PENGGUNAAN METODE PERMAINAN SIMULASI UNTUK MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA SD KELAS ATAS :Studi Quasi Experiment terhadap Siswa kelas V Dan VI SDN Cihampelas 3 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012.

(1)

KATA PENGANTAR……… ii

UCAPAN TERIMAKASIH……… iv

DAFTAR ISI………. v

DAFTAR TABEL……… DAFTAR GRAFIK………. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah……….. 6

C. Tujuan Penelitian……….………. 9

D. Metode Penelitian………. 10

E. Manfaat/Signifikansi Penelitian….……….. 10

F. Struktur Organisasi……….. 11

BAB II PERMAINAN SIMULASI UNTUK MENGEMBANGKAN KECERDASAN EMOSIONAL A. Konsep Dasar Emosi 1. Pengerian Emosi………... 2. Fungsi Emosi……… 3. Bentuk-bentuk Emosi………... 4. Pengaruh Emosi Terhadap Tingkah Laku Manusia………. 5. Perkembangan Emosi Siswa Sekolah Dasar……… 12 13 15 16 17 B. Kecerdasan Emosional 1. Definisi Kecerdasan Emosional………... 2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional………… 20 23 C. Permainan Simulasi 1. Sejarah Permainan Simulasi………. 2. Konsep Dasar Permainan Simulasi ………. 3.Rasional Permainan Simulasi dalam Layanan Bimbingan dan Konseling………... 4. Tahap-tahap Dinamika Kelompok dalam Permainan Simulasi……… 25 26 30 31 D. Permainan Simulasi Untuk Mengembangkan Kecerdasan Emosional… 37 E. Asumsi dan Hipotesis Penelitian……….. 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian………... 42

B. Desain Penelitian………. 43

C. Metode Penelitian………... 44

D. Definisi Operasional Variabel……….. 44

E. Instrumen Penelitian………..……….. 52

F. Teknik Pengumpulan Data………... 55

G. Teknik Analisis Data……… 55


(2)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan………... 87

B. Rekomendasi……… 88

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS


(3)

Halaman Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Emosional Pada Siswa Sekolah

Dasar

58 Tabel 4.1 Gambaran Umum Profil Kecerdasan Emosional Siswa Kelas

Atas SDN Cihampelas 3 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Sebelum Memperoleh Permainan Simulasi

66 Tabel 4.2 Rentang Nilai Aspek Kecerdasan Emosional Siswa Kelas Atas

SDN Cihampelas 3 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

68 Tabel 4.3 Gambaran Per-Aspek Kecerdasan Emosional Siswa SD Kelas

Atas SDN Cihampelas 3 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Sebelum Melakukan Permainan Simulasi

69

Tabel 4.4 Gambaran Umum Profil Kecerdasan Emosional Siswa Kelas Atas SDN Cihampelas 3 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Setelah Memperoleh Permainan Simulasi

70

Tabel 4.5 Gambaran Per-Aspek Kecerdasan Emosional Siswa SD Kelas Atas SDN Cihampelas 3 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 Setelah Melakukan Permainan Simulasi

71

Tabel 4.6 Gambaran Umum Perbedaan Tingkat Kecerdasan Emosional Siswa SD Kelas Atas SDN Cihampelas 3 Tahun Ajaran 2011/2012 Sebelum dan Setelah Memperoleh Permainan Simulasi

72

Tabel 4.7 Gambaran Perbedaan Ketercapaian Aspek Kecerdasan Emosional Siswa SD Kelas Atas SDN Cihampelas 3 Sebelum dan Setelah Memperoleh Permainan Simulasi

73

Tabel 4.8 Data Siswa Yang Memiliki Kecerdasan Emosional Terendah Sebelum Memperoleh Permainan Simulasi

76 Tabel 4.9 Data Siswa Yang Memiliki Kecerdasan Emosional Terendah

Setelah Mendapatkan Permainan Simulasi


(4)

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 3.1 Skala Kontinum………. 62 Grafik 4.1 Profil Umum Kecerdasan Emosional Siswa Kelas Atas

SDN Cihampelas 3 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

67 Grafik 4.2 Skala Kontinum 68 Grafik 4.3 Perbedaan Tingkat Kecerdasan Emosional Siswa SD Kelas Atas

SDN Cihampelas 3 Sebelum dan Setelah Memperoleh Permainan Simulasi Pada Setiap Aspek

74

Grafik 4.4 Gambaran Ketercapaian Aspek Mengenali Emosi Diri Sebelum dan Setelah Mendapatkan Permainan Simulasi

85 Grafik 4.5 Gambaran Ketercapaian Aspek Mengelola Emosi Sebelum dan

Setelah Mendapatkan Permainan Simulasi

86 Grafik 4.6 Gambaran Ketercapaian Aspek Memotivasi Diri Sendiri

Sebelum dan Setelah Mendapatkan Permainan Simulasi

87 Grafik 4.7 Gambaran Ketercapaian Aspek Mengenali Emosi orang Lain

Sebelum dan Setelah Mendapatkan Permainan Simulasi

88 Grafik 4.8 Gambaran Ketercapaian Aspek Membina Hubungan Dengan

Orang Lain Sebelum dan Setelah Mendapatkan Permainan Simulasi


(5)

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 2.1 Fase pertumbuhan kelompok sebagaimana dikemukakan


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada saat anak memasuki usia sekolah, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima di masyarakat. Oleh karena itu, anak mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan (pembiasaan) (Yusuf, 2002 : 181).

Masa anak-anak identik dengan penerimaan berbagai pengetahuan dari lingkungan. Dari lingkungan anak dapat menyesuaikan diri secara efektif dengan berbagai pengetahuan yang diterima. Apabila bimbingan di sekolah ataupun di rumah tidak mencukupi untuk memenuhi rasa ingin tahunya maka anak akan mencoba hal-hal yang belum dia tahu pasti sebab dan akibatnya.

Mira (2008 : 2) memaparkan penyimpangan atau gangguan emosi dapat terjadi pada siapapun, termasuk pada anak-anak. Gangguan emosi yang tidak tertangani dapat berakibat fatal. Contoh kasus penyimpangan atau gangguan emosi pada anak usia Sekolah Dasar terjadi pada Heryanto (14 tahun) siswa SD Muara Sanding II Kabupaten Garut, yang lolos dari upayanya melakukan bunuh diri, yang mengakibatkan ia harus menjalani pemulihan gangguan motorik halus dan perilaku. Kasus lain, terjadi pada Eko Haryanto (15 tahun) siswa SD Kepunduan 1 Kramat, Kabupaten Tegal yang mencoba gantung diri. Percobaan


(7)

bunuh diri ini dilakukan karena ia merasa malu menunggak SPP selama sepuluh bulan, tetapi usaha bunuh dirinya ini gagal.

Kasus bunuh diri yang dilakukan oleh anak dikarenakan anak sudah tidak dapat melihat jalan keluar dari masalah yang dihadapinya. Secara emosi anak sudah sampai pada titik tidak tahu lagi harus melakukan apa kemudian memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Kasus yang mengagetkan banyak pihak itu menunjukkan anak belum dapat mengenali emosinya secara baik dan beradaptasi dengan emosinya sendiri.

Goleman (2005:59) mengemukakan bahwa Emotional Inteligence merupakan prasyarat dasar bagi penggunaan fungsi IQ secara efektif. Hal ini nampak pada saat bagian otak yang memfasilitasi fungsi-fungsi perasaan terganggu maka seseorang tidak pula dapat berpikir secara efektif. Menurut Goleman (2005:40), kecerdasan intelektual hanya memberi kontribusi 20% terhadap kesuksesan hidup seseorang, sedangkan 80% bergantung pada kecerdasan emosional, kecerdasan sosial dan kecerdasan spiritual, bahkan dalam hal keberhasilan kerja, kecerdasan intelektual hanya berkontribusi 4%.

Survei terhadap orangtua dan guru-guru yang dilakukan oleh Goleman (2007 :329-330) memperlihatkan adanya kecenderungan yang sama di seluruh dunia; yaitu generasi sekarang lebih banyak mengalami kesulitan emosi daripada generasi sebelumnya, lebih kesepian dan pemurung, lebih berangasan dan kurang menghargai sopan santun, lebih gugup dan mudah cemas, lebih impulsif dan agresif. Kemerosotan emosi tampak dalam semakin parahnya masalah spesifik berikut : (1) Menarik diri dari pergaulan atau masalah sosial; lebih suka


(8)

menyendiri, bersikap sembunyi-sembunyi, banyak bermuram durja, kurang bersemangat, merasa tidak bahagia, terlampau bergantung; (2) Cemas dan depresi, menyendiri, sering takut dan cemas, ingin sempurna, merasa tidak dicintai, merasa gugup atau sedih dan depresi; (3) Memiliki masalah dalam hal perhatian atau berpikir ; tidak mampu memusatkan perhatian atau duduk tenang, melamun, bertindak tanpa bepikir, bersikap terlalu tegang untuk berkonsentrasi, sering mendapat nilai buruk di sekolah, tidak mampu membuat pikiran jadi tenang. (4) Nakal atau agresif; bergaul dengan anak-anak yang bermasalah, bohong dan menipu, sering bertengkar, bersikap kasar terhadap orang lain, menuntut perhatian, merusak milik orang lain, membandel di sekolah dan di rumah, keras kepala dan suasana hatinya sering berubah-ubah, terlalu banyak bicara, sering mengolok-olok , bertemperamen panas.

Fakta-fakta yang dipaparkan penjelasan diatas menunjukkan pentingnya pengembangan kecerdasan emosional anak sejak dini agar mereka dapat sukses di sekolah dan memiliki perilaku yang tidak menyimpang.

Anak yang mendapatkan pembinaan emosi secara baik dari orangtuanya menunjukkan hasil yang mengagumkan. Penelitian Gottman & DeClaire (Terjemahan Hermaya, 1997 : 8) menunjukkan bahwa :

“Mereka memiliki kesehatan fisik yang lebih baik serta memperoleh nilai yang lebih tinggi secara akademis dibandingkan dengan anak-anak yang orangtuanya tidak memberikan pembinaan emosi. Mereka bergaul lebih baik dengan teman-temannya, tidak banyak mengalami masalah tingkah laku, tidak gampang melakukan tindak kekerasan. Secara keseluruhan, anak-anak yang dilatih emosinya mengalami jumlah perasaan negatif yang kurang dan merasa lebih banyak perasaan positif.”


(9)

Goleman (2005:43) mengatakan apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosi yang baik yang akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. Lebih lanjut Goleman (2005:45) mengatakan bahwa ciri-ciri kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan diri dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan serta mengatur keadaan jiwa, berempati dan berdoa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati.

Dalam rangka membantu anak dalam mengembangkan kecerdasan emosional, maka anak diajarkan untuk lebih memahami dirinya agar dapat bereaksi wajar dan normatif. Dengan begitu anak tidak akan terkejut menerima kritik atau umpan balik, mudah bersosialisasi, memiliki solidaritas yang tinggi, dan dapat diterima di lingkungan. Anak akan mampu menemukan dirinya sendiri dan mampu berperilaku sesuai norma yang berlaku. Karena pada dasarnya anak merupakan sosok individu yang masih memerlukan bantuan untuk dapat menentukan, menemukan dan mengenali emosinya.

Salah satu metode yang dianggap efektif dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran diri siswa ialah model layanan melalui permainan simulasi (Muro&Dinkmeyer,1997; Froehle,1983; Kathleen,1995; kim,2003 dalam Ramli, 2007 : 17). Permainan simulasi merupakan aktivitas bertujuan yang menyenangkan dalam situasi tiruan karakteristik kehidupan nyata yang


(10)

memberikan lingkungan belajar yang relative aman, sederhana dan saling berhubungan secara erat (Ramli, 2007 : 21). Permainan simulasi tersebut melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar yang menyenangkan. Dalam hal ini siswa memainkan peran dalam situasi yang menyerupai kehidupan nyata. Siswa mereaksi isyarat-isyarat sebagaimana ditemui dalam lingkungan sebenarnya. Siswa tersebut mengalami konsekuensi reaksi dalam kondisi yang aman dan menyenangkan (Ramli, 2007 :22). Oleh karena permainan simulasi tersebut merefleksikan realitas kehidupan sehari-hari dan menyenangkan melalui suasana bermainnya maka kondisi tersebut menarik bagi para siswa sehingga mereka merasa senang dan terlibat secara mendalam dengan kegiatan belajar melalui permainan simulasi.

Terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan keefektifan permainan simulasi dalam membantu meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap subjek penelitian. Ramli (2007 : 28) memaparkan bahwa permainan simulasi tersebut dapat meningkatkan : (1) motivasi warga belajar, (2) pemahaman diri siswa dan lingkungannya, (3) peningkatan kualitas layanan konsultasi bagi orang tua siswa, dan (4) mengembangkan komitmen belajar siswa sekolah menengah atas (Nugraha, 2009).

Berdasarkan beberapa hasil penelitian tentang kegunaan pelayanan peningkatan kemampuan individu melalui permainan simulasi di atas dapat diduga bahwa pelayanan tersebut juga efektif dalam meningkatkan kecerdasan emosional siswa SD. Oleh sebab itu penelitian ini diberi judul


(11)

“PenggunaanMetode Permainan Simulasi Untuk Mengembangkan Kecerdasan Emosional Siswa SD Kelas Atas”.

B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Salah satu faktor ketidakmampuan orang tua untuk menjadi pelatih emosi bagi anak diperkirakan karena kondisi sosial ekonomi yang rendah. Dengan kondisi ini, mereka cenderung lebih memusatkan perhatian pada pemenuhan kebutuhan dasar (Kartadinata, 1983 : 44). Penjelasan lain dari McLoyd (dalam Santrock, 2002 :72) bahwa pada orang tua miskin cenderung memiliki kemampuan yang terbatas dalam membimbing dan mendukung anak-anaknya. Mengenai perilaku pengasuhan, orangtua yang berasal dari keluarga penghasilan rendah dan kelas pekerja cenderung mendisiplinkan anak-anak dengan hukuman fisik dan mengecam anak-anak mereka (Heath, 1983&Kohn,1977 dalam Santrock, 2002 : 47). Demikian juga pendapat Goleman (2005 : 34) bahwa pada keluarga miskin, orangtua kurang memberikan ungkapan kehangatan kepada anak. Apa yang dilakukan orangtua tersebut bukanlah cara yang baik untuk mengembangkan kecerdasan emosional anak, maka orangtua harus cerdas secara emosi. Orangtua yang cerdas secara emosi akan nampak dari cara orangtua memperlakukan anak dengan kasih sayang yang afirmatif, yaitu menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan emosi anak dan mendukung melalui cara yang jelas dikenali anak (Santrock, 2002 : 19).


(12)

Kecerdasan emosional yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu merupakan kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan dengan tepat, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan dengan orang lain.

Berdasarkan pengertian kecerdasan emosional tersebut, maka kecerdasan emosional pada penelitian ini didefinisikan ke dalam lima aspek utama sebagai berikut (Salovey dalam Goleman, 2005 :43-44) :

a. Mengenali emosi diri;

b. Mengelola emosi (managing emotion); c. Memotivasi diri sendiri (motivating oneself);

d. Mengenali emosi orang lain (recognizing emotion in others); e. Membina hubungan (hadling relationship).

Bermain dipandang sebagai suatu perilaku yang muncul secara alamiah menyenangkan yang ditemukan dalam kehidupan manusia. Bermain juga merupakan suatu kekuatan pendorong dalam perkembangan manusia.

Dunia anak adalah dunia bermain, tapi sayangnya kebanyakan orangtua memperlakukan aktivitas bermain sebagai imbalan bukan sebagai kebutuhan anak. Sebenarnya, lewat kegiatan bermain semua aspek perkembangan anak ditumbuhkan, sehingga anak-anak menjadi lebih sehat sekaligus cerdas.

Menurut survei yang dilakukan oleh Radani Edutainment (An, 2008 : 3) terhadap 300 responden di wilayah Jabodetabek, terungkap hanya sekitar 25 persen anak yang bisa bermain sesuai dengan keinginan anak-anak. Dua aktivitas yang paling banyak dilarang oleh para orangtua adalah bermain video games


(13)

(50%) dan bermain di luar rumah (30%). Sekitar 60 persen anak-anak di Jabodetabek sepulang sekolah lebih banyak menghabiskan waktunya dengan mengikuti kegiatan les.

Berdasarkan analisis beberapa hasil penelitian pada uraian latar belakang penelitian diduga bahwa permainan simulasi dapat digunakan dalam peningkatan kecerdasan emosional siswa SD. Maka dari itu, salah satu kegiatan yang dapat diberikan pada siswa SD untuk mengembangkan kecerdasan emosional adalah melalui metode permainan simulasi. Dimensi bermain sangat mungkin diberikan pada siswa SD karena disesuaikan dengan karakteristik siswa, maka dari itu bantuan yang diberikan untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa SD melalui permainan simulasi.

Permainan simulasi mampu menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan mental yang merupakan unsur utama yang menentukan perkembangan serta alat berfikir untuk mengelola perilaku dan sikap dalam berbagai setting.

Permainan simulasi merupakan upaya penciptaan lingkungan bagi para partisipan atau pemain yang tidak akan mengalaminya sebagaimana biasanya. (Gillispie dalam M. Ramli, 2007: 31). Permainan simulasi secara tidak langsung merupakan suatu rekayasa lingkungan yang realistis dan mengembangkan solusi yang realistis untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas maka secara umum pertanyaan penelitian ini dijabarkan sebagai berikut :


(14)

Apakah teknik permainan simulasi efektif untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa SD kelas atas?

Secara khusus rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut :

a. Bagaimana profil kecerdasan emosional siswa SD kelas atas SDN Cihampelas 3 sebelum memperoleh permainan simulasi?

b. Bagaimana profil kecerdasan emosional siswa SD kelas atas SDN Cihampelas 3 setelah memperoleh permainan simulasi?

c. Adakah perbedaan skor yang dicapai siswa sebelum dan sedudah memperoleh permainan simulasi?

d. Apakah bimbingan dengan menggunakan metode permainan simulasi efektif untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa SD kelas atas?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui efektivitas permainan simulasi dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa SD.

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

a. Gambaran umum kecerdasan emosional siswa SD kelas atas SDN Cihampelas 3 tahun ajaran 2011 / 2012 sebelum memperoleh permainan simulasi.

b. Gambaran umum kecerdasan emosional siswa SD kelas atas SDN Cihampelas 3 tahun ajaran 2011 / 2012 setelah memperoleh permainan simulasi.

c. Efektivitas bimbingan dengan metode permainan simulasi untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa SD kelas atas SDN Cihampelas 3 tahun ajaran 2011 / 2012.


(15)

D. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian eksperimen semu (Quasi-Experimental Research) dengan alasan pertama penelitian hanya mengandung beberapa ciri eksperimental dalam jumlah yang kecil dan kedua rancangan eksperimen semu tidak ada kontrol (Suryabrata, 1983 :151).

E. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan, khususnya dalam ilmu bimbingan dan konseling.

Adapun secara praksis, manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Bagi konselor khususnya, dan guru pada umumnya

Mengetahui gambaran penggunaan metode permainan simulasi dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa SD dan mengembangkannya dalam menangani siswa lainnya.

b. Bagi Sekolah Dasar Negeri Cihampelas 3

Bagi sekolah, hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan serta rujukan dalam menentukan kebijakan dan program sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pengembangan metode permainan simulasi dalam upaya meningkatkan kecerdasan emosional siswa. c. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Mendapatkan gambaran operasional dalam aplikasi permainan simulasi untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa SD, sehingga menjadi bahan


(16)

masukan bagi pengembangan mata kuliah yang terkait (Bimbingan dan Konseling Anak dan Dinamika Kelompok).

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti efektivitas menggunakan permainan simulasi untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa pada setiap jenjang pendidikan SMP, SMA dan PT, membandingkan gambaran umum tingkat kecerdasan emosional siswa sekolah dasar pada setiap jenjang kelas, jenis kelamin dan tingkat prestasi, sehingga gambaran yang dihasilkan cenderung dinamis dan menyeluruh.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Rancangan penulisan skripsi terdiri dari lima bab antara lain : bab I terdiri

dari latar belakang masalah, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat/signifikansi penelitian, dan struktur organisasi penelitian. Bab II terdiri dari teori-teoti dasar yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti serta asumsi dan hipotesis penelitian. Bab III merupakan penjabaran dari lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data dan prosedur penelitian. Bab IV akan dilaporkan hasil-hasil penelitian. Bab V akan diuraikan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan serta implikasinya bagi guru, sekolah dan peneliti selanjutnya untuk pengembangan lebih lanjut.


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Negeri Cihampelas 3. Populasi dalam penelitian adalah siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah. Penelitan menggunakan Purposive Sampling yang dikenal juga dengan sampling pertimbangan ialah teknik sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu di dalam pengambilan sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu. Penggunaan teknik purposive sampling adalah dengan mengambil sampel satu kelompok 5-8 orang yang memiliki skor kecerdasan emosional rendah, dengan asumsi sesuai dengan penanganan bimbingan kelompok. Hal ini dipandang efektif melihat dalam pemberian treatment 5-8 orang ini akan di kelompokan dalam kelas yang terpisah. Pertimbangan memilih sampel dan lokasi penelitian di SDN Cihampelas 3 Bandung adalah :

1. Pemilihan lokasi atas pertimbangan bahwa SDN Cihampelas 3 termasuk SD yang berada hampir di pusat kota yang sering dianggap tempat transit untuk orang-orang berwisata.

2. Pemilihan lokasi juga atas pertimbangan bahwa SDN Cihampelas 3 merupakan sekolah yang mempunyai keragaman latar belakang siswa sehingga tentu saja mempengaruhi kecerdasan emosional anak.

3. Pemilihan siswa atas berdasarkan pertimbangan kelas atas merupakan masa kelas tinggi dimana siswa mulai tidak bergantung dengan orang tua.


(18)

4. Pemilihan siswa kelas atas juga berdasarkan pertimbangan siswa kelas atas berada pada masa operational concret, artinya anak sudah dapat membentuk operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka miliki. Mereka dapat menambah, mengurangi dan mengubah serta operasi ini memungkinkan mereka dapat memecahkan masalah secara logis.

B. Desain Penelitian

Desain pada penelitian dengan menggunakan penelitian one group pretest dan posttest desain digambarkan sebagai berikut :

Pretest Treatment Posttest T1 X T2

Langkah-langkah penelitian :

1. Menentukan subjek, subjek dalam penelitian yaitu siswa kelas atas SD Negeri Cihampelas 3 Bandung.

2. Memberikan pretest (T1) pada subjek untuk mengukur rata-rata kecerdasan emosi sebelum subjek dikenakan treatment.

3. Memberikan treatment (X) pada subjek penelitian.

4. Memberikan posttest (T2) pada subjek untuk mengukur rata-rata kecerdasan emosi setelah subjek dikenakan variabel eksperiment (X).

Menghitung rata-rata selisih pretest dan posttes (T2 – T1) untuk menentukan apakah penggunaan permainan simulasi (X) efektif untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa.


(19)

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian eksperimen semu (Quasi-Experimental Research) dengan alasan pertama penelitian hanya mengandung beberapa ciri eksperimental dalam jumlah yang kecil dan kedua rancangan eksperimen semu tidak ada kontrol (Suryabrata, 1983 : 151).

Data dalam penelitian quasi eksperimental diperoleh melalui pretest dan posttes serta dari kondisi yang ada pada saat pemberian permainan berlangsung. Metode ini menggunakan desain satu kelompok subjek (one group pretest-posttest design), dengan alasan bahwa pretest memberikan landasan untuk membuat komparasi perubahan yang dialami oleh subjek yang sama sebelun dan sesudah dikenakan eksperimental treatment (Suryabrata, 1983 : 153).

D. Definisi Operasional Variabel

1. Kecerdasan Emosional

Definisi Operasional variabel kecerdasan emosional dalam penelitian ini dikembangkan dari instrumen skala kecerdasan emosional (Mira, 2008). Kecerdasan emosional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan dengan tepat, termasuk untuk memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, serta membina hubungan dengan orang lain.

Secara konseptual, kecerdasan emosional oleh Salovey (dalam Goleman, 2005 :43-44) dikelompokkan dalam lima karakter kemampuan, yaitu :


(20)

a. Mengenali emosi diri, wilayah ini merupakan dasar kecerdasan emosional. Mengenali emosi diri disebut juga sebagai kesadaran diri (self-awareness), yakni kemampuan untuk mengidentifikasi / menamai perasaan. Dalam aspek mengenali emosi diri terdapat 3 indikator, yaitu : 1.1) Mengenal dan merasakan emosi sendiri, yaitu bagaimana individu mampu mengenali, merasakan bahkan menamai emosi dirinya yang dirasakan pada saat emosi itu muncul, 1.2) Memahami penyebab perasaan yang timbul, yaitu setelah individu mampu mengenal dan merasakan emosinya sendiri, ia juga mampu untuk menemukan bahkan memahami penyebab perasaan emosinya yang timbul, 1.3) Mengenal pengaruh perasaan terhadap tindakan, yaitu setelah ditemukan penyebab perasaan emosinya, individu akan mampu mengenal bahkan memahami kemungkinan pengaruh dari perasaan emosinya terhadap tindakan atau perbuatan yang akan muncul sebagai efek dari perasaan atau emosinya.

b. Mengelola emosi, ; kecerdasan emosi seseorang pada bagian ini ditunjukkan dengan kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan sehingga dia dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan. Dalam aspek mengelola emosi ini, terdapat enam indikator, yaitu : 2.1) Bersikap toleran terhadap frustasi, yaitu bagaimana individu mentoleransi saat perasaan frustasinya muncul, 2.2) Mampu mengendalikan marah secara lebih baik, yaitu individu mampu mengelola perasaan marahnya agar dapat dikendalikan secara lebih baik, 2.3) Dapat mengendalikan perilaku agresif yang dapat


(21)

merusak diri sendiri dan orang lain, yaitu individu mampu mengelola perasaannya terutama saat perilaku agresifnya muncul agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain, 2.4) Memiliki perasaan positif tentang diri sendiri dan orang lain, yaitu individu mampu untuk selalu berfikir positif tentang diri sendiri dan orang lain di sekitarnya, 2.5) Memiliki kemampuan untuk mengatasi stress, yaitu individu dapat mengelola dan mengatasi perasaan stressnya secara lebih baik saat ia merasa tertekan, 2.6) Dapat mengurangi perasaan kesepian dan cemas, yaitu individu mampu mengisi waktunya dengan kegiatan yang positif dan menyenangkan untuk menghindari perasaan kesepian dan cemas.

c. Memotovasi diri sendiri, kecerdasan ini berhubungan dengan kamampuan seseorang dalam membangkitkan hasrat, menguasai diri, menahan diri terhadap kepuasan dan kecemasan. Keberhasilan dalam wilayah ini akan menjadikan seseorang cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apa pun yang mereka kerjakan. Dalam aspek memotivasi diri sendiri ini terdapat tiga indikator, yaitu : 3.1) Mampu mengendalikan impuls, artinya individu mampu menyeleksi bahkan mengendalikan rangsangan atau godaan negatif yang datang, 3.2) Bersikap optimis, artinya individu mampu untuk selalu merasa optimis dalam segala hal, 3.3) Mampu memusatkan perhatian pada tugas yang dikerjakan, artinya individu dapat bersikap tegas pada dirinya sendiri untuk konsentrasi dan fokus pada tugas yang dikerjakannya serta tidak tergoda oleh hal lain yang dapat membuyarkan bahkan mengganggu konsentrasinya dalam mengerjakan tugas.


(22)

d. Mengenali emosi orang lain, Berkaitan erat dengan empati, salah satu kecerdasan emosi yang merupakan "keterampilan bergaul" dasar. Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Dalam aspek mengenali emosi orang lain, terdapat tiga indikator, yaitu : 4.1) Mampu menerima sudut pandang orang lain, artinya individu dapat bersikap terbuka untuk menerima dan memaklumi sudut pandang orang lain meskipun pandangan orang lain tersebut bertolak belakang dengan pandangannya, 4.2) Memiliki sikap empati atau kepekaan terhadap perasaan orang lain, artinya individu peka terhadap apa yang sedang dirasakan orang lain dan mampu bersikap empati, 4.3) Mampu mendengarkan orang lain, artinya individu mampu menjadi pendengar yang baik untuk mendengarkan orang lain yang mengajaknya berbicara.

e. Membina hubungan, Seni membina hubungan, menuntut kecerdasan dan keterampilan seseorang dalam mengelola emosi orang lain. Sangat diperlukan untuk menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antar pribadi. dalam aspek membina hubungan ini, terdapat Sembilan indikator, yaitu : 5.1) Memahami pentingnya membina hubungan dengan orang lain, artinya individu sadar bahwa membina hubungan dengan orang lain itu penting, 5.2) Mampu menyelesaikan konflik dengan orang lain, artinya individu dapat segera menyelesaikan konflik dengan orang lain secara positif dengan tidak menimbulkan konflik yang baru, 5.3) Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain, artinya bahwa individu mampu


(23)

berkomunikasi dengan orang lain secara baik bahkan dengan orang yang baru dijumpainya, 5.4) Memiliki sikap bersahabat atau mudah bergaul dengan teman sebaya, artinya bahwa individu senang bersahabat dan bergaul terutama dengan teman sebayanya, 5.5) Memiliki sikap tenggang rasa, artinya bahwa individu mampu bersikap tenggang rasa terhadap kepentingan orang lain, 5.6) Memiliki perhatian terhadap kepentingan orang lain, artinya bahwa individu tidak bersikap egois, ia selalu lebih mengutamakan kepentingan orang lain daripada kepentingan dirinya sendiri, 5.7) Dapat hidup selaras dengan kelompok, artinya individu mampu hidup damai dan selaras dalam kelompoknya, 5.8) Bersikap senang berbagi rasa dan bekerja sama, artinya bahwa individu merasa senang dengan kondisi kebersamaan dan bekerja sama dengan orang lain, 5.9) Bersikap demokratis, artinya bahwa individu tidak memutuskan sesuatu yang bersifat umum dengan pandangannya sendiri, akan tetapi ia juga mempertimbangkan pandangan orang lain.

2. Permainan Simulasi

Permainan simulasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bentuk kegiatan yang melibatkan aktivitas kognitif, afektif dan psikomotor dalam suasana yang menyenangkan dengan rekayasa lingkungan menyerupai kondisi nyata dalam suasana kelompok yang bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa SD kelas atas.

Dalam penelitian ini, mengembangkan kecerdasan emosional siswa SD kelas atas melalui metode permainan simulasi proses memfasilitasi


(24)

pengembangan kecerdasan emosional siswa melalui hubungan menyenangkan yang menyerupai kehidupan nyata dalam seting kelompok yang terdiri atas tahap pembinaan hubungan baik, orientasi permainan simulasi, kegiatan permainan simulasi, refleksi permainan simulasi dan pengakhiran.

Urutan pelaksanaan permainan simulasi untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa SD kelas atas berdasarkan pada analisis kebutuhan (need assesment) permasalahan kecerdasan emosional siswa yang diungkap dengan instrumen skala kecerdasan emosional siswa SD. Selanjutnya tahapan permainan simulasi dalam penelitian ini secara operasional terdiri dari atas tahapan berikut ini:

a. Pembinaan hubungan baik

Peningkatan kecerdasan emosional siswa melalui permainan simulasi diharapkan dapat dicapai secara optimal. Pencapaian tujuan tersebut tentunya memerlukan kondisi yang fasilitatif. Hubungan baik dapat tercipta melalui penciptaan suasana penghargaan, penerimaan, keterbukaan, dan pemahaman empatik terhadap siswa. Kegiatan perkenalan terutama dilakukan pada pertemuan pertama. Untuk pertemuan selanjutnya, kegiatan pembinaan hubungan baik disesuaikan dengan kondisi kelompok. Kegiatan ini bertujuan untuk dapat memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam permainan simulasi dengan penuh antusias.


(25)

b. Orientasi permainan simulasi

Pada tahap ini, siswa diberikan penjelasan tentang (a) tujuan permainan simulasi secara singkat, (b) tata cara permainan simulasi yang meliputi cara memulai, melaksanakan, dan mengakhiri permainan simulasi , (c) asas-asas umum permainan simulasi, terutama yang berkaitan dengan asas kesukarelaan, penghargaan, dan kerahasiaan, (d) penentuan peserta permainan, dalam permainan ini fasilitator adalah peneliti dan pemain adalah siswa-siswa yang memiliki skor kecerdasan emosional rendah berdasarkan hasil inventori kecerdasan emosional siswa SD kelas atas.

c. Kegiatan permainan simulasi

Pada tahap ini pemain melaksanakan permainan simulasi yang dipimpin fasilitator. Fasilitator memberikan kesempatan kepada pemain untuk aktif dalam permainan simulasi dengan memberikan dorongan dan penguatan dengan penuh perhatian, penghargaan, keterbukaan, dan pemahaman empatik. Pemain berperan aktif dalam kegiatan permainan simulasi sesuai dengan stimulasi isi situasi dalam beberan simulasi dan interaksi dengan pemain yang lain dalam rangka peningkatan kecerdasan emosionalnya. Keaktifan para pemain dalam permainan simulasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan semua aspek kemampuan kecerdasan emosional siswa.

d. Refleksi permainan simulasi

Tahap refleksi permainan simulasi, yakni tahap untuk menyerapkan pengalaman dan wawasan yang diperoleh setelah mengikuti permainan simulasi dengan melakukan hal-hal berikut ini:


(26)

1) Memberikan kesempatan setiap peserta permainan simulasi untuk menjelaskan peran yang telah dimainkan.

2) Memberikan kesempatan setiap peserta permainan simulasi untuk menjelaskan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan permainan simulasi dan penanganannya.

3) Memberikan kesempatan setiap peserta permainan simulasi untuk menjelaskan pelajaran yang diperoleh dari permainan simulasi yang telah diikuti.

4) Mengarahkan peserta permainan simulasi membahas proses pelaksanaan dan hasil permainan simulasi berkaitan dengan upaya mengembangkan kecerdasan emosional. Pembahasan hasil permainan simulasi dikaitkan dengan pengembangan berbagai aspek kemampuan dalam kecerdasan emosional meliputi : kemampuan mempersepsi, menggunakan, memahami, dan mengelola emosi.

5) Melakukan evaluasi proses dan hasil permainan simulasi berkaitan dengan pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

e. Pengakhiran

Pengakhiran permainan simulasi, yakni tahap pengembangan kesepakatan tindakan, kesimpulan hasil permainan simulasi dan penguatan atas kesepakatan tindakan peserta untuk mengembangkan kecerdasan emosionalnya.


(27)

f. Evaluasi

Evaluasi keberhasilan permainan simulasi, yakni penilaian ketercapaian keberhasilan permainan simulasi yang telah dilaksanakan menyangkut aspek proses maupun aspek hasil.

E. Instrumen Penelitian

1. Penyusunan Kisi-Kisi

Instrumen pengungkap data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Skala Kecerdasan Emosional siswa Sekolah Dasar yang di kembangkan oleh Mira Susanty Yuliani (2008). Kisi-kisi instrumen Skala Kecerdasan Emosional Siswa sekolah Dasar disajikan dalam tabel berikut

Tabel 3.1

Kisi – kisi Instrumen Kecerdasan Emosional Pada Siswa Sekolah Dasar

ASPEK INDIKATOR NO ITEM

1. Kesadaran Diri

1.1 Mengenal dan merasakan emosi sendiri 1,2 1.2 Memahami faktor penyebab perasaan yang

timbul

3,4

1.3 Mengenal pengaruh perasaan terhadap tindakan

5,6

2. Mengelola Emosi

2.1 Bersikap toleran terhadapn frustasi 7,8 2.2 Mampu mengendalikan marah secara lebih

baik

9,10

2.3 Dapat mengendalikan perilaku agresif yang dapat merusak diri sendiri dan orang lain


(28)

ASPEK INDIKATOR NO ITEM

2.4 Memiliki perasaan yang positif tentang diri sendiri dan orang lain

13,14 2.5 Memiliki kemampuan untuk mengatasi

stress

15,16 2.6 Dapat mengurangi perasaan kesepian dan

cemas

17 3. Memotivasi

diri sendiri

3.1 Mampu mengendalikan impuls 18,19 3.2 Bersikap optimis 20,21 3.3 Mampu memusatkan perhatian pada tugas

yang dikerjakan

22

4. Mengenal emosi orang lain

4.1 Mampu menerima sudut pandang orang lain 23,24 4.2 Memiliki kepekaan terhadap perasaan orang

lain

25,26

4.3 Mampu mendengarkn orang lain 27,28 5. Membina

hubungan

5.1 Memahami pentingnya membina hubungan dengan orang lain

29

5.2 Dapat menyelesaikan konflik dengan orang lain

30,31

5.3 Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan orang lain

32,33

5.4 Memiliki sifat bersahabat atau mudah bergaul dengan orang lain

34,35

5.5 Memiliki sikap tenggang rasa 36,37 5.6 Memiliki perhatian terhadap kepentingan

orang lain

38,39

5.7 Dapat hidup selaras dengan kelompok 40,41 5.8 Bersikap senang berbagi rasa dan

bekerjasama

42,43


(29)

2. Pedoman Skoring

Menetapkan pola penyekoran untuk instrumen kecerdasan emosional siswa, instrumen yang keseluruhan terdiri dari pernyataan atau pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda untuk tiga alternatif jawaban yang memiliki skor tersendiri, dengan pola penyekoran sebagai berikut.

Tabel 3.2

Kriteria Penyekoran Alat Pengumpul Data

No. Soal

Skor No.

Soal

Skor

a b c a b c

1 3 1 2 26 2 3 1 2 2 3 1 27 1 2 3 3 3 2 1 28 2 3 1 4 3 1 2 29 3 2 1 5 2 3 1 30 2 1 3 6 3 2 1 31 1 3 2 7 1 2 3 32 1 2 3 8 2 3 1 33 2 1 3 9 3 1 2 34 3 2 1 10 3 2 1 35 3 1 2 11 1 2 3 36 1 2 3 12 2 1 3 37 2 3 1 13 3 1 2 38 3 1 2 14 3 1 2 39 1 3 2 15 3 2 1 40 2 1 3 16 2 1 3 41 1 3 2 17 1 2 3 42 3 1 2 18 3 2 1 43 2 1 3 19 2 3 1 44 1 2 3 20 3 2 1 45 3 1 2 21 1 3 2

22 3 1 2 23 1 3 2 24 3 1 2 25 3 2 1


(30)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala kecerdasan emosional. Adapun bentuk instrumen disajikan dalam bentuk pilihan ganda yang keseluruhan terdiri dari pernyataan atau pertanyaan untuk tiga alternatif jawaban yang memiliki skor tersendiri. Data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu data tentang kecerdasan emosional siswa dan efektivitas permainan simulasi untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa. Oleh karena itu dalam pengambilan data dilakukan dalam dua kali, yaitu pre-test dan post-test dengan menggunakan instrumen yang sama.

G. Analisis Data

Teknik pengolahan data erat kaitannya dengan jenis data yang diperoleh serta tujuan penelitian. Data yang diperoleh dengan menggunakan skala Likert kemudian dianalisis dengan mengguanakan perhitungan statistik sehingga diperoleh hasil perhitungannya.

Dalam mengolah data, langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :

a. Verifikasi data, hal ini dilakukan untuk mengetahui kelengkapan data yang diperoleh.

b. Memberikan skor (scoring) untuk jawaban pernyataan siswa. Setiap butir pernyataan memiliki skor aktual, yaitu dari penjumlahan dari setiap skor jawaban pernyataan siswa.


(31)

c. Pengelompokan data mengacu kepada penentuan konversi skor. Konversi skor disusun berdasarkan skor yang diperoleh subjek uji coba pada setiap aspek maupun skor total instrumen dengan jumlah kelas tiga.

Untuk mengetahui gambaran aspek kecerdasan emosional siswa, maka dilakukan pengelompokan data berdasarkan lima aspek kecerdasan emosional tersebut dengan kriteria rendah, sedang, dan tinggi. Penentuan kriteria tersebut berdasarkan pada skala kontinum sesuai dengan pendapat Allen L. Edwards (dalam Natawidjaja, 1985 : 234), bahwa pergerakan skala dimulai dari daerah unfavorable (-) sampai ke daerah favorable (+). Skala kontinum ini, jika ditunjukkan dalam garis akan tampak sebagai berikut.

Grafik 3.1 Skala Kontinum

0 1,49 1,5 2,49 2,5 3

Rendah Sedang Tinggi

Kriteria di atas hanyalah sebagai patokan dalam menentukan kategori dari skor. Dalam penggunaannya, setiap range dalam kriteria di atas dikalikan dengan jumlah item yang digunakan. Berdasarkan studi uji coba, terdapat 45 item yang sudah diujicobakan (setelah uji coba) diperoleh gambaran umum pada setiap kategori / kelas sebagai berikut :


(32)

45 - 67,49 = Rendah 67,5 - 112,49 = Sedang 112,5 - 135 = Tinggi

a. Persentase

Persentase digunakan untuk mengungkap karakteristik kecerdasan emosional siswa yang dimiliki. Bila persentase semakin tinggi, maka skala kecerdasan emosional siswa termasuk dalam karakteristik tinggi. Namun sebaliknya, bila persentase rendah, maka skala kecerdasan emosional siswa termasuk dalam karakteristik rendah. Selain itu untuk mendapatkan gambaran tingkat kecerdasan emosional siswa secara lebih rinci, dilakukan perhitungan persentase distribusi respons data terhadap masing-masing indikator dengan rumus:

b. Uji Komparatif ( Uji t )

Uji t digunakan untuk menganalisis perbedaan skor pre-test dan post- test siswa yang mendapat layanan pengembangan kecerdasan emosional melalui permainan simulasi. Untuk menganalisis hasil eksperimen yang menggunakan pre-test dan post-test one group design maka digunakan rumus berikut. (Furqon, 2002: 1993).

t =

2 1

1 1

2 1

n n gab

S

Y

Y


(33)

Keterangan :

t = t hitung N = Subyek pada sampel

1

Y = nilai rata-rata sampel 1 d.b = Ditentukan dengan N- 1

2

Y = nilai rata-rata sampel 2 n1 = banyaknya sampel 1

Sgab= simpangan baku gabungan kedua sampel n2 = banyaknya sampel 2

H. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini meliputi beberapa langkah sebagai berikut. 1. Tahap Persiapan

Tahap ini meliputi kegiatan sebagai berikut:

a. Penyusunan proposal penelitian dan konsultasi proposal dengan dosen pengampu mata kuliah skripsi dan disahkan dengan persetujuan dari dewan skripsi dan dosen pembimbing skripsi serta ketua jurusan.

b. Mengajukan permohonan pengangkatan dosen pembimbing skripsi pada tingkat fakultas.

c. Mengajukan permohonan izin penelitian dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang memberikan rekomendasi untuk melanjutkan ke tingkat fakultas dan rektor UPI. Selanjutnya mengajukan permohonan penelitian pada Badan Kesatuan Bangsa, Dinas Pendidikan Kota Bandung dan SD Negeri Cihampelas 3.

2. Tahap Pelaksanaan


(34)

a. Mengumpulkan data studi pendahuluan sebagai data pre-test dengan menyebarkan angket pada siswa kelas atas SD Negeri Cihampelas 3. b. Melaksanakan permainan simulasi untuk mengembangkan kecerdasan

emosional yang telah dirancang sebelumnya.

c. Mengumpulkan data post-test untuk memperoleh data efektivitas permainan simulasi untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa.

3. Tahap Akhir

Pada tahap akhir dilakukan pengolahan dan menganalisis data tentang efektivitas permainan simulasi untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa serta kesimpulan dari hasil penelitian dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.


(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data dan analisis data, berikut merupakan kesimpulan dari proses penelitian yang telah dilakukan di SDN Cihampelas 3 Bandung, yaitu :

1. Secara umum gambaran kecerdasan emosional siswa SD kelas atas SDN Cihampelas 3 berada pada kategori sedang cenderung tinggi.

2. Secara umum tingkat pencapaian kecerdasan emosional siswa SD Kelas atas SDN Cihampelas 3 sebelum memperoleh permainan simulasi dan setelah memperoleh permainan terjadi peningkatan sebesar 4,55 %.

3. Permainan simulasi efektif untuk mengembangkan kecerdasan emosional terutama pada aspek mengenal emosi orang lain dan aspek mengelola emosi. 4. Profil kecerdasan emosional 8 siswa terendah sebelum treatment berada pada kategori sedang dengan pencapaian skor kecerdasan emosional dibawah 100.

5. Profil kecerdasan emosional 8 siswa terendah setelah treatment menunjukan peningkatan pada setiap aspek. Secara umum gambaran kecerdasan emosional 8 siswa terendah berada pada kategori tinggi.

6. Permainan simulasi efektif untuk mengembangkan kecerdasan emosional pada 8 siswa dengan skor kecerdasan emosional terendah dengan persentase


(36)

peningkatan sebesar 21,39 %. Selanjutnya hasil analisis dengan rumus t-test bahwa harga t hitung sebesar 2,418 dengan derajat kebebasan (dk) n1+ n2 - 2 = 14. Harga t tabel pada tingkat kepercayaan 0.95 untuk dk = 14 adalah 1,645 ternyata harga t hitung lebih besar dari t tabel, sehingga Hoditolak. Karena penelitian ini merumuskan hipotesis dalam bentuk hipotesis kerja maka hipotesis dalam penelitian ini diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa permainan simulasi efektif untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa SD kelas atas.

B. Rekomendasi

1. Bagi Guru Pembimbing di Sekolah

Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah cenderung pemurung, lebih suka menyendiri, kurang bersemangat dan suka melamun. Oleh karena itu, guru pembimbing di sekolah diharapkan dapat :

a. Merancang program bimbingan dan konseling pribadi sosial yang mampu meningkatkan kecerdasan emosional siswa.

b. Merancang Teknik bimbingan yang melibatkan dan melatih kemampuan kecerdasan emosional siswa, yang salah satunya dengan menggunakan teknik bimbingan kelompok dan permainan simulasi.


(37)

c. Memberikan tindak lanjut pada siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah berupa pelatihan dan konseling individual.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Pencapaian hasil penelitian belum optimal, karena keterbatasan waktu dan penguasaan teknik dalam penggunaan media yang tepat dalam bimbingan. Alat atau instrument yang digunakan oleh peneliti belum sepenuhnya mengungkap karakteristik kecerdasan emosional siswa SD Kelas atas SDN Cihampelas 3, oleh karena itu bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk :

a. Mengembangan kembali instrument penelitian sehingga mampu secara optimal untuk mengungkap kemampuan kecerdasan emosional siswa.

b. Mengembangkan dan mencari metode permainan yang lebih efektif dalam meningkatkan kecerdasan emosional siswa serta dapat memperdalam teknik-teknik permainan simulasi.

3. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Data hasil penelitian ini menjadi sumbangan bagi jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Hasil penelitian tentang efektivitas permainan simulasi dalam meningkatkan kecerdasan emosional siswa diharapkan dapat menjadi referensi tambahan bagi mata kuliah Bimbingan dan Konseling


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Mubiar. (2008). Mengenali dan Memahami Dunia Anak. Bandung : Tidak diterbitkan.

Ahmadi, Abu. (1998). Psikologi Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ahman. (1998). Pengembangan Model Bimbingan dan Konseling Perkembangan di sekolah Dasar. Disertasi, PPS IKIP Bandung : Tidak Diterbitkan. An. (2008). Bermain Cerdaskan Emosi Anak. [Online]. Tersedia :

http://www2.kompas.com/ver1/Perempuan/0704/26/184534.htm. (14

November 2008)

Arikunto, Suharsimi. 1997. prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

AsianBrain Content Team, (2008). Permainan Anak. [Online]. Tersedia: http://www.anneahira.com/permainan/index.htm (14 November 2008) Baderel Munir. (2001). Dinamika Kelompok. Jakarta: Universitas Sriwijaya. Dewi, Rian Chandra. (2007). Program Bimbingan Kelompok Berbasis Neuro

Linguistic Programming Untuk Menanggulangi Stress Pada Siswa Sekolah Dasar. Skripsi pada jurusan PPB FIP UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Dod. (2008). Bertualang Ciptakan Anak Mandiri. [Online]. Tersedia :

http://www.wartakota.co.id/index.php?option=com_content&task=view&i d=8075&Itemid=133. (14 November 2008).

Donnchadha, Reamonn. 2000. The Confident Child : Anak yang Percaya Diri. Terjemahan, Penerbit Nirmala. Jakarta.

Furqon. (2002). Statistika Terapan untuk Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Goleman, Daniel. (2005). Emotional Intelligence : Kecerdasan Emosional, Mengapa EI lebih penting dari IQ. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Gottman, J dan De Claire, G. (1997). Kiat-kiat membesarkan anak yang memiliki


(39)

Menengah. Tesis pada jurusan BP PPs UPI Bandung : Tidak diterbitkan. Hurlock, Elizabeth B. (2004). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan (Alih bahasa Isti Widayanti dan Soedjarwo). Jakarta : Erlangga.

Juniati, Endar. (2006). Kemampuan Orangtua Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak. Tesis PPS UPI : Tidak diterbitkan.

Kartadinata, Sunaryo. (1983). Kontribusi Iklim Kehidupan Keluarga Terhadap Adekuasi Penyesuaian Diri. Jurusan PPB FIP IKIP Bandung : Tidak Diterbitkan.

Kurniati, Euis. (2006). Program Bimbingan untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak Melalui Permainan Tradisional. Tesis PPS UPI. Tidak diterbitkan.

McCormack, Martin. (2006). Ukurlah EQ Anda, Tes Mandiri Mengukur dan Meningkatkan Kecerdasan Emosional (alih bahasa Drs. Bahrul Ulum, SE., M.Pd.). Jakarta : Prestasi Pustaka.

Mira Susanthy Yuliani. (2008). Program Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Kecerdasan Emosional Siswa SD. Skripsi pada jurusan PPB UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Mulyadi, Seto. (2002). Mengoptimalkan Perkembangan Kecerdasan pada Anak

sejak usia dini. [Online]. Tersedia :

http://www.rsiahermina.com/article/art_detail.php?id=10. (14 November 2008)

Mu’tadin, Zainun. (2002). Mengenal Kecerdasan Emosional Remaja. [Online]. Tersedia :http://www.e-psikologi.com. (18 Oktober 2008).

Nandang Rusmana. (2008). Konseling Kelompok Bagi Anak dengan Pengalaman Traumatik. Disertasi: PPS UPI BANDUNG.

Natawidjaja, Rochman. (1985). Proses Penyusunan Skala Sikap. Bandung : PPB FIP IKIP Bandung.

NN. (2008). Simulation Games. [Online]. Tersedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Simulation games. [25 Desember 2008].


(40)

PPB FIP UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Psikologi Komunikasi (Cetakan ke-17). PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Ramli, M. (2007). Model Konseling Melalui Permainan Simulasi Untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa Sekolah Menengah Pertama. Disertasi pada FIP UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Riduwan. (2006). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula.(Edisi keenam). Bandung : Alfabeta.

Robert D. Myrick. (1993). Developmental Guidance and Counseling. Minneapolis: Educational Media Corporation.

Sarlito, Sarwono Wirasan 2007. Psikologi Remaja. PT. RajaGrafindo Persada : Jakarta

Santrock, J.W. (1995). Life-Span development (Edisi Kelima). Jakarta : Erlangga Santrock, J.W. (2002). Perkembangan Masa Hidup. Jakarta : Erlangga.

Sudjana. (1992). Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Suharsimi Arikunto. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Suryabrata, S. (1983). Metodologi Penelitian. Manajemen PT Rajagrafindo Utama : Jakarta.

Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Pustaka Setia : Bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Akademik. Bandung : UPI. Verina. (1999). Emotional Intelligence. [Online]. Tersedia :

http://dokter.indo.net.id/emosi.html. (18 Oktober 2008).

Yusi Riksa Yustiana. (2002). Konseling Kelompok Wawasan Konsep, Teori dan Aplikasi dalam Rentang Sepanjang Hayat. PPS BK UPI Bandung : Tidak


(41)

Remaja Rosdakarya.


(1)

88

Refi Tsamratul Fuadah, 2012

Penggunaan Metode Permainan Simulasi

Untuk Mengembangkan Kecerdasan Emosional Siswa Sd Kelas Atas Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

peningkatan sebesar 21,39 %. Selanjutnya hasil analisis dengan rumus t-test bahwa harga t hitung sebesar 2,418 dengan derajat kebebasan (dk) n1+ n2 - 2 = 14. Harga t tabel pada tingkat kepercayaan 0.95 untuk dk = 14 adalah 1,645 ternyata harga t hitung lebih besar dari t tabel, sehingga Hoditolak.

Karena penelitian ini merumuskan hipotesis dalam bentuk hipotesis kerja maka hipotesis dalam penelitian ini diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa permainan simulasi efektif untuk mengembangkan kecerdasan emosional siswa SD kelas atas.

B. Rekomendasi

1. Bagi Guru Pembimbing di Sekolah

Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah cenderung pemurung, lebih suka menyendiri, kurang bersemangat dan suka melamun. Oleh karena itu, guru pembimbing di sekolah diharapkan dapat :

a. Merancang program bimbingan dan konseling pribadi sosial yang mampu meningkatkan kecerdasan emosional siswa.

b. Merancang Teknik bimbingan yang melibatkan dan melatih kemampuan kecerdasan emosional siswa, yang salah satunya dengan menggunakan teknik bimbingan kelompok dan permainan simulasi.


(2)

89

Refi Tsamratul Fuadah, 2012

c. Memberikan tindak lanjut pada siswa yang memiliki kecerdasan emosional rendah berupa pelatihan dan konseling individual.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Pencapaian hasil penelitian belum optimal, karena keterbatasan waktu dan penguasaan teknik dalam penggunaan media yang tepat dalam bimbingan. Alat atau instrument yang digunakan oleh peneliti belum sepenuhnya mengungkap karakteristik kecerdasan emosional siswa SD Kelas atas SDN Cihampelas 3, oleh karena itu bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk :

a. Mengembangan kembali instrument penelitian sehingga mampu secara optimal untuk mengungkap kemampuan kecerdasan emosional siswa.

b. Mengembangkan dan mencari metode permainan yang lebih efektif dalam meningkatkan kecerdasan emosional siswa serta dapat memperdalam teknik-teknik permainan simulasi.

3. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Data hasil penelitian ini menjadi sumbangan bagi jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Hasil penelitian tentang efektivitas permainan simulasi dalam meningkatkan kecerdasan emosional siswa diharapkan dapat menjadi referensi tambahan bagi mata kuliah Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial.


(3)

Refi Tsamratul Fuadah, 2012

Penggunaan Metode Permainan Simulasi

Untuk Mengembangkan Kecerdasan Emosional Siswa Sd Kelas Atas Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Mubiar. (2008). Mengenali dan Memahami Dunia Anak. Bandung : Tidak diterbitkan.

Ahmadi, Abu. (1998). Psikologi Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ahman. (1998). Pengembangan Model Bimbingan dan Konseling Perkembangan di sekolah Dasar. Disertasi, PPS IKIP Bandung : Tidak Diterbitkan. An. (2008). Bermain Cerdaskan Emosi Anak. [Online]. Tersedia :

http://www2.kompas.com/ver1/Perempuan/0704/26/184534.htm. (14

November 2008)

Arikunto, Suharsimi. 1997. prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

AsianBrain Content Team, (2008). Permainan Anak. [Online]. Tersedia: http://www.anneahira.com/permainan/index.htm (14 November 2008) Baderel Munir. (2001). Dinamika Kelompok. Jakarta: Universitas Sriwijaya. Dewi, Rian Chandra. (2007). Program Bimbingan Kelompok Berbasis Neuro

Linguistic Programming Untuk Menanggulangi Stress Pada Siswa Sekolah Dasar. Skripsi pada jurusan PPB FIP UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Dod. (2008). Bertualang Ciptakan Anak Mandiri. [Online]. Tersedia :

http://www.wartakota.co.id/index.php?option=com_content&task=view&i d=8075&Itemid=133. (14 November 2008).

Donnchadha, Reamonn. 2000. The Confident Child : Anak yang Percaya Diri. Terjemahan, Penerbit Nirmala. Jakarta.

Furqon. (2002). Statistika Terapan untuk Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Goleman, Daniel. (2005). Emotional Intelligence : Kecerdasan Emosional, Mengapa EI lebih penting dari IQ. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Gottman, J dan De Claire, G. (1997). Kiat-kiat membesarkan anak yang memiliki

kecerdasan emosional (Alih Bahasa T. Hermaya). Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.


(4)

Helma. (2001). Pengembangan alat Ukur Kecerdasan Emosional Siswa Sekolah Menengah. Tesis pada jurusan BP PPs UPI Bandung : Tidak diterbitkan. Hurlock, Elizabeth B. (2004). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan (Alih bahasa Isti Widayanti dan Soedjarwo). Jakarta : Erlangga.

Juniati, Endar. (2006). Kemampuan Orangtua Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak. Tesis PPS UPI : Tidak diterbitkan.

Kartadinata, Sunaryo. (1983). Kontribusi Iklim Kehidupan Keluarga Terhadap Adekuasi Penyesuaian Diri. Jurusan PPB FIP IKIP Bandung : Tidak Diterbitkan.

Kurniati, Euis. (2006). Program Bimbingan untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Anak Melalui Permainan Tradisional. Tesis PPS UPI. Tidak diterbitkan.

McCormack, Martin. (2006). Ukurlah EQ Anda, Tes Mandiri Mengukur dan Meningkatkan Kecerdasan Emosional (alih bahasa Drs. Bahrul Ulum, SE., M.Pd.). Jakarta : Prestasi Pustaka.

Mira Susanthy Yuliani. (2008). Program Bimbingan dan Konseling Untuk Mengembangkan Kecerdasan Emosional Siswa SD. Skripsi pada jurusan PPB UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Mulyadi, Seto. (2002). Mengoptimalkan Perkembangan Kecerdasan pada Anak sejak usia dini. [Online]. Tersedia : http://www.rsiahermina.com/article/art_detail.php?id=10. (14 November 2008)

Mu’tadin, Zainun. (2002). Mengenal Kecerdasan Emosional Remaja. [Online]. Tersedia :http://www.e-psikologi.com. (18 Oktober 2008).

Nandang Rusmana. (2008). Konseling Kelompok Bagi Anak dengan Pengalaman Traumatik. Disertasi: PPS UPI BANDUNG.

Natawidjaja, Rochman. (1985). Proses Penyusunan Skala Sikap. Bandung : PPB FIP IKIP Bandung.

NN. (2008). Simulation Games. [Online]. Tersedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Simulation games. [25 Desember 2008].


(5)

Refi Tsamratul Fuadah, 2012

Penggunaan Metode Permainan Simulasi

Untuk Mengembangkan Kecerdasan Emosional Siswa Sd Kelas Atas Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Nugraha, Agung. (2009). Efektivitas Permainan Simulasi Untuk Mengembangkan Komitmen Belajar Siswa Sekolah Menengah atas. Skripsi pada jurusan PPB FIP UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Psikologi Komunikasi (Cetakan ke-17). PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Ramli, M. (2007). Model Konseling Melalui Permainan Simulasi Untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosional Siswa Sekolah Menengah Pertama. Disertasi pada FIP UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

Riduwan. (2006). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula.(Edisi keenam). Bandung : Alfabeta.

Robert D. Myrick. (1993). Developmental Guidance and Counseling. Minneapolis: Educational Media Corporation.

Sarlito, Sarwono Wirasan 2007. Psikologi Remaja. PT. RajaGrafindo Persada : Jakarta

Santrock, J.W. (1995). Life-Span development (Edisi Kelima). Jakarta : Erlangga Santrock, J.W. (2002). Perkembangan Masa Hidup. Jakarta : Erlangga.

Sudjana. (1992). Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Suharsimi Arikunto. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Suryabrata, S. (1983). Metodologi Penelitian. Manajemen PT Rajagrafindo Utama : Jakarta.

Sobur, Alex. (2003). Psikologi Umum. Pustaka Setia : Bandung.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Akademik. Bandung : UPI. Verina. (1999). Emotional Intelligence. [Online]. Tersedia :

http://dokter.indo.net.id/emosi.html. (18 Oktober 2008).

Yusi Riksa Yustiana. (2002). Konseling Kelompok Wawasan Konsep, Teori dan Aplikasi dalam Rentang Sepanjang Hayat. PPS BK UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.


(6)

Yusuf, Samsu. (2002). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja . Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.