KEGIATAN MERONCE MANIK-MANIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB AZ-ZAKIYAH.

(1)

KEGIATAN MERONCE MANIK-MANIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB AZ-ZAKIYAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Khusus

Oleh : RIMA GARLINA

NIM. 0906461

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

KEGIATAN MERONCE MANIK-MANIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB AZ-ZAKIYAH

Oleh Rima Garlina

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

Rima Garlina 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin penulis.


(3)

0906461

KEGIATAN MERONCE MANIK-MANIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB AZ-ZAKIYAH

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Dra. Hj. Pudji Asri, M.Pd NIP. 19510326 197903 2 002

PembimbingII

Dr. Atang Setiawan, M.Pd NIP. 19560412 198301 1 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Drs. Sunaryo, M.Pd. NIP. 19560722 198503 1 001


(4)

ABSTRAK

KEGIATAN MERONCE MANIK-MANIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI

SLB AZ-ZAKIYAH

OLEH : RIMA GARLINA (0906461)

Hambatan yang dialami anak tunagrahita sedang salah satunya adalah hambatan dalam perkembangan motorik, terutama motorik halus yang menyebabkan anak tunagrahita sedang mengalami kesulitan untuk melakukan kegiatan sehari-hari, yang pada akhirnya berpengaruh pada kesulitan melakukan kegiatan bina diri. Untuk mengatasi hambatan motorik halus pada anak tunagrahita sedang diperlukan suatu latihan untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang. Salah satunya dengan kegiatan meronce manik-manik. Kegiatan meronce manik-manik bisa digunakan untuk melatih motorik halus pada anak tunagrahita sedang, karena dalam kegiatan meronce terdapat kegiatan bagaimana anak mengambil manik, memegang manik-manik lalu memasukkan manik-manik-manik-manik yang berlubang ke dalam seutas tali, benang ataupun kawat secara satu persatu. Selain itu, meronce manik-manik bisa menjadi salah satu media yang menarik bagi anak tunagrahita sedang karena manik-manik yang digunakan memiliki bentuk dan warna yang beragam. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kegiatan meronce manik-manik dalam meningkatkan kemampuan motorik anak tunagrahita sedang di SLB AZ-ZAKIYAH. Metode penelitian yang digunakan adalah adalah Single Subject Research (SSR) dengan desain penelitian A-B-A. Teknik pengumpulan data melalui tes perbuatan dan teknik analisis data menggunakan durasi untuk aspek ketahanan dan presentase untuk aspek ketepatan, dengan indikator memegang benda, mengambil benda, dan memasukkan benda. Hasil penelitian diperoleh mean level aspek ketahanan tangan kanan pada baseline 1 (A-1) sebesar 24,5, fase intervensi (B) sebesar 44,5 dan fase baseline 2 (A-2) sebesar 59,25, sedangkan pada aspek ketahanan tangan kiri pada baseline 1 (A-1) sebesar 23,25, fase intervensi (B) sebesar 42,125 dan fase baseline 2 (A-2) sebesar 52. Mean level aspek ketepatan tangan kanan pada baseline 1 (A-1) sebesar 27,75, fase intervensi (B) sebesar 53,125 dan fase baseline 2 (A-2) sebesar 60, sedangkan pada aspek ketepatan tangan kiri pada baseline 1 (A-1) sebesar 22,25, fase intervensi (B) sebesar 46,875 dan fase baseline 2 (A-2) sebesar 57,25. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa melalui kegiatan meronce manik-manik dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang (AL), terbukti dari kenaikan mean level pada setiap sesi. Hasil penelitian ini sekiranya dapat dijadikan pertimbangan bagi pendidik dalam memilih kegiatan meronce manik-manik.

Kata Kunci: Anak Tunagrahita Sedang, Kegiatan Meronce Manik-Manik, Kemampuan Motorik Halus


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR...ii

UCAPAN TERIMAKASIH...iii

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR GRAFIK...xi

DAFTAR BAGAN...xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian...1

B. Identifikasi Masalah...3

C. Batasan Masalah...3

D. Rumusan Masalah...4

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian...4

1. Tujuan Penelitian...4

2. Manfaat Penelitian...4

BAB II KEGIATAN MERONCE MANIK-MANIK DALAM KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA SEDANG A. Deskripsi Teori...6

1. Pengertian Anak Tunagrahita Sedang...6

2. Konsep Dasar Motorik Halus……...10

3. Tahapan Perkembangan Motorik Halus………...11

4. Aspek-Aspek Kemampuan Motorik Halus...16

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik....16

6. Perkembangan Motorik Anak Tunagrahita Sedang...17

7. Kegiatan Meronce Manik-Manik………...18

B. Penelitian Sebelumnya yang Relevan...20


(6)

BAB III MEDOTE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian...24

1. Variabel Bebas (X) ...24

2. Variabel Terikat/Target Behaviour (Y) ...24

B. Metode Penelitian...25

C. Subjek dan Lokasi Penelitian...27

1. Subjek Penelitian...27

2. Lokasi Penelitian ...27

D. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data...28

1. Instrumen Penelitian...28

2. Validitas Instrumen...33

3. Teknik Pengumpulan Data...35

E. Teknik pengolahan dan Analisis Data...36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian...41

1. Perolehan Data Aspek Ketahanan...41

2. Perolehan Data Aspek Ketepatan...43

B. Analisis Data...46

1. Analisis dalam Kondisi...46

2. Analisis antar Kondisi...77

C. Pembahasan...96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...100

B. Saran...101

DAFTAR PUSTAKA...102

LAMPIRAN LAMPIRAN I Surat Penelitian...104


(7)

LAMPIRAN II

Lembar Bimbingan Skripsi...110 LAMPIRAN III

Kisi-kisi Instrumen Penelitian...111 Instrumen Penelitian...113 Expert Judgement...115 LAMPIRAN IV

Rencana Kegiatan Penelitian...127 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran...128 LAMPIRAN V

Rekapitulasi Hasil Penelitian...132 Hasil Penelitian...136 LAMPIRAN VI

Dokumentasi...168 Riwayat Hidup...171


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tahapan Perkembangan Motorik Halus...11

Tabel 2.2 Tahapan Perkembangan Motorik Halus...14

Tabel 2.3 Tahapan Perkembangan Motorik Halus...15

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Motorik Halus...30

Tabel 3.2 Format Pencatatan Data Aspek Ketahanan...32

Tabel 3.3 Format Pencatatan Data Aspek Ketepatan...32

Tabel 3.4 Daftar Penilai Ahli...34

Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Uji Validasi...34

Tabel 3.6 Hasil Perhitungan Uji Validasi...35

Tabel 4.1 Perkembangan Kemampuan Motorik Halus Desain (A-B-A) Aspek Ketahanan…………...41

Tabel 4.2 Perkembangan Kemampuan Motorik Halus Desain (A-B-A) Aspek Ketepatan…………...44

Tabel 4.3 Panjang Kondisi (Condition Length) ...46

Tabel 4.4 Estimasi Kecenderungan Arah (Estimate of Trend Direction) Kemampuan Motorik Halus Aspek Ketahanan Tangan Kanan………...47

Tabel 4.5 Estimasi Kecenderungan Arah (Estimate of Trend Direction) Kemampuan Motorik Halus Aspek Ketahanan Tangan Kiri………...48

Tabel 4.6 Estimasi Kecenderungan Arah (Estimate of Trend Direction) Kemampuan Motorik Halus Aspek Ketepatan Tangan Kanan………...49

Tabel 4.7 Estimasi Kecenderungan Arah (Estimate of Trend Direction) Kemampuan Motorik Halus Aspek Ketepatan Tangan Kiri………...50


(9)

Tabel 4.9 Jejak Data (Data Path) Kemampuan Motorik Halus...72

Tabel 4.10 Level Stabilitas dan Rentang

(Level Stability and Range) ………...72 Tabel 4.11 Perubahan level (level change) ...73

Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Analisis Visual dalam Kondisi AL

Aspek Ketahanan Tangan Kanan...74

Tabel 4.13 Rangkuman Hasil Analisis Visual dalam Kondisi AL

Aspek Ketahanan Tangan Kiri...75

Tabel 4.14 Rangkuman Hasil Analisis Visual dalam Kondisi AL

Aspek Ketepatan Tangan Kanan...76

Tabel 4.15 Rangkuman Hasil Analisis Visual dalam Kondisi AL

Aspek Ketepatan Tangan Kiri...77

Tabel 4.16 Jumlah Variabel yang Diubah (Number of Variabel Changed) ...78

Tabel 4.17 Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya (Change in

Trend Variable and Effect) Aspek Ketahanan Tangan Kanan...78 Tabel 4.18 Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya (Change in

Trend Variable and Effect) Aspek Ketahanan Tangan Kiri…...79 Tabel 4.19 Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya (Change in

Trend Variable and Effect) Aspek Ketepatan Tangan Kanan...79 Tabel 4.20 Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya (Change in

Trend Variable and Effect) Aspek Ketepatan Tangan Kiri…...80 Tabel 4.21 Kecenderungan Stabilitas (Change in Trend Stability)

Aspek Ketahanan Tangan Kanan...80

Tabel 4.22 Kecenderungan Stabilitas (Change in Trend Stability)

Aspek Ketahanan Tangan Kiri…...81 Tabel 4.23 Kecenderungan Stabilitas (Change in Trend Stability)

Aspek Ketepatan Tangan Kanan...81

Tabel 4.24 Kecenderungan Stabilitas (Change in Trend Stability)


(10)

Tabel 4.25 Perubahan Level (Change in Level)………...82 Tabel 4.26 Persentase Overlap...91

Tabel 4.27 Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi

dalam Aspek Ketahanan Tangan Kanan...91

Tabel 4.28 Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi

dalam Aspek Ketahanan Tangan Kiri...92

Tabel 4.29 Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi

dalam Aspek Ketepatan Tangan Kanan...93

Tabel 4.30 Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi


(11)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Desain A-B-A...38

Grafik 4.1 Perkembangan Kemampuan Motorik Halus Aspek Ketahanan Tangan Kanan pada Kondisi Baseline-1 (A-1),

Intervensi (B), dan Baseline-2 (A-2) ...42

Grafik 4.2 Perkembangan Kemampuan Motorik Halus Aspek Ketahanan Tangan Kiri pada Kondisi Baseline-1 (A-1),

Intervensi (B), dan Baseline-2 (A-2) ...43

Grafik 4.3 Perkembangan Kemampuan Motorik Halus Aspek Ketepatan Tangan Kanan pada Kondisi Baseline-1 (A-1),

Intervensi (B), dan Baseline-2 (A-2) ...44

Grafik 4.4 Perkembangan Kemampuan Motorik Halus Aspek Ketepatan Tangan Kiri pada Kondisi Baseline-1 (A-1),

Intervensi (B), dan Baseline-2 (A-2) ...45

Grafik 4.5 Kecenderungan Arah Kemampuan Motorik Halus Aspek Ketahanan Tangan Kanan pada Kondisi Baseline-1 (A-1),

Intervensi (B), dan Baseline-2 (A-2) ………...47 Grafik 4.6 Kecenderungan Arah Kemampuan Motorik Halus

Aspek Ketahanan Tangan Kiri pada Kondisi Baseline-1 (A-1),

Intervensi (B), dan Baseline-2 (A-2) ………...48 Grafik 4.7 Kecenderungan Arah Kemampuan Motorik Halus

Aspek Ketepatan Tangan Kanan pada Kondisi Baseline-1 (A-1),

Intervensi (B), dan Baseline-2 (A-2) ………...49 Grafik 4.8 Kecenderungan Arah Kemampuan Motorik Halus

Aspek Ketepatan Tangan Kiri pada Kondisi Baseline-1 (A-1),

Intervensi (B), dan Baseline-2 (A-2) ………...50 Grafik 4.9 Trend Stabilitas Fase Baseline-1 (A-1)

Aspek Ketahanan Tangan Kanan...52

Grafik 4.10 Trend Stabilitas Fase Intervensi (B)

Aspek Ketahanan Tangan Kanan...54

Grafik 4.11 Trend Stabilitas Fase Baseline-2 (A-2)


(12)

Grafik 4.12 Trend Stabilitas Fase Baseline-1 (A-1)

Aspek Ketahanan Tangan Kiri...57

Grafik 4.13 Trend Stabilitas Fase Intervensi (B)

Aspek Ketahanan Tangan Kiri...59

Grafik 4.14 Trend Stabilitas Fase Baseline-2 (A-2)

Aspek Ketahanan Tangan Kiri...60

Grafik 4.15 Trend Stabilitas Fase Baseline-1 (A-1)

Aspek Ketepatan Tangan Kanan...62

Grafik 4.16 Trend Stabilitas Fase Intervensi (B)

Aspek Ketepatan Tangan Kanan...64

Grafik 4.17 Trend Stabilitas Fase Baseline-2 (A-2)

Aspek Ketepatan Tangan Kanan...65

Grafik 4.18 Trend Stabilitas Fase Baseline-1 (A-1)

Aspek Ketepatan Tangan Kiri...67

Grafik 4.19 Trend Stabilitas Fase Intervensi (B)

Aspek Ketepatan Tangan Kiri...69

Grafik 4.20 Trend Stabilitas Fase Baseline-2 (A-2)

Aspek Ketepatan Tangan Kiri...70

Grafik 4.21 Persentase Overlap Kondisi Baseline-1 (A-1) dengan Intervensi (B) Aspek Ketahanan Tangan Kanan...83

Grafik 4.22 Persentase Overlap Kondisi Intervensi (B) dengan Baseline-2 (A-2) Aspek Ketahanan Tangan Kanan...84

Grafik 4.23 Persentase Overlap Kondisi Baseline-1 (A-1) dengan Intervensi (B) Aspek Ketahanan Tangan Kiri...85

Grafik 4.24 Persentase Overlap Kondisi Intervensi (B) dengan Baseline-2 (A-2) Aspek Ketahanan Tangan Kiri...86

Grafik 4.25 Persentase Overlap Kondisi Baseline-1 (A-1) dengan Intervensi (B) Aspek Ketepatan Tangan Kanan...87

Grafik 4.26 Persentase Overlap Kondisi Intervensi (B) dengan Baseline-2 (A-2) Aspek Ketepatan Tangan Kanan...88


(13)

Aspek Ketepatan Tangan Kiri...89

Grafik 4.28 Persentase Overlap Kondisi Intervensi (B) dengan Baseline-2 (A-2) Aspek Ketepatan Tangan Kiri...90

Grafik 4.29 Mean Level Kemampuan Motorik AL Aspek Ketahanan...95


(14)

DAFTAR BAGAN


(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan motorik merupakan hal yang sangat penting bagi setiap individu, karena dengan perkembangan motorik yang optimal tentunya akan berpengaruh juga terhadap kelangsungan hidup setiap individu. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, ternyata masih banyak anak tunagrahita sedang yang mengalami hambatan dalam perkembangan motorik, baik itu motorik kasar maupun motorik halus. Motorik kasar adalah kemampuan dalam melakukan gerak yang melibatkan otot besar, misalnya berjalan, berlari, melompat, dan meloncat. Sedangkan motorik halus adalah kemampuan dalam melakukan gerak yang melibatkan otot kecil, misalnya memegang, menulis, menggunting. Perkembangan motorik yang terjadi pada anak tunagrahita sedang lebih terhambat dibandingkan dengan anak pada umumnya. Hal ini seperti yang diungkapkan Somantri bahwa “perkembangan jasmani dan motorik anak tunagrahita tidak secepat perkembangan anak normal” (Somantri, 2006:108).

Hambatan motorik yang terjadi pada anak tunagrahita sedang ini lebih menonjol pada gangguan dan hambatan dalam motorik halus, terutama pada anak tunagrahita sedang kelas 1 SDLB. Hambatan ini menyebabkan anak tunagrahita sedang mengalami kesulitan untuk melakukan kegiatan sehari-hari misalnya kesulitan dalam meraih ataupun mengambil suatu benda, memegang benda dari mulai benda yang berukuran besar sampai terkecil, yang pada akhirnya berpengaruh pada kesulitan melakukan kegiatan bina diri, misalnya kesulitan dalam memegang sendok, memegang sikat gigi, mengancingkan baju, menarik resleting, memakai ikat pinggang, dan kegiatan bina diri yang lain. Sedangkan untuk motorik kasar pada anak tunagrahita sedang sudah berkembang lebih baik


(16)

2

dari pada perkembangan motorik halusnya. Karena memang pada kenyataannya motorik kasar lebih cepat berkembang dari pada motorik halus.

Selain itu, di sekolah yang telah dilakukan observasi ini. Banyak dilakukan pembelajaran yang menarik, karena sarana dan prasarana yang tersedia dengan baik. Salah satunya pembelajaran membuat kerajinan ataupun keterampilan, misalnya saja keterampilan dalam melakukan kegiatan meronce manik-manik. Alat dan bahan untuk kegiatan meronce di sekolah ini sudah tersedia dengan baik, dan bahan yang tersedia untuk meronce cukup beragam, mulai dari kawat, benang, dan tali. Manik-manik yang tersedia juga cukup beragam, mulai dari manik-manik plastik, batu, mutiara, dan lain-lain. Tetapi di sekolah ini kegiatan meronce manik-manik lebih banyak digunakan untuk keterampilan vokasional pada anak tunagrahita ringan tingkat SMPLB dan SMALB. Kegiatan meronce manik-manik masih jarang dimanfaatkan untuk melatih motorik halus anak tunagrahita sedang tingkat SDLB, sehingga memang dilapangan pemanfaatan media yang tersedia belum dilakukan secara optimal. Padahal pada kenyataannya kegiatan meronce manik-manik selain dapat digunakan untuk kegiatan keterampilan vokasional, bisa juga digunakan untuk melatih motorik halus anak tunagrahita sedang tingkat SDLB.

Hambatan dalam motorik halus yang terjadi pada anak tunagrahita sedang ini tentunya perlu diatasi sedini mungkin, sehingga hambatan yang terjadi tidak terus berkembang dan anak tunagrahita sedang dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan baik tanpa terganggu oleh adanya hambatan pada motorik halus. Untuk mengatasi hambatan motorik halus pada anak tunagrahita sedang diperlukan suatu latihan untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang. Salah satu keterampilan yang bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang yaitu kegiatan meronce manik-manik. Meronce manik-manik merupakan kegiatan menyusun benda/manik-manik dalam seutas tali, benang, ataupun kawat.


(17)

3

Kegiatan meronce manik-manik bisa menjadi salah satu alternatif untuk melatih motorik halus pada anak tunagrahita sedang. Karena dalam kegiatan meronce terdapat kegiatan bagaimana anak mengambil manik-manik, memegang manik-manik lalu memasukkan manik-manik yang berlubang ke dalam seutas tali, benang ataupun kawat secara satu persatu. Selain itu, meronce manik-manik bisa menjadi salah satu media yang menarik bagi anak tunagrahita sedang karena manik-manik yang digunakan memiliki bentuk dan warna yang beragam, sehingga hal ini akan membuat anak tunagrahita sedang tertarik untuk melakukan kegiatan meronce dengan warna serta bentuk yang beragam dan sekaligus dapat melatih motorik halus anak tunagrahita sedang.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai Kegiatan Meronce Manik-Manik Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang Di SLB Az-Zakiyah.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Masih banyak anak tunagrahita sedang yang mengalami hambatan dalam kemampuan motorik halus, terutama pada anak tunagrahita yang duduk di kelas 1 SDLB.

2. Gangguan dalam motorik halus menyebabkan anak tunagrahita sedang mengalami kesulitan untuk melakukan kegiatan sehari-hari maupun kegiatan bina diri.

3. Pemanfaatan media yang ada di sekolah masih kurang, salah satunya media meronce manik-manik masih jarang dimanfaatkan sebagai media untuk melatih motorik halus anak tunagrahita sedang tingkat SDLB.


(18)

4

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah pada penggunaan media meronce manik-manik untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak tunarahita sedang.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu Apakah kegiatan meronce manik-manik dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Az-zakiyah?

E.Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kegiatan meronce manik-manik dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Az-zakiyah.

b. Tujuan khusus

Sedangkan tujuan khusus diadakannya penelitian ini adalah:

1) Untuk mengetahui kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang sebelum diberikan keterampilan meronce manik-manik.

2) Untuk mengetahui kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang sesudah diberikan keterampilan meronce manik-manik.

3) Untuk mengetahui pengaruh keterampilan meronce manik-manik terhadap kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang.

2. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini, penulis berharap laporan penelitian ini dapat bermanfaat. Adapun manfaat tersebut yaitu:


(19)

5

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terhadap metode peningkatan kemampuan motorik halus dalam aspek ketahanan dan ketepatan bagi anak tunagrahita sedang.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi siswa dapat melatih motorik halusnya sehingga kemampuan motorik halusnya meningkat untuk kebutuhan hidup sehari-harinya.

2) Bagi guru dapat dijadikan panduan dalam melatih motorik halus bagi anak tunagrahita sedang.

3) Bagi orangtua yang memiliki anak yang mengalami hambatan motorik halus dapat dijadikan panduan untuk melakukan latihan motorik halus di rumah.


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

Penelitian yang berjudul “Kegiatan Meronce Manik-Manik untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang”, memiliki dua variabel penelitian, yaitu:

1. Variabel bebas (X)

“Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab terjadinya perubahan pada variabel lain” (Widoyoko, 2012:4). Variabel ini disebut variabel bebas karena adanya tidak tergantung pada adanya yang lain atau bebas dari ada atau tidaknya variabel lain.

Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah kegiatan meronce manik-manik. Meronce manik-manik adalah kegiatan menyusun benda/manik-manik dalam seutas tali. Langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan meronce ini adalah 1). Anak mengambil manik-manik, 2). Memegang manik-manik, 3). Lalu memasukkan manik-manik yang berlubang ke dalam seutas tali secara satu persatu, dari mulai manik-manik yang memiliki lubang besar sampai ke manik-manik yang memiliki lubang kecil. Kegiatan meronce manik-manik dapat menjadi salah satu intervensi serta media yang menarik dan efektif untuk melakukan latihan motorik halus. 2. Variabel terikat (Y)

“Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas” (Widoyoko, 2012:4). Disebut variabel terikat karena kondisi atau variasinya dipengaruhi atau terikat oleh variasi variabel lain, yaitu dipengaruhi oleh variabel bebas.

Variabel terikat pada penelitian ini adalah kemampuan motorik halus pada tangan kanan dan tangan kiri, yaitu pada aspek ketahanan dan ketepatan. “Motorik halus atau gerak halus adalah kemampuan individu beraktifitas dengan menggunakan otot-otot halus atau kecil” (Saputra dan Badruzaman, 2009:31). Kemampuan motorik halus merupakan salah satu hal yang penting


(21)

25

bagi anak tunagrahita sedang, karena dengan kemampuan motorik halus yang optimal akan membantu anak tunagrahita sedang dalam melakukan kegiatan sehari-harinya. Motorik halus yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah motorik halus tangan anak tunagrahita sedang pada aspek ketahanan dan ketepatan.

Menurut Decaprio (2013:45), “ketahanan adalah hasil dari kapasitas psikologi para siswa untuk menopang gerakan atas dalam suatu periode”. Indikator pada aspek ketahanan diantaranya adalah, memegang benda dengan tangan kanan dan kiri, dari mulai benda yang ringan, sedang, berat, benda yang digunakan adalah botol minuman yang berukuran sama tetapi memili berat yang berbeda. Dan juga memegang benda yang kecil, sedang, dan besar, benda yang digunakan adalah bola yang berbeda ukuran. Aspek ketahanan diukur dengan waktu dalam detik, yaitu seberapa lama anak bertahan untuk memegang suatu objek. Ketepatan yaitu Kemampuan seseorang dalam melakukan gerakan yang benar atau tepat, sesuai dengan target yang harus dicapai. Adapun indikator pada aspek ketepatan yaitu mengambil atau meraih suatu benda dengan tangan kanan dan tangan kiri, dari mulai memegang benda dengan lima jari, empat jari, 3 jari, sampai ke dua jari, benda yang digunakan adalah gelas yang memiliki ukuran yang sama, serta memasukkan beberapa macam benda dengan tepat sesuai dengan tempatnya, diantaranya memasukkan buku ke dalam tas, memasukkan pensil dan penghapus ke dalam tempat pensil, memasukkan ikat pinggang ke dalam lubang di celana, memasukkan tali sepatu ke dalam lubang sepatu, memasukkan kancing yang berukuran besar, dan memasukkan kancing yang berukuran kecil. Adapun aspek ketepatan ini diukur dengan menggunakan skala waktu dan jumlah. Jadi dalam waktu yang ditentukan yaitu 30 detik, anak dapat melakukan kegiatan yang ditentukan seberapa banyak, hasil tersebut dibuat menjadi persen.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Menurut Sugiono (2008:6), “metode penelitian eksperimen


(22)

26

merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh treatment (perlakuan tertentu)”. Penelitian yang bersifat eksperimen ini memiliki subjek tunggal dengan pendekatan Single Subject Research (SSR). Menurut Suharsaputra (2012:42) “Single Subject (Subjek Tunggal) merupakan rancangan penelitian dimana kelompok subjek, selain individu dipelajari”. Model inkuiri subjek tunggal menawarkan pilihan sebagai metode khusus yang dapat digunakan oleh individu tunggal atau hanya beberapa subjek dan tetap memerhatikan kesimpulan sebab-akibat yang dapat dipercaya.

Penelitian ini menggunakan desain A-B-A. Desain A-B-A memberikan suatu hubungan sebab akibat diantaranya variabel terikat dengan variabel bebas. Desain A-B-A terdapat tiga tahapan antara lain: Baseline-1 (A-1), Intervensi (B), Baseline-2 (A-2).

Dalam penelitian ini A1 yaitu kemampuan dasar. Yang merupakan kemampuan awal motorik halus anak masih belum optimal, khususnya motorik halus pada bagian tangan. Anak masih kesulitan dalam konsisten memegang suatu benda, baik dalam memegang sendok saat makan, memegang sikat gigi, dan memegang benda-benda lain yang ada disekitarnya. Selain itu anak juga masih kesulitan saat memsukkan benda-benda dengan tepat ke dalam tempatnya, misalnya memasukkan buku ke dalam tas, memasukkan ikat pinggang, memasukkan tali sepatu, dan lain-lain. Subjek diamati, sehingga dalam kondisi kemampuan awal subjek tersebut dapat diambil datanya dengan tidak ada rekayasa. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan instrument yaitu berupa tes perbuatan mengenai perkembangan motorik halus, khususnya pada bagian tangan. Pengamatan dan pengambilan data tersebut dilakukan secara berulang untuk memastikan data yang sudah didapat dalam melihat kemampuan mororik halus anak.

B (perlakuan atau intervensi) yang diberikan berupa pemberian keterampilan meronce manik-manik, subjek diinstruksikan untuk meronce manik-manik dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Mengambil atau meraih manik-manik yang berwarna b. Memegang manik-manik


(23)

27

c. Selanjutnya memasukkan manik-manik yang berlubang tengahnya ke dalam seutas tali secara satu persatu.

A2 yaitu pengamatan kembali terhadap kemampuan motorik halus subjek pada saat proses pelatihan berlangsung. Hal ini juga dapat menjadi evaluasi sejauh mana pengaruh intervensi yang diberikan terhadap subjek.

C. Subjek Penelitian dan Lokasi Penelitian 1. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah anak tunagrahita sedang kelas 1 SDLB di SLB Az-Zakiyah. Responden yang dijadikan subjek penelitian berjumlah satu orang berjenis kelamin laki-laki. Responden diambil dari populasi secara random sampling. Responden diambil sebagai subjek penelitian dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan motorik halus untuk mendukung aktifitas sehari-harinya. Adapun biodata dari subjek sebagai berikut :

Nama : AL

Kelas : 1 SDLB

Sekolah : SLB Az-Zakiyah Alamat : Komp GBI F 16 no 6 TTL : Bandung, 22 juni 2002

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan, kemampuan motorik AL masih belum optimal. Untuk motorik kasar, sebagian besar AL sudah mampu melakukannya dengan baik dan efektif, misalnya seperti berjalan, lari, naik-turun tangga, melompat, meloncat, melempar, dan lain-lain. Sedangkan untuk motorik halus, AL masih mengalami banyak hambatan. AL masih mengalami kesulitan dalam mengambil suatu benda dan memegang suatu benda, misalnya memegang sendok, pensil, sikat gigi, dan lain-lain. Sehingga AL mengalami kesulitan melakukan kegiatan secara mandiri. Selain itu gerakan pada tangan AL juga masih terlihat cukup kaku, yaitu AL masih kesulitan dalam menggerakkan semua jarinya dan menggunakan semua jarinya secara halus, sehingga AL kesulitan dalam kegiatan sehari-hari seperti menarik resleting pada baju, celana, ataupun tas, memegang sendok dan sikatgigi, serta


(24)

28

mengancingkan baju. AL masih sering meminta bantuan dalam melakukan kegiatan-kegiatan tersebut, karena AL merasa cukup kesulitan. Oleh karena itu AL memerlukan suatu latihan untuk mengembangkan kemampuan motorik halusnya.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini ialah di SLB Az-Zakiyah, yang beralamat di jalan cijawura hilir 2 No.15 kelurahan cijawura kecamatan buah batu kota Bandung.

D. Instrumen Penelitian 1. Alat ukur

Pada prinsipnya meneliti dengan menggunakan metode eksperimen adalah melakukan pengukuran, maka harus ada sebuah alat ukur yang baik. Alat ukur dalm penelitian biasa disebut dengan instrumen penelitian. Menurut Gulo (Widoyoko, 2012:51) „instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian dengan cara melakukan pengukuran.‟

Untuk mengukur nilai variabel yang akan diteliti, maka dibutuhkan suatu instrument penelitian. Instrument penelitian yang digunakan berupa tes dengan teknik perbuatan untuk melakukan keterampilan motorik halus. Kegiatan motorik halus yang dilakukan adalah mengambil atau meraih suatu benda dari mulai dengan lima jari sampai ke dua jari, memegang suatu benda dengan tangan kanan dan dengan tangan kiri dari mulai benda yang terkecil ke benda yang terbesar, dan benda yang ringan sampai yang berat, serta memasukkan berbagai macam benda dengan tepat ke dalam tempatnya, dari mulai benda yang besar sampai benda yang kecil. Penggunaan instrument ini bertujuan untuk melihat dan mengukur kemampuan motorik anak saat melakukan aktivitasnya. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan tes perbuatan pada kondisi baseline, intervensi dan baseline kedua.


(25)

29

a. Alat ukur untuk mengukur komponen ketahanan adalah memegang suatu benda.

Benda yang digunakan adalah dari mulai benda yang ringan sampai yang berat, serta benda yang kecil sampai yang besar. Tes perbuatan ini berfungsi untuk mengukur ketahanan subjek dalam memegang suatu benda. Dalam tes perbuatan ini, subjek diberikan perintah untuk memegang benda yang ringan sampai yang berat. Benda yang digunakan adalah botol minuman yang berukuran sama tetapi berbeda beratnya, yaitu untuk benda yang ringan botol minuman yang digunakan kosong tidak berisi air, untuk benda sedang yang digunakan adalah botol minuman yang diisi air setengahnya, sedangkan untuk benda berat yang digunakan adalah botol minuman yang diisi air penuh. Selain itu, benda yang digunakan dari mulai benda yang kecil sampai yang besar adalah menggunakan bola yang berbeda ukuran. Untuk benda yang kecil yaitu dengan menggunakan bola yang kecil, benda yang sedang dengan menggunakan bola yang sedang, dan benda yang besar dengan menggunakan bola yang besar. Semua kegiatan dilakukan pada tangan kanan dan tangan kiri. Tes perbuatan ini dilakukan dengan diukur oleh waktu dalam detik, yaitu seberapa lama subjek bertahan memegang suatu benda yang diperintahkan. Waktu dimulai ketika subjek mulai memegang benda, dan waktu berhenti ketika subjek mulai menurunkan atau melepaskan benda yang sedang dipegang. Hasil waktu dalam detik tersebut merupakan hasil seberapa lama subjek mampu bertahan memegang suatu benda.

b. Alat ukur untuk mengukur komponen ketepatan adalah mengambil benda dan memasukkan benda

Indikator pertama yang dilakukan pada aspek ketepatan adalah mengambil benda dari mulai menggunakan lima jari sampai menggunakan dua jari. Kegiatan ini dilakukan bergantian antara tangan kanan dan tangan kiri. Tes perbuatan ini berfungsi untuk mengetahui kemampuan subjek dalam mengambil benda dengan menggunakan 5 jari sampai 2 jari dengan tepat. Benda yang digunakan untuk kegiatan ini adalah sebuah gelas berbahan plastik yang memiliki ukuran dan berat yang sama.


(26)

30

Selain itu, indikator lain yang dilakukan pada aspek ketepatan ini adalah memasukkan suatu benda dengan tepat sesuai dengan tempatnya. Kegiatan ini juga dilakukan secara bergantian dengan menggunakan tangan kanan dan tangan kiri. Tes perbuatan ini berfungsi untuk mengetahui kemampuan subjek dalam kegiatan sehari-harinya untuk memasukkan benda dengan tepat sesuai tempatnya. Adapun kegiatan yang dilakukan diantaranya, memasukkan buku ke dalam tas, memasukkan pensil ke tempat pensil, memasukkan penghapus ke tempat pensil, memasukkan ikat pinggang ke dalam lubang celana, memasukkan tali sepatu ke dalam lubang sepatu, memasukkan kancing baju yang berukuran besar, dan memasukkan kancing baju yang berukuran kecil. Benda-benda yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu buku, pensil, penghapus, ikat pinggang, tali sepatu, kancing baju yang berukuran besar dan kecil.

Pengukuran yang dilakukan dalam kegiatan ini yaitu dengan waktu yang ditentukan subjek dapat melakukan kegiatan seberapa banyak, benda dibatasi sebanyak sepuluh benda dan waktu yang ditentukan adalah selama 30 detik. Jadi selama 30 detik subjek dapat memasukkan benda dengan tepat seberapa banyak. Jumlah benda yang dapat subjek masukkan dengan tepat merupakan hasil dari aspek ketepatan yang didapatkan oleh subjek, dengan nilai dalam persen.

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Motorik Halus

No Variabel Aspek Indikator Butir Instrumen

1. Keterampilan motorik halus adalah keterampilan dalam melakukan gerakan yang melibatkan otot-otot kecil, dan hanya

Ketahanan Memegang benda

Memegang benda

yang ringan

Memegang benda

yang sedang Memegang benda yang berat Memegang benda yang kecil


(27)

31

bagian tertentu anggota tubuh yang bergerak, yaitu pada bagian tangan

Memegang benda yang sedang Memegang benda yang besar Ketepatan Mengambil

benda

Mengambil benda dengan 5 jari Mengambil benda dengan 4 jari Mengambil benda dengan 3 jari Mengambil benda dengan 2 jari Memasukkan

benda

Memasukkan buku ke dalam tas

Memasukkan pensil ke dalam kotak pensil Memasukkan

penghapus ke dalam kotak pensil

Memasukkan ikat pinggang ke dalam lubang celana Memasukkan tali sepatu ke dalam lubang sepatu

Memasukkan kancing yang berukuran besar Memasukkan kancing yang berukuran kecil


(28)

32

Tabel 3.2

Format Pencatatan Data Untuk Mengukur Aspek Ketahanan

Aspek Indikator ButirInstrumen Waktubertahan Keterangan

Kanan Kiri

Ketahanan Memegangbenda Memegang benda

yang ringan Memegang benda yang sedang Memegang benda yang berat

Memegang benda yang kecil

Memegang benda yang sedang Memegang benda yang besar

Tabel 3.3

Format Pencatatan Data Untuk Mengukur aspek Ketepatan

Aspek Indikator ButirInstrumen Kanan Kiri Ket

Banyak Nilai Banyak Nilai

Ketepatan Mengambil

benda

Mengambil benda dengan

menggunakan 5 jari Mengambil benda dengan

menggunakan 4 jari Mengambil benda dengan

menggunakan 3 jari Mengambil benda dengan


(29)

33

Memasukkan benda

Memasukkan buku ke dalam tas Memasukkan pensil ke dalam kotak pensil Memasukkan penghapus ke dalam kotak pensil Memasukkan ikat pinggang ke dalam lubang celana Memasukkan tali sepatu ke dalam lubang sepatu Memasukkan kancing yang berukuran besar Memasukkan kancing yang berukuran kecil

2. Validitas Instrumen

“Alat ukur dikatakan valid apabila alat ukur itu dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur” (Widoyoko, 2012:97). Dapat dikatakan bahwa validitas berkaitan dengan ketepatan alat ukur yang digunakan. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan validitas isi dengan teknik penilaian ahli (judgement). Dalam penelitian ini, validitas dilakukan dengan cara menyusun butir instrument mengenai kemampuan motorik halus anak dalam melakukan kegiatan mengambil atau meraih suatu benda, memegang suatu benda dari mulai benda yang terkecil ke benda yang terbesar, memindahkan suatu benda dari satu wadah ke wadah


(30)

34

yang lain, dari mulai wadah yang memiliki lubang besar ke wadah yang memiliki lubang kecil.

Tabel 3.4

Daftar para ahli untuk Expert-Judgment Instrumen

No Nama Jabatan

1. Dr. H. M. Sugiarmin, M.Pd Dosen PLB 2. dr. Euis Heryati, M.Kes Dosen PLB

3. Dra. Roery Very Soesapti Guru Kelas Subjek

Tabel 3.5

Kriteria Penilaian Uji Validasi

No Nama Jabatan

1. Valid 80% - 100%

2. Kurang Valid 50% - 80%

3. Tidak Valid 0% - 50%

Data yang diperoleh dari penilaian tim ahli dinilai validitasnya menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan : P : Presentase F : Jumlah cocok N : Jumlah penilai ahli

Kriteria Penilaian :

Skor 3 = Bila semua ahli menjawab cocok pada setiap butir soal Skor 2 = Bila 2 ahli menjawab cocok pada setiap butir soal Skor 1 = Bila 1 ahli menjawab cocok pada setiap butir soal


(31)

35

Tabel 3.6

Hasil Perhitungan Uji Validasi

Butir Instrumen Bobot Penilaian Persentase (%) Keterangan

Cocok Tidak Cocok

1 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid

2 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid

3 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid

4 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid

5 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid

6 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid

7 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid

8 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid

9 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid

10 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid

11 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid

12 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid

13 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid

14 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid

15 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid

16 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid

17 3 - 3/3 x 100% = 100% Valid

Hasil uji validitas instrumen melalui judgement para ahli di atas diperoleh hasil 100%. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan dapat dikatakan valid.

Selain instrumen penelitian yang di judgment, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) di nilai oleh ahli yang sama. Dari hasil judgment terhadap tiga orang tim ahli diperoleh hasil dengan presentase 100 %. Dengan demikian instrument yang digunakan dikatakan valid, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada daftar lampiran tabel.


(32)

36

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes perbuatan dalam melakukan kegiatan motorik halus. Menurut Sugiyono (2009:193) “terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrument dan kualitas pengumpulan data.” Menurut Arikunto (2007:53) “tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.” Tes merupakan aspek yang penting dalam kegiatan pengumpulan data.

Tes perbuatan dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan motorik halus subjek pada tiga fase, yaitu pada fase baseline-1 (A-1) untuk mengetahui kemampuan awal subjek, fase intervensi (B) untuk mengetahui ketercapaian keterampilan subjek selama mendapatkan perlakuan kegiatan meronce manik-manik, dan fase baseline-2 (A-2) untuk mengetahui kemampuan subjek setelah diberikan perlakuan.

Fase baseline-1 (A-1) anak diberikan tes yaitu memegang benda dengan menggunakan tangan kanan dan kiri dari mulai benda yang kecil, sedang, besar, serta benda yang ringan, sedang, berat. Mengambil benda dengan menggunakan 5 jari, 4 jari, 3 jari, dan 2 jari dari mulai tangan kanan dan kiri, serta memasukkan benda yaitu memasukkan buku ke dalam tas, pensil ke dalam tempat pensil, ikat pinggang ke dalam lubang celana, memasukkan kancing yang berukuran besar, memasukkan kancing yang berukuran kecil dengan menggunakan tangan kanan dan kiri.

Hal yang dilakukan pada fase intervensi adalah pemberian kegiatan meronce manik-manik yang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan motorik halus subjek. Setelah pemberian intervensi dilakukan, kemudian instrument tes yang dilakukan pada fase baseline-1 (A-1) diulangi kembali untuk melihat peningkatan kemampuan motorik halus yang terjadi setelah dilakukan intervensi.


(33)

37

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data terkumpul sebelum adanya kesimpulan. Setelah data terkumpul kemudian data dianalisis dalam statistik deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang hasil intervensi dalam jangka waktu yang ditentukan.

“Pada penelitian Subject Single Research, grafik memegang peranan yang utama dalam proses analisis.” (Sunanto, 2006: 30) Pembuatan grafik memiliki dua tujuan utama yaitu, (1) untuk membantu mengorganisasi data sepanjang proses pengumpulan data yang nantinya akan mempermudah untuk mengevaluasi, dan (2) untuk memberikan rangkuman data kuantitatif serta mendeskripsikan target behavior yang akan membatu dalam proses menganalisis hubungan antara variabel bebas dan terikat.

Pada penelitian ini, proses analisis dengan visual grafik diharapkan dapat lebih memperjelas gambaran stabilitas perkembangan motorik halus anak tunagrahita sedang melalui kegiatan meronce manik-manik.

Menurut Djuang Sunanto (2006:30) terdapat beberapa komponen penting dalam grafik antara lain sebagai berikut :

1. Absis adalah sumbu X yang nerupakan sumbu mendatar yang menunjukkan satuan untuk waktu (misalnya, sesi, hari dan tanggal)

2. Ordinatadalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang menunjukkan satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran (misalnya persen, frekuensi dan durasi)

3. Titik Awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y sebagai titik awal skala

4. Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran (misalnya, 0%, 25%, 50%, dan 75%.

5. Lebel Kondisi, yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperiman, misalnya baseline atau intervensi.

6. Garis Perubahan Kondisi, yaitu garis vertikal yang menunjukkan adanya perubahan dari kondisi ke kondisi lainnya, biasanya dalam bentuk garis putus-putus.

7. Judul grafik, judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.


(34)

38

1. Menghitung hasil pengukuran data pada fase baseline-1 dari subjek pada setiap sesinya.

2. Menghitung hasil pengukuran data pada fase intervensi dari subjek pada setiap sesinya.

3. Menghitung hasil pengukuran data pada fase baseline-2 dari subjek pada setiap sesinya.

4. Membuat tabel perhitungan hasil fase baseline, fase intervensi pada subjek setiap sesinya.

5. Menjumlahkan semua hasil yang diperoleh pada fase baseline-1, fase intervensi dan fase baseline-2 pada subjek setiap sesinya.

6. Membandingkan hasil pada fase baseline-1, fase intervensi dan pada fase baseline-2 dari subjek.

7. Membuat analisis dalam bentuk grafik garis sehingga dapat terlihat secara langsung perubahan yang terjadi antara ketiga fase tersebut.

Adapun grafik perkembangan yang digunakan dalam mengolah data yaitu gambar grafik desain A-B-A.Tampilan grafik yang akan nampak pada hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

Grafik 3.1 Desain A-B-A 0%

20% 40% 60% 80% 100%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 dst.

P

er

sen

tase


(35)

39

Analisis perubahan dalam kondisi adalah menganalisis perubahan data dalam suatu kondisi, misalnya kondisi baseline atau kondisi intervensi, sedangkan komponen yang akan dianalisiis adalah sebagai berikut :

a. Analisis dalam Kondisi

Analisis perubahan dalam kondisi adalah menganalisis perubahan data dalam suatu kondisi misalnya kondisi baseline atau kondisi intervensi, sedangkan komponen yang akan dianalisis adalah sebagai berikut.

1) Panjang kondisi (Condition length), adalah banyaknya data point dalam kondisi yang menggambarkan banyaknya sesi pada tiap kondisi (baseline dan intervensi).

2) Estimasi kecenderungan arah (Estimate of trend direction), digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam suatu kondisi. Terdapat dua cara untuk menentukan kecenderungan arah grafik, yaitu dengan metode freehand dan metode split-middle. Metode tangan bebas (freehand) adalah mengamati secara langsung terhadap data poin pada suatu kondisi kemudian menarik garis lurus yang membagi data poin menjadi dua bagian. Metode belah tengah (split-middle) adalah menentukan kecenderungan arah grafik berdasarkan median data poin nilai ordinatnya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode belah tengah (Split-Middle). Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut.

a) Membagi data menjadi dua bagian yaitu bagian kanan dan bagian kiri.

b) Membagi data bagian kanan dan bagian kiri masing-masing menjadi dua bagian.

c) Menentukan posisi median dari masing-masing belahan.

d) Menarik garis sejajar dengan absis yang menghubungkan titik temu antara median data bagian kanan dan data bagian kiri.

3) Kecenderungan stabilitas (Trend stability), menunjukkan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi. Tingkat kestabilan data dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya data poin yang berada di dalam rentang, kemudian dibagi banyaknya data poin, dikalikan 100%.


(36)

40

4) Jejak data (Data path), yaitu perubahan data satu ke data lain dalam suatu kondisi, yang dapat terjadi dalam tiga kemungkinan yaitu: menaik, menurun, dan mendatar. Menentukan kecenderungan jejak data sama dengan menentukan estimasi kecenderungan arah.

5) Rentang (Range), yaitu selisih nilai terendah dan nilai tertinggi pada setiap fase.

6) Perubahan level (Level change), menunjukkan besarnya perubahan data dalam suatu kondisi dan dapat dilihat dari selisih antara antara data terakhir dan data pertama pada setiap fase.

b. Analisis antar Kondisi

Analisis antar kondisi adalah perubahan data antar kondisi, misalnya dari kondisi baseline ke kondisi intervensi. Komponen-komponen analisis antar kondisi meliputi:

1) Jumlah variabel yang diubah, sebaiknya difokuskan pada satu variabel terikat. 2) Perubahan kecenderungan dan efeknya, menunjukkan makna perubahan

target behavior yang disebabkan oleh intervensi.

3) Perubahan stabilitas, menunjukkan tingkat stabilitas perubahan dari serentetan data.

4) Perubahan level data, menunjukkan seberapa besar data berubah yang ditunjukkan oleh selisih antara data terakhir pada kondisi pertama (baseline) dengan data pertama pada kondisi berikutnya (intervensi).

5) Data overlap (tumpang tindih), yaitu terjadi data yang sama pada kedua kondisi, baseline dengan intervensi. Hal ini menunjukkan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi dan semakin banyak data yang tumpang tindih, semakin menguatkan dugaan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi.


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kegiatan meronce manik-manik dapat berpengaruh positif dalam meningkatkan kemampuan motorik halus tangan pada subjek Al yang meliputi empat aspek, yaitu aspek ketahanan tangan kanan, aspek ketahanan tangan kiri, aspek ketepatan tangan kanan, aspek ketepatan tangan kiri. Peningkatan kemampuan motorik halus tangan ditunjukkan dengan meningkatnya mean level pada subjek Al di semua aspek disetiap kondisi.

Berdasarkan hasil keseluruhan data yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa kegiatan meronce manik-manik dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada subjek peneliti yang bernama Al. Hal ini terlihat dari meningkatnya kemampuan motorik halus subjek yang bernama Al pada saat sebelum diberikan intervensi kegiatan meronce manik-manik dan sesudah diberikan intervensi kegiatan meronce manik-manik.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti memberikan saran sebagai berikut :

1. Kepada Pihak Sekolah/Guru

Berdasarkan hasil penelitian ini, terlihat bahwa kegiatan meronce manik-manik dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak tunagrahita sedang. Oleh karena itu, diharapkan pihak sekolah khususnya guru dapat lebih memanfaatkan alat atau media yang ada di sekolah. Salah satunya manik-manik yang biasa dilakukan untuk kegiatan vokasional tingkat SMPLB dan SMALB yaitu meronce untuk membuat gelang, kegiatan meronce manik-manik tersebut


(38)

101

ternyata bisa juga digunakan untuk latihan motorik halus pada tingkat SDLB yang masih mengalami hambatan dalam perkembangan motorik halus.

2. Kepada Orangtua

Kegiatan meronce manik-manik dapat menjadi pilihan aktivitas bermain yang menyenangkan di rumah. Karena manik-manik yang memiliki bentuk serta warna yang beragam akan membuat anak tertarik untuk melakukan kegiatan dengan menggunakan manik-manik tersebut. Selain dapat digunakan untuk latihan motorik halus, kegiatan meronce manik-manik juga dapat digunakan untuk latihan mengenal bentuk dan latihan mengenal warna.

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

Diharapkan informasi dalam penelitian dapat dijadikan rujukan bagi peneliti lain, karena penelitian ini hanya berlaku untuk subjek dalam penelitian ini yang didasarkan dengan kondisi subjek. Untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian pada subjek yang lainnya dengan karakteristik dan penelitian yang lebih beragam. Selain itu, penelitian berikutnya juga bisa dengan menggunakan disain yang berbeda, yaitu Disain Multiple Baseline dengan jumlah sesi dan waktu yang lebih panjang ataupun dengan metode penelitian yang berbeda.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Alimin, Z dan Rochyadi, E (2003). Pengembangan Program Pembelajaran Individual Anak Tunagrahita. Jakarta : Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Arikunto, Suharsimi. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: PT Bumi Aksara

Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Astati. (2001). Persiapan Pekerjaan Penyandang Tunagrahita. Bandung: CV. Pandawa.

Astati. (2010). Pendidikan Anak Tunagrahita. Bandung: CV. Catur Karya Mandiri.

Cooper, Coolin. (2008). Babycare Untuk Ayah. Jakarta: Esensi Erlangga.

Decaprio, R. (2013). Aplikasi Pembelajaran Motorik di Sekolah. Jogjakarta: DIVA Press.

Hidayati, Z. (2010). Anak Saya Tidak Nakal, Ko. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka.

Juang, S., Takeuchi, K., dan Nakata, H. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung: UPI Press.

Mulyani, Y dan Gracinia, J. (2007). Kemampuan Fisik, Seni, dan Manajemen Diri. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Purnamasari, A. (2006). Kamus Perkembangan Bayi dan Balita. Jakarta: Esensi Erlangga Group.

Rahardja, D. (2006). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Criced: University of Tsukuba.

Rahyubi, H. (2012). Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Bandung: Nusa Media.

Saputra, M. Yudha., Badruzaman. (2009). Perkembangan Pembelajaran Motorik. Bandung: Departemen Pendidikan Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia.

Somantri, T. Sutjihati. (2006). Psikologi Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.

Sugiyono (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabet.


(40)

103

Suharsaputra, U. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan Kelas. Bandung: PT Refika Aditama.

Suyanto, Slamet. (2005). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Thomas, Jill. (2008). Merangkai Manik-Manik Untuk Pemula. Jakarta: Akademia

Widoyoko, S. Eko Putra. (2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar


(1)

Analisis perubahan dalam kondisi adalah menganalisis perubahan data dalam suatu kondisi, misalnya kondisi baseline atau kondisi intervensi, sedangkan komponen yang akan dianalisiis adalah sebagai berikut :

a. Analisis dalam Kondisi

Analisis perubahan dalam kondisi adalah menganalisis perubahan data dalam suatu kondisi misalnya kondisi baseline atau kondisi intervensi, sedangkan komponen yang akan dianalisis adalah sebagai berikut.

1) Panjang kondisi (Condition length), adalah banyaknya data point dalam kondisi yang menggambarkan banyaknya sesi pada tiap kondisi (baseline dan intervensi).

2) Estimasi kecenderungan arah (Estimate of trend direction), digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam suatu kondisi. Terdapat dua cara untuk menentukan kecenderungan arah grafik, yaitu dengan metode freehand dan metode split-middle. Metode tangan bebas (freehand) adalah mengamati secara langsung terhadap data poin pada suatu kondisi kemudian menarik garis lurus yang membagi data poin menjadi dua bagian. Metode belah tengah (split-middle) adalah menentukan kecenderungan arah grafik berdasarkan median data poin nilai ordinatnya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode belah tengah (Split-Middle). Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut.

a) Membagi data menjadi dua bagian yaitu bagian kanan dan bagian kiri.

b) Membagi data bagian kanan dan bagian kiri masing-masing menjadi dua bagian.

c) Menentukan posisi median dari masing-masing belahan.


(2)

40

Rima Garlina, 2013

Kegiatan Meronce Manik-Manik Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang Di SLB Az-Zakiyah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4) Jejak data (Data path), yaitu perubahan data satu ke data lain dalam suatu kondisi, yang dapat terjadi dalam tiga kemungkinan yaitu: menaik, menurun, dan mendatar. Menentukan kecenderungan jejak data sama dengan menentukan estimasi kecenderungan arah.

5) Rentang (Range), yaitu selisih nilai terendah dan nilai tertinggi pada setiap fase.

6) Perubahan level (Level change), menunjukkan besarnya perubahan data dalam suatu kondisi dan dapat dilihat dari selisih antara antara data terakhir dan data pertama pada setiap fase.

b. Analisis antar Kondisi

Analisis antar kondisi adalah perubahan data antar kondisi, misalnya dari kondisi baseline ke kondisi intervensi. Komponen-komponen analisis antar kondisi meliputi:

1) Jumlah variabel yang diubah, sebaiknya difokuskan pada satu variabel terikat. 2) Perubahan kecenderungan dan efeknya, menunjukkan makna perubahan

target behavior yang disebabkan oleh intervensi.

3) Perubahan stabilitas, menunjukkan tingkat stabilitas perubahan dari serentetan data.

4) Perubahan level data, menunjukkan seberapa besar data berubah yang ditunjukkan oleh selisih antara data terakhir pada kondisi pertama (baseline) dengan data pertama pada kondisi berikutnya (intervensi).

5) Data overlap (tumpang tindih), yaitu terjadi data yang sama pada kedua kondisi, baseline dengan intervensi. Hal ini menunjukkan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi dan semakin banyak data yang tumpang tindih, semakin menguatkan dugaan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data secara keseluruhan dapat

disimpulkan bahwa kegiatan meronce manik-manik dapat berpengaruh positif dalam meningkatkan kemampuan motorik halus tangan pada subjek Al yang meliputi empat aspek, yaitu aspek ketahanan tangan kanan, aspek ketahanan tangan kiri, aspek ketepatan tangan kanan, aspek ketepatan tangan kiri. Peningkatan kemampuan motorik halus tangan ditunjukkan dengan meningkatnya mean level pada subjek Al di semua aspek disetiap kondisi.

Berdasarkan hasil keseluruhan data yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan

bahwa kegiatan meronce manik-manik dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada subjek peneliti yang bernama Al. Hal ini terlihat dari meningkatnya kemampuan motorik halus subjek yang bernama Al pada saat sebelum diberikan intervensi kegiatan meronce manik-manik dan sesudah diberikan intervensi kegiatan meronce manik-manik.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti memberikan saran sebagai berikut :

1. Kepada Pihak Sekolah/Guru


(4)

101

Rima Garlina, 2013

Kegiatan Meronce Manik-Manik Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang Di SLB Az-Zakiyah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ternyata bisa juga digunakan untuk latihan motorik halus pada tingkat SDLB yang masih mengalami hambatan dalam perkembangan motorik halus.

2. Kepada Orangtua

Kegiatan meronce manik-manik dapat menjadi pilihan aktivitas bermain yang menyenangkan di rumah. Karena manik-manik yang memiliki bentuk serta warna yang beragam akan membuat anak tertarik untuk melakukan kegiatan dengan menggunakan manik-manik tersebut. Selain dapat digunakan untuk latihan motorik halus, kegiatan meronce manik-manik juga dapat digunakan untuk latihan mengenal bentuk dan latihan mengenal warna.

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

Diharapkan informasi dalam penelitian dapat dijadikan rujukan bagi peneliti lain, karena penelitian ini hanya berlaku untuk subjek dalam penelitian ini yang didasarkan dengan kondisi subjek. Untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian pada subjek yang lainnya dengan karakteristik dan penelitian yang lebih beragam. Selain itu, penelitian berikutnya juga bisa dengan menggunakan disain yang berbeda, yaitu Disain Multiple Baseline dengan jumlah sesi dan waktu yang lebih panjang ataupun dengan metode penelitian yang berbeda.


(5)

Alimin, Z dan Rochyadi, E (2003). Pengembangan Program Pembelajaran Individual Anak Tunagrahita. Jakarta : Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Arikunto, Suharsimi. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: PT Bumi Aksara

Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Astati. (2001). Persiapan Pekerjaan Penyandang Tunagrahita. Bandung: CV. Pandawa. Astati. (2010). Pendidikan Anak Tunagrahita. Bandung: CV. Catur Karya Mandiri. Cooper, Coolin. (2008). Babycare Untuk Ayah. Jakarta: Esensi Erlangga.

Decaprio, R. (2013). Aplikasi Pembelajaran Motorik di Sekolah. Jogjakarta: DIVA Press. Hidayati, Z. (2010). Anak Saya Tidak Nakal, Ko. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka. Juang, S., Takeuchi, K., dan Nakata, H. (2006). Penelitian dengan Subjek Tunggal.

Bandung: UPI Press.

Mulyani, Y dan Gracinia, J. (2007). Kemampuan Fisik, Seni, dan Manajemen Diri. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Purnamasari, A. (2006). Kamus Perkembangan Bayi dan Balita. Jakarta: Esensi Erlangga Group.

Rahardja, D. (2006). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Criced: University of Tsukuba. Rahyubi, H. (2012). Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Bandung:

Nusa Media.


(6)

103

Rima Garlina, 2013

Kegiatan Meronce Manik-Manik Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang Di SLB Az-Zakiyah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suharsaputra, U. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan Kelas. Bandung: PT Refika Aditama.

Suyanto, Slamet. (2005). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Thomas, Jill. (2008). Merangkai Manik-Manik Untuk Pemula. Jakarta: Akademia

Widoyoko, S. Eko Putra. (2012). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar


Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MERONCE MANIK-MANIK Pengembangan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Meronce Manik-Manik Di Kelompok B Tk Pertiwi Jagoan Sambi Boyolali Tahun Ajaran 2013/2014.

0 1 15

PENDAHULUAN Pengembangan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Meronce Manik-Manik Di Kelompok B Tk Pertiwi Jagoan Sambi Boyolali Tahun Ajaran 2013/2014.

0 2 6

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Pengembangan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Meronce Manik-Manik Di Kelompok B Tk Pertiwi Jagoan Sambi Boyolali Tahun Ajaran 2013/2014.

0 8 15

MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MERONCE BAHAN ALAM.

4 57 35

KETERAMPILAN MENGANYAM SPON EVA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB SUKAPURA BANDUNG.

3 12 45

PENGARUH PERMAINAN ALAT MUSIK DRUM UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK ANAK CEREBRAL PALSY TIPE SPASTIK DI SLB AZ-ZAKIYAH.

0 1 39

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MERONCE PADA ANAK KELOMPOK BERMAIN MASJID SYUHADA.

2 14 169

KEGIATAN MELIPAT KERTAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB-C SUMBERSARI BANDUNG - repository UPI S PLB 1200759 Title

1 2 3

KETERAMPILAN MENGANYAM SPON EVA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB SUKAPURA BANDUNG - repository UPI S PLB 1001901 Title

0 0 3

PENGARUH PERMAINAN EDUKATIF MERONCE TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DALAM MERONCE PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG

0 1 6