 135420908201011001.pdf, (diakses pada tanggal 29 Oktober 2014).


(6)

file:///C:/Users/userr/Downloads/Compressed/MODEL%20PEMBELAJA RAN%20KOOPERATIF%20%28COOPERATIVE%20LEARNING%29 %20_%20Kurniawan%20Budi%20Raharjo.html, (diakses pada tanggal 29 Oktober 2014).

Rusman. 2011.Model-model Pembelajara: Mengembangkan Profesionalisme Guru.Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Santrock, John W. 2003.Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Sidik, Muhammad.2013.Group Resume.

file:///C:/Users/userr/Downloads/Compressed/MODEL%20PEMBELAJA RAN%20%20GROUP%20RESUME%20%28%20Resume%20Kelompok %20%29.html,(diakses tanggal 5 November 2014).

Slavin, Robert E. 2005.Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media. Sudjanah. 2005.Metode Statistik. Bandung: Tarsito.

Sugiyono.2013.Metode Penelitian Pendidikan.Cetakan ke tujuh belas.Bandung: Alfabet.

Widyastuti, Ria. 2011.Pengaruh Penguasaan Konsep Diri Terhadap Tingkat Penyesuaian Diri Siswa Dalam Lingkungan Belajar Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2010/2011. Universitas Lampung: Skripsi


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP DENGAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VII-2 MTSN ANGKUP ACEH TENGAH

0 7 1

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN CO-OP CO-OP DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SIMPANG PEMATANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

6 20 62

PERBANDINGAN LIFE SKILLS (KECAKAPAN HIDUP) SISWA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION DAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS

1 10 107

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE CO OP-CO OP PADA PELAJARAN IPS KELAS IV SDN 101797 DELI TUA.

0 2 29

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGASI TIPE CO-OP CO-OP PADA PELAJARAN IPA BIOLOGI PADA MATERI POKOK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 BUKIT TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014.

0 2 20

PENGARUH PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMP.

1 1 35

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP MENGGUNAKAN PENDEKATAN OPEN-ENDED DENGAN PEMBELAJARAN JOOPERATIF TIPE CO-OP CO-OP.

0 1 48

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE CO-OP CO-OP UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN KONTINENTAL SISWA KELAS X DI SMK SWADAYA TEMANGGUNG.

0 0 145

Penerapan Pembelajaran CO OP CO OP denga

0 0 18

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN KIMIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CO-OP CO-OP KELAS XI MIA2 SMA NEGERI 1 INDRALAYA

0 0 14