GAMELAN JAWA SEBAGAI SUMBER IDE DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS

(1)

commit to user

GAMELAN JAWA SEBAGAI SUMBER IDE DALAM

PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS

PENGANTAR TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Jurusan Seni Rupa Murni

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh : PRIMA BUDI HASTUTI

C0606017

JURUSAN SENI RUPA MURNI

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010


(2)

commit to user

HALAMAN PERSETUJUAN

GAMELAN JAWA SEBAGAI SUMBER IDE DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS

Disusun Oleh :

PRIMA BUDI HASTUTI C0606017

Telah disetujui oleh : Pembimbing I

_____Drs. Rusmadi_____ NIP 194604171979031001

Pembimbing II

Drs. Agus Nur Setyawan, M.Hum NIP 195603121987031001

Mengetahui

Ketua Jurusan Seni Rupa Murni

Drs. Arfial Arsad Hakim, M.Sn. NIP 195007111981031001


(3)

commit to user

HALAMAN PENGESAHAN

GAMELAN JAWA SEBAGAI SUMBER IDE DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS

Disusun oleh:

PRIMA BUDI HASTUTI C0606017

Telah disetujui oleh Tim Penguji Tugas Akhir Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Tanggal 4 Oktober 2010

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua : Drs. Sunarto, M.Sn. ……….

NIP. 194708301980031002

Sekretaris : Drs. Agustinus Sumargo, M.Sn ……….. NIP.195103221985031001

Penguji I : Drs. Rusmadi ………..

NIP 194604171979031001

Penguji II : Drs. Agus Nur Setyawan, M.Hum ……….. NIP 195603121987031001

Mengetahui Dekan

Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta

Drs. Sudarno, M.A. NIP. 195303141985061001


(4)

commit to user

PERSEMBAHAN

Karya ini Kupersembahkan untuk Papa Drs. Lugtyastyono Budi Nugroho M.Pd, Mama AKP. Endang Sri Hastuti yang tercinta, dan Hari Kristanto S.Ikom kekasih yang kusayangi, serta sahabat-sahabatku dan almamater yang kubanggakan.


(5)

commit to user

PERNYATAAN

Nama : Prima Budi Hastuti NIM : C0606017

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir berjudul Gamelan Jawa Sebagai Sumber Ide Dalam Penciptaan Karya Seni Grafis adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam Tugas Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tugas Akhir dan gelar yang diperoleh dari Tugas Akhir tersebut.

Surakarta, 4 Oktober 2010 Yang membuat pernyataan

( Prima Budi Hastuti )


(6)

commit to user

MOTTO

“For this is the love of God, that we keep his commandments, and his commandments are not burdensome”

“Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya, Perintah-perintah-Nya itu tidak berat”

(1 Yohanes 5:3)


(7)

commit to user

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Gamelan Jawa Sebagai Sumber Ide Dalam Penciptaan Karya Seni Grafis”. Penulisan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat kelulusan pada Program Strata-1 jurusan Seni Rupa Murni, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Adapun keberhasilan penulisan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak, untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Drs. Sudarno, M.A., Dekan fakultas Sastra Dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Rusmadi, selaku dosen pembimbing I sekaligus Penguji yang telah memberi bimbingan dan arahan dalam pembuatan karya, sehingga terselesaikannya karya dalam Tugas Akhir ini.

3. Drs. Agus Nur Setyawan, M.Hum., selaku dosen pembimbing II yang selalu menyempatkan diri disela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan selama penulis menyelesaikan Tugas Akhir ini.

4. Dewan penguji Tugas Akhir Fakultas Sastra Dan Seni Rupa, Jurusan Seni Rupa Murni, Universitas Sebelas Maret Surakarta.


(8)

commit to user

5. Seluruh Dosen Jurusan Seni Rupa Murni yang telah mendidik penulis selama duduk di bangku kuliah. Ilmu yang penulis terima semoga akan selalu berguna.

6. Orang Tua tercinta Papa, Mama, terima kasih atas doa dan dukungannya.

7. Hari, seseorang yang telah memberi dorongan dan perhatian, serta segala pengertiannya.

8. Seluruh teman-teman di program studi Seni Rupa Murni, khususnya angkatan 2006, Yudi, Cerly, Ervan, Wahyu, Indah, Tyas, Arum, Fitri, atas bantuan dan partisipasinya.

9. Budi, Galih, Basuki, Kaka, yang selalu bersedia membantu di dalam setting tempat untuk presentasi.

10. Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan serta saran maupun kritikannya.

Tugas Akhir ini masih banyak kekurangannya, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi sempurnanya tulisan ini. Akhir kata semoga Tugas Akhir yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Surakarta, 4 Oktober 2010

Penulis


(9)

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL…….…….………..……… i

HALAMAN PERSETUJUAN……….……… ii

HALAMAN PENGESAHAN………... iii

PERSEMBAHAN…………...……….. iv

PERNYATAAN ………... v

MOTTO……….……..………..…… vi

KATA PENGANTAR………..……..……….……. viii

DAFTAR ISI………..………...……… ix

DAFTAR GAMBAR……….…………...……… xi

ABSTRAK………..………...……….. xiii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….…… 1

B. Batasan Masalah ……….………… 2

C. Rumusan Masalah ………... 2

E. Tujuan Penulisan….………. 3

F. Manfaat Penulisan…….……… 3

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Gamelan Jawa 1. Pengertian Gamelan…...……….………... 4

2. Macam-Macam Gamelan Jawa...……….……… 7

B. Komponen Dan Unsur Karya Seni………... 13

C. Pengertian Abstrak, Abstraksi, Dan Distorsi………... 17


(10)

commit to user

Halaman

D. Seni Grafis... 18

1. Ragam Teknik Seni Grafis……….. 19

a. Cetak Tinggi... 19

b. Cetak Dalam... 19

c. Cetak Datar... 20

d. Cetak Saring... 20

e. Cetak Digital... 21

BAB III. METODOLOGI PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritis……….. 25

B. Implementasi Visual……… 26

1. Konsep Bentuk……….. 26

2 Proses Penggarapan……… 28

a. Medium……… 28

b. Teknik……….. 29

3. Penyajian……… 30

4. Diskripsi Karya……….. 31

BAB IV. PENUTUP A. Kesimpulan………..……… 41

DAFTAR PUSTAKA ………....………..……… 43

LAMPIRANKarya Lama Studio IV


(11)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bonang………. 8

Gambar 2. Celempung……… 8

Gambar 3. Gambang……….. 9

Gambar 4. Gender……….. 10

Gambar 5. Gong………. 10

Gambar 6. Kemanak………... 11

Gambar 7. Kendhang……….. 11

Gambar 8. Kenong………. 12

Gambar 9. Kethuk-Kempyang……… 12

Gambar 10. Rebab……….. 13

Gambar 11. Saron………... 13

Gambar 12. Slenthem………. 14

Gambar 13. Suling……….. 14

Gambar 14. Celempung Tak Berdawai……….. 31

Gambar 15. Broken Gender……… 32

Gambar 16. Rebab In Technic Colour II..………. 33

Gambar 17. Rebab In Technic Colour I..……… 34

Gambar 18. Gong Ageng……… 35

Gambar 19. Slenthem Of Java……… 36


(12)

commit to user

Gambar 20. Kendang Gila……….. 37

Gambar 21. Bonang boncel……… 38

Gambar 22. Tetes Kemanak………... 39

Gambar 23. Kethuk-Kempyang……….. 40

Gambar 24. Lapar……… 45

Gambar 25. Bertingkah………... 46

Gambar 26. Menatap Sayu………. 47

Gambar 27. Tatapan Penuh Misteri ……….. 48

Gambar 28. Tertidur Pulas………. 49

Gambar 29. Berlari………. 50


(13)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di daerah Klaten dimana tempat penulis tinggal, karawitan masih cukup eksis dan signifikan di dunia kesenian klaten. Dentang suara yang merdu dan suara yang indah ini tercipta dari karawitan. Karawitan sendiri tercipta dari instrumen musik yang biasa disebut dengan gamelan ketika dimainkan oleh sekelompok orang dalam membawakan sebuah gending.

Instrumen musik gamelan terdiri dari Kendang, Bonang, Bonang Penerus, Demung, Saron, Peking, Kenong & Kethuk, Slenthem, Gender, Gong, Gambang, Rebab, Siter, dan Suling. Seluruh Instrumen Gamelan biasa dimainkan oleh beberapa orang, dan jarang dimainkan secara individu. Maka dari itu perlu kebersamaan dan kekompakan dalam memainkan gamelan. Instrumen/alat musik gamelan sangatlah menarik, karena bentuknya yang unik dan sangat khas. Contohnya saja gong, gong mempunyai bentuk yang unik, ciri–cirinya adalah, bulat besar dan ditengahnya ada tonjolan, jika tonjolan itu dipukul maka akan berbunyi “gong” dengan nada yang besar. Gong sering dibunyikan saat akhir ketukan, setelah bunyi kenong, kempul dan alat instrumen gamelan lain dimainkan. Jadi gong sering mengakhiri/menutup irama alunan karawitan dalam sebuah permainan gamelan.


(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

   

Alunan musik gamelan musiknya terasa mendayu–dayu, kalem, dan enak didengar, makin lama mendengar makin terasa selaras dan bisa membuat kantuk seseorang karena alunan nadanya.

Dari keunikan bentuk gamelan, dan spirit kebersamaan dalam memainkan gamelan, penulis terinspirasi dan selanjutnya mengangkat gamelan sebagai tema karya-karya penciptaan seni grafis penulis dalam proyek tugas akhir ini

B. Batasan Masalah

Dalam masalah ini, penulis membatasi masalah Gamelan Jawa sebagai sumber ide penciptaan karya seni grafis dalam teknik digital

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik bentuk gamelan Jawa?

2. Bagaimana konsep karya seni grafis dengan sumber ide gamelan Jawa?


(15)

commit to user

D. Tujuan Penulisan

1. Mendeskripsikan karakteristik bentuk gamelan Jawa.

2. Merumuskan konsep karya seni grafis dengan sumber ide gamelan Jawa.

3. Memvisualisasikan karya seni grafis dengan teknik digital

E. Manfaat Penulisan

1. Menjadi landasan konsep karya sebagai suatu proses kreatif dalam karya seni grafis yang penulis ciptakan.

2. Memberikan pengantar kepada pembaca untuk dapat memahami karya seni grafis digital dengan sumber ide gamelan Jawa.

3. Dapat memberikan sumbangan data kepustakaan khususnya dalam bidang seni grafis.


(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

   

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Gamelan Jawa 1. Pengertian Gamelan

Bagi masyarakat Jawa khususnya, gamelan bukanlah sesuatu yang asing dalam kehidupan kesehariannya. Dengan kata lain, masyarakat tahu benar mana yang disebut gamelan atau seperangkat gamelan. Mereka telah mengenal istilah gamelan, namun barangkali masih banyak yang belum mengetahui bagaimana sejarah perkembangan gamelan itu sendiri.

Menurut Sumarsam, gamelan diperkirakan lahir pada saat budaya luar dari Hindu–Budha (sic) mendominasi Indonesia . Walaupun pada perkembangannya ada perbedaan dengan musik India, tetapi ada beberapa ciri yang tidak hilang, salah satunya adalah cara “menyanyikan” lagunya. Penyanyi pria biasa disebut sebagai wiraswara dan penyanyi wanita disebut waranggana (Sumarsam 2003: 35)

Menurut kamus bahasa Indonesia Purwodarminto, gamelan adalah seperangkat alat musik yang digunakan untuk mengiringi sebuah pertunjukan.

Menurut buku yang berjudul Mengenal Secara Mudah Dan Lengkap Kesenian Karawitan Gamelan Jawa dari Farabi Ferdiansyah (2010: 23) Gamelan berasal dari kata nggamel (dalam bahasa jawa)/gamel yang berarti memukul/menabuh, diikuti akhiran “an” yang menjadikannya sebagai kata benda. Sedangkan istilah gamelan mempunyai arti sebagai satu kesatuan alat musik yang dimainkan bersama.

4


(17)

commit to user

Gamelan merupakan satu kesatuan utuh berbagai unsur alat musik yang diwujudkan dan dibunyikan bersama (http://www.visitsemarang.com). Gamelan juga merupakan alat musik yang biasa dipakai dalam pertunjukan wayang Jawa (http://www.seasite.niu.edu).

Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya/alatnya, yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama (http://ruddabby.wordpress.com). Gamelan adalah musik yang tercipta dari paduan bunyi gong, kenong dan alat musik Jawa lainnya. Irama musik yang lembut dan mencerminkan keselarasan hidup orang Jawa akan segera menyapa dan menenangkan jiwa begitu didengar (Yunanto Wiji Utomo 2006, http://www.yogyes.com)

Penggunaan istilah gamelan dan karawitan sudah mulai sama dengan yang diberlakukan di Indonesia , terutama oleh para praktisi maupun para akademisi yang telah berhubungan lebih jauh atau akrab dengan dunia musik gamelan, dunia karawitan.

Menurut wikipedia gamelan, kata nggamel (dalam bahasa Jawa) dapat berarti memukul. Itulah kemungkinannya mengapa gamelan dianggap sebagai satu perangkat musik pukul atau perkusi (ansambel atau orkes, yang nama dan jenisnya tergantung dari jenis, jumlah atau komposisi ricikan-ricikan yang digunakan serta fungsinya di masyarakat), walau pada kenyataannya perangkat gamelan juga melibatkan alat-alat musik non perkusi.


(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

   

Berkaitan dengan perkembangan jaman, perkembangan fungsi kesenian, selera jaman, berikut ini adalah beberapa nama perangkat gamelan yang pernah ada dan sampai sekarang masih ditabuh dan berfungsi :

1. Gamelan Kodhok Ngorek, berfungsi sebagai pengiring acara hajatan atau peristiwa pernikahan. Karena gamelan Kodhok Ngorek berlaras slendro maka wajar, enak, dan tidak ada kejanggalan sama sekali bila pada perangkat gamelan tersebut melibatkan gender dan gambang gangsa slendro. Alasan lain yang digunakan untuk menguatkan pendapatnya, Pak Martapangrawit menyebutkan bahwa kehadiran slenthem pada perangkat gamelan ageng bermain dengan menggunakan nada 4 (pelog) dan 3 (dhadha), jarak tersebut pada dasarnya adalah sama dengan interval slendro, seperti layaknya interval nada lima ke dhadha slendro. 2. Gamelan Monggang, fungsi dan kegunaannya untuk kelengkapan

berbagai acara dan upacara dilingkungan keraton/kadipaten dan kabupaten pada masa itu, seperti memberi tengara pada upacara penobatan dan jumenengan raja, mengiringi latihan perang prajurit bertombak atau acara sodoran, serta sebagai pengiring kelahiran bayi laki-laki dari keluarga raja, dan sebagainya.

3. Gamelan Cara Balen, berfungsi untuk menghormati kedatangan tamu, baik dalam upacara keluarga, kerajaan, ataupun kemasyarakatan. Misalnya, pasar malam sekatenan, fair, mantenan, khitanan, syukuran, dan sebagainya.


(19)

commit to user

4. Gamelan Sekaten, dibunyikan setiap setahun sekali selama seminggu, dari tanggal 5 s/d 12 setiap bulan Mulud (menurut kalender Jawa), pada setiap bulan kelahiran Nabi Muhammad S.A.W.

5. Gamelan Ageng, berfungsi hampir setiap hari untuk keperluan kemasyarakatan seperti, hiburan seni, campur sari, pagelaran wayang kulit, dan sebagainya.

2. Macam-Macam Gamelan Jawa

Dari buku yang berjudul hayatan gamelan dan gamelan yang ditulis oleh Sumarsan maka penulis dapat menguraikan lebih lanjut macam-macam instrumen gamelan. Komponen utama susunan alat-alat musik gamelan adalah bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik gamelan, misalnya gong berperan menutup sebuah irama musik yang panjang dan memberi keseimbangan setelah sebelumnya musik dihiasi oleh irama gending.

Seperangkat gamelan terdiri dari beberapa macam instrumen antara lain :

a. Bonang

Bonang terbagi dari 3 macam yaitu bonang barung, bonang

panembung, dan bonang penerus. Bonang mempunyai bentuk seperti

“ceret” atau “pot” yang ditempatkan secara horizontal ke string dalam

bingkai kayu, baik satu atau dua baris lebar. Semua ceret memiliki bos pusat/tonjolan di tengahnya. Dan jika bos pusat tersebut dipukul akan menimbulkan bunyi.


(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

   

Gambar 1. Bonang (Sumber gambar : penulis) b. Celempung

Celempung adalah instrumen kawat petik, yang dibingkai pada semacam gerobongan (juga berfungsi sebagai resonator) yang berkaki dua pasang, bentuknya hampir mirip seperti belalang. Dan di atasnya terdapat kawat–kawat vertikal membentuk seperti sikat gigi. Kawatnya terdiri dari tiga-belas pasang, ditegangkan antara paku untuk melaras (di atas) dan paku-paku kecil (di bawah). Kepingan metal diletakkan di sisi atas gerobongan, sebagai jembatan pemisah kawat-kawat. Celempung dimainkan dengan jari jempol tangan kiri dan kanan, sedangkan jari yang tangan lainnya dipakai sebagai penutup kawat-kawat yang tidak dipetik.

Gambar 2. Celempung (http://orgs.usd.edu)


(21)

commit to user

c. Gambang

Gambang merupakan instrumen yang terbuat dari bilah-bilah kayu yang dibingkai pada gerobongan yang juga berfungsi sebagai resonator. Bentuknya hampir mirip batu nisan di makam-makam Jawa. Dan terdapat bilah-bilah kayu di atasnya. Bilahnya berjumlah tujuh-belas sampai dua-puluh bilah. Gambang dimainkan dengan tabuh berbentuk bundar dengan tangkai panjang biasanya dari tanduk, dan ditabuhkan di atas bilah-bilah kayu tersebut.

Gambar 3. Gambang (Sumber gambar: penulis)

d. Gender

Gender merupakan instrumen yang terdiri dari bilah-bilah metal yang ditegangkan dengan tali di atas bumbung-bumbung resonator. Bumbung resonator ini tercipta dari bambu-bambu yang bentuknya silinder yang ditata secara sejajar horisontal. Jika dilihat dari sisi muka bentuknya berupa persegi panjang.


(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

   

Gambar 4. Gender (Sumber gambar: penulis) e. Gong

Gong merupakan instrumen yang digantung, berposisi vertikal. Bentuk gong bulat dan berukuran besar atau sedang. Di tengahnya terdapat bos pusat/tonjolan, yang biasa ditabuh di bagian tengah-tengah bos pusatnya itu, dengan tabuh bundar berlapis kain.

Gambar 5. Gong (Sumber gambar: penulis) f. Kemanak

Kemanak adalah instrumen yang berbentuk seperti sendok. Sendok yang terbuat dari kuningan. Bentuknya simple, enteng, dan mudah dibunyikan. Cara membunyikannya dengan saling mengetukkan/saling dipukulkan.


(23)

commit to user

Gambar 6. Kemanak

(http:orgs.usd.edu/nmm/Gamelan/9893/Kemanak9893.html.) g. Kendhang

Kendhang mempunyai bentuk simetris, yang bentuknya seperti tabung, dengan bersisi dua dengan sisi kulitnya ditegangkan dengan tali dari kulit atau rotan ditata dalam bentuk “Y”, yang diletakkan di atas bingkai kayu (plankan) pada posisi horisontal.

Gambar 7. Kendhang (Sumber gambar : penulis) h. Kenong

Kenong adalah satu set instrumen jenis gong yang bentuknya hampir mirip dengan bonang, yang bentuknya seperti ceret dan ditengahnya terdapat bos pusat/tonjolan. Namun yang berbeda adalah jumlahnya lebih sedikit dibanding dengan bonang. Kenong berposisi horisontal yang ditumpangkan pada tali yang ditegangkan pada bingkai kayu.


(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

   

Gambar 8. Kenong (Sumber gambar: penulis) i. Kethuk-Kempyang

Kethuk-Kempyang adalah dua instrumen jenis gong yang berukuran kecil. Namun bentuknya juga seperti bonang dan kenong, bulat dan di tengahnya terdapat bos besar/ tonjolan, jika dipukul akan menghasilkan bunyi. Kethuk lebih kecil dbanding kenong ukurannya, namun lebih tinggi. Sedangkan kempyang agak besar pendek dan melebar. Ditempatkan pada posisi horisontal, ditumpangkan pada tali yang ditegangkan pada bingkai kayu.

Gambar 9. Kethuk-Kempyang (Sumber gambar: penulis)


(25)

commit to user

j. Rebab

Rebab merupakan instrumen kawat gesek dengan 2 kawat yang ditegangkan pada selajur kayu dengan badan bentuk hati. Badan yang berbentuk hati itu terbuat dari tempurung kelapa. Yang kemudian ditutup dengan membran (kulit tipis) dari babad sapi.

Gambar 10 . Rebab

(http://www.pasarjava.com/senibudaya/gamelan/rebab.jpg) k. Saron

Saron merupakan instrumen yang berbentuk bilahan dengan enam atau tujuh bilah, yang ditumpangkan pada bingkai kayu yang juga berfungsi sebagai resonator. Instrumen ini ditabuh dengan tabuh yang dibuat dari kayu dan tanduk. Dan tabuhnya berbentuk seperti palu.

Gambar 11. Saron (Sumber gambar : penulis)


(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

   

l. Slenthem

Menurut konstruksinya, slenthem termasuk keluarga gender, malahan kadang-kadang ia dinamakan gender panembung. Tetapi slenthem mempunyai bilah sebanyak bilah saron yaitu 7 bilah. Slenthem mempunyai bentuk seperti kijing makam yang berwarna kuning emas.

Gambar 12. Slenthem

(http:orgs.usd.edu/nmm/Gamelan/9858/Slenthem9858.html) m. Suling

Suling adalah alat musik dari keluarga alat musik tiup kayu. Instrumen Suling berupa potongan bambu yang pendek dan di tubuhnya terdapat lubang-lubang yang dapat menghasilkan suara jika ditutup salah satunya secara bergantian sambil ditiup di bagian ujungnya.

Gambar 13. Suling

(http://id.wikipedia.org/wiki/Suling)


(27)

commit to user

B. Komponen dan Unsur Karya Seni 1. Subject Matter

Subject Matter dalam Seni berasal dari kesatuan kualitatif hasil pengolahan batiniah seniman terhadap hal-hal atau apa saja yang dianggap hakiki pada obyek lain yang bersifat aktual maupun yang ideal. Waktu dan kondisi lingkungan beserta situasi psikis seniman sangat menentukan tepatnya subject matter dan karya (Suryo Suradjijo 2000: 66).

2. Bentuk

Bentuk adalah suatu totalitas, keseluruhan kesatuan hubungan organisasi dari seluruh unsur-unsur yang mendukungnya. Unsur-unsur pendukung elemen-elemen dasar itu, meliputi warna, garis, shape/bidang, tekstur, dan value (Suryo Suradjijo 2000:19).

a. Warna

Warna dapat dibedakan dalam 2 pengertian warna sebagai fenomena dan warna sebagai bahan yang berasal dari pigmen warna, warna merupakan salah satu unsur ekspresif karena kualitasnya begitu mempesona langsung kepada emosi penghayatannya. Rata-rata penghayat karya seni tidak akan mempermasalahkan warna secara rasional, apabila warna itu menstimulus secara tiba-tiba yang akan bereaksi sikap emosionalnya. Warna cenderung berhubungan dengan wilayah


(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

   

ataktif dan kognitif. Herbert Read membedakan penggunaan warna cara heraldis, harmonis, dan murni. Cara heraldis hanya digunakan pada penggambaran yang bersifat simbolisme. Misalnya lukisan pada abad tengah dimana penggunaan warna banyak ditentukan oleh kaidah-kaidah gereja (Suryo Suradjijo 2000: 73).

b. Garis

Garis dinilai dari sebuah titik merupakan jejak yang ditimbulkan oleh titik-titik yang digerakkan atau merupakan sederetan titik-titik yang berhimpitan juga merupakan suatu goresan/sapuan yang sempit dan panjang sehingga membentuk benang/pita. Fisik suatu garis mempunyai karakter tertentu, misalnya panjang atau pendeknya garis, tebal tipisnya garis, dan arah suatu garis maupun lokasi suatu garis (Arfial Arsad Hakim 1999: 35).

c. Shape/Bidang

Shape adalah suatu bidang yang terbatas baik secara teratur atau tidak dibatasi oleh garis ataupun warna (P.Mulyadi 1997: 6).

d. Tekstur

Tekstur dibatasi sebagai rasa permukaan dari suatu bidang objek atau penggambaran dari sifat permukaan disebut aktual apabila rasa permukaan itu secara nyata apabila diraba (Suryo Suradjijo 2000: 72). Selain testur aktual didapatkan semu atau sering disebut juga simulated texture atau tekstur buatan. Tekstur jenis ini didapatklan bukan karena permukaan yang rata atau tidak tetapi


(29)

commit to user

disebabkan karena gambaran-gambaran garis atau mungkin juga permainan pola gelap terang yang diciptakan oleh permukaan tekstur. Semua merupakan usaha seniman untuk menipu penghayatan, sehingga mengesankan adanya sifat permukaan tertentu (Suryo Suradjijo 2000: 72).

3. Isi

Isi adalah kualitas arti yang ada dalam suatu karya seni dan merupakan final statement mood (suasana hati) atau penghayat. Isi merupakan artian esensial daripada bentuk dan seringkali dinyatakan sejenis emosi, aktivitas intelektual/asosiasi yang bisa dilakukan terhadap suatu karya seni (P.Mulyadi 2000: 16).

C. Pengertian Abstrak, Abstraksi dan Distorsi

Menurut kamus filsafat dari Lorens Bagus, abstrak adalah sifat pemahaman mengenai sebuah kualitas atau hubungan itu kurang lebih bersifat umum yang berada di luar data yang ada di depan kita. Pemahaman bersifat abstrak kalau tidak ada di depan kita. Pemahaman bersifat abstrak kalau tidak ada kaitan dengan intuisi inderawi. Penyajian-penyajian pemahaman bersifat abstrak kalau tidak ada kaitan dengan intuisi inderawi. Penyajian-penyaian pemahaman itu menghubungkan objek tanpa ciri-ciri individual. Karena itu, representasi abstrak dapat disebut sebagai konsep penyandang (subjek) dan suatu bentuk (misal manusia). Representasi abstrak dapat juga disebut konsep formal. Konsep semacam ini menggambarkan bentuk tanpa penyandang (misalnya kemanusiaan, kepribadian). Lorens Bagus 2002: 29)


(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

   

Sedangkan abstraksi menurut Kamus Lorens Bagus merupakan sebuah proses yang ditempuh pikiran untuk sampai pada konsep yang bersifat universal. Proses ini berangkat dari pengetahuan mengenai objek, individual yang bersifat spasiotemporal (ruang dan waktu). Pikiran melepaskan sifat individual dari objek dan bentuk konsep universal (Lorens Bagus 2002: 20).

Distorsi mempunyai arti, yaitu penggambaran bentuk yang menekankan pada pencapaian karakter, dengan cara menyangatkan wujud-wujud tertentu pada benda atau objek yang digambar (Dharsono Sony Kartika 2004: 42).

Sedangkan menurut Suryo Suradjijo dalam buku pegangan kuliahnya mengatakan bahwa distorsi adalah pengubahan bentuk yang bertujuan untuk lebih menonjolkan karakteristik visual objek, sehingga mendapatkan bentuk menjadi sempurna atau mungkin mendapatkan bentuk lain yang sesuai dengan konsep estetik senimannya (Suryo Suradjijo 1996 : 77).

D. Seni Grafis

Dalam wikipedia seni rupa disebutkan, seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Grafis sendiri berasal dari bahasa Yunani, graphein, yang berarti menulis atau menggambar. (http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_rupa). Dalam penerapannya, seni grafis meliputi semua karya seni dengan gambaran orisinal apapun atau desain/rancangan yang dibuat oleh seniman untuk direproduksi dengan berbagai proses cetak (Marianto, 1998:15).


(31)

commit to user

Seni grafis memiliki keunikan dalam proses kreasinya, merupakan seni gandaan. yang tidak hanya sekedar memperbanyak karya melalui metode jamak. Melainkan juga menyebar nilai orisinalitas di dalam setiap lembar cetakannya. Prinsip dasar tersebut yang membedakan seni grafis dengan cabang ilmu seni murni lainnya.

Seni grafis merupakan salah satu cabang seni rupa yang memiliki komponen yang sama dengan cabang seni rupa lainnya. Dalam menciptakan sebuah karya tidak lepas dari komponen-komponen yang menjadi kerangka karya seni, yaitu komponen seni, karena antara satu dengan yang lain saling mendukung. Yang termasuk komponen seni yaitu, subject matter/tema, bentuk, dan isi.

1. Ragam Teknik Seni Grafis a. Cetak Tinggi

Cetak tinggi disebut demikian karena permukaan acuan cetak atau klise yang akan menerima tinta berada paling tinggi. Pencetakan pada umumnya dilakukan dengan gosokan. Yang termasuk dalam cetak tinggi ini antara lain, cukilan kayu (woodcut), cukilan lino (linocut), dan torehan kayu (wood

engraving). Ciri khas karya cukilan kayu terletak pada pemanfaatan efek serat

kayu (tekstur).

b. Cetak Dalam

Prinsip cetak ini kebalikan dari cetak tinggi. Tinta yang akan dipindah ke atas kertas berada di bagian dalam acuan cetaknya (tembaga). Pencetakan dilakukan dengan mesin khusus, mesin etsa. Dari segi proses, cetak dalam dibagi


(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

   

atas dua bagian, yaitu yang menggunakan asam: etsa (etching) serta akuatin

(aquatint), dan yang tanpa asam: goresan langsung (drypoint), torehan logam

(engraving) dan mezotin (mezzotint).

Ciri khas karya etsa terletak pada kelembutan dan keluwesan garis, akuatin berciri keragaman nada warna dan tekstur, goresan langsung berciri kekasaran garis, torehan logam berciri keragaman garis, dan mezotin berciri kepekatan nada warna yang hampir serupa dengan karya akuatin.

c. Cetak Datar

Cetak datar disebut demikian karena acuan cetakannya (batu lito, alumunium, ofset) tidak mengalami peninggian atau pendalaman seperti pada proses cetak tinggi atau dalam. Proses ini berangkat dari pemanfaatan suatu kenyataan bahwa air dan minyak tidak dapat bersatu. Lithografi merupakan satu-satunya teknik yang mengandalkan teknik ini. Dalam hal ini, pencetakan tergantung pada suatu reaksi kimiawi yaitu sifat berlawanan antara lemak dan air. Sket digambar dengan krayon berlemak pada sebuah batu lithografis atau lempengan logam yang menarik tinta. Sedang bagian-bagian yang tidak tergambari dibiarkan sehingga menolak tinta. Percetakan dilakukan dengan menggunakan alat penekan lithografis. Kertas ditaruh diatas acuan dan siap dicetak. Bagian yang berlemak adalah bagian yang menyerap tinta dan menghasilkan lukisan (Ensiklopedia Nasional Indonesia jilid 6,1989: 221-222).

d. Cetak Saring

Cetak Saring yang paling sederhana, cetakannya terbuat dari kertas atau plastik. Kertas atau plastik dilubangi dengan cutter kemudian ditaburi tinta diatas


(33)

commit to user

permukaannya. Kertas putih diletakan di bawahnya, ditekan-tekan dengan bantalan busa dan diangkat maka jadilah hasil cetak tersebut.

Cetak stensil, klisenya terbuat dari kertas sheet. Proses penggambarannya dan pencetakkannya sama dengan proses cetak saring di atas, hanya bantalan busa diganti dengan kuas yang besar. Pada masa sekarang untuk cetak ini orang lebih banyak menggunakan stensil.

Cetak saring yang paling popular sekarang ini adalah cetak sablon (screen

printing). Bahan klisenya terbuat dari kain sutra yang halus dan mempunyai

ukuran pori-pori yang berbeda. Ukuran-ukuran itu membedakan penyablonan pada kain, kertas, kulit, plastik dan bahan lainnya.

Proses pembuatan klise menggunakan obat afdruk dan dilakukan di kamar gelap atau tidak terkena sinar matahari. Pencetakannya menggunakan rakel dengan bahan pewarna selain tinta juga menggunakan cat sablon (Karmas Sumarna 2002: 27)

e. Cetak Digital

Cetak digital adalah metode pencetakan menggunakan teknik digital di mana data dan gambar yang dicetak langsung dari komputer ke kertas, termasuk yang dikembangkan untuk printer komputer seperti inkjet atau printer laser. Digital printing mempunyai beberapa kelebihan dibanding dengan teknik cetak yang lain, kelebihannya antara lain :


(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

   

1. Setiap cetakannya bisa berbeda-beda/macam-macam, karena pelat cetak tidak diperlukan, seperti dalam metode tradisional.

2. Limbah kimia dan kertas lebih sedikit, karena tidak perlu mencetak gambar/sket dalam kertas.

3. Tinta atau toner tidak menembus substrat, seperti halnya tinta konvensional, tapi membentuk lapisan tipis di permukaan dan mungkin di beberapa sistem menjadi tambahan melekat pada substrat dengan menggunakan cairan fuser dengan proses panas (toner) atau UV curing proses (tinta).

Jenis dan Macam Kertas Untuk Digital Printing :

1. Canvas Paper

Jenis kertas ini jika biasa gunakan untuk mencetak foto akan menghasilkan cetakan dengan sentuhan canvas, layaknya sebuah lukisan. Hasil akhir cetakan akan menampilkan foto yang persis dengan kertas canvas.

2. Premium Glossy Photo Paper

Kertas jenis ini biasa disebut oleh para penggunanya dengan sebutan high

glossy, kertas jenis ini mampu menghasilkan cetakan dengan efek yang lebih

mengkilap. Kertas jenis glossy photo paper ini sangat cocok untuk mencetak photo dengan resolusi tinggi. Walaupun harga kertas ini lebih mahal tetapi jika kita gunakan, akan menghasilkan cetakan photo yang maksimal dan lebih cerah.


(35)

commit to user

3. Double-Side Paper

Jenis kertas ini mampu digunakan untuk cetak foto pada kedua sisinya (depan dan belakang). Kualitas foto yang dihasilkan juga cukup bagus, tidak terlalu mengkilap dan cenderung doff. Jenis kertas ini cocok digunakan untuk mencetak pamflet yang biasanya digunakan untuk sarana promosi, sehingga para konsumen dapat melihat dikedua sisinya.

4. Laster Photo Paper

Laster photo paper biasanya digunakan untuk keperluan dokumenter

karena jenis kertas ini sangat awet bahkan bisa bertahan hingga puluhan tahun, tidak mudah pudar, mampu menghasilkan efek doff, dan sangat cocok untuk photo dengan resolusi tinggi. Permukaan kertas yang mirip kulit jeruk adalah ciri khas dari Laster photo paper untuk membedakan dengan jenis kertas lain adalah ketahanan hasil cetakan membuat para konsumen puas, mungkin jenis ini bisa menjadi pertimbangan jika kita ingin serius didunia digital photo printing.

5. Glossy Photo Paper

Kertas ini merupakan jenis standar cetak foto. Dengan jenis kertas yang mengkilap dan putih mampu menghasilkan cetakan yang cemerlang. Dapat digunakan untuk foto resolusi tinggi dan harga kertas yang relatif murah (standar cetak photo).


(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

   

6. Sticker Glossy Photo Paper

Sering kita menjumpai sticker yang menampilkan fotodengan warna dasar kertas putih dan mengkilap, jenis ini sangat cocok untuk keperluan pembuatan

sticker serta mampu mencetak foto beresolusi tinggi.

7. Inkjet Paper

Kertas ini kurang cocok untuk keperluan digital photo printing, jenis

kertas inkjet paper ini biasanya digunakan untuk keperluan grafis, seperti

mencetak sketsa gambar, proof arsitektur rumah, grafik bar, dan sebagainya. Kualitas kertasnya lebih bagus dari jenis HVS karena serapan pada tinta lebih bagus dan cepat kering.

8. Sublim Paper (Transfer Paper)

Kertas jenis ini bukan digunakan untuk mencetak foto sebagai pajangan dirumah, didompet atau untuk dibingkai tetapi kertas ini digunakan sebagai mediator (media perantara, transfer paper) gambar ke t-shirt (kaos). Jadi bila kita ingin sebuah gambar dipindahkannya ke t-shirt (kaos) maka gunakanlah jenis

Sublim Paper karena kertas ini mampu memindahkan tinta dengan maksimal ke

t-shirt.

9. Poster Lamination (poster laminasi)

Laminating dalam kertas poster menambah kedalaman dan detail untuk

image/gambar. Warnanya juga terlihat lebih bersemangat meningkatkan tampilan

dan gambar tampak lebih tajam. Di samping itu dengan poster ditambah laminasi, akan awet selama bertahun-tahun dan tidak luntur.


(37)

commit to user

BAB III

GAMELAN JAWA SEBAGAI SUMBER IDE

DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS

A. Implementasi Teoritis

Gamelan Jawa adalah satu set alat musik yang terdiri dari berbagai macam variasi bentuk dan ukuran, serta mempunyai bunyi yang berbeda-beda. Cara memainkannya pun ada bermacam-macam, namun kebanyakan di antaranya dipukul/ditabuh. Gamelan Jawa antara lain adalah gong, kempul, kenong, kethuk-kempyang, celempung, suling, kemanak, kendhang, rebab, saron, dan slenthem. Jika dimainkan secara bersamaan, senada dan selaras akan menghasilkan bunyi yang sangatlah indah dan merdu didengar. Karena setiap ketukannya akan menghasilkan suara beraneka ada yang melengking dan ada yang kedengarannya sangat mendentum. Permainan gamelan tersebut biasa disebut dengan karawitan.

Gamelan Jawa merupakan instrumen yang sangat digemari oleh orang-orang Jawa. Permainan Gamelan Jawa sangatlah populer dikalangan orang-orang Jawa, karena itu sudah menjadi tradisi turun temurun dari kakek nenek moyang jaman dahulu. Permainan gamelan Jawa mempunyai beberapa fungsi dalam kehidupan adat istiadat Jawa, misalnya saja acara hajatan atau peristiwa pernikahan, upacara keraton, khitanan, syukuran, serta hiburan masyarakat lainnya, seperti, hiburan seni, campur sari, pagelaran wayang kulit, dan ada juga permainan gamelan dipakai sebagai pengisi acara di gereja kristen Jawa, dan sebagainya. Permainan gamelan Jawa juga dapat dipadukan dengan berbagai instrumen modern, contohnya saja instrumen keyboard. Perpaduan keyboard dengan permainan gamelan Jawa menghasilkan karya yang populer disebut dengan musik campursari.


(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Maka dari itu setelah penulis merenung, mendengar, dan berfikir, terbesit sebuah keinginan untuk membuat sebuah karya seni yang berkaitan dengan instrumen gamelan. Gagasan penulis berasal dari instrumen gamelan yang mampu menghasilkan dentingan suara.

Dalam menciptakan karya seni, penulis memperoleh ide yang berasal dari hasil pengalaman dalam mendengarkan gamelan serta melihat bentuk gamelan yang menurut penulis sangat unik, kemudian melalui proses perenungan kemudian timbul gagasan/ide untuk menciptakan karya seni grafis Digital yang berupa karya Distorsi bertitik tolak dari bentuk gamelan Jawa dalam berbagai judul dan bersumber ide gamelan Jawa.

Sumber ide gamelan Jawa tersebut dapat menarik minat penulis untuk mengembangkan kreativitasnya. Dan dapat menjadi atau dijadikan sebagai pengamatan studi seninya. Pada akhirnya suatu ide menjadi pegangan tentang apa saja yang disampaikan. Atau diamanatkan oleh seniman melalui karya-karya seninya.

B. Implementasi Visual

1. Konsep Bentuk

Dalam proses pembuatan karya ini, penulis melakukan langkah-langkah eksplorasi untuk mengembangkan bentuk dasar instrumen gamelan Jawa dalam perwujudan karya cetak digital, komposisinya diolah dengan mempermainkan/ mengembangkan unsur-unsur garis, bidang, tekstur dan warna untuk mewujudkan gagasan penulis sehingga menghasilkan karya yang penuh variasi.


(39)

commit to user

Bentuk yang dibuat penulis merupakan kombinasi-kombinasi warna yang melapisi bentuk instrumen gamelan. Variasi warna sangat dominan bagi penciptaan karya visual ini, karakter instrumen gamelan akan terlihat dari warna-warna yang dihasilkan. Garis juga sangat dominan dalam pembuatan karya ini karena garis akan menonjolkan suatu bentuk yang terlihat tegas.

Konsep bentuk yang penulis buat menghasilkan karya yang tidak sama persis dengan bentuk aslinya, karena sudah adanya eksplorasi tadi. Terciptanya ide-ide kreatif tersebut dari melihat langsung instrumen gamelan, serta mendengarkan suaranya. Sehingga munculah ekspresi diri untuk mengembangkan bentuknya yang unik itu.

Pengubahan bentuk dalam karya ini sangat ditonjolkan oleh penulis, karena dengan mengubah dan mengembangkan wujud gamelan justru akan sekaligus menonjolkan karakter bentuk barunya.

Karya-karya penulis ini merupakan abstraksi dari bentuk instrumen musik gamelan Jawa. Abstraksi berasal dari kata abstrak. Abstrak adalah sifat pemahaman mengenai sebuah kualitas atau hubungan itu kurang lebih bersifat umum yang berada di luar data yang ada di depan kita. Pemahaman bersifat abstrak kalau tidak ada di depan kita. Pemahaman bersifat abstrak kalau tidak ada kaitan dengan intuisi inderawi. Penyajian-penyajian pemahaman bersifat abstrak kalau tidak ada kaitan dengan intuisi inderawi. Penyajian-penyaian pemahaman itu menghubungkan objek tanpa ciri-ciri individual.

Sedangkan abstraksi merupakan sebuah proses yang ditempuh pikiran untuk sampai pada konsep yang bersifat universal. Proses ini berangkat dari pengetahuan mengenai objek, individual yang bersifat spasiotemporal (ruang dan


(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

waktu). Pikiran melepaskan sifat individual dari objek dan bentuk konsep universal.

Proyek Tugas Akhir karya seni ini berupa karya dua dimensi yang bertitik tolak dari instrumen gamelan yang telah mengalami distorsi.

2. Proses penggarapan a. Medium

Penulis memilih menggunakan media komputer grafis karena untuk keperluan perancangan. Penggunaan komputer dijaman teknologi maju sekarang tidak dapat terlepas dari kehidupan sehari-hari.

Komputer grafis adalah suatu teknik pengolahan gambar dengan menggunakan software-software ditambah pengolahan gambar/rancangan seperti corel draw, adobe photoshop, freehand, dan lain sebagainya. Kebutuhan manusia akan perancangan telah terjawab dengan banyak pilihan software yang dapat digunakan untuk mewujudkan keinginan dalam penggarapan suatu karya.

Penulis menggunakan media digital dengan komputer sebagai alatnya, dikarenakan dalam menggunakan media ini, penulis merasa lebih tertantang dan juga dapat berekspresi tanpa batas, karena dengan menggunakan komputer semua pekerjaan yang tidak mungkin menjadi mungkin. Dalam program yang digunakan penulis, terdapat banyak tool yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang keinginan penulis, sehingga karya yang diharapkan dapat terselesaikan dengan baik. Tool adalah sekumpulan icon yang di dalamnya terdapat gambar yang berfungsi untuk membuat desain obyek, memberi warna obyek dan memanipulasi


(41)

commit to user

b. Teknik

Dalam seni grafis terdapat banyak teknik yang dapat digunakan dalam mewujudkan sebuah karya seni rupa. Namun kali ini penulis memilih sebuah teknik untuk mewujudkan karya-karya grafis yang diinginkan. Sebut saja digital printing teknik ini hampir 99% adalah memanfaatkan teknologi digital komputer. Tujuan penulis memilih teknik ini adalah agar dapat menampilkan seni grafis digital sesuai dengan yang diinginkan sebagai karya seni rupa.

Proses berkarya melalui teknik ini yaitu, diawali dengan membuat kerangka konsep tulisan mengenai karya yang ingin dibuat. Setelah konsep tersebut selesai tahap berikutnya adalah pencarian atau pengumpulan materi fitur image yang diinginkan sesuai dengan konsep, gambar atau image ini dapat diperoleh melalui jepretan kamera foto ataupun hasil pencarian melalui internet. Setelah semua materi didapatkan langkah selanjutnya adalah memasukkan image tersebut ke dalam perangkat komputer, setelah image/gambar ditransfer ke dalam komputer proses berikutnya adalah, pengolahan gambar dengan program grafis, kali ini penulis menggunakan perangkat lunak atau software adobe photoshop dan corel draw. Program ini dipilih karena perangkat lunak/software ini merupakan pengolah image atau gambar berbasis bitmap di mana tampilan bitmap ini terdiri dari titik-titik dan titik-titik ini mempunyai pixel tersendiri yang intensitas serta ketajamannya dapat diubah-ubah sesuai selera. Pada media dan teknik ini, Adobe

Photoshop adalah pilihan yang paling tepat untuk menciptakan karya grafis digital

melalui pengolahan image gambar. Karena begitu banyak tersedianya tool yang dapat membuat kreasi digital sesuai selera dan keinginan.


(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pengolahan dilakukan kembali ke dalam perangkat lunak Adobe Photoshop beberapa image/gambar yang telah disiapkan kemudian diolah kembali. Pengolahan ini menggunakan teknik penggabungan, kolase juga memainkan

blanding mode yang ada pada layar photoshop, serta pemberian warna,

pengaturan warna, juga pemberian efek-efek tertentu dengan menggunakan fasilitas filter yang tersedia.

3. Penyajian

Karya ini adalah karya seni rupa, yang mana tujuan dari karya ini adalah untuk keperluan kelengkapan tugas TA dan disertai keinginan/hasrat penulis untuk membuat karya, maka penyajian karya akan diberi pigura sesuai dengan ukuran karya masing-masing, karya ini rata-rata berukuran A2 seperti layaknya karya seni rupa dua dimensional.

Karya ini, penulis cetak ke atas kertas poster laminasi doff, yang memiliki karakteristik yang halus, tidak bertekstur, yang membuat kertas tidak bertekstur tersebut adalah laminasi doff dan laminasi doff tersebut supaya terlihat tidak membayang jika nanti akhirnya disajikan di dalam ruangan (in door).

Dan untuk penyajian akhir, masing-masing karya dibingkai dengan menggunakan pigura dengan ukuran 56cm x 76cm. Pigura yang dipakai meng-gunakan frame dengan warna kuning keemasan, yang mendukung keharmonisan dan kedinamisan sehingga karya menjadi lebih terlihat manis dan indah. Dalam penyajian akhir pigura ini akan diberi kaca, untuk mendukung penampilan karya. Kaca yang digunakan adalah kaca doff (non reflection), sehingga terlihat tidak mengkilap dari gangguan pantulan cahaya dan karya bisa terlihat lebih jelas.


(43)

commit to user

4. Deskripsi Karya

Karya No 1: Celempung Tak Berdawai

Gambar 14. Celempung Tak Berdawai

Terciptalah judul yang cocok untuk karya dua dimensi ini yaitu, Celempung Tak Berdawai. Karena dalam karya ini dawai Celempung terlihat maya/tidak nyata. Pembuatan dari karya ini, Celempung Tak Berdawai diawali dengan foto celempung yang diberi backgrond warna putih, yang kemudian ditumpuk dengan warna-warna cerah seperti biru, merah, kuning, pink, hijau, ser-ta orange. Eksplorasi warna dalam karya ini sangat ditonjolkan. Karena dengan mengeksplorasi warna-warna tersebut menghasilkan gambaran karya yang berkesan penuh warna. Tekstur kasar yang menyelimuti dalam karya ini, yang berupa garis-garis vertikal patah-patah yang merupakan garis geometris, namun dapat membentuk suatu garis miring. Karya ini mempunyai ukuran sebesar 42,5cmx60cm.


(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Karya No.2: Gender Remuk

Gambar 15.Gender Remuk

Gender Remuk, atau dalam bahasa Indonesia bisa disebut gender yang pecah atau rusak. Penulis tertarik mengambil judul ini karena, karya yang dihasilkan penulis terinspirasi dari suara-suara dari instrumen gender yang bergetar dan Gender Remuk melengking, yang memberi kesan gender itu sendiri rapuh karena suaranya. Pewarnaan dalam karya ini dibuat penulis dengan warna natural alami dari gender, yaitu kuning bambu namun agak ke emas, dan kayu dengan warna coklat sebagai penyangga resonator gender tersebut. Karya ini mempunyai ukuran sebesar 40,5cm x 59cm.

Karya No. 3: Rebab in Technic Colour II

Karya nomer 3 ini diberi judul oleh penulis Rebab in Technic Colour II, karena selanjutnya akan ada Rebab in Tech-nic Colour I juga. karya dua dimensional ini men-ceritakan tentang gam-baran bagaimana bentuk instrumen rebab, namun hanya diambil bidang yang sangat menarik dari rebab, yaitu tempurung-nya. Penulis sangat terta-

Gambar 16. Rebab in Technic Colour II rik karena tempurung tersebut sangat unik, lain daripada yang lain, dan karena suara yang dapat dihasilkan dari tempurung tersebut menciptakan imajinasi bagi penulis untuk mengubah tempurung yang sebenarnya warnanya hanya coklat dan datar, menjadi


(45)

berwarna-commit to user

warni dan terkesan meriah. Ukiran-ukiran di dalam tempurung aslinya ditambah dengan efek kasar menghasilkan garis tegas yang memunculkan bidang sehingga terbentuk bidang timbul yang menonjol keluar. Seakan-akan rebab itu hidup keluar dari backgroud. Ukuran karya ini sebesar 59cm x 41,5cm

Karya No.4: Rebab in Technic Colour I

Karya ke-4 ini, hampir sama dengan karya yang ketiga, karena bentuknya yang hampir mirip. Namun lebih sedikit berbeda karena dalam karya ini diberi efek blur dan membuat karya lebih terkesan seperti angin yang berputar. Penulis ber- imajinasi bahwa suara yang dihasilkan tem-purung itu juga serasa

Gambar 17. Rebab in Technic Colour I bagai angin yang dasyat. Karya dua dimensi ini menceritakan tentang bagaimana tempurung rebab yang telah didistorsi dan didominasi oleh warna-warna cerah, yang kemudian menghasilkan eksplorasi warna yang harmonis dan selaras. Warna hitam mem-beri efek gambar angin/asap supaya lebih terkesan lebih tegas dari warna angin/ asap. Karya ini berukuran 60cm x 42cm.

Karya No.5: Gong Ageng

Gambar 18. Gong Ageng

Gong Ageng atau biasa disebut dalam bahasa Indonesia gong besar. Gong ini dinamakan gong besar karena bentuknya paling besar di antara gong-gong lainnya. Setiap bentuk karya ini juga mengandung arti, antara lain, motif sulur yang menghiasi sekitar backgroud gong tersebut menggambarkan tentang bagaimana bunyi yang dihasilkan gong aslinya yang begitu menggelegar. Disini penulis mengambil backgroud warna hitam, karena dalam filosofi, warna hitam


(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menceritakan tentang pribadi yang keras. Warna hijau, melambangkan tentang jalan terus, contohnya saja dalam lampu traficlight, kalau hijau pasti kita akan jalan terus, layaknya gong dalam suatu permainan gamelan gong menjadi komando dalam permainan sebuah gendhing. Warna merah dalam karya ini, melambangkan tentang keberanian. Dan warna coklat merupakan kesederhanaan. Karya ini mempunyai ukuran sebesar 42cm x 60cm.

Karya No.6: Slenthem of Java

Gambar 19. Slenthem of Java

Slenthem of Java, disini penulis mengambil judul karya ini dengan

Slenthem of Java karena instrumen slenthem berasal dari Jawa. Bentuk slenthem

sangat unik, terdiri dari 7 bilah lempengan besi dan resonator yang dapat menghasilkan suara yang bermacam-macam pula. Maka dari itu penulis kemudian mendapatkan inspirasi dan menciptakan imajinasi yang berupa gambaran-gambaran suara melengking yang dihasilkan oleh slenthem tersebut jika dibunyikan. Penulis memilih background hitam dalam karya ini, supaya obyek lebih terlihat menonjol dan tidak mati dalam karya tersebut. Warna yang dibuat juga bervariasi, dari merah, biru, kuning, hijau pink, ungu, serta gradasi warnapun juga dimasukkan dalam karya ini. Sehingga tampak artistik dan bervariasi seperti halnya suara slenthem yang juga bervariasi dan tidak monoton. Karya ini berukuran 42cm x 60cm.

Karya No.7: Kendang Gila


(47)

commit to user

Karya ke-7 ini penulis namakan dengan Kendang Gila karena karya dua dimensi ini menceritakan tentang bagaimana dahsyatnya permainan kendang saat dimainkan, hingga suaranya yang menggetar jika dipukul. Hingar bingar dari ketukan suara yang dihasilkan oleh kendang membuat kendang terasa menjadi sebuah alat yang sangat meriah. Setiap ketukan-ketukannya menghasilkan bunyi yang selaras dan bervariasi. Bentuknya yang unik seperti tabung itu dan ukiran-ukiran yang ada disekitar tubuh kendang, membuat dirinya semakin menjadi sebuah alat yang pantas dijadikan obyek dalam pembuatan suatu karya. Disini warna yang ditampilkan lebih ke gelap karena karakteristik instrumen kendang sendiri terasa keras dan menghentak. Warna orange dan biru dalam karya ini hanya sebagai variasi saja seperti pulasan-pulasan kuas yang memperlihatkan kendang dalam kegelapan menjadi lebih terlihat jelas. Karya ini berukuran 42cmx60cm.

Karya No.8: Bonang BoncelGambar 21. Bonang Boncel

Karya ini dinamakan penulis Bonang Boncel, karena bentuknya yang kecil-kecil dan tertata rapi secara sejajar yang membentuk keselarasan, seperti juga menggambarkan suara bonang tersebut, yang selaras, serasi, dan seimbang jika didengar. Eksplorasi warnanya pun sangat berani dari warna background hitam yang kemudian ditutup dengan warna merah, biru, ungu, hijau, kuning, ungu dan putih. karya ini juga ditutup dengan efek-efek yang sekiranya membantu menunjukkan karakter dari bentuk bonang tersebut, yaitu walaupun bentuknya sama/hampir mirip, namun suara yang dihasilkan berbeda-beda/ bervariasi. Dalam karya ini juga menceritakan tentang bagaimana kebersamaan dalam kehidupan manusia, walaupun manusia diciptakan berbeda-beda baik ras, agama, golongan,


(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

gender dan sebagainya, namun jika disatukan akhirnya tujuannya juga akan sama, yaitu ke Tuhan Yang Maha Esa. Karya ini mempunyai ukuran 41,5cm x 59cm. Karya No.9: Tetes Kemanak

Gambar 22. Tetes Kemanak

Karya 2 dimensi dinamakan penulis dengan Tetes Kemanak karena bentuknya yang seperti gelombang-gelombang air yang berupa tetesan air dengan air, yang pertamanya hanya sekumpulan gelembung terpisah namun kemudian hampir mau menjadi 1 unit, seperti halnya kemanak saat dibunyikan. karya ini tercipta pertama dari sebuah foto instrumen kemanak, yang kemudian didistorsi dan menghasilkan berbagai macam bentuk. Karya dengan judul Tetes Kemanak ini dibuat penulis dengan warna black and white. Warna hitam sangat dominan, karena warna hitam melambangkan kekuatan baik bunyi dan alat dari kemanak. Karya ini mempunyai ukuran sebesar 42cm x 60cm.

Karya No.10: Kethuk-Kempyang

Gambar 23. Kethuk-Kempyang

Kethuk-kempyang merupakan satu kesatuan alat musik gamelan dimana 2 bentuk yang berbeda namun tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Alat ini sebenarnya 2, namun dijadikan 1 unit. Karya ini juga sangat unik dan menarik, karena, karya dua dimensi ini sangat berani dalam memainkan warnanya. Warna yang diekslpor begitu nyata dan terlihat sangat cerah. Dari warna merah yang berani namun kemudian ditumpuk dengan warna kuning yang


(49)

commit to user

memberi kesan tekstur kalem. Tekstur titik-titik karya ini membantu membentuk bentuk aslinya agar karakternya terlihat. Karya ini mempunyai ukuran besar 42,5cm x 60cm.


(50)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Seiring perkembangan jaman yang lebih modern instrumen gamelan saat ini mulai berkembang tak hanya di pedesaan namun di sekolah juga diajarkan pelajaran gamelan, yaitu permainanya sering disebut dengan karawitan. Gamelan Jawa terdiri dari gong, kenong, kethuk-kempyang, gender, celempung, saron, kemanak, slenthem, rebab dan seruling. Perpaduan bunyi instrumen gamelan tersebut jika dibunyikan/dimainkan akan menghasilkan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan. Warna-warna suara yang bervariasi dapat teratur dengan ketukan-ketukan yang dimainkan oleh permainan tersebut. Bunyinya lamban, namun terkesan nglaras dalam bahasa Jawanya. Membuat semua telinga tak mau henti-hentinya mendengarkan suara gamelan tersebut.

Gamelan merupakan alat-alat musik yang dapat mencerminkan ciri orang Jawa yang begitu kalem, sifat musik yang dihasilkannya sangat menenangkan dan mendayu-dayu jika didengar. Maka dari itu sudah menjadi tradisi saat ada acara-acara besar/hajatan orang nikah, sunatan, dan sebagainya, menggunakan instrumen tersebut.

Gamelan juga dapat melambangkan semangat kebersamaan antar sesama, karena permainan gamelan tidak hanya dimainkan oleh perorang saja, melainkan banyak orang. Dengan kebersamaan dalam memainkan gamelan tentunya akan menghasilkan suara yang selaras dan enak didengar.

Dari proses penulisan dan penciptaan karya ini, penulis tidak ragu untuk menjadikan gamelan sebagai tema dalam karya seni grafis. Penulis beranggapan


(51)

commit to user

bahwa dengan ide-ide dan kreatifitas, gamelan menjadi karya seni yang berbeda dari yang sudah ada. Dan gamelan merupakan bahan apresiasi dalam penciptaan karya seni grafis yang sangat unik. Melalui media seni grafis ini penulis ingin memvisualisasikan gamelan dengan teknik digital printing sebagai media ekspresinya.

Dengan teknik ini diharapkan penulis mampu berkarya secara maksimal, karena dengan media digital banyak tool yang dapat mengolah image sesuai selera dan keinginan yang dikehendaki. Dan hasil karya tersebut akan dapat dinikmati oleh penikmat seni agar dapat mengenal seni grafis lewat karya penulis ini.


(1)

commit to user

menceritakan tentang pribadi yang keras. Warna hijau, melambangkan tentang jalan terus, contohnya saja dalam lampu traficlight, kalau hijau pasti kita akan jalan terus, layaknya gong dalam suatu permainan gamelan gong menjadi komando dalam permainan sebuah gendhing. Warna merah dalam karya ini, melambangkan tentang keberanian. Dan warna coklat merupakan kesederhanaan. Karya ini mempunyai ukuran sebesar 42cm x 60cm.

Karya No.6: Slenthem of Java

Gambar 19. Slenthem of Java

Slenthem of Java, disini penulis mengambil judul karya ini dengan Slenthem of Java karena instrumen slenthem berasal dari Jawa. Bentuk slenthem sangat unik, terdiri dari 7 bilah lempengan besi dan resonator yang dapat menghasilkan suara yang bermacam-macam pula. Maka dari itu penulis kemudian mendapatkan inspirasi dan menciptakan imajinasi yang berupa gambaran-gambaran suara melengking yang dihasilkan oleh slenthem tersebut jika dibunyikan. Penulis memilih background hitam dalam karya ini, supaya obyek lebih terlihat menonjol dan tidak mati dalam karya tersebut. Warna yang dibuat juga bervariasi, dari merah, biru, kuning, hijau pink, ungu, serta gradasi warnapun juga dimasukkan dalam karya ini. Sehingga tampak artistik dan bervariasi seperti halnya suara slenthem yang juga bervariasi dan tidak monoton. Karya ini berukuran 42cm x 60cm.

Karya No.7: Kendang Gila


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Karya ke-7 ini penulis namakan dengan Kendang Gila karena karya dua dimensi ini menceritakan tentang bagaimana dahsyatnya permainan kendang saat dimainkan, hingga suaranya yang menggetar jika dipukul. Hingar bingar dari ketukan suara yang dihasilkan oleh kendang membuat kendang terasa menjadi sebuah alat yang sangat meriah. Setiap ketukan-ketukannya menghasilkan bunyi yang selaras dan bervariasi. Bentuknya yang unik seperti tabung itu dan ukiran-ukiran yang ada disekitar tubuh kendang, membuat dirinya semakin menjadi sebuah alat yang pantas dijadikan obyek dalam pembuatan suatu karya. Disini warna yang ditampilkan lebih ke gelap karena karakteristik instrumen kendang sendiri terasa keras dan menghentak. Warna orange dan biru dalam karya ini hanya sebagai variasi saja seperti pulasan-pulasan kuas yang memperlihatkan kendang dalam kegelapan menjadi lebih terlihat jelas. Karya ini berukuran 42cmx60cm.

Karya No.8: Bonang BoncelGambar 21. Bonang Boncel

Karya ini dinamakan penulis Bonang Boncel, karena bentuknya yang kecil-kecil dan tertata rapi secara sejajar yang membentuk keselarasan, seperti juga menggambarkan suara bonang tersebut, yang selaras, serasi, dan seimbang jika didengar. Eksplorasi warnanya pun sangat berani dari warna background hitam yang kemudian ditutup dengan warna merah, biru, ungu, hijau, kuning, ungu dan putih. karya ini juga ditutup dengan efek-efek yang sekiranya membantu menunjukkan karakter dari bentuk bonang tersebut, yaitu walaupun bentuknya sama/hampir mirip, namun suara yang dihasilkan berbeda-beda/ bervariasi. Dalam karya ini juga menceritakan tentang bagaimana kebersamaan dalam kehidupan manusia, walaupun manusia diciptakan berbeda-beda baik ras, agama, golongan,


(3)

commit to user

gender dan sebagainya, namun jika disatukan akhirnya tujuannya juga akan sama, yaitu ke Tuhan Yang Maha Esa. Karya ini mempunyai ukuran 41,5cm x 59cm. Karya No.9: Tetes Kemanak

Gambar 22. Tetes Kemanak

Karya 2 dimensi dinamakan penulis dengan Tetes Kemanak karena bentuknya yang seperti gelombang-gelombang air yang berupa tetesan air dengan air, yang pertamanya hanya sekumpulan gelembung terpisah namun kemudian hampir mau menjadi 1 unit, seperti halnya kemanak saat dibunyikan. karya ini tercipta pertama dari sebuah foto instrumen kemanak, yang kemudian didistorsi dan menghasilkan berbagai macam bentuk. Karya dengan judul Tetes Kemanak ini dibuat penulis dengan warna black and white. Warna hitam sangat dominan, karena warna hitam melambangkan kekuatan baik bunyi dan alat dari kemanak. Karya ini mempunyai ukuran sebesar 42cm x 60cm.

Karya No.10: Kethuk-Kempyang

Gambar 23. Kethuk-Kempyang

Kethuk-kempyang merupakan satu kesatuan alat musik gamelan dimana 2 bentuk yang berbeda namun tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Alat ini sebenarnya 2, namun dijadikan 1 unit. Karya ini juga sangat unik dan menarik, karena, karya dua dimensi ini sangat berani dalam memainkan warnanya. Warna yang diekslpor begitu nyata dan terlihat sangat cerah. Dari warna merah yang berani namun kemudian ditumpuk dengan warna kuning yang


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

memberi kesan tekstur kalem. Tekstur titik-titik karya ini membantu membentuk bentuk aslinya agar karakternya terlihat. Karya ini mempunyai ukuran besar 42,5cm x 60cm.


(5)

commit to user BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Seiring perkembangan jaman yang lebih modern instrumen gamelan saat ini mulai berkembang tak hanya di pedesaan namun di sekolah juga diajarkan pelajaran gamelan, yaitu permainanya sering disebut dengan karawitan. Gamelan Jawa terdiri dari gong, kenong, kethuk-kempyang, gender, celempung, saron, kemanak, slenthem, rebab dan seruling. Perpaduan bunyi instrumen gamelan tersebut jika dibunyikan/dimainkan akan menghasilkan keselarasan, keserasian, dan keseimbangan. Warna-warna suara yang bervariasi dapat teratur dengan ketukan-ketukan yang dimainkan oleh permainan tersebut. Bunyinya lamban, namun terkesan nglaras dalam bahasa Jawanya. Membuat semua telinga tak mau henti-hentinya mendengarkan suara gamelan tersebut.

Gamelan merupakan alat-alat musik yang dapat mencerminkan ciri orang Jawa yang begitu kalem, sifat musik yang dihasilkannya sangat menenangkan dan mendayu-dayu jika didengar. Maka dari itu sudah menjadi tradisi saat ada acara-acara besar/hajatan orang nikah, sunatan, dan sebagainya, menggunakan instrumen tersebut.

Gamelan juga dapat melambangkan semangat kebersamaan antar sesama, karena permainan gamelan tidak hanya dimainkan oleh perorang saja, melainkan banyak orang. Dengan kebersamaan dalam memainkan gamelan tentunya akan menghasilkan suara yang selaras dan enak didengar.

Dari proses penulisan dan penciptaan karya ini, penulis tidak ragu untuk menjadikan gamelan sebagai tema dalam karya seni grafis. Penulis beranggapan


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bahwa dengan ide-ide dan kreatifitas, gamelan menjadi karya seni yang berbeda dari yang sudah ada. Dan gamelan merupakan bahan apresiasi dalam penciptaan karya seni grafis yang sangat unik. Melalui media seni grafis ini penulis ingin memvisualisasikan gamelan dengan teknik digital printing sebagai media ekspresinya.

Dengan teknik ini diharapkan penulis mampu berkarya secara maksimal, karena dengan media digital banyak tool yang dapat mengolah image sesuai selera dan keinginan yang dikehendaki. Dan hasil karya tersebut akan dapat dinikmati oleh penikmat seni agar dapat mengenal seni grafis lewat karya penulis ini.