PENDAHULUAN Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Coping Stress Pada Siswa Akselerasi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata, diasumsikan bahwa
siswa akan dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan oleh guru
dengan baik. Untuk memberikan pelayanan yang tepat pada siswa yang memiliki
kecerdasan diatas rata-rata maka diperlukan program khusus. Program akselerasi
merupakan rancangan dari pemerintah yang diperuntukkan bagi siswa yang
memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Program akselerasi merupakan program
yang diperuntukkan bagi siswa berbakat dengan menggunakan sistem percepatan
belajar dalam waktu yang lebih singkat, yaitu dua tahun, supaya siswa dapat
meningkatkan produktivitas, meningkatkan waktu dalam berkarir, serta
menghemat waktu dan biaya pendidikan.
Situasi atau kondisi pada sekolah yang menyelenggarakan program
akselerasi menimbulkan tuntutan-tuntutan tertentu yang harus dipenuhi oleh
siswa akselerasi. Siswa akselerasi yang dihadapkan oleh situasi yang penuh
dengan tuntutan maka akan membuat siswa rentan terhadap stres. Siswa SMA
akselerasi berada pada rentan usia remaja yang juga mengharuskan siswa mampu
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada masa remaja. Siswa akan
mengalami stres jika merasa tidak mampu menyelesaikan tuntutan-tuntutan
1
2
tersebut. Terlebih lagi, stres yang berlebihan tanpa adanya kemampuan coping
yang efektif akan berpengaruh buruk pada fisik maupun psikis siswa.
Santrock (2003) mengemukakan bahwa remaja (adolescene) diartikan
sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa
yang mencangkup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional. Pada masa
ini remaja harus beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada dirinya.
Penyesuaian tersebut bukan merupakan hal yang mudah dilakukan oleh remaja,
sehingga tidak sedikit masalah yang muncul sebagai perubahan tersebut.
Menurut Hurlock (dalam Haryanto, 2012) ada beberapa masalah yang dialami
remaja dalam memenuhi tugas perkembangan, yaitu masalah pribadi yang
meliputi masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di
rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan
nilai-nilai, dan masalah khas remaja yang disebabkan oleh status yang tidak jelas
pada remaja (seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau
penilaian berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan
lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh orangtua)
Sarafino (dalam Smet, 1994) mendefiniskan stres sebagai kondisi yang
disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan
persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumbersumber daya biologis, psikologis, dan sosial dari seseorang. Stres muncul sebagai
akibat dari adanya tuntutan yang melebihi kemampuan individu untuk
memenuhinya, seseorang yang tidak bisa memenuhi kebutuhan akan merasakan
3
suatu kondisi ketegangan dalam diri. Ketegangan yang berlangsung lama dan
tidak ada penyelesaian, akan berkembang menjadi stres.
Situasi atau kondisi yang menimbulkan stres pada siswa akselerasi, secara
alamiah siswa akan mengatasinya dengan menggunakan sejumlah perilaku
tertentu. Sejumlah perilaku yang digunakan untuk mengatasi stress disebut
dengan coping stress. Taylor (dalam Smet, 1994) mengemukakan bahwa coping
stress merupakan suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak
yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik tuntutan yang berasal dari individu
maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya
yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi stressfull. Menurut Lazarus dan
Folkman (dalam Nevid, 2003) coping stress mempunyai dua tipe, yaitu problem
focused coping dan emotion focused coping.
Wawancara yang dilakukan dengan salah satu guru BK di SMAN 1 Klaten
pada tanggal 5 November 2014, salah satu guru BK di SMAN 1 Sukoharjo pada
tanggal 8 November 2014, dan salah satu guru BK di SMAN 1 Boyolali pada
tanggal 14 November 2014, didapat gambaran mengenai kondisi pelaksanaan
program akselerasi, bahwa siswa rata-rata mengalami beberapa masalah,
diantaranya: a.) siswa memiliki kelemahan pada salah satu mata pelajaran, hal
tersebut dapat menghambat proses perkembangan siswa pada pelajaran lainnya,
b.) tidak dapat mengatur waktu dengan baik akibat padatnya kegiatan akademis,
seperti banyaknya tugas yang diberikan serta diharuskan untuk menguasai materi
dalam waktu yang singkat.
4
Wawancara terhadap 17 siswa akselerasi di SMAN 1 Klaten pada tanggal 6
November 2014, 18 siswa akselerasi di SMAN 1 Sukoharjo pada 15 November
2014, dan 20 siswa akselerasi di SMAN 1 Boyolali, menunjukkan masalah yang
pada umumnya dialami oleh siswa, diantaranya: a.) kesulitan mengatur waktu
dengan baik, dikarenakan tugas dan ulangan yang terlalu banyak serta dituntut
penguasaan materi dalam waktu yang relatif singkat, padatnya kegiatan
akademik kerap kali membuat siswa mengalami kelelahan, b.) kesulitan
menghafal materi pelajaran dan memahami pelajaran, dikarenakan banyak materi
yang dilewati ketika guru menerangkan, serta guru kurang kreatif dalam
mengajar misalnya cara guru menerangkan materi hanya dengan bercerita, sering
kali membuat siswa jenuh dan mengantuk, c.) konsentrasi terganggu akibat
masalah pribadi serta ketika siswa sedang sakit membuat siswa kurang bisa
memusatkan perhatian ketika guru sedang menerangkan, kurang bisa serius dan
teliti serta malas untuk belajar, d.) mengalami kecemasan mendapatkan nilai
jelek serta prestasi yang rendah, e.) merasa tertekan karena kurangnya hiburan
dan perlakuan guru yang membeda-bedakan siswa, f.) masalah pribadi, seperti
masalah percintaan dan masalah dengan teman membuat konsentrasi siswa
terganggu ketika belajar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa program akselerasi
merupakan program percepatan yang diperuntukan bagi siswa berbakat, dengan
waktu belajar yang lebih singkat yaitu dua tahun. Dalam hal ini meskipun
program akselerasi diperuntukkan bagi siswa berbakat tidak membuat siswa
5
terbebas dari stres. Dalam hal lain, siswa akselerasi yang berada di bangku SMA
yakni remaja juga harus menyesuikan diri dengan perubahan yang terjadi pada
masa remaja. Penyesuaian diri pada masa ini bukan merupakan hal mudah bagi
siswa, sehingga tidak sedikit masalah yang muncul sebagai perubahan tersebut
dan membawa siswa kedalam kondisi yang rentan terhadap stres. Berdasarkan
uraian sebelumnya, siswa akselerasi pada umumnya mengalami stres yang
bersumber dari kegiatan akademik yang padat (seperti siswa dituntut untuk
menguasai materi dalam waktu singkat, banyaknya tugas dan ulangan, serta
siswa dituntut untuk selalu bisa berprestasi), selain itu juga dikarenakan
munculnya masalah emosional (seperti perlakuan guru yang membeda-bedakan
siswa, masalah dengan teman serta masalah percintaan).
Seseorang yang menderita stres secara langsung maupun tidak langsung
membutuhkan suatu dukungan dari lingkungannya untuk mengatasi tekanan yang
dialaminya tersebut atau sebagai coping stress bagi dirinya. Dukungan tersebut
bisa berasal dari keluarga, pasangan, ataupun sahabat dan teman-teman (Smet,
1994).
Dukungan sosial meningkatkan cara seseorang dalam menghadapi atau
memecahkan masalah yang terfokus pada pengurangan reaksi stres melalui
perhatian, informasi dan umpan balik yang diperlukan seseorang untuk
melakukan coping stress (Johnson dalam Ruwaida, 2006). Dukungan sosial
dapat meningkatkan motivasi sehingga mengurangi dampak stres dan
meningkatkan produktivitas (Johnson dalam Ruwaida, 2006).
6
Prayascitta (2010), dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada hasil yang
signifikan antara coping stress dengan dukungan sosial, hal ini berarti dukungan
sosial berpengaruh pada coping stress yang digunakan oleh individu. Dukungan
sosial bersumber dari orang-orang yang memiliki hubungan yang berarti bagi
individu misalnya keluarga, teman, maupun tetangga terdekat dengan rumah
(Thoist dalam Purba, 2006).
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya program percepatan belajar
yang mengharuskan siswa mampu menyelesaikan studinya dalam waktu yang
lebih singkat dari kelas regular, menghadapkan siswa pada berbagi macam
tuntutan. Banyaknya tuntutan membawa siswa dalam kondisi yang rentan
terhadap stres. Dengan coping stress siswa akan dapat menemukan strategi
mengatasi masalah yang tepat, sehingga dapat membantu siswa untuk mengatasi
masalah yang sedang dialami siswa. Dengan adanya dukungan, siswa akselerasi
tidak merasa sendiri, merasa diperhatikan, merasa bahwa orang-orang di
dekatnya akan siap membantunya saat mereka mengalami kesulitan sehingga
siswa akan lebih aktif dalam menyelesaikan setiap masalah yang mereka hadapi.
Wawancara terhadap 17 siswa akselerasi di SMAN 1 Klaten pada tanggal 6
November 2014, 18 siswa akselerasi di SMAN 1 Sukoharjo pada 15 November
2014, dan 20 siswa akselerasi di SMAN 1 Boyolali, menyatakan bahwa
dukungan sosial yang diperoleh siswa dapat membantu siswa menjadi lebih
mudah menghadapi tuntutan atau tekanan yang ada, sehingga dapat mengurangi
7
stres pada siswa. Rata-rata siswa menyatakan bahwa dukungan sosial yang
berperan dalam mengurangi stres ialah teman, keluarga, dan guru.
Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, maka penulis ingin mengajukan
permasalahan yaitu apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan strategi
mengatasi masalah pada siswa akselerasi? Meninjau dari permasalahan tersebut
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan
Antara Dukungan Sosial Dengan Coping Stress Pada Siswa Akselerasi”
B. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan coping stress
pada siswa akselerasi.
2. Mengetahui seberapa besar sumbangan atau peranan dukungan sosial terhadap
coping stress pada siswa akselerasi.
3. Mengetahui tingkat dukungan sosial dan coping stress pada siswa akselerasi.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:
a. Pihak Sekolah
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
sekolah khususnya guru pengurus akademik, guru BK dan guru pengajar
8
akselerasi, dalam memahami masalah yang terjadi pada siswa, serta dalam
membantu siswa mengembangkan kemampuannya mengatasi masalah yang
dialami.
2. Subjek
Dari hasil penelitian ini diharapan subjek mampu menemukan strategi
mengatasi masalah yang tepat, sehingga dapat menguasai setiap masalah
dengan baik.
3. Peneliti selanjutnya
Memberikan informasi dan sumbangan ilmu pengetahuan sebagai kajian
teoritis dan refrensi kepada para peneliti lain yang melakukan penelitian
sejenis khususnya bidang psikologi pendidikan yang berkaitan dengan
Dukungan Sosial Dengan Coping Stress Pada Siswa Akselerasi.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata, diasumsikan bahwa
siswa akan dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan oleh guru
dengan baik. Untuk memberikan pelayanan yang tepat pada siswa yang memiliki
kecerdasan diatas rata-rata maka diperlukan program khusus. Program akselerasi
merupakan rancangan dari pemerintah yang diperuntukkan bagi siswa yang
memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Program akselerasi merupakan program
yang diperuntukkan bagi siswa berbakat dengan menggunakan sistem percepatan
belajar dalam waktu yang lebih singkat, yaitu dua tahun, supaya siswa dapat
meningkatkan produktivitas, meningkatkan waktu dalam berkarir, serta
menghemat waktu dan biaya pendidikan.
Situasi atau kondisi pada sekolah yang menyelenggarakan program
akselerasi menimbulkan tuntutan-tuntutan tertentu yang harus dipenuhi oleh
siswa akselerasi. Siswa akselerasi yang dihadapkan oleh situasi yang penuh
dengan tuntutan maka akan membuat siswa rentan terhadap stres. Siswa SMA
akselerasi berada pada rentan usia remaja yang juga mengharuskan siswa mampu
menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada masa remaja. Siswa akan
mengalami stres jika merasa tidak mampu menyelesaikan tuntutan-tuntutan
1
2
tersebut. Terlebih lagi, stres yang berlebihan tanpa adanya kemampuan coping
yang efektif akan berpengaruh buruk pada fisik maupun psikis siswa.
Santrock (2003) mengemukakan bahwa remaja (adolescene) diartikan
sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa
yang mencangkup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional. Pada masa
ini remaja harus beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada dirinya.
Penyesuaian tersebut bukan merupakan hal yang mudah dilakukan oleh remaja,
sehingga tidak sedikit masalah yang muncul sebagai perubahan tersebut.
Menurut Hurlock (dalam Haryanto, 2012) ada beberapa masalah yang dialami
remaja dalam memenuhi tugas perkembangan, yaitu masalah pribadi yang
meliputi masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di
rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan
nilai-nilai, dan masalah khas remaja yang disebabkan oleh status yang tidak jelas
pada remaja (seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau
penilaian berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan
lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh orangtua)
Sarafino (dalam Smet, 1994) mendefiniskan stres sebagai kondisi yang
disebabkan oleh transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan
persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumbersumber daya biologis, psikologis, dan sosial dari seseorang. Stres muncul sebagai
akibat dari adanya tuntutan yang melebihi kemampuan individu untuk
memenuhinya, seseorang yang tidak bisa memenuhi kebutuhan akan merasakan
3
suatu kondisi ketegangan dalam diri. Ketegangan yang berlangsung lama dan
tidak ada penyelesaian, akan berkembang menjadi stres.
Situasi atau kondisi yang menimbulkan stres pada siswa akselerasi, secara
alamiah siswa akan mengatasinya dengan menggunakan sejumlah perilaku
tertentu. Sejumlah perilaku yang digunakan untuk mengatasi stress disebut
dengan coping stress. Taylor (dalam Smet, 1994) mengemukakan bahwa coping
stress merupakan suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak
yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik tuntutan yang berasal dari individu
maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya
yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi stressfull. Menurut Lazarus dan
Folkman (dalam Nevid, 2003) coping stress mempunyai dua tipe, yaitu problem
focused coping dan emotion focused coping.
Wawancara yang dilakukan dengan salah satu guru BK di SMAN 1 Klaten
pada tanggal 5 November 2014, salah satu guru BK di SMAN 1 Sukoharjo pada
tanggal 8 November 2014, dan salah satu guru BK di SMAN 1 Boyolali pada
tanggal 14 November 2014, didapat gambaran mengenai kondisi pelaksanaan
program akselerasi, bahwa siswa rata-rata mengalami beberapa masalah,
diantaranya: a.) siswa memiliki kelemahan pada salah satu mata pelajaran, hal
tersebut dapat menghambat proses perkembangan siswa pada pelajaran lainnya,
b.) tidak dapat mengatur waktu dengan baik akibat padatnya kegiatan akademis,
seperti banyaknya tugas yang diberikan serta diharuskan untuk menguasai materi
dalam waktu yang singkat.
4
Wawancara terhadap 17 siswa akselerasi di SMAN 1 Klaten pada tanggal 6
November 2014, 18 siswa akselerasi di SMAN 1 Sukoharjo pada 15 November
2014, dan 20 siswa akselerasi di SMAN 1 Boyolali, menunjukkan masalah yang
pada umumnya dialami oleh siswa, diantaranya: a.) kesulitan mengatur waktu
dengan baik, dikarenakan tugas dan ulangan yang terlalu banyak serta dituntut
penguasaan materi dalam waktu yang relatif singkat, padatnya kegiatan
akademik kerap kali membuat siswa mengalami kelelahan, b.) kesulitan
menghafal materi pelajaran dan memahami pelajaran, dikarenakan banyak materi
yang dilewati ketika guru menerangkan, serta guru kurang kreatif dalam
mengajar misalnya cara guru menerangkan materi hanya dengan bercerita, sering
kali membuat siswa jenuh dan mengantuk, c.) konsentrasi terganggu akibat
masalah pribadi serta ketika siswa sedang sakit membuat siswa kurang bisa
memusatkan perhatian ketika guru sedang menerangkan, kurang bisa serius dan
teliti serta malas untuk belajar, d.) mengalami kecemasan mendapatkan nilai
jelek serta prestasi yang rendah, e.) merasa tertekan karena kurangnya hiburan
dan perlakuan guru yang membeda-bedakan siswa, f.) masalah pribadi, seperti
masalah percintaan dan masalah dengan teman membuat konsentrasi siswa
terganggu ketika belajar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa program akselerasi
merupakan program percepatan yang diperuntukan bagi siswa berbakat, dengan
waktu belajar yang lebih singkat yaitu dua tahun. Dalam hal ini meskipun
program akselerasi diperuntukkan bagi siswa berbakat tidak membuat siswa
5
terbebas dari stres. Dalam hal lain, siswa akselerasi yang berada di bangku SMA
yakni remaja juga harus menyesuikan diri dengan perubahan yang terjadi pada
masa remaja. Penyesuaian diri pada masa ini bukan merupakan hal mudah bagi
siswa, sehingga tidak sedikit masalah yang muncul sebagai perubahan tersebut
dan membawa siswa kedalam kondisi yang rentan terhadap stres. Berdasarkan
uraian sebelumnya, siswa akselerasi pada umumnya mengalami stres yang
bersumber dari kegiatan akademik yang padat (seperti siswa dituntut untuk
menguasai materi dalam waktu singkat, banyaknya tugas dan ulangan, serta
siswa dituntut untuk selalu bisa berprestasi), selain itu juga dikarenakan
munculnya masalah emosional (seperti perlakuan guru yang membeda-bedakan
siswa, masalah dengan teman serta masalah percintaan).
Seseorang yang menderita stres secara langsung maupun tidak langsung
membutuhkan suatu dukungan dari lingkungannya untuk mengatasi tekanan yang
dialaminya tersebut atau sebagai coping stress bagi dirinya. Dukungan tersebut
bisa berasal dari keluarga, pasangan, ataupun sahabat dan teman-teman (Smet,
1994).
Dukungan sosial meningkatkan cara seseorang dalam menghadapi atau
memecahkan masalah yang terfokus pada pengurangan reaksi stres melalui
perhatian, informasi dan umpan balik yang diperlukan seseorang untuk
melakukan coping stress (Johnson dalam Ruwaida, 2006). Dukungan sosial
dapat meningkatkan motivasi sehingga mengurangi dampak stres dan
meningkatkan produktivitas (Johnson dalam Ruwaida, 2006).
6
Prayascitta (2010), dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada hasil yang
signifikan antara coping stress dengan dukungan sosial, hal ini berarti dukungan
sosial berpengaruh pada coping stress yang digunakan oleh individu. Dukungan
sosial bersumber dari orang-orang yang memiliki hubungan yang berarti bagi
individu misalnya keluarga, teman, maupun tetangga terdekat dengan rumah
(Thoist dalam Purba, 2006).
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya program percepatan belajar
yang mengharuskan siswa mampu menyelesaikan studinya dalam waktu yang
lebih singkat dari kelas regular, menghadapkan siswa pada berbagi macam
tuntutan. Banyaknya tuntutan membawa siswa dalam kondisi yang rentan
terhadap stres. Dengan coping stress siswa akan dapat menemukan strategi
mengatasi masalah yang tepat, sehingga dapat membantu siswa untuk mengatasi
masalah yang sedang dialami siswa. Dengan adanya dukungan, siswa akselerasi
tidak merasa sendiri, merasa diperhatikan, merasa bahwa orang-orang di
dekatnya akan siap membantunya saat mereka mengalami kesulitan sehingga
siswa akan lebih aktif dalam menyelesaikan setiap masalah yang mereka hadapi.
Wawancara terhadap 17 siswa akselerasi di SMAN 1 Klaten pada tanggal 6
November 2014, 18 siswa akselerasi di SMAN 1 Sukoharjo pada 15 November
2014, dan 20 siswa akselerasi di SMAN 1 Boyolali, menyatakan bahwa
dukungan sosial yang diperoleh siswa dapat membantu siswa menjadi lebih
mudah menghadapi tuntutan atau tekanan yang ada, sehingga dapat mengurangi
7
stres pada siswa. Rata-rata siswa menyatakan bahwa dukungan sosial yang
berperan dalam mengurangi stres ialah teman, keluarga, dan guru.
Berdasarkan pernyataan tersebut di atas, maka penulis ingin mengajukan
permasalahan yaitu apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan strategi
mengatasi masalah pada siswa akselerasi? Meninjau dari permasalahan tersebut
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan
Antara Dukungan Sosial Dengan Coping Stress Pada Siswa Akselerasi”
B. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan coping stress
pada siswa akselerasi.
2. Mengetahui seberapa besar sumbangan atau peranan dukungan sosial terhadap
coping stress pada siswa akselerasi.
3. Mengetahui tingkat dukungan sosial dan coping stress pada siswa akselerasi.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:
a. Pihak Sekolah
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
sekolah khususnya guru pengurus akademik, guru BK dan guru pengajar
8
akselerasi, dalam memahami masalah yang terjadi pada siswa, serta dalam
membantu siswa mengembangkan kemampuannya mengatasi masalah yang
dialami.
2. Subjek
Dari hasil penelitian ini diharapan subjek mampu menemukan strategi
mengatasi masalah yang tepat, sehingga dapat menguasai setiap masalah
dengan baik.
3. Peneliti selanjutnya
Memberikan informasi dan sumbangan ilmu pengetahuan sebagai kajian
teoritis dan refrensi kepada para peneliti lain yang melakukan penelitian
sejenis khususnya bidang psikologi pendidikan yang berkaitan dengan
Dukungan Sosial Dengan Coping Stress Pada Siswa Akselerasi.