Artikel Publikasi Kesantunan Direktif Dalam Pelayanan Masyarakat Umum: Studi Kasus Di Lingkungan Kepolisian Polsek Serengan.

(1)

Artikel Publikasi

KESANTUNAN DIREKTIF DALAM PELAYANAN MASYARAKAT UMUM: STUDI KASUS DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN POLSEK SERENGAN

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Diajukan oleh: ARINDA MAYASARI

A310110057

PORGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA JUNI, 2015


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Arinda Mayasari

NIM : A310110057

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul Sripsi : Kesantunan Direktif dalam Pelayanan Masyarakat Umum: Studi Kasus di Lingkungan Kepolisian Polsek Serengan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa artikel publikasi yang saya serahkan ini benar-benar hasil karya saya sendiri dan bebas plagiat karya orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu/dikutip dalam naskah dan disebutkan pada daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini hasil plagiat, saya bertanggung jawab sepenuhnya dan bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Surakarta, 15 Juni 2015 Yang membuat pernyataan,

Arinda Mayasari A310110057


(3)

KESANTUNAN DIREKTIF DALAM PELAYANAN MASYARAKAT UMUM: STUDI KASUS DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN POLSEK SERENGAN

Diajukan oleh: ARINDA MAYASARI

A310110057

Artikel Publikasi ini telah disetujui oleh pembimbing skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk dipertanggung jawabkan di

hadapan tim penguji skripsi.

Surakarta, 15 Juni 2015

(Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum) NIK. 196504281993031001


(4)

0

KESANTUNAN DIREKTIF DALAM PELAYANAN MASYARAKAT UMUM: STUDI KASUS DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN POLSEK SERENGAN

Arinda Mayasari A.310110057

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta 57102 arindamayasari@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini memiliki 2 tujuan. 1) mendeskripsikan bentuk-bentuk kesantunan direktif, 2) mendeskripsikan strategi kesantunan direktif yang digunakan pada pelayanan masyarakat umum di lingkungan kepolisian Polsek Serengan. Data penelitian ini berupa kata, frasa, klausa maupun kalimat pada tindak tutur direktif yang mengandung kesantunan di lingkungan kepolisian. Analisis data menggunakan teknik padan intralingual. Hasil temuan dapat disimpulkan bahwa temuan dari bentuk tindak tutur direktif peneliti menyimpulkan dari 29 data terdapat 6 bentuk tindak tutur direktif, yaitu mengajak, memerintah, meminta, menyuruh, memberi nasihat dan mengkritik. Realisasi bentuk tindak tutur direktif yang paling banyak pada penelitian ini terdapat pada bentuk tindak tutur memberi nasihat, yaitu 10 data. Pada bentuk tindak tutur memerintah, menyuruh, dan memberi nasihat dilakukan oleh penutur yang lebih tua kepada mitra tutur, dengan alasan penutur memiliki wewenang, jabatan, atau otoritas ataupun peranan sosial yang dimiliki oleh penutur. Berdasarkan rumusan masalah yang kedua mengenai strategi kesantunan direktif, analisis strategi pada strategi langsung peneliti menemukan 16 data, sedangkan pada analisis strategi tak langsung peneliti menemukan 12 data.


(5)

1 A. PENDAHULUAN

Menggunakan bahasa berarti mengirimkan lambang-lambang dari pembicara menuju kepada pendengar. Ada lima karakteristik bahasa yaitu (a) bahasa sebagai seperangkat bunyi sebab dalam kehidupan sehari-hari kalau seseorang berbicara maka dapat didengar bunyi-bunyi bahasa, (b) hubungan antara bunyi bahasa atau urutan bunyi bahasa dengan objeknya bersifat arbriter dan tidak dapat diramalkan

sehingga suatu benda yang disebut “anjing”, di Prancis disebut chien, di Spanyol

dinamai perro, di Indonesia disebut anjing padahal perwujudannya hanya satu, (c) bahasa bersistem yang berbeda satu sama lain, (d) bahasa adalah seperangkat lambing-lambang yang digunakan untuk mengganti benda, peristiwa, proses atau aktivitas yang dimaksud, dan (e) bersifat sempurna sehingga bahasa memudahkan manusia untuk berkomunikasi (Hill dalam Pateda, 1991:20). Karakteristik bahasa dapat dinyatakan sebagai sebuah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Bahasa juga bersifat sistemis karena tersusun menurut suatu pola tertentu, tidak tersusun secara acak atau sembarangan. Oleh karena itu, lazim disebut bahasa itu bersifat unik meskipun juga bersifat universal. Unik artinya memiliki ciri atau sifat khas yang tidak dimiliki bahasa lain dan universalberarti memiliki ciri yang sama yang ada pada semua bahasa (Pateda dalam Kusumaningsih, 2014:14).

Kepolisian di Polsek Serengan yang terletak di jalan Veteran 146 Kelurahan Serengan Kecamatan Serengan. Penelitian ini menganalisis tentang Kesantunan Direktif dalam Pelayanan Masyarakat Umum: Studi Kasus di Lingkungan Kepolisian Polsek Serengan. Anggota yang berada di Polsek Serengan kurang lebih ada 100 anggota yang terdiri dari bagian Patroli, Binmas, Intel, Reserse, Lalu Lintas dan SPKT. Gaya bahasa dapat ditinjau dari bermacam-macam sudut pandang. Oleh sebab itu sulit diperoleh kata sepakat mengenai suatu pembagian yang bersifat menyeluruh dan dapat diterima oleh semua pihak. Pandangan atau pendapat tentang gaya bahasa sejauh ini sekurang-kurangnya dapat dibedakan dari segi nonbahasa dan dari segi bahasanya sendiri. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif antar manusia. Dalam berbagai macam situasi, bahasa dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan


(6)

2

gagasan pembicara kepada pendengar atau penulis kepada pembaca (Sugihastuti dalam Kusumaningsih 20014:13).Masyarakat tidak akan berjalan tanpa komunikasi. Komunikasi, dalam hal ini dengan “mempergunakan bahasa”, adalah alat vital bagimasyarakat manusia (Anwar dalam Kusumaningsih, 2014:13).

Latar belakang tersebut membuat peneliti tertarik untuk meneliti bahasa khususnya pada bahasa kesantunan yang terdapat dalam lingkungan kepolisian Polsek Serengan. Dengan pertimbangan pada gaya bahasa yang dipergunakan oleh aparat kepolisian yang cenderung memerintah dan menggunakan nada bicara yang tegas. Namun sebagian besar bahasa yang digunakan dalam kepolisian itu bersifat memerintah. Berdasarkan penelitian di atas penulis tertarik untuk mengambil judul Kesantunan Direktif dalam Pelayanan Masyarakat Umum: Studi Kasus di Lingkungan Kepolisian Polsek Serengan”. Penelitian ini hanya difokuskan pada pada bentuk tindak tutur direktif dalam pelayanan masyarakat umum di lingkungan kepolisian Polsek Serengan.

Masalah yang dapat dirumuskan untuk judul tersebut adalah bagaimana bentuk kesantunan direktif pada pelayanan masyarakat umum di lingkungan kepolisian Polsek Serengan dan bagaimana strategi kesantunan dalam penggunaan tindak tutur direktif pada pelayanan masyarakat umum di lingkungan kepolisian Polsek Serengan. Rumusan masalah bertujuan untuk (1) mendeskripsikan bentuk-bentuk kesantunan tindak tutur direktif dan (2) mendeskripsikan strategi kesantunan direktif pada pelayanan masyarakat umum di lingkungan kepolisian Polsek Serengan. Hasil temuan dapat dapat dimanfaatkan sebagai bahan yang memberikan wawasan pengetahuan dan pemahaman untuk berbagai pihak. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai wsalah satu sumber belajar kaitannya dengan bentuk tindak tutur direktif dan strategi kesantunan direktif.

Berkaitan dengan kajian mengenai bentuk-bentuk tindak tutur direktif, penelitian bentuk tindak tutur direktif pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya antara lain pernah dilakukan oleh Prayitno (2011), Ningsih (2014), dan Tressyalina (2012). Dari peneliti tersebut menemukan beberapa bentuk tindak tutur direktif. Persamaan penelitian ini dengan penelitian ketiga peneliti tersebut adalah mendeskripsikan bentuk-bentuk tindak tutur direktif. Perbedaan penelitian ini dengan


(7)

3

penelitian ketiga peneliti tersebut adalah penelitian ini lebih difokuskan pada bentuk-bentuk tindak tutur direktif yang mengandung kesantunan. Dalam memecahkan masalah mengenai bentuk-bentuk tindak tutur direktif peneliti menggunakan teori yang dikemukakan oleh Prayitno.

Selanjutnya, kajian mengenai strategi kesantunan, penelitian strategi kesantunan pernah dilakukan oleh Pabrianti (2014), Prayitno (2011), dan Tressyalina (2012). Dari ketiga peneliti tersebut menemukan strategi kesantunan tindak tutur direktif. Persamaan penelitian ini dengan penelitian ketiga peneliti tersebut adalah menganalisis dan menjelaskan tentang strategi kesantunan tindak tutur direktif. Ada dua strategi yang telah ditemukan, yaitu strategi kesantunan tindak tutur direktif langsung dan strategi kesantunan tindak tutur direktif tidak langsung. Dalam memecahkan masalah mengenai strategi kesantunan tindak tutur direktif peneliti menggunakan teori yang dikemukakan oleh Prayitno.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian yang digunakan dalam menganalisis Kesantunan Direktif Dalam Pelayanan Masyarakat Umum: Studi Kasus di Lingkungan Kepolisian Polsek Serengan adalah penelitian kualitatif. Objek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Kesantunan Direktif Dalam Pelayanan Masyarakat Umum: Studi Kasus di Lingkungan Kepolisian Polsek Serengan. Data penelitian berupa satuan lingual yang berupa kata, frasa klausa maupun kalimat dalam tindak tutur direktif yang mengandung kesantunan yang digunakan oleh kalangan kepolisian dalam melayani masyarakat umum.

Sumber data penelitian ini berupa tuturan dalam pelayanan masyarakat umum di lingkungan kepolisian Polsek Serengan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik simak dan teknik rekam merupakan teknik/metode yang dilakukan dengan menyimak dan merekam pengguna bahasa.

Selanjutnya, analisis data menggunakan teknik padan intralingual. Penelitian ini menggunakan metode padan intralingual karena penelitian ini meneliti tentang gaya bahasa atau cara berbahasa pada pihak kepolisian dengan masyarakat umum.


(8)

4

Penelitian ini mengacu pada unsur-unsur kebahasaan atau kesantunan pada gaya bahasa pihak aparat kepolisian yang berada di Polsek Serengan.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini penulis mendeskripsikan bentuk kesantunan tindak tutur direktif dan strategi kesantunan direktif. Tindak tutur dikaji berdasarkan bentuk-bentuk kesantunan tindak tutur direktif dan strategi kesantunan direktif.

1. Bentuk-bentuk Tindak Tutur Direktif

Peneliti menguraikan masalah tentang bentuk-bentuk kesantunan tindak tutur direktif. Berdasarkan 29 data yang ditemukan peneliti menemukan 6 bentuk tindak tutur direktif yaitu meminta, memerintah, mengajak, menyuruh, menasihati, dan mengkritik. Berikut contoh hasil analisis.

a. Bentuk Tindak Tutur Meminta Data 03

Anton : Disambi niku Bu mboten napa-napa. (Silahkan dinikmati Bu tidak apa-apa).

Tatik : Dhalem Pak, oh nggih Pak matur suwun. (Iya Pak, oh iya Pak terima kasih).

Konteks:

Tuturan terjadi disela-sela kegiatan pembuatan SKCK di Polsek Serengan. Anton (Pn) sebagai aparat kepolisian yang menawarkan makanan kepada Tatik yang sedang mengurus SKCK.

Tuturan (a), “Disambi niku Bu mboten napa-napa. (Silahkan dinikmati Bu tidak apa-apa)”. Tuturan tersebut masuk dalam bentuk tindak tutur direktif memerintah yang ditandai dengan penanda lingual (silakan). Penanda lingual dalam tuturan itu, jika dilihat dari bentuk kalimat penanda yang muncul menunjuk pada sebuah perintah dari Pn terhadap Mt.

b. Bentuk Tindak Tutur Direktif Memerintah Data 09

Tarwidi : Hilangnya kapan Mas? Dedi : Seminggu yang lalu Pak. Tarwidi : Berarti hari apa itu Mas? Dedi : Minggu Pak.


(9)

5

Dedi : Tanggal 1 Pak Konteks:

Tuturan terjadi disela-sela kegiatan laporan kehilangan ATM Mt kepada Pn. Tarwidi sebagai (Pn) yang bertugas sebagai aparat kepolisian sedangkan Dedi (Mt) sebagai pelapor.

Tuturan (data 9) “Itu dilihat Mas tanggal nya tanggal berapa”. Pn sebagai aparat kepolisian yang berwenang memerintah Mt (pelapor) agar melaksanakan perintah dari Pn untuk melihat tanggal pada kalender yang berada dibelakang Pn. Dalam hal itu, pada dasarnya sebagai bentuk permintaan, namun dilihat dari segi makna yang disampaikan sebenarnya memuat perintah dari Pn terhadap Mt. Dengan tuturan tersebut menggambarkan bentuk tuturan direktif memerintah yang ditandai dengan pemarkah lingual. Kedudukan Pn pada saat itu memposisikan Mt lebih rendah, sehingga Mt melakukan suatu hal yang diperintahkan oleh Pn.

c. Bentuk Tindak Tutur Direktif Menyuruh Data 07

Retno : Ibuk ini di fotocoy dulu didepan rangkap satu. Dwi : Iya Mbak.

Konteks : Tuturan terjadi disela-sela kegiatan pembuatan SKCK di Polsek Serengan. Anton (Pn) sebagai aparat kepolisian yang menyuruh menggandakan berkas SKCK kepada Dwi

Tuturan (data 7) “Niki datane diisi rumiyin Buk, sedoyo. (Ini datanya diisi dulu Buk, semuanya)”. Tuturan tersebut termasuk tuturan direktif yang mengungkapkan adanya sebuah kalimat menyuruh dari Pn terhadap Mt untuk mengisi data-data guna memenuhi persyaratan pembuatan SKCK. Hal itu dapat dibuktikan pada tuturan (data 7). Pada tuturan tersebut terdapat pemarkah lingual. Dengan demikian, ujaran Pn terhadap Mt termasuk bentuk tindak tutur direktif menyuruh dengan membuat Mt melakukan sebuah tindakan yang diinginkan Pn.

d. Bentuk Tindak Tutur Direktif Mengajak Data 01

Retno : Mas Anton, wes laporan Bapak’e? (Mas Anton, sudah laporan Bapaknya?).


(10)

6

Anton : Wes apa? (Sudah apa?). Konteks:

Tuturan tersebut terjadi ketika Pn betanya kepada Mt mengenai laporan kepolisan. Retno (Pn) sebagai aparat kepolisian dan Anton (Mt) sebagai rekan kerja di Polsek Serengan.

Tuturan (data 1), “Mas Anton, wes laporan Bapak’e? (Mas Anton, sudah laporan Bapak’e?)”. Retno (Pn) memberi peringatan terhadap Anton (Mt) supaya Mt tidak melupakan pekerjaan yang harus diselesaikan dan yang sudah menjadi tanggung jawabnya. Tuturan yang disampaikan Pn dikatakan sebagai bentuk tindak tutur direktif mengingatkan karena adanya pemarkah lingual.

e. Bentuk Tindak Tutur Direktif Memberi Nasihat Data 20

Tarwidi : Sudah sidang?

Sri : Belum Pak, ini baru mau ngurus.

Tarwidi : Lama lho ini ngurusnya. Nama nya siapa Mbak? Sri : Sri Dasawarsi

Konteks:

Tuturan terjadi disela-sela kegiatan laporan kehilangan akta nikah Mt kepada Pn. Tarwidi sebagai (Pn) yang bertugas sebagai aparat kepolisian sedangkan Sri (Mt) sebagai pelapor.

Tuturan (data 20) “Lama lho ini ngurusnya. Nama nya siapa Mbak?”. Pn yang berwenang memberi informasi, arahan dan nasihat kepada Mt. Dengan tuturan tersebut menggambarkan bentuk tuturan direktif menasihati yang ditandai dengan pemarkah lingual. Dalam hal itu, menasihati pada dasarnya sebagai bentuk memberikan anjuran, petunjuk dan saran kepada Mt. Kedudukan Pn pada saat itu lebih tinggi, yang secara sosial berpengalaman hidup lebih lama dan lebih luas serta lebih tua umurnya daripada Mt.

f. Bentuk Tindak Tutur Direktif Mengkritik Data 18

Sri : Fotocopy nya tidak ada Pak. Tarwidi : Lha terus gimana? Nomernya?

Sri : Ini fotocopy KTP nya ada sama fotocopy KK, sama nomer buku nikah.


(11)

7

Sri : Dari KUA Pak. Konteks:

Tuturan terjadi disela-sela kegiatan laporan kehilangan akta nikah Mt kepada Pn. Tarwidi sebagai (Pn) yang bertugas sebagai aparat kepolisian sedangkan Sri (Mt) sebagai pelapor.

Tuturan (11.a) “Lha terus gimana? Nomernya?”. Tuturan terjadi

saat Pn menanyakan tentang nomor surat akta nikah kepada Mt. sedangkan Mt tidak mengetahui nomor pada akta nikah tersebut. Dalam tuturan tersebut menjadi pemarkah lingual yang di dalamnya memuat sebuah teguran. Secara tidak langsung maksud dari Pn agar Mt melakukan apa yang disarankan oleh Pn. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tuturan direktif menyarankan yang ditunjukkan dengan adanya teguran atau peringatan khusus dari Pn terhadap Mt. 2. Strategi Kesantunan Direktif

a. Strategi Kesantunan Langsung

Karakteristik perwujudan sub-KD langsung pelayanan masyarakat umum di lingkungan kepolisian, Polsek Serengan ditampilkan melalui cuplikan (14.a). Sub-KD langsung Polsek Serengan berkarakter permintaan yang halus. Pemarkah lingualnya langsung berverba performatif implisit saya minta kepada Mt supaya membantu melakukan sesuatu yang diinginkan oleh Pn.

Data 05

Ekplikatur : Ini nanti saya minta yang kecil ya. Pemarkah Lingual : Imperatif

Penanda Nonlingual : - Penutur memiliki postur lebih besar

- Penutur berjenis kelamin perempuan dan lebih tua.

- Diduga Pn meminta foto Mt yang berukuran kecil.

Implikatur : Pn meminta foto berukuran kecil. Maksud sub-TKD : Minta

Konteks : Tuturan terjadi disela-sela kegiatan pembuatan SKCK di Polsek Serengan. (Pn) sebagai aparat kepolisian yang meminta berkas SKCK kepada Mt.


(12)

8

Pada tuturan (14.a) di atas menunjukkan bahwa Pn bertutur dengan intonasi sedang dan tidak begitu kasar atau tidak begitu keras kepada Mt dalam hal meminta.

b. Strategi Kesantunan Tak Langsung

Karakteristik perwujudan sub-KD tak langsung pelayanan masyarakat umum di lingkungan kepolisian, Polsek Serengan ditampilkan melalui cuplikan (data 16). Karakter pelayanan masyarakat umum di lingkungan kepolisian Polsek Serengan yang dipantulkan melalui sub-KD tak langsung tersebut yang tampak dilihat dari eksplikaturnya berbentuk intonasi tanya dalam hal memerintah. Tidak ada pemarkah lingual itu yang mengandung ajakan.

Data 16

Ekplikatur : Sudah benar? Ya sudah tanda tanggan disini. Pemarkah Lingual : Intonasi tanya.

Penanda Nonlingual : - Penutur memiliki postur lebih besar

- Penutur berjenis kelamin laki-laki dan lebih tua. - Topik pembicaraan tentang laporan kehilangan.

Implikatur : Pn menyuruh Mt tanda tanggan. Maksud sub-TKD : Perintah

Konteks : Tuturan terjadi disela-sela kegiatan laporan kehilangan Mt kepada Pn. (Pn) yang bertugas sebagai aparat kepolisian sedangkan (Mt) sebagai pelapor.

D. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan, peneliti menggambarkan simpulan umum sebagai berikut.

Berdasarkan temuan dari bentuk tindak tutur direktif peneliti menyimpulkan bahwa pada Pelayanan Masyarakat Umum: Studi Kasus di Kepolisian Polsek Serengan ditemukan beberapa interaksi sosial. Dari 29 data terdapat 6 bentuk tindak tutur direktif, yaitu mengajak, memerintah, meminta, menyuruh, memberi nasihat dan mengkritik. Pada uraian bentuk tindak tutur direktif mengajak terdapat 1 data, bentuk tindak tutur direktif memerintah terdapat 6 data, bentuk tindak tutur direktif meminta terdapat 6 data, bentuk tindak tutur direktif menyuruh terdapat 3 data, bentuk tindak tutur direktif


(13)

9

memberi nasihat terdapat 10 data dan bentuk tindak tutur direktif mengkritik terdapat 2 data.

Realisasi bentuk tindak tutur direktif yang paling banyak pada penelitian ini terdapat pada bentuk tindak tutur memberi nasihat, yaitu 10 data (11, 12, 13, 14, 20, 24, 25, 26, 27,28). Pada bentuk tindak tutur memerintah, menyuruh, dan memberi nasihat dilakukan oleh penutur yang lebih tua kepada mitra tutur, dengan alasan penutur memiliki wewenang, jabatan, atau otoritas ataupun peranan sosial yang dimiliki oleh penutur.

Berdasarkan rumusan masalah yang kedua mengenai strategi kesantunan direktif, analisis strategi pada strategi langsung peneliti menemukan 16 data (03, 04, 05, 07, 09, 10, 11, 12, 14, 15, 18, 23, 25, 26, 28, 29), sedangkan pada analisis strategi tak langsung peneliti menemukan 12 data (01, 06, 08, 13, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 24, 27). Dari temuan tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa berdasarkan tindak tutur kesantunan direktif terdapat tuturan yang diujarkan oleh penutur yang memiliki usia lebih tua dibandingkan mitra tutur yang lebih muda memiliki kesantunan yang baik. Selain itu di lingkungan Kepolisian Polsek Serengan penutur yang memiliki pangkat, jabatan atau kewenangan di suatu institusi juga memiliki kesantunan yang cukup baik juga. Saran dari peneliti untuk pembaca diharapkan hasil penelitian dapat memberi kontribusi bagi tenaga pendidik dalam proses pembelajaran khususnya sebagai bahan pembelajaran utamanya dalam mempelajari dan mendeskripsikan bentuk tindak tutur direktif dan strategi kesantunan diraa direktif.

E. DAFTAR PUSTAKA

Apriliani, Rian. 2004. “Pergeseran Tindak Kesantunan Direktif Memohon di Kalangan

Anak SD Berlatar Belakang Budaya Jawa”. Skripsi thesis, Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa Indonesia. Jakarta. Rineka Putra.

Cummings, Louise. 2007. Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.


(14)

10

Kusumaningsih,dkk. 2014. Terampil Berbahasa Indonesia. Yogyakarta. C.V Andi Offset

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode dan Tekniknya. Jakarta: PT Graindo Persada.

Leech,Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Terjemahan oleh Oka, M.D.D. 1993. Jakarta: Universitaas Indonesia (UI-Press).

Nababan Entalya, Mei Lamria. 2012. “Kesantunan Verbal dan Nonverbal pada Tuturan Direktif dalam Pembelajaran di SMP Taman Rama National Plus Jimbaran”. Dalam Jurnal Pendidikan Bahasa. Vol 1. No 1.

Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta. Graha Ilmu. Ningsih, Dewi Cahya. 2014. “Kesantunan Tindak Direktif pada Tuturan Anak dan

Orang Tua di Desa Ngrancang, Ngawi”. Skripsi thesis. Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Pabrianti, Puput Ika. 2014. “Tindak Tutur Direktif dalam Proses Pembelajaran di SMP

Negeri 1 Jatisrono Kabupaten Wonogiri”. Skripsi thesis. Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Prayitno, Harun Joko. 2009. “Perilaku Tindak Tutur Berbahasa Pemimpin dalam Wacana Rapat Dinas: Kajian Pragmatik dengan Pendekatan Jeder”. Dalam Jurnal Kajian Linguistik dan Sastra. Vol 21. No 2:132-146.

. 2011. “Kesantunan Sosiopragmatik Studi Pemakaian Tindak Direktif di Kalangan Andik SD Berbudaya Jawa”. Surakarta. Muhammadiyah University Press.

. 2011. “Teknik dan Strategi Tindak Kesantunan Direktif di Kalangan Andik SD Berlatar Belakang Budaya Jawa”. Dalam Jurnal Kajian Linguistik dan Sastra. Vol 23. No2.

Rohmadi, Muhammad. 2010. Pragmatik: Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta

Wacana University Press.

Sunarwa, dkk. 2014. “Kesantunan Berbahasa dalam Interaksi Pembelajaran Bahasa


(15)

11

Tressyalina, dkk. 2012. “Kesantunan Berbahasa Minangkabau dalam Tindak Tutur Direktif Antara Anak dan Orang Tua di Ikur Koto Kecamatan Koto Tangah Padang”. Dalam Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Vol 1. No 1. Wijana, Putu dan Muhammadi. 2009. Analisis Wacana Pragmatik: Kajian Teori dan

Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka


(1)

6

Anton : Wes apa? (Sudah apa?). Konteks:

Tuturan tersebut terjadi ketika Pn betanya kepada Mt mengenai laporan kepolisan. Retno (Pn) sebagai aparat kepolisian dan Anton (Mt) sebagai rekan kerja di Polsek Serengan.

Tuturan (data 1), “Mas Anton, wes laporan Bapak’e? (Mas Anton, sudah laporan Bapak’e?)”. Retno (Pn) memberi peringatan terhadap Anton (Mt) supaya Mt tidak melupakan pekerjaan yang harus diselesaikan dan yang sudah menjadi tanggung jawabnya. Tuturan yang disampaikan Pn dikatakan sebagai bentuk tindak tutur direktif mengingatkan karena adanya pemarkah lingual.

e. Bentuk Tindak Tutur Direktif Memberi Nasihat Data 20

Tarwidi : Sudah sidang?

Sri : Belum Pak, ini baru mau ngurus.

Tarwidi : Lama lho ini ngurusnya. Nama nya siapa Mbak? Sri : Sri Dasawarsi

Konteks:

Tuturan terjadi disela-sela kegiatan laporan kehilangan akta nikah Mt kepada Pn. Tarwidi sebagai (Pn) yang bertugas sebagai aparat kepolisian sedangkan Sri (Mt) sebagai pelapor.

Tuturan (data 20) “Lama lho ini ngurusnya. Nama nya siapa Mbak?”. Pn yang berwenang memberi informasi, arahan dan nasihat kepada Mt. Dengan tuturan tersebut menggambarkan bentuk tuturan direktif menasihati yang ditandai dengan pemarkah lingual. Dalam hal itu, menasihati pada dasarnya sebagai bentuk memberikan anjuran, petunjuk dan saran kepada Mt. Kedudukan Pn pada saat itu lebih tinggi, yang secara sosial berpengalaman hidup lebih lama dan lebih luas serta lebih tua umurnya daripada Mt.

f. Bentuk Tindak Tutur Direktif Mengkritik Data 18

Sri : Fotocopy nya tidak ada Pak. Tarwidi : Lha terus gimana? Nomernya?

Sri : Ini fotocopy KTP nya ada sama fotocopy KK, sama nomer buku nikah.


(2)

7

Sri : Dari KUA Pak. Konteks:

Tuturan terjadi disela-sela kegiatan laporan kehilangan akta nikah Mt kepada Pn. Tarwidi sebagai (Pn) yang bertugas sebagai aparat kepolisian sedangkan Sri (Mt) sebagai pelapor.

Tuturan (11.a) “Lha terus gimana? Nomernya?”. Tuturan terjadi saat Pn menanyakan tentang nomor surat akta nikah kepada Mt. sedangkan Mt tidak mengetahui nomor pada akta nikah tersebut. Dalam tuturan tersebut menjadi pemarkah lingual yang di dalamnya memuat sebuah teguran. Secara tidak langsung maksud dari Pn agar Mt melakukan apa yang disarankan oleh Pn. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tuturan direktif menyarankan yang ditunjukkan dengan adanya teguran atau peringatan khusus dari Pn terhadap Mt. 2. Strategi Kesantunan Direktif

a. Strategi Kesantunan Langsung

Karakteristik perwujudan sub-KD langsung pelayanan masyarakat umum di lingkungan kepolisian, Polsek Serengan ditampilkan melalui cuplikan (14.a). Sub-KD langsung Polsek Serengan berkarakter permintaan yang halus. Pemarkah lingualnya langsung berverba performatif implisit saya minta kepada Mt supaya membantu melakukan sesuatu yang diinginkan oleh Pn.

Data 05

Ekplikatur : Ini nanti saya minta yang kecil ya. Pemarkah Lingual : Imperatif

Penanda Nonlingual : - Penutur memiliki postur lebih besar

- Penutur berjenis kelamin perempuan dan lebih tua.

- Diduga Pn meminta foto Mt yang berukuran kecil.

Implikatur : Pn meminta foto berukuran kecil. Maksud sub-TKD : Minta

Konteks : Tuturan terjadi disela-sela kegiatan pembuatan SKCK di Polsek Serengan. (Pn) sebagai aparat kepolisian yang meminta berkas SKCK kepada Mt.


(3)

8

Pada tuturan (14.a) di atas menunjukkan bahwa Pn bertutur dengan intonasi sedang dan tidak begitu kasar atau tidak begitu keras kepada Mt dalam hal meminta.

b. Strategi Kesantunan Tak Langsung

Karakteristik perwujudan sub-KD tak langsung pelayanan masyarakat umum di lingkungan kepolisian, Polsek Serengan ditampilkan melalui cuplikan (data 16). Karakter pelayanan masyarakat umum di lingkungan kepolisian Polsek Serengan yang dipantulkan melalui sub-KD tak langsung tersebut yang tampak dilihat dari eksplikaturnya berbentuk intonasi tanya dalam hal memerintah. Tidak ada pemarkah lingual itu yang mengandung ajakan.

Data 16

Ekplikatur : Sudah benar? Ya sudah tanda tanggan disini. Pemarkah Lingual : Intonasi tanya.

Penanda Nonlingual : - Penutur memiliki postur lebih besar

- Penutur berjenis kelamin laki-laki dan lebih

tua. - Topik pembicaraan tentang laporan

kehilangan.

Implikatur : Pn menyuruh Mt tanda tanggan. Maksud sub-TKD : Perintah

Konteks : Tuturan terjadi disela-sela kegiatan laporan kehilangan Mt kepada Pn. (Pn) yang bertugas sebagai aparat kepolisian sedangkan (Mt) sebagai pelapor.

D. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan, peneliti menggambarkan simpulan umum sebagai berikut.

Berdasarkan temuan dari bentuk tindak tutur direktif peneliti menyimpulkan bahwa pada Pelayanan Masyarakat Umum: Studi Kasus di Kepolisian Polsek Serengan ditemukan beberapa interaksi sosial. Dari 29 data terdapat 6 bentuk tindak tutur direktif, yaitu mengajak, memerintah, meminta, menyuruh, memberi nasihat dan mengkritik. Pada uraian bentuk tindak tutur direktif mengajak terdapat 1 data, bentuk tindak tutur direktif memerintah terdapat 6 data, bentuk tindak tutur direktif meminta terdapat 6 data, bentuk tindak tutur direktif menyuruh terdapat 3 data, bentuk tindak tutur direktif


(4)

9

memberi nasihat terdapat 10 data dan bentuk tindak tutur direktif mengkritik terdapat 2 data.

Realisasi bentuk tindak tutur direktif yang paling banyak pada penelitian ini terdapat pada bentuk tindak tutur memberi nasihat, yaitu 10 data (11, 12, 13, 14, 20, 24, 25, 26, 27,28). Pada bentuk tindak tutur memerintah, menyuruh, dan memberi nasihat dilakukan oleh penutur yang lebih tua kepada mitra tutur, dengan alasan penutur memiliki wewenang, jabatan, atau otoritas ataupun peranan sosial yang dimiliki oleh penutur.

Berdasarkan rumusan masalah yang kedua mengenai strategi kesantunan direktif, analisis strategi pada strategi langsung peneliti menemukan 16 data (03, 04, 05, 07, 09, 10, 11, 12, 14, 15, 18, 23, 25, 26, 28, 29), sedangkan pada analisis strategi tak langsung peneliti menemukan 12 data (01, 06, 08, 13, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 24, 27). Dari temuan tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa berdasarkan tindak tutur kesantunan direktif terdapat tuturan yang diujarkan oleh penutur yang memiliki usia lebih tua dibandingkan mitra tutur yang lebih muda memiliki kesantunan yang baik. Selain itu di lingkungan Kepolisian Polsek Serengan penutur yang memiliki pangkat, jabatan atau kewenangan di suatu institusi juga memiliki kesantunan yang cukup baik juga. Saran dari peneliti untuk pembaca diharapkan hasil penelitian dapat memberi kontribusi bagi tenaga pendidik dalam proses pembelajaran khususnya sebagai bahan pembelajaran utamanya dalam mempelajari dan mendeskripsikan bentuk tindak tutur direktif dan strategi kesantunan diraa direktif.

E. DAFTAR PUSTAKA

Apriliani, Rian. 2004. “Pergeseran Tindak Kesantunan Direktif Memohon di Kalangan Anak SD Berlatar Belakang Budaya Jawa”. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa Indonesia. Jakarta. Rineka Putra.

Cummings, Louise. 2007. Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.


(5)

10

Kusumaningsih,dkk. 2014. Terampil Berbahasa Indonesia. Yogyakarta. C.V Andi Offset

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode dan Tekniknya. Jakarta: PT Graindo Persada.

Leech,Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Terjemahan oleh Oka, M.D.D. 1993. Jakarta: Universitaas Indonesia (UI-Press).

Nababan Entalya, Mei Lamria. 2012. “Kesantunan Verbal dan Nonverbal pada Tuturan Direktif dalam Pembelajaran di SMP Taman Rama National Plus Jimbaran”. Dalam Jurnal Pendidikan Bahasa. Vol 1. No 1.

Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta. Graha Ilmu. Ningsih, Dewi Cahya. 2014. “Kesantunan Tindak Direktif pada Tuturan Anak dan

Orang Tua di Desa Ngrancang, Ngawi”. Skripsi thesis. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Pabrianti, Puput Ika. 2014. “Tindak Tutur Direktif dalam Proses Pembelajaran di SMP Negeri 1 Jatisrono Kabupaten Wonogiri”. Skripsi thesis. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Prayitno, Harun Joko. 2009. “Perilaku Tindak Tutur Berbahasa Pemimpin dalam Wacana Rapat Dinas: Kajian Pragmatik dengan Pendekatan Jeder”. Dalam Jurnal Kajian Linguistik dan Sastra. Vol 21. No 2:132-146.

. 2011. “Kesantunan Sosiopragmatik Studi Pemakaian Tindak

Direktif di Kalangan Andik SD Berbudaya Jawa”. Surakarta. Muhammadiyah

University Press.

. 2011. “Teknik dan Strategi Tindak Kesantunan Direktif di Kalangan Andik SD Berlatar Belakang Budaya Jawa”. Dalam Jurnal Kajian Linguistik dan Sastra. Vol 23. No2.

Rohmadi, Muhammad. 2010. Pragmatik: Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta

Wacana University Press.

Sunarwa, dkk. 2014. “Kesantunan Berbahasa dalam Interaksi Pembelajaran Bahasa Jawa di SMP N 1 Banyumas”. Dalam Jurnal Ling Tera. Vol 1. No 2.


(6)

11

Tressyalina, dkk. 2012. “Kesantunan Berbahasa Minangkabau dalam Tindak Tutur Direktif Antara Anak dan Orang Tua di Ikur Koto Kecamatan Koto Tangah Padang”. Dalam Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Vol 1. No 1. Wijana, Putu dan Muhammadi. 2009. Analisis Wacana Pragmatik: Kajian Teori dan

Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka


Dokumen yang terkait

PERANAN KEPOLISIAN DALAM PENANGULANGAN JUDI SABUNG AYAM DI MASYARAKAT ADAT BALI (Study Kasus di Polsek Seputih Banyak dan Polsek Palas)

5 81 64

Tindak Tutur Direktif dalam “Pengembara Makrifat” Karya Zubair Tinajauan Pragmatik

0 7 10

TINDAK KESANTUNAN DIREKTIF DALAM PELAYANAN DI BIDANG KESEHATAN DI LINGKUNGAN PUSKESMAS BERLATAR BELAKANG Tindak Kesantunan Direktif Dalam Pelayanan Di Bidang Kesehatan Di Lingkungan Puskesmas Berlatar Belakang Budaya Jawa Dan Implikasinya Sebagai Bahan A

0 6 19

STRATEGI DAN SKALA KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF MAHASISWA RIAU DI LINGKUNGAN MASYARAKAT BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA Strategi Dan Skala Kesantunan Tindak Direktif Mahasiswa Riau Di Lingkungan Masyarakat Berlatar Belakang Budaya Jawa.

0 3 16

STRATEGI DAN SKALA KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF MAHASISWA RIAU DI LINGKUNGAN MASYARAKAT BERLATAR Strategi Dan Skala Kesantunan Tindak Direktif Mahasiswa Riau Di Lingkungan Masyarakat Berlatar Belakang Budaya Jawa.

0 4 16

PENDAHULUAN Strategi Dan Skala Kesantunan Tindak Direktif Mahasiswa Riau Di Lingkungan Masyarakat Berlatar Belakang Budaya Jawa.

0 3 5

KESANTUNAN DIREKTIF DALAM PELAYANAN MASYARAKAT UMUM: STUDI KASUS DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN POLSEK SERENGAN Kesantunan Direktif Dalam Pelayanan Masyarakat Umum: Studi Kasus Di Lingkungan Kepolisian Polsek Serengan.

0 3 16

PENDAHULUAN Kesantunan Direktif Dalam Pelayanan Masyarakat Umum: Studi Kasus Di Lingkungan Kepolisian Polsek Serengan.

0 3 4

Artikel Publikasi Kesantunan Direktif Meminta Dalam Interaksi Nonformal Di Kalangan Mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta Se-Rayon Surakarta.

0 2 16

Kesantunan bentuk tuturan direktif di lingkungan SMA Negeri 1 Surakarta 3883

0 4 291