PERAN MUKIM DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI KECAMATAN RIKIT GAIB KABUPATEN GAYO LUES PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM.

(1)

PERAN MUKIM DALAM PENYELENGGARAAN

PEMERINTAHAN DI KECAMATAN RIKIT GAIB

KABUPATEN GAYO LUES PROVINSI

NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : L e r i m a n NIM. 081233110002

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

ABSTRAK

Leriman, NIM. 081233110002 Jurusan PP-Kn Fakultas Ilmu Sosial “Peran Mukim Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan di Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Peran Mukim Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan di Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Populasi dalam penelitian ini adalah kepala Mukim di Kecamatan Rikit Gaib Beserta staf dan seluruh anggotanya yang berjumlah 13 orang dan sampel yang digunakan adalah seluruh populasi tersebut, sehingga penelitian ini dinamakan penelitian populasi. Adapun alat pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara observasi, angket, dan wawancara. Angket merupakan alat pengumpul data yang berisi pertanyaan tertulis (quetioner) yang di isi oleh responden (sampel).

Teknik pengolahan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah analisa data deskriptif yang di ujikan dalam tabel frekuensi.

Maka berdasarkan hasil pengumpulan data, dapat di tarik kesimpulan bahwa Mukim menyelenggrakan pemerintahan berdasarkan fungsi dan kewenangannya dalam memberikan kesejahteraan dan kenyamanan kepada masayarakat sesuai dengan yang di tetapkan dalam Qanun Aceh. Namun belum bisa terealisasi dengan baik di sebabkan kurangnya dukungan dari masyarakat dan kurangnya Qanun yang mengatur tentang kekuasaan Mukim itu sendiri di masyarakat.


(5)

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmannirrohim,

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan berkah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Dengan pengetahuan dan pengalaman yang terbatas akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Peran Mukim Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan di Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengenai isi maupun dalam pemakaian bahasa, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun untuk perbaikan yang lebih baik. Mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Skripsi ini juga terselesaikan berkat bantuan dari beberapa pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Ibnu Hajar Damanik, M.Si, sebagai Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Bapak Drs. H. Restu, MS, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial

3. Ibu Dra. Yusna Melianti, M.H, sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan dan sebagai Dosen Penguji.


(6)

4. Bapak Parlaungan Gabriel Siahaan, SH, M.Hum, sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan dan sebagai dosen penguji.

5. Bapak Dr. Denny Setiawan, M.Si Sebagai Kepala Laboratorium Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

6. Drs. Halking M.Si sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

membimbing serta memberi banyak masukan dalam menyelesaikan skripsi ini

7. Dra. Rosnah Siregar, M.Si sebagai Pembimbing Akademik dan sebagai Dosen

Penguji atau Pembanding Utama.

8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan yang telah banyak memberi bekali ilmu dan etika berperilaku serta membantu penulis.

9. Bapak Sugiono sebagai Pegawai Administrasi yang telah banyak berjasa dalam membantu penulis.

10.Buat yang tercinta dan tersayang dalam hidup penulis ayahanda Justar dan Suriati Ibunda yang telah membesarkan penulis dan atas segala bekal ilmu kehidupan yang sangat bermanfaat serta dukungan yang tidak ternilai harganya baik berupa materi maupun semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi. Dan kepada adik-adiku tersayang yaitu Arpon Melodi Prima, Khairun Ikwan dan Asnah Nila yang telah mendoakan dan memberikan semangat kepada penulis sehingga penulis termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.


(7)

11.Buat kak Fery dan bang Umar penulis mengucapkan beribu terima kasih karena telah mendukung, pemberi semangat, dan membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

12.Buat sahabat-sahabat karib tercinta penulis yakni, Enda Paradana, Hamdani Hakim, Ahmad Suleman, Jumi Lessa Ginting, Iis Hernisya Ginting, Elvi Novia Prastika, Dedi Sutrisno Madina Qudsia Kasdan Harap, dan semua teman penulis stambuk 2008 terkuhusus kelas regular “B”, yang telah mendukung, mendoakan serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dan atas kenangan indah yang tak akan terlupakan bersama kalian dan akan selalu penulis kenang dalam hidup.

13.Buat yang adinda tersayang Nikita Desayev Rambe beserta keluarga yang tidak pernah lelah memberikan dukungan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

14.Dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis ucapkan banyak terima kasih.

Mengingat keterbatasan kemampuan dan waktu yang ada, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih belum sempurna, baik dari segi isi maupun tata bahasanya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk melengkapi skripsi ini.

Medan, Juli 2012 Penulis

L E R I M A N NIM. 081233110001


(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setelah reformasi, terjadi beberapa amandemen terhadap UUD 1945. Salah satu pengaturan penting yang mendapat tempat dalam perubahan tersebut adalah mengenai pemerintahanan di daerah. Sebagai salah satu negara yang berkembang Indonesia adalah negara yang demokratis yang selalu mengalami perubahan di segala bidang meliputi penyediaan pelayanan publik yang ekonomis efektif, efesien dan transparan. Paradigma baru tersebut merubah masyarakat sebagai pemegang kedaulatan negara. Dalam Pasal 18 disebutkan, bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota, yang tiap-tiap Provinsi, Kabupaten, dan Kota itu mempunyai pemerintahan daerah. Pemerintah Daerah (Pemda) mengatur sendiri urusan rumah tangga menurut asas otonomi dan perbantuan. Pemerintah daerah (Pemda) menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat.

Pelaksaanaan otonomi daerah kini memasuki tahapan baru setelah undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintah daerah yang kini di revisi menjadi undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tetang perimbangan keuangan antara Pemerintah pusat dan Daerah. Maka dengan berbagai ketentuan yang telah dibuat sedemikian rupa kebebasan daerah untuk menjalankan daerah tidak terpengaruh oleh pemerintah pusat.


(9)

2

Seiring di cetuskanya undang-undang Nomor 32 tahun 2004, pemerintah daerah dengan sangat bebas menjalankan roda pemerintahan sesuai dengan apa yang telah menjadi visi dan misi daerah tersebut. Berlakunya undang-undang tetang pemerintah daerah membuat pemerintah daerah menjadi sangat berkuasa di daerah pemerintahannya, hal demikian membuat pemerintah daerah provinsi sekarang ini menjadi salah satu alat fasilitator dari pemerintah daerah Kabupaten/Kota tersebut. Maksud dan tujuan dicetuskannya undang-undang tersebut adalah tentang pemberian hak dan wewenang khusus dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur daerah kekuasaan dan wewenang untuk mengatur rumah tangganya sendiri.

Terbentuknya bangsa Indonesia yang hendak dicapai yaitu menciptakan masyarakat yang adil dan makmur dan sejahtera dapat terlaksana. Masyarakat diharapkan bisa menuju keberhasilan bersama dengan semangat juang guna membangun bangsa Indonesia pada titik jaya dalam bidang di sektor kehidupan masyarakat. Pemberian hak otonom tersebut membawa pengaruh yang cukup berkompeten dalam mengatur pemerintahan Daerah.

Berbagai undang-undang tersebut telah memberi kebebasan dan kewenangan yang besar kepada Aceh dalam melakukan pengelolaan kekayaan alam dan juga kebebasan menjalankan sistem pemerintahan menurut karakteristiknya. Khusus mengenai sistem pemerintahan yang demikian, sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari bagaimana pengelolaannya. Harus di ingat bahwa aturan yang bagus, bila tidak dilaksanakan tidak akan berarti apa-apa.


(10)

3

Jadi dalam hal ini, apa yang tertulis di dalam kitab undang-undang, sesungguhnya membutuhkan implementasinya dalam kenyataan.

Terwujudnya otonomi khusus yang di tuangkan dalam undang-undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang otonomi khusus Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), yang paling mendasar dari undang-undang tersebut adalah pemberian kesempatan yang lebih luas untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri termasuk sumber ekonomi, menggali dan memberdayakan sumber daya alam (SDA) dan juga sumber daya manusia (SDM), menumbuh kembangkan prakarsa, kreativitas dan demokrasi, menggalikan dan mengimplementasikan tata masyarakat yang sesuai dengan nilai-nilai luhur Aceh.

Dalam penataan pemerintahan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) berbeda dengan Daerah lain di Indonesia, dimana Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam terdiri dari lima strata pemerintahan yaitu Provinsi, Kabupaten, Kecamatan. Dalam mengimplementasikan otonomi khusus dalam menata susunan pemerintahan daerah bersama DPRD Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam telah menetapkan beberapa Qanun, di antaranya Qanun nomor 4 dan 5 Tahun 2003 tentang pemerintahan Mukim dan Gampong (Desa)

Pemerintah Mukim merupakan lembaga yang masih di akui dan menjadi lembaga pemeritahan di masyarakat Aceh dalam menyelenggarakan berbagai permasalah masyarakat, oleh karena itu Mukim mempunyai peranan penting dalam kehidupan dan penghidupan masyarakat di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Berdasarkan Qanun Aceh Nomor 3 dan 4 tahun 2003 pasal 1


(11)

4

ayat 3 Mukim adalah kesatuan masyarakat hukum dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang terdiri atas gabungan beberapa Gampong (Desa) yang mempunyai batas wilayah tertentu dan harta kekakyaan sendiri, berkedudukan langsung dibawah camat atau nama lain yang dipimpin oleh Mukim atau nama lain.

Seperti pelaksanaan pemerintahan Mukim dibeberapa kabupaten di Nanggroe Aceh Darussalam, penyelengaraan pemerintahan Mukim di Kabupaten Gayo Lues khususnya di Kecamatan Rikit Gaib memberi sedikit ruang permasalahan. Hal ini di dasari dengan bagaimana lembaga pemerintahan Mukim melakukan perannya di tangah masyarakat.

Pemerintahan Mukim merupakan pemerintahan yang diakui secara hukum yang pelaksanaan disesuaikan dengan undang-undang yang berlaku . Hal ini termaktub di dalam Qanun Aceh Nomor 4 Tahun 2003 pasal 3 yang menyebutkan Mukim mempunyai tugas menyelengarakan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan masyrakat dan peningkatan pelaksanaan syari’at Islam.

Otonomi khusus yang diberikan pemerintah pusat kepada Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam untuk memngurus dan mengelola pemerintahannya sendiri, hal ini tentu memberi ruang kepada provinsi ini membentuk pemerintah Mukim di dalam suatu kecamatan yang membawahi bebepara Gampong (Desa).

Adanya pemerintahan Mukim tentunya dapat mengurangi tugas yang di emban oleh Camat selaku pimpinan kecamatan. Dalam hal ini Mukim mempunyai tanggung jawab terhadap Gampong-Gampong (Desa) terutama dalam


(12)

5

pembinanaan masyarakat, sengketa adat, pelayanan masyarakat dan pembangunan secara fisik dan spiritual sekaligus efektifnya pelaksanaan syari’at islam.

Penyelenggaraan pemerintahan Mukim yang bisa mengayomi dan memihak untuk kepentingan sangat diharapkan. Secara faktual, pemerintah Mukim masih mengalami kevakukam, hal ini karena belum adanya kejelasan fungsi dan kewenangan Mukim dalam melakukan pemerintahan, karena sejauh ini Mukim masih terpokus dalam hal-hal yang adat-istiadat dan syari’at Islam saja.

Mengaktifkan Mukim kembali terkait dengan ketegasan menganai wewenang dan fungsi yang hendak dilekatkan kepada Mukim. Hal ini membuat penyelenggaraan pemerintahan Mukim menjadi rancu atau sering berbarengan dengan pemerintahan camat, seperti pelayanan masyarakat, pembangunan masyarakat dan lain-lain

Berdasarkan analisa penulis yang menjadi pokok permasalahan dalam lembaga Mukim adalah penyelenggraan pemerintahan Mukim dalam menjalan fungsi dan kewenangan ditengah masyarakat, sehingga lembaga Mukim dapat memberikan pelayanan kepada masyakat dalam menyelesaiakn persoalan yang dihadapi masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul Peran Mukim Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan di Kecamatan Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.


(13)

6

B. Identifikasi Masalah

Tahapan Identifikasi masalah adalah kegiatan yang berupa mencari sebanyak-banyaknya masalah dari penelitian yang dilakukan, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah pada penelitian adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penyelenggaraan pemerintahan Mukim.

2. Peran pemerintahan Mukim melakukan fungsinya.

3. Hal-hal yang perlu dibenahi oleh pemerintahan Mukim.

4. Peran Mukim Dalam melaksanakan pemerintahan.

5. pelaksanaan fungsi dan wewenang Mukim.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan waktu, ruang, materi dan tempat maka penelitian ini perlu dibatasi agar pembahasan tetap terfokus pada objek masalah yang akan diteliti dan tidak melebar sehingga diperoleh pemecahan masalah yang jelas serta terarah. Adapun yang menjadi pembatasan masalah penulis adalah peran Mukim dalam menyelenggraan Pemerintahan.

D. Rumusan Masalah

Dari Identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah apa saja peranan Mukim dalam Penyelenggraan Pemerintahan di Kecamatan Rikit Gaib.

E. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan pasti mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai, karena tujuan akan memberikan arah yang jelas, tolak ukur dalam melakukan sebuah penelitian. Adapun yang tujuannya penelitian ini adalah Untuk


(14)

7

Mengetahui peranan Mukim dalam penyelenggaraan pemerintahannya Kecamatan Rikit Gaib .

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi Instansi, penelitian ini diharapkan akan bisa menambah bahan masukan terhadap Pemerintah Daerah Kabupaten Gayo Lues mengenai terutama kepada seluruh Mukim. Penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi bahan panduan kepada Pemerintah Mukim dalam penyelenggraan pemerintahan

2. Bagi penulis, demikian juga penelitian ini diharapkan dapat

menambah wawasan, cakrawala dan sebagai bekal ilmu pengetahuan penulis dalam mengembangkan dan melaksanakan tugas dilapangan nantinya serta diharapkan sebagai input bagi Pemerintah serta instansi-inansist lain yang terkait di dalamnya.

3. Bagi masyarakat, di harapkan penelitan ini bisa memberikan sedikit pencerahan sejauh mana Mukim dapat melakukan pemerintahannya di dalam masyarakat.


(15)

61

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Setelah kita melihat hasil dari pengambilan data, dari jawaban responden, dapat kita simpulkan bahwasanya Mukim beperan dalam menyelenggarakan pemerintahan di Kecamatan Rikit Gaib. Di mana Mukim harus menjalankan Fungsi selaku lembaga pemerintah. Adapun penyelenggraan pemerintahan Mukim yaitu :

1. Mukim yang merupakan salah satu lembaga pemerintahan perpanjangan tangan dari pemerintah daerah yang berkedudukan di bawah camat dengan mempunyai Anggaran Rumah Tangga (ART) sendiri serta Mukim mempunyai hak Preogratif dalam menentukan dan menjalankan roda pemerintahan dengan sendiri tanpa campur tangan pihak lain Selama masih dalam aturan yang berlaku.

2. Mukim mempunyai peranan penting dalam membangun dan membina

kecamatan desa-desa yang berada dibawah naungannya dengan

memberikan berbagai program yang yang diperuntukan untuk

mensejahterakan masyarakat.

3. Mukim juga berperan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam menanggulangi kesenjangan sosial, Sekaligus dapat menjadi jebatan antara masyarakat dengan Camat dalam menyalurkan aspirasi mereka. 4. Penyelenggaraan pemerintahan Mukim tidak terlepas dari penguatan

sistem adat dan keikut sertaan dalam penanganan sengketa adat sehingga


(16)

62

tidak menimbulkan permasalahan yang berlanjut, dengan membuat sebuah keputusan adat berdasarkan kesepatan bersama.

B. Saran

Pada bagian ini penulis memberikan saran yang kiranya perlu mendapat perhatian sebagai berikut :

1. Mukim selaku lembaga pemerintahan sebaiknya dapat membenahi diri dalam mencari solusi dalam mengurangi kendala-kendala yang dihadapi agar tidak terus-terusan berlanjut.

2. Masyarakat juga sangat berperan penting dalam mendukung

terlaksanakannya program dengan baik, karena tanpa anya dukungan dari masyarakat setempat maka apapapun yang dilakukan akan percuma dan sia-sia saja.

3. Pemerintah daerah baik tingkat I (satu) ataupun tinggkat II (dua) juga mempunyai andil dalam mewujudkan pemerintahan Mukim baik dengan membuat Qanun yang lebih jelas guna menghindari penyalahgunaan kewenangan dalam sesama pemerintahan.

4. Membina keharmonisan sesama pemerintahan agar dapat mebangun


(17)

63

DAFTAR PUSTAKA

Akbar,Purnomo.2008. Pengantar Statistik. Jakarta : Bumi Aksara

Arikunto,Suharsimi.2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta:Rineka Cipta

2007. Manajemen Penelitin.Jakarta :Rineka Cipta

Biro Pemerintahan Sektariat Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.2004. Petunjuk Tekni Penyelenggaraan Pemerintahan Mukim Dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Pedoman Penulisan Skripsil. 2005. Buku pedoman Penulisan Skripsi. Medan : Fakultas Ilmu Sosial. Unimed

Gayatri. Irine H dkk. 2008. Dinamika Kelembagaan Mukim Era Otonomi Khusus Aceh. Jakarta : LIPI Pres, Anggota Ikapi.

Huda, Ni’matul .2007 Hukum Tata Negara Indonesiaj.Jakarta:Raja Grafindo Persada

Juanda. 2004. Hukum Pemerintahan Daerah Pasang Surut Hubungan Kewenanganan Anatar Dan Kepala Daerah. Bandung : P.T Allumni. Ndraha, Talizidu. 2003. Kybernology Ilmu Pemerintahan Baru. Jakarta: Rineka

Cipta

Sarundajang.2002. Arus Balik Kekuasaan Pusat Ke Daerah. Jakarta:Pustaka Sinar Harapan.

Suhartono,Irawan.2008.Metode Penelitain Sosial. Bandung. Remaja Rosdakarya Syarief,Sanusi M.2005.Gampong Dan Mukim di Aceh Menuju Rekontruksi Pasca

Tsunami.Bogor : Pustaka Latin.

Syafiie, Inu Kencana. 2005. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung : PT Refika Adiatam.

Widjaja, H.AW.2003. Pemerintahan Desa dan Administrasi Desa Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 (sebuah Tinjauan). Jakarta:Raja Grafindo Persada

Undang-Undang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945


(18)

64

Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 4 tahun 2003 tentang Pemerintahan Mukim Dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 5 tahun 2003 tentang

Pemerintahan Gampong Dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Jurnal

Rico, Handiman . 2007. Vol. 13 No. 17 Tata Guna Tanah Dan Tata Ruang

Mukim

. JKPP ( jaringan Kerja Pemetaan Partisipan partisipatif)

Modul

Fadhlullah.2006. Kedudukan dan Kewenangan Pemerintah Gampong Dna Mukim Dalam sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia. BRR (Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi): Modul

Ismail.2006. Strategi Umum Pengembangan Adat Budaya Gampong dan Mukim. BRR (Badan Rehabilitasi

Kamaruddin.2006.Manajemen Pembinaan Dan Pengembangan Mukim Dan Gampong Dalam Rangka Meningkatkan. BRR (Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi): Modul

Poniri. 2006. Peningkatan Kinerja Pemerintahan Gamong dan Mukim Dalam Pemberdayaan Masyarakat. BRR (Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi):Modul

Sulaiman,Maskur.2006. Pola Pelayanan Kesehatan Masyarakat. BRR (Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi): Modul


(1)

B. Identifikasi Masalah

Tahapan Identifikasi masalah adalah kegiatan yang berupa mencari sebanyak-banyaknya masalah dari penelitian yang dilakukan, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah pada penelitian adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penyelenggaraan pemerintahan Mukim. 2. Peran pemerintahan Mukim melakukan fungsinya. 3. Hal-hal yang perlu dibenahi oleh pemerintahan Mukim. 4. Peran Mukim Dalam melaksanakan pemerintahan. 5. pelaksanaan fungsi dan wewenang Mukim.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan waktu, ruang, materi dan tempat maka penelitian ini perlu dibatasi agar pembahasan tetap terfokus pada objek masalah yang akan diteliti dan tidak melebar sehingga diperoleh pemecahan masalah yang jelas serta terarah. Adapun yang menjadi pembatasan masalah penulis adalah peran Mukim dalam menyelenggraan Pemerintahan.

D. Rumusan Masalah

Dari Identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah apa saja peranan Mukim dalam Penyelenggraan Pemerintahan di Kecamatan Rikit Gaib.

E. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan pasti mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai, karena tujuan akan memberikan arah yang jelas, tolak ukur dalam melakukan sebuah penelitian. Adapun yang tujuannya penelitian ini adalah Untuk


(2)

Mengetahui peranan Mukim dalam penyelenggaraan pemerintahannya Kecamatan Rikit Gaib .

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah :

1. Bagi Instansi, penelitian ini diharapkan akan bisa menambah bahan masukan terhadap Pemerintah Daerah Kabupaten Gayo Lues mengenai terutama kepada seluruh Mukim. Penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi bahan panduan kepada Pemerintah Mukim dalam penyelenggraan pemerintahan

2. Bagi penulis, demikian juga penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, cakrawala dan sebagai bekal ilmu pengetahuan penulis dalam mengembangkan dan melaksanakan tugas dilapangan nantinya serta diharapkan sebagai input bagi Pemerintah serta instansi-inansist lain yang terkait di dalamnya.

3. Bagi masyarakat, di harapkan penelitan ini bisa memberikan sedikit pencerahan sejauh mana Mukim dapat melakukan pemerintahannya di dalam masyarakat.


(3)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Setelah kita melihat hasil dari pengambilan data, dari jawaban responden, dapat kita simpulkan bahwasanya Mukim beperan dalam menyelenggarakan pemerintahan di Kecamatan Rikit Gaib. Di mana Mukim harus menjalankan Fungsi selaku lembaga pemerintah. Adapun penyelenggraan pemerintahan Mukim yaitu :

1. Mukim yang merupakan salah satu lembaga pemerintahan perpanjangan tangan dari pemerintah daerah yang berkedudukan di bawah camat dengan mempunyai Anggaran Rumah Tangga (ART) sendiri serta Mukim mempunyai hak Preogratif dalam menentukan dan menjalankan roda pemerintahan dengan sendiri tanpa campur tangan pihak lain Selama masih dalam aturan yang berlaku.

2. Mukim mempunyai peranan penting dalam membangun dan membina kecamatan desa-desa yang berada dibawah naungannya dengan memberikan berbagai program yang yang diperuntukan untuk mensejahterakan masyarakat.

3. Mukim juga berperan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam menanggulangi kesenjangan sosial, Sekaligus dapat menjadi jebatan antara masyarakat dengan Camat dalam menyalurkan aspirasi mereka. 4. Penyelenggaraan pemerintahan Mukim tidak terlepas dari penguatan

sistem adat dan keikut sertaan dalam penanganan sengketa adat sehingga


(4)

tidak menimbulkan permasalahan yang berlanjut, dengan membuat sebuah keputusan adat berdasarkan kesepatan bersama.

B. Saran

Pada bagian ini penulis memberikan saran yang kiranya perlu mendapat perhatian sebagai berikut :

1. Mukim selaku lembaga pemerintahan sebaiknya dapat membenahi diri dalam mencari solusi dalam mengurangi kendala-kendala yang dihadapi agar tidak terus-terusan berlanjut.

2. Masyarakat juga sangat berperan penting dalam mendukung terlaksanakannya program dengan baik, karena tanpa anya dukungan dari masyarakat setempat maka apapapun yang dilakukan akan percuma dan sia-sia saja.

3. Pemerintah daerah baik tingkat I (satu) ataupun tinggkat II (dua) juga mempunyai andil dalam mewujudkan pemerintahan Mukim baik dengan membuat Qanun yang lebih jelas guna menghindari penyalahgunaan kewenangan dalam sesama pemerintahan.

4. Membina keharmonisan sesama pemerintahan agar dapat mebangun Kecamatan Rikit Gaib khusnya dan Kabupaten Gayo Lues pada umumnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Akbar,Purnomo.2008. Pengantar Statistik. Jakarta : Bumi Aksara

Arikunto,Suharsimi.2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta

2007. Manajemen Penelitin.Jakarta :Rineka Cipta

Biro Pemerintahan Sektariat Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.2004. Petunjuk Tekni Penyelenggaraan Pemerintahan Mukim Dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Pedoman Penulisan Skripsil. 2005. Buku pedoman Penulisan Skripsi. Medan : Fakultas Ilmu Sosial. Unimed

Gayatri. Irine H dkk. 2008. Dinamika Kelembagaan Mukim Era Otonomi Khusus Aceh. Jakarta : LIPI Pres, Anggota Ikapi.

Huda, Ni’matul .2007 Hukum Tata Negara Indonesiaj.Jakarta:Raja Grafindo Persada

Juanda. 2004. Hukum Pemerintahan Daerah Pasang Surut Hubungan Kewenanganan Anatar Dan Kepala Daerah. Bandung : P.T Allumni. Ndraha, Talizidu. 2003. Kybernology Ilmu Pemerintahan Baru. Jakarta: Rineka

Cipta

Sarundajang.2002. Arus Balik Kekuasaan Pusat Ke Daerah. Jakarta:Pustaka Sinar Harapan.

Suhartono,Irawan.2008.Metode Penelitain Sosial. Bandung. Remaja Rosdakarya Syarief,Sanusi M.2005.Gampong Dan Mukim di Aceh Menuju Rekontruksi Pasca

Tsunami.Bogor : Pustaka Latin.

Syafiie, Inu Kencana. 2005. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung : PT Refika Adiatam.

Widjaja, H.AW.2003. Pemerintahan Desa dan Administrasi Desa Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 (sebuah Tinjauan). Jakarta:Raja Grafindo Persada

Undang-Undang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945


(6)

Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 4 tahun 2003 tentang Pemerintahan Mukim Dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 5 tahun 2003 tentang

Pemerintahan Gampong Dalam Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Jurnal

Rico, Handiman . 2007. Vol. 13 No. 17 Tata Guna Tanah Dan Tata Ruang

Mukim

. JKPP ( jaringan Kerja Pemetaan Partisipan partisipatif)

Modul

Fadhlullah.2006. Kedudukan dan Kewenangan Pemerintah Gampong Dna Mukim Dalam sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia. BRR (Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi): Modul

Ismail.2006. Strategi Umum Pengembangan Adat Budaya Gampong dan Mukim. BRR (Badan Rehabilitasi

Kamaruddin.2006.Manajemen Pembinaan Dan Pengembangan Mukim Dan Gampong Dalam Rangka Meningkatkan. BRR (Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi): Modul

Poniri. 2006. Peningkatan Kinerja Pemerintahan Gamong dan Mukim Dalam Pemberdayaan Masyarakat. BRR (Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi):Modul

Sulaiman,Maskur.2006. Pola Pelayanan Kesehatan Masyarakat. BRR (Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi): Modul