KETERAMPILAN MENGANYAM SPON EVA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB SUKAPURA BANDUNG.

(1)

KETERAMPILAN MENGANYAM SPON EVA UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK

TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB SUKAPURA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Khusus

Oleh :

DWITHYA SEPTIANI NIM. 1001901

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Keterampilan Menganyam Spon Eva untuk Meningkatkan

Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang di SLB

Sukapura Bandung

Oleh Dwithya Septiani

Sebuah skripsi diajukan guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Pendidikan Khusus

© Dwithya Septiani Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

DWITHYA SEPTIANI

KETERAMPILAN MENGANYAM SPON EVA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI

SLB SUKAPURA BANDUNG

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Disetujui dan disahkan oleh : Penguji 1

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus

Drs. Sunaryo, M.Pd. NIP. 19560722198503 1 001

Pembimbing II

Dr. Budi Susetyo, M.Pd, NIP. 19580907 198703 01 001

Pembimbing I

Dr.Hidayat, Dipl.S.Ed., M.Si NIP. 19570711 198503 1 003


(4)

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterampilan Menganyam Spon Eva untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang di SLB Sukapura Bandung

Dwithya Septiani 2014

Tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi dan gambaran yang jelas mengenai efektifitas keterampilan menganyam spon eva dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa tunagrahita sedang yang bernama BW dan MR kelas III SDLB bersekolah di SLB C Sukapura diamana siswa jelas memiliki kemampuan kognitif yang rendah sehingga mengalami hambatan dalam motorik halus. Diperlukan latihan dan media yang menarik untuk menarik minat siswa, sehingga dapat meningkatkan kemampuan motorik halus siswa. Latihan menganyam dengan bahan spon eva yang padat dan berwarna warni dapat membantu menarik perhatian siswa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen, dengan pendekatan Single Subject

Research dan desain A-B-A. Berdasarkan temuan hasil peneletian, keterampilan

menganyam spon eva memberikan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan motorik halus pada siswa tunagrahita sedang (BW dan MR). Hal ini dibuktikan dengan peningkatan mean level pada setiap fase dari fase pertama baseline-1 kemudian intervensi dan baseline-2 pada siswa BW dan MR.

Kata kunci: Anak tunagrahita sedang, kemampuan motorik halus, keterampilan


(5)

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5

F. Struktur Organisasi Skripsi... 6

BAB II KETERAMPILAN MENGANYAM SPON EVA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA ... 8

A. Konsep Dasar Anak Tunagrahita ... 8

1. Klasifikasi Anak Tunagrahita ... 9

2. Karakteristik Anak Tunagrahita Sedang ... 10

B. Konsep Dasar Motorik Halus ... 11


(6)

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Tahap Perkembangan Motorik Halus ... 12

3. Aspek-aspek Kemampuan Motorik Halus... 15

C. Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang ... 16

D. Konsep Dasar Keterampilan Menganyam ... 18

1. Pengertian Keterampilan Menganyam ... 18

2. Sejarah Anyaman... 19

3. Media Bahan dan Alat ... 21

4. Jenis Kerajinan Anyaman ... 23

E. Hubungan Keterampilan Menganyam Spon Eva dengan Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang ... 25

F. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 26

G. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 29

1. Lokasi Penelitian ... 29

2. Subjek Penelitian ... 29

B. Desain Penelitian ... 30

C. Metode Penelitian ... 32

D. Variabel Penelitian ... 33

1. Variabel Bebas... 33

2. Variabel Terikat ... 34

E. Instrumen Penelitian ... 34

F. Teknik Pengumpulan Data ... 39

G. Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43


(7)

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Uji Normalitas ... 48

2. Pengujian Koefisien Korelasi ... 48

3. Uji Signifikansi Koefisien Korelasi... 50

B. Pembahasan ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 57 LAMPIRAN


(8)

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pengukuran ... 29

4.1. Penilaian Reaksi ... 43

4.2. Norma Penilaian Reaksi ... 44

4.3. Penilaian Koordinasi ... 44

4.4. Norma Penilaian Koordinasi ... 45

4.5. Penilaian Drive Forehand ... 45

4.6. Norma Penilaian Drive Forehand ... 46

4.7. Penilaian Drive Backhand ... 46

4.8. Norma Penilaian Drive Backhand ... 47

4.9. Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku... 47

4.10. Hasil Pengujian Normalitas ... 48

4.11. Interprestasi Koefisien Korelasi ... 49

4.12. Hasil Penghitungan Koefisien Korelasi ... 49

4.13. Hasil Signifikansi Koefisien Korelasi ... 50


(9)

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Bola Squash ... ... 13

2.2. Raket Squash ... ... 13

2.3. Lapangan Squash ... ... 14

2.4. Pukulan Basic Drive Forehand Lurus (Kiri) dan Silang (Kanan) ... 19

2.5. Pukulan Basic Drive Backhand Lurus (Kiri) dan Silang (Kanan) ... 19

3.1. Desain Penelitian ... ... 31

3.2. Langkah-langkah Penelitian ... ... 32

3.3. Tes Lempar Tangkap Bola ... ... 37


(10)

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Hasil Tes Reaksi ... ... 59

2. Hasil Tes Koordinasi ... ... 60

3. Hasil Tes Keterampilan Pukulan Drive Forehand ... ... 61

4. Hasil Tes Keterampilan Pukulan Drive Backhand ... ... 62

5. Deskriptif Data ... 63

6. Uji Normalitas Data ... 64

7. Uji Korelasion Pearson ... 65

8. Uji Regresi ... 66


(11)

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

KETERAMPILAN MENGANYAM SPON EVA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK

TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB SUKAPURA BANDUNG Dwithya Septiani, Hidayat “Penulis Penanggung Jawab”, Budi Susetyo

“Penulis Penanggung Jawab”.

Departemen Pendidikan Khusus, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia

Abstract : The purpose of this research was to acquire information and facts

about the effectiveness of weaving sponge of eva to improve fine motor skills, children are mentally retarded. Subject in this research was on students are mentally retarded (BW dan MR), the grade in III elementary school at Special School of Sukapura. Subject have low cognitive abilities and because of that students have problems in fine motor skills. Necessary training and attractive to attract students, so it can be improve the fine motor skills of students. Workout weave sponge of eva have crowded material and corolfull, its can help attract the attention of students. This study uses experimental research, and Single Subject Research approach, design of the A-B-A. Based on these findings the results at this research , weaving sponge of eva can improve fine motor skills to mentally retarded students (BW and MR). This is proved by the increase in the mean levels at each phase of the first phase is baseline-1 then the intervention and baseline-2 at BW and MR students.

Keyword : Child is mentally retarded, fine motor skills, weaving skills eva

sponge

Abstrak : Tujuan penelitian ini untuk memperoleh informasi dan gambaran yang

jelas mengenai efektifitas keterampilan menganyam spon eva dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang Penelitian ini dilaksanakan pada siswa tunagrahita sedang yang berinisial BW dan MR kelas III SDLB bersekolah di SLB C Sukapura dimana siswa jelas memiliki kemampuan kognitif yang rendah sehingga mengalami hambatan dalam motorik halusnya. Diperlukan latihan dan media yang menarik untuk menarik minat siswa, sehingga dapat meningkatkan kemampuan motorik halus siswa. Latihan menganyam dengan bahan spon eva yang padat dan berwarnawarni dapat membantu menarik perhatian siswa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen, dengan pendekatan Single Subject Research dengan desain A-B-A. Berdasarkan temuan hasil peneletian ini, keterampilan menganyam spon eva memberikan


(12)

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengaruh terhadap peningkatan kemampuan motorik halus pada siswa tunagrahita (BW dan MR). Hal ini dibuktikan dengan peningkatan mean level pada setiap fase dari fase pertama baseline-1 kemudian intervensi dan baseline-2 pada siswa BW dan MR

Kata kunci: Anak tunagrahita sedang, kemampuan motorik halus, keterampilan


(13)

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kegiatan dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari kemampuan motorik seseorang. Berjalan, berlari, melompat, menulis, menggambar, menggunting merupakan kegiatan yang erat hubungannya dengan kemampuan motorik. Pentingnya kemampuan motorik bagi seseorang berhubungan dengan perkembangan motorik. Saputra, Y dan Badruzaman (2009:5) mendefinisikan bahwa “perkembangan motorik adalah suatu perubahan dalam perilaku gerak yang memperhatikan interaksi dari kematangan makhluk dan lingkungannya”. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah kemampuan di mana menggunakan otot-otot besar, meliputi kegiatan merangkak, berjalan, berlari, melompat, meloncat, menendang, melempar, memukul, menangkap, mendorong, melambungkan, mengangkat, menarik. Menurut Saputra, Y (2009:31) mendefinisikan bahwa “gerak halus adalah kemampuan individu beraktifitas dengan menggunakan otot-otot halus (kecil)”. Kegiatan yang meliputi motorik halus yaitu, menulis, menggambar, mengancingkan pakaian, meremas, menggenggam, menggunting, menyobek kertas, melipat, dan menyusun balok.

Perkembangan motorik halus setiap individu mengalami perbedaan satu sama lainnya. Perkembangan motorik dapat lebih cepat dari usianya maupun dapat mengalami keterlambatan. Kemampuan intelektual menjadi faktor perkembangan motorik halus anak. Anak tungrahita sedang yang secara jelas mengalami hambatan pada kemampuan intelektual akan mempengaruhi terhadap perkembangan motorik halus, sehingga memungkinkan mengalami hambatan dalam motorik halus. Hal ini seperti yang diungkapkan Somantri, S (2007:108) “perkembangan jasmani dan motorik anak tunagrahita tidak secepat perkembangan anak normal”.


(14)

2

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kasus yang pernah ditemui sebelumnya, peneliti menemukan masalah pada siswa tunagrahita kelas III SDLB yang mengalami permasalahan dalam motorik halusnya yang memiliki karakteristik anak mengalami kesulitan dalam menggenggam benda menggunakan jari, anak lebih sering menggenggam benda menggunakan telapak tanggan sehingga anak sulit untuk memegang pensil, gunting dan benda kecil lainnya. Jari – jemari tangan anak mengalami kekakuan. Permasalahan ini mempengaruhi kegiatan anak dalam pembelajaran seperti menulis, menggambar, mewarnai, melipat kertas dan menggunting. Permasalahan motorik halus selain dikarenakan kemampuan intelektual anak tunagrahita dapat pula dipengaruhi oleh kesiapan belajar, dan faktor dari luar yang mempengaruhi kemampuan motorik halus,seperti tidak adanya latihan motorik halus yang khusus yang diberikan guru dan juga situasi kelas yang ramai.

Hambatan yang terjadi pada anak tunagrahita sedang dengan karakteristik tersebut dalam hal motorik halus membutuhkan penanganan sedini mungkin dan berkesinambungan, agar permasalahan tidak terus berkembang. Sesuai UU Pasal 5 ayat 2 UU RI No. 20 Tahun 2003 Sistem pendidikan menyebutkan bahwa “warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”. Sebagai perwujutan pasal diatas dengan pemberiaan pendidikan guna mengoptimalkan kemampuan siswa. Pendidikan anak tunagrahita dapat dioptimalkan dalam kemampuan akademik, mengurus dirinya sendiri dan pendidikan keterampilan. Pendidikan akademik, keterampilan dan mengurus diri tentunya membutuhkan kemampuan motorik halus yang baik seperti menulis, menggunting, menempel, memakai baju dan sepatu. Pembelajaran bagi anak tunagrahita sedang juga harus memberikan kesempatan kepada anak dalam kegiatan praktik yang lebih banyak. Media yang digunakan harus dapat menarik perhatian anak dan mempermudah pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, peneliti ingin meneliti tentang kemampuan motorik halus dengan menggunakan kegiatan keterampilan yang dapat meningkatkan motorik halus anak, dimana tentunya membutuhkan


(15)

3

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

latihan menggunakan media keterampilan yang berhubungan dengan otot-otot halus yaitu menganyam dengan bahan spon eva. Keterampilan menganyam berfungsi sebagai latihan untuk menstimulasi motorik halus anak dan juga menganyam dapat meningkatkan konsentrasi dalam proses belajar. Diharapkan dalam keterampilan menganyam spon eva anak mampu menggunakan jari-jari untuk meraih, memegang dan menyusupkan pita anyaman dan menarik pita anyaman dengan benar, kegiatan tersebut merupakan bagian dari keterampilan motorik halus.

Keterampilan menganyam dalam hal ini adalah sebagai kegiatan yang bertujuan untuk membantu anak agar dapat menggunakan jari-jemarinya dengan cara meraih pita anyaman, memengang pita anyaman, menyusupkan pita anyaman dan menarik pita anyaman. Menganyam merupakan suatu kegiatan keterampilan dengan cara menyusupkan atau menumpangtindihkan bagian-bagian lembaran anyaman secara bergantian. Menganyam jenis sasag adalah pola yang pertama kali diberikan saat belajar menganyam. Arifien (2011:7) menjelaskan “anyaman sasag adalah jenis anyaman yang dalam proses pembuatannya menggunakan cara mengangkat satu dan menumpangkan satu iratan pakan pada iratan lungsin secara selang-seling, atau lungi pada pakan”.

Kegiatan menganyam bisa menjadi solusi dalam pengembangan kemampuan motorik halus anak tungrahita sedang karena didalam kegiatan menganyam, otot-otot halus anak pada jari-jemari tangan anak dirangsang, anak diminta terlebih dahulu meraih pita anyaman, memegang pita anyaman serta menyusupkan pita anyaman dan manarik pita sesuai pola. Menganyam menggunakan bahan spon eva yang berwarna-warni dapat menarik minat anak dalam pembelajarannya, tekstur bahan spon eva yang padat dan lentur tidak membuat pita anyaman cepat patah dan rusak. Menganyam menggunakan bahan spon eva merupakan sebuah kerajinan yang memiliki nilai jual yaitu sebagai alas wadah makanan panas. Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud untuk meneliti Keterampilan Menganyam Spon Eva untuk meningkatkan motorik halus


(16)

4

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

anak tunagrahita sedang dengan karakteristik belum dapat menggenggam dengan jari dan kekakuan pada jari-jari tangan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus di SLB C Sukapura.

B. Identifikasi Masalah

Banyak permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini yaitu anak tunagrahita sedang mengalami hambatan dalam kemampuan intelektual sehingga mempengaruhi keterampilan motorik halusnya. Motorik halus merupakan hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari karena keterampilan motorik halus dipergunakan dalam kegiatan sehari-hari dan kegiatan pembelajaran seperti menulis dan bina diri.

Faktor kurangnya latihan khusus motorik halus sebagai bekal pembelajaran menulis dan pembelajaran mengurus diri yang dilakukan oleh sekolah secara langsung. Anak tunagrahita tidak mendapatkan praktik langsung dan penanganan secara khusus. Pembelajaran lebih pada menulis dengan menyambungkan titik-titik dimana kegiatan ini dapat membuat anak bosan dan frustasi karena ketidak mampuan anak. Situasi kelas yang ramai dapat menjadikan konsentrasi anak menjadi kurang, dimana dalam satu kelas terdapat lebih dari 5 anak. Anak tunagrahita sedang mengalami hambatan dalam konsentrasi tentunya akan semakin sulit dalam menerima pembelajaran dalam suasana kelas yang ramai.

Pemberian kegiatan yang diharapkan dapat menarik minat anak dan juga mampu mengasah kemampuan anak, dan dapat dijadikan bekal bagi anak tunagrahita sedang dikemudian hari. Kegiatan pembelajaran dikemas dalam bentuk keterampilan sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak dan dapat menarik antusias anak dalam belajar. Dengan demikian dalam penelitian ini menggunakan kegiatan pembelajaran menganyam menggunakan bahan spon eva yang diharapkan mampu melatih kemampuan


(17)

5

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

motorik halus anak tunagrahita dengan karakteristik belum dapat menggenggam dengan jari dan kekakuan pada jari-jari tangan sehingga dapat membantu anak dalam pembelajaran dan kegiatan sehari-hari.

C. Batasan Masalah

Batasan penelitian ini adalah efektivitas kegiatan menganyam spon eva dalam meraih pita anyaman, memegang pita anyaman, menyusupkan pita anyaman dan manarik pita anyaman membentuk anyaman lingkaran jenis sasag agar dapat membantu siswa tunagrahita dengan karakteristik belum dapat menggenggam dengan jari dan kekakuan pada jari-jari tangan dalam mengembangkan kemampuan motorik halus.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah kegiatan menganyam spon eva efektif bagi anak tunagrahita sedang untuk meningkatkan kemampuan motorik halus di SLB Sukapura ?”

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi dan gambaran yang jelas mengenai efektifitas keterampilan menganyam spon dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang dengan karakteristik belum dapat menggenggam dengan jari dan kekakuan pada jari-jari tangan.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk :


(18)

6

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Memperoleh data kemampuan motorik halus anak tunagrahita setelah diberikan kegiatan menganyam spon untuk peningkatan kemampuan motorik halus anak tunagrahita.

3) Mengetahui efektifitas keterampilan menganyam spon dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak tunagrahita.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini diantaranya sebagai berikut: a. Kegunaan Teoritis

1) Menjadi bahan pertimbangan program latihan keterampilan menganyam bagi guru dalam meningkatkan kemampuan motorik halus untuk anak tunagrahita sedang.

2) Sebagai masukan perencanaan pembelajaran anak tunagrahita sedang sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan motorik halus.

3) Bagi penelitian selanjutnya diharapkan mampu menjadi masukan ilmu yaitu keterampilan menganyam mampu meningkatkan kemampuan motorik halus bagi anak tunagrahita sedang.

b. Kegunaan Praktis

1) Bagi siswa dapat membantu untuk melatih motorik halusnya sehingga kemampuan motorik halusnya dapat meningkat.

2) Bagi guru dapat memberikan latihan menganyam spon eva sebagai latihan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus.


(19)

7

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Bagi orangtua yang memiliki anak tunagrahita sedang dapat menjadikan latihan di rumah sebagi upaya meningkatkan kemampuan motorik halus siswa.

F. Stuktur Organisasi Skripsi

Penulis dalam penelitian ini memaparkan urutan dalam penyusunannya. Adapun urutan dari masing-masing BAB akan dijelaskan sebagai berikut:

1. BAB I yaitu pendahuluan akan memaparkan latar belakang penelitian, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah serta tujuan dan kegunaan penelitian.

2. Pada BAB II kajian pustaka akan memaparkan mengenai pengaertian anak tunagrahita sedang, kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang, keterampilan menganyam spon eva, hubungan antara menganyam spon eva untuk meningkatkan kemampuan motorik halus, penelitian terdahulu yang relevan sebagai salah satu masukan peneliti, kerangka pemikiran serta hipotesis penelitian.

3. BAB III yaitu metode penelitian akan memaparkan lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, variabel penelitian, instrument penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data.

4. Pada BAB IV membahas pengenai hasil dan analisis penelitian.


(20)

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih untuk melakukan penelitian ini adalah salah satu sekolah luar biasa yang berada di kota Bandung yang memiliki siswa tunagrahita dengan hambatan motorik halus. Sekolah yang dijadikan tempat penelitian ini yaitu SLB C Sukapura Bandung beralamat di Jl. PSM No. 3 Komp. Bumi Asri Sukapura-Kiaracondong. Sekolah berada di kawasan perumahan yang asri, nyaman dan tidak bising dengan kendaraan umum yang berlalu lalang. Pada penelitian ini peneliti mengambil subjek kelas tiga SDLB. Kelas berada di ruangan yang sukup luas. Dalam ruangan ini dibagi menjadi tiga kelas SDLB, setiap kelas dibatasi dengan dinding kayu.

2. Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah dua orang siswa dan siswi kelas III SDLB C Sukapura Bandung yang berinisisal BW dan MR. Kemampuan kedua subjek dalam motorik halus kurang begitu baik dibandingkan dengan teman sebayanya. Hal ini yang menjadi alasan untuk menjadikan kedua siswa dan siswi tersebut sebagai subjek penelitian.

Karakteristik kemampuan kedua subjek dalam motorik halus yaitu: sulit untuk menggengam benda dengan jari lebih banyak menggunakan kepalan tangan. Hal ini membuat anak sulit untuk memegang pensil dan gunting, tali, sebagai contoh BW dan MR sulit untuk menebalkan titik-titik suatu bentuk, huruf, maupun garis. Tulisan BW


(21)

30

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan MR cenderung berukuran besar dan keluar garis. Jari-jari MR lebih kaku di bandingkan jari-jari BW, Kemampuan BW dan MR dalam memasukan benda juga masih kurang baik, ketepatan anak dalam memasukan benda masih sering salah dan terburu-buru. Subjek juga mengalami kesulitan untuk memasukan benda berukuran sedang dan kecil secara satu persatu kedalam suatu wadah

Kurangnya kemampuan untuk menggengam, mengambil, memasukan benda terjadi berulang kali saat terjadi pembelajaran. Permasalahan yang dialami kedua subjek tersebut dapat dilihat bahwa subjek mengalami permasalahan dalam motorik halus.

B. Desain Penelitian

Pola desain ekperimen subjek tunggal yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain A-B-A. Sunanto, J. et all (2006, hlm. 44) “Desain A-B-A merupakan salah satu pengembangan dari desain dasar A-B. Disain A-B-A ini menunjukan adanya hubungan sebab akibat antara variabel terikat dan variabel bebas yang lebih kuat dibandingkan disain A-B”. Desain A-B-A pada penelitian ini dapat dijelaskan dimana:

1. A-1 adalah lambang dari data garis datar (baseline dasar). Baseline adalah suatu kondisi kemampuan awal subjek dalam motorik halus sebelum diberikan perlakuan atau intervensi. Pelaksanaan pengukuran baseline-1 ini dilakukan secara kontinu dengan sebanyak empat sesi sampai level data cenderung stabil. Setiap harinya dilakukan satu kali sesi pengukuran baseline-1 dengan periode waktu 30 menit setiap sesinya.

2. B (intervensi) adalah data penanganan atau perlakuan yang diberikan kepada anak. Kondisi kemampauan subjek dalam kegiatan menganyam dengan permasalahan motorik halus selama intervensi. Pada tahap ini subjek diberikan


(22)

31

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perlakuan dengan kegiatan menganyam secara berturut-turut. Pelaksanaan

intervensi sebanyak delapan sesi dengan periode waktu selama 45 menit

Setelah data terhimpun maka dilakukan pengamantan kembali pada kondisi

baseline-2.

3. A-2 (baseline-2) merupakan pengamatan kembali pada kondisi baseline sebagai evaluasi bagaimana hasil intervensi yang diberikan berpengaruh pada subjek. Pelaksanaan baseline-2 sebanyak empat sesi dengan periode waktu selama 30 menit.

Grafik 3.1 Desain A-B-A

Seiring dengan pendapat dan penjelasan di atas maka peneliti menggunakan desain penelitian A-B-A yang diharapkan dapat menggambarkan adanya hubungan se antara variabel bebas (keterampilan menganyam spon eva) dan variabel terikat

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 dst.

P

e

r

s

e

n

t

a

s

e


(23)

32

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(kemampuan motorik halus anak tunagrahita). Desain ini terdiri dari tiga tahapan pengukuran yaitu sebelum diberikan intervensi (baseline-1/ A-1), pada saat diberikan intervensi (B), dan setelah diberikan intervensi (baseline-2/ A-2). Penelitian ini bertujuan untuk mengukur seberapa besar pengaruh perlakuan terhadap peningkatan kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang dengan menggunakan kegiatan keterampilan menganyam spon eva.

C. Metode Penelitian

Metode merupakan cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Metode penelitian merupakan suatu cara memperoleh pengetahuan atau pemecahan penelitian yang dilakukan secara ilmiah, sistematis dan logis. Menurut Narbuko dan Achmadi (2004:1) menyatakan bahwa :

Metodologi penelitian berasal dari kata “Metode” yang artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu dan “Logos” yang artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi metodologi artinya cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan “Penelitian” adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya.

Pemecahan masalah dalam penelitian ini melalui pendekatan kuantitatif, menggunakan metode eksperimen dengan rancangan subjek tunggal atau Single

Subject Research (SSR). “Metode penelitian eksperimen yaitu dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali” (Sugiyono, 2009:107). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode ekperimen denan menggunakan rancangan Single Subject Research (SSR). Sunanto, J. et.all.(2006: hlm 41) mengemukakan bahwa :

Pada desain subjek tunggal pengukuran variabel terikat atau perilaku sasaran (target behavior) dilakukan berulang-ulang dengan periode waktu tertentu misalnya perminggu, perhari, atau perjam. Perbandingan tidak dilakukan antar


(24)

33

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

individu meupun kelompok tetapi perbandingan pada subjek yang sama dalam kondisi yang berbeda.

Menurut definisi di atas dapat diartikan bahwa Single Subject Research (SSR) merupakan strategi penelitian yang di lakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh suatu perlakuan yang diberikan terhadap subjek secara perseorangan atau secara individu. Penelitian ini memperlihatkan apakah terjadinya hubungan antara perlakuan yang diberikan dengan adanya perubahan perilaku. Metode eksperiment dengan racangan Single Subject Research pada penelitian ini, dipilih dikarenakan metode dirasa cocok untuk mengetahui pengaruh perlakuan yaitu kegiatan menganyam terhadap permasalahan anak tunagrahita dengan karakteristik anak belum dapat menggenggam dengan jari dan kekakuan pada jari-jari tangan yang memiliki masalah motorik halus

D. Variable Penelitian

Penelitian yang berjudul “Keterampilan Menganyam Spon Eva untuk Meningkatkan kemampuan motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang di SLB C Sukapura Bandng” mempunyai dua variabel yaitu :

1. Variabel Bebas

Variabel bebas (X) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab. Sugiyono (2009:61) mendefinisikan variabel bebas adalah “ variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”. Variabel yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini yaitu keterampilan menganyam spon eva. Menganyam adalah suatu kegiatan keterampilan yang bertujuan untuk menghasilkan aneka benda atau barang pakai dan benda seni yang dilakukan dengan cara saling menyusupkan atau menumpang tindihkan bagian-bagian pita anyamansecara bergantian. Sedangkan yang menjadi bahan menganyam


(25)

34

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada penelitian ini adalah spon eva, spon eva merupakan bahan dasar yang biasa digunakan untuk membuat sendal jepit.

Lamgkah-langkah oprasional penggunaan kegiatan keterampilan menganyam dengan bahan spon eva pada saat intervensi sebagai beriku:

a. Menyiapkan alat dan bahan menganyam

b. Siswa mengabgkat lembar anyaman dengan tangan kanan c. Siswa mengambil pita anyaman dengan tangan kiri.

d. Kemudian, siswa memasukan pita anyaman pada lembar anyaman yang diangkat.

Kegiatan keterampilan menganyam spon eva ini dapat menjadi salah satu intervensi sarta media yang menarik dan efektif untuk melakukan latihan motorik halus.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat ialah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sebagai target behavior. Target behavior dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan motorik halus. Kemampuan motorik halus anak mempengaruhi kegiatan pembelajaran dan kegiatan sehari-hari anak.

Motorik halus yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan motorik halus yang meliputi mengambil benda dengan menggunakan 5 sampai 2 jari dengan tangan kanan dan tangan kiri, kemudian memasukan benda yaitu mengancingkan baju, memasukan tali sepatu, memasukan ikat pinggang dan memasukan manik-manik pada tali. Kriteria penilaian motorik halus dalam penelitian ini dapat diukur dari ketepatan anak dalam mengambil benda dan memasukan benda dengan benar.


(26)

35

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes yang berisi butir soal mengenail aspek ketepatan yaitu mengambil benda dan memasukan benda.

E. Instrumen Penelitian

Meneliti dengan menggunakan metode eksperimen pada prinsipnya adalah dengan melakukan suatu pengukuran oleh karena itu dibuthkan sebuah alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Untuk mengukur nilai variabel yang akan diteliti maka dibutuhkan suatu instrumen penelitian. Instrument penelitian ini beracuan pada perkembangan kemampuan motorik halus pada anak menurut pendapat Crowe W.Cet.all (1981: 28) yang diadaptasi ke pada kemampuan motorik halus untuk anak tunagrahita sedang yang disesuaikan sesuai mental age anak. Instrumen penelitian berfungsi sebagai suatu alan dalam pengumpulan data untuk menentukan keberhasilan dalam suatu penelitian. Penyusunan instrumen penelitian berpedoman pada pendekatan yang digunakan agar data yang terkumpul dapat dijadikan sebagai dasar untuk menguji hipotesis. Instrumen dalam penelitian ini bertujuan untuk memngukur kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes. Instrumen berupa tabel yang berisi aspek-aspek kemampuan motorik halus. Dalam penelitian ini tes yang digunakan berfungsi untuk mengetahui sejauh mana tingkat pencapaian serta kemampuan atau persepsi subjek dalam kemampuan motorik halus. Adapun langkah-langkah yang dirancang sebelum pembuatan tes peneliti adalah sebagai berikut:

1. Membuat kisi-kisi instrument

Kisi-kisi merupakan sebuah rancangan awal yang dibuat sebelum lebih lanjut membuat instrumen.


(27)

36

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrument Penelitian Variabel

Penelitian

Aspek Yang Dinilai

Tujuan Indikator Jenis

Tes No. Soal Kemampuan motorik halus yaitu mampu mengfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan, mampu mengkoordinas ikan kecepatan tangan dengan mata.

Ketepatan Untuk mengetahui kemampuan mengambil benda Mengambil benda menggunakan 5-2 jari tangan kanan Tes Kinerja 1-4 Mengambil benda menggunakan 5-2 jari tangan kanan Tes Kinerja 5-8 Koordinasi mata dan tangan Untuk mengetahui kemampuan koordinasi mata dan tangan anak saat Menyusupkan pita anyaman pada lungsi Tes Kinerja 9-10 Mengancingkan baju 11-12 Memasukan tali sepatu 13-14


(28)

37

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memasukan benda pada tempatnya

Memasukan ikat pinggang

15

2 Penyusunan Instrumen

Instrumen dalam penelitian ini merupakan sarana untuk mengumpulkan data. Penyusunan instrumen ini tentunya mengacu pada kisi-kisi instrumen yang telah dibuat sebelumnya. Instrumen tersebut berupa butiran soal yang disesuaikan dengan indikator yang telah ditentukan pada kisi-kisi soal.

Tabel 3.2 Instrumen Penelitian Aspek Yang

Dinilai

Indikator Pencapaian

Butir Soal Penilaian

Memegang Menggambil

benda

1. Mengambil pita anyaman (spon eva) dengan 5 jari tangan kanan

0-3

2. . Mengambil pita anyaman (spon eva) dengan 4 jari tangan kanan 3. . Mengambil pita


(29)

38

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan 3 jari tangan kanan 4. Mengambil .

Mengambil pita anyaman (spon eva) dengan 2 jari tangan kanan

5. Mengambil .

Mengambil pita anyaman (spon eva) dengan 5 jari tangan kiri

6. Mengambil .

Mengambil pita anyaman (spon eva) dengan 4 jari tangan kiri

7. Mengambil .

Mengambil pita anyaman (spon eva) dengan 3 jari tangan kiri

8. Mengambil .

Mengambil pita dengan 2 jari tangan kiri

Tabel 3.3 Instrumen Penelitian


(30)

39

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dinilai Pencapaian

Koordinasi

Mata dan

Tangan

Menyusupkan pita

anyaman pada

lungsi

9.Menyusupkan pita

anyaman diantara lungsi dengan langkah diangakat ditinggal satu secara horizontal

0-3

10.Menyusupkan pita

anyaman diantara lungsi dengan langkah diangakat satu ditinggal satu secara vertical

Mengancingkan baju

11.Mengancingkan baju dengan kancing berukuran besar

12.Mengancingkan kancing baju berukuran kecil

Memasukan tali sepatu

13.Memasukan tali ke lubang sepatu secara vertikal

14.Memasukan tali ke lubang sepatu secara horizontal

Memasukan ikat pinggang

15.Memasukan ikat


(31)

40

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

celana

3. Kriterian Penilaian

Kriteria penilaian dibuat untuk menetapkan skor atau nilai hasil belajar, sehingga dapat diketahui seberapa besar hasil atau nilai yang dicapai oleh peserta didik penelitian. Adapun kriteria peni;aiannya adalah sebagai berikut:

Target behavior : mengambil pita anyamana menggunakan 5 jari sampai 2 jari Bobot skor

Nilai Keterangan

3 Jika anak dapat melakukan dengan benar sesui instruksi 2 Jika anak dapat melakukan sesuai instruksi sebesar 75 % 1 Jika anak dapat melakukan sesuai instruksi sebesar 35 % 0 Jika anak tidak merespon instruksi yang diberikan

Target behavior : Koordinasi mata dan tangan Bobot skor

Nilai Keterangan

3 Jika anak dapat melakukan dengan benar sesui instruksi 2 Jika anak dapat melakukan sesuai instruksi sebesar 75 % 1 Jika anak dapat melakukan sesuai instruksi sebesar 35 %


(32)

41

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

0 Jika anak tidak merespon instruksi yang diberikan

G. Proses Pengembangan Instrumen 1. Uji Validitas Instrumen

Instrument yang baik adalah intrument yang valid. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevaliditasan atau ketepatan suatu instrumen. . Dalam bahasa Indonesia “valid” disebut dengan istilah sahih. Validitas menurut Sutrisno Hadi, (1991) dalam Susetyo, (2011:88) adalah “kesahihan dibatasi sebagai tingkat kemampuan suatu instumen uantuk mengungkapkan sesuatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran”. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan validitas isi dengan teknik penilitian ahli (judgement). Untuk instrumen yang berbentuk test, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan variabel yang telah diajarkan atau dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan.

Pengujian mengenai kevalitan instrumen ini dilakukan sebelum instrumen diujikan pada siswa. Dalam penelitian ini, validitas dilakukan dengan cara menyusun butir soal mengenai kemampuan motorik halus dalam aspek ketepatan yaitu mengambil benda dan memasukan benda. Kemudian dilakukan penelitian (judgement) kepada tim penilai. Hasil dari expert judgement maka validitas setiap butir soal adalah 100%, artinya setiap butir soal cocok untuk mengukur kemampuan motorik halus. Tim penilai pada perhitungan validitas ini adalah para ahli dibidang pendidikan luar biasa , yaitu:

Tabel 3.4

Daftar tim expert-judgment intrumen penelitian


(33)

42

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 Dr. Maman Abdurahman, S.R, M.Pd Dosen UPI

2 Tuti Ariswati, S.Pd Guru Kelas SLB C Sukapura

3 Puri Purnamasari, S.Pd Guru Kelas SLB C Sukapura

Rumus yang diguakan adalah:

Persentase =

f = frekuensi cocok menurut penilaian

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas berasal dari kata reliable yang berarti dapat dipercaya. Reliabilitas suatu tes menunjukan atau merupakan derajat ketetapan, keterdalaman atau kemantapan tes yang bersangkutan dalam mendapatkan data atau skor yang dicapai seseorang. Menurut Susetyo (2011:105) “Suatu perangkat ukur yang dapat dipercaya adalah alat ukur yang hasilnya tidak berubah atau hasilnya relative sama jika dilakukan pengetesan secara berulang-ulang dan alat ukur yang demikian dinamakan dengan reliable”.

Reliabilitas adalah ketetapan atau ketelitian suatu alat evaluasi. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap, jika hasilnya berubah-ubah maka perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti. Untuk mengetahui reliabilitas suatu tes digunakan indeks angka yang menunjukan sejauh mana alat ukur atau tes yang dibuat dapat dipercaya atau diandalkan hasilnya. Suatu perangkat ukur jika digunakan dua kali untuk mengukur gejala yang sama memberikan hasil yang relative sama, maka alat ukur tersebut dikatakan reliabel. Agar mengetahui reliabel atau tidaknya


(34)

43

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

instrumen yang telah dibuat oleh peneliti, maka peneliti melakukan uji reliabilitas instrument kepada siswa yang memiliki hambatan yang sama pada kemampuan motorik halus. Pengujian reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan isnternal consistency, dengan cara mencobakan instrumen sebanyak satu kali pengukuran. Perhitungan uji reliabilitas aspek menggunting, mengambil dan memasukan benda dengan kriteria penilian 0 sampai 4 menggunakan rumus Alpha Cronbach. Arikunto (2010:239) menyatakan bahwa “rumus aplha digunakan untuk mecari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0”. Hasil dari perhitungan reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach adalah 0,81, artinya instrumen reliabel atau dapat dipercaya. Adapun rumus Aplha Cronbach yang digunakan adalah:

Keterangan :

K = menan kuadrat subjek

∑ banyaknya soal

∑ varians total

reliabilitas instrumen

Rumus untuk varian total dan varian item

∑ (∑ )

Keterangan :

Jk = jumlah kuadrat seluruh item Jks = jumlah kuadrat subjek


(35)

44

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara. Data yang terkumpul akan menghitung adanya pengaruh dari perlakuan yang diberikan peneliti sebelum dan sesudah diberikan kegiatan keterampilan menganyam. Dalam penelitian ini menggunakan teknik penggumpulan data berupa pemberian tes. Melalui tes yang diberikan dalam penelitian ini akan diketahui kemampuan motorik halus pada subjek penelitian.

Tes yang akan diberikan dibagi menjadi tiga fase yaitu baseline-1, intervensi dan baseline-3 yaitu:

1. Fase baseline-1 (A1), pada fase ini untuk mengetahui kondisi wala kemampuan subjek sebelum diberikan intervensi yaitu mengukur kemampuan motorik halus yang dilakukan dalam empat sesi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan tes kemampuan motorik halus langsung pada subyek.

2. Pada Fase intervensi (B), yaitu memberikan intervensi dengan menggunakan keterampilan menganyam spon yang dilakukan beberapa sesi.

3. Fase baseline kedua A2, yaitu dilakukan kembali tes motorik halus kepada subyek sama seperti pada fase baseline pertama (A1) yang dilakukan sebanyak beberapa sesi yang setiap sesinya semua data dicatat.

I. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data terkumpul sebelum penarikan kesimpulan. Pada penelitian eksperimen dengan subyek tunggal ini data dianalisis dalam statistik deskriptif. Menurut Sunanto et al. (2006 : 65) dalam penelitian eksperimen dengan subjek tunggal menggunakan statistik deskriptif yang sederhana. Menurut Sugiyono (2009:207) statistik dekriptif adalah “statistik yang digunakan untuk mengenalisis data dengan cara mendeskripsikan atau


(36)

45

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generaliasasi”.

Penelitian Subject Single Research, grafik memegang peranan yang utama dalam proses analisis (Sunanto et al, 2006 : 65). Pembuatan grafik memilki dua tujuan utama yaitu, 1) untuk membantu mengorganisasi data sepanjang proses pengumpulan data yang nantinya akan mempermudah untuk mengevaluasi, dan 2) untuk memberikan rangkuman data kuantitatif serta mendeskripsikan target behavior yang akan membantu dalam proes menganalisis hubungan antara variabel bebas dan terikat. Pada penelitian ini, proses analisis dengan visual grafik diharapkan dapat lebih memperjelas gambaran stabilitas perkembangan motorik halus anak tunagrahita sedang melalui keterampilan menganyam.

Menurut Sunanto et al. (2006:30) terdapat beberapa komponen penting dalam grafik antara lain sebagai berikut:

1. Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukan satuan untuk waktu (misalnya, sesi,hari dan tanggal)

2. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang menunjukan satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran (misalnya, persen,frekuensi dan durasi)

3. Tititk Awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y sebagai titik awal skala

4. Skala adalah garis-garis pendek pada sumbu X dengan sumbu Y yang menunjukan ukuran (misalnya, 0%, 25%, 50% dan 75%)

5. Label Kondisi, yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen, misalnya baseline atau intervensi


(37)

46

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Garis Perubahan Kondisi, yaitu gari vertikal yanng menunjukan adanya perubahan dari kondisi ke kondisi lainnya, biasanya adalam bentuk garis putus-putus.

7. Judul grafik adalah judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar egera diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat

J. Analisis data

Analisis data merupakan tahap terakhir sebelum menarik kesimpulan. Penelitian dengan kasus tungal biasanya menggunakan statistik deskriptif yang sederhana hal ini bertujuan agar memperoleh gambaran yang jelas tentang hasil

intervensi dalam jangka waktu yang ditentukan. Setelah data terkumpul selanjutnya

Data dianalisis dengan perhitungan tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan. Menganalisis data setiap kondisi dan antar kondisi.

1. Analisis dalam Kondisi

Analisi perubahan dalam kondisi adalah analisi perubahan data dalam suatu kondisi misalnya kondisi baseline atau kondisi intervensi. Adapun komponen-komponen yang harus dianalisis diantaranya yaitu:

a. Panjang Kondisi

Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi tersebut. Banyaknya data dalam suatu kondisi menggambarkan banyaknya sesi yang dilakukan pada kondisi tersebut. Data dalam kondisi baseline dikumpulkan sampai data menunjukan stabilitas dan arah yang jelas.

b. Kecenderungan Arah

Kecendrungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam suatu kondisi dimana banyaknya data yang berbeda dia atas dan dibawah garis tersebut sama banyak. Dalam membuat garis ini dapat ditempuh dengan


(38)

47

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dua metode, yaitu metode tangan bebas (freehand) dan metode belah tengah (splitmiddle).

c. Kecenderungan stabilitas /Tingkat Stabilitas

Kecendrungan stabilitas dapat menunjukan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi. Adapun tingkat kestabilan data ini dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya data yang berada di dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean, maka data tersebut dapat dikatakan stabil.

d. Jejak Data

Jejak data merupakan berubahan dari data satu ke data lain dalam suatu kondisi. Perubahan satu data ke dala berikutnya dapat terjadi tiga kemungkinan, yaitu menarik, menurun dan mendatar.

e. Level Stabilitas dan Rentang

Rentang merupakan jarak antara data pertama dengan data terakhir pada suatu kondisi yang dapat memberikan sebuah informasi.

f. Perubahan level (level change)

Perubahan level dapat menunjukan besarnya perubahan antara dua data. Tingkat perubahan data dapat dihitung untuk data dalam suatu kondisi maupun data antar kondisi.

2. Analisis antar Kondisi

Analisis data antar kondisi dilakukan untuk melihat perubahan data antar kondisi, misalnya peneliti akan menganalisis perubahan data antar kondisi

baseline dengan kondisi intervensi. Jadi sebelum melakukan analisis, peneliti

harus menentukan terlebih dahulu kondisi mana yang akan dibandingkan. Adapun analisi dari komponen-komponen tersebut adalah:


(39)

48

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Analisi data antar kondisi sebaiknya variabel terikat hanya difokuskan pada satu perilaku yang akan diubah. Artinya analisi ditekankan pada efek atau pengaruh

intervensi terhadap perilaku sasaran.

b. Perubahan kecendrungan arah dan efeknya

Analisis data antarkondisi, perubahan kecendrungan arah grafik antar kondisi

baseline dengan kondisi intervensi dapat menunjukan makna perubahan perilaku

sasaran yang disebabkan oleh intervensi. c. Perubahan stabilitas dan efeknya

Perubahan kecendrungan stabilitas antar kondisi dapat dilihat efek atau pengaruh

intervensi yang diberikan. Hal itu terlihat dari stabil atau tidaknya data yang

terdapat pada kondisi baseline dan data pada kondisi intervensi. d. Perubahan level data

Perubahan level data menunjukan seberapa besar data berubah. Tingkat perubahan data antar kondisi ditunjukan dengan selisih antara data terakhir pada data kondisi pertama dengan data pertama pada kondisi berikutnya. Nilai selisih menggambarkan seberapa besar terjadi perubahan perilaku akibat pengaruh intervensi.

e. Data tumpang tindih (overlap)

Data overlap menunjukan data tumpang tindih. Artinya terjadi data yang sama pada dua kondisi. Data yang tumpang tindih menunjukan tidak adanya perubahan pada kedua kondisi tersebut.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data pada penelitian ini, yaitu :

1. Menghitung hasil pengukuran data pada fase baseline-1 dari subjek pada setiap sesinya.


(40)

49

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Menghitung hasil pengukuran data pada fase intervensi dari subjek pada setiap sesinya.

3. Menghitung hasil pengukuran data pada fase baseline-2 dari subjek pada setiap sesinya.

4. Membuat tabel perhitungan hasil fase baseline, fase intervensi pada subjek setiap sesinya

5. Menjumlahkan semua hasil yang diperoleh pada fase baseline-1, fase intervensi dan fase baseline-2 pada subjek setiap sesinya.

6. Membandingkan hasil pada fase baseline-1 (A1), fase intervensi (B) dan pada fase baseline-2 (A2) dari subjek

7. Membuat analisis dalam bentuk grafik garis sehingga dapat terlihat secara langsung perubahan yang terjadi diantara ketiga fase tersebut.


(41)

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian yang telah dilakukan kepada dua subjek tunagrahita sedang BW dan MR dengan karakteristik belum dapat menggenggam dengan jari dan kekakuan pada jari-jari tangan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus menghasilkan data penelitian dan telah dianalisis. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis bahwa terdapat peningkatan kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang pada aspek ketepatan dalam mengambil benda dengan jari-jari dan koordinasi mata dan tangan siswa. Hasil tersebut diambil berdasarkan perbandingan antara hasil data sebelum dan sesudah diberikan intervensi atau perlakuan yaitu kegiatan keterampilan menganyam spon eva. Hal ini dapat ditunjukan dengan meningkatnya hasil kemampuan motorik halus pada fase intervensi (B) dan baseline-2 (A-2) dari fase baseline-1 (A-1) pada kedua subjek penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan keterampilan menganyam spon eva dengan cara mengambil pita anayaman dengan jari-jemari dan menyusupkan lungsi diantara pakan dengan cara diangkat satu ditingga satu dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak tunagrahita sedang.

B. Rekomendasi

Hasil penelitian yang telah disimpulankan dan telah dikemukakan, maka peneliti merekomendasikan beberapa hal yaitu:

1. Bagi Guru

Hasil penelitian disarankan dapat digunakan guru untuk mengoptimalkan kemampuan motorik halus siswa tunagrahita sedang. Guru dapat mencoba untuk memberikan latihan kegiatan menganyam spon eva kepada anak tunagrahita


(42)

101

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sedang, dimana kegiatan ini dapat menarik perhatian siswa dalam kegiatan belajar. Panjangnya fase intervensi pada penelitian ini, dikarenakan memberian intervensi untuk mengoptimalkan motorik halus membutuhkan waktu yang lebih banyak. Guru diharapkan dapat memberikan intervensi keterampilan menganyam spon eva secara berkelanjutan.

2. Bagi Orang Tua

Peneliti memberikan saran dan rekomendasi pada orang tua siswa tunagrahita sedang yang mengalami hambatan pada motorik halus agar mampu menjadi fasilitator dalam pengadaan alat dan media menganyam dan pembimbing saat siswa menganyam dengan spon eva di rumah dimana kegiatan keterampilan menganyam spon eva membutuhkan arahan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini hanya terfokus pada subjek tunagrahita sedang saja maka peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan subyek yang berbeda dan lebih beragam dan tidak hanya pada target behavior mengembangkan motorik halus saja namun dapat dikembangkan kepada menulis permulaan. Meteode penelitian ini menggunakan Single Subject Research maka diharapkan penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode penelitian yang lebih beragam.


(43)

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

AAID. (2008). Intellectual Disability and the AAIDD Definitio[Online]. Tersedia di:(http://aaidd.org/docs/defaultsource/sisdocs/aaiddfaqonid_template.pdf? sfvrsn=2) [diakses 14 Maret 2014]

Arifien, K. (2011). Peluang Bisnis Anyaman: Panduan Usaha Mandiri. Bandung: Yrama Widya

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Sebagai suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rieneka Cipta

Becker, K.P. dkk. (1985). Educational Rehabilitation of the Handicapped in the

German Democratic Republic and in the United States of America.

German: VEB Verlag Volk und Gesundheit

Crowe, W.C., Auxter, D., dan Pyfer, J. (1981). Principles and Methods of

Adapted Physical Education and Recreation. Missouri: C.V. Mosby

Company

Decaprio, R. (2013). Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik di Sekolah. Yogyakarta: DIVA Press

Delaney, Tara. (2010). 101 Permainan & Aktivitas: untuk Anak-anak Penderita

Autisme, Asperger, dan Gangguan Pemrosesan Sensorik. Yogyakarta:

ANDI

Garlina, R. (2013). Kegiatan Meronce Manik-Manik Untuk Meningkatkan

Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang Di SLB Az-Zakiyah. Skripsi, Univeritas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Hidayat., Heryana, Y., dan Setiawan, A. (2006). Bimbingan Anak Berkebutuhan

Khusus. Bandung: UPI Press

Intania, R. (2013). Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui

Kegiatan Menganyam (Penelitian Tindakan Kelas Pada kelompok B di TK Plus Al – Ihsan Kecamatan Purwakarta). Skripsi, Univeritas Pendidikan


(44)

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Margono. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Muharam, dan Sundaryati, W. (1991). Pendidikan Kesenian II Seni Rupa. Jakarta:

Ditjen Dikti, Proyek Pendidikan Tenaga Guru

Narbuko, Cholid., dan Achmadi, Abu. (2004). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Novita, Rifa. (2012). Pengaruh Pasak Geometri Terhadap Peningkatan

Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang di SPLB-C YPLB Cipaganti. Skripsi, Univeritas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Rahyubi, H. (2012). Teori Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik:

Deskripsi dan Tinjauan Kritis. Bandung: Nusa Media

Rebublik Indonesia. (2003). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sekretariat Negara

Rohman, A. (2012). Pengertian Anyaman [Online]. Tersedia di:

(http://ariefoer.blogspot.com/2012/10/pengertian-anyaman.html) [14

Maret 2014]

Saputra, Y dan Badruzaman. (2010). Perkembangan Pembelajaran Motorik :

Sebuah Konsep dan Implementasi.Bandung: UPI Press

Somantri, Sutjihati. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif

,Kulitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sumardiyah, Siti. (2012). Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak

Tunagrahita Sedang Melalui Origami di SLB Negri 1 Sleman [Online].

Tersedia di: (http://eprints.uny.ac.id/9808/ ) [15 April 2014]

Sumaryasih, S. (2012). Pengajaran Remedial Dengan Kartu Angka dan Puzzle

Angka untuk Meningkatkan Penguasaan Simbol Bilangan Pada Anak Tunagrahita Sedang Tersedia di:


(45)

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(http://eprints.uny.ac.id/9572/2/bab%202%20-08103249073.pdf ). [9 April 2014]

Sunanto, J., Takeuchi, K., dan Nakata, H. (2006). Penelitian dengan Subjek

Tunggal. Bandung: UPI Pres

Susetyo, B. (2011). Menyusun Tes Hasil Belajar. Bandung: Cakra

Umi, M. (2012). Upaya Mengembangkan Motorik Halus Anak Melalui Teknik

Mozaik Kelompok B1 Di TK Pertiwi 57 Bantul [Online]. Tersedia di:

(http://eprints.uny.ac.id/1777/) [15 April 2014]

Wehman, P., Mclaughlin, P.J. (1981). Program Development in Special

Education. United States of America: McGraw-Hill, Inc

Yamin, M dan Sanan, J. (2013). Panduan PAUD: Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Referensi

Yusuf, S (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


(1)

49

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Menghitung hasil pengukuran data pada fase intervensi dari subjek pada setiap sesinya.

3. Menghitung hasil pengukuran data pada fase baseline-2 dari subjek pada setiap sesinya.

4. Membuat tabel perhitungan hasil fase baseline, fase intervensi pada subjek setiap sesinya

5. Menjumlahkan semua hasil yang diperoleh pada fase baseline-1, fase intervensi dan fase baseline-2 pada subjek setiap sesinya.

6. Membandingkan hasil pada fase baseline-1 (A1), fase intervensi (B) dan pada fase baseline-2 (A2) dari subjek

7. Membuat analisis dalam bentuk grafik garis sehingga dapat terlihat secara langsung perubahan yang terjadi diantara ketiga fase tersebut.


(2)

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian yang telah dilakukan kepada dua subjek tunagrahita sedang BW dan MR dengan karakteristik belum dapat menggenggam dengan jari dan kekakuan pada jari-jari tangan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus menghasilkan data penelitian dan telah dianalisis. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dianalisis bahwa terdapat peningkatan kemampuan motorik halus anak tunagrahita sedang pada aspek ketepatan dalam mengambil benda dengan jari-jari dan koordinasi mata dan tangan siswa. Hasil tersebut diambil berdasarkan perbandingan antara hasil data sebelum dan sesudah diberikan intervensi atau perlakuan yaitu kegiatan keterampilan menganyam spon eva. Hal ini dapat ditunjukan dengan meningkatnya hasil kemampuan motorik halus pada fase intervensi (B) dan baseline-2 (A-2) dari fase baseline-1 (A-1) pada kedua subjek penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan keterampilan menganyam spon eva dengan cara mengambil pita anayaman dengan jari-jemari dan menyusupkan lungsi diantara pakan dengan cara diangkat satu ditingga satu dapat meningkatkan kemampuan motorik halus pada anak tunagrahita sedang.

B. Rekomendasi

Hasil penelitian yang telah disimpulankan dan telah dikemukakan, maka peneliti merekomendasikan beberapa hal yaitu:

1. Bagi Guru

Hasil penelitian disarankan dapat digunakan guru untuk mengoptimalkan kemampuan motorik halus siswa tunagrahita sedang. Guru dapat mencoba untuk memberikan latihan kegiatan menganyam spon eva kepada anak tunagrahita


(3)

101

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sedang, dimana kegiatan ini dapat menarik perhatian siswa dalam kegiatan belajar. Panjangnya fase intervensi pada penelitian ini, dikarenakan memberian intervensi untuk mengoptimalkan motorik halus membutuhkan waktu yang lebih banyak. Guru diharapkan dapat memberikan intervensi keterampilan menganyam spon eva secara berkelanjutan.

2. Bagi Orang Tua

Peneliti memberikan saran dan rekomendasi pada orang tua siswa tunagrahita sedang yang mengalami hambatan pada motorik halus agar mampu menjadi fasilitator dalam pengadaan alat dan media menganyam dan pembimbing saat siswa menganyam dengan spon eva di rumah dimana kegiatan keterampilan menganyam spon eva membutuhkan arahan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini hanya terfokus pada subjek tunagrahita sedang saja maka peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan subyek yang berbeda dan lebih beragam dan tidak hanya pada target behavior mengembangkan motorik halus saja namun dapat dikembangkan kepada menulis permulaan. Meteode penelitian ini menggunakan Single Subject Research maka diharapkan penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode penelitian yang lebih beragam.


(4)

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

AAID. (2008). Intellectual Disability and the AAIDD Definitio[Online]. Tersedia

di:(http://aaidd.org/docs/defaultsource/sisdocs/aaiddfaqonid_template.pdf?

sfvrsn=2) [diakses 14 Maret 2014]

Arifien, K. (2011). Peluang Bisnis Anyaman: Panduan Usaha Mandiri. Bandung: Yrama Widya

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Sebagai suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rieneka Cipta

Becker, K.P. dkk. (1985). Educational Rehabilitation of the Handicapped in the

German Democratic Republic and in the United States of America.

German: VEB Verlag Volk und Gesundheit

Crowe, W.C., Auxter, D., dan Pyfer, J. (1981). Principles and Methods of

Adapted Physical Education and Recreation. Missouri: C.V. Mosby

Company

Decaprio, R. (2013). Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik di Sekolah. Yogyakarta: DIVA Press

Delaney, Tara. (2010). 101 Permainan & Aktivitas: untuk Anak-anak Penderita

Autisme, Asperger, dan Gangguan Pemrosesan Sensorik. Yogyakarta:

ANDI

Garlina, R. (2013). Kegiatan Meronce Manik-Manik Untuk Meningkatkan

Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang Di SLB Az-Zakiyah. Skripsi, Univeritas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Hidayat., Heryana, Y., dan Setiawan, A. (2006). Bimbingan Anak Berkebutuhan

Khusus. Bandung: UPI Press

Intania, R. (2013). Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui

Kegiatan Menganyam (Penelitian Tindakan Kelas Pada kelompok B di TK Plus Al – Ihsan Kecamatan Purwakarta). Skripsi, Univeritas Pendidikan


(5)

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Margono. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Muharam, dan Sundaryati, W. (1991). Pendidikan Kesenian II Seni Rupa. Jakarta:

Ditjen Dikti, Proyek Pendidikan Tenaga Guru

Narbuko, Cholid., dan Achmadi, Abu. (2004). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Novita, Rifa. (2012). Pengaruh Pasak Geometri Terhadap Peningkatan

Kemampuan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang di SPLB-C YPLB Cipaganti. Skripsi, Univeritas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Rahyubi, H. (2012). Teori Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik:

Deskripsi dan Tinjauan Kritis. Bandung: Nusa Media

Rebublik Indonesia. (2003). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sekretariat Negara

Rohman, A. (2012). Pengertian Anyaman [Online]. Tersedia di:

(http://ariefoer.blogspot.com/2012/10/pengertian-anyaman.html) [14

Maret 2014]

Saputra, Y dan Badruzaman. (2010). Perkembangan Pembelajaran Motorik :

Sebuah Konsep dan Implementasi.Bandung: UPI Press

Somantri, Sutjihati. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif

,Kulitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sumardiyah, Siti. (2012). Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak

Tunagrahita Sedang Melalui Origami di SLB Negri 1 Sleman [Online].

Tersedia di: (http://eprints.uny.ac.id/9808/ ) [15 April 2014]

Sumaryasih, S. (2012). Pengajaran Remedial Dengan Kartu Angka dan Puzzle

Angka untuk Meningkatkan Penguasaan Simbol Bilangan Pada Anak Tunagrahita Sedang Tersedia di:


(6)

Dwithya Septiani, 2014

Keterampilan menganyam Spon Eva untuk meningkatkan kemampuan motoorik halus anak tunagrahita sedang di SLB Sukapura Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(http://eprints.uny.ac.id/9572/2/bab%202%20-08103249073.pdf ). [9 April

2014]

Sunanto, J., Takeuchi, K., dan Nakata, H. (2006). Penelitian dengan Subjek

Tunggal. Bandung: UPI Pres

Susetyo, B. (2011). Menyusun Tes Hasil Belajar. Bandung: Cakra

Umi, M. (2012). Upaya Mengembangkan Motorik Halus Anak Melalui Teknik

Mozaik Kelompok B1 Di TK Pertiwi 57 Bantul [Online]. Tersedia di:

(http://eprints.uny.ac.id/1777/) [15 April 2014]

Wehman, P., Mclaughlin, P.J. (1981). Program Development in Special

Education. United States of America: McGraw-Hill, Inc

Yamin, M dan Sanan, J. (2013). Panduan PAUD: Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Referensi

Yusuf, S (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya