PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA PELAJARAN MUATAN LOKAL KRIYA BATIK DALAM UPAYA PENANAMAN NILAI KREATIVITAS SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 CIAMIS TAHUN PELAJARAN 2010-2011.
Aan Sukmana, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu i DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMAKASIH ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR BAGAN ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian ... 8
E. Asumsi Penelitian ... 9
F. Definisi Operasional ... 10
G. Variabel Penelitian ... 11
H. Metode Penelitian ... 12
I. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 12
J. Hasil Penelitian yang Relevan ... 13
K. Sistematika Penulisan ... 16
BAB II LANDASAN TEORITIS ... 18
A. Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) .... 18
1. Pengertian Model Pembelajaran ... 18
2. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual ... 20
(2)
Aan Sukmana, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ii
4. Azas-azas Pembelajaran Kontekstual ... 23
5. Peran Guru dan Siswa dalam CTL ... 29
6. Skenario Model Pembelajaran Kontekstual ... 31
B. Mata Pelajaran Muatan Lokal ... 36
1. Pengertian Muatan Lokal ... 36
2. Kurikulum Muatan Lokal ... 36
3. Prinsip Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal ... 37
4. Tujuan Penerapan Kurikulum Muatan Lokal ... 38
5. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Standar Kompetensi Lulusan, dan Silabus Mata Pelajaran Muatan Lokal Kriya Batik ... 38
C. Kriya Batik ... 43
1. Perkembangan Batik ... 43
2. Pengertian Batik ... 44
3. Proses Membuat Batik ... 45
4. Motif Batik ... 64
D. Nilai Kreativitas ... 70
1. Pengertian Nilai (Karakter) ... 70
2. Hakikat Nilai Kreativitas ... 71
3. Ciri-ciri Kreativitas ... 73
4. Pedoman Penilaian Proses dan Hasil Pembelajaran ... 75
5. Pengukuran dan Analisis Nilai Kreativitas ... 77
E. Research and Development (R&D) ... 83
1. Pengertian R&D ... 83
2. Langkah-langkah R&D ... 83
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 85
A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 85
B. Subjek Penelitian ... 86
C. Lokasi Penelitian ... 87
D. Instrumen Penelitian ... 87
(3)
Aan Sukmana, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu iii
1. Observasi ... 92
2. Interviu ... 92
3. Kuesioner ... 93
4. Analisis Dokumentasi ... 93
F. Teknik Analisis Data ... 94
1. Koding dan Kategorisasi ... 94
2. Reduksi Data ... 94
3. Penyajian Data ... 95
4. Kesimpulan dan Verifikasi ... 95
5. Pajangan (Display) ... 95
6. Validitas ... 96
G. Prosedur Penelitian dan Pengembangan ... 97
1. Studi Pendahuluan ... 97
2. Tahap Pengembangan ... 97
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 98
A. Data Hasil Studi Pendahuluan ... 98
1. Profil SMP Negeri 1 Ciamis ... 98
2. Standar Isi Kurikulum SMP Negeri 1 Ciamis ... 103
3. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Tahun Pelajaran 2010-2011 ... 4. Setting Kelas sebelum Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual .... 105
5. Data Hasil Observasi Proses Pembelajaran Semester 1 ... 106
6. Data Hasil Kuesioner Semester 1 ... 107
7. Sampel Data Produk Kriya Batik Semester 1 ... 108
8. Data Hasil Penilaian Produk Semester 1 ... 113
B. Hasil Penelitian dan Pengembangan dalam Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual pada Mata Pelajaran Muatan Lokal Kriya Batik ... 115
1. Analisis Hasil Pembelajaran Kontekstual pada Tahap Uji Coba Terbatas ... 115
(4)
Aan Sukmana, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu iv
2. Analisis Hasil Pembelajaran Kontekstual pada Tahap Uji Coba
Lebih Luas ... 147
C. Pembahasan Hasil Penelitian dan Pengembangan Model Pembelajaran Kontekstual pada Pelajaran Muatan Lokal Kriya Batik ... 194
1. Tahap Uji Coba dengan Sampel Terbatas ... 194
2. Tahap Uji Coba dengan Sampel Lebih Luas ... 201
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 208
A. Kesimpulan Hasil Penelitian ... 208
B. Rekomendasi ... 212
DAFTAR PUSTAKA ... 216
LAMPIRAN ... 219
(5)
Aan Sukmana, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu v
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tabel 2.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Muatan Lokal ... 33
2. Tabel 2.2 SK dan KD Pelajaran Muatan Lokal Kriya Batik ... 39
3. Tabel 2.3 Standar Kompetensi Lulusan Muatan Lokal Kriya Batik ... 40
4. Tabel 2.4 Silabus Muatan Lokal Kriya Batik ... 41
5. Tabel 2.3 Format Penilaian Produk Karya Seni Rupa ... 75
6. Tabel 2.5 Lembar Observasi Nilai Kreativitas Siswa ... 80
7. Tabel 2.6 Lembar Penilaian/Analisis Hasil Karya Siswa ... 81
8. Tabel 3.1 Pedoman Observasi ... 88
9. Tabel 3.2 Pedoman Kuesioner ... 89
10. Tabel 3.3 Pedoman Wawancara ... 90
11. Tabel 3.4 Panduan Penilaian dan Analisis Dokumentasi ... 91
12. Tabel 4.1 Data Siswa Kelas VIII RSBI ... 101
13. Tabel 4.2 Tenaga Pengajar Kelas RSBI ... 101
14. Tabel 4.3 Standar Isi Kurikulum ... 103
15. Tabel 4.4 Kriteria Ketuntasan Minimal ... 104
16. Tabel 4.5 Data Hasil Observasi Siswa Kelas VIII A dan B Semester 1 .... 106
17. Tabel 4.6 Data Hasil Kuesioner Siswa Kelas VIII A Semester 1 ... 107
18. Tabel 4.7 Data Hasil Kuesioner Siswa Kelas VIII B Semester 1 ... 107
19. Tabel 4.8 Data Hasil Produk Batik Karya Aneu VIII A Semester 1 ... 108
20. Tabel 4.9 Data Hasil Produk Batik Karya Ari VIII A Semester 1 ... 109
21. Tabel 4.10 Data Hasil Produk Batik Karya Arif VIII A Semester 1 ... 110
(6)
Aan Sukmana, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu vi
23. Tabel 4.12 Data Hasil Produk Batik Karya Ganda VIII A Semester 1 ... 112
24. Tabel 4.13 Data Penilaian Hasil Produk Kriya Batik Semester 1 ... 113
25. Tabel 4.14 Pedoman Penilaian Proses Uji Coba Terbatas ... 131
26. Tabel 4.15 Pedoman Penilaian Produk Uji Coba Terbatas ... 131
27. Tabel 4.16 Sampel Penelitian dalam Uji Coba Terbatas ... 133
28. Tabel 4.17 Jadwal Penelitian dalam Uji Coba Terbatas ... 134
29. Tabel 4.18 Data Hasil Observasi Siswa Kelas VIII A dan VIII B ... 137
30. Tabel 4.19 Data Hasil Kuesioner Siswa Kelas VIII A dan VIII B ... 138
31. Tabel 4.20 Data Hasil Wawancara Siswa Kelas VIII A dan VIII B ... 139
32. Tabel 4.21 Data Produk Kriya Batik Karya Kelompok I Kelas VIII A ... 140
33. Tabel 4.22 Data Produk Kriya Batik Karya Kelompok II Kelas VIII A ... 141
34. Tabel 4.23 Data Produk Kriya Batik Karya Kelompok IV Kelas VIII A ... 142
35. Tabel 4.24 Data Produk Kriya Batik Karya Kelompok III Kelas VIII B ... 143
36. Tabel 4.25 Data Produk Kriya Batik Karya Kelompok IV Kelas VIII B ... 144
37. Tabel 4.26 Data Nilai Produk Kriya Batik Semester 2 ... 145
38. Tabel 4.27 Perbandingan Kreativitas Siswa ... 145
39. Tabel 4.28 Revisi Indikator ... 146
40. Tabel 4.29 Pedoman Penilaian Proses Uji Coba Lebih Luas ... 161
41. Tabel 4.30 Pedoman Penilaian Produk Uji Coba Lebih Luas ... 162
42. Tabel 4.31 Sampel Penelitian dalam Uji Coba Lebih Luas ... 162
43. Tabel 4.32 Jadwal Penelitian dalam Uji Coba Lebih Luas ... 163
44. Tabel 4.33 Data Hasil Observasi Siswa Kelas VIII C, D, E, dan F ... 169
45. Tabel 4.34 Data Hasil Wawancara Siswa Kelas VIII C, D, E, dan F ... 170
46. Tabel 4.35 Data Produk Kriya Batik Karya Kelompok I Kelas VIII C ... 171
47. Tabel 4.36 Data Produk Kriya Batik Karya Kelompok II Kelas VIII C ... 172
48. Tabel 4.37 Data Produk Kriya Batik Karya Kelompok III Kelas VIII C ... 173
49. Tabel 4.38 Data Produk Kriya Batik Karya Kelompok IV Kelas VIII C ... 174
50. Tabel 4.39 Data Hasil Penilaian Kriya Batik Kelas VIII C ... 175
51. Tabel 4.40 Perbandingan Kreativitas Siswa Tahap Uji Coba Terbatas dan Uji Coba Lebih Luas ... 175
(7)
Aan Sukmana, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu vii
52. Tabel 4.41 Revisi Kegiatan Pembelajaran ... 176
53. Tabel 4.42 Pedoman Penilaian Proses ... 190
54. Tabel 4.43 Pedoman Penilaian Produk ... 191
55. Tabel 4.44 Rekapitulasi Data Hasil Observasi Siswa Kelas VIII A dan B ... 196
56. Tabel 4.45 Rekapitulasi Data Hasil Kuesioner Siswa Kelas VIII A dan B… 197 57. Tabel 4.46 Rekapitulasi Data Hasil Wawancara Siswa Kelas VIII A dan B 198 58. Tabel 4.47 Rekapitulasi Data Nilai Produk Kriya Batik Semester 2 ... 199
59. Tabel 4.48 Perbandingan Kreativitas Siswa dari Hasil Pembelajaran ... 200
60. Tabel 4.49 Data Hasil Observasi Tahap Uji Coba Lebih Luas ... 203
61. Tabel 4.50 Data Hasil Kuesioner pada Tahap Uji Coba Lebih Luas ... 203
62. Tabel 4.51 Perbandingan Data Hasil Wawancara Tahap Uji Coba Terbatas dan Tahap Uji Coba Lebih Luas ... 204
63. Tabel 4.52 Data Hasil Penilaian Produk Kriya Batik Kelas VIII A dan B Pada Tahap Uji Coba Terbatas ... 206
64. Tabel 4.53 Perbandingan Kreativitas Siswa pada Tahap Uji Coba Terbatas dan Tahap Uji Coba Lebih Luas ... 207
(8)
Aan Sukmana, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu viii
DAFTAR BAGAN
Halaman 1. Bagan 1.1 Pemetaan Latar Belakang Penelitian ... 6 2. Bagan 2.1 Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal ... 37 3. Bagan 2.2 Keterkaitan Komponen Moral dalam Pembentukan Karakter ... 78 4. Bagan 3.1 Prosedur Penelitian dan Pengembangan ... 86
(9)
Aan Sukmana, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Gambar 2.1 Kain Mori Sebagai Bahan Batik ... 46
2. Gambar 2.2 Lilin Batik (Malam) ... 47
3. Gambar 2.3 Pewarna Naftol ... 48
4. Gambar 2.4 Canting Klowong ... 49
5. Gambar 2.5 Canting Cap Motif Parang ... 60
6. Gambar 2.6 Canting Cap Motif Lereng ... 60
7. Gambar 2.7 Wajan dan Kompor ... 51
8. Gambar 2.8 Gawangan ... 52
9. Gambar 2.9 Bak Pewarnaan ... 54
10. Gambar 2.10 Proses Membatik dengan Teknik Tulis ... 58
11. Gambar 2.11 Proses Membatik Klowong ... 59
12. Gambar 2.12 Proses Membatik Isen-Isen ... 60
13. Gambar 2.13 Proses Pembatikan dengan Canting Cap ... 61
14. Gambar 2.14 Batik Parang Rusak Barong ... 65
15. Gambar 2.15 Batik Sido Mukti ... 65
16. Gambar 2.16 Batik Kawung ... 65
(10)
Aan Sukmana, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu x
18. Gambar 2.18 Batik Truntum ... 66
19. Gambar 2.19 Kegiatan MGMP Seni Budaya dan Muatan Lokal ... 79
20. Gambar 2.20 Anggota MGMP dalam Kegiatan Rapat ... 79
21. Gambar 4.1 Proses Pembelajaran pada Semester 1 ... 105
22. Gambar 4.2 Kondisi Kelas dalam Pembelajaran pada Semester 1 ... 105
23. Gambar 4.3 Batik Motif Bunga Raflesia Karya Aneu ... 108
24. Gambar 4.4 Batik Motif Ceplok Karya Ari Nugraha ... 109
25. Gambar 4.5 Batik Motif Burung Hantu Karya Arif ... 110
26. Gambar 4.6 Batik Motif Burung Hantu Karya Deunika ... 111
27. Gambar 4.7 Batik Motif Cicak Karya Gandi ... 112
28. Gambar 4.8 Kegiatan Pembelajaran Menggambar Desain Motif Batik ... 135
29. Gambar 4.9 Proses Menggambar Desain Motif Batik ... 135
30. Gambar 4.10 Proses Finishing Pengecapan Batik ... 135
31. Gambar 4.11 Proses Pencelupan Warna ... 136
32. Gambar 4.12 Proses Pelorodan Malam ... 136
33. Gambar 4.13 Proses Pembilasan Kain setelah Pelorodan Malam ... 136
34. Gambar 4.14 Batik Motif Planet Karya Kelompok I ... 140
35. Gambar 4.15 Batik Motif “Love” Karya Kelompok II ... 141
36. Gambar 4.16 Batik Motif Planet Karya Kelompok IV ... 142
37. Gambar 4.17 Batik Motif Bunga Seroja Karya Kelompok III ... 143
38. Gambar 4.18 Batik Motif Planet Karya Kelompok IV ... 144
39. Gambar 4.19 Kegiatan Diskusi Perencanaan Desain Motif Batik ... 164
40. Gambar 4.20 Kegiatan Pembuatan Desain Motif Batik ... 164
41. Gambar 4.21 Desain Motif Batik Karya Kelompok I Kelas VIII C ... 164
42. Gambar 4.22 Penulisan Malam dengan Teknik Kuas ... 165
43. Gambar 4.23 Penulisan Malam dengan Teknik Cap dan Tulis ... 165
44. Gambar 4.24 Kain Batik Sudah Selesai Diberi Motif dengan Malam ... 165
45. Gambar 4.25 Proses Pewarnaan Indigo dengan Teknik Celup ... 166
46. Gambar 4.26 Proses Pewarnaan Indigo dengan Penyinaran Matahari ... 166
(11)
Aan Sukmana, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xi
48. Gambar 4.28 Batik Syal Dalam Pewarnaan yang Kedua ... 167
49. Gambar 4.29 Proses Pelorodan dengan Cara Direbus ... 167
50. Gambar 4.30 Proses Finishing dari Kegiatan Pelorodan Malam ... 167
51. Gambar 4.31 Kelompok Pembuat Batik Syal ... 168
52. Gambar 4.32 Kriya Batik Berbentuk Syal ... 168
53. Gambar 4.33 Kelompok Pembatik SMPN 1 Ciamis ... 168
54. Gambar 4.34 Batik Syal Motif Bunga Karya Kelompok I ... 171
55. Gambar 4.35 Batik Motif “Raflesia” Karya Kelompok II ... 172
56. Gambar 4.36 Batik Motif Situ Lengkong Karya Kelompok III ... 173
57. Gambar 4.37 Batik Motif Ciamis Manis Karya Kelompok IV ... 174
58. Gambar 4.38 Bimbingan Individu Teknik Menulis dengan Canting ... 177
54. Gambar 4.39 Bimbingan Kelompok Teknik Menulis dengan Canting ... 177
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Lampiran 1 Kriya Batik Karya Siswa Kelas VIII A dan Semester 1 ... 219
2. Lampiran 2 Kriya Batik Karya Siswa Kelas VIII A dan Semester 2 ... 227
3. Lampiran 3 Proses Membuat Batik dalam Kegiatan Ekstrakurikuler... 231
4. Lampiran 4 Hasil Observasi Kelas VIII A Semester 1 ... 233
5. Lampiran 5 Hasil Observasi Kelas VIII B Semester 1 ... 234
6. Lampiran 6 Hasil Observasi Kelas VIII A Semester 2 ... 235
7. Lampiran 7 Hasil Observasi Kelas VIII B Semester 2 ... 236
8. Lampiran 8 Hasil Observasi Kelas VIII C Semester 2 ... 237
9. Lampiran 9 Hasil Observasi Kelas VIII D Semester 2 ... 238
10. Lampiran 10 Hasil Observasi Kelas VIII E Semester 2 ... 239
11. Lampiran 11 Hasil Observasi Kelas VIII F Semester 2 ... 240
12. Lampiran 12 Hasil Kuesioner Tanggapan Siswa Kelas VIII A Semester 1 . 241 13. Lampiran 13 Hasil Kuesioner Tanggapan Siswa Kelas VIII B Semester 1.. 242 14. Lampiran 14 Hasil Kuesioner Tanggapan Siswa Kelas VIII A Semester 2 . 243
(12)
Aan Sukmana, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xii
15. Lampiran 15 Hasil Kuesioner Tanggapan Siswa Kelas VIII B Semester 2.. 244 16. Lampiran 16 Hasil Kuesioner Tanggapan Siswa Kelas VIII C Semester 2.. 245 17. Lampiran 17 Hasil Wawancara 1 ... 246 18. Lampiran 18 Hasil Wawancara 2 ... 250
(13)
Aan Sukmana, 2011
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Upaya pemerintah dalam memperbaiki kondisi pendidikan di Indonesia antara lain dilakukan melalui pembaharuan kurikulum. Pembaharuan tersebut antara lain dari Kurikulum 1994 menjadi Kurikulum 2004 dengan paradigma utamanya yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), revisi Kurikulum 2006 yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan pengembangan KTSP tahun 2010 dengan menitikberatkan pada penanaman nilai (karakter) kepada siswa. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan (Depdikdas, 2007: 1).
Pada awalnya kebijakan pemerintah di atas, merupakan fenomena bagi guru muatan lokal di SMP. Fenomena tersebut di antaranya bahwa sejak bergulirnya KTSP, beberapa SMP di Kabupaten Ciamis tidak mencantumkan muatan lokal pada Struktur Kurikulum karena tidak ada standar isi tentang pelajaran tersebut. Padahal menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), ciri khas KTSP yaitu adanya muatan lokal yang disusun berdasarkan potensi, kebutuhan, dan budaya lokal masing-masing sekolah yang berbeda. Hal tersebut sebenarnya merupakan peluang dan motivasi bagi lembaga pendidikan termasuk di dalamnya guru, untuk menyusun Standar Isi Kurikulum Muatan Lokal.
Pembaharuan Kurikulum secara mendasar diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah besar dalam pendidikan yang dialami di Indonesia, khususnya di Kabupaten Ciamis. Masalah-masalah tersebut antara lain tentang masih rendahnya
(14)
Aan Sukmana, 2011
mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya perolehan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang dicapai oleh siswa. Pendekatan dalam pembelajaran masih didominasi oleh peran guru (teacher centered) yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik. Pendidikan kita kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh) dan kurang memperhatikan ketuntasan belajar (mastery learning) secara individual. Selama ini pembelajaran lebih bersifat ceramah artinya guru berfungsi sebagai sumber informasi, sementara siswa hanya ditempatkan sebagai objek pasif yang menerima informasi searah dari guru, sehingga potensi dan kemampuan mereka belum sepenuhnya tergali.
Dalam perubahan dan pembaharuan paradigma pendidikan di atas diperlukan adanya pola pikir pada guru. Guru harus mampu mengembangkan KTSP dalam menentukan standar isi untuk mata pelajaran muatan lokal. Dalam pengelolaan kelas dan pelaksanaan proses pembelajaran, guru dituntut lebih kreatif dan inovatif untuk menumbuhkan motivasi belajar dan meningkatkan mutu layanan pendidikan. Model pembelajaran yang digunakan hendaknya bervariasi untuk menghindari kejenuhan pada siswa. Guru harus mampu memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang dapat memberikan kebebasan untuk mengembangkan bakat dan kompetensi siswa dalam berkarya. Kegiatan yang paling efektif untuk mewujudkan hal tersebut antara lain melalui forum MGMP. (Depdiknas, 2006: 6).
Salah satu peluang dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang mampu mewujudkan kondisi ideal tersebut, adalah dengan penerapan model
(15)
Aan Sukmana, 2011
pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Pengertian pembelajaran kontekstual (CTL) tersebut, diuraikan sebagai berikut:
CTL Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Depdiknas, 2006:4).
Berdasarkan pengertian tersebut, CTL merupakan konsep belajar di mana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas guna mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit dan dari proses mengkonstruksi sendiri sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat. Belajar akan lebih bermakna jika peserta didik akan mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan menghapalnya. Dalam kelas kontekstual, tugas guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi, karena tugas guru dalam mengelola kelas bagaikan sebuah tim yang saling bekerjasama.
Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual memiliki karakteristik yang berbeda dengan pembelajaran yang menggunakan model lain. Dalam pembelajaran kontekstual ada kerjasama antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru sebagai fasilitator dan motivator. Karakteristik yang kedua yaitu terciptanya pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan sehingga siswa lebih bergairah dalam belajar.
Penerapan CTL ini dianggap tepat untuk pembelajaran pada mata pelajaran muatan lokal Kriya Batik. Dari karakteristik tersebut akan lebih mudah
(16)
Aan Sukmana, 2011
proses penanaman nilai kreativitas siswa dalam berkarya seni. Kreativitas artinya “siswa mampu memunculkan ide yang orisinal, semangat, berpikir kritis dan berani (rasa ingin tahu dan ingin mencoba), serta mampu menghasilkan karya yang inovatif atau karya baru” (Rusman, 2010: 323).
Pengembangan KTSP mengacu pada SI, SKL dan berpedoman pada prinsip-prinsip penyusunan kurikulum dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Pengembangan KTSP, memperhatikan pula pertimbangan komite sekolah. Adapun prinsip-prinsip pengembangan KTSP adalah sebagai berikut:
(1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya; (2 ) beragam dan terpadu. Beragam artinya KTSP disusun sesuai dengan karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender. Terpadu artinya ada keterkaitan antara muatan wajib, muatan lokal, dan pengembangan diri dalam KTSP… (Depdiknas, 2007: 2). Sesuai dengan kekhasan, keunggulan, dan kebutuhan lokal Kabupaten Ciamis, peneliti menyusun SI serta mengembangkan SK dan KD pelajaran muatan lokal Kriya Batik melalui MGMP. Penyusunan SI muatan lokal Kriya Batik, mengacu kepada SK dan KD pelajaran Seni Budaya, yang berbasis keunggulan lokal dan global dalam tatanan Sekolah Bertaraf Internasional.
Dari pengalaman mengajar dalam studi pendahuluan, ditemukan gejala atau kendala-kendala dalam melaksanakan kurikulum muatan lokal serta upaya menumbuhkan motivasi belajar dan kreativitas pada siswa. Hal tersebut, salah satu penyebabnya adalah dampak negatif dari kegiatan pembelajaran berdasarkan urutan SK dalam SI pelajaran muatan lokal Kriya Batik yang mengacu pada urutan Standar Kompetensi mata pelajaran Seni Budaya pada KTSP. Adapun urutan SK dalam pelajaran tersebut adalah: (1) Mengapresiasi Kriya Batik, dan (2)
(17)
Aan Sukmana, 2011
Berkreasi Kriya Batik. Siswa nampaknya kurang senang menerima pengetahuan, pemahaman, serta apresiasi pada tahap awal dalam kegiatan pembelajaran, sehingga kurang termotivasi, kurang aktif dan kreatif, serta kurang berani dalam berkreasi seni karena sudah didahului secara teoritis aturan-aturan dalam membuat kriya batik. Pembelajaran yang demikian kurang menyenangkan bagi siswa. Data-data tersebut diperoleh dalam kegiatan pembelajaran pada semester satu tahun pelajaran 2010/2011.
Berdasarkan pemikiran di atas, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian pada proses pembelajaran muatan lokal Kriya Batik dalam meningkatkan penanaman nilai kreativitas siswa melalui pengembangan model pembelajaran kontekstual serta menerapkan metode R&D. Adapun judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah ”Pengembangan Model Pembelajaran Kontekstual pada Pelajaran Muatan Lokal Kriya Batik dalam Upaya Penanaman Nilai Kreativitas Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Ciamis Tahun Pelajaran 2010-2011”.
Secara garis besar latar belakang dalam penelitian ini, peneliti mencoba memetakan alur latar belakang permasalahan sampai ditetapkannya judul penelitian yang dapat dilihat pada Bagan 1.1 sebagai berikut.
(18)
Aan Sukmana, 2011
BAGAN 1.1
PEMETAAN LATAR BELAKANG PENELITIAN
ANALISIS SWOT PENYUSUNAN PEMILIHAN LATAR BELAKANG JUDUL
Sumber:
Depdiknas (2007)
http://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_SWOT
STRENGTHS
(KEKUATAN) Kebijakan
Pemerintah Dukungan Intansi MGMP
WEAKNESS
(KELEMAHAN) Kurikulum Metode Model Pembelajaran Guru
Siswa
Materi Pelajaran Sarana
OPPORTUNITIES
(PELUANG) Penyusunan Kurikulum Mulok Penerapan CTL,
PAKEM dan R&D
THREATS
(ANCAMAN / TANTANGAN) Penurunan NilaiKretaivitas PE NG EMB AN GA N M OD EL PEMB ELA JARAN K ON TEK S TUA L DA LAM P ELA JARAN MU ATA N LO KA L KRI YA B AT IK DA LAM U P AY A PENA NA MAN NI LAI KREAT IV IT AS S ISW A K ELA S VI II SMP NEG
ERI 1 CIA
MIS TAH UN P ELA JARAN 2010 -201 1 GEJALA-GEJALA/ FENOMENA :
Tidak ada Kurikulum Mulok Pembelajaran konvensional Perlu peningkatan kompetensi
guru
Kurang motivasi belajar (tidak sesuai dengan PAKEM)
Nilai di bawah KKM Peralatan dan bahan ajar
kurang efektif
KEUNTUNGAN :
Kurikulum Mulok Kriya Batik
Ditemukannya model CTL yang relevan
(19)
Aan Sukmana, 2011
B. IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH
Dari permasalahan yang diuraikan pada latar belakang, dapat diidentifikasi permasalahan yang sangat penting untuk dicari solusinya. Adapun masalah-masalah tersebut antara lain: (1) pendekatan dalam pembelajaran masih banyak didominasi oleh peran guru (teacher centered); (2) pendidikan kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik; (3) pembelajaran belum sesuai dengan apa yang diharapkan dalam PAKEM, yaitu pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan; serta (4) hasil pembelajaran masih banyak di bawah KKM.
Dalam upaya memfokuskan permasalahan tersebut, peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut:
1. Bagaimana skenario model pembelajaran kontekstual pada pelajaran muatan lokal Kriya Batik yang dapat menanamkan nilai kreativitas siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Ciamis, tahun pelajaran 2010-2011?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran kontekstual pada pelajaran muatan lokal Kriya Batik yang dapat menanamkan nilai kreativitas siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Ciamis, tahun pelajaran 2010-2011?
3. Bagaimana hasil pembelajaran kontekstual pada pelajaran muatan lokal Kriya Batik kelas VIII di SMP Negeri 1 Ciamis, tahun pelajaran 2010-2011?
C. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan masalah yang diteliti, tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
(20)
Aan Sukmana, 2011
1. Untuk menemukembangkan desain model pembelajaran kontekstual pada pelajaran muatan lokal Kriya Batik kelas VIII di SMP Negeri 1 Ciamis.
2. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran kontekstual pada pelajaran muatan lokal Kriya Batik kelas VIII di SMP Negeri 1 Ciamis.
3. Untuk mengetahui hasil pembelajaran kontekstual pada pelajaran muatan lokal Kriya Batik kelas VIII di SMP Negeri 1 Ciamis.
D. SIGNIFIKANSI DAN MANFAAT PENELITIAN
Fokus permasalahan yang signifikan dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kontekstual pada pelajaran muatan lokal Kriya Batik. Penelitian ini dilaksanakan dengan harapan akan memberikan manfaat bagi semua stake holder pendidikan. Namun secara spesifik baik langsung atau pun tidak, penelitian ini akan lebih memberikan manfaat bagi pihak-pihak tertentu. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau masukan kepada guru mata pelajaran muatan lokal, kepala sekolah, dan masyarakat. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut.
1. Manfaat bagi Guru Mata Pelajaran Muatan Lokal
Bagi guru mata pelajaran muatan lokal khususnya Kriya Batik, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penyempurnaan dalam proses pembelajaran, sehingga dapat menerapkan model pembelajaran kontekstual dalam pelajaran muatan lokal yang dikembangkan di sekolah masing-masing.
(21)
Aan Sukmana, 2011
2. Manfaat bagi Kepala Sekolah
Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan dan bahan masukan dalam rangka perbaikan penyelenggaraan kurikulum muatan lokal Kriya Batik di SMP Negeri 1 Ciamis.
3. Manfaat bagi Masyarakat
Bagi masyarakat, komite sekolah, dan dunia kerja, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar dalam mengembangkan program serta dalam melakukan pengawasan terhadap pengelolaan pendidikan khususnya muatan lokal di sekolah. Upaya tersebut bertujuan agar dapat lebih meningkatkan motivasi belajar pada siswa sebagai sumber daya yang dibutuhkan oleh masyarakat.
E. ASUMSI PENELITIAN
Salah satu model pembelajaran yang relevan diterapkan dalam mata pelajaran muatan lokal Kriya Batik, adalah model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang lebih akrab dikenal dengan istilah CTL. Asumsi peneliti terhadap penerapan model pembelajaran tersebut adalah dengan banyaknya peluang untuk menumbuhkan motivasi dan kreativitas belajar bagi siswa. Apalagi CTL memiliki relevansi dengan model pembelajaran PAKEM yang di dalamnya memiliki sasaran dalam pengembangan nilai aktivitas dan kreativitas siswa. Peneliti beranggapan positif, melalui penerapan model pembelajaran kontekstual akan dengan mudah menumbuhkan motivasi belajar dan menanamkan nilai kreativitas kepada siswa.
(22)
Aan Sukmana, 2011
F. DEFINISI OPERASIONAL
Dari judul penelitian ini terdapat beberapa istilah yang perlu didefinisikan agar tidak menimbulkan salah penafsiran bagi pembaca. Adapun istilah yang peneliti definisikan adalah sebagai berikut.
1. Pengertian Pengembangan
Arti pengembangan yang dimaksud dalam judul penelitian tersebut, yakni upaya perubahan kearah yang lebih maju tentang model pembelajaran kontekstual. Pengembangan yang dilakukan peneliti berkaitan dengan azas-azas/konsep dan skenario model pembelajaran kontekstual, dalam upaya penanaman nilain kreativitas yang difokuskan dalam pembelajaran muatan lokal Kriya Batik.
2. Model Pembelajaran Kontekstual
Pengertian model yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenis pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran. Sedangkan pengertian pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
3. Muatan Lokal
Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk
(23)
Aan Sukmana, 2011
keunggulan dan kebutuhan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi mata pelajaran muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan.
4. Kriya Batik
Kriya batik merupakan seni kerajinan yang dikerjakan dengan teknik rekalatar yang menggunakan perintang warna sejenis lilin yang dikenal dengan nama malam. Pelapisan bahan perintang di atas permukaan kain ini diatur sehingga menghasilkan bentuk motif yang diinginkan.
5. Nilai Kreativitas
Nilai kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata dan relatif berbeda dengan karya sebelumnya. Kaitannya dengan judul penelitian, penanaman nilai kreativitas maksudnya merupakan upaya pembentukan nilai melalui pembelajaran kontekstual, agar dapat melahirkan siswa yang kreatif. Siswa dianggap kreatif apabila memiliki kemampuan dalam pemahaman, sensitivitas, kreasi dan apresiasi, melebihi dari seseorang yang tergolong intelegen.
G. VARIABEL PENELITIAN
Variabel atau objek dalam penelitian ini adalah pengembangan model pembelajaran kontekstual dalam pelajaran muatan lokal Kriya Batik. Berdasarkan objek penelitian tersebut terdapat dua jenis variabel, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Berdasarkan penjelasan Arikunto (1997: 101) variabel bebas merupakan variabel yang dapat mempengaruhi objek penelitian lainnya (variabel
(24)
Aan Sukmana, 2011
sebab). Sedangkan variabel terikat adalah variabel akibat, karena adanya pengaruh dari variabel bebas. Dari penjelasan kedua jenis variabel, penerapan model pembelajaran kontekstual merupakan variabel bebas, sedangkan penanaman nilai kreativitas merupakan variabel terikat. Kaitannya dengan penelitian ini, variabel bebas yaitu model pembelajaran kontekstual merupakan produk yang akan diujicobakan dalam kegiatan penelitian dan pengembangan.
H. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan adaptasi dari metode Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D) yaitu metode penelitian dengan mengembangkan suatu produk yang sudah ada. Kaitannya dengan kegiatan penelitian ini, produk yang dimaksud adalah „model pembelajaran kontekstual‟ dalam proses pembelajaran muatan lokal Kriya Batik. Adapun pertanyaan dalam penelitian ini meliputi skenario pembelajaran, proses pembelajaran, dan hasil pembelajaran dengan mengembangkan model pembelajaran kontekstual pada pelajaran muatan lokal Kriya Batik. Dalam kegiatan pengumpulan data, penulis menggunakan teknik observasi partisipasi, wawancara, kuesioner, dan analisis dokumentasi. Data-data tersebut dianalisis melalui langkah-langkah: koding, kategorisasi, reduksi data, penyajian data, kesimpulan dan verifikasi, pajangan, serta validitas.
I. LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Ciamis Jalan Jenderal Sudirman No.6 Ciamis yang berstatus RSBI. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII sebanyak 152 siswa. Dalam metode R&D pemilihan sampel
(25)
Aan Sukmana, 2011
dilakukan secara random atau acak dalam dua tahapan. Tahapan pertama menggunakan sampel terbatas yakni dua kelas (kelas VIII A dan VIII B) sebanyak 52 siswa dan tahapan kedua menggunakan sampel lebih luas yakni empat kelas (kelas VIII C, VIII D, VIII E, dan VIII F) sebanyak 100 siswa.
J. PENELITIAN YANG RELEVAN
Hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukan bahwa masih perlunya dilakukan berbagai penelitian terhadap implementasi muatan lokal. Hasil-hasil penelitian tersebut antara lain:
Rudi (2008) dalam penelitiannya dengan judul “Relevansi Potensi dan Kebutuhan Daerah dengan Kurikulum Muatan Lokal”. Dalam penelitiannya, Rudi memberikan simpulan sebagai berikut:
1. Relevansi potensi daerah dengan kurikulum muatan lokal yang diselenggarakan pada sekolah menengah di Kabupaten Wakatobi dapat dilihat dari adanya kesesuaian antara potensi yang dimiliki oleh daerah khususnya pada sektor kelautan dan perikanan, serta sektor pertanian dan perkebunan dengan muatan lokal kelautan yang diterapkan pada SMA 1 Wangi-Wangi; muatan lokal kelautan dan perkebunan yang diterapkan pada SMA Tomia, serta muatan lokal pertanian yang diterapkan pada SMA 2 Wangi-Wangi. Relevansi atau keterkaitan antara potensi daerah meliputi relevansi dengan tujuan, maupun materi atau bahan ajar muatan lokal. Namun demikian, keterkaitan potensi daerah dengan tujuan dan materi muatan lokal tersebut belum dapat dikatakan signifikan atau mendasar.
(26)
Aan Sukmana, 2011
2. Relevansi kebutuhan daerah dengan kurikulum muatan lokal yang diselenggarakan pada sekolah menengah dapat dilihat dari adanya keterkaitan atau kesesuaian antara kebutuhan daerah dengan tujuan maupun materi bahan ajar muatan lokal. Kebutuhan daerah yang relevan dengan tujuan muatan lokal yaitu mengenal dan menjadi akrab dengan lingkungan laut di sekitar tempat tinggal dan sekolah peserta didik, dan menjaga serta melestarikan ekosistem laut dan pesisir dari gangguan dan ancaman kepunahan yang terumuskan dalam tujuan muatan lokal kelautan serta memahami teknik pengolahan tanah dan pemupukan untuk menyuburkan tanaman. Pemanfaatan lahan melalui penanaman tanaman palawija untuk menunjang perekonomian keluarga dan membudidayakan tanaman cepat panen sesuai karakter tanah di Kabupaten Wakatobi yang dikembangkan ke dalam tujuan muatan lokal. Akan tetapi relevansi atau keterkaitan tersebut dapat dikatakan belum mendasar, karena yang terjadi adalah masih banyak kebutuhan masyarakat bukan hanya pada sektor kelautan dan pertanian, tetapi juga pada sektor kerajinan dan pariwisata yang tidak terakomodasi pada tujuan dan materi pembelajaran kurikulum muatan lokal.
Syafari (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Metode Kerja Kelompok untuk Meningkatkan Kerja Sama dan Mutu Pembelajaran Merancang Motif Batik Tulis (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XA SMA Negeri 1 Ciamis) menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
1. Bertitik tolak dari penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti berkesimpulan bahwa metode kerja kelompok sangat tepat diimplementasikan pada pembelajaran praktek merancang motif batik pada kelas XA SMA Negeri 1
(27)
Aan Sukmana, 2011
Ciamis. Dari temuan yang muncul selama penelitian dilaksanakan diantaranya pembelajaran merancang terlihat lebih menyenangkan. Siswa yang merasa tidak biasa menggambar, merasa lebih nyaman karena tugasnya disesuaikan oleh temannya yang berfungsi sebagai tutor sebaya. Pengalaman meniru dari contoh motif dan bimbingan tutor sebaya dalam kelompok, pembelajaran tampak lebih efektif dan mampu dilakukan oleh siswa yang sebelumnya kurang mampu merancang.
2. Temuan yang lainnya adalah setting kelas pada pembelajaran kelompok mutlak perlu dilakukan karena komunikasi antar siswa akan berjalan lebih harmonis.
3. Kekompakan dan sikap menghargai pendapat teman dan tanggungjawab terhadap pekerjaan (masalah) merupakan kunci keberhasilan metode kerja kelompok. Aktivitas dan pengalaman siswa dalam berkesenian lebih menjadi tujuan penulis dalam penelitian tindakan kelas ini daripada sekedar upaya meningkatkan keterampilan dan kemampuan berekspresi segelintir siswa. 4. Temuan lainnya yang berkaitan dengan prestasi siswa adalah metode kerja
kelompok ini memberikan ruang pada siswa untuk meningkatkan hasil belajar akademik, yaitu memberikan keuntungan baik bagi siswa kelompok bawah (yang kurang mampu merancang) maupun kelompok atas (yang mampu merancang) untuk menyelesaikan tugas akademik.
Berdasarkan intisari kedua hasil penelitian di atas, peneliti dapat mengambil kesimpulan yang dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut.
(28)
Aan Sukmana, 2011
1. Penyusunan kurikulum pelajaran muatan lokal Kriya Batik, selain dipertimbangkan berdasarkan potensi daerah, dipertimbangkan pula berdasarkan kebutuhan daerah setempat. Dalam hal ini, Kabupaten Ciamis sangat membutuhkan perajin dan perusahaan batik tradisional yang sudah lama lenyap. Harapan peneliti, dari kegiatan penelitian ini dapat memberikan sumbangan berupa pengetahuan, keterampilan, dan motivasi kepada siswa agar di kemudian hari dapat menumbuhkembangkan kembali kriya batik di Kabupaten Ciamis.
2. Model pembelajaran kerja kelompok (Cooperatif Learning) dalam pelajaran muatan lokal Kriya Batik, dipandang sangat efektif. Model pembelajaran kerja kelompok, dapat membantu siswa mengembangkan kerja sama, saling mengisi apabila terdapat kekurangan di antara anggota kelompok, melatih tanggungjawab, menumbuhkan nilai kreativitas, serta dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.
K. SISTEMATIKA PENULISAN
Peneliti menyusun laporan penelitian ini dengan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan yang terdiri dari (1) Latar Belakang; (2) Rumusan Masalah; (3) Tujuan Penelitian; (4) Signifikansi dan Manfaat Penelitian; (5) Asumsi; (5) Definisi Operasional; (6) Variabel Penelitian; (7) Metode Penelitian; (8) Lokasi dan Sampel Penelitian; (9) Penelitian yang Relevan; dan (10) Sistematika Penulisan.
(29)
Aan Sukmana, 2011
Bab II Landasan Teori, yang terdiri dari: (1) Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning); (2) Mata Pelajaran Muatan Lokal; (3) Kriya Batik; dan (4) Nilai Kreativitas.
Bab III Metodologi Penelitian, terdiri dari: (1) Pendekatan dan Metode Penelitian; (2) Subjek Penelitian; (3) Lokasi Penelitian; (4) Instrumen Penelitian; (5) Teknik Pengumpulan Data; (6) Teknik Analisis Data; dan (7) Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, terdiri dari: (1) Data Hasil Studi Pendahuluan; (2) Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan dalam Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual; dan (3) Pembahasan Hasil Penelitian dan Pengembangan dalam Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual.
Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi, terdiri dari: (1) Kesimpulan; dan (2) Rekomendasi.
(30)
Aan Sukmana, 2011
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN
Pendekatan diartikan sebagai sudut pandang peneliti terhadap permasalahan dalam penelitian, yang di dalamnya diperlukan metode untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan. Berdasarkan permasalahan yang diteliti, pendekatan penelitian yang dipilih adalah penelitian kualitatif, karena yang diperlukan dari kegiatan penelitian tersebut berupa data-data deskriptif. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007: 3) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis, pertanyaan, dan isu-isu yang dihadapi dalam penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D). Penelitian dan Pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2011: 297).
Metode R&D yang akan dikembangkan oleh peneliti, tahapannya disesuaikan dengan waktu yang tersedia, kemampuan yang dimiliki, dan kebutuhan dalam penelitian, namun tidak mengurangi karakteristik serta esensialisasi dalam R&D. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut (1) studi pendahuluan; (2) tahap pengembangan; dan (3) penetapan produk final.
(31)
Aan Sukmana, 2011
Secara umum, tahap-tahapan penelitian sebagaimana tertulis di atas, dituangkan dalam bentuk bagan proses R&D sebagai berikut.
BAGAN 3.1
PROSEDUR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Sumber:
Sukmadinata (2005: 190) Sugiyono (2011: 301)
B. SUBJEK PENELITIAN
Peneliti menentukan subjek atau sumber data sebagai sampel dalam penelitian dan pengembangan, diambil secara random atau acak dalam dua tahapan. Sampel yang diambil sebanyak 6 kelas untuk mewakili populasi sebanyak 9 kelas. Tahapan pertama menggunakan sampel terbatas yakni dua kelas
R&D DALAM PENGEM BANGAN MODEL PEMBELA JARAN KONTEKS TUAL TAHAP STUDI PENDAHULUAN Upaya Penanaman Nilai Kreativitas
TAHAP STUDI PENGEMBANGAN
Analisis Potensi dan Permasalahan
Tahap I Uji Coba Terbatas
Revisi Produk Tahap I
Tahap II Uji Coba Lebih Luas
Revisi Produk Tahap II Penetapan Produk Final Penyusunan Desain Model Pembelajaran Kontekstual Pengumpulan Data dan Informasi Validasi Desain Produk
(32)
Aan Sukmana, 2011
(kelas VIII A dan VIII B) sebanyak 52 siswa dan tahapan kedua menggunakan sampel lebih luas yakni empat kelas (kelas VIII C, VIII D, VIII E, dan VIII F) sebanyak 100 siswa. Dengan demikian, jumlah keseluruhan sampel sebanyak 152 siswa SMP Negeri 1 Ciamis tahun pelajaran 2010-2011.
Dasar pengambilan sampel di atas, mengacu pada percobaan-percobaan yang telah dilakukan pada Far West Laboratory di Amerika oleh Borg dan Gall (1989). Pada intinya, pengambilan sampel disesuaikan dengan lingkup penelitian dan pengembangan. Sampel yang diambil harus benar-benar dapat mewakili populasi, baik pada lingkup nasional, propinsi, kabupaten, ataupun lingkup yang lebih kecil pada satu sekolah (Sukmadinata, 2005: 174).
C. LOKASI PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Ciamis yang berstatus RSBI, beralamat di Jalan Jenderal Sudirman No.6 Ciamis Kelurahan dan Kecamatan Ciamis Kabupaten Ciamis. Alasan peneliti menentukan lokasi penelitian tersebut adalah dengan mempertimbangkan unsur keefektifan dan evisiensi, karena peneliti adalah pengajar mata pelajaran muatan lokal Kriya Batik di sekolah tersebut.
D. INSTRUMEN PENELITIAN
Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi langsung di lapangan yang disertai interviu atau wawancara dengan responden serta memberikan kuesioner dan melakukan analisis dokumentasi. Adapun instrumen penunjangnya adalah: (1) pedoman observasi yang berupa lembar pengamatan; (2) pedoman interviu berupa lembar pertanyaan; (3) pedoman kuesioner berupa daftar
(33)
Aan Sukmana, 2011
pertanyaan dan pernyataan; serta (4) panduan penilaian dan analisis dokumentasi berupa format penilaian dan analisis hasil karya siswa .
TABEL 3.1
PEDOMAN OBSERVASI PERKEMBANGAN NILAI KREATIVITAS SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Nama Siswa / Kelas : ……….
Tanggal Observasi : ……….
A = Sangat Baik B = Baik C = Sedang D = Kurang E = Sangat Kurang
NO A S P E K
HASIL PENGAMATAN A B C D E A Kreativitas Bidang Kognitif:
1 Kemampuan berpikir kritis dan sensitif, tercermin pada kegiatan siswa dalam proses pembelajaran, selalu ingin menanyakan hal-hal yang belum atau ingin diketahui, dan memiliki kualitas pemahaman.
2 Kemampuan memecahkan masalah (problem solving) dan keberanian menanggapi/menjawab pertanyaan. B Kreativitas Bidang Psikomotor:
3 Berani dan selalu ingin mencoba dalam kegiatan praktik dengan beberapa teknik membatik.
4 Keikutsertaan (aktif), kerjasama, dan tanggungjawab mengerjakan tugas (praktik membatik) dalam
kelompok.
C Kreativitas Bidang Afektif:
5 Kemandirian, keuletan, percaya diri, serta kemampuan apresiasi estetik, yaitu sikap siswa dalam menanggapi dan menghargai hasil karya batik, yang dibuat oleh dirinya sendiri maupun temannya.
Keterangan:
Pengisian tabel observasi ini dengan cara diberi tanda checklist (√) pada kolom yang dianggap sesuai dengan hasil pengamatan.
Sumber:
1. Hamalik (2009: 179-180) 2. Munandar (2009: 21) 3. Supriadi (1994: 7 dan 27) 4. Sanjaya (2006: 265) 5. Komalasari (2010: 146) 6. Sukmadinata (2005: 323)
(34)
Aan Sukmana, 2011
TABEL 3.2
PEDOMAN KUESIONER (ANGKET) DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Nama Siswa : ………...…... Kelas/Semester : ………...
Semester : ………...
Tanggal Pengisian : ………
NO A S P E K HASIL ANALISIS
A B C
KONDISI PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL KRIYA BATIK PADA SEMESTER II, DENGAN PENGEMBANGAN MODEL
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL)
1
Bagaimana MOTIVASI belajar kalian dalam proses pembelajaran muatan lokal Kriya Batik, dengan
pengembangan model pembelajaran kontekstual. Sangat termotivasi Cukup termotivasi Kurang termotivasi 2
Bagaimana SEMANGAT belajar kalian dalam proses pembelajaran muatan lokal Kriya Batik, dengan pengembangan model pembelajaran kontekstual. Sangat semangat Cukup semangat Kurang semangat 3
Bagaimana GAIRAH belajar kalian dalam proses pembelajaran muatan lokal Kriya Batik, dengan
pengembangan model pembelajaran kontekstual (joyful learning).
Sangat senang Cukup senang Kurang senang Keterangan:
Pengisian tabel kuesioner ini dengan cara membubuhi tanda checklist (√) pada kolom yang dianggap sesuai dengan pernyataan siswa.
Sumber:
Budiansyah (2010: 7)
Komalasari (2010: 161 dan 167) Fathurrohman (2007: 87)
(35)
Aan Sukmana, 2011
TABEL 3.3
PEDOMAN WAWANCARA DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Kelas / Semester : ………...…...
Semester : ………...…...
Tanggal Wawancara : ………
Permasalahan/Pertanyaan:
1. Kendala-kendala (kesulitan) yang dialami siswa dalam proses Pembelajaran Kriya Batik Ciamis.
NO NAMA SISWA ASPEK KENDALA SISWA KET.
A B C D E
Rata-Rata KETERANGAN:
A Kesulitan dalam membuat desain motif batik.
B Kesulitan dalam menuliskan malam dengan menggunakan canting.
C Kesulitan dalam ‘menuangkan’ malam dengan menggunakan canting cap.
D Kesulitan dalam proses pencelupan warna.
E Kesulitan dalam proses ‘pelorodan’ (melepas malam). Permasalahan/Pertanyaan:
2. Pendapat siswa tentang pelaksanaan proses pembelajaran Kriya Batik dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual (CTL). Siswa dapat menyatakan SESUAI atau TIDAK SESUAI terhadap pengembangan kreativitas siswa, dengan mengemukakan deskripsi/alasannya.
NO NAMA SISWA KATEGORI DESKRIPSI/ALASAN
A B
Rata-Rata KETERANGAN:
A Pernyataan sesui terhadap pengembangan kreativitas siswa B Pernyataan tidak sesui terhadap pengembangan kreativitas siswa Sumber:
Budiansyah (2010: 7) Kemendiknas (2010: 43) Sanjaya (2006: 261)
(36)
Aan Sukmana, 2011
TABEL 3.4
PEDOMAN PENILAIAN DAN ANALISIS HASIL KARYA SISWA Nama Siswa : ………...…...
Kelas : ………...…...
Tanggal Penilaian : ………
NO ASPEK ANALISIS SKOR
(NILAI)
KETERANGAN (KETUNTASAN) 1 Keaslian (originality) √ / X Ya / Tidak *)
2 Produk baru (new products) √ / X Ya / Tidak *) 3 Kemampuan kreatif (creative
ability) :
a Kemampuan imajinasi siswa dalam menciptakan kriya batik (kualitas/keunikan karya)
0 - 100 Tuntas / Belum Tuntas b Kemampuan teknik membatik. 0 - 100 Tuntas / Belum Tuntas c Kemampuan estetik dalam
mengkomposisikan bentuk (motif) maupun warna.
0 - 100 Tuntas / Belum Tuntas 4 Rata-Rata/Kesimpulan …… Tuntas / Belum Tuntas ANALISIS DARI NILAI RATA-RATA (KESIMPULAN):
NILAI KATEGORI DESKRIPSI
00 ≥ 90 A Sangat baik/sangat mampu = Sangat kreatif
85 – 89 B Baik/mampu = Kreatif
80 – 84 C Cukup baik/cukup mampu = Cukup kreatif < 80 D Kurang baik/kurang mampu = Kurang kreatif Sumber:
1. Munandar (2009: 21) 2. Supriadi (1994: 7)
3. Semiawan dalam (Wardhani, 2007: 15) 4. Komalasari (2010: 164)
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Dalam penelitian ini digunakan empat teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, kuesioner, dan analisis dokumentasi berupa hasil karya siswa selama penelitian. Secara rinci, teknik pengumpulan data diuraikan sebagai berikut.
(37)
Aan Sukmana, 2011 1. Observasi
Teknik observasi digunakan oleh peneliti dalam mengamati, meneliti secara langsung tentang makna, kejadian, peristiwa, atau proses yang diamati (Alwasilah, 2009: 154-155). Dalam kegiatan observasi, peneliti merupakan pelaku atau bagian dari subjek yang diteliti, maka cara mengobservasinya disebut observasi partisipatif. Observasi yang akan dilakukan peneliti yaitu melaksanakan pengamatan secara langsung selama proses pembelajaran muatan lokal Kriya Batik, mengenai nilai kreativitas dalam proses pembelajaran maupun kreativitas dalam proses berkarya. Kreativitas dalam proses pembelajaran berkaitan erat dengan kemampuan berpikir kritis dan sensitif, tercermin pada siswa yang selalu ingin menanyakan hal-hal yang belum dipahami atau hal-hal baru yang ingin dipahami serta kemampuan memecahkan masalah dan keberanian menanggapi atau menjawab pertanyaan. Sedangkan kreativitas dalam berkarya, tercermin dalam kegiatan siswa yang aktif, berani mencoba dan tidak takut salah, mampu memadukan berbagai unsur dan teknik dalam membatik, mampu menghasilkan karya yang baru, serta keikutsertaan, kerjasama, dan tanggungjawab mengerjakan tugas dalam kelompok.
2. Interviu
Interviu dilaksanakan dengan melakukan tanya-jawab langsung atau dialog dengan responden, dalam hal ini siswa kelas VIII mengenai data atau informasi yang tidak diperoleh dalam observasi maupun penguatan dari data hasil observasi (Alwasilah, 2009: 154). Adapun kegiatan interviu yang dilakukan peneliti yaitu tentang: (1) temuan-temuan atau kendala-kendala yang dihadapi dalam proses
(38)
Aan Sukmana, 2011
pembelajaran batik; dan (2) pendapat siswa dalam pembelajaran kontekstual kaitannya dengan penanaman nilai kreativitas.
3. Kuesioner
Kuesioner dilakukan dengan memberikan lembaran pertanyaan yang memerlukan jawaban serta pernyataan siswa. Kuesioner berfungsi melengkapi informasi data penelitian dari hasil interviu dan observasi. Pertanyaan dan permasalahan yang dituliskan dalam kuesioner identik dengan permasalahan pada observasi dan permasalahan yang ditanyakan pada interviu. Adapun permasalahan tersebut antara lain sebagai berikut: (1) motivasi belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran muatan lokal Kriya Batik, dengan pendekatan model pembelajaran kontekstual; (2) semangat belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran muatan lokal Kriya Batik, dengan pendekatan model pembelajaran kontekstual; dan (3) kesenangan/gairah belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran muatan lokal Kriya Batik, dengan pendekatan model pembelajaran kontekstual.
4. Analisis Dokumentasi
Menurut Guba dan Lincoln (Alwasilah, 2009: 155) dokumen adalah barang yang tertulis atau terfilmkan seperti surat, otobiografi, diari, jurnal, buku teks, makalah, artikel koran, foto, dan lain-lain. Analisis dokumentasi yang dimaksud peneliti adalah (1) melakukan analisis terhadap hasil karya siswa dalam bentuk desain maupun kreasi kriya batik yang dikerjakan dengan teknik cetak, tulis, maupun kombinasi cetak dan tulis; serta (2) melakukan analisis dari hasil pengambilan gambar (foto) kegiatan proses pembelajaran dan proses membatik sebagai unsur penunjang.
(39)
Aan Sukmana, 2011
F. TEKNIK ANALISIS DATA
Dalam kegiatan ini, peneliti melakukan analisis data secara bertahap atau sedikit demi sedikit dan tidak membiarkan data menumpuk sebagaimana yang disarankan oleh Alwasilah (2009: 158). Adapun langkah-langkah dalam analisis data yang dilakukan oleh peneliti, adalah sebagai berikut:
1. Koding dan Kategorisasi
Selama menganalisis hasil observasi, interviu, atau catatan lapangan, peneliti memberi kode secara konsisten untuk fenomena yang sama. Hal ini dilakukan dengan tujuan (1) untuk memudahkan identifikasi fenomena; dan (2) membantu dalam menyusun kategori (kategorisasi) dan sub kategorisasi (Alwasilah, 2009: 159-160). Kategorisasi dalam konteks permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. kategori permasalahan yang berkaitan dengan kreativitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran;
b. kategori permasalahan yang berkaitan dengan kreativitas siswa dalam proses membatik;
c. kategori permasalahan yang berkaitan dengan hasil karya siswa berupa desain motif dan kreasi kriya batik teknik cap, tulis, maupun paduan cap dan tulis.
2. Reduksi Data
Data-data yang penulis peroleh tentang pembelajaran muatan lokal Kriya Batik pada siswa kelas VIII A sampai dengan VIII F SMP Negeri 1 Ciamis, baik melalui interviu, observasi, kuesioner, dan analisis dokumen setelah disusun secara rinci dan lengkap kemudian direduksi (Moleong, 2001: 212). Mereduksi
(40)
Aan Sukmana, 2011
maksudnya menghilangkan atau membuang data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diteliti, selanjutnya merangkum dan menyusun data-data yang relevan dengan masalah yang diteliti agar data yang disajikan lebih sederhana namun bersifat menjurus sehingga memudahkan dalam penyusunan laporan penelitian.
3. Penyajian Data
Pada bagian ini, peneliti menyajikan data hasil penelitian dengan cara menampilkan data-data setelah direduksi. Penyajian data dilakukan untuk melihat hasil penelitian yang dilakukan tentang penerapan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran muatan lokal Kriya Batik dalam upaya penanaman nilai kreativitas pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Ciamis.
4. Kesimpulan dan Verifikasi
Berdasarkan hasil reduksi dan penyajian data, selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dengan demikian, maka selama berlangsungnya penelitian, proses penarikan kesimpulan akan selalu diverifikasi.
Kegiatan analisis data yang dilakukan di atas, merupakan kegiatan yang saling berhubungan dan berlangsung secara terus menerus selama pelaksanaan penelitian.
5. Pajangan (Display)
Peneliti menggunakan pajangan visual atau display berupa matriks atau tabel, jejaring (network) atau peta konsep, dan diagram. Peneliti menggunakan teknik tersebut dengan alasan agar gagasan dan interpretasi peneliti menjadi lebih jelas dan permanen sehingga memudahkan berpikir. Menurut Alwasilah (2009: 165) terdapat tiga fungi pembuatan display dalam analisis data penelitian, yaitu:
(41)
Aan Sukmana, 2011
”(1) mereduksi data dari yang kompleks menjadi nampak sederhana; (2)
menyimpulkan interpretasi peneliti terhadap data; dan (3) menyajikan data
sehingga tampil secara menyeluruh.”
6. Validitas
Validitas adalah kebenaran dan kejujuran sebuah deskripsi, kesimpulan, penjelasan, tafsiran, dan segala jenis laporan (Alwasilah, 2009: 169). Untuk menjaga keabsahan data dan informasi, peneliti melakukan beberapa teknik seperti yang disarankan Alwasilah (2009: 175) adalah sebagai berikut:
(1) pendekatan Modus Operandi (MO) dengan mengantisipasi kemungkinan adanya ancaman yang dapat dianggap sebagai variabel yang harus dikontrol; (2) mencari bukti yang menyimpang dan kasus negatif; (3) melakukan triangulasi yang dapat merujuk pada pengumpulan informasi atau data dengan menggunakan berbagai metode; (4) masukan (feedback) atas saran, kritik, dan komentar dari orang lain; (5) quasi-statistics artinya laporan kualitatif memerlukan dukungan data kuantitatif; dan (6) audit oleh pihak luar.
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif, menurut Moleong (2001: 170-188) dapat melalui uji credibility (kredibilitas). Kredibilitas merupakan ukuran kebenaran data yang dikumpulkan selama pelaksanaan penelitian. Dalam penelitian kualitatif, kredibilitas data dapat dilakukan melalui:
(1) memperpanjang waktu keikutsertaan; (2) ketekunan atau keajegan pengamatan; dan (3) triangulasi yaitu me-recheck temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori; (4) mengupayakan referensi yang cukup; dan (5) member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data.
Kaitannya dengan permasalahan yang diteliti, untuk menjaga validitas dan keabsahan data, peneliti melakukan beberapa teknik seperti:
a. memperpanjang waktu keikutsertaan dalam penelitian, dengan melakukan uji coba lebih luas, termasuk pengayaan dan pembinaan dalam ekstrakurikuler;
(42)
Aan Sukmana, 2011
b. melakukan triangulasi yang dapat merujuk pada pengumpulan informasi atau data dengan membandingkan data hasil temuan guru pengajar mata pelajaran yang sama, serta data dari perajin batik;
c. masukan (feedback) atas saran, kritik, dan komentar dari guru pengajar mata pelajaran yang lain, Kepala Sekolah, dan Pengawas Mata Pelajaran Disdik Kabupaten Ciamis.
G. PROSEDUR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Prosedur pelaksanaan R&D menunjukkan suatu siklus, yang diawali dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Studi Pendahuluan
b. Melakukan analisis potensi dan permasalahan yang membutuhkan pemecahan dengan menggunakan suatu produk tertentu.
c. Pengumpulan data dan informasi yang menunjang dalam pengembangan produk.
d. Desain produk berupa skenario pembelajaran kontekstual. e. Melakukan validasi skenario pembelajaran.
2. Tahap Pengembangan
a. Melakukan uji coba terbatas dalam proses pembelajaran. b. Revisi produk skenario pembelajaran.
c. Uji coba lebih luas dalam proses pembelajaran.
d. Revisi produk berupa perbaikan-perbaikan dalam penyempurnaan skenario pembelajaran.
(43)
Aan Sukmana, 2011
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. KESIMPULAN HASIL PENELITIAN
Kesimpulan merupakan tahap akhir dalam penulisan laporan penelitian dan pengembangan tentang model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran muatan lokal Kriya Batik, dalam upaya penanaman nilai kreativitas siswa. Kesimpulan yang diuraikan, ada relevansinya dengan hal-hal yang ditanyakan pada rumusan masalah dan merupakan intisari dari pembahasan. Adapun kesimpulan tersebut, peneliti sajikan sebagai berikut.
1. Desain Model Pembelajaran Kontekstual
Skenario atau desain model pembelajaran kontekstual yang relevan diterapkan pada mata pelajaran muatan lokal Kriya Batik dalam upaya penanaman nilai kreativitas siswa, antara lain:
a. Dalam kegiatan perumusan skenario model pembelajaran kontekstual, peneliti awali dengan analisis SWOT mengenai potensi dan masalah serta kegiatan pengumpulan data. Potensi yang terdapat di Kabupaten Ciamis, antara lain kekayaan alam dan objek wisata serta aneka budaya lokal yang unik, dijadikan ide dalam pembuatan desain motif batik. Masalah yang muncul terutama perihal kekurangan serta kendala-kendala pada kegiatan pembelajaran sebelumnya. Pengumpulan data dan informasi sebelum perumusan skenario model pembelajaran kontekstual, dimanfaatkan dalam pengembangan model pembelajaran kontekstual.
(44)
Aan Sukmana, 2011
b. Skenario model pembelajaran kontekstual, disusun dalam bentuk RPP, difungsikan sebagai rambu-rambu bagi guru dalam mengajar. Rambu-rambu tersebut, semuanya mengacu pada upaya penanaman nilai kreativitas siswa. Dengan demikian, dalam RPP tergambar sebuah desain awal bagaimana proses pembelajaran yang mesti dilakukan guru agar siswa menjadi kreatif. c. Dalam skenario model pembelajaran kontekstual, rumusan kegiatan
pembelajarannya mengacu pada konsep PAKEM.
d. Materi pelajaran yang relevan dengan upaya penanaman nilai kreativitas siswa dalam pelajaran muatan lokal Kriya Batik, adalah materi pelajaran praktik membatik dengan menggunakan perpaduan teknik cap dan tulis, atau alat lain berdasarkan kreativitas.
e. Metode pembelajaran yang digunakan bervariasi, untuk menghindari kejenuhan pada siswa dan memberikan kebebasan untuk mengembangkan kompetensi dan kreativitas siswa dalam berkarya. Metode yang diterapkan antara lain: pemodelan/demonstrasi, penugasan, kerja kelompok, ekspresi bebas, dan apresiasi.
2. Pelaksanaan Proses Pembelajaran Kontekstual
Pelaksanaan pembelajaran kontekstual pada pelajaran muatan lokal Kriya Batik yang dapat menanamkan nilai kreativitas pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Ciamis, adalah sebagai berikut:
a. Pelaksanaan pembelajaran mengacu pada konsep CTL yang terdiri dari: (1) konstruktivisme; (2) inkuiri; (3) bertanya; (4) masyarakat belajar; (5) pemodelan; (6) refleksi; dan (7) penilaian nyata.
(45)
Aan Sukmana, 2011
b. Penyampaian materi pelajaran, melalui berbagai media dan diupayakan siswa dapat mengembangkan pemahamannya sendiri, sehingga potensi dan kemampuan siswa dapat tergali dan berkembang sesuai dengan paham konstruktivisme.
c. Pelaksanaan pembelajaran, lebih mendahulukan dan mengutamakan praktik. Dalam kegiatan praktik membatik, siswa tidak dibebani penjelasan teknik secara teoritis melainkan dibiarkan/dibebaskan untuk melakukan praktik berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Teori diberikan secara bertahap dalam perjalanan proses membatik atau ketika siswa menemukan problem/kendala-kendala dalam praktik membatik, serta diupayakan siswa dapat menemukan teori sendiri berdasarkan pengalaman praktik. Sedangkan apresiasi disampaikan pada kegiatan akhir pembelajaran. Siswa mengapresiasi hasil karya sendiri atau karya temannya, serta turut andil dalam memberikan penilaian. Sebagai motivasi, dapat pula mengapreasiasi kriya batik yang dibuat oleh perajin batik Ciamis atau kabupaen lainnya.
3. Hasil Pembelajaran Kontekstual
Hasil pembelajaran kontekstual pada pelajaran muatan lokal Kriya Batik, difokuskan pada pengembangan kreativitas siswa. Pelaksanaan penilaian kreativitas siswa meliputi dua kegiatan, yakni penilaian proses dan penilaian produk dengan prosedur sebagai berikut:
a. Penilaian proses pembelajaran meliputi ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Penilaian proses pembelajaran dilakukan melalui kegiatan observasi atau pengamatan prilaku siswa ketika proses belajar mengajar berlangsung.
(46)
Aan Sukmana, 2011
b. Penilaian hasil pembelajaran atau hasil produk, dilakukan pada produk siswa berupa kriya batik.
c. Penilaian dilaksanakan secara individu dan kelompok, berdasarkan aspek penilaian yang sudah dirancang dalam instrumen penilaian, serta melaksanakan penilaian dalam bentuk penilaian nyata (Authentic Assessment) dengan hasil penilaian akhir menggunakan deskripsi tentang perkembangan kreativitas siswa.
d. Hasil penilaian dengan model pembelajaran kontekstual, menunjukkan adanya penanaman dan pengembangan kreativitas siswa yang tinggi.
Kesimpulannya, bahwa model pembelajaran kontekstual khususnya di SMP Negeri 1 Ciamis, mampu mewujudkan kondisi ideal dalam penanaman dan pengembangan nilai kreativitas siswa. Peneliti menyimpulkan hal tersebut berdasarkan pertimbangan hasil penelitian, antara lain sebagai berikut:
a. Model pembelajaran kontekstual, terbukti sebagai konsep belajar yang dapat menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas sehingga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Belajar lebih bermakna, karena peserta didik mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan menghapalnya. Dalam kelas kontekstual, tugas guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.
b. Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual, terdapat kerjasama antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru sebagai fasilitator dan motivator.
(47)
Aan Sukmana, 2011
Berdasarkan uraian tersebut, penulis menyimpulkan pula bahwa untuk menghasilkan suatu produk model pembelajaran kontekstual yang efektif dan relevan, harus melalui tahap uji coba terlebih dahulu. Dalam kegiatan R&D, tahap pertama uji coba terbatas dengan jumlah sampel sedikit tetapi mewakili populasi. Manfaatnya, dari kegiatan uji coba tersebut diketahui keefektifan dan relevansi serta keunggulan dan kekurangan produk tersebut. Apabila terdapat kekurangan, segera dilakukan revisi dan diujicobakan lagi. Tahap kedua, uji coba lebih luas dengan jumlah sampel lebih banyak dari sampel uji coba terbatas. Manfaatnya, dari kegiatan tersebut dapat diketahui peningkaetan keefektifan dan relevansi serta keunggulan dan kekurangan produk tersebut. Apabila hasilnya meningkat dan sesuai dengan tujuan penelitian, maka produk tersebut dikatakan efektif dan relevan diterapkan pada pelajaran muatan lokal Kriya Batik dalam upaya penanaman nilai kreativitas siswa. Produk final, merupakan produk jadi dan sudah siap digunakan dalam pembelajaran.
B. REKOMENDASI
Setelah selesai kegiatan penelitian dan pengembangan mengenai model pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran muatan lokal Kriya Batik, peneliti menyampaikan beberapa rekomendasi kepada pihak-pihak terkait sehubungan dengan hasil penelitian ini, sebagai berikut.
1. Rekomendasi bagi Guru Seni Budaya dan Muatan Lokal Kriya Batik Upaya pemerintah dalam pembaharuan kurikulum, bertujuan meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang berujung pada peningkatan kualitas pendidikan. Dengan demikian perlu mendapatkan dukungan dari guru
(48)
Aan Sukmana, 2011
sebagai ujung tombak di lapangan. Dukungan tersebut dapat berupa upaya maksimal dalam memahami dan menerapkan kurikulum dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dalam perubahan dan pembaharuan paradigma pendidikan di atas diperlukan adanya pola pikir pada guru. Guru harus mampu mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan khususnya mata pelajaran muatan lokal Kriya Batik, melalui kegiatan sebagai berikut:
a. Menetapkan standar isi untuk mata pelajaran muatan lokal, sebagai bahan dalam menentukan SK dan KD, serta merumuskan skenario pembelajaran yang benar-benar relevan untuk pengembangan kompentensi secara holistik termasuk penekanan pada penanaman nilai kreativitas.
b. Melaksanakan proses pembelajaran yang efektif, dengan menerapkan model dan metode pembelajaran yang relevan dan berfariatif sehingga mampu mengembangkan kompetensi siswa, menumbuhkan motivasi, semangat, aktif, kreatif, evektif, dan menyenangkan sebagaimana yang diharapkan dalam PAKEM.
c. Melaksanakan penilaian nyata (Authentic Assessment). Dalam CTL, keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelektul saja, melainkan perkembangan seluruh aspek. Oleh sebab itu, penilaian keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh aspek hasil belajar seperti hasil tes, akan tetapi juga proses belajar melalui penilaian nyata. Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar atau tidak, apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif
(49)
Aan Sukmana, 2011
terhadap perkembagan intelektual maupun mental siswa. Penilaian yang otentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran dan dilakukan secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
2. Rekomendasi bagi Sekolah
Bagi pihak sekolah sebagai lembaga yang terkait dalam keberhasilan suatu pembelajaran, maka diharapkan sekolah ikut berpartisipasi dalam melakukan usaha yang dapat meningkatkan kemampuan guru, seperti mengadakan pelatihan-pelatihan pengajaran, membuat model pembelajaran dan sebagainya. Hal tersebut agar tercipta ruang kreativitas bagi guru muatan lokal dalam menciptakan sekolah sebagai tempat untuk menyalurkan kreativitasnya. Upaya pihak sekolah dalam mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik, lingkungan, dan daerah masing-masing.
b. Beragam dan terpadu. Beragam artinya KTSP disusun sesuai dengan karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender. Terpadu artinya ada keterkaitan antara muatan wajib, muatan lokal, dan pengembangan diri dalam KTSP.
3. Rekomendasi bagi Peneliti Lain
Kegiatan dan hasil penelitian ini memiliki keterbatasan, oleh karena itu, dipandang perlu adanya rekomendasi bagi penelitian lanjutan. Bagi pihak peneliti
(50)
Aan Sukmana, 2011
lain yang akan meneliti tentang model pembelajaran kontekstual ataupun perihal penanaman kreativitas siswa, diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam sehingga hasil kajian dari penelitian ini dapat menambah referensi dan dapat melengkapi satu sama lain.
4. Rekomendasi bagi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) Berdasarkan hasil penelitian ini terbukti bahwa model pembelajaran kontekstual, relevan diterapkan pada mata pelajaran muatan lokal Kriya Batik, serta efektif dalam upaya penanaman dan pengembangan nilai kreativitas siswa. Dengan demikian, peneliti merekomendasi kepada LPTK, khususnya Jurusan Pendidikan Seni Rupa agar inti dari hasil penelitian ini dapat dijadikan materi pengayaan pada perkuliahan untuk mahasiswa, yakni perihal keefektifan dan relevansi model pembelajaran kontekstual dalam penanaman dan pengembangan nilai kreativitas siswa, melalui pembelajaran seni dan muatan lokal. Pendidikan Seni Rupa dan muatan lokal Kriya Batik di Sekolah Menengah Pertama cenderung sangat berkembang dengan pesat, sehingga menuntut ketersediaan guru mata pelajaran tersebut memiliki keahlian mengajar, khususnya dalam pengelolaan proses pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut, LPTK merupakan lembaga yang dapat memberikan kompetensi pedagogik dan profesional kepada mahasiswa sebagai calon guru.
(51)
Aan Sukmana, 2011
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A. Chaedar. (2009). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.
Arikunto, S. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Budiansyah, Dasim dkk. (2010). PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Bandung: PT Ganesindo.
Depdikbud. (1979). Pengetahuan Teknologi Batik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Depdiknas. (2006). Pengembangan Model Pembelajaran yang Efektif. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMP.
---. (2006). Rancangan Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMP.
---. (2006). Petunjuk Pengolahan Raport. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMP.
---. (2007). Materi Sosialisasi dan Pelatihan KTSP SMP. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMP.
Deperindag RI. (2001). Katalog Batik Indonesia. Yogyakarta: Balitbang Industri Kerajinan dan Batik.
Emilia, Emi. (2008). Menulis Tesis dan Disertasi. Bandung: Alfabeta.
Fathurrohman, P. (2007). Strategi Belajar Mengajar melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama.
Hamalik, O. (2009). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hamidin, A.S. (2010). Batik Warisan Budaya Asli Indonesia. Yogyakarta: Narasi. Joyce, Bruce. (Terjemahan Achmad Fawaid, 2009). Models of Teaching.
Model-Model Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kemendiknas. (2010). Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Direktoret Pembinaan SMP.
Komalasari. (2010). Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.
(52)
Aan Sukmana, 2011
Moleong, L. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Munandar, Utami. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Samsi, S.S. (2007). Teknik dan Ragam Hias Batik. Yogyakarta.
Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran, Berorientasi Pada Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Sudjana, N. (1987). Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung: Sinar Baru. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabet.
Sukmadinata, N.S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tarjo, Enday dan Nanang Ganda Prawira. (2009). Konsep dan Strategi Pembelajaran Seni Rupa. Bandung: CV Bintang Warli Artika.
Tim. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Tim. (2009). Panduan Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI
Tim Sanggar Batik Barcode. (2010). Batik. Mengenal Batik dan Cara Mudah Membuat Batik. Jakarta: Sanggar Batik Barcode.
Wardhani, C.K. (2005). Tekstil. Jakarta: LPSN
Sumber lain:
Hermawan, D. (2008). Kesiapan Guru Mata Pelajaran Seni Musik Tingkat SMP dalam Mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di Kabupaten Tasikmalaya. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan. Rudi, L. (2008). Relevansi Potensi dan Kebutuhan Daerah dengan Kurikulum
Muatan Lokal (Studi Kasus pada Sekolah Menengah di Kabupaten Wakatobi). Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
(53)
Aan Sukmana, 2011
Syafari, A. R. (2009). Metode Kerja Kelompok untuk Meningkatkan Kerja Sama dan Mutu Pembelajaran Merancang Motif Batik Tulis (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XA SMA Negeri 1 Ciamis). Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Wardhani, Metta P. (2001). Pengembangan Kreativitas Siswa dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler Menggambar. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
(1)
Aan Sukmana, 2011
sebagai ujung tombak di lapangan. Dukungan tersebut dapat berupa upaya maksimal dalam memahami dan menerapkan kurikulum dalam proses belajar mengajar di sekolah. Dalam perubahan dan pembaharuan paradigma pendidikan di atas diperlukan adanya pola pikir pada guru. Guru harus mampu mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan khususnya mata pelajaran muatan lokal Kriya Batik, melalui kegiatan sebagai berikut:
a. Menetapkan standar isi untuk mata pelajaran muatan lokal, sebagai bahan dalam menentukan SK dan KD, serta merumuskan skenario pembelajaran yang benar-benar relevan untuk pengembangan kompentensi secara holistik termasuk penekanan pada penanaman nilai kreativitas.
b. Melaksanakan proses pembelajaran yang efektif, dengan menerapkan model dan metode pembelajaran yang relevan dan berfariatif sehingga mampu mengembangkan kompetensi siswa, menumbuhkan motivasi, semangat, aktif, kreatif, evektif, dan menyenangkan sebagaimana yang diharapkan dalam PAKEM.
c. Melaksanakan penilaian nyata (Authentic Assessment). Dalam CTL, keberhasilan pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelektul saja, melainkan perkembangan seluruh aspek. Oleh sebab itu, penilaian keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh aspek hasil belajar seperti hasil tes, akan tetapi juga proses belajar melalui penilaian nyata. Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar atau tidak, apakah pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif
(2)
terhadap perkembagan intelektual maupun mental siswa. Penilaian yang otentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran dan dilakukan secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
2. Rekomendasi bagi Sekolah
Bagi pihak sekolah sebagai lembaga yang terkait dalam keberhasilan suatu pembelajaran, maka diharapkan sekolah ikut berpartisipasi dalam melakukan usaha yang dapat meningkatkan kemampuan guru, seperti mengadakan pelatihan-pelatihan pengajaran, membuat model pembelajaran dan sebagainya. Hal tersebut agar tercipta ruang kreativitas bagi guru muatan lokal dalam menciptakan sekolah sebagai tempat untuk menyalurkan kreativitasnya. Upaya pihak sekolah dalam mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik, lingkungan, dan daerah masing-masing.
b. Beragam dan terpadu. Beragam artinya KTSP disusun sesuai dengan karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender. Terpadu artinya ada keterkaitan antara muatan wajib, muatan lokal, dan pengembangan diri dalam KTSP.
3. Rekomendasi bagi Peneliti Lain
Kegiatan dan hasil penelitian ini memiliki keterbatasan, oleh karena itu, dipandang perlu adanya rekomendasi bagi penelitian lanjutan. Bagi pihak peneliti
(3)
Aan Sukmana, 2011
lain yang akan meneliti tentang model pembelajaran kontekstual ataupun perihal penanaman kreativitas siswa, diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam sehingga hasil kajian dari penelitian ini dapat menambah referensi dan dapat melengkapi satu sama lain.
4. Rekomendasi bagi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)
Berdasarkan hasil penelitian ini terbukti bahwa model pembelajaran kontekstual, relevan diterapkan pada mata pelajaran muatan lokal Kriya Batik, serta efektif dalam upaya penanaman dan pengembangan nilai kreativitas siswa. Dengan demikian, peneliti merekomendasi kepada LPTK, khususnya Jurusan Pendidikan Seni Rupa agar inti dari hasil penelitian ini dapat dijadikan materi pengayaan pada perkuliahan untuk mahasiswa, yakni perihal keefektifan dan relevansi model pembelajaran kontekstual dalam penanaman dan pengembangan nilai kreativitas siswa, melalui pembelajaran seni dan muatan lokal. Pendidikan Seni Rupa dan muatan lokal Kriya Batik di Sekolah Menengah Pertama cenderung sangat berkembang dengan pesat, sehingga menuntut ketersediaan guru mata pelajaran tersebut memiliki keahlian mengajar, khususnya dalam pengelolaan proses pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut, LPTK merupakan lembaga yang dapat memberikan kompetensi pedagogik dan profesional kepada mahasiswa sebagai calon guru.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A. Chaedar. (2009). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.
Arikunto, S. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Budiansyah, Dasim dkk. (2010). PAKEM Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Bandung: PT Ganesindo.
Depdikbud. (1979). Pengetahuan Teknologi Batik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Depdiknas. (2006). Pengembangan Model Pembelajaran yang Efektif. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMP.
---. (2006). Rancangan Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMP.
---. (2006). Petunjuk Pengolahan Raport. Jakarta: Direktorat Pembinaan
SMP.
---. (2007). Materi Sosialisasi dan Pelatihan KTSP SMP. Jakarta:
Direktorat Pembinaan SMP.
Deperindag RI. (2001). Katalog Batik Indonesia. Yogyakarta: Balitbang Industri Kerajinan dan Batik.
Emilia, Emi. (2008). Menulis Tesis dan Disertasi. Bandung: Alfabeta.
Fathurrohman, P. (2007). Strategi Belajar Mengajar melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama.
Hamalik, O. (2009). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hamidin, A.S. (2010). Batik Warisan Budaya Asli Indonesia. Yogyakarta: Narasi. Joyce, Bruce. (Terjemahan Achmad Fawaid, 2009). Models of Teaching.
Model-Model Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kemendiknas. (2010). Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Direktoret Pembinaan SMP.
Komalasari. (2010). Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.
(5)
Aan Sukmana, 2011
Moleong, L. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Munandar, Utami. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Samsi, S.S. (2007). Teknik dan Ragam Hias Batik. Yogyakarta.
Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran, Berorientasi Pada Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Sudjana, N. (1987). Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung: Sinar Baru. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabet.
Sukmadinata, N.S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tarjo, Enday dan Nanang Ganda Prawira. (2009). Konsep dan Strategi Pembelajaran Seni Rupa. Bandung: CV Bintang Warli Artika.
Tim. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Tim. (2009). Panduan Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI
Tim Sanggar Batik Barcode. (2010). Batik. Mengenal Batik dan Cara Mudah Membuat Batik. Jakarta: Sanggar Batik Barcode.
Wardhani, C.K. (2005). Tekstil. Jakarta: LPSN
Sumber lain:
Hermawan, D. (2008). Kesiapan Guru Mata Pelajaran Seni Musik Tingkat SMP dalam Mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di Kabupaten Tasikmalaya. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan. Rudi, L. (2008). Relevansi Potensi dan Kebutuhan Daerah dengan Kurikulum
Muatan Lokal (Studi Kasus pada Sekolah Menengah di Kabupaten Wakatobi). Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
(6)
Syafari, A. R. (2009). Metode Kerja Kelompok untuk Meningkatkan Kerja Sama dan Mutu Pembelajaran Merancang Motif Batik Tulis (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XA SMA Negeri 1 Ciamis). Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Wardhani, Metta P. (2001). Pengembangan Kreativitas Siswa dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler Menggambar. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.