PENDAHULUAN Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Biji Kapulaga (Amomum Cardamomum Auct Non L) Terhadap Waktu Renang Mencit Putih Jantan Galur Swiss Dan Profil Kromatografi Lapis Tipis.

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Manusia saat ini dituntut bekerja lebih keras agar hasil pekerjaannya lebih
optimal. Tuntutan pekerjaan ini menyebabkan manusia membutuhkan konsentrasi
dan ketahanan tubuh yang baik yang berakibat timbulnya masalah rasa penat atau
jenuh serta kantuk (Hardinge & Shryock, 2003). Untuk meningkatkan
kewaspadaan dan mengatasi rasa penat serta kantuk, masyarakat sering
memanfaatkan minuman yang berkhasiat stimulan contohnya kopi. Salah satu
senyawa yang berkhasiat sebagai stimulan yaitu kafein yang bekerja mengurangi
rasa kantuk dan meningkatkan kewaspadaan dengan cara memblok reseptor
adenosin (Boutrel & Koob, 2004).
Namun karena biaya pengobatan secara medis yang semakin mahal, tingkat
kesembuhan melalui cara medis tidak dapat 100% khususnya untuk penyakit tipe
kronis dan munculnya efek samping yang membahayakan jika obat kimia
dikonsumsi dalam jangka waktu lama menyebabkan masyarakat semakin banyak
tertarik menggunakan tanaman sebagai alternatif pengobatan (Hariana, 2006).
Indonesia


memiliki

beraneka

ragam

tanaman

yang

berpotensi

dikembangkan sebagai obat tradisional khususnya yang berkhasiat sebagai
stimulan. Kapulaga merupakan salah satu tanaman di Indonesia yang secara
empiris dipercaya bermanfaat bagi kesehatan yaitu untuk memulihkan badan
lemas,

kejang


perut

besar

karena

flatulensi,

stimulan

dan

reumatik

(Sastroamidjojo, 2001). Di dalam biji kapulaga terdapat minyak atsiri 3-7% yang
terdiri atas sineol, terpineol dan borneol yang merupakan minyak atsiri golongan
terpenoid (Agoes, 2010). Untuk dapat menyari senyawa minyak atsiri golongan
terpenoid yang terdapat dalam biji kapulaga maka dalam penelitian ini dibuat
dalam bentuk ekstrak etanol 70%. Pelarut etanol 70% dipilih karena mampu
menyari senyawa polar maupun non polar, tidak ditumbuhi mikroba serta mudah

diuapkan (Voigt, 1994).

1

2

Oleh karena belum adanya penelitian tentang biji kapulaga (Amomum
cardamomum Auct non L) yang berperan sebagai stimulan, mendorong
dilakukannya penelitian ini guna mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji
kapulaga (Amomum cardamomum Auct non L) terhadap aktivitas renang mencit
putih jantan galur Swiss. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
informasi awal yang dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya untuk menemukan
senyawa stimulan baru dari tanaman di Indonesia.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah pemberian ekstrak etanol biji kapulaga memiliki pengaruh terhadap
waktu renang mencit putih jantan galur Swiss?
2. Apakah dalam ekstrak etanol biji kapulaga mengandung minyak atsiri

golongan terpenoid?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka penelitian ini
bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji kapulaga terhadap waktu
renang mencit putih jantan galur Swiss.
2. Untuk mengetahui keberadaan kandungan minyak atsiri golongan terpenoid
dalam ekstrak biji kapulaga.

D. Tinjauan Pustaka
1. Tanaman Kapulaga (Amomum cardamomum Auct non L)
a. Taksonomi
Kapulaga merupakan tanaman yang memiliki tinggi mencapai 1-5 meter,
Tumbuh bergerombol serta memiliki banyak anakan, batangnya semu tersusun
dari pelepah-pelepah daun, bentuk silindris serta berwarna hijau. Buahnya
beruang 3, setiap ruang dipisahkan oleh selaput tipis. Tiap ruang berisi 5-7 biji

3


kecil-kecil, berbentuk bulat telur, berdiameter 2-3 mm, berwarna coklat.
Taksonomi tanaman kapulaga sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Liliopsida

Ordo

: Zingiberales

Family


: Zingiberaceae

Genus

: Amomum

Species

: Amomum cardamomum Auct non L
(Wolf, 1999)

b. Kandungan Kimia
Tanaman Kapulaga merupakan tanaman dengan nama latin Amomum
cardamomum Auct non L, suku Zingiberaceae dengan kandungan minyak
atsirinya tidak kurang dari 1,6 % v/b (Kemenkes, 2010). Tanaman Kapulaga pada
bagian bijinya banyak terkandung minyak kardamon yang mengandung terpen,
terpineol, sineol, borneol, kamfer dan lain-lain (Santoso, 1994). Kapulaga banyak
mengandung minyak atsiri sebanyak 3-7 % (sineol, terpineol, borneol, terpinil
asetat), protein, gula, lemak dan betakamfer (Agoes, 2010).
c. Khasiat Tanaman

Kapulaga memiliki beberapa khasiat diantaranya sebagai obat batuk dan
dapat sebagai preventif pada tulang keropos (Agoes, 2010). Kapulaga juga
berkhasiat untuk memulihkan badan lemas, kejang perut besar karena flatulensi,
stimulan dan reumatik (Sastroamidjojo, 2001).

2. Ekstraksi
Ekstrak merupakan sediaan yang memiliki beberapa bentuk yaitu kering,
kental, atau cair. Pembuatannya yaitu dengan cara menyari simplisia nabati atau
hewani menurut cara yang sesuai (Anief, 1987). Sedangkan ekstraksi merupakan
kegiatan penarikan zat pokok yang dibutuhkan dari bahan simplisia dengan
pelarut yang paling sesuai sehingga zat pokok tersebut dapat lebih mudah larut
(Ansel, 1989). Simplisia mengandung zat aktif yang dapat larut dan zat lain yang

4

tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, dan protein. Kelarutan dan stabilitas
dari senyawa atau zat aktif dalam pemanasan, logam berat, udara, cahaya, dan
derajat keasaman dipengaruhi oleh perbedaan struktur kimia. Proses ekstraksi
meliputi: pembuatan serbuk, pembasahan, penyarian, dan pemekatan (DepKes,
1986).

Maserasi kecuali dinyatakan lain, dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia
atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam
sebuah bejana, lalu dituangi 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan
selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk. Setelah 5 hari
campuran tersebut diserkai, diperas, dicuci ampasnya dengan cairan penyari
secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Lalu maserat dipindah dalam bejana
tertutup dan dibiarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari,
maserat dienaptuangkan atau disaring. Kemudain maserat disuling atau diuapkan
pada tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50o hingga konsentrasi yang
dikehendaki (DepKes, 1979).

3. Stimulan
Senyawa psikostimulansia dapat meningkatkan aktivitas psikis, menghilangkan
rasa kelelahan dan penat, mengembalikan keadaan tubuh yang menurun serta
meningkatkan kemampuan berkonsentrasi dan kapasitas yang bersangkutan

(Mutschler, 1986). Pada susunan saraf pusat ada dua golongan obat yang bekerja
sebagai stimulan. Salah satunya adalah stimulan psikomotor, menimbulkan
eksitasi dan euphoria, mengurangi perasaan lelah memperbaiki kondisi tubuh
yang menurun akibat dari aktivitas tubuh dan meningkatkan aktivitas motorik

Stimulan susunan saraf pusat (SSP) sedikit sekali digunakan dalam klinik (Mycek,
2011). Stimulan merupakan golongan obat yang dapat membuat orang lebih aktif,
lebih kuat bekerja, menghilangkan kantuk, menggugah semangat, dan
memberikan perasaan tersedianya tenaga tanpa batas (Suryatin, 2004).

5

4. Kafein

Gambar 1. Struktur senyawa kafein

Kafein mengandung tidak kurang 98,5% dan tidak lebih dari 101,0%
C5H10Cl4O2 dihitung terhadap zat anhidrat kafein berbentuk jarum mengkilat
putih; biasanya akan menggumpal, tidak berbau, rasa pahit, bersifat netral
terhadap lakmus. Bentuk hidratnya mekar di udara; kelarutannya agak sukar larut
dalam air, dalam etanol, mudah larut dalam kloroform, sukar larut dalam eter
(DepKes, 1979).
Mekanisme aksi kerja kafein dalam meningkatkan kewaspadaan yaitu
dengan memblok reseptor adenosin kemudian menyebabkan meningkatnya
pengeluaran asetilkolin dan aktivitas kolinergik yang merupakan dasar efek

psikostimulansia dari kafein (Boutrel & Koob, 2004). Adenosin merupakan
metabolit endogen dengan struktur yang mirip dengan kafein, bekerja
menghambat pengeluaran neurotransmitter dengan mengikat reseptor di sistem
saraf pusat (Kalmar & Cafarelli, 1999).

5. Metode Natatory Exhaustion
Metode Natatory Exhaustion merupakan metode skrining farmakologi yang
dilakukan untuk mengetahui kontrol syaraf pusat melalui pengamatan gerak oleh
hewan uji sebelum dan sesudah diberi perlakuan uji, sehingga dapat ditarik
kesimpulan. Metode ini menggunakan media air sebagai tempat rintangan ujian
terhadap hewan uji. Peralatan yang digunakan yaitu tangki air berukuran panjang
50 cm, lebar 30 cm, dan tinggi 25 cm. Ketinggian air dalam tangki 18 cm dan
suhu dijaga 20 + 0,50C serta pemberian gelombang buatan yang dihasilkan dari

6

pompa udara. Jika digunakan peralatan tambahan harus ditempatkan diluar daerah
renang, agar tidak mempengaruhi aktivitas renang hewan uji (Turner, 1965).
Uji dilakukan dengan cara memasukkan hewan uji ke dalam tangki yang
sudah berisi air, dan dicatat waktu lelahnya. Waktu lelah diukur dari waktu

dimasukkannya hewan uji ke dalam tangki hingga timbul lelah. Hewan uji
dianggap lelah ketika membiarkan kepalanya berada di bawah permukaan air
selama lebih dari 7 detik (Turner, 1965). Prinsip kerja dari metode ini yaitu
pengujian efek dari sediaan yang berkhasiat stimulan pada hewan uji didasari oleh
peningkatan aktivitas.

E. Landasan Teori
Kapulaga merupakan tanaman di Indonesia yang dipercaya masyarakat
secara empiris memiliki banyak khasiat salah satunya sebagai stimulan (Agoes,
2010). Hasil penelitian Fachriyah (2007), menunjukkan bahwa biji kapulaga
mengandung senyawa minyak atsiri golongan terpenoid yaitu -pinena, -pinena,
p-simena, 1,8-sineol, dan

-terpineol. Dari penelitian sebelumnya diketahui

senyawa aktif minyak atsiri golongan terpenoid merupakan salah satu kandungan
dalam ekstrak etanol daun dan bunga cengkeh yang diduga bertanggung jawab
terhadap peningkatan aktivitas lokomotorik mencit jantan galur Swiss (Anas et al.,
2013). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk membuktikan aktivitas
stimulan dari kapulaga.

F. Keterangan Empiris
Penelitian ini diharapkan memperoleh data ilmiah mengenai pengaruh
pemberian ekstrak etanol biji kapulaga terhadap waktu renang mencit putih jantan
galur Swiss.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BIJI KAPULAGA (Amomum cardamomum Auct non L) Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Biji Kapulaga (Amomum Cardamomum Auct Non L) Terhadap Waktu Renang Mencit Putih Jantan Galur Swiss Dan Profil Kromatografi Lapis Tipis.

5 10 11

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BIJI KAPULAGA (Amomum cardamomum Auct non L) TERHADAP WAKTU Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Biji Kapulaga (Amomum Cardamomum Auct Non L) Terhadap Waktu Renang Mencit Putih Jantan Galur Swiss Dan Profil Kromatografi La

1 7 12

PENGARUH PEMBERIAN INFUSA BIJI KAPULAGA (Amomum cardamomum Auct. Non L) TERHADAP Pengaruh Pemberian Infusa Biji Kapulaga (Amomum Cardamomum Auct. Non L) Terhadap Peningkatan Waktu Renang Mencit Putih Jantan Galur Swiss Beserta Profil Klt.

0 1 11

PENDAHULUAN Pengaruh Pemberian Infusa Biji Kapulaga (Amomum Cardamomum Auct. Non L) Terhadap Peningkatan Waktu Renang Mencit Putih Jantan Galur Swiss Beserta Profil Klt.

1 4 9

DAFTAR PUSTAKA Pengaruh Pemberian Infusa Biji Kapulaga (Amomum Cardamomum Auct. Non L) Terhadap Peningkatan Waktu Renang Mencit Putih Jantan Galur Swiss Beserta Profil Klt.

0 3 4

PENGARUH PEMBERIAN INFUSA BIJI KAPULAGA (Amomum cardamomum Auct. Non L) TERHADAP Pengaruh Pemberian Infusa Biji Kapulaga (Amomum Cardamomum Auct. Non L) Terhadap Peningkatan Waktu Renang Mencit Putih Jantan Galur Swiss Beserta Profil Klt.

0 3 14

UJI SITOTOKSIK EKSTRAK ETANOL HERBA BANDOTAN (Ageratum conyzoides L.) TERHADAP SEL T47D DAN PROFIL KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS.

0 3 13

PENDAHULUAN Efek Analgetika Ekstrak Etanol Daun Landep (Barleria prionitis L.) Pada Mencit Putih Jantan Galur Swiss-Webster.

0 2 22

Pengaruh Ekstrak Etanol Bawang Putih (Allium sativum L.) Terhadap Perilaku Seksual Mencit Jantan Galur Swiss Webster.

0 0 29

Pengaruh Ekstrak Etanol Biji Pala (Myristicae Semen) Terhadap Perilaku Seksual Mencit Jantan Galur Swiss-Webster.

1 9 32