TAMBANG KAPUR CIPATAT : Isu Perusakan Alam Sebagai Ide Dalam Berkarya Seni Grafis Linocut.

(1)

TAMBANG KAPUR CIPATAT

(Isu Perusakan Alam Sebagai Ide Dalam Berkarya Seni Grafis Linocut)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh :

Irsan Risalat 0707922

JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

LEMBAR PENGESAHAN TAMBANG KAPUR CIPATAT

(Isu Perusakan Alam Sebagai Ide Dalam Berkarya Seni Grafis Linocut)

Disusun Oleh :

Irsan Risalat NIM : 0707922

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING : Pembimbing I

Drs. Moch. Oscar Sastra, M.Pd. NIP. 195810131987031001

Pembimbing I

Drs. Untung Supriyanto, M.Pd. NIP. 195210161986011001

Mengetahui :

Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa FPBS Universitas Pendidikan Indonesia

Bandi Sobandi M.Pd. NIP. 197206131999031001


(3)

LEMBAR PENGESAHAN TAMBANG KAPUR CIPATAT

(Isu Perusakan Alam Sebagai Ide Dalam Berkarya Seni Grafis Linocut)

Disusun Oleh :

Irsan Risalat NIM : 0707922

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PENGUJI : Penguji I

Drs. H. Nanang Ganda P. M.Sn. NIP. 196202071987031002

Penguji II

Dr. Farid Abdullah, M.Sn. NIP. 196902201994021001

Penguji III

Drs. Hery Santosa M.Sn. NIP. 196506181992031003


(4)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Tambang Kapur Cipatat (Isu Perusakan Alam Sebagai Ide Dalam Berkarya Seni Grafis Linocut) ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian dari karya yang di dalamnya yang merupakan plagiat dari orang lain. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini

Bandung, Agustus 2013

Yang Membuat Pernyataan


(5)

ABSTRAK

IRSAN RISALAT, 2013. Tambang Kapur Cipatat (Isu Perusakan Alam

Sebagai Ide Dalam Berkarya Seni Grafis Linocut).

Seni grafis sering dijadikan sebagai aksi kebudayaan. Bahkan semenjak satu tahun negeri ini merdeka, seni grafis menjadi semacam diplomasi kebudayaan kepada negara-negara sahabat. Namun sayang pada perkembangannya di negeri ini, seni grafis sebagai seni murni memang kalah populer dibandingkan dengan lukis dan patung. Cetakan karya yang dihasilkan banyak dan bersifat serigrafi membuat sebagian besar meragukan originalitasnya. Namun dengan teknis pembuatan yang cenderung rumit dan cukup sulit untuk dipasarkan ini bisa menjadi peluang bagi para seniman sebagai alternatif cara mengembangkan dan meramaikan dunia kesenirupaan, apalagi didukung dengan sejarahnya yang luar biasa.

Ide gagasan yang diambil untuk skripsi seni grafis yang digarap dengan teknik reduksi cetak tinggi ini adalah isu tentang eksploitasi atau perusakan alam di kawasan Karst Citatah, khususnya tentang industri pertambangan kapur di kawasan tersebut. Isu ini diangkat menjadi karya seni grafis sebagai salah satu cara menyampaikan kepedulian penyusun terhadap kerusakan alam di lingkungannya. Dampak dari aktivitas industri tambang ini secara langsung maupun tidak langsung merugikan masyarakat, khususnya masyarakat sekitar kawasan karst, dampak tersebut antara lain berupa wabah penyakit pernapasan dan kerusakan lingkungan dengan mengeringnya sebagian besar mata air. Namun sayangnya sebagian masyarakat sudah bergantung pada mata pencaharian sebagai penambang.

Metode penciptaan karya yang dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu, pengumpulan data dari berbagai sumber seperti buku, karya tulis, majalah, surat kabar, dan internet maupun wawancara dengan pihak yang terkait, observasi langsung ke kawasan karst dan melakukan dokumentasi selama proses penciptaan berlangsung. Hasil karya berupa enam buah karya seni grafis linocut reduksi dibuat di berbagai ukuran dengan objek tentang aktivitas industri pertambangan karst dengan jenis karya polikromatik. Dari hasil penciptaan ini diharapkan dapat menambah semangat apresiasi berkesenirupaan dan motivasi dalam berkarya seni grafis bagi pendidikan seni rupa maupun masyarakat pada umumnya.

Kata kunci : Seni grafis, linocut, perusakan alam, aktivitas industri pertambangan Karst Citatah


(6)

ABSTRACT

IRSAN RISALAT, 2013. Tambang Kapur Cipatat (Nature Exploitation Issue

for Idea to Make Linocut Graphic Artwork).

Graphic art is always used for culture action. In fact on one year this country freedom, graphic art used for kind of culture diplomacy for other nations. But that regrettably, on development for this country, graphic art of fineart is not to popular if compared with painting and sculpture art. Editions of printing and have serigraph characteristic make a many part uncertain the originality. But with crucial technique and difficult on marketing can be opportunity for the artist as alternative method for educe and enlivening world of art, moreover that have support with the great history.

Idea of graphic art mini thesis which is made with linocut reduction technique is issue about nature exploitation on Citatah carst region, especially about calcium mining industry on that is region. This issue take to make graphic artwork as one of way to give the writer attention for nature exploitation in her region. Impact of calcium mining industry activity on direct or not direct is harm for the people, especially for carst region people, the impact is like a breath disease and nature damage like dryness the water source. But regrettably, the great part of the people is dependent on miner works.

Method of the create the thesis artwork do with some phase, it is collect the data from some source like the books, articels, magazines, newspapers, and internet or interview with concerned peoples, direct observation to carst region and documentation as long the process on create artwork. The result is six linocut reduction graphic artworks on various size with object about carst mining industry activity on polychromatic artworks. From the result on this mini thesis created expectable to increase spirit of art appreciation and motivated for created the graphic art for art education or the many people in a general way.

Keywords : Graphic art, linocut, nature exploitation, Citatah carst mining industry activity.


(7)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penciptaan ... 4

D. Kajian Sumber Penciptaan ... 5

E. Proses Penciptaan ... 5

F. Teknik ... 5

G. Media ... 6

H. Sistematika Penciptaan ... 6

BAB II LANDASAN TEORITIK A. Kajian Pustaka ... 7

1. Seni Grafis ... 11

a. Cetak Tinggi (Relief Print) ... 16

b. Linocut Reduksi ... 18

2. Aktivitas Pertambangan Kapur Sebagai Bahasan Pokok ... 20

B. Kajian Faktual (Empirik) ... 26

C. Gagasan Awal ... 27

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN A. Pemilihan Ide Pengkaryaan ... 28

B. Kontemplasi ... 30

C. Stimulasi ... 31

D. Penetapan Teknik ... 31

E. Penetapan Alat dan Bahan ... 32

F. Ukuran dan Jumlah Karya ... 40

G. Proses Berkarya ... 41


(8)

A. Visualisasi dan Analisis Karya I ... 63

B. Visualisasi dan Analisis Karya II ... 66

C. Visualisasi dan Analisis Karya III ... 69

D. Visualisasi dan Analisis Karya IV ... 71

E. Visualisasi dan Analisis Karya V ... 73

F. Visualisasi dan Analisis Karya VI ... 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80

DAFTAR ISTILAH ... 83

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 85


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia dilahirkan dengan dibekali potensi rasa, karsa, dan cipta. Potensi ini terus dikembangkannya, sejalan dengan pertambahan pengalaman atau usia dan proses pendidikan. Untuk itu tidaklah mengherankan manakala manusia dapat menghadirkan dan sekaligus menjadi pelaku kebudayaan. Salah satunya dari proses penciptaan karya seni, baik yang sudah menjadi tradisi yaitu seni yang bersifat kolektif ataupun yang bersifat perseorangan.

“Dalam suatu penciptaan karya seni, secara teoritis dapat kita

bedakan menjadi dua proses yang dapat dinyatakan sebagai fase-fase. Fase pertama, si seniman menghadapi alam, bersatu didalam gerak alam tersebut dan menemui nilai. Nilai ini, untuk suatu penciptaan seni adalah nilai transcendental, bukan alam dalam ungkapan fenomenal. Pada fase yang kedua seniman berusaha untuk merealisasikan nilai transidental tersebut dalam bentuk materi, agar nilai-nilai tersebut dapat diungkapkan oleh orang lain, fase ini adalah transformal, yaitu menterjemahkan nilai-nilai rohaniah kedalam bahasa jasmaniah. Maka pada fase yang kedua ini menyatukan pengalaman-pengalaman yang personal menjadi

pengalaman yang sosial” (The Liang Gie, 1983).

Sebagai manusia yang berkebutuhan akan nilai-nilai kesenian dan juga memiliki kesan yang ingin dituangkan, penyusun mencoba untuk berkreasi dalam berkarya seni murni grafis cetak tinggi, yaitu dengan teknik linocut dengan mengetengahkan tema tentang lingkungan, khususnya tentang isu eksploitasi alam yang berjudul “Tambang Kapur Cipatat (Isu Perusakan Alam Sebagai Ide Dalam Berkarya Seni Grafis Linocut)”.

Penyusun mengangkat isu lingkungan dan sosial tentang masalah pertambangan yang berjajar di daerah pegunungan karst Kecamatan Padalarang sampai Kecamatan Cipatat untuk menjadi sebuah karya grafis cetak tinggi linocut.


(10)

Sebagaimana mestinya, seorang seniman grafis memiliki kesadaran terhadap dirinya sebagai fungsi sosial, seperti yang telah dituliskan dalam buku Senapan Grafis yang ditulis oleh Saiful Hadjar.

“Keberuntungan seni grafis dapat diproduksi secara massal, yaitu sering dipakai untuk gerakan kebudayaan. Tidak jarang seni grafis dimanfaatkan sebagai alat propaganda oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan sesaat. Sebenarnya lebih jauh lagi seni grafis dapat difungsikan sebagai alat pembelajaran, pembebasan, pemberontakan, pendampingan, pencerahan dan seterusnya dalam konteks gerakan kebudayaan.

Seni grafis seringkali merupakan aksi kebudayaan yang selalu lahir di tengah-tengah konflik sosial, politik, ekonomi, hukum, lingkungan, industri dan segala jenis kepincangan realitas sosial. Kehadirannya memberikan kesaksian dan menjawab tantangan zaman.” (Saiful Hadjar, 2005)

Hal diatas inilah yang menjadi salah satu alasan penyusun memilih seni grafis sebagai karyanya. Karena karya seni grafis bisa dibuat secara massal, semoga karyanya bisa dinikmati dan diapresiasi lebih luas dikalangan masyarakat, tentunya dengan tujuan untuk mendukung konservasi alam dengan bentuk gerakan kebudayaan. Alasan dalam memilih seni grafis ini adalah untuk mencoba merangsang semangat berkarya seni rupa, khususnya berkarya seni grafis yang mungkin kalah populer oleh seni lukis dan yang lainnya.

Untuk pengambilan judul, terilhami oleh aktivitas industri yang sering penyusun saksikan hampir setiap kali dalam perjalanan pulang perginya untuk melaksanakan kegiatan perkuliahan di kota Bandung, karena kebetulan penyusun berdomisili di Kecamatan Cipatat, maka seringkali dilihatnya aktivitas pabrik-pabrik kapur yang mengepul dan mobil-mobil besar yang mengangkut batu dengan kecepatan yang lamban di jalur transportasi antara Cianjur dan Padalarang. Maka terpikirlah dalam benak pikiran penyusun sebuah pertanyaan sudah sampai manakah kegiatan industri ini berlangsung. Setelah mencoba mencari informasi dari beberapa sumber, ternyata terdapat permasalahan yang tidak sesederhana penulis bayangkan, masalah aktivitas industri ini ternyata sangatlah kompleks, dari isu polusi sampai eksploitasi alam, hingga masalah


(11)

sosial dan masalah ekonomi masyarakat sekitar yang kebanyakan menjadi buruh di pabrik-pabrik kawasan tersebut.

Maka dengan itu, tertariklah penulis untuk mencoba mengangkat isu ini kedalam tugas akhirnya dengan membuat karya seni grafis ini yang pada tujuan utamanya adalah sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana, juga sebagai media untuk mengingatkan kita terhadap kondisi alam yang tidak menentu. Semoga saja pesannya tersampaikan.

B. Rumusan Masalah

Pada umumnya sebuah karya seni tercipta dengan diawali terciptanya konsep, seperti yang telah dibahas di buku The Liang Gie konsep ini adalah buah pikiran dan perasaan dari pengalaman dan kesan yang dipengaruhi dari luar yang menjadi nilai transcendental, misalnya pada kehidupan sehari-hari ketika kita berkegiatan, kejadian-kejadian yang begitu berkesan, pengalaman dan lain-lain yang bisa mempengaruhi perasaan dan pikiran, ini tercipta dari hasil ungkapan batin penciptanya sendiri. Kenyataan ini tidak datang begitu saja tanpa pengalaman artistik senimannya. Maka tugas seniman adalah mewujudkan nilai transformal, yaitu menterjemahkan nilai-nilai rohaniah kedalam bahasa jasmaniah yang dimana hasil akhirnya sering disebut dengan karya seni.

Dari latar belakang di atas, penyusun dapat menarik beberapa poin yang dalam hal ini dapat dijadikan sebagai suatu rumusan atau simpulan permasalahan yang akan penyusun gagas, yakni:

1. Bagaimana berkarya seni grafis cetak tinggi dengan teknik linocut?

2. Bagaimana menyampaikan kabar atau berita tentang suatu peristiwa di kawasan Karst Citatah serta pesan dengan media seni grafis cetak tinggi? 3. Bagaimana menggambarkan suatu peristiwa atau aktivitas di kawasan

karst Citatah yang menjadi pengalaman estetik penulis dan dituangkan kedalam karya seni grafis?


(12)

C. Tujuan dan Manfaat Penciptaan

1. Tujuan

a. Berkarya seni grafis cetak tinggi dengan teknik linocut.

b. Menyampaikan kabar atau berita tentang suatu peristiwa di kawasan Karst Citatah serta pesan dengan media seni grafis cetak tinggi.

c. Menggambarkan suatu peristiwa atau aktivitas di kawasan karst Citatah yang menjadi pengalaman estetik penulis dan dituangkan kedalam karya seni grafis.

2. Manfaat

a. Manfaat bagi penulis adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kemampuan dan pendalaman dalam berkarya. 2. Sebagai media penyampaian ide gagasan untuk kepuasan

batin dalam penyampaian pesan dan pendapat melalui pengungkapan dalam sebuah karya seni.

b. Manfaat bagi intitusi adalah sebagai bahan kajian untuk mata kuliah yang bersangkutan dengan seni murni khususnya seni grafis.

c. Manfaat bagi dunia kesenirupaan adalah : 1. Seni Murni.

Diharapkan dapat memberikan nuansa baru dalam dunia kesenirupaan, dimana isu dalam permasalahan lingkungan ini sebagai subject matter dan bentuk-bentuk lainnya yang mendukung nilai-nilai artistik dan estetik dan memaksimalkan pesan dan kesan visual.

2. Pendidikan Seni Rupa

Sebagai kajian dan apresiasi seni rupa dalam pendidikan seni rupa terhadap hal-hal baru dan proses penciptaannya.


(13)

d. Manfaat bagi masyarakat adalah sebagai media apresiasi seni rupa dalam memberikan sikap, anggapan, rasa, asa dan tujuan masyarakat.

D. Kajian Sumber Penciptaan

Pada proses pembuatan karya tugas akhir ini berdasarkan ide atau gagasan yang terilhami dari pengalaman dalam diri penyusun dengan melakukan inovasi dan eksplorasi bentuk dalam beberapa karya grafis yang akan dibuat, sedangkan pendalaman berkarya yang dilakukan dengan studi pustaka yang meliputi penelaahan serta pengkajian buku serta landasan teori lain seperti, buku-buku seni, juga melalui internet.

E. Proses Penciptaan

Objek batu gamping atau batu kapur yang kebanyakan akan ditampilkan dalam karya beserta objek yang lain digarap dengan teknik linocut dengan memadukan berbagai warna (polikromatik) dengan teknik cukilan yang berbeda-beda. Teknik yang berbeda ini juga digunakan untuk membedakan objek satu dengan objek yang lainnya.

F. Teknik

Pada proses penggarapan karya ini digunakan teknik linocut dengan menggunakan berbagai perpaduan warna (polikromatik). Teknik linocut adalah teknik grafis cetak tinggi yang dilakukan pada media karet linoleum, penulis menggunakan teknik ini dengan tujuan agar karya yang digarap dengan menggunakan teknik cukil ini bisa lebih detail untuk mengejar objek, selain itu karet linoleum yang memiliki sifat lunak ini lebih memudahkan proses dalam penggarapan karya grafis cetak tinggi daripada menggunakan papan MDF yang keras. Sedangkan pada teknik cukilannya sendiri digunakan berbagai macam teknik, seperti teknik cukilan sejajar, teknik cukilan acak, teknik cukilan silang dan sebagainya. Dalam proses pencetakannya digunakan teknik cukil habis atau


(14)

reduksi, yaitu teknik warna yang ditumpuk dari mulai warna yang terang sampai warna yang gelap. Karya seni grafis cetak tinggi ini yang ditekankan pada alur dan jenis-jenis cukilan yang beragam.

G. Media

Media yang digunakan adalah media 2 dimensi dengan karet linoleum sebagai cetakannya, sedangkan alat dan bahan yang digunakan berupa:

1. Alat:

Pisau cukil berbagai macam ukuran, roller, scrab (kape), kaca, wadah tinta, celemek, mesin press atau baren, sarung tangan.

2. Bahan:

Kertas, karet linoleum, tinta grafis berbasis minyak, tinner atau terpentin, minyak kayu putih.

H. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penciptaan, manfaat penciptaan, kajian sumber penciptaan, metode penciptaan, dan sistematika penulisan laporan penciptaan

BAB II Kajian pustaka atau kerangka teoritis sebagai gambaran padat menyeluruh dan landasan teoritik untuk penciptaan ini.

BAB III Metode penciptaan, penjabaran secara rinci tentang metode penciptaan yang secara garis besar telah dijelaskan pada BAB I. BAB IV Visualisasi dan analisis karya, menjelaskan tentang pengolahan

data penciptaan dan pembahasan untuk menghasilkan karya. BAB V Kesimpulan dan saran, merupakan BAB penutup dan

kesimpulan akhir dari penciptaan yang telah dilakukan serta saran yang diharapkan dapat bermanfaat.


(15)

BAB III

METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

A. Pemilihan Ide Pengkaryaan


(16)

Seni adalah manifestasi atau perwujudan keindahan manusia yang diungkapkan melalui penciptaan suatu karya seni. Seni lahir bersama dengan kelahiran manusia. Keduanya erat berhubungan dan tidak bisa dipisahkan, karena seni merupakan kebutuhan hidup bagi manusia. Maka dari itu boleh dikatakan bahwa perkembangan seni sejalan dengan perkembangan budaya dan perkembangan kehidupan manusia. Untuk mengetahui perkembangan seni perlu diketahui perkembangan kehidupan manusia dan sebaliknya. Dengan kata lain seni sejalan dengan perkembangan unsur-unsur kebudayaan lainnya seperti ekonomi, sosial, politik, teknologi, pengetahuan, bangsa, dan agama, sebab kaitan antara seni dengan unsur kebudayaan lainnya merupakan suatu sistem.

Perkembangan bentuk mungkin terjadi karena ada pengaruh dari luar, yang berarti ada impresi seni, kemudian diolah dan dijabarkan menjadi bentuk baru berupa karya seni.

Karya seni merupakan hasil serangkaian proses kreatif yang dilakukan oleh seseorang. Tahapan-tahapan dari serangkaian proses penciptaan karya seni akan menuntun seniman pada terciptanya suatu karya seni. Setiap tahap proses dilakukan dan dilewati oleh seniman dalam penciptaan sebuah karya seni. Karya seni ini bermula dari ide yang datang dari hasil pengalaman dan wawasan seniman tentang konsep yang akan digarap. Pengalaman ini biasanya berasal dari peristiwa-peristiwa yang telah dialami oleh seniman dan interaksinya dengan lingkungan.

Dampak dari aktivitas industri pertambangan kapur ini adalah salah satu pengalaman yang dirasakan oleh penyusun. Hal ini menjadi ide yang menarik untuk diangkat menjadi karya seni, karena mungkin pengalaman ini tidak hanya dirasakan oleh penyusun saja, tetapi juga sebagian besar masyarakat dikawasan pertambangan kapur Citatah-Cipatat ini.


(17)

B. Kontemplasi

Tahap kontemplasi adalah tahap proses pendalaman ide dimana dengan melakukan penghayatan dan perenungan. Tahap kontemplasi ini merupakan tahap yang harus dilewati oleh setiap orang dalam menciptakan suatu karya seni, dimana didalamnya terjadi proses kepekaan, kepedulian, dan aksi, serta melalui keterampilan akal, jiwa, dan raganya, sebagai bentuk proses kontemplasi untuk mempresentasikan ide secara visual kedalam material. Dalam hal ini aktivitas pertambangan kapur Citatah-Cipatat ini dipilih untuk menjadi ide dasar dalam tahap kontemplasi ini, yang selanjutnya akan digarap menjadi karya seni grafis cetak tinggi. Untuk memperkaya wawasan dalam tahap ini dilakukan studi pustaka dan pencarian informasi lainnya termasuk melakukan observasi.

Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperlukan. Teknik pengumpulan ini memiliki ciri yang spesifik jika dibandingkan dengan teknik pengumpulan data lain seperti wawancara atau kuesioner. Observasi tidak hanya dibatasi hanya pada komunikasi dengan narasumber atau orang yang terkait, tetapi juga pada lingkungannya langsung.

Sedangkan wawancara dilakukan dengan kawan-kawan dari Forum Pemuda Peduli Karst Citatah (FPPKC), kebetulan sebagian dari anggotanya adalah teman dari penyusun semasa di SMA. Salah satu orang yang diwawancara ialah Deden Syarif Hidayatullah, beliau adalah koordinator dari FFPKC. Wawancara yang dilakukan tidak terstruktur, karena memang penyusun tidak menempatkan diri sebagai orang luar, hal ini juga dilakukan agar suasana terkesan menjadi lebih akrab karena kebetulan ketika penyusun melakukan wawancara, forum sedang berkumpul untuk membuat kegiatan Rumah Alam 125 di tebing Pabeasan Padalarang. Namun sayangnya FPPKC tidak memiliki bank data ketika diminta data-data tertulis tentang perkembangan di Karst Citatah ini.


(18)

Gambar 3.1. Kawan-kawan dari Rumah Alam 125 melakukan diskusi (Sumber dokumentasi pribadi)

C. Stimulasi

Stimulasi adalah usaha rangsangan untuk memberi inspirasi dalam menciptakan suatu karya seni. Stimulasi yang dilakukan ialah antara lain dengan membuat sketsa awal tentang objek yang akan digarap kedalam karya seni grafis cetak tinggi. Sketsa awal yang penyusun garap menggunakan cat akrilik. Selain itu apresiasi karya seni grafis lainnya juga dilakukan sebagai referensi dalam berkarya, hal tersebut dilakukan juga untuk menambah wawasan serta merangsang agar dapat lebih bisa lagi bereksplorasi dengan bahan maupun dengan visualisasi karyanya.

D. Penetapan Teknik

Teknik yang digunakan dalam penggarapan karya seni grafis ini adalah dengan menggunakan teknik cetak tinggi linocut reduksi, atau yang biasa disebut dengan teknik cetak habis. Menjadi tantangan tersendiri mengolah visualisasi bentuk, tekstur dan warna dari batu kapur yang kebanyakan dijadikan objek dalam karya seni grafis cetak tinggi ini, dengan teknik grafis yang memang terlihat sulit


(19)

dibandingkan dengan seni lukis karena pengolahan gradasi warna akan terlihat lebih kaku dengan teknik cetak dibandingkan dengan sapuan kuas.

E. Pemilihan Alat dan Bahan

Berkaitan dengan kebutuhan dalam pembuatan karya seni grafis cetak tinggi linocut reduksi ini, penyusun mengklasifikasikan alat dan bahan. Pemilihan alat dan bahan ini menjadi salah satu faktor utama dalam berkarya agar nantinya karya dapat sesuai dengan apa yang diharapkan.

Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan dalam proses berkarya seni grafis linocut reduksi :

1. Bahan

a. Karet linoleum, karet ini dipilih dalam proses penggarapan karena seratnya lebih halus dibandingkan dengan menggunakan papan kayu atau MDF. Dengan kelebihan ini, objek yang lebih kecil atau rumit bisa lebih memungkinkan untuk dikerjakan.

Gambar 3.2. Karet linoleum (Sumber dokumentasi pribadi)

b. Tinta cetak berbasis minyak (ink printing), tinta ini biasa digunakan oleh percetakan cetak offset. Cukil karet atau linocut biasanya menggunakan tinta jenis ini.


(20)

Gambar 3.3. Ink printing (Sumber dokumentasi pribadi)

c. Kertas, medium kertas yang dipilih ialah kertas gambar (sketchbook) ukuran A3. Selain mudah didapat, kertas ini memiliki ketebalan yang tidak terlalu tipis ataupun terlalu tebal, hal ini akan lebih memudahkan dalam proses penggarapan linocut reduksi.

Gambar 3.4. Kertas A3 (Sumber dokumentasi pribadi)

d. Thinner dan terpentin, thinner digunakan untuk membersihkan alat-alat dalam proses cetak mencetak. Sedangan terpentin digunakan untuk mengencerkan tinta karena mudah menguap dan cepat kering.


(21)

Gambar 3.5. Thinner (Sumber dokumentasi pribadi)

e. Minyak kayu putih, digunakan untuk memindahkan hasil fotokopi sketsa pada karet lino sebagai plat cetak.

Gambar 3.6. Minyak kayu putih (Sumber dokumentasi pribadi)

f. Bedak, digunakan untuk mempermudah proses pencetakan agar bagian yang tidak terkena tinta tidak ikut menjadi lengket.


(22)

Gambar 3.7. Bedak (Sumber dokumentasi pribadi)

g. Cat akrilik, digunakan dalam menggunakan sketsa. Karena tinta cetak bersifat blok atau tidak transparan seperti cat air, maka penggunaan cat akrilik dipilih dalam penggarapan sketsa.

Gambar 3.8. Cat akrilik (Sumber dokumentasi pribadi)

h. Amplas, digunakan untuk menghaluskan karet linoleum yang akan dijadikan sebagai plat agar tinta lebih mudah menempel. Digunakan pula sebagai pengasah mata pisau cukil supaya lebih tajam. Amplas ini bervariasi dari yang paling halus sampai yang paling kasar.


(23)

2. Alat

a. Pisau cukil, alat ini digunakan untuk menoreh atau mencukil lembaran karet lino yang dijadikan sebagai plat. Pisau ini digunakan untuk membuat kedalaman pada plat agar bagian yang ditoreh tidak terkena oleh tinta. Mata pisau ini bermacam-macam, dari yang berbentuk huruf V, melengkung dan juga yang datar menajam.

Gambar 3.9. Pisau Cukil (Sumber dokumentasi pribadi)

b. Roll ink, digunakan untuk meratakan tinta pada lembaran plat karet

lino.

Gambar 3.10. Roll ink (Sumber dokumentasi pribadi)


(24)

c. Scrab (pisau kape) digunakan untuk mencampur tinta. Alat yang

digunakan ini memiliki ukuran yang bermacam.

Gambar 3.11. Pisau Kape (Sumber dokumentasi pribadi)

d. Kaca, digunakan untuk meratakan tinta ketika proses pencetakan. Kaca digunakan karena bahan dan permukaannya tidak menyerap tinta.

Gambar 3.12. Kaca (Sumber dokumentasi pribadi)

e. Wadah plastik, digunakan untuk menyimpan tinta yang telah dicampur agar tidak cepat kering dan bisa digunakan lagi.


(25)

Gambar 3.13. Wadah plastik (Sumber dokumentasi pribadi)

f. Kuas, digunakan untuk pembuatan sketsa dengan cat akrilik.

Gambar 3.14. Kuas (Sumber dokumentasi pribadi)

g. Celemek, kain ini dipakai untuk melindungi pakaian agar tidak kotor.

Gambar 3.15. Celemek (Sumber dokumentasi pribadi)


(26)

h. Klip kertas atau jepitan, digunakan untuk menggantung cetakan yang belum kering.

i. Baren atau sendok, digunakan untuk menggosok cetakan pada proses

pemindahan tinta ke kertas. Alat ini menjadi pilihan lain pengganti mesin press cetak tinggi.

Gambar 3.16. Baren atau sendok (Sumber dokumentasi pribadi)

j. Roll kayu, alat ini berfungsi sama seperti baren, sebagai pengganti

mesin press cetak tinggi dan mempermudah proses pemindahan tinta ke kertas.

Gambar 3.17. Roll kayu (Sumber dokumentasi pribadi)


(27)

k. Sarung tangan karet, digunakan agar kulit tangan dan jari tetap bersih dan menjaga dari bahan kimia seperti tinner dan terpentin dalam proses mencetak dan pencampuran warna.

Gambar 3.18. Sarung tangan karet (Sumber dokumentasi pribadi)

l. Kain lap dan koran, digunakan untuk membersihkan alat-alat cetak setelah proses pengerjaan.

F. Ukuran dan Jumlah Karya

Ketika pada tahap penggarapan karya, tingkat kesulitan menjadi faktor yang mempengaruhi waktu penyelesaian. Begitu pula pada penentuan banyaknya warna yang akan dipakai pada karya, tentunya pewarnaan yang banyak polikrmatik akan berbeda dengan pewarnaan tunggal (monokromatik). Maka penyusun memutuskan untuk membuat enam buah karya grafis cetak tinggi polikromatik dengan ukuran dan tata letak yang beragam. Ukuran yang ditentukan itu antara lain:

- 23,5 cm x 28 dengan posisi potrait - 25 cm x 33 cm dengan posisi potrait - 23,5 cm x 28 dengan posisi potrait - 25 cm x 33 cm dengan posisi landscape


(28)

- 29 cm x 20 cm dengan posisi landscape - 29 cm x 20 cm dengan posisi landscape

G. Proses berkarya

Proses berkarya adalah tahapan atau rangkaian kerja dalam proses penciptaan karya. Untuk menciptakan karya grafis untuk memenuhi tugas akhir skripsi ini diperlukan tahapan yang terarah dan sistematis. Berikut adalah tahapan-tahapan dalam proses penciptaan karya:

1. Tahap ke-1

Tahap awal yang yang dilakukan penyusun setelah proposal dan pengumpulan data berupa foto adalah membuat gambar sketsa sebagai desain untuk karya grafis. Gambar sketsa digarap dengan menggunakan cat akrilik pada media kertas. Berikut adalah desain yang telah dibuat:

Gambar 3.19 Sketsa I Truk pengangkut batu (Sumber dokumentasi pribadi)


(29)

Gambar 3.20. Sketsa II Aktivitas di tungku perapian (Sumber dokumentasi pribadi)

Gambar 3.21. Sketsa III Penambang (Sumber dokumentasi pribadi)


(30)

Gambar 3.22. Gambar 3.23.

Sketsa IV Truk pengangkut Sketsa V Stone garden

(Sumber dokumentasi pribadi) (Sumber dokumentasi pribadi)

Gambar 3.24. Sketsa VI Gunung Masigit (Sumber dokumentasi pribadi)


(31)

2. Tahap ke-2

Tahap kedua dilakukan pemindahan gambar dari gambar sketsa ke plat karet lino dengan cara memfotokopi gambar sketsa yang asli terlebih dahulu, lalu tempelkan kertas copy ke karet lino yang sudah di amplas dan gosok belakang kertas dengan minyak kayu putih. Ini dilakukan agar karbon pada kertas fotokopi bisa menempel pada karet lino.

Gambar 3.25. Memindahkan sketsa ke karet linoleum (Sumber dokumentasi pribadi)

3. Tahap ke-3

Setelah gambar sketsa menempel pada permukaan karet, maka dilakukan tahapan menoreh atau mencukil karet dengan pisau. Bagian putih dari karet yang dicukil untuk mendapat kedalaman, karena bagian hitam dari karet yang akan terkena tinta dan akan menjadi gambar pada kertas. Apabila cetakan lino akan dibuat lebih dari satu warna dalam satu karya, maka satu tahap pencukilan dibuat untuk satu warna pada pencetakan.

Karya yang akan dibuat akan dicetak pada kertas berukuran A3. Warna dicetak dengan matrix yang dipakai secara berulang, dengan kata lain setelah warna dasar atau yang pertama dicetak pada kertas, cetakan dibersihkan lalu ditoreh atau dicukil kembali untuk dicetak kembali memakai matrix yang sama. Warna dasar yang pertama akan ditumpuk kembali dengan warna baru yang dicetak dengan cetakan yang sama pula, dan begitu seterusnya.


(32)

Gambar 3.26. Proses pencukilan karet linoleum (Sumber dokumentasi pribadi)

4. Tahap ke-4

Karet lino yang berbeda warna lalu dipotong dan ditempel pada papan, daluang atau kardus, pada proses ini penyusun menggunakan kardus dan daluang sebagai alas dan bingkai. Bingkai pada kardus ini berfungsi untuk mengepaskan cetakan dengan hasil cetakan sebelumnya.

Gambar 3.27. Cetakan karet linoleum dipotong dan ditempel pada kardus (Sumber dokumentasi pribadi)


(33)

5. Tahap ke-5

Pada tahapan inilah dilakukan pencetakan pada kertas. Dimulai dari mencampur warna dan meratakan tinta pada plat dengan menggunakan roll ink.

Gambar 3.28. Cetakan karet linoleum yang sudah siap diratakan dengan tinta (Sumber dokumentasi pribadi)

6. Tahap ke-6

Setelah cetakan diratakan dengan tinta, atur bingkai pada kertas lalu pasang cetakan dengan mengepaskan dengan bingkainya. Tempel cetakan pada kertas pada bingkai yang sudah diatur.

Gambar 3.29. Cetakan di tempel pada kertas yang sudah diatur (Sumber dokumentasi pribadi)


(34)

7. Tahap ke-7

Balikkan cetakan dengan posisi kertas berada diatas, lalu gosok dengan

baren atau sendok. Pada tahap ini roll kayu bisa digunakan untuk membantu

menekan tinta agar lebih bisa menempel pada kertas.

Gambar 3.30. Proses penggosokkan dengan menggunakan baren (Sumber dokumentasi pribadi)

8. Tahap ke-8

Ketika penggosokkan selesai, lepaskan kertas yang menempel pada cetakan. Keringkan karya dengan cara digantung dan diangin-anginkan.


(35)

9. Tahap ke-9

Untuk bagian cetakan atau matrix akan digunakan kembali untuk dicetak, maka bersihkan terlebih dahulu cetakan dengan thinner. Apabila cat sudah mengering pada karet, gunakanlah amplas untuk menghilangkan bekas dari tinta.

Gambar 3.32. Membersihkan bekas tinta pada cetakan dengan cara amplas (Sumber dokumentasi pribadi)

Cetakan yang sudah bersih dan bisa digunakan, dapat ditoreh atau dicukil kembali dan melakukan pengulangan proses dari tahap ketiga. Berikut adalah tahapan-tahapan dalam pewarnaan tiap karya hasil dari proses pencetakan yang dilakukan :


(36)

1. Karya I

Pewarnaan ke-1 Pewarnaan ke-2

Pewarnaan ke-3 Pewarnaan ke-4


(37)

Pewarnaan ke-7 Pewarnaan ke-8

Pewarnaan ke-9 Pewarnaan ke-10


(38)

Pewarnaan ke-13 Pewarnaan ke-14

Pewarnaan ke-15

Gambar 3.33. Tahapan pewarnaan pada karya pertama (Sumber dokumentasi pribadi)


(39)

2. Karya II

Pewarnaan ke-1 Pewarnaan ke-2

Pewarnaan ke-3 Pewarnaan ke-4

Pewarnaan ke-5 Pewarnaan ke-6

Gambar 3.34. Tahapan pewarnaan pada karya kedua (Sumber dokumentasi pribadi)


(40)

3. Karya III

Pewarnaan ke-1 Pewarnaan ke-2

Pewarnaan ke-3 Pewarnaan ke-4


(41)

Pewarnaan ke-7

Pewarnaan ke-8

Gambar 3.35. Tahapan pewarnaan pada karya ketiga (Sumber dokumentasi pribadi)


(42)

4. Karya IV

Pewarnaan ke-1 Pewarnaan ke-2


(43)

Pewarnaan ke-5 Pewarnaan ke-6

Pewarnaan ke-7 Pewarnaan ke-8

Gambar 3.36. Tahapan pewarnaan pada karya keempat (Sumber dokumentasi pribadi)


(44)

5. Karya V

Pewarnaan ke-1 Pewarnaan ke-2


(45)

Pewarnaan ke-5 Pewarnaan ke-6


(46)

Pewarnaan ke-9


(47)

6. Karya VI

Pewarnaan ke-1 Pewarnaan ke-2


(48)

Pewarnaan ke-5 Pewarnaan ke-6

Pewarnaan ke-7 Pewarnaan ke-8

Gambar 3.38. Tahapan pewarnaan pada karya keenam (Sumber dokumentasi pribadi)


(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dalam tugas akhirnya ini, penyusun mencoba bercerita dan menggambarkan tentang aktivitas eksploitasi alam di kawasan Karst Citatah. Tugas ini selain menjadi syarat untuk mendapatkan gelar sarjana, juga sebagai bukti rasa cinta dan kepedulian penyusun terhadap kawasan karst yang mestinya menjadi kawasan konservasi. Kepedulian itu timbul karena kekhawatiran penyusun tentang dampak yang akan diakibatkan nanti dalam jangka panjang oleh masyarakat. Karya ini merupakan hasil dari interaksi penyusun dengan lingkungannya, mewakili apa yang dipikirkan dan dirasakan ketika menyaksikan aktivitas-aktivitas industri pertambangan di kawasan Bandung Barat ini.

Karya yang penyusun buat, teknik linocut reduksi dipilih untuk menjadi teknik proses garapnya. Teknik ini adalah aplikasi dari teknik cetak tinggi (relief

print), dimana pada proses ini, plat atau yang juga disebut dengan istilah matrix

dibuat perbedaan ketinggian dengan cara ditoreh atau dicukil. Permukaan yang lebih tinggi atau dengan kata lain bagian yang tidak ditoreh/dicukil inilah yang akan terkena tinta sehingga menghasilkan gambar yang diinginkan. Aplikasi teknik ini biasanya diterapkan dalam penggunaan stempel.

Penyusun memilih teknik ini selain untuk mengasah kemampuan untuk berkarya seni grafis, juga ingin menghidupkan semangat berkarya seni grafis konvensial dan rumit ini yang hampir tergerus oleh perkembangan teknologi dengan hadirnya komputer dan alat cetak otomatis. Seorang pencipta karya seni atau seniman lebih bisa mengolah intuisinya lewat teknik seni grafis konvensional dengan langsung menggunakan tangannya, inilah yang menjadi keunggulan dari seni grafis konvensional dibandingkan dengan hasil dari alat otomatis. Karya seni konvensional lebih cenderung manusiawi dengan adanya kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja, malahan biasanya seringkali kesalahan ini menambah unsur estetik dari karya tersebut. Berbeda dengan hasil karya dari mesin yang lebih mudah untuk bisa menyempurnakan unsur visualisasi, namun biasanya terkesan


(50)

kaku dan kurang bisa mewakili ekspresi si senimannya.

Karya yang dibuat memiliki banyak warna atau polikromatik, untuk menghasilkan warna dimulai dengan papan kayu atau lino yang kosong atau dengan goresan sederhana. Kemudian seniman mencukilnya lebih lanjut, memberi warna lain dan mencetaknya lagi. Bagian lino atau kayu yang dicukil akan mengekspos (tidak menimpa) warna yang telah tercetak sebelumnya. Teknik ini juga disebut dengan teknik cukil habis, karena cetakan atau matrix terus dicukil (ditoreh) untuk mendapatkan impresi atau gambar yang diinginkan.

Ketika proses berkarya seni grafis ini penyusun banyak belajar dari mulai teknik jenis-jenis cukilan, ekplorasi tentang warna serta alat dan bahan yang digunakan, dan tentunya proses yang mungkin memang sedikit rumit dan panjang yang menjadi perjalanan dari proses berkarya seni grafis.

B. Saran

Berakhirnya proses pembuatan skripsi ini dan terciptanya karya seni grafis dengan tema lingkungan yang berjumlah enam karya ini menyisakan pesan dan kesan sebagai pembelajaran. Banyak nilai yang bisa diambil dari setiap proses, baik itu proses berkarya maupun ketika menggarap penulisannya. Pada BAB V ini penyusun mencoba untuk memberi saran, antara lain sebagai berikut :

1. Pada proses penggarapan seni grafis dibutuhkan kesabaran yang tinggi, maka nikmati setiap prosesnya. Pilihlah tema yang memang benar-benar sesuai dengan keinginan agar kita bisa senang untuk merasakan setiap tahap demi tahap dari prosesnya.

2. Dari segi teknik, cat yang digunakan jangan terlalu kental dan terlalu encer karena akan menyebabkan kesulitan pada saat proses pencetakan. Karet lino pun harus dibuat halus ketika diamplas, karena jika serat masih kasar maka tinta tidak akan tercetak dengan sempurna, kecuali jika memang seniman menginginkan visualisasi seperti itu. Untuk lebih bisa menghasilkan hasil


(51)

menggunakan mesin press cetak tinggi daripada dengan baren.

Setelah skripsi ini selesai, diharapkan karya ini dapat diterima dan membantu perkembangan seni grafis serta dapat menambah pengetahuan, wawasan dan dapat menjadi motivasi untuk berkarya seni grafis. Semoga dengan karya seni grafis ini dapat mengembangkan apresiasi seni dikalangan mereka yang tertarik dan ingin belajar tentang kesenirupaan, serta masyarakat pada umumnya.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

__________. (2012). Dilema Karst Citatah. Seputar Indonesia (28 Agustus 2012) __________. (2012). Terdapat 800 Hektare Lahan Kritis Di Gunung Masigit.

Pikiran Rakyat (2 Januari 2012)

Abdussalam, Syarif. (2011). Gunung Masigit Dipasangi Pita Merah Putih. Tribun Jabar (16 Desember 2011)

Abdussalam, Syarif. (2012). Penambang Batu Kapur Resah Isu Pelestarian

Citatah. Tribun Jabar (11 Januari 2012)

Aminudin (2010). Visual Art

Arscha. Pesona Kabupaten Bandung Barat. [Online]. Tersedia : http://www.google.co.id/search?um=1&hl=id&biw=1280&bih=894&noj= 1&tbm=isch&sa=1&q=gunung+masigit&oq=gunung+masigit&aq=f&aqi= &aql=&gs_sm=e&gs_upl=46550l51234l0l52581l14l11l0l0l0l0l0l0ll0l0 Bachtiar, T dan Syafriani, Dewi. (2012). Bandung Purba. Bandung : Pustaka

Jaya.

Bachtiar, T. (2012). Gunung Masigit, Seperti Digigiti. Pikiran Rakyat (3 April 2012)

Brahmantyo, Budi dan Bachtiar, T. (2009). Wisata Cekungan Bandung. Bandung Truedee Pustaka Sejati

Brahmantyo, Budi. (2010). Karst Citatah : Habis Mata Air, Air Mata Kan

Mengalir. Pikiran Rakyat (29 Mei 2010)

Chernyshevsky, Nikolai Gavrilovich. (2005). Hubungan Estetik Seni Dengan Realitas. Bandung : Ultimus.


(53)

Darmaprawira, Sulasmi. (2002). Warna : Teori dan Kreativitas Penggunaanya, Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Denaswara, Deni. (2011). Saatnya Bersinergi Menyelamatkan Karst Citatah. Tribun Jabar (17 Desember 2011)

Gie, Liang. (1983). Garis Besar Estetik. Yogyakarta : Supersukses.

Hadjar, Saiful. (2005). Senapan Grafis. Surabaya : Kelompok Seni Rupa Bermain.

Kartika, Dharsono Sony. (2004). Seni Rupa Modern. Bandung : Rekayasa Sains. Plekhanov, G.V. (2006). Seni dan Kehidupan Sosial. Bandung : Ultimus

Prayoga, Andri. (2012). Masyarakat Tambang, Solusina. Tidak diterbitkan (20 September 2012)

Sedayu, Galih. (2010). Tangis Tegar Karst Citatah Di Antara Debu Keangkuhan

Manusia. [Online]. Tersedia :

http://fotografius.wordpress.com/2010/01/23/tangis-tegar-karst-citatah-di-antara-debu-keangkuhan-manusia/

Siregar, Aminudin. (2010). Tentang Seni Grafis. Visual Art Magazine (Juni 2010) Siswadi, Anwar. (2010). Situs Manusia Purba Gua Pawon Kembali Digali.

Harian Tempo (25 Agustus 2010)

Suadi, Kaboel. (2000). Setengah Abad Seni Grafis Indonesia. Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia

Sumardjo, Jacob. (2000). Filsafat Seni. Bandung : Institut Teknologi Bandung. Sumardjo, Jacob. (2006). Estetika Paradoks. Bandung : Sunan Ambu Press. Wahyudi, Ki Agus. Pesona Grafis Woodcut. [Online]. Tersedia :


(54)

Wiyanto, Hendro. (2000). Seni Grafis Dengan Wajah Kompromis. Harian Tempo (6 November 2000)

Yudatama, Satira. (2013). Kelolalah Laboratorium Alam. Pikiran Rakyat (23 April 2013)

Yudono, Jodhi. (2010). Fosil Kembali Ditemukan di Gua Pawon. Kompas (31 Agustus 2010)

Yunianto, Bambang. (2008). Cipatat Alami Perkembangan Pesat. Pikiran Rakyat (15 Desember 2008)


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dalam tugas akhirnya ini, penyusun mencoba bercerita dan menggambarkan tentang aktivitas eksploitasi alam di kawasan Karst Citatah. Tugas ini selain menjadi syarat untuk mendapatkan gelar sarjana, juga sebagai bukti rasa cinta dan kepedulian penyusun terhadap kawasan karst yang mestinya menjadi kawasan konservasi. Kepedulian itu timbul karena kekhawatiran penyusun tentang dampak yang akan diakibatkan nanti dalam jangka panjang oleh masyarakat. Karya ini merupakan hasil dari interaksi penyusun dengan lingkungannya, mewakili apa yang dipikirkan dan dirasakan ketika menyaksikan aktivitas-aktivitas industri pertambangan di kawasan Bandung Barat ini.

Karya yang penyusun buat, teknik linocut reduksi dipilih untuk menjadi teknik proses garapnya. Teknik ini adalah aplikasi dari teknik cetak tinggi (relief print), dimana pada proses ini, plat atau yang juga disebut dengan istilah matrix dibuat perbedaan ketinggian dengan cara ditoreh atau dicukil. Permukaan yang lebih tinggi atau dengan kata lain bagian yang tidak ditoreh/dicukil inilah yang akan terkena tinta sehingga menghasilkan gambar yang diinginkan. Aplikasi teknik ini biasanya diterapkan dalam penggunaan stempel.

Penyusun memilih teknik ini selain untuk mengasah kemampuan untuk berkarya seni grafis, juga ingin menghidupkan semangat berkarya seni grafis konvensial dan rumit ini yang hampir tergerus oleh perkembangan teknologi dengan hadirnya komputer dan alat cetak otomatis. Seorang pencipta karya seni atau seniman lebih bisa mengolah intuisinya lewat teknik seni grafis konvensional dengan langsung menggunakan tangannya, inilah yang menjadi keunggulan dari seni grafis konvensional dibandingkan dengan hasil dari alat otomatis. Karya seni konvensional lebih cenderung manusiawi dengan adanya kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja, malahan biasanya seringkali kesalahan ini menambah unsur estetik dari karya tersebut. Berbeda dengan hasil karya dari mesin yang lebih mudah untuk bisa menyempurnakan unsur visualisasi, namun biasanya terkesan


(2)

kaku dan kurang bisa mewakili ekspresi si senimannya.

Karya yang dibuat memiliki banyak warna atau polikromatik, untuk menghasilkan warna dimulai dengan papan kayu atau lino yang kosong atau dengan goresan sederhana. Kemudian seniman mencukilnya lebih lanjut, memberi warna lain dan mencetaknya lagi. Bagian lino atau kayu yang dicukil akan mengekspos (tidak menimpa) warna yang telah tercetak sebelumnya. Teknik ini juga disebut dengan teknik cukil habis, karena cetakan atau matrix terus dicukil (ditoreh) untuk mendapatkan impresi atau gambar yang diinginkan.

Ketika proses berkarya seni grafis ini penyusun banyak belajar dari mulai teknik jenis-jenis cukilan, ekplorasi tentang warna serta alat dan bahan yang digunakan, dan tentunya proses yang mungkin memang sedikit rumit dan panjang yang menjadi perjalanan dari proses berkarya seni grafis.

B. Saran

Berakhirnya proses pembuatan skripsi ini dan terciptanya karya seni grafis dengan tema lingkungan yang berjumlah enam karya ini menyisakan pesan dan kesan sebagai pembelajaran. Banyak nilai yang bisa diambil dari setiap proses, baik itu proses berkarya maupun ketika menggarap penulisannya. Pada BAB V ini penyusun mencoba untuk memberi saran, antara lain sebagai berikut :

1. Pada proses penggarapan seni grafis dibutuhkan kesabaran yang tinggi, maka nikmati setiap prosesnya. Pilihlah tema yang memang benar-benar sesuai dengan keinginan agar kita bisa senang untuk merasakan setiap tahap demi tahap dari prosesnya.

2. Dari segi teknik, cat yang digunakan jangan terlalu kental dan terlalu encer karena akan menyebabkan kesulitan pada saat proses pencetakan. Karet lino pun harus dibuat halus ketika diamplas, karena jika serat masih kasar maka tinta tidak akan tercetak dengan sempurna, kecuali jika memang seniman menginginkan visualisasi seperti itu. Untuk lebih bisa menghasilkan hasil


(3)

menggunakan mesin press cetak tinggi daripada dengan baren.

Setelah skripsi ini selesai, diharapkan karya ini dapat diterima dan membantu perkembangan seni grafis serta dapat menambah pengetahuan, wawasan dan dapat menjadi motivasi untuk berkarya seni grafis. Semoga dengan karya seni grafis ini dapat mengembangkan apresiasi seni dikalangan mereka yang tertarik dan ingin belajar tentang kesenirupaan, serta masyarakat pada umumnya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

__________. (2012). Dilema Karst Citatah. Seputar Indonesia (28 Agustus 2012) __________. (2012). Terdapat 800 Hektare Lahan Kritis Di Gunung Masigit.

Pikiran Rakyat (2 Januari 2012)

Abdussalam, Syarif. (2011). Gunung Masigit Dipasangi Pita Merah Putih. Tribun Jabar (16 Desember 2011)

Abdussalam, Syarif. (2012). Penambang Batu Kapur Resah Isu Pelestarian Citatah. Tribun Jabar (11 Januari 2012)

Aminudin (2010). Visual Art

Arscha. Pesona Kabupaten Bandung Barat. [Online]. Tersedia : http://www.google.co.id/search?um=1&hl=id&biw=1280&bih=894&noj= 1&tbm=isch&sa=1&q=gunung+masigit&oq=gunung+masigit&aq=f&aqi= &aql=&gs_sm=e&gs_upl=46550l51234l0l52581l14l11l0l0l0l0l0l0ll0l0 Bachtiar, T dan Syafriani, Dewi. (2012). Bandung Purba. Bandung : Pustaka

Jaya.

Bachtiar, T. (2012). Gunung Masigit, Seperti Digigiti. Pikiran Rakyat (3 April 2012)

Brahmantyo, Budi dan Bachtiar, T. (2009). Wisata Cekungan Bandung. Bandung Truedee Pustaka Sejati

Brahmantyo, Budi. (2010). Karst Citatah : Habis Mata Air, Air Mata Kan Mengalir. Pikiran Rakyat (29 Mei 2010)

Chernyshevsky, Nikolai Gavrilovich. (2005). Hubungan Estetik Seni Dengan Realitas. Bandung : Ultimus.


(5)

Darmaprawira, Sulasmi. (2002). Warna : Teori dan Kreativitas Penggunaanya, Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Denaswara, Deni. (2011). Saatnya Bersinergi Menyelamatkan Karst Citatah. Tribun Jabar (17 Desember 2011)

Gie, Liang. (1983). Garis Besar Estetik. Yogyakarta : Supersukses.

Hadjar, Saiful. (2005). Senapan Grafis. Surabaya : Kelompok Seni Rupa Bermain.

Kartika, Dharsono Sony. (2004). Seni Rupa Modern. Bandung : Rekayasa Sains. Plekhanov, G.V. (2006). Seni dan Kehidupan Sosial. Bandung : Ultimus

Prayoga, Andri. (2012). Masyarakat Tambang, Solusina. Tidak diterbitkan (20 September 2012)

Sedayu, Galih. (2010). Tangis Tegar Karst Citatah Di Antara Debu Keangkuhan

Manusia. [Online]. Tersedia :

http://fotografius.wordpress.com/2010/01/23/tangis-tegar-karst-citatah-di-antara-debu-keangkuhan-manusia/

Siregar, Aminudin. (2010). Tentang Seni Grafis. Visual Art Magazine (Juni 2010) Siswadi, Anwar. (2010). Situs Manusia Purba Gua Pawon Kembali Digali.

Harian Tempo (25 Agustus 2010)

Suadi, Kaboel. (2000). Setengah Abad Seni Grafis Indonesia. Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia

Sumardjo, Jacob. (2000). Filsafat Seni. Bandung : Institut Teknologi Bandung. Sumardjo, Jacob. (2006). Estetika Paradoks. Bandung : Sunan Ambu Press. Wahyudi, Ki Agus. Pesona Grafis Woodcut. [Online]. Tersedia :


(6)

Wiyanto, Hendro. (2000). Seni Grafis Dengan Wajah Kompromis. Harian Tempo (6 November 2000)

Yudatama, Satira. (2013). Kelolalah Laboratorium Alam. Pikiran Rakyat (23 April 2013)

Yudono, Jodhi. (2010). Fosil Kembali Ditemukan di Gua Pawon. Kompas (31 Agustus 2010)

Yunianto, Bambang. (2008). Cipatat Alami Perkembangan Pesat. Pikiran Rakyat (15 Desember 2008)