DAMPAK PERCERAIAN KELUARGA TERHADAP PROSES SOSIALISASI ANAK REMAJA DI KOTA SEMARANG.

(1)

DAMPAK PERCERAIAN KELUARGA TERHADAP

PROSES SOSIALISASI ANAK REMAJA

DI KOTA SEMARANG

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan

Oleh :

Hari Arbi Nugroho

0301513024

PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016


(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Draf tesis dengan judul “Dampak Perceraian Keluarga Terhadap Proses Sosialisasi Anak Remaja di Kota Semarang” karya,

Nama : Hari Arbi Nugroho NIM : 0301513024

Program Studi : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Seminar Proposal Tesis.

Semarang, ……… Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Rusdarti, M.Si. Dr. Martitah, M.Hum. NIP. 195904211984032001 NIP 196205171986012001


(3)

PERSETUJUAN PENGUJI DRAF TESIS

Draf tesis dengan judul “Dampak Perceraian Keluarga Terhadap Proses Sosialisasi Anak Remaja di Kota Semarang” karya,

Nama : Hari Arbi Nugroho NIM : 0301513024

Program Studi : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

telah diuji pada tanggal ………... dan telah direvisi sesuai dengan masukan tim penguji serta layak untuk diajukan ke sidang Panitia Ujian Tesis.

Semarang, …... Ketua, Penguji I,

Prof. Dr. Suyahmo, M.Si. Dr. Eva Banowati, M.Si. NIP. 195503281983031003 NIP. 196109291989012003

Penguji II, Penguji III,

Prof. Dr. Rusdarti, M.Si. Dr. Martitah, M.Hum. NIP. 195904211984032001 NIP 196205171986012001


(4)

PENGESAHAN UJIAN TESIS

Tesis dengan judul “Dampak Perceraian Keluarga Terhadap Proses Sosialisasi Anak Remaja di Kota Semarang” karya,

Nama : Hari Arbi Nugroho NIM : 0301513024

Program Studi : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

telah dipertahankan dalam Sidang Panitia Ujian Tesis Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang pada hari…..., tanggal ...

Semarang, …... Ketua, Sekretaris,

Prof. Dr. Tri Joko Raharjo, M.Pd. Prof. Dr. Suyahmo, M.Si. NIP. 195903011985111001 NIP. 195503281983031003

Penguji I, Penguji II,

Dr. Eva Banowati, M.Si. Dr. Martitah, M.Hum. NIP. 196109291989012003 NIP 196205171986012001

Penguji III,

Prof. Dr. Rusdarti, M.Si. NIP. 195904211984032001


(5)

PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam tesis ini benar-benar karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam tesis ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan apabila ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini.

Semarang, 03 Desember 2015 Yang membuat peryataan,

Hari Arbi Nugroho NIM. 0301513024


(6)

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Moto

“Memayu hayuning sariro, memayu hayuning bangsa, memayu hayuning bawana”

Artinya

“Apapun yang diperbuat oleh seseorang itu, hendaknya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, bermanfaat bagi bangsanya, dan bermanfaat bagi manusia di dunia

pada umumnya” (Ki Hajar Dewantara)

Persembahan

1. Almamaterku PPs UNNES Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

2. Istriku dan calon anak kami di dalam kandungan, yang selalu memberi semangat dan dorongan untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawab. Serta keluarga besar, terutama bapak dan ibu yang telah membantu dalam bentuk apapun, menjadi motivasi dan kekuatan tersendiri bagiku untuk terus mengejar cita-cita. Terima kasih.

3. Segenap guru dan dosenku, semoga keikhlasanmu dalam mengajar membawa hikmah bagiku dikemudian hari, untuk menjadi seseorang yang berguna.

4. Teman-teman PPs UNNES program studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial angkatan 2013.

5. Yayasan Terang Bagi Sejahtera Bangsa yang telah memberikan dukungan, sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan pascasarjana.


(7)

ABSTRAK

Nugroho, Hari Arbi. 2015. “Dampak Perceraian Keluarga Terhadap Proses Sosialisasi Anak Remaja di Kota Semarang”. Tesis. Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Program Pascasarjana. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Prof. Dr. Rusdarti, M.Si., Pembimbing II Dr. Martitah, M.Hum.

Kata Kunci: Perceraian Keluarga, Proses Sosialisasi, Anak Remaja.

Keluarga merupakan tempat pertama kali anak belajar beradaptasi dan mengenal nilai. Anak dikatakan berhasil adaptasi ketika dapat ber-sosialisasi dengan lingkungan. Dengan bersosialisasi individu dapat mengerti, memahami, dan mempelajari tingkah laku, kebiasaan, keterampilan, dan sebagainya. Hal ini akan menjadi masalah jika adanya perpisahan orangtua atau perceraian. Anak secara langsung tidak dapat menerima didikan secara maksimal dari kedua orang tua. Sehingga melampiaskan kekecewaan dengan tindakan negatif tidak sesuai dengan nilai dalam sekolah atau masyarakat. Sehingga perlu cara dalam pendampingan anak yang menjadi korban perceraian.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi anak remaja dalam perceraian keluarga, menganalisis kendala proses sosialisasi anak remaja dalam perceraian keluarga, dan menemukan faktor-faktor pendukung proses sosialisasi pada anak korban perceraian. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Lokasi penelitian ini di Kota Semarang, Jawa Tengah. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Untuk menguji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan metode. Sementara teknik analisis data menggunakan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data atau kesimpulan.

Hasil penelitian ini ialah perceraian menjadikan anak sebagai korban. Anak remaja tidak dapat menerima didikan secara utuh. Peran keluarga yang hilang, akan memunculkan masalah dalam kehidupan sosial, krisis ekonomi keluarga, perlakuan orang tua yang otoriter, kurangnya kasih sayang, dan pelanggaran nilai moral dan agama di kehidupan keluarga maupun masyarakat. Teori strukturasi akan menunjukkan bahwa anak akan menerima nilai dari teman atau masyarakat dibanding keluarga. Orangtua yang bercerai tetap membekali dengan nilai budaya dan moral agama; komunikasi yang terbuka dan mau mendengarkan pendapat anak; penerapan disipilin aturan; memberikan dorongan dalam mengatasi masalah; orangtua tetap memperhatikan pendidikan anak; dan tetap memenuhi kebutuhan materi ekonomi anak.

Saran bagi orangtua yang bercerai hendaknya menyelesaikan masalah keluarga dengan berdamai. Menyiapkan pendidikan anak, melakukan pengawasan anak dalam bergaul itu lebih penting. Bagi anak remaja korban perceraian keluarga harus menerima keadaan dan mempersiapkan masa depan. Bagi masyarakat umum dan lembaga pemerintahan hendaknya selalu memperhatikan nilai-nilai moral dan agama, karena anak-anak remaja yang ada di lingkungannya melihat sebagai panutan dalam berperilaku, dan sikap aktif dalam mengarahkan anak remaja dalam perilaku sosial.


(8)

ABSTRACT

Nugroho, Hari Arbi. 2015. “Dampak Perceraian Keluarga Terhadap Proses Sosialisasi Anak Remaja di Kota Semarang”. Thesis. Study Program of Social Education. Graduate Program. Semarang State University. Supervisor I Prof. Dr. Rusdarti, M.Si., Supervisor II Dr. Martitah, M.Hum.

Keywords : Divorce Family, Socialization Process, Teenagers.

The family is the first place where children learn to adapt and get to know its value. When the child is successful adaptation can be air-socialization with the environment. By socializing people can understand, understand, and learn the behavior, habits, skills, and so on. This would be a problem if their parents' separation or divorce. Children directly can not receive education to the maximum of both parents. So as to vent frustration with the negative actions do not correspond with the values in the school or community. So we need a way in assisting children who are victims of divorce.

This research aimed to analyze the condition of adolescents in a family divorce, analyze constraints adolescent socialization process in the family divorce, and discover the factors supporting the process of socialization in children of divorce. This study is a qualitative research with phenomenological approach. The location of this research in Semarang, Central Java. Data collection technique used observation, interview and documentation. To test the validity of the data using a triangulation of sources and methods. While data analysis techniques using data collection, data reduction, data presentation, and verification of the data or conclusions.

The results of this study is to divorce the children in a victim. Teenage children can not receive education in their entirety. The role of the missing family, will raise issues in social life, family economic crisis, treatment authoritarian parents, lack of affection, and the violation of moral and religious values in family life and society. Structuration theory would indicate that the child will receive the value of friends or family than the public. Divorced parents still provide the cultural and moral values of religion; communication open and willing to listen to the views of the child; the application of disciplinary rules; give impetus to overcome the problem; parents will still pay attention to the education of children; and still meet the material needs of children economy.

Advice for divorced parents should resolve the problems of families with peace. Preparing children's education, to supervise children in the mix is more important. For teenage children of divorce family should accept the situation and prepare for the future. For the general public and government agencies should always pay attention to moral values and religion, as teenagers in the environment viewed as a role model in behavior and attitude active in directing teenagers in social behavior.


(9)

PRAKATA

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. yang telah melimpahkan rahmat-Nya. Berkat karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Dampak Perceraian Keluarga Terhadap Proses Sosialisasi Anak Remaja di Kota Semarang”. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan meraih gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan IPS, Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.

Penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi- tingginya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian ini. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan pertama kali kepada para pembimbing: Prof. Dr. Rusdarti, M.Si. (Pembimbing I) dan Dr. Martitah, M.Hum. (Pembimbing II), yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran serta masukan terhadap peneliti sehingga draf tesis ini bisa sampai diujikan.

Ucapan terima kasih peneliti sampaikan juga kepada semua pihak yang telah membantu selama proses penyelesaian studi, di antaranya:

1. Direksi Program Pascasarjana Unnes, yang telah memberikan kesempatan serta arahan selama pendidikan, penelitian, dan penulisan tesis ini.

2. Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi Pendidikan IPS Program Pascasarjana Unnes yang telah memberikan kesempatan dan arahan dalam penulisan tesis ini.


(10)

3. Bapak dan Ibu dosen Program Pascasarjana Unnes, yang telah banyak memberikan bimbingan dan ilmu kepada peneliti selama menempuh pendidikan .

4. Yayasan Terang Bagi Sejahtera Bangsa yang telah memberikan beasiswa sehingga dapat menempuh di Pasca Sarjana Unnes.

5. Istriku dan calon anak kami di dalam kandungan, yang selalu memberi semangat dan dorongan untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawab. Serta Keluarga besar saya yang telah membantu dalam bentuk apapun.

Peneliti sadar bahwa dalam tesis ini mungkin masih terdapat kekurangan, baik isi maupun tulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat peneliti harapkan. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan merupakan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Semarang, 03 Desember 2015 Penulis,


(11)

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Cakupan Masalah ... 7

1.4 Rumusan Masalah ... 7

1.5 Tujuan Masalah ... 8

1.6 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II: LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka ... 10

2.2 Kerangka Teoritis... 19

2.2.1 Pengertian Sosialisasi ... 19

2.2.2 Proses Sosialisasi ... 20

2.2.3 Faktor yang Memengaruhi Sosialisasi... … 24

2.2.4 Kendala dan Pendukung Proses Sosialisasi ... 25

2.2.5 Remaja dan Permasalahannya ... 26

2.2.6 Keluarga ... 33

2.2.7 Proses Sosialisasi Anak ... 39

2.2.8 Perceraian Keluarga ... 42

2.2.9 Proses Sosialisasi Anak Remaja Dalam Perceraian Keluarga ... 44

2.2.10 Teori Stukturasi ... 46

2.3 Kerangka Berpikir ... 48

BAB III: METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ... 52

3.2 Desain Penelitian ... 52

3.3 Fokus Penelitian ... 53

3.4 Data dan Sumber Data Penelitian ... 54

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 55

3.6 Teknik Keabsahan Data ... 57

3.7 Teknik Analisis Data ... 57


(12)

BAB IV: GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Kota Semarang ... 60 4.2 Gambaran Umum Pengadilan Kota Semarang ... 70 BAB V: PROSES SOSIALISASI ANAK REMAJA KORBAN KELUARGA

BERCERAI

5.1 Kehidupan Umum Remaja Kota Semarang ... 76 5.2 Latar Belakang Perceraian Keluarga... 78 5.3 Proses Sosialisasi Anak Remaja dalam Perceraian Keluarga ... 84 BAB VI: KENDALA DAN PENDUKUNG PROSES SOSIALISASI ANAK

REMAJA DALAM PERCERAIAN KELUARGA 6.1 Kendala dan Permasalahan Anak Usia Remaja dalam

Perceraian Keluarga ... 94 6.2 Pendukung Proses Sosialisasi Anak Usia Remaja dalam

Perceraian Keluarga ... 104 BAB VII: PENUTUP

7.1 Kesimpulan ... 108 7.2 Implikasi Peneltian ... 110 7.3 Saran ... 110 DAFTAR PUSTAKA


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 10

Tabel 2.2 Sosialisasi dan Perkembangan Anak ... 41

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Semrang tahun 2014 ... 66

Tabel 4.2 Jumlah PendudukMenurut Pendidikan yang Ditamatkan di Kota Semarang Tahun 2014 ... 67

Tabel 4.3 Ruang Sidang di Pengadilan Negeri Kota Semarang ... 71

Tabel 5.1 Identitas Informan Pendukung ... 81

Tabel 5.2 Rekap Data Penelitian ... 84


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman Gambar 2.1: Kerangka berpikir ... 51 Gambar 3.1: Analisis data ... 59 Gambar 4.1: Peta Kota Semarang ... 60 Gambar 4.2: Gambar Grafik Penduduk

Berdasarkan Usia di Jawa Tengah 2014 ... 68 Gambar 4.3 : Struktur Organisasi Pengadilan Negeri Semrang ... 72


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Fokus dan Sub Fokus Instrumen Penelitian ... 114 2. Panduan Wawancara ... 115 3. Surat Penelitian ... 118

a. Surat Keterangan Pernah Meneliti dari

Pengadilan Negeri Semarang ... 119 b. Surat Penelitian dari Kampus PPs Unnes ... 120 4. Hasil Wawancara dan Deskripsi Hasil Penelitian ... 121


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia mempunyai kedudukan sebagai makhluk individu dan sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Kehidupan sosial dimulai sejak berada di dalam kandungan ibu. Manusia terlahir di dunia langsung membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Manusia juga mulai berinteraksi dengan orang lain terutama dengan orangtua khususnya ibu.

Interaksi sosial yang dilakukan adalah dengan komunikasi dan memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan sosial dalam proses sosialisasi, karena tanpa interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan sosial. Interaksi sosial menyangkut pemenuhan berbagai aspek kebutuhan sosial yang antara lain, segi ekonomi (makanan, papan, pakaian), politik (wewenang dan kekuasaan), dan hukum (norma-norma, undang- undang). Setiap aspek tersebut saling mempengaruhi satu sama lain.

Sosialisasi adalah belajar mengenal, dalam proses ini anak akan belajar segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Manusia saling berkaitan satu sama lain, saling mengisi dan menyempurnakan hidup ini. Mengingat hal tersebut, sosialisasi pasti akan dialami semua orang, karena proses tersebut akan dimulai dari manusia lahir. Manusia harus mampu beradaptasi dengan baik terhadap masyarakat sekitar, karena jika tidak maka individu tersebut akan dikucilkan oleh masyarakat. secara luas sosialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses, dimana warga masyarakat


(17)

dididik untuk mengenal, memahami, mentaati dan menghargai norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Secara khusus sosialisasi mencakup suatu proses dimana warga masyarakat mempelajari kebudayaannya, belajar mengendalikan diri serta mempelajari peranan-peranan dalam masyarakat.

Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil dalam kehidupan manusia. Dalam lingkungan keluargalah manusia pertama kali belajar beradaptasi dan berinteraksi dengan orang lain. Untuk itulah, dalam menciptakan individu yang mampu melakukan proses sosialisasi dengan baik dibutuhkan lingkungan keluarga yang baik. Dengan bersosialisasi individu dapat mengerti, memahami, dan mempelajari tingkah laku, kebiasaan, keterampilan, dan sebagainya. Karena hal tersebut, individu membutuhkan bimbingan, dorongan yang positif agar dapat menjadi individu yang tangguh.

Keluarga memiliki peranan penting dalam proses sosialisasi anak, karena sebagian besar waktu yang dimiliki anak dihabiskan dalam keluarga. Menurut Ahmadi (1991:175), keluarga merupakan kelompok kecil yang anggota- anggotanya berinteraksi face to face secara tetap. Perkembangan anak dapat

diikuti oleh orangtua dan hubungan sosial di dalamnya mudah terjadi. Salah satu kewajiban penting orangtua adalah mendidik anak dalam keluarga. Dalam keluarga anak mendapat berbagai materi pendidikan, agama, budi pekerti, sikap, dan berbagai keterampilan yang berguna bagi kehidupannya mendatang.

Pranata keluarga merupakan sistem norma dan tata cara yang diterima anak untuk menyesuaikan beberapa tugas penting. Keluarga berperan membina anggota-anggotanya untuk beradaptasi dengan lingkungan fisik maupun


(18)

lingkungan budaya di mana anak berada. Bila semua anggota sudah mampu untuk beradaptasi dengan lingkungan di mana anak tinggal, maka kehidupan masyarakat akan tercipta menjadi kehidupan yang tenang, aman dan tenteram.

Dengan demikian, keluarga berfungsi sebagai pusat sosialisasi pertama dalam kehidupan setiap individu sebelum memasuki dunia masyarakat yang lebih luas. Tentunya proses sosialisasi dalam keluarga adalah sesuatu yang sifatnya sangat penting dalam mendukung proses-proses sosial yang akan terjadi pada individu (anggota keluarga) tersebut.

Mengingat pentingnya peranan keluarga dalam proses sosialisasi anak, maka orangtua hendaknya memiliki pengetahuan tentang pendidikan dalam keluarga. Masalah yang dialami saat ini adalah adanya perpisahan orangtua atau perceraian. Anak harus menjadi korban memilih mengikuti salah satu orang tua bahkan ada yang ditelantarkan juga. Sehingga dalam proses pendewasaan mental dan pendidikan tidak dapat dilakukan secara bersama keluarga utuh.

Perceraian merupakan lepasnya ikatan perkawinan antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-isteri, yang dilakukan di depan sidang Pengadilan, yaitu Pengadilan Negeri untuk non kristen dan Pengadilan Agama bagi yang beragama Islam. Sedangkan pengertian perceraian menurut hukum perdata adalah penghapusan perkawinan dengan putusan hakim dan didaftar dalam daftar catatan sipil. Sebagaimana yang diatur dalam pasal 39(2) UU No.1 tahun 1974 Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa antara suami istri itu tidak akan dapat rukun sebagai suami isteri.


(19)

Keluarga yang sudah bercerai maka setiap pendidikan dan sosialisasi anak remaja menjadi terganggu. Menurut Oqbum dalam Ahmadi (1991:108), menyatakan bahwa fungsi keluarga meliputi fungsi kasih sayang, fungsi ekonomi, fungsi pendidikan, fungsi perlindungan atau penjagaan, fungsi rekreasi, fungsi status keluarga, dan fungsi agama. Keterpenuhan fungsi keluarga tersebut adalah hal yang paling utama dalam proses mendewasakan anak. Sehingga jika keluarga yang bercerai akan terjadi strukturasi yang berbeda dalam proses sosialisasi remaja.

Kasus perceraian yang terjadi sampai saat ini disebabkan oleh banyak alasan. Orang tua harusnya bisa menyelesaikan masalah tanpa adanya perceraian. Dari tahun demi tahun gugatan perceraian di Semarang semakin bertambah. Dalam laporan data perkara perceraian di Pengadilan Negeri Kota Semarang dari tahun 2012 sampai 2014 tercatat 755 gugatan perceraian. Dalam tahun 2012 terjadi 220 perkara, pada tahun 2013 terjadi 259 perkara, dan pada tahun 2014 terjadi 274 perkara.

Hasil wawancara dengan Ester salah satu advokat di LBH Mawar Sharon Semarang. Berdasarkan pengalaman dalam membantu usaha hukum perceraian seseorang, beliau menjelaskan penyebab tingginya angka perceraian ini adalah akibat faktor ketidak harmonisan, tidak ada tanggung jawab, dan masalah ekonomi. Orang tua yang sudah bercerai menjadikan anak memilih ikut kepada salah satu orang tua, namun tanggung jawab tetap berada dalam kedua orangtua. Tingginya angka perceraian keluarga, menunjukkan juga banyaknya anak-anak yang menjadi korban yang harus menanggung akibatnya.


(20)

Hasil wawancara dengan Irene (Psikolog) yang sering menangani kenakalan anak remaja. Beliau menyebutkan ada tangki cinta yang hilang dari seorang anak korban perceraian orangtua. Seorang anak secara langsung sudah tidak dapat menerima didikan dari kedua orang tua. Anak remaja lebih sering menutup diri dari keluarga dan lingkungan masyarakat, dan tidak peduli dengan nilai-nilai yang ada karena melihat contoh dari orangtua yang mengecewakan anak. Anak lebih sering berkumpul dengan sesama teman yang mengalami broken home dan

melampiaskan kekecewaan mereka dengan tindakan negatif tidak sesuai dengan nilai dalam sekolah atau masyarakat. Hal ini memicu kenakalan remaja karena tidak ada pendampingan dan pengawasan yang benar pasca perceraian.

Peneliti melakukan pengamatan awal pada beberapa remaja di kota Semarang. Berdasarkan pengamatan yang ada pada sebagian besar remaja yang orang tuanya bercerai tampak perilaku-perilaku yang khas seperti, salah satu remaja yang peneliti kenal kerap kali berprilaku tidak sopan dan emosional, apabila ada hal yang membuat remaja jengkel; keinginan untuk malarikan diri dari keluarga sering dilontarkan remaja pada peneliti. Ketika peneliti bertemu dengannya seolah-olah remaja tersebut selalu dalam keadaan yang baik-baik saja ketika peneliti menanyakan kabarnya; mencari perhatian kepada semua orang juga kerap kali dilakukan remaja. Perilaku-perilaku khas ini jarang peneliti dapati pada teman sebaya remaja baik yang orang tuanya tidak bercerai.

Berdasarkan data di atas menunjukkan masih banyak orang tua yang harus bercerai dan yang menjadi korban adalah anak dalam keluarga. Proses pendampingan dalam bersosialisasi nilai dari orang tua menjadi hilang. Banyak


(21)

anak remaja yang terlibat perkelahian, seks bebas, sampai tindakan kriminalitas. Latar belakang tersebut yang menjadi alasan penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam tentang proses sosialisasi anak korban perceraian. Dalam penelitian ini anak dibatasi pada usia remaja, karena merupakan proses pembentukan kepribadian dengan keadaan keluarga yang tidak utuh. Oleh karena itu, penulis menuangkan hasil penelitian itu dalam bentuk tulisan ilmiah tesis yang berjudul “Dampak Perceraian Keluarga Terhadap Proses Sosialisasi Anak Remaja Di Kota Semarang”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah adalah :

1. Fenomena perceraian yang dilakukan orang tua berdampak perpecahan keluarga dalam mendampingi anak, sehingga anak harus memilih tinggal dengan salah satu orangtua..

2. Perceraian keluarga membuat anak menjadi korban, berdampak anak terganggu secara psikologis dengan emosi yang tidak terkendali.

3. Tanggungjawab orangtua yang bercerai banyak yang dilakukan secara fisik, tetapi kebutuhan moral dan spiritual tidak dapat dilakukan dengan maksimal. 4. Anak korban perceraian keluarga akan cenderung melakukan pelanggaran nilai

moral dan agama.

5. Anak remaja dalam keluarga yang bercerai tidak mendapatkan fungsi sosialisasi dari keluarga sehingga anak mencari penyesuaian dengan teman atau masyarakat.


(22)

6. Anak remaja tidak dapat menerima dengan baik (kecewa) ketika orangtua menikah lagi.

7. Peran masyarakat dan sekolah dalam penanaman nilai moral dan agama sehingga anak tidak salah dalam proses sosialisasi.

1.3. Cakupan Masalah

Masalah yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah dampak perceraian keluarga terhadap proses sosialiasasi anak remaja di Kota Semrang. Jumlah perceraian keluarga saat ini memang meningkat. Membuat kondisi anak yang menjadi koban dalam perceraian keluarga. Berdampak terganggunya proses sosialisasi anak dalam keluarga yang bercerai, terutama anak usia remaja. Sehingga perlu mencari solusi atau faktor yang dapat mendukung proses sosialisasi anak usia remaja dalam perceraian keluarga.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahannya adalah :

1. Bagaimanakah latar belakang kondisi anak remaja dalam perceraian keluarga di Kota Semarang?

2. Bagaimanakah kendala-kendala yang dihadapi dalam sosialisasi anak remaja dalam perceraian keluarga di Kota Semarang?

3. Apa sajakah faktor-faktor yang dapat mendukung proses sosialisasi anak remaja dalam keluarga bercerai?


(23)

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis adalah :

1. Menganalisis latar belakang kondisi anak remaja dalam perceraian keluarga di Kota Semarang.

2. Menganalisis permasalahan dan kendala proses sosialisasi anak usia remaja dalam perceraian keluarga di Kota Semarang.

3. Menemukan faktor-faktor pendukung proses sosialisasi pada anak korban perceraian.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan kontribusi yaitu pengembangan teori strukturasi sosial dari Antony Gidden yang membentuk perilaku anak usia remaja dalam perceraian keluarga di Semarang. Anak akan bersosialisasi dan belajar setiap nilai yang ada disekitarnya. Ketika fungsi keluarga dalam sosialisasi hilang, anak akan belajar dengan teman atau masyarakat. Sehingga akan memberikan pengetahuan baru bagi dunia pendidikan, masyarakat dan lembaga khususnya orang tua dan anak remaja.

b. Diharapkan menambah referensi penelitian kepada peneliti selanjutnya dalam mengkaji proses sosialisasi anak usia remaja dalam perceraian


(24)

c. Memberikan gambaran tentang proses sosialisasi anak usia remaja dalam perceraian keluarga di Semarang.

d. Memberikan konsep sosialisasi pada anak korban perceraian. 2. Manfaat Praktis

a. Dapat memberikan gambaran bagi orang tua yang bercerai dalam mengatasi permasalahan sosialisasi anak remaja dan beberapa alternatif pemecahannya.

b. Dapat menjadi masukan bagi instansi, pemuka agama dan organisasi masyarakat dalam memberikan pengarahan kepada masyarakat dalam mengatasi permasalahan sosialisasi anak remaja dan beberapa alternatif pemecahannya.

c. Memberikan wacana kepada pembaca tentang proses sosialisasi anak usia remaja dalam perceraian keluarga di Semarang.


(1)

Keluarga yang sudah bercerai maka setiap pendidikan dan sosialisasi anak remaja menjadi terganggu. Menurut Oqbum dalam Ahmadi (1991:108), menyatakan bahwa fungsi keluarga meliputi fungsi kasih sayang, fungsi ekonomi, fungsi pendidikan, fungsi perlindungan atau penjagaan, fungsi rekreasi, fungsi status keluarga, dan fungsi agama. Keterpenuhan fungsi keluarga tersebut adalah hal yang paling utama dalam proses mendewasakan anak. Sehingga jika keluarga yang bercerai akan terjadi strukturasi yang berbeda dalam proses sosialisasi remaja.

Kasus perceraian yang terjadi sampai saat ini disebabkan oleh banyak alasan. Orang tua harusnya bisa menyelesaikan masalah tanpa adanya perceraian. Dari tahun demi tahun gugatan perceraian di Semarang semakin bertambah. Dalam laporan data perkara perceraian di Pengadilan Negeri Kota Semarang dari tahun 2012 sampai 2014 tercatat 755 gugatan perceraian. Dalam tahun 2012 terjadi 220 perkara, pada tahun 2013 terjadi 259 perkara, dan pada tahun 2014 terjadi 274 perkara.

Hasil wawancara dengan Ester salah satu advokat di LBH Mawar Sharon Semarang. Berdasarkan pengalaman dalam membantu usaha hukum perceraian seseorang, beliau menjelaskan penyebab tingginya angka perceraian ini adalah akibat faktor ketidak harmonisan, tidak ada tanggung jawab, dan masalah ekonomi. Orang tua yang sudah bercerai menjadikan anak memilih ikut kepada salah satu orang tua, namun tanggung jawab tetap berada dalam kedua orangtua. Tingginya angka perceraian keluarga, menunjukkan juga banyaknya anak-anak


(2)

Hasil wawancara dengan Irene (Psikolog) yang sering menangani kenakalan anak remaja. Beliau menyebutkan ada tangki cinta yang hilang dari seorang anak korban perceraian orangtua. Seorang anak secara langsung sudah tidak dapat menerima didikan dari kedua orang tua. Anak remaja lebih sering menutup diri dari keluarga dan lingkungan masyarakat, dan tidak peduli dengan nilai-nilai yang ada karena melihat contoh dari orangtua yang mengecewakan anak. Anak lebih

sering berkumpul dengan sesama teman yang mengalami broken home dan

melampiaskan kekecewaan mereka dengan tindakan negatif tidak sesuai dengan nilai dalam sekolah atau masyarakat. Hal ini memicu kenakalan remaja karena tidak ada pendampingan dan pengawasan yang benar pasca perceraian.

Peneliti melakukan pengamatan awal pada beberapa remaja di kota Semarang. Berdasarkan pengamatan yang ada pada sebagian besar remaja yang orang tuanya bercerai tampak perilaku-perilaku yang khas seperti, salah satu remaja yang peneliti kenal kerap kali berprilaku tidak sopan dan emosional, apabila ada hal yang membuat remaja jengkel; keinginan untuk malarikan diri dari keluarga sering dilontarkan remaja pada peneliti. Ketika peneliti bertemu dengannya seolah-olah remaja tersebut selalu dalam keadaan yang baik-baik saja ketika peneliti menanyakan kabarnya; mencari perhatian kepada semua orang juga kerap kali dilakukan remaja. Perilaku-perilaku khas ini jarang peneliti dapati pada teman sebaya remaja baik yang orang tuanya tidak bercerai.

Berdasarkan data di atas menunjukkan masih banyak orang tua yang harus bercerai dan yang menjadi korban adalah anak dalam keluarga. Proses pendampingan dalam bersosialisasi nilai dari orang tua menjadi hilang. Banyak


(3)

anak remaja yang terlibat perkelahian, seks bebas, sampai tindakan kriminalitas. Latar belakang tersebut yang menjadi alasan penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih dalam tentang proses sosialisasi anak korban perceraian. Dalam penelitian ini anak dibatasi pada usia remaja, karena merupakan proses pembentukan kepribadian dengan keadaan keluarga yang tidak utuh. Oleh karena itu, penulis menuangkan hasil penelitian itu dalam bentuk tulisan ilmiah tesis yang berjudul “Dampak Perceraian Keluarga Terhadap Proses Sosialisasi Anak Remaja Di Kota Semarang”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah adalah :

1. Fenomena perceraian yang dilakukan orang tua berdampak perpecahan keluarga dalam mendampingi anak, sehingga anak harus memilih tinggal dengan salah satu orangtua..

2. Perceraian keluarga membuat anak menjadi korban, berdampak anak terganggu secara psikologis dengan emosi yang tidak terkendali.

3. Tanggungjawab orangtua yang bercerai banyak yang dilakukan secara fisik, tetapi kebutuhan moral dan spiritual tidak dapat dilakukan dengan maksimal. 4. Anak korban perceraian keluarga akan cenderung melakukan pelanggaran nilai

moral dan agama.

5. Anak remaja dalam keluarga yang bercerai tidak mendapatkan fungsi sosialisasi dari keluarga sehingga anak mencari penyesuaian dengan teman atau masyarakat.


(4)

6. Anak remaja tidak dapat menerima dengan baik (kecewa) ketika orangtua menikah lagi.

7. Peran masyarakat dan sekolah dalam penanaman nilai moral dan agama sehingga anak tidak salah dalam proses sosialisasi.

1.3. Cakupan Masalah

Masalah yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah dampak perceraian keluarga terhadap proses sosialiasasi anak remaja di Kota Semrang. Jumlah perceraian keluarga saat ini memang meningkat. Membuat kondisi anak yang menjadi koban dalam perceraian keluarga. Berdampak terganggunya proses sosialisasi anak dalam keluarga yang bercerai, terutama anak usia remaja. Sehingga perlu mencari solusi atau faktor yang dapat mendukung proses sosialisasi anak usia remaja dalam perceraian keluarga.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahannya adalah :

1. Bagaimanakah latar belakang kondisi anak remaja dalam perceraian keluarga di Kota Semarang?

2. Bagaimanakah kendala-kendala yang dihadapi dalam sosialisasi anak remaja dalam perceraian keluarga di Kota Semarang?

3. Apa sajakah faktor-faktor yang dapat mendukung proses sosialisasi anak remaja dalam keluarga bercerai?


(5)

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis adalah :

1. Menganalisis latar belakang kondisi anak remaja dalam perceraian keluarga di Kota Semarang.

2. Menganalisis permasalahan dan kendala proses sosialisasi anak usia remaja dalam perceraian keluarga di Kota Semarang.

3. Menemukan faktor-faktor pendukung proses sosialisasi pada anak korban perceraian.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan kontribusi yaitu pengembangan teori strukturasi sosial dari Antony Gidden yang membentuk perilaku anak usia remaja dalam perceraian keluarga di Semarang. Anak akan bersosialisasi dan belajar setiap nilai yang ada disekitarnya. Ketika fungsi keluarga dalam sosialisasi hilang, anak akan belajar dengan teman atau masyarakat. Sehingga akan memberikan pengetahuan baru bagi dunia pendidikan, masyarakat dan lembaga khususnya orang tua dan anak remaja.

b. Diharapkan menambah referensi penelitian kepada peneliti selanjutnya dalam mengkaji proses sosialisasi anak usia remaja dalam perceraian


(6)

c. Memberikan gambaran tentang proses sosialisasi anak usia remaja dalam perceraian keluarga di Semarang.

d. Memberikan konsep sosialisasi pada anak korban perceraian. 2. Manfaat Praktis

a. Dapat memberikan gambaran bagi orang tua yang bercerai dalam mengatasi permasalahan sosialisasi anak remaja dan beberapa alternatif pemecahannya.

b. Dapat menjadi masukan bagi instansi, pemuka agama dan organisasi masyarakat dalam memberikan pengarahan kepada masyarakat dalam mengatasi permasalahan sosialisasi anak remaja dan beberapa alternatif pemecahannya.

c. Memberikan wacana kepada pembaca tentang proses sosialisasi anak usia