Efektifitas Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII Pokok Bahasan Segitiga dengan Menggunakan LKS Matematika Berbasis Life Skill - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Singkat Objek 1. Letak Geografis

MTs PSM Tanen Rejotangan berada di Jalan Raya desa Tanen, kecamatan Rejotangan, kabupaten Tulungagung. MTs PSM Tanen memiliki letak yang unik karena di ujung tenggara dari kabupaten Tulungagung yang berbatasan dengan kabupaten Blitar. Satu kilo meter ke selatan, dan 2 km ke timur merupakan kabupaten Blitar.

Letak secara geografis MTs PSM Tanen Rejotangan memang kurang menguntungkan, akan tetapi ada sisi positifnya yaitu tenang, karena di pinggir jalan utama yang ramai sehingga situasi sangat kondusif untuk sebuah lembaga pendidikan. Sisi lain MTs PSM Tanen Rejotangan adalah berada dalam lingkungan Pondok Pesantren Sabilil Muttaqin (Pondok PSM) yang memiliki lembaga pendidikan dari PAUD, TK, RA, SD Islam, MI PSM , yang mana lembaga tersebut tetap eksis.

Dukungan lain untuk MTs PSM Tanen Rejotangan adalah 500 m di selatan ada satu SDN Tanen yang memiliki murid 200 orang, 1 km ke timur ada 1 MI dan 2 SDN Sumberagung 1 dan 4, 2 km ke utara ada 2 SDN dan 2 MI yang berada di desa Tegalrejo dan Pakisrejo, 2 km ke barat laut ada 2 MI dan 1 SDN Banjarejo. Ke arah barat 2 hingga 3 km ada 2 MI dan 5 SDN Sukorejo dan Jatidowo. Berdasarkan letak geografis yang dimiliki itu, MTs


(2)

PSM Tanen Rejotangan akan tetap menjadi salah satu alternatif pilihan wali murid menyekolahkan anaknya.

2. Lingkungan Demografis.

Jumlah penduduk kecamatan Rejotangan adalah 73.744 orang, yang terdiri atas 10.131 KK dan sejumlah KK tersebut 98 % beragama Islam. Sedangkan jumlah penduduk desa Tanen sendiri yang dijadikan tempat berdiri gedung MTs PSM Tanen Rejotangan sejumlah 5.054 orang, 1553 KK yang 100 % beragama Islam. Hal ini yang menjadi modal dasar bagi pengembangan MTs PSM Tanen Rejotangan ke depan.

3. Sejarah Berdirinya Madrasah

Sejarah berdirinya Madrasah Tsanawiyah Pesantren Sabilil Muttaqien Tanen Rejotangan Tulungagung ini berawal dari inisiatif seorang tokoh agama yang bernama H. Afandi yang bermaksud untuk mendirikan sebuah Lembaga Pendidikan Dasar / Madrasah Ibtidaiyah (MI), yang akhirnya beliau bersama tokoh-tokoh masyarakat yang lain berkumpul dan sepakat untuk mendirikan Lembaga Pendidikan tersebut. Maka tepat pada tanggal 10 Oktober 1949 diresmikanlah pendirian Madrasah Pendidikan tersebut.

Pada perkembangannya Madrasah Ibtidaiyah ini mendapat respon yang sangat baik dari masyarakat sekitarnya, sampai akhirnya bisa menghantar para siswanya sampai lulus kelas 6. Karena merasa belum mempunyai lembaga yang bisa menampung lulusan dari Madrasah Ibtidaiyah tersebut, akhirnya para tokoh masyarakat berinisiatif untuk mendirikan lembaga pendidikan tingkat lanjutan dari pendidikan MI tersebut. Dan pada tahun 1955 didirikanlah Madrasah Tsanawiyah “Al-ittihad” untuk menampung seluruh siswa yang telah


(3)

lulus kelas 6 MI. Pada perkembangannya Madrasah ini pernah berganti nama menjadi Sekolah Menengah Pertama (SMP) “Nilo Swarno” dan dipindahkan ke Desa Buntaran Rejotangan, akan tetapi di tempat yang baru ini SMP Nilo Swarno kurang mendapat respon yang positif dari warga sekitar. Akhirnya SMP ini dipindah lagi ke Desa Tanen Rejotangan (tempat pertama berdiri) tetapi berganti nama menjadi Madrasah Tsanawiyah “Jami’ul Khoiroh”.

Pada tahun 1959 berdirilah Madrasah Islamiyah Menengah (MIM) selama enam tahun. Kemudian kelas 1,2,3 menjadi Madrasah Tsanawiyah Pesantren Sabilil Muttaqin (MTs PSM) dan kelas 4,5,6 berubah menjadi Madrasah Aliyah Agama Islam (MAAI) pada tahun 1968.

Dan tepat pada tanggal 10 Oktober 1973 diresmikanlah berdirinya Madrasah Tsanawiyah Pesantren Sabilil Muttaqin (MTs PSM) Tanen Rejotangan sampai saat ini tanggal 10 Oktober merupakan moment yang sangat penting dan bersejarah bagi berdirinya lembaga pendidikan yang sempat berubah-ubah tersebut, akan tetapi setiap perubahan nama dan jenjang pendidikan selalu menggunakan moment 10 Oktober untuk mengawalinya.

4. Struktur Organisasi Madrasah

Struktur Organisasi dalam suatu lembaga sangat penting. Karena dengan adanya struktur organisasi orang akan mudah mengetahui sejumlah personil yang menduduki jabatan tertentu dalam lembaga tersebut.

Gambar 3. Struktur Organisasi MTs PSM Tanen Rejotangan Tulungagung

Kepala Komite

Fathoni Kepala MadrasahGufron M.Pd.I

Wakamad KTU


(4)

Keterangan:

: Garis Koordinasi : Garis Komando

5. Data Siswa dan Prestasi yang diraih

a. Data Siswa

Data tentang keadaan siswa MTs PSM Tanen Rejotangan Tulungagung pada tahun pelajaran 2009/2010 adalah sebagai berikut:

TABEL 1. Data siswa MTs PSM Tanen Rejotangan Tahun Pelajaran 2009/2010

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1 I 26 34 60

2 II 30 29 59

3 III 2 9 11

Jumlah 58 72 120

b. Prestasi Siswa

Siswa MTs PSM Tanen Rejotangan banyak mendapat prestasi diberbagai perlombaan dari tingkat antar sekolah, kecamatan, maupun tingkat kabupaten diantaranya:

TABEL 2. Prestasi yang di capai MTs PSM Tanen Rejotangan

No. Nama kegiatan Lingkup Ranking juara Tahun 1 Lomba Veskora Tennis

meja Nasional 1 2005

PKM Bid. Kurikulum Latifah Naili S.Pd

PKM Bid. Kesiswaan

Maryadi S.Pd

PKM Bid. Sarpras Imam Syafi’I BA

PKM Bid. BP/Humas Joko Supa’at S.Pd Dewan Guru


(5)

2 Veskora Bahasa Inggris Nasional 1 2005

3 Lomba Volly Kecamatan 2 2006

4 Lomba Lingkungan Kelas

Sehat Madrasah 1 2006

5 Gelar Lomba Penggalang Kabupaten 3 2008 6 Lomba PMR Madya Kabupaten 2 2008 8 Qiro’atul Qur’an Kecamatan 2

6. Keadaan Tenaga Pengajar

MTs PSM Tanen Rejotangan mempunyai tenaga pengajar yang cukup banyak yaitu 25 tenaga pengajar. Sebagian dari guru di MTs ini adalah tenaga dinas, tetapi mayoritas adalah tenaga honorer yang diambil dari masyarakat lingkungan sekolah dan rata-rata memiliki spesifikasi pendidikan S-I pendidikan.

TABEL 3. Data Guru MTs PSM Tanen Rejotangan Tahun Ajaran 2009/2010

NO NAMA GURU TANGGAL LAHIRTEMPAT FungsionalJabatan

1 Gufron, M,Pd.I Tulungagung, 6/7/1969 MadrasahKepala

2 Mariyadi, S.Pd Tulungagung, 6/8/1966 Guru

3 Imam Syafi'I, S.Pd Tulungagung, 30/11/1959 Guru

4 Joko Supa'at, S.Pd Tulungagung, 19/06/1976 Guru

5 Dra. Anisah Fahmi, S.Pd Tulungagung,6/7/1963 Guru

6 Latifah Naili, S.Pd Tulungagung,18/04/1971 Guru

7 Dra. Hj. Uswatun Mubarokah Tulungagung, 7/12/1966 Guru

8 M. Zen Ma'arif, S.Pd Tulungagung,26/07/1976 Guru

9 Arif Wahyudi, S.Pd.I Tulungagung,24/12/1983 Guru

10 Siti Masithoh, S.Pd.I Tulungagung,11/7/1973 Guru

11 Fikriyatus Shofia, S.Si Tulungagung,8/9/1979 Guru

12 Ulul Hikmah, S.Tp Tulungagung,5/8/1981 Guru

13 Ahmad Zaini Tulungagung,2/4/1968 Guru

14 Ahmad Ali Mustakim Tulungagung,26/02/1975 Guru

15 M. Khoirul Anam M, S.Ag Tulungagung,20/04/1970 Guru

16 Rofi'ah, S.Ag Tulungagung,15/02/1970 Guru

17 Wahyu Muthoharoh Tulungagung,30/08/1988 Guru

18 Nurjanatin, S.ag Tulungagung,20/07/1979 Guru


(6)

S.Ag

20 Jamila Wijayanti, S.S Tulungagung,13/01/1984 Guru

21 Lutfi Mu'inah Tulungagung,20/10/1989 Guru

22 Nasrotun Nasikhin Tulungagung,10/5/1990 Guru

23 Saiful Rohman Tulungagung,22/02/1987 Guru

24 Agusng Sulistiyo Tulungagung,19/06/1989 Guru

25 Siti Mu'awanah, A.Ma Tulungagung,7/10/1974 Guru

7. Keadaan Sarana Prasarana

TABEL 4. Jumlah Sarana Prasarana yang dimiliki MTs PSM Tanen Rejotangan

No Sarana dan Prasarana Jumlah

1 Ruang Kelas 5

2 Kantor 1

3 Masjid 1

4 Ruang computer 1

5 Toilet dan tempat wudlu 2

6 Perpustakaan 1

7 Ruang UKS 1

8 Ruang Osis 1

9 Asrama putra dan putrid 1 10 Lapangan olahraga 1

11 Kantin 1

12 Komputer 10

13 Peralatan olahraga 5


(7)

TABEL 5. Struktur Kurikulum MTS. PSM Tanen Rejotangan Kelas VII, VIII dan IX

Komponen

Alokasi Waktu Kelas VII, VIII, dan IX

Semester 1 Semester 2 Standar Peningkat Standar Peningkt A.Mata Pelajaran

1.Pendidikan Agama 2 2

a.Al Quran Al Hadits 2 2

b.Aqidah Akhlaq 2 2

c.Fiqih 2 2

d.SKI 2 2

e.Bahasa Arab 3 3

2.PKn 2 2 2 2

3.Bahasa Indonesia 4 5 4 5

4.Bahasa Inggris 4 5 4 5

5.Matematika 4 5 4 5

6.Fisika 4 5 4 5

7.Kimia 4 5 4 5

8.Biologi 4 4 4 4

9.Sejarah 2 2 2 2

10.Seni Budaya 2 2 2 2

11.Penjaskes 2 2 2 2

12.TIK 2 2 2 2

13.Ketrampilan 2 2 2 2

B.Muatan Lokal 2 2

1.Muhadatsah 1 1

2.Conversation 1 1

C.Pengembangan Diri 2*) 2 2*) 2

Jumlah 42 56 42 56

*) = ekuivalen 2 jam pembelajaran

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data hasil penelitian. Data ini kemudian dianalisis untuk mendapatkan


(8)

kesimpulan dari hasil penelitian. Analisis data pada penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu analisis data tahap awal dan analisis data tahap akhir.

1. Analisis Data Tahap Awal

Analisis data tahap awal dilakukan untuk mengetahui kondisi awal sampel. Data yang akan dianalisis diperoleh dari data nilai ulangan harian siswa kelas VII A, kelas VII B pada pokok bahasan sebelumnya. Sampel yang diambil dalam penelitian dikatakan layak/signifikan digunakan jika sampel berasal dari populasi yang homogen atau berangkat dari titik awal yang sama. Analisis pada tahap awal meliputi tiga langkah yaitu sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas pada kelas VII A, diperoleh hitung =5.66, sedangkan dari distribusi chi-kuadrat dengan signifikasi 5% dan dk=4 diperoleh harga tabel =9.49, sehingga diperoleh


(9)

bahwa kelas VII A berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas pada kelas VII B diperoleh hitung =2.83, sedangkan dari distribusi chi-kuadrat dengan signifikasi 5% dan dk=4 diperoleh harga tabel =9.49, sehingga diperoleh hitung < tabel. Karena hitung < tabel maka dapat disimpulkan bahwa kelas VII B berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari populasi dengan varians yang homogen. Untuk menguji homogenitas varians dari kedua kelas digunakan uji Bartlet. Berikut ini disajikan data varians kedua kelas.

TABEL 6. Data Varian pada Uji Homogenitas Awal

Kelas Banyaknya Siswa

(n) Varians

VII A 29 258.2


(10)

Fhitung =

= = 1.008

Dari perhitungan diperoleh Fhitung= 1.008. Dengan p=0.05, dengan dbpembilang = 1, dbpenyebut= 56 diperoleh Ftabel 0.05 (1,56) =

4.02 F 0,95(56,1) = 0.2487, sehingga didapat.0.2487 < F < 4.02. Karena 0.2487 <F < 4.02 maka hipotesis Ho diterima, sehingga dapat dikatakan kedua kelas mempunyai varians yang homogen

Dari uji normalitas dan uji homogenitas diperoleh suatu kesimpulan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol layak/signifikan digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini karena berangkat dari titik awal yang sama.

2. Analisis Data Tahap Akhir

Analisis data tahap akhir dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian, yaitu apakah prestasi matematika siswa dengan penerapan model pembelajaran matematika dengan LKS matematika berbasis life skill pada pokok bahasan segi tiga lebih baik dari prestasi matematika siswa dengan penerapan pembelajaran konvensional. Data yang akan


(11)

dianalisis diperoleh dari data nilai tes kecakapan matematika pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes prestasi matematika pada penelitian ini dilaksanakan pada pertemuan kelima. Analisis pada tahap akhir meliputi tiga langkah yaitu sebagai berikut.

a. Uji Normalitas

Uji kenormalan data dilakukan sebagai acuan dalam memilih statistik yang digunakan, apakah statistik parametrik atau statistik nonparametrik. Uji normalitas pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi berdistribusi normal. Untuk menguji kenormalan data digunakan uji chi kuadrat. Untuk kelas eksperimen, dari perhitungan diperoleh hitung = 4.15, sedangkan dari distribusi chi kuadrat dengan signifikasi 5% dan dk=4 diperoleh harga tabel =9,49. Karena hitung < tabel, maka dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen berasal dari polulasi yang berdistribusi normal. Sedangkan untuk kelas kontrol dari perhitungan diperoleh hitung = 8,33, sedangkan dari distribusi chi kuadrat dengan signifikasi 5% dan dk=4


(12)

diperoleh harga tabel =9,49, sehingga hitung < tabel, maka dapat disimpulkan bahwa kelas kontrol berasal dari polulasi yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran.

b. Uji Homogenitas

Untuk menguji homogenitas dari dua varians digunakan

uji Pearson. Berikut ini disajikan data varians kelas eksperimen

dan kelas kontrol.

TABEL 7. Data Varian pada Uji Homogenitas Akhir

Kelas Varian

Eksperimen 168.1182

Kontrol 242.73

Diperoleh Fhitung =

= = 1.444

Dari perhitungan diperoleh Fhitung= 1.444. Dengan p=0.05, dengan dbpembilang = 1, dbpenyebut= 56 diperoleh Ftabel 0.05 (1,56) =

4.02 F 0,95(56,1) = 0.2487, sehingga didapat.0.2487 < F < 4.02. Karena 0.2487 <F < 4.02 maka hipotesis Ho diterima, sehingga


(13)

dapat dikatakan kedua kelas mempunyai varians yang homogen.

Hasil analisis dari data observasi aktivitas siswa adalah sebagai berikut.

a. Pada pembelajaran I (pada tanggal 4 Mei 2010) prosentase aktivitas siswa selama proses pembelajaran adalah 68,57%.

b. Pada pembelajaran II (pada tanggal 10 Mei 2010) prosentase aktivitas siswa selama proses pembelajaran adalah 75,71%

c. Pada pembelajaran III (pada tanggal 11 Mei 2010) prosentase aktivitas siswa selama proses pembelajaran adalah 82,85%.

d. Pada pembelajaran VI (pada tanggal 17 Mei 2010) prosentase aktivitas siswa selama proses pembelajaran adalah 92,43%.

c. Uji t-test

uji t-tes digunakan untuk mengetahui pembelajaran yang dilakukan mempunyai pengaruh atau tidak terhadap obyek yang diteliti


(14)

TABEL 8. Data Mean pada Uji t-test

Kelas Mean

Eksperimen 11.31

Kontrol 1.448

Dari perhitungan diperoleh thitung = 2.839 dengan db =

56, untuk taraf signifikan 5% ttabel = 2.68 sedangkan untuk

taraf signifikan 1% ttabel = 2.42. Dari data tersebut diperoleh

t0 > ts > ts yaitu 2.839 > 2.68 > 2.24 ini menunjukkan bahwa

penelitian yang dilakukan mempunyai pengaruh terhadap kelas eksperimen.

C. Pembahasan

Setelah diterapkan model pembelajaran menggunakan LKS matematika berbasis life skill pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol, terlihat bahwa prestasi matematika kedua kelompok tersebut berbeda secara nyata. Berdasarkan hasil dari analisis statistik pada data tahap akhir, dengan menggunakan uji t diperoleh suatu kesimpulan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian berarti rata-rata prestasi matematika pada kelompok eksperimen


(15)

lebih baik dari rata-rata prestasi matematika pada kelas kontrol pada Pokok Bahasan Segitiga. Terjadinya perbedaan nilai prestasi matematika tersebut salah satunya disebabkan adanya perbedaan perlakuan pada kedua kelas yaitu penerapan pembelajaran menggunakan LKS matematika berbasis life skill pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Pembelajaran menggunakan LKS matematika berbasis life skill pada kelas eksperimen lebih mendorong siswa untuk aktif dalam mengkonstruksi sendiri pengetahuan dengan melibatkan kegiatan-kegiatan seperti aktif bertanya, belajar dalam kelompok dan kegiatan lainnya sehingga hal ini mempengaruhi adanya perbedaan kemampuan dalam memahami konsep antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

Pada pertemuan pertama pembelajaran dengan menerapkan Pembelajaran menggunakan LKS matematika berbasis life skill dalam pelaksanaannya terdapat hambatan-hambatan. Adanya perubahan cara mengajar guru dirasakan siswa sebagai hal yang baru dan memerlukan penyesuaian terhadap model pembelajaran baru tersebut. Salah satu hambatannya adalah siswa masih merasa sukar untuk melakukan konstruksi dan


(16)

penemuan terhadap pengetahuan yang disajikan oleh guru dalam bentuk soal pemecahan masalah. Hambatan itu terjadi karena siswa belum terbiasa dengan media yang disajikan guru, berupa lembar kerja siswa yang digunakan untuk membantu siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui pengajuan soal pemecahan masalah. Hambatan yang lain adalah timbulnya kegaduhan saat pembentukan kelompok kecil sehingga berakibat cukup menyita banyak waktu untuk mengkondisikan kelas. Siswa yang sebelumnya diajar dengan pembelajaran konvensional mengalami kesulitan saat diterapkan pembelajaran menggunakan LKS matematika berbasis life skill seperti ketika guru melakukan Tanya jawab dalam rangka untuk menggali seberapa jauh kemampuan siswa menguasai materi segitiga siswa masih pasif dan kurang percaya diri dalam menjawab dan mengeluarkan pendapatnya .

Hambatan-hambatan yang terjadi pada pertemuan pertama perlahan-lahan mulai berkurang pada pertemuan selanjutnya, siswa sudah bisa menyesuaikan dengan model pembelajaran baru yaitu pembelajaran menggunakan LKS matematika berbasis life skill tersebut. Siswa juga mulai tertarik pada pembelajaran menggunakan LKS matematika berbasis life skill. Dengan


(17)

diterapkannya pembelajaran menggunakan LKS matematika berbasis life skill, siswa mulai merasa senang dengan kegiatan mengkonstruksi pengetahuan dalam bentuk pengerjaan soal pemecahan masalah dan siswa mulai sadar dan aktif bertanya untuk mengembangkan pengetahuan. Siswa juga merasa bersemangat saat belajar dalam kelompok-kelompok. Mereka saling berdiskusi, saling menjelaskan dan saling membantu dalam memecahkan masalah yang disajikan oleh guru.

Permasalahan kontekstual yang ada pada soal pemecahan masalah juga memotivasi siswa untuk terus belajar dan menggali pengetahuan mereka sendiri karena permasalahan yang disajikan sering mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi inilah yang mempermudah siswa dalam menangkap materi pelajaran yang diberikan guru. Soal pemecahan masalah yang diberikan dengan mengaitkan pengetahuan yang dimiliki dengan keadaan kehidupan sehari-hari membuat siswa merasa antusias dan termotivasi untuk mengerjakan permasalahan yang disajikan sebaik mungkin.

Sedangkan pada pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas kontrol yaitu pembelajaran konvensional, siswa tidak termotivasi untuk meningkatkan aktivitas belajarnya dalam


(18)

pembelajaran karena kondisi yang kurang mendukung dimana guru masih sebagai sentral pembelajaran. Hal ini mengakibatkan kemampuan siswa dalam menangkap isi materi yang disajikan menjadi lambat dan kurang mengena pada siswa. Selain itu dalam pembelajaran konvensional pada kelompok/kelas kontrol, siswa tidak termotivasi untuk berani mengeluarkan pendapat dan gagasan mereka. Hal ini mengakibatkan guru tidak bisa menganalisis kesulitan siswa dalam menyerap materi pelajaran.

Berdasarkan hasil analisis observasi pada kelas eksperimen mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran, pada pertemuan I sampai II menunjukan adanya peningkatan persentase. Pada pembelajaran I memang ada sedikit hambatan dalam pengelolaan pembelajaran, tapi persentase aktivitas baik pada kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran maupun persentase aktivitas siswa selama proses pembelajaran menunjukan kenaikan yang sangat baik pada pertemuan kedua. Adanya kekurangan dan hambatan dalam setiap pembelajaran segera ditindak lanjuti sehingga tidak mengurangi efektifitas pembelajaran.


(1)

homogen.

Hasil analisis dari data observasi aktivitas siswa adalah sebagai berikut.

a. Pada pembelajaran I (pada tanggal 4 Mei 2010) prosentase aktivitas siswa selama proses pembelajaran adalah 68,57%.

b. Pada pembelajaran II (pada tanggal 10 Mei 2010) prosentase aktivitas siswa selama proses pembelajaran adalah 75,71%

c. Pada pembelajaran III (pada tanggal 11 Mei 2010) prosentase aktivitas siswa selama proses pembelajaran adalah 82,85%.

d. Pada pembelajaran VI (pada tanggal 17 Mei 2010) prosentase aktivitas siswa selama proses pembelajaran adalah 92,43%.

c. Uji t-test

uji t-tes digunakan untuk mengetahui pembelajaran yang dilakukan mempunyai pengaruh atau tidak terhadap obyek yang diteliti


(2)

TABEL 8. Data Mean pada Uji t-test

Kelas Mean

Eksperimen 11.31

Kontrol 1.448

Dari perhitungan diperoleh thitung = 2.839 dengan db = 56, untuk taraf signifikan 5% ttabel = 2.68 sedangkan untuk taraf signifikan 1% ttabel = 2.42. Dari data tersebut diperoleh t0 > ts > ts yaitu 2.839 > 2.68 > 2.24 ini menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan mempunyai pengaruh terhadap kelas eksperimen.

C. Pembahasan

Setelah diterapkan model pembelajaran menggunakan LKS matematika berbasis life skill pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol, terlihat bahwa prestasi matematika kedua kelompok tersebut berbeda secara nyata. Berdasarkan hasil dari analisis statistik pada data tahap akhir, dengan menggunakan uji t diperoleh suatu kesimpulan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian


(3)

pada Pokok Bahasan Segitiga. Terjadinya perbedaan nilai prestasi matematika tersebut salah satunya disebabkan adanya perbedaan perlakuan pada kedua kelas yaitu penerapan pembelajaran menggunakan LKS matematika berbasis life skill pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Pembelajaran menggunakan LKS matematika berbasis life skill pada kelas eksperimen lebih mendorong siswa untuk aktif dalam mengkonstruksi sendiri pengetahuan dengan melibatkan kegiatan-kegiatan seperti aktif bertanya, belajar dalam kelompok dan kegiatan lainnya sehingga hal ini mempengaruhi adanya perbedaan kemampuan dalam memahami konsep antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

Pada pertemuan pertama pembelajaran dengan menerapkan Pembelajaran menggunakan LKS matematika berbasis life skill dalam pelaksanaannya terdapat hambatan-hambatan. Adanya perubahan cara mengajar guru dirasakan siswa sebagai hal yang baru dan memerlukan penyesuaian terhadap model pembelajaran baru tersebut. Salah satu hambatannya adalah siswa masih merasa sukar untuk melakukan konstruksi dan


(4)

penemuan terhadap pengetahuan yang disajikan oleh guru dalam bentuk soal pemecahan masalah. Hambatan itu terjadi karena siswa belum terbiasa dengan media yang disajikan guru, berupa lembar kerja siswa yang digunakan untuk membantu siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui pengajuan soal pemecahan masalah. Hambatan yang lain adalah timbulnya kegaduhan saat pembentukan kelompok kecil sehingga berakibat cukup menyita banyak waktu untuk mengkondisikan kelas. Siswa yang sebelumnya diajar dengan pembelajaran konvensional mengalami kesulitan saat diterapkan pembelajaran menggunakan LKS matematika berbasis life skill seperti ketika guru melakukan Tanya jawab dalam rangka untuk menggali seberapa jauh kemampuan siswa menguasai materi segitiga siswa masih pasif dan kurang percaya diri dalam menjawab dan mengeluarkan pendapatnya .

Hambatan-hambatan yang terjadi pada pertemuan pertama perlahan-lahan mulai berkurang pada pertemuan selanjutnya, siswa sudah bisa menyesuaikan dengan model pembelajaran baru yaitu pembelajaran menggunakan LKS matematika berbasis life skill tersebut. Siswa juga mulai tertarik pada pembelajaran menggunakan LKS matematika berbasis life skill. Dengan


(5)

berbasis life skill, siswa mulai merasa senang dengan kegiatan mengkonstruksi pengetahuan dalam bentuk pengerjaan soal pemecahan masalah dan siswa mulai sadar dan aktif bertanya untuk mengembangkan pengetahuan. Siswa juga merasa bersemangat saat belajar dalam kelompok-kelompok. Mereka saling berdiskusi, saling menjelaskan dan saling membantu dalam memecahkan masalah yang disajikan oleh guru.

Permasalahan kontekstual yang ada pada soal pemecahan masalah juga memotivasi siswa untuk terus belajar dan menggali pengetahuan mereka sendiri karena permasalahan yang disajikan sering mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi inilah yang mempermudah siswa dalam menangkap materi pelajaran yang diberikan guru. Soal pemecahan masalah yang diberikan dengan mengaitkan pengetahuan yang dimiliki dengan keadaan kehidupan sehari-hari membuat siswa merasa antusias dan termotivasi untuk mengerjakan permasalahan yang disajikan sebaik mungkin.

Sedangkan pada pembelajaran yang dilaksanakan pada kelas kontrol yaitu pembelajaran konvensional, siswa tidak termotivasi untuk meningkatkan aktivitas belajarnya dalam


(6)

pembelajaran karena kondisi yang kurang mendukung dimana guru masih sebagai sentral pembelajaran. Hal ini mengakibatkan kemampuan siswa dalam menangkap isi materi yang disajikan menjadi lambat dan kurang mengena pada siswa. Selain itu dalam pembelajaran konvensional pada kelompok/kelas kontrol, siswa tidak termotivasi untuk berani mengeluarkan pendapat dan gagasan mereka. Hal ini mengakibatkan guru tidak bisa menganalisis kesulitan siswa dalam menyerap materi pelajaran.

Berdasarkan hasil analisis observasi pada kelas eksperimen mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran, pada pertemuan I sampai II menunjukan adanya peningkatan persentase. Pada pembelajaran I memang ada sedikit hambatan dalam pengelolaan pembelajaran, tapi persentase aktivitas baik pada kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran maupun persentase aktivitas siswa selama proses pembelajaran menunjukan kenaikan yang sangat baik pada pertemuan kedua. Adanya kekurangan dan hambatan dalam setiap pembelajaran segera ditindak lanjuti sehingga tidak mengurangi efektifitas pembelajaran.


Dokumen yang terkait

Efektifitas Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII Pokok Bahasan Segitiga dengan Menggunakan LKS Matematika Berbasis Life Skill - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 2

Efektifitas Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII Pokok Bahasan Segitiga dengan Menggunakan LKS Matematika Berbasis Life Skill - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 16

Efektifitas Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII Pokok Bahasan Segitiga dengan Menggunakan LKS Matematika Berbasis Life Skill - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 31

Efektifitas Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII Pokok Bahasan Segitiga dengan Menggunakan LKS Matematika Berbasis Life Skill - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 18

Efektifitas Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII Pokok Bahasan Segitiga dengan Menggunakan LKS Matematika Berbasis Life Skill - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 3

Efektifitas Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VII Pokok Bahasan Segitiga dengan Menggunakan LKS Matematika Berbasis Life Skill - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 5

HUBUNGAN ANTARA ASSESSMENT BERBASIS PORTOFOLIO TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII SMPN 2 NGUNUT TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 2 5

HUBUNGAN ANTARA ASSESSMENT BERBASIS PORTOFOLIO TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII SMPN 2 NGUNUT TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 3

HUBUNGAN ANTARA ASSESSMENT BERBASIS PORTOFOLIO TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII SMPN 2 NGUNUT TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 8

HUBUNGAN ANTARA ASSESSMENT BERBASIS PORTOFOLIO TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII SMPN 2 NGUNUT TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 7