PERAN LEMBAGA ADAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN GAMPONG (Studi Tentang Penyelenggaraan Pemerintahan di Gampong Gegarang, Kecamatan Bintang, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam)

(1)

A. LATAR BELAKANG

Negara Republik Indonesia jauh sebelum kemerdekaan realitas sosiologis suku bangsa, bahasa, budaya, tradisi dan adat istiadat telah ada diberbagai wilayah maupun pedesaan. Desa merupakan suatu pemerintahan terkecil yang memiliki kesatuan masyarakat hukum yang dipimpin oleh kepala desa. sebutan pemerintah desa sangat bervariasi sesuai dengan pembentukannya, seperti Gampong, Nagari , Bori, Huta dan Marga1. demikian juga sisitem pemerintahan desa, minsal di daerah Minangkabau (Sumatra Barat) dikenal dengan “tali tiga sipilin, tungku tiga sejarangan” yang meliputi nenek mamak, bunda kandung dan pemangku adat. Sedangkan di Suku Gayo (Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues) bernama sarakopat, yakni terdiri dari : Reje, Imem, Petue dan Rakyat Genap Mupakat.

Lembaga Sarakopat sudah sejak masa Kerajaan Linge sultan Adi Genali. Pada masa lalu sistem pemerintahan di Gayo berpusat pada belah (klan) keluarga luas maupun inti, mereka dapat dibedakan menurut kelompok-kelompok yang disebut “kuru” yakni kekelurgaan dalam satu belah yang anggota-anggotanya merasa dekat antara satu dengan yang lain karena hubungan keturunan yang ditautkan pada empat unsur pimpinan belah yang disebut sarakopat. Oleh karena itu dalam setiap belah terdapat (1) kuru reje, yakni kerabat raja, (2) kuru imem, kerabat pimpinan keagamaan, (3)kuru petue, kerabat penegak pemelihara ketertiban, dan (4) kuru rayat, kerabat orang-orang biasa yang tidak termasuk kedalam salah satu dari tiga kerabat tersebut2.

Masing-masing empat unsur sarakopat mempunyai tugas dan fungsi diantaranya (1) Reje (pengulu). Kepala masyarakat hukum adat, ia senantiasa

1

Bratakusumah Supriady Deddy dkk, Otonomi Penyelengaraan Pemerintah Daerah: Jakarta, 2004

PTGramedia Pustaka Utama, Hlm(1).

2


(2)

musuket sipet makna berusaha selalu menegakkan keadilan, kebenaran, kasih- sayang diantara anggota belahnya. (2) Imem berfungsi (muperlu sunet) berasal dari kata-kata perlu atau fardhu dan sunet atau sunnat, katagori hukum Islam. (3) petue. melakukan tugas atau fungsinya, musidik sasat: harus senantiasa mengamati, menyelidiki dan memahami anggota belahnya. (4) Rayat genap mupakat, menilai, mengawasi norma adat gayo dilaksanakan dalam berbagai tugas yang ditetapkan masyarakat hukum adat setiap anggota belah.

Selain itu terdapat beberapa jabatan lainnya yang melaksanakan tugas pemerintahan sehari-hari, yaitu Bedel (wakil/pembantu Reje), Lebe (wakil/pembantu Imem), Banta (sekretaris/Ajudan Reje), dan Sekolat (Wakil/pembantu Petue)3. Disamping itu juga ada lembaga kedinasan, sebagai unsur pelaksana tugas teknis sehari-hari, yaitu: (1) Kejurun Blang (semah tun) bertugas dibidang pertanian; (2) Pengulu Uten, bertugas dibidang kehutanan dan kelestarian alam; (3) Pawang Uer, bertugas dibidang peternakan; (4) Pawang Lut bertugas dibidang perikanan; (5) Biden, (Bidan); (6) Harie bertugas dibidang informasi, komunikasi, dan hubungan masyarakat. dengan kebesamaan sarakopat dan berpartisipasi seluruh anggota belah, melalui tertib bermajelis, umet bermulie, segala upaya mencapai ketertiban masyarakat terselengara secara musyawarah, pakat jeroh genap bise.

Pada masa pemerintahan Belanda di Indonesia telah mejadi bagian dari sistem politik pemerintahan Hindia Belanda dan melancarkan imperialismenya melalui kebijakan hukum adat (adatrecht). Konsep adatrecht ini dikembangkan dari Universitas Leiden dimana Cornelis Van Vollenhoven (1876-1933) menjadi tokoh utamanya. Ia mendefenisikan adat sebagai tata aturan dalam kehidupan masyarakat indonesia, dengan kata recht, sebuah kata yang secara konvensional diterjemahkan dalam bahasa inggris „law‟ atau

„hukum’ dalam bahasa indonesia. Van Vollenhoven dan teman-temannya di Leiden turun ke lapangan di pulau-pulau Hindia-Belanda dengan tujuan

3

Aman Pinan AR Hakim., syariat Islam dan Adat Istiadat, Yayasan Mahkamahmuda, Takengon, hlm; 137.


(3)

membuat konplikasi-konplikasi hukum adat. Akhirnya merak harus mengakui bahwa model hukum Eropa (Roman Law) kurang cocok dengan kenyataan dalam praktek adat yang lebih ke arah rekonsiliasi. Meskipun begitu, pengertian adat sebagai hukum tetap hidup di indonesia sampai sekarang4.

Warisan kolonial mempengaruhi sistem hukum dan pemerintahan pada masa awal kemerdekaan Indonesia. Sikap pemerintahan Soekarno terhadap adat ternyata tidak kalah kontroversialnya dengan masa kolonial. Disatu sisi pemimpin-pemimpin nasionalis merasa adat kurang cocok dengan sistem masyarakat modern yang mau dibangun di Indonesia. Diawal 1950-an peradilan-peradilan adat dihapus hampir seluruh indonesia dan digantikan dengan peradilan negara..

Pada masa pemerintahan Orde Baru lembaga adat mendapat tantangan yang lebih besar lagi. Hal ini disebabkan kebijakan sentralisasi yang dilakukan pemerintah Soeharto. Sentralisasi merupakan kebijakan dimana pemerintah melakukan intervensi sampai pada tingkat pemerintahan lokal pedesaan. Hal ini dilakukan dengan membentuk jaringan administrasi yang ketat yang serupa (penyeragaman) diseluruh daerah di Indonesia Kebijakan itu tertuang dalam Undang-undang No. 5 Tahun 1979 tentang sistem Pemerintahan Desa. Alasan yang utama dimunculkan adalah kebutuhan pembangunan dan efektifitas pemerintahan. Akibatnya adalah munculnya suatu sistem yang paling sentralis dan tidak punya fleksibilitas sedikitpun untuk memperhatikan keperluan-keperluan yang ada di daerah-daerah negara yang luas ini.Pemerintah Orde Baru tetap mengakui kemajmukan budaya dan masyarakat Indonesia, dan juga posisi adat sebagai dasar pluralisme. Tetapi adat hanya diposisikan sebagai seni dan budaya5.

Pada masa berlakunya UU, No.5 Tahun 1979, lembaga sarakopat tidak menentu, persoalan-persoalan gampong cenderung diselesaikan di kepolisian

4

Avonius Leena dkk, Adat dalam Dinamika Politik Aceh. 2010. ICAIOS, PT ISB Unsyah. Banda Aceh. Hlm (4)

5


(4)

dan pengadilan tinggi lainnya, penyelenggaraan pemerintahan gampong disesuaikan dengan peraturan yang berlaku seperti struktur pemerintahan desa, penyebutan Reje diganti dengan Kepala Desa, Banta diganti dengan Sekretaris dan lain-lainya, pelaksanaan adat tetap ada namun non-formal dalam penyelengaraanya di gampong, contoh kejurun blang yang mengatur pertanian khusus dibidang persawahan menentukan waktu bercocok tanam. sedangkan penyelesaian sengketa baik secara perdata maupun pidana kebanyakan ditangani di pengadilan tinggi, dampak yang terjadi kontrol sosial memudar dan salah satu sebab memperparah konflik berkepanjangan di Aceh.

Oleh karena itu Era reformasi ini, keberadaan adat dan lembaga adat mulai diakui kembali hal ini dilihat dari berbagai landasan hukum, seperti UUD, dan Qanun (PERDA). UUD 1945 Pasal 18 B ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa; Pasal (1) negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang di atur dengan Undang-undang; Pasal (2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia6.

Lahirnya Undang-Undang No.11 Tahun 2006, tentang Pemerintahan Aceh telah mengeluarkan beberapa regulasi di tingkat provinsi: Qanun No.9 Tahun 2008 tentang pembinaan Kehidupan adat dan istiadat, serta Qanun No. 10 Tahun 2008 tentang lembaga adat. Kedua qanun tersebut disatu sisi menjadi indikasi keseriusan pemerintah Aceh dalam upaya menjadikan adat yang ada di Aceh berlaku kembali dan menjadikan adat yang ada di Aceh berlaku kembali dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pemerintahan

Aceh. Disisi lain ini juga menjadi sebuah “sentralisasi” yang dilakukan

pemerintahan Aceh terhadap prulisme adat yang ada diberbagai kabupaten di Aceh. Saat ini Aceh memiliki 23 kabupaten yang setiap kabupaten memiliki

6


(5)

perkembangan adat tersendiri. Di daerah yang mayoritas suku Aceh sekalipun memiliki adat yang khas. Minsalnya perkembagan adat yang ada di Aceh Barat berbeda dengan adat di Aceh Timur, meskipun pada dasarnya mereka sama-sama suku Aceh. perbedaan ini lebih besar lagi pada suku-suku kecil yang ada di kabupaten lain, seperti suku Gayo, Alas, Kluet dan lainya. Implikasi dari UU-PA maupun qanun-qanun Provinsi ini adalah pemerintah kabupaten diminta untuk menghidupkan kembali lembaga adat Aceh di wilayah masing-masing, oleh karena itu Kabupaten Aceh Tengah memiliki Qanun yakni Qanun Kabupaten Aceh Tengah Nomor 4 Tahun 2011 tentang Pemerintahan Gampong dan Qanun Kabupaten Aceh Tengah Nomor 5 Tahun 2011 tentang Kemukimen, kedua qanun ini banyak mengatur peran lembaga adat dalam penyelenggaraan pemerintahan meski tidak sepenuhnya mirip dengan adat masa lalu.

Walau lembaga adat telah sah sebagai sistem pemerintahan gampong namun pemahaman genarasi baru saat ini baik masyarakat maupun yang masuk dalam sistem lembaga adat sangat kurang dari segi pengetahuan apalagi pengalaman dalam hal Impelementasi adat seperti dahulu, maka tingkat pemerintahan dan masyarakat perlu pelatihan atau sosialisasi.

Dari masalah diatas saya selaku penulis tertarik untuk meneliti lebih. Dengan pertimbagan pentingnya manfaat penelitian ini baik secara teoritik maupun praktis. Maka saya selaku penulis mengambil judul:

PERAN LEMBAGA ADAT DALAM PENEYELENGGARAAN

PEMERINTAHAN GAMPONG

(Studi Penyelengaraan Pemerintah di Gampong Gegarang, Kecamatan Bintang, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam)


(6)

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun persoalan yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;

“Bagaimana Peran Lembaga Adat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Gampong. di Gampong Gegarang Kecamatan Bintang, Kabupaten Aceh Tengah”.

C. TUJUAN

Tujuan Penelitian merupakan suatu yang ingin diteliti, penelitian ini bersangkutan dengan sistem pemerintahan Gampong yang mempunyai relasi adat antara unsur pemerintah, sejauhmana implementasi dan progres yang sudah tercapai di Kabupaten Aceh Tengah khususnya di Gampong Gegarang, jadi tujuan peneliti ialah:

a. Untuk mengetahui Bagaimana Peran Lembaga Adat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Gampong di Kabupaten Aceh Tengah .

b. Untuk Mengetahui apa saja dinamika Pemerintah Gampong terhadap Peran Lembaga Adat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Gampong di Aceh Tengah.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan dalam Ilmu Pengetahuan Yakni;

1. Manfaat Secara Akademik

Sebagai suatu wacana dan referensi bagi kaum intelektualis atau akademis umumnya di ilmu sosial politik maupun khususnya untuk Mahasiswa ilmu pemerintahan.


(7)

2. Manfaat Secara Praktis

a. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah sejauh mana prospek yang dicapai dalam Peran Lembaga Adat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Gampong Gegarang, Kecamatan Bintang, Kabupaten Aceh Tengah

b. Dapat dijadikan pertimbangan positif kepada elemen masyarakat supaya sadar hukum, politik maupun pemerintahan..

E. DEPENISI KONSEP DAN OPERASIONAL

1. Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah, terdiri terdiri dari suatu kata atau lebih yang mengambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu ide (gagasan) tertentu. Bailey (1982) menyebutkan sebagai persepsi (mental image) atau abstrak yang dibentuk dengan umum pada hal-hal khusus.7 Untuk jauh dari kekeliruan, pernyataan yang bulat

Untuk mempelajari variabel dalam penelitian ini, maka diperlukan depenisi konsep untuk menghindari kesalah pahaman dan perluasan materi penelitian. Sesuai dengan judul penelitian, maka depeni konsep yang dipaparkan sebagai berikut;

1. Peran

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil.Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seesorang pada situasi sosial

7


(8)

tertentu.Peran adalah suatu pola sikap, nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang yangberdasarkan

posisinya dimasyarakat. posisi ini merupakan identifikasi dari status atau tempat seseorang dalam suatu sistim sosial dan merupakan perwujudan aktualisasi diri. Peran juga diartikan sebagai serangkaian perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu dalam berbagai kelompok sosial.Peran merupakan salah satu komponen dari konsep diri (gambaran diri, ideal diri, harga diri,peran dan identitas diri) Menurut Beck, William and Rawlin (1986) pengertian konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh meliputi fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual.Penampilan peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial atau masyarakat.Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pillihan.8

2. Lembaga Adat a. Lembaga

pola perilaku manusia yang mapan, terdiri atas interaksi sosial berstruktur dalam suatu kerangka9. Lembaga kata dalam bahasa inggris disebut dengan institution, yang berarti pendiriaan.

b. Adat

adat ialah aturan (perbuatan disebut) yang lazim diturut atau dilakukan sejak dahulu kala: menurut daerah ini, laki-lakilah yang berhak sbg ahli waris cara (kelakuan disebut) yg

8

http://id.scribd.com/doc/39727097/Peran-. 9


(9)

sudah menjadi kebiasaan budaya, norma, hukum, dan aturan yang satu dengan lainnya berkaitan menjadi suatu sistem10.

Adat istiadat adalah tata kelakuan yang kekal dan turun temurun dari generasi pendahulu yang dihormati dan dimulyakan sebagai warisan sesuai dengan syariat islam.11

Jadi lembaga adat merupakan seperangkat peranata sosial yang masuk dalam sistem adat sebagai pelaku sekaligus kontrol bagian dari adat sesuai dengan kesepakatan maupun peraturan yang berlaku, yang bersifat tradisi.

3. Penyelenggaraan

Pemeliharaan pemiaraan proses, cara, perbuatan menyelenggarakan dalam berbagai arti (seperti pelaksanaan, penunaian)12.

4. Pemerintah Gampong

Pemerintahan Gampong merupakan lembaga perpanjangan pemerintah pusat memiliki peran yang strategis dalam pengaturan masyarakat desa/Kampunng dan keberhasilan pembangunan nasional. Karena perannya yang besar, maka perlu adanya Peraturan-peraturan atau Undang-Undang yang berkaitan dengan pemerintahan desa yang mengatur tentang pemerintahan desa, sehingga roda pemerintahan berjalan dengan optimal. Gampong merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul adat istiadat yang

10

http://kbbi.web.id/ 11

Lihat:Qanun Kabupaten Aceh Tengah Nomor 4 Tahun 2011, 12


(10)

diakui dan dihormati sebagai keistimawaan Aceh dalam sistem pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia13.

2. Defenisi Operasional

Memperoleh data atau indikator-indikator yang menuju pada konsep yang ingin didapat, maka penelitian ini memiliki defenisi operasional atau sub kajian untuk memperoleh data sehingga memaknai lebih khusus dalam memperoleh data dan metode operasional sebagai pengacu operasional;

Adapun operasional yang dimaksut adalah sebagai berikut;

1. Peran Lembaga Adat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Gampong Gegarang Kabupaten Aceh Tengah.

a. Landasan hukum Peran Lembaga Adat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Gampong Gegarang Kabupaten Aceh Tengah.

b. Bentuk-bentuk Peran Lembaga Adat dalam Penyelenggaraan oleh Pemerintahan Gampong Gegarang, Kabupaten Aceh Tengah. c. Sosialisasi Peran Lembaga Adat dalam Penyelenggaraan

Pemerintahan di Gampong Gegarang, Kabupaten Aceh Tengah. 2. Kendala-kendala Lembaga Adat dalam menjaga Penyelenggaraan

Pemerintahan Gampong;

a. Pemahaman hukum adat diatur dalam qanun yang baru baik secara tektual maupun secara aplikasi.

b. Kerja sama Lembaga Adat dalam menjaga kinerja yang diselengarakan oleh pemerintahan gampong.

13


(11)

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriftif kualitatif. Yaitu menyajikan satu gambaran yang terperinci tentang situasi khusus, atau hubungan.14 Deskriptif kualitatif semata-mata indentifikasi sifat-sifat yang membedakan atau karakter sekelompok manusia, benda atau peristiwa.

Penelitian ini mengunakan deskriftif kualitatif dengan alasan peneliti berupaya menggali data dari Responden yang telah menjadi sumber dalam penelitian ini. Selain itu metode diskriftif kualitatif ini sangat cocok untuk diterapkan untuk penelitian lapangan dengan alasan penelitian bisa berintraksi langsung dengan responden serta bisa mengamati langsung pergerakan objek yang akan diteliti yakni tentang Peran Lembaga Adat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Gampong di Kabupaten Aceh Tengah Khususnnya Gampong Gegarang.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti mengadakan pengamatan langsung terhadap masalah yang ada sehingga peneliti bisa mendapatkan informasi, gambaran, data-data yang dinginkan. Tempat penelitian dimaksut adalah Gampong Gegarang, Kecamatan Bintang, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam.

3. Subjek Penelitian

Hal ini sebagai unsur variabel penentu agar secara mudah untuk mendapatkan beberapa sumber data dari subjek yang akan diteliti. Ada beberapa subjek peneliti ingin agar bisa mendapatkan apa yang dibutuhkan. Diantaranya sebagai berikut:

14


(12)

a. Seluruh Struktur Lembaga Adat yang berkaitan dengan Penyelenggaraan Gampong seperti;

Reje/Pengulu (Kepala Gampong). Imem (Pemangku Agama).

Petue (Tokoh Masyarakat).

Rakyat Genap Mupakat (Badan Permusyawaratan Gampong) dan

 Lembaga Teknis (sesuai kebutuhan)

b. Mukim Bintang, Kecamatan Bintang Kabupaten Aceh Tengah.

4. Sumber Data

Sebagaimana pengklarifikasian yang dianut Oleh Suharismi, Sumber Data diklarifikasi menjadi 3P yaitui,15:

1. P = person, sumber data berdasarkan orang. Yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui jawaban tertulis melalui angket. Pada poin ini peneliti akan mewawancarai Reje (Kepala Gampong) dan segenap Struktur Lembaga Adat yang mampu memberikan informasi dan data-data yang berkaitan dengan penelitian .

2. P = place, sumber data berupa tempat. Peneliti mengali informasi atau data di Kabupaten Aceh Tengah. Khusunya di kemukiman Bintang, Gampong Gegarang.

3. P = paper, Admistrasi tertulis maupun berupa simbol. Yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka gambar atau simbol-simbol lainya. Poin ini , peneliti mengunakan dokumen-dokumen instan terkait seperti monografi, foto-foto

15

Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Edisi revisi VI. Cet XIII (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),hlm 7.


(13)

penyelenggaraan adat atau peradilan adat berlangsung di Gampong Gegarang.

Selain itu , sumber data dan penelitian ini juga dibagi menjadi dua, yakni

1. Data Primer

Sumber data ini adalah sumber pertama dimana sebuah data dihasilkan.16 sumber data ini peneliti untuk memperoleh data yang Valid dan lengkap terhadap apa yang peneliti teliti dimana data ini berkaitan dengan Adat masyarakat setempat.

2. Data Skunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder, data sekunder kemudian dikategorikan menjadi dua17.

a. Internal data, yaitu tersedia tertulis pada data sekunder. Memuat landasan hukum Undang-Undang Pemerintahan Aceh, dan qanun daerah.

b. Ekternal data, yaitu yang diperoleh dari sumber luar. Seperti koran, buku, majalah dan lainnya.

5. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan tiga metode pengumpulan data, yakni sebagai Beriku:

1. Observasi

Informasi atau data dapat dikumpulkan dengan metodeobservasi. Dengan cara ini peneliti hanya mengamati dan

16

Bugin Burhan, Metodelogi Penelitian sosial format-format Kuantitatif dan kualitatif, (Surabaya: Airlangga University Press, 2001), hlm.128

17


(14)

tidak banyak melakukan kegiatan, melainkan hanya mencatat apa yang dilihat atau disaksikan.18

Pengumpulan data dengan observasi langsung pengamatan dan pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan mengunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut.19

Pengunaan metode observasi ini memiliki beberapa keuntungan, diantaranya;

a. Dengan cara pengamatan langsung terdapat kemungkinan untuk mencatat hal-hal perilaku, pertumbuhan sewaktu kejadiaan,

b. Melalui pengamatan langsung dapat diperoleh data dari subjek baik tidak dapat berkomunikasi secara verbal maupun tidak mau bekomunikasi secara verbal.20

2. Interview (Wawancara)

Wawancara adalah suatu percakapan dengan maksut tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan: dan terwawancara (interviewe) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

3. Dokumentasi,

Dokumen adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam suatu masalah atau persoalan. Sedangkan dokumentasi adalah kegiatan atau proses pekerjaan mencatat atau

18

Suparmoko, metode penelitian praktis untuk ilmu-ilmu sosial,ekonomi dan bisnis, cet, ke IV (Yokyakarta: BPEFE,1997), hlm. 68

19

Moh.Nazir, Metode penelitian, Cet, Ke VI (Jakarta: Gahila Indonesia, 2005), hlm. 175 20


(15)

merekam suatu peristiwa dan objek atau aktifitas yang dianggap berharga dan penting. mengumpulkan data, sumber tertulis yang mengalir yang mempunyai naskah kerangka yang sipatnya tidak terbatas.

6. Teknik Analisa Data

Analisa deskriptif bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti dan tidak dimaksut untuk pengujian hipotesis. Sekalipun penelitian yang dilakukan bersifat inferensial, sajian keadaan subjek dan data penelitian secara deskriptif tetap perlu diketengahkan lebih dahulu sebelum hipotesis dilakukan. Apabila dalam penelitian pendekatannya bersifat kualitatif , tentu deskriptif tersebut lebih penting lagi21.

Data analisa data dapat diartikan sebagai proses pengorganisasian dan mengurutkan data yang diperoleh secara sistematis baik untuk menafsirkan dan menginterpresikan data-data yang didapat dari peneliti.

Dalam hal ini peneliti mengunakan analisa deskriptitif dimana lebih menitik beratka pada pengambaran dan penguraian objek yang nantinya akan menghasilkan suatu kesimpulan. Dalam menganalisa data ada beberapa proses untuk mencapai hasil yang terbaik22, yaitu:

a. Pengumpulan data. Peneliti mengumpulkan data dari hasil peneliti dengan beberapa cara. Diantaranya dengan mengunakan yang diperoleh dari hasil wawancara, dokumen dan dari media cetak. b. Reduksi data. Suatu bentuk yang mempertegas, memperpendek,

membuat fokus data agar peneliti mudah dalam menyajikan data.

21

Azwar saifuddin, metode penelitin, (Yokyakarta: Pustaka Pelajar; 2001) hlm.126 22

Bungin Burhan, Metodelogi Peneleitian Sosial format-format Kuantitatif dan kualitatif.


(16)

c. Display data. Serangkayan data memungkinkan peneliti untuk menyimpulkan dengan mengunakan gambar, tabel, dan lainya. d. Kesimpulan berkenaan dengan dengan hasil seluruh dari analisa

data kualitatif terletak pada pemahaman atau penuturan tentang apa yang sudah peneliti lakukan.


(17)

Daftar Pustaka

Aman Pinan AR Hakim. 1975, syariat Islam dan Adat Istiadat, Yayasan Mahkamahmuda, Takengon.

Avonius Leena dkk. 2010, Adat dalam Dinamika Politik Aceh.. ICAIOS, PT ISB Unsyah. Banda Aceh

Azwar saifuddin. 2001 metode penelitin, (Yokyakarta: Pustaka Pelajar; Bungin Burhan. 2001 Metodelogi Peneleitian Sosial format-format Kuantitatif dan kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press.

Bratakusumah Supriady Deddy dkk, Otonomi Penyelengaraan Pemerintah Daerah: Jakarta, 2004 PT Gramedia Pustaka Utama.

http://kbbi.web.id/

Iqbal Hasan. 2004, Analisa Data Peneelitian dengan Statistik, Bumi Aksara, Muklis.1971, Belah di Gayo Studi Kasus di Kebayaken., Banda Aceh

Suparmoko. 1997. metode penelitian praktis untuk ilmu-ilmu sosial,ekonomi dan bisnis, cet, ke IV (Yokyakarta: BPEFE,),

Moh.Nazir.2005, Metode penelitian, Cet, Ke VI Jakarta: Gahila Indonesia, Suharismi Arikunto,; 2006, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Edisi revisi VI. Cet XIII (Jakarta: Rineka Cipta,

Ulber Silalahi.2009, Metode Penelitian Sosia ,Bandung: PT Refika Aditiama. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 18 b.


(18)

i

PERAN LEMBAGA ADAT DALAM

PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN GAMPONG

(Studi Tentang Penyelenggaraan Pemerintahan di Gampong Gegarang,

Kecamatan Bintang, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1)

Disusun Oleh: Hairul Hasbi Dayah

09230059

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


(19)

(20)

(21)

(22)

(23)

vi

KATA PENGANTAR

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul; Peran Lembaga Adat dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Gampong. (Studi Tentang Penyelenggaraan Pemerintahan di Gampong Gegarang, Kecamatan Bintang, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam) Sembah sujud penulis kepada Ayahanda Karwan, Ibunda tercinta Sairiah, nenek saya Dzulqaidah, dan Kakek saya di Gampong Wak Toweren Yusuf Syah beserta seluruh kelurga yang selalu memberikan dorongan melalui do’a, dan usaha-usaha beliau agar anak-anaknya bisa memperolah pendidikan demi masa depan. Begitu juga untuk adik-adik tersayang, yaitu: Afdaini, Rizkan, Wahyu Siara, Alfitrahuddin (Mr. David) dan kakak saya Aina Fitri, Tetap telah bersabar menunggu untuk mencapai gelas sarjana saya.

Terima kasih kepada paman saya Irwansyah Wen Arita Al-waqi yang telah membimbing dan mengayomi saya selama dia di Malang, dan juga kepada keluarga besar Ikatan Pemuda Mahasiswa Tanoh Gayo Malang selaku Keluarga Saya di Kota Malang.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Muhadjir Effendi, M.A.P, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dr. Wahyudi, Msi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan IlmuPolitik Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Dr. Tri Sulistyaningsih, Msi, selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang. 4. Drs. Krisno Hadi MA, selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktu


(24)

vii

5. Drs. Imam Hidayat, MM, selaku Pembimbing II yang telah memberikan banyak arahan dan motivasi bagi penyusun.

6. Terima Kasih buat sahabat saya Didi Febriandi, Hendi Gunawan, Ahmad Gunadi dan seluruh mahasiswa Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang

7. Serta semua pihak yang namanya belum sempat tertulis disini, penyusun juga mengucapkan terima kasih atas segala bantuannya. Semoga semua kebaikan dan ketulusannya dalam membantu penyusun, mendapat balasan serta berkah dari Allah SWT. Penyusun sadar bahwa dalam skripsi ini terdapat banyak kekurangan.

Akhirnya penyusun berharap skripsi sederhana ini dapat memberi manfaat, tidak hanya untuk penyusun pribadi melainkan juga bagi pihak yang

berkepentingan. Amien.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Malang, 29 Juli 2013

Penyusun;


(25)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN ...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ...iv

BERITA ACARA SEMINAR PROPOSAL ...v

KATA PENGANTAR ...vi

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR TABEL...x

ABSTRAKSI ...xi

ABSTRACT...xii

BAB I: PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG...1

B. RUMUSAN MASALAH...7

C. TUJUAN PENELITIAN...7

D. MANFAAT PENELITIAN...8

E. DEPENISI KONSEP DAN OPERASIONAL...8

1. Defenisi Konsep...8

2. Defenisi Operasional...11

F. Metode Penelitian...12

1. Jenis Penelitian...12

2. Lokasi Penelitian...12

3. Subjek Penelitian...13

4. Sumber Data...14

5. Teknik Pengumpulan Data ...15

6. Teknik Analisa Data...17

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA A. PEMERINTAHAN DESA...18

1. Pengertian Desa...18

2. Tinjauan Historis Eksistensi Pemerintahan Desa...19

3. Pasang Surut Pengaturan Desa Di Indonesia...21

B. TINJAUAN DESA DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGIS...28

1. Desa Sebagai Entitas Sosio Kultural ...28

2. Desa Sebagai Kesatuan Masyarakat Hukum...29

C. PERAN KELEMBAGAAN ADAT DALAM TATA PEMERINTAHAN DESA... ...31

1. Pengertian Lembaga Adat...31


(26)

ix

BAB III: DISKRIPSI WILAYAH

A. GAMBARAN UMUM GAMPONG GEGARANG...35

1. Sejarah Singkat Gampong Gegarang...35

2. Letak...36

3. Topografi... ...36

4. Iklim dan Cuaca...36

5. Penduduk...37

6. Sarana dan Prasarana ...37

B. STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN GAMPONG DI KABUPATEN ACEH TENGAH...38

C. SUSUNAN STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN DI GAMPONG GEGARANG...40

D. LANDASAN-LANDASAN HUKUM PERAN LEMBAGA ADAT DALAM PENYELEGARAAN PEMERINTAHAN GAMPONG...43

BAB IV: PENYAJIAN DAN ANALISA DATA A. PEMERINTAHAN GAMPONG...45

1. Pengertian Pemerintahan Gampong...45

2. Struktur Organisasi dengan Tata Kerja Pemerintahan Gampong...46

3. Urusan Pemerintahan Gampong Gegarang...48

4. Karakteristik Pemerintahaan dan Kewenangan Otonom Pemerintahan Gampong Gegarang...54

5. Asas Penyelenggaraan, Wewenang, Tugas dan Fungsi Pemerintahan Gampong ... ...60

B. KELEMBAGAAN ADAT DI GAMPONG ...62

1. Jenis-Jenis dan Kewenangan Lembaga Adat di Gampong...62

2. Pelestarian Kelembagaan Adat...70

C. PERAN KELEMBAGAAN ADAT DALAM TATA PEMERINTAHAN GAMPONG GEGARANG...72

1. Persoalan Perkara-Perkara Gampong...72

2. Peran Koordinasi dan Kemitraan Lembaga Adat terhadap Penyelenggaraan Pemerintahaan Gampong Gegarang...73

BAB V: PENUTUP A. KESIMPULAN...76

B. SARAN...77

LAMPIRAN ...78


(27)

x

DAFTAR TABEL

Tabel. 1 : Jumlah Penduduk Gampong Gegarang...37

Tabel. 2 : Admistrasi Penomoran Perkara...52

Diagram hirarki. 1 : Struktur Organisasi Gampong di Kabupaten Aceh Tengah...39


(28)

xi

DAFTAR PUSTAKA

Anonimius, Undang-Undang 1945 Pasal 18b

Anonimius, Undang-Undang 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah

Anonimius, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh

Anonimius, Qanun Kabupaten Aceh Tengah Nomor 4 Tahun 2011, Tentan Pemerintahan Gampong. Aman Pinan AR Hakim., syariat Islam dan Adat Istiadat, Yayasan Mahkamahmuda, Takengon,. Avonius Leena dkk, Adat dalam Dinamika Politik Aceh. 2010. ICAIOS, PT ISB Unsyah. Banda Aceh. Abdullah Taupik, krisis masa kini dan orde baru. Yogyakarta; Yayasan Obor Indonesia, edisi I, 2003. Bratakusumah Supriady Deddy dkk, Otonomi Penyelengaraan Pemerintah Daerah: Jakarta,

Bugin Burhan, Metodelogi Penelitian sosial format-format Kuantitatif dan kualitatif, (Surabaya: Airlangga University Press, 2001),

Bratakusumah Supriady Deddy dkk, Otonomi Penyelengaraan Pemerintah Daerah: Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama. 2004.

Bahrry Rajab. Ralat kamus Bahasa Gayo, Kamus Umum Bahasa Gayo Indonesia . Karwan, Reje Gampong Gegarang, Wawancara tangal 23 maret 2013 .

Iqbal Hasan, Analisa Data Peneelitian dengan Statistik, Bumi Aksara, 2004,

Kamil Ediati, dkk. Kronik Revolusi indonesia,Jakarta; KPG. Jilid IV (1948). Kamus besar bahasa indonesia: http://kbbi.web.id/

Nurdiaman Aa. Pendidikan Kewarganegaraan kecakapaan kecakapan berbangsa dan bernegara. Untuk Kelas IX SMP. Jakarta; PT Pribumi Mekar. 2010.

Suparmoko, metode penelitian praktis untuk ilmu-ilmu sosial,ekonomi dan bisnis, cet, ke IV (Yokyakarta: BPEFE,1997),

Moh.Nazir, Metode penelitian, Cet, Ke VI (Jakarta: Gahila Indonesia, 2005

Muklis., Belah di Gayo Studi Kasus di Kebayaken., Banda Aceh. 1977


(29)

xii

Muhammad Daud Ali. Hukum Adat Gayo. Penelitian awal mengenai menegenai hubungan hukum adat dengan hukum islam dalam masyarakat indonesia. Jakarta.1985.,

Muslim Hakim, Petue Gampong Gegarang, Wawancara 3 april 2013.

Majelis Adat Gayo (Mango)

Mahmud Ibrahim dan A.R. Hakim Aman Pinan, Syari’at dan adat istiadat, Yayasan Maqamah Mahmuda, Takengon, 2002,

Nurmuharimah Saniyanti, Get Smart pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta; Grafindo Media Pratama. 2006, Nurcholis Hanif, teori dan praktek pemerintahan dan otonomi daerah, Jakarta, Grasindo 2004

Surianingrat Bayu.1992, Pemerintahan Admistrasi Desa dan Kelurahan. Jakarta; PT Rinika Cipta. Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Edisi revisi VI. Cet XIII (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),

Susanto Budi. Ingatan Hikmah Indonesia Masa Kini, Hikmah Masa Lalu Rakyat. Yogyakarta; Kanisius (Angota IKAPI) 2005

Situs pemerintahan kabupaten tanggerang: http://tangerangkab.go.id/sejarah-3/ Surianingrat Bayu., Pemerintahan Admistrasi Desa dan Kelurahan.

Jakarta; PT1998

Syukri, Imem Gampong Gegarang, wawancara tanggal 2 april 2013 Rinika Cipta, 1992.

.

Website Kementerian dalam Negeri:

http://www.kemendagri.go.id/pages/profildaerah/kabupaten/id/11/name/nanggroe-aceh-darussalam/detail/1104/aceh-tengah.

Dikutip dari; http://hermawanmukti.blogspot.com/2013/03/mengenal-suku- gayo.html.

Syam Amir: Tesis; lembaga sarak opat sebagai pelaksana pemerintahan gampong di kabupaten aceh tengah, Universitas Syiah Kuala; 2008. Wawancara dengan


(1)

vii

5.

Drs. Imam Hidayat, MM, selaku Pembimbing II yang telah memberikan

banyak arahan dan motivasi bagi penyusun.

6.

Terima Kasih buat sahabat saya Didi Febriandi, Hendi Gunawan, Ahmad

Gunadi dan seluruh mahasiswa Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu

Politik Universitas Muhammadiyah Malang

7.

Serta semua pihak yang namanya belum sempat tertulis disini, penyusun juga

mengucapkan terima kasih atas segala bantuannya. Semoga semua kebaikan

dan ketulusannya dalam membantu penyusun, mendapat balasan serta berkah

dari Allah SWT. Penyusun sadar bahwa dalam skripsi ini terdapat banyak

kekurangan.

Akhirnya penyusun berharap skripsi sederhana ini dapat memberi manfaat,

tidak hanya untuk penyusun pribadi melainkan juga bagi pihak yang

berkepentingan. Amien.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Malang, 29 Juli 2013

Penyusun;


(2)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN ...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ...iv

BERITA ACARA SEMINAR PROPOSAL ...v

KATA PENGANTAR ...vi

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR TABEL...x

ABSTRAKSI ...xi

ABSTRACT...xii

BAB I: PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG...1

B. RUMUSAN MASALAH...7

C. TUJUAN PENELITIAN...7

D. MANFAAT PENELITIAN...8

E. DEPENISI KONSEP DAN OPERASIONAL...8

1. Defenisi Konsep...8

2. Defenisi Operasional...11

F. Metode Penelitian...12

1. Jenis Penelitian...12

2. Lokasi Penelitian...12

3. Subjek Penelitian...13

4. Sumber Data...14

5. Teknik Pengumpulan Data ...15

6. Teknik Analisa Data...17

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

A. PEMERINTAHAN DESA...18

1. Pengertian Desa...18

2. Tinjauan Historis Eksistensi Pemerintahan Desa...19

3. Pasang Surut Pengaturan Desa Di Indonesia...21

B. TINJAUAN DESA DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGIS...28

1. Desa Sebagai Entitas Sosio Kultural ...28

2. Desa Sebagai Kesatuan Masyarakat Hukum...29

C. PERAN KELEMBAGAAN ADAT DALAM TATA PEMERINTAHAN DESA... ...31

1. Pengertian Lembaga Adat...31


(3)

ix

BAB III: DISKRIPSI WILAYAH

A. GAMBARAN UMUM GAMPONG GEGARANG...35

1. Sejarah Singkat Gampong Gegarang...35

2. Letak...36

3. Topografi... ...36

4. Iklim dan Cuaca...36

5. Penduduk...37

6. Sarana dan Prasarana ...37

B. STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN GAMPONG DI KABUPATEN ACEH TENGAH...38

C. SUSUNAN STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN DI GAMPONG GEGARANG...40

D. LANDASAN-LANDASAN HUKUM PERAN LEMBAGA ADAT DALAM PENYELEGARAAN PEMERINTAHAN GAMPONG...43

BAB IV: PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

A. PEMERINTAHAN GAMPONG...45

1. Pengertian Pemerintahan Gampong...45

2. Struktur Organisasi dengan Tata Kerja Pemerintahan Gampong...46

3. Urusan Pemerintahan Gampong Gegarang...48

4. Karakteristik Pemerintahaan dan Kewenangan Otonom Pemerintahan Gampong Gegarang...54

5. Asas Penyelenggaraan, Wewenang, Tugas dan Fungsi Pemerintahan Gampong ... ...60

B. KELEMBAGAAN ADAT DI GAMPONG ...62

1. Jenis-Jenis dan Kewenangan Lembaga Adat di Gampong...62

2. Pelestarian Kelembagaan Adat...70

C. PERAN KELEMBAGAAN ADAT DALAM TATA PEMERINTAHAN GAMPONG GEGARANG...72

1. Persoalan Perkara-Perkara Gampong...72

2. Peran Koordinasi dan Kemitraan Lembaga Adat terhadap Penyelenggaraan Pemerintahaan Gampong Gegarang...73

BAB V: PENUTUP

A. KESIMPULAN...76

B. SARAN...77

LAMPIRAN ...78


(4)

x

DAFTAR TABEL

Tabel. 1

: Jumlah Penduduk Gampong Gegarang...37

Tabel. 2

: Admistrasi Penomoran Perkara...52

Diagram hirarki. 1 : Struktur Organisasi Gampong di Kabupaten Aceh Tengah...39


(5)

xi

DAFTAR PUSTAKA

Anonimius, Undang-Undang 1945 Pasal 18b

Anonimius, Undang-Undang 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah

Anonimius, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh

Anonimius, Qanun Kabupaten Aceh Tengah Nomor 4 Tahun 2011, Tentan Pemerintahan Gampong.

Aman Pinan AR Hakim.,

syariat Islam dan Adat Istiadat, Yayasan Mahkamahmuda,

Takengon,.

Avonius Leena dkk,

Adat dalam Dinamika Politik Aceh

. 2010. ICAIOS, PT ISB Unsyah. Banda Aceh.

Abdullah Taupik,

krisis masa kini dan orde baru.

Yogyakarta; Yayasan Obor Indonesia, edisi I, 2003.

Bratakusumah Supriady Deddy dkk,

Otonomi Penyelengaraan Pemerintah Daerah:

Jakarta

,

Bugin Burhan,

Metodelogi Penelitian sosial format-format Kuantitatif dan kualitatif

,

(Surabaya: Airlangga University Press, 2001),

Bratakusumah Supriady Deddy dkk,

Otonomi Penyelengaraan Pemerintah Daerah:

Jakarta

,

PT

Gramedia Pustaka Utama. 2004.

Bahrry Rajab.

Ralat kamus Bahasa Gayo, Kamus Umum Bahasa Gayo Indonesia

.

Karwan,

Reje Gampong Gegarang

, Wawancara tangal 23 maret 2013 .

Iqbal Hasan,

Analisa Data Peneelitian dengan Statistik, Bumi Aksara

, 2004,

Kamil Ediati, dkk.

Kronik Revolusi indonesia,Jakarta

; KPG. Jilid IV (1948).

Kamus besar bahasa indonesia: http://kbbi.web.id/

Nurdiaman Aa.

Pendidikan Kewarganegaraan kecakapaan kecakapan berbangsa dan bernegara.

Untuk Kelas IX SMP. Jakarta; PT Pribumi Mekar. 2010.

Suparmoko,

metode penelitian praktis untuk ilmu-ilmu sosial,ekonomi dan bisnis,

cet,

ke IV (Yokyakarta: BPEFE,1997),

Moh.Nazir,

Metode penelitian

, Cet, Ke VI (Jakarta: Gahila Indonesia, 2005

Muklis.,

Belah di Gayo Studi Kasus di Kebayaken.,

Banda Aceh. 1977


(6)

xii

Muhammad Daud Ali.

Hukum Adat Gayo. Penelitian awal mengenai menegenai

hubungan hukum adat dengan hukum islam dalam masyarakat indonesia

. Jakarta.1985.,

Muslim Hakim,

Petue Gampong Gegarang

, Wawancara 3 april 2013.

Majelis Adat Gayo

(Mango)

Mahmud Ibrahim dan A.R. Hakim Aman Pinan,

Syari’at dan adat istiadat,

Yayasan Maqamah Mahmuda,

Takengon, 2002,

Nurmuharimah Saniyanti,

Get Smart pendidikan Kewarganegaraan.

Jakarta; Grafindo Media Pratama. 2006,

Nurcholis Hanif,

teori dan praktek pemerintahan dan otonomi daerah,

Jakarta, Grasindo 2004

Surianingrat Bayu.1992, P

emerintahan Admistrasi Desa dan Kelurahan.

Jakarta; PT Rinika Cipta.

Suharismi Arikunto,

Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek,

Edisi revisi VI. Cet XIII

(Jakarta: Rineka Cipta, 2006),

Susanto Budi.

Ingatan Hikmah Indonesia Masa Kini, Hikmah Masa Lalu Rakyat

.

Yogyakarta; Kanisius (Angota IKAPI) 2005

Situs pemerintahan kabupaten tanggerang: http://tangerangkab.go.id/sejarah-3/

Surianingrat Bayu., P

emerintahan Admistrasi Desa dan Kelurahan.

Jakarta; PT1998

Syukri,

Imem Gampong Gegarang

, wawancara tanggal 2 april 2013

Rinika Cipta, 1992.

.

Website Kementerian dalam Negeri:

http://www.kemendagri.go.id/pages/profildaerah/kabupaten/id/11/name/nanggroe-aceh-darussalam/detail/1104/aceh-tengah.

Dikutip dari; http://hermawanmukti.blogspot.com/2013/03/mengenal-suku- gayo.html.

Syam Amir: Tesis; lembaga sarak opat sebagai pelaksana pemerintahan gampong di

kabupaten aceh tengah, Universitas Syiah Kuala; 2008. Wawancara dengan