TA : Pembuatan Film Pendek Bergenre Drama Keluarga Tentang Dampak Negatif Perceraian Orang Tua Terhadap Anak.

(1)

PEMBUATAN FILM PENDEK BERGENRE DRAMA KELUARGA TENTANG DAMPAK NEGATIF PERCERAIAN ORANG TUA TERHADAP ANAK

TUGAS AKHIR

Program Studi

DIV KOMPUTER MULTIMEDIA

Oleh:

JOHAN UDIN ARIANTO 12.51016.0024

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

INSTITUT BISNIS DAN INFORMATIKA STIKOM SURABAYA 2016


(2)

ix

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Batasan masalah ... 4

1.4 Tujuan ... 5

1.5 Manfaat ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Film ... 6

2.2 Film Pendek ... 8

2.3 Pengertian Komposisi gambar ... 9

2.4 Jenis Film dan Genre Film ... 10

2.5 Karakteristik Film ... 16

2.6 Dasar-dasar Produksi Film ... 17

2.7 Tahap Pembuatan Film ... 19

2.8 Angle Kamera ... 19

2.9 Teknik Pergerakan Kamera ... 20

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA... 24

3.1 Metodologi penelitian ... 24

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 24

3.3 Analisa Data ... 30

3.4 Studi Eksisting ... 31

3.5 STP ... 32


(3)

x

3.7 Deskripsi Keyword ... 34

3.8 Analisa Warna ... 34

3.9 Perancangan Karya ... 34

3.10 Pra Produksi ... 35

3.11 Anggaran Dana ... 40

3.12 Publikasi ... 41

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA ... 43

4.1 Produksi ... 43

4.2 Pasca Produksi ... 47

4.3 Screen Shot Film ... 50

4.3 Publikasi ... 50

BAB V PENUTUP ... 52

5.1 Kesimpulan ... 52

5.2 Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

BIODATA PENULIS ... 55


(4)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tujuan yang ingin dicapai dalam tugas akhir ini adalah membuat film pendek bergenre drama keluarga tentang dampak negatif perceraian orang tua terhadap anak.

Hal ini dilatar belakangi oleh, besarnya angka perceraian di Surabaya yang mengalami peningkatan yang signifikan. Yang diambil data dari Pengadilan Agama Surabaya tentang laporan perkara yang diterima di tahun 2013 ber jumlah 3642 sedangkan di tahun 2014 sebesar 4019. Untuk skala Nasional Jawa Timur menempati urutan teratas dan Kota Surabaya tercatat memiliki angka tertinggi. Seperti yang dikatakan Wakil Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf saat konfrensi pers, Kamis (20/8/2015) menuturkan dari 500 ribu pasangan yang menikah di Jawa Timur tahun ini, 100 ribu di antaranya diprediksi cerai. Kota Surabaya tercatat memiliki angka paling tinggi, mencapai 90 ribu kasus hingga hari ini di tahun 2015.

Diakui meningkatnya angka perceraian menjadi fenomena yang negatif. Sebab dampaknya adalah terhadap anak. Tidak hanya berdampak menjadi korban, tetapi juga berdampak pada perilaku anak. Yang paling parah, anak-anak yang tidak punya orang tua, kerap kali menjadi korban dari tindakan asusila. mulai dari kasus sodomi, pencabulan dan sebagainya dari ayah tiri (www.aktual.com).


(5)

Tidak ada satupun anak yang mau menjadi anak broken home. Broken home adalah kondisi hilangnya perhatian keluarga atau kurangnya kasih sayang dari orang tua yang disebabkan oleh beberapa hal. Bisa karena perceraian, sehingga anak hanya tinggal bersama satu orang tua kandung. Bahkan akibat perceraian, banyak anak yang dititipkan ke kakek-neneknya, karena orang tua tunggalnya sibuk bekerja. Bisa karena kehilangan kasih sayang, sedih, kecewa, sepi, dan kurang perhatian.

Banyak dari mereka yang melampiaskan kesepiannya dengan merokok, seks bebas, minuman keras, obat-obatan terlarang bahkan ada yang sampai menjadi pelacur. Semuanya berawal dari keluarga yang sangat tidak kondusif, orang tua yang tidak dewasa yang selalu bertengkar didepan anak-anak mereka tanpa memikirkan dampak negatif bagi anak-anak mereka. Dan faktor yang lain adalah teman lingkungan sekitar. Karena adanya pengaruh buruk, otomatis dengan mudah terjerumus ke dalam dunia kelam.

Film merupakan media perubahan masal yang paling mudah diterima oleh manusia, karena menggunakan perpaduan antara audio dan visual. Audio berupa suara serta visual berupa gambar yang bergerak (Chris Wibisono). Diakses melalui (http://www.hukumonline.com) dijelaskan definisi film menurut UU 8/1992 yang merupakan karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dan dengar yang dibuat berdasarkan asa sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui


(6)

proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan suara atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukan.

Menurut Wibowo (2006: 196), film mempunyai definisi yaitu bahwa film adalah alat untuk menyampaikan berbagai pesan kepada khalayak melalui sebuah media cerita. Film merupakan media audio visual, sehingga rangkaian gambar dan suara dalam film mampu dengan mudah ditangkap oleh setiap orang. Film menjadi media yang sangat berpengaruh, melebihi media-media yang lain, karena secara audio dan visual dia bekerja sama dengan baik dalam membuat penontonnya tidak bosan dan lebih mudah mengingat, karena formatnya yang menarik.

Menurut Effendy dalam bukunya yang berjudul “Kamus Komunikasi” (1929: 226), mengatakan bahwa film adalah media yang bersifat visual dan audio visual untuk menyampaikan pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat. Sedangkan film berdasarkan durasinya, dibagi menjadi film panjang dan film pendek. Sedangkan pengertian film pendek menurut Prakosa dalam bukunya yang berjudul “Film Pinggiran”, Film pendek atau film alternatif adalah film–film yang masa putarnya di bawah 50 menit (mengacu dari regulasi berbagai festival film pendek internasional hingga tahun 1997), mempunyai variasi dalam menciptakan pandangan–pandangan barutentang bentuk film secara umum, dan memberi fenomema pemahaman yang menggetarkan dalam pertumbuhan secara utuh. Dalam segi cerita, film pendek memiliki bahasa yang jauh berbeda dengan cerita film panjang. Baik mempergunakan tanda-tanda yang essensial, atau


(7)

simbol-simbol yang secara tidak langsung bisa menggambarkan suatu keadaan atau cerita.

Penulis menggunakan film pendek karena dengan film pendek bisa menyampaikan sesuatu dengan singkat namun penuh dengan makna yang mendalam dan dikemas ke dalam simbol.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka ditemukan rumusan masalah dalam Tugas Akhir ini yaitu bagaimana cara membuat film pendek bergenre drama keluargatentang dampak negatif perceraian orang tua terhadap anak.

1.3 Batasan Masalah

Dalam pembuatan Tugas Akhir ini agar tidak terjadi pembahasan yang melebar maka perlu dibatasi permasalahannya. Adapun batasan masalah yang dibahas di dalam pembuatan film pendek ini antara lain:

1. Film pendek ini menceritakan tentang dampak negatif dari perceraian. 2. Dalam film pendek ini menggunakan teknik komposisi gambar.


(8)

1.4 Tujuan

Tujuan yang ingin di capai dalam Tugas Akhir film ini sebagai berikut: 1. Menghasilkan film pendek bergenre drama keluarga tentang dampak negatif

dari perceraian.

2. Menghasilkan film pendek bergenre drama yang menggunakan teknik komposisi gambar.

1.5 Manfaat

Adapun manfaat dari pembuatan Tugas Akhir film pendek ini adalah: 1. Manfaat Teoritis:

a. Dapat mengetahui proses pembuatan film pendek.

b. Diharapkan mampu menjadi video yang bukan hanya memberikan informasi tetapi juga mengedukasi, melalui pesan-pesan yang disampaikan secara verbal maupun non verbal.

2. Manfaat Praktis:

Diharapkan hasil dari film pendek ini dapat dijadikan sebagai media yang dijadikan sarana atau informasi yang mampu membuka pandangan khalayak tentang pentingnya kasih sayang orang tua kepada anak.


(9)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hal-hal yang menjadi landasan dalam teori pembuatan Tugas Akhir ini.

2.1 Film

Menurut Effendy definisi film dalam bukunya Kamus Komunikasi (1989: 226), menjelaskan bahwa media yang bersifat visual dan audio visual untuk menyampaikan pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka (1990: 242), film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop). Film juga diartikan sebagai lakon (cerita) gambar hidup. Dari definisi yang pertama, kita dapat membayangkan film sebagai sebuah benda yang sangat rapuh, ringkih, hanya sekeping Compact Disc (CD). Sedangkan film diartikan sebagai lakon artinya adalah film tersebut merepresentasikan sebuah cerita dari tokoh tertentu secara utuh dan berstruktur.

Pengertian lebih lengkap dan mendalam tercantum jelas dalam pasal 1 ayat (1) UU Nomor 8 Tahun 1992 tentang Perfilman di mana disebutkan bahwa yang dimaksud dengan film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandangdan dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video


(10)

dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronika, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem mekanik, elektronik dan/atau lainnya.

Selanjutnya Javandalasta (2014: 1) menjelaskan bahwa film adalah rangkaian gambar bergerak membentuk suatu cerita atau juga biasa disebut movie atau video. Film secara kolektif sering disebut 'Sinema'. Gambar-hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan, dan juga bisnis, yang diperankan oleh tokoh-tokoh sesuai karakter direkam dari benda/lensa (kamera) atau animasi. Ada banyak sekali keistimewaan media film, diantaranya:

1. Film dapat mengahadirkan pengaruh emosional yang kuat, sanggup menghubungkan penonton dengan kisah-kisah personal.

2. Film dapat mengilustrasi kontras visual secara langsung.

3. Film dapat berkomunikasi dengan para penontonnya tanpa batas menjangkau luas ke dalam prespektif pemikiran.

4. Film dapat memotivasi penonton untuk membuat perubahan.

5. Film dapat sebagai alat yang mampu menghubungkan penonton dengan pengalaman yang terpampang melalui bahasa gambar (Javandalasta, 2014: 1).

Menurut Tim Dirks Cinemaa In Edutech (2011) film adalah media komunikasi massa yaitu alat penyampaian berbagai jenis pesan dalam peradaban modern ini. Film menjadi media ekspresi artistik, yaitu menjadi alat bagi seniman-seniman film untuk mengutarakan ide lewat suatu wawasan keindahan. Kemampuan film mengungkapkan sesuatu benar-benar tak terbatas, apresiasi


(11)

yang seimbang dapat menempatkan pandangan. Seharusnya film bukan sekedar barang dagangan atau hanya barang seni, melainkan juga karya ekspresi kebudayaan sebagai hasil penjelajahan dan pergulatan terhadap kehidupan manusia, tetapi sekarang yang terjadi kenyataannyalain atau justru sebaliknya.

Menurut Joseph (1986: 6) Penuturan film adalah sebuah rangkaian dari kesinambungan citra (image) yang berubah menggambarkan kejadian-kejadian dari skenario-skenario film cerita dilengkapi dengan tipe dari shot yang dibutuhkan untuk tiap adegan dalam suatu sequence.

2.2 Film Pendek

Menurut Effendy dalam bukunya yang berjudul “Kamus Komunikasi”(1929: 226), mengatakan bahwa film adalah media yang bersifat visual dan audio visual untuk menyampaikan pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat. Sedangkan film berdasarkan durasinya, dibagi menjadi film panjang dan film pendek. Sedangkan pengertian film pendek menurut Prakosa dalam bukunya yang berjudul “Film Pinggiran”, Film pendek atau film alternatif adalah film–film yang masa putarnya di bawah 50 menit (mengacu dari regulasi berbagai festival film pendek internasional hingga tahun 1997), mempunyai variasi dalam menciptakan pandangan – pandangan barutentang bentuk film secara umum, dan memberi fenomema pemahaman yang menggetarkan dalam pertumbuhan secara utuh. Dalam segi cerita, film pendek memiliki bahasa yang jauh berbeda dengan cerita film panjang. Baik mempergunakan tanda-tanda yang essensial, atau


(12)

simbol-simbol yang secara tidak langsung bisa menggambarkan suatu keadaan atau cerita.

2.3 Pengertian komposisi gambar

Dalam buku Lengkap Tuntunan Menjadi Kameraman Profesional (2010) dijelaskan bahwa komposisi gambar adalah susunan obyek visual secara keseluruhan pada bidang gambar, agar gambar dapat berbicara dengan sendirinya melalui gambar yang diambil. Ada beberapa cara yang perlu diperhatikan untuk menghasilkan komposisi yang baik, diantaranya Walking Space dan Looking Space, Head Room, In dan Out of, potongan gambar, Rule of Thirds, Aturan Sepertiga. Walking Space dan Looking Space adalah saat pengambilan benda atau orang yang sedang berjalan, maka perlu memperhatikan ruang dimana obyek tersebut menghadap. Head Room adalah komposisi di atas kepala dari obyek, hal ini perlu diperhatikan agar gambar enak dilihat. In dan Out of adalah komposisi yang menunjukkan jika obyek tersebut bergerak mendekat atau menjauh. Potogan gambar juga harus diperhatikan sehingga tidak memotong gambar pada persendian, agar gambar tidak seakan dipenggal. Rule of Thirds merupakan acuan dalam membuat komposisi, komposisinya dibagi menjadi 3 bagian. Sepertiga bagian adalah teknik dalam penempatan objek menjadi fokus, berada diantara salah satu dari 3 bagian yang ada.

Salah satu unsur yang digunakan untuk membangun sebuah komposisi adalah sudut pengambilan gambar yang ditentukan juga oleh motivasi pengambilan gambar. Jika ingin mendapatkan moment dan gambar yang terbaik,


(13)

maka diambil dari berbagai sudut pandang dan terdapat makna tersendiri untuk memperkuat gambar yang diambil.

2.4 Jenis Film dan Genre Film

Menurut Himawan Pratista, seacara umum jenis film dikelompokkan menjadi:

1. Film Dokumenter

Kunci utama dari film dokumenter adalah penyajian fakta. Film dokumenter berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata. Film dokumenter tidak menciptakan suatu peristiwa atau kejadian namun merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi atau otentik.

2. Film Fiksi

Berbeda dengan jenis film dokumenter, film fiksi terikat oleh plot. Dari sisi cerita, film fiksi sering menggunakan cerita rekaan di luar kejadian nyata serta memiliki konsep pengadegaan yang telah dirancang sejak awal. Struktur cerita film juga terikat hukum kausalitas.

3. Film Eksperimental

Film eksperimental merupakan jenis film yang sangat berbeda dengan dua jenis film lainnya. Para sineas eksperimental umumnya bekerja di luar industri film utama (mainstream) dan bekerja pada studio independen atau perorangan. Mereka umumnya terlibat penuh dalam seluruh produksi filmnya sejak awal hinga akhir. Film eksperimental tidak memiliki plot namun tetap memiliki struktur.


(14)

Menurut Himawan Pratista genre dapat dikelompokan menjadi 1. Genre Induk Primer

Genre induk primer merupakan genre-genre pokok yang telah ada dan populer sejak awal perkembangan sinema era 1900-an hingga 1930-an. Berikut beberapa jenis-jenis genre induk primer:

a. Aksi

Film-film aksi berhubungan dengan adegan-adegan aksi fisik seru, menegangkan, berbahaya, nonstop dengan tempo cerita yang tepat. Film-film aksiumumnya berisi adegan aksi kejar-mengejar, perkelahian, tembak-menembak, balapan, berpacu dengan waktu, ledakan, serta aksi-aksi fisik lainnya.

b. Drama

Film drama bisa jadi merupakan genre yang paling banyak diproduksi karena jangkauan ceritanya yang sangat luas. Film-film drama umumnya berhubungan dengan tema, cerita, setting, karakter, serta suasana yang memotret kehidupan nyata. Konflik bisa dipicu oleh lingkungan, diri sendiri, maupun kehidupan nyata.

c. Epik Sejarah

Genre ini umumnya mengambil tema periode masa silam (sejarah) dengan latar sebuah kerajaan, peristiwa atau tokoh besar yang menjadi mitos, legenda atau kisah biblikal.


(15)

d. Fantasi

Film fantasi berhubungan dengan tempat, peristiwa, serta karakter yang tidak nyata. Film fantasi berhubungan dengan unsur magis, mitos, negeri dongeng, imajinasi, halusinasi, serta alam mimpi.

e. Fiksi Ilmiah

Film fiksi ilmiah berhubungan dengan masa depan, perjalanan angkasa luar, percobaan ilmiah, penjelajahan waktu, invasi, atau kehancuran bumi. Fiksi ilmiah sering kali berhubungan dengan teknologi serta kekuatan yang berada di luar jangkauan teknologi masa kini.

f. Horor

Film horor memiliki tujuan utama memberikan efek rasa takut, kejutan, serta teror yang mendalam bagi penontonnya. Plot film horor umumnya sederhana, yakni bagaimana usaha manusia untuk melawan kekuatan jahat dan biasanya berhubungan dengan dimensi supernatural atau sisi gelap manusia.

g. Komedi

Komedi boleh jadi merupakan genre yang paling populer di antara semua genre lainnya sejak era silam. Komedi adalah jenis film yang tujuan utamanya memancing tawa penontonnya.

h. Kriminal dan Gangster

Film-film kriminal dan gangster berhubungan dengan aksi-aksi kriminal seperti, perampokan bank, pencurian, pemerasan, perjudian,


(16)

pembunuhan, persaingan antar kelompok, serta aksi kelompok bawah tanah yang bekerja di luar sistem hukum.

i. Musikal

Genre musikal adalah film yang mengkombinasi unsur musik, lagu, tari (dansa), serta gerak (koreografi). Lagu-lagu dan tarian biasanya mendominasi sepanjang film dan biasanya menyatu dengan cerita.

j. Petualangan

Film petualangan berkisah tentang perjalanan, eksplorasi, atau ekspedisi ke suatu wilayah asing yang belum pernah tersentuh. Film-film petualangan selalu menyajikan panorama alam eksotis seperti hutan rimba, pegunungan, savana, gurun pasir, lautan, serta pulau terpencil. k. Perang

Genre perang mengangkat tema kengerian serta teror yang ditimbulkan oleh aksi perang. Film-film perang umumnya menampilkan adegan pertempuran seru baik di darat, laut, maupun udara.

l. Western

Western adalah sebuah genre orisinil milik Amerika. Tidak seperti genre-genre sebelumnya western memiliki beberapa ciri karakter tema serta fisik yang sangat spesifik.


(17)

2. Genre Induk Sekunder

Genre induk sekunder adalah genre-genre besar dan populer yang merupakan pengembangan atau turunan dari genre induk primer. Berikut beberapa jenis-jenis genre induk sekunder:

a. Bencana

Film-film bencana (disaster) berhubungan dengan tragedi atau musibah baik skala besar maupun kecil yang mengancam jiwa banyak manusia. b. Biografi

Biografi (sering diistilahkan biopic:biografy picture) secara umum merupakan pengembangan dari genre drama dan epik sejarah. Film biografi menceritakan penggalan kisah nyata atau kisah hidup seorang tokoh berpengaruh di masa lalu maupun kini.

c. Detektif

Genre detektif merupakan perubahan dari genre kriminal dan gangster dan lebih populer pada era klasik daripada kini. Inti cerita umumnya berpusat pada sebuah kasus kriminal pelik yang belum terselesaikan. d. Film Noir

Film noir [:noa] yang bermakna “gelap” atau “suram” merupakan turunan dari genre kriminal dan gangster yang mulai populer pada awal dekade 1940an hingga akhir 1950an.


(18)

e. Melodrama

Melodrama merupakan pengembangan dari genre drama yang jugaa sering diistilahkan opera sabun atau film “cengeng” (menguras air mata). f. Olahraga

Film olahraga mengambil kisah seputar aktifitas olahraga, baik atlet, pelatih, agen maupun ajang kompetisinya sendiri.

g. Perjalanan

Seperti halnya western, genre perjalanan atau sering diistilahkan road films merupakan genre khas milik Amerika yang sangat populer di era klasik.

h. Roman

Roman seperti halnya melodrama merupakan pengembangan dari genre drama. Film roman lebih memusatkan cerita pada masalah cinta, baik kisah percintaanya sendiri maupun pencarian cinta sebagai tujuan utamanya.

i. Superhero

Superhero adalah sebuah genre fenomenal yang merupakan perpaduan antara genre fiksi-ilmiah, aksi, serta fantasi. Film superhero adalah kisah klasik perseteruan antara sisi baik dan sisi jahat, yakni kisah kepahlawanan sang tokoh super dalam membasmi kekuatan jahat.


(19)

j. Supernatural

Film-film supernatural berhubungan dengan makhluk-makhluk gaib seperti hantu, roh halus, keajaiban, serta kekuatan mental seperti membaca pikiran, masa depan, masa lalu, telekinesis, dan lainnya.

k. Spionase

Spionase atau agen rahasia adalah satu genre populer kombinasi antara genre aksi, petualangan, thriller, serta politik, dengan karakter utama seorang mata-mata atau agen rahasia.

l. Thriller

Film thriller memiliki tujuan utama memberi ketegangan, penasaran, ketidakpastian, serta ketakutan pada penontonnya. Alur cerita film thriller sering kali berbentuk aksi nonstop, penuh misteri, kejutan, serta mampu mempertahankan intensitas ketegangan hingga klimaks filmnya.

2.5 Karakteristik Film

Film memiliki karakteristik berbeda jika dibandingkan dengan media pendidikan lain yang konvensional. Menurut Ardianto dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Massa Suatu Penghantar (2004: 34), dijelaskan bahwa karakteristik film ada 4 macam:

1. Layar yang luas

Maksudnya adalah film memberikan keleluasaan pada penonton untuk menikmati scene atau adegan-adegan yang disajikan melalui layar.


(20)

2. Pengambilan gambar atau shot

Maksudnya adalah visualisasi scene pada film dibuat sedekat mungkin menyamai realitas peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.

3. Konsentrasi penuh

Maksudnya adalah aktivitas menonton film dengan sendirinya mengajak penonton dalam konsentrasi yang penuh dalam film.

4. Identifikasi psikologis

Sebuah istilah yang diambil dari disiplin ilmu jiwa sosial yang maksudnya adalah sebuah kondisi dimana penonton secara tidak sadar menyamakan atau mengidentifikasikan pribadi kita dengan peran-peran, dan peristiwa yang dialami tokoh yang ada di film. Artinya penonton mampu mencerna cerita yang difilmkan serta memiliki kepekaan emosi.

2.6 Dasar-dasar Produksi Film

Menurut Javandalasta (2014: 118) dalam proses sebuah film tentunya ada beberapa dasar-dasar yang dijadikan acuan dalam pengerjaan film itu sendiri. Dasar-dasar tersebut meliputi:

1. Penulisan

Menulis merupakan salah satu hal paling penting yang kamu lakukan di sekolah. Kemampuan menulis yang baik memegang peranan yang penting dalam kesuksesan, baik itu menulis laporan, proposal atau tugas di sekolah.


(21)

2. Penyutradaraan

Penyutradaraan adalah kemampuan seorang sutradara yang baik adalah hasil pengalaman dan bakat yang tidak mungkin diuraikan.

3. Sinematografi

Sinematografer adalah orang yang bertanggung jawab semua aspek visual dalam pembuatan sebuah film. Sinematografer adalah juga kepala bagian departemen kamera, departemen pencahayaan dan Drip Departement untuk itulah Sinematogrefer sering juga disebut sebagai Director of Photography atau disingkat menjadi Dop.

4. Tata Suara

Suara adalah suatu teknik pengaturan peralatan suara atau bunyi pada suatu acara pertunjukan, pertemuan, rekaman dan lan-lain. Tata suara memainkan peranan penting dalam suatu pertunjukan langsung dan menjadi satu bagian tak terpisahkan dari tata panggung dan bahkan acara pertunjukan itu sendiri. 5. Editing

Editing adalah proses menggerakkan dan menata video shot atau hasil rekaman gambar menjadi suatu rekaman gambar yang baru dan enak untuk dilihat. Secara umum pekerjaan editing adalah berkaitan dengan proses pasca produksi, seperti titling, colour correction, sound mixing, dsb.


(22)

2.7 Tahap Pembuatan Film

Menurut Javandalasta (2014: 112), dalam pembuatan film ada tiga tahapan yang harus dilalui, yakni:

1. Tahap Pra Produksi

Proses persiapan hal-hal yang menyangkut semua hal sebelum proses produksi sebuah film, seperti pembuatan jadwal shooting, penyusunan crew, dan pembutan naskah.

2. Tahap Produksi

Proses Eksekusi semua hal yang sebelumnya telah dipersiapkan pada proses pra produksi.

3. Tahap Pasca Produksi

Proses finishing sebuah film sampai menjadi film yang utuh dan mampu menyampaikan sebuah cerita atau pesan kepada penontonnya.

2.8 Angle Kamera

Menurut Panca Javandalasta (2011: 25) menjelaskan tipe angle kamera di bagi menjadi 2 jenis antara lain:

1. Angle Kamera Objektif

Kamera dari sudut pandang penonton outsider, tidak dari sudut pandang pemain tertentu.


(23)

2. Angle Kamera Subyektif

Kamera dari sudut pandang penonton yang dilibatkan, misalnya melihat ke penonton atau dari sudut pandang pemain lainnya dalam suatu adegan. Angle kamera subyektif dilakukan dengan beberapa cara:

a. Kamera berlaku sebagai mata penonton untuk menempatkan mereka dalam adegan, sehingga dapat menimbulkan efek dramatik.

b. Kamera berganti-ganti tempat dengan seseorang yang berada dalam gambar. Penonton bisa menyaksikan suatu hal atau kejadian melalui mata pemain tertentu. Penonton akan mengalami sensasi yang sama dengan pemain tertentu.

c. Kamera bertindak sebagai mata dari penonton yang tidak kelihatan. 3. Angle kamera point of view

Suatu gabungan antara obyektif dan subyektif yang merekam adegan dari titik pandang pemain tertentu. Kamera ditempatkan pada sisi pemain subyektif, sehingga memberi kesan penonton beradu pipi dengan pemain yang di luar layar.

2.9 Teknik Pergerakan Kamera

Dalam pengambilan gambar, Al Firdaus (2010) mengungkapkan bahwa pergerakan dari kamera juga dianggap penting sebagi penunjang pengambilan gambarnya. Beberapa pergerakan kamera yang banyak dikenal antara lain:


(24)

1. Panning

Merupakan pergerakan kamera secara horizontal ke arah samping kiri ataupun kanan objek. Pergerakan secara horizontal ke arah kanan biasa disebut pan right, sedangkan pergerakan secara horizontal ke arah kiri biasa disebut dengan pan left seperti yang ditunjukkan oleh ilustrasi pergerakan kamera pada gambar 2.6.1

Gambar 2.6.1 Ilustrasi Panning (Sumber: upload.wikimedia.org)

2. Tilting

Merupakan pergerakan kamera secara vertikal ke arah atas ataupun arah bawah dari objek yang dituju. Pergerakan secara vertikal ke atas biasa disebut dengan tilt up yang dapat memicu emosi, perasaan, dan perhatian akan rasa ingin tahu tentang apa yang akan terjadi selanjutnya, namun terkadang juga untukkan mengagungkan objeknya, sedangkan pergerakan vertikal ke bawah disebut dengan tilt down yang umumnya memicu kesedihan dan kekcewaan. Dapat dilihat pada gambar 2.6.2 berikut.


(25)

Gambar 2.6.2 Ilustrasi Tilting (Sumber: upload.wikimedia.org)

3. Zooming

Merupakan pengambilan gambar dengan memperbesar atau memperkecil ukuran gambar dengan mengubah dari sudut pandang sempit ke sudut pandang lebar yang biasa disebut dengan zoom out untuk menunjukkan apa yang berada di sekitar objek yang dituju, ataupun dari sudut pandang lebar ke sudut pandang kecil yang disebut dengan zoom in untuk menunjukkan objek penting dalam satu frame tersebut. Dapat dilihat pada gambar 2.6.3 berikut.

Gambar 2.6.3 Ilustrasi Zoom in dan Zoom Out (Sumber: static.videomaker.com)


(26)

4. Tracking

Merupakan pengmbilan gambar dengan pergerakan maju dan mundur yang diikuti oleh seluruh badan kamera yang mengikuti gerak dari objeknya seperti pada gambar 2.6.4 berikut.

Gambar 2.6.4 Ilustrasi Tracking (Sumber: static.videomaker.com)


(27)

24

Dalam proses Tugas Akhir ini akan dijelaskan metode yang digunakan dalam pembuatan film yang berjudul Pembuatan Film Pendek Bergenre Drama Keluarga Tentang Dampak Negatif Perceraian Orang Tua Terhadap Anak.

3.1 Metodelogi penelitian

Metode penelitian adalah cara berfikir yang dipersiapkan secara matang untuk mencapai tujuan penelitian, yaitu merumuskan, mengembangkan atau mengkaji kebenaran suatu pengetahuan secara ilmiah.

Metode dalam penelitian ini menggunakan penelitian secara kualitatif, dimana penelitian kualitatif menurut M. Aziz Firdaus dalam buku Metode Penelitian (2012) mengatakan hal yang penting dalam penelitian adalah bagaimana peneliti mampu merumuskan kategori-kategori permasalahan sebagai sebuah konsep untuk memperbandingkan data. Penelitian kualitatif dapat mengeksplorasi sikap, perilaku dan pengalaman responden melalui metode interview dan focus group.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam kegiatan pembuatan film pendek ini dilakukan agar dalam proses analisis data tidak terjadi penyimpangan materi serta tujuan


(28)

yang dicapai dengan metode wawancara, studi literatur, observasi dan studi eksisting.

1. Film Pendek

Pengumpulan data dilakukan untuk menemukan keyword yang digunakan sebagai pedoman pembuatan Tugas Akhir ini.

a. Studi Literatur

Studi literatur dalam penyusunan laporan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui sumber internet dan buku. Menurut Effendy dalam bukunya yang berjudul “Kamus Komunikasi” (2002: 13), menyatakan bahwa film pendek adalah film yang durasinya tidak lebih dari 60 menit, dan selebihnya akan dikategorikan sebagai film panjang. Sedangkan menurut Prakosa dalam bukunya yang berjudul “Film Pinggiran”, mengatakan bahwa film pendek adalah film yang masa putarnya dibawah 50 menit, mempunyai variasi dalam menciptakan pandangan – pandangan baru tentang bentuk film secara umum, dam memberi fenomena pemahaman yang menggetarkan dalam pertumbuhan secara utuh. Dalam segi cerita, film pendek memiliki bahasa yang jauh berbeda dengan cerita film panjang, baik mempergunakan tanda-tanda yang essensial atau simbol-simbol yang secara tidak langsung bisa menggambarkan suatu keadaan atau cerita. Menurut dari website www.idseducation.com menyatakan bahwa film pendek adalah salah satu bentuk film paling simple dan paling kompleks. Di awal perkembanganya, film pendek sempat dipopulerkan oleh komedian


(29)

Charlie Chaplin. Film pendek ialah film fiksi yang memiliki durasi tayang yang tidak lebih dari 60 menit.

Keyword: Durasi singkat, Penyampaian pesan b. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana penulis melakukan pengamatan secara langsung maupun tidak langsung ke objek penulisan untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Dalam Tugas Akhir ini, data observasi yang didapat bersumber dari pengamatan di internet melalui video yang ada di youtube. Untuk mengetahui ada tidaknya film pendek tentang perceraian yang pernah diproduksi.

Gambar 3.1 short movie divorce (Sumber: youtube.com/short movie divorce) Keyword: Durasi singkat, Penyampaian pesan


(30)

2. Dampak Negatif Perceraian Terhadap Anak

Pada tahapan ini, pengumpulan data lebih terarah dampak perceraian. Pengumpulan data dilakukan untuk menemukan keyword yang digunakan sebagai pedoman pembuatan Tugas Akhir ini.

a. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada bapak Mochamad Sigit Widodo,S.Pd. Beliau adalah seorang dosen bagian bimbingan konseling di Universitas PGRI Adi Buana. Beliau mengatakan dampak yang akan terjadi terhadap anak dari perceraian adalah mencari pemenuhan hasrat kenyamanan dilingkungan yang mengalami broken home juga, ingin dimengerti orang tua, merasa malu dan iri kepada teman – teman, dan terkadang sengaja berperilaku tidak baik agar mendapatkan perhatian dari orang tua. Wawancara juga dilakukan kepada bapak Arif, beliau merupakan tetangga dari keluarga yang broken home di salah satu daerah di Surabaya. Beliau mengatakan anak dari keluarga yang masih berumur 13 tahun tersebut kurang bersosialisasi dengan teman – teman sebaya nya. Beliau juga mengatakan sering melihat anak tersebut merokok dengan teman – teman sekolah nya.

Keyword: Kecemburuan sosial, berperilaku negatif b. Studi Literatur

Pada studi literatur ini penulis mencari data dan informasi tentang dampak perceraian terhadap anak melalui internet. Menurut pakar psikolog anak, Ine Indriati dari www.republika.co.id mengatakan bahwa


(31)

dampak perceraian pada anak, dalam jangka pendek anak akan mengalami masalah emosional, menyalahkan diri sendiri, menarik diri, iri terhadap teman yang hidup harmonis dengan kedua orang tuanya, menampilkan perilaku negatif (marah-marah atau agresif), merasa bertanggung jawab dengan perceraian, merasa takut diabaikan dan gejala physical illness atau psikomatis. Anak juga akan stress, manja dan tidak mau lepas dari orang tua, menjadi sulit diatur, tidak menurut bahkan menarik diri, berbohong, mencuri, membolos, mimpi buruk, psikosomatis dan depresi. Dampak perceraian dalam jangka panjang menurut Ine anak akan merasa kurang bahagia, terhambatnya persahabatan, anak akan malu. Dampak lainnya, anak perempuan tiga kali lebih besar melakukan kumpul kebo di usia remaja dan menikah lebih muda muda kurang dari 20 tahun. Dan anak kurang dapat mengecap pendidikan yang lebih tinggi.

Keyword: Kecemburuan sosial, Perilaku negatif 3. Komposisi gambar

Pada tahapan ini, pengumpulan data lebih terarah kepada komposisi gambar. Pengumpulan data dilakukan untuk menemukan keyword yang digunakan sebagai pedoman pembuatan Tugas Akhir ini.

a. Studi Pustaka

Pada studi pustaka ini penulis mencari data dan informasi tentang komposisi gambar. Dalam buku Lengkap Tuntunan Menjadi Kameraman Profesional (2010) dijelaskan bahwa komposisi gambar adalah susunan


(32)

obyek visual secara keseluruhan pada bidang gambar, agar gambar dapat berbicara dengan sendirinya melalui gambar yang diambil. Ada beberapa cara yang perlu diperhatikan untuk menghasilkan komposisi yang baik, diantaranya Walking Space dan Looking Space, Head Room, In dan Out of, potongan gambar, Rule of Thirds, Aturan Sepertiga. Walking Space dan Looking Space adalah saat pengambilan benda atau orang yang sedang berjalan, maka perlu memperhatikan ruang dimana obyek tersebut menghadap. Head Room adalah komposisi di atas kepala dari obyek, hal ini perlu diperhatikan agar gambar enak dilihat. In dan Out of adalah komposisi yang menunjukkan jika obyek tersebut bergerak mendekat atau menjauh. Potogan gambar juga harus diperhatikan sehingga tidak memotong gambar pada persendian, agar gambar tidak seakan dipenggal. Rule of Thirds merupakan acuan dalam membuat komposisi, komposisinya dibagi menjadi 3 bagian. Sepertiga bagian adalah teknik dalam penempatan objek menjadi fokus, berada diantara salah satu dari 3 bagian yang ada.

Salah satu unsur yang digunakan untuk membangun sebuah komposisi adalah sudut pengambilan gambar yang ditentukan juga oleh motivasi pengambilan gambar. Jika ingin mendapatkan moment dan gambar yang terbaik, maka diambil dari berbagai sudut pandang dan terdapat makna tersendiri untuk memperkuat gambar yang diambil.


(33)

3.3 Analisis Data

Setelah melakukan pengumpulan data maka proses selanjutnya adalah analisis data, data yang telah didapat dari berbagai sumber dikualifikasikan menurut darimana data itu didapat. Lalu diolah dengan mencari mana yang paling identik atau yang selalu ada saat proses pengumpulan data dalam bentuk tabel.

Dari wawancara dan studi literatur yang telah dilakukan (lihat tabel 3.1), diapatkan keyword berupa durasi singkat.

Tabel 3.1 Pengumpulan Keyword Film Pendek Observasi Studi Literatur Keyword Durasi singkat Durasi singkat Durasi singkat Penyampaian

Pesan

Penyampaian Pesan

Penyampaian Pesan

Sumber: Olahan Penulis

Dari wawancara dan studi literatur yang telah dilakukan (lihat tabel 3.2), didapatkan keyword berupa kecemburuan sosial dan perilaku negatif.

Tabel 3.2 Pengumpulan Keyword Dampak negatif perceraian Studi Literatur Wawancara Keyword

Kecemburuan sosial Kecemburuan sosial Kecemburuan sosial Perilaku negatif Perilaku Negatif Perilaku Negatif Sumber: Olahan Penulis

Dari wawancara dan studi literatur yang telah dilakukan (lihat tabel 3.3), didapatkan keyword berupa hubungan, kejadian dan lingkungan.


(34)

Tabel 3.3 Pengumpulan Keyword atau Komposisi gambar Studi Literatur Keyword

Sudut Pandang Sudut Pandang Pengambilan

gambar

Pengambilan gambar Sumber: Olahan Penulis 3.4 Studi Eksisting

Dalam pengerjaan film pendek, diperlukan sebuah Study Eksisting guna mengamati karya yang telah ada sebelumnya. Karya yang sudah ada dikaji untuk memperoleh kelebihan dari karya tersebut untuk diimplementasikan dalam film pendek ini. Dalam hal ini, dipilih film pendek yang berjudul A Short Film On Divorce.

Gambar 3.2 A Short Film On Divorce (Sumber : http://www.youtube.com/)

A Short Film On Divorce (gambar 3.2) adalah sebuah film pendek yang bercerita tentang kehidupan seorang remaja laki-laki yang kabur dari rumah karena kesal mengetahui kedua orang tuanya yang sedang bertengkar hebat dan pemuda tersebut tidak ingin kembali lagi ke rumah.


(35)

Dari hasil studi eksisting yg telah dilakukan, maka tahap selanjutnya yaitu dengan melakukan perbandingan kelebihan dan kekurangan pada film A Short Film On Divorce.

Tabel 3.4 Analisis data eksisting

Video Kelebihan Kekurangan

A Short Film On

Divorce Durasi yang singkat

Ide cerita kurang menarik Sumber: Olahan Penulis

3.5 STP Tabel 3.5 STP

Segmentasi

&

Targeting

Geografis Masyarakat Surabaya

Demografi

Usia : 25 - 40 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki , perempuan

Jenjang karir : Kepala keluarga dan Ibu rumah tangga

Psikologi Kelas sosial : Menengah Gaya hidup : -

Positioning

Menjadi upaya penyadaran tentang pentingnya mempertahankan pernikahan bagi pasangan suami istri.

Sumber: Olahan Penulis

Segmentasi dan targeting dari sisi geografis ditujukan untuk masyarakat Surabaya, karena tema dari tugas akhir ini adalah dampak negatif perceraian orang tua terhadap anak di kota Surabaya. Dari sisi demografi masyarakat


(36)

Surabaya masih terlalu luas, sehingga lebih ditargetkan kepada pasangan suami istri antara 25 - 40 tahun.

3.6 Keyword

Berdasarkan dari hasil pencarian data dengan melakukan studi literatur, studi wawancara, dan observasi didapatkan kalimat-kalimat yang digunakan sebagai pencarian keyword. Dari hasil wawancara maka dilakukan analisa dari target pasar dan tujuan film pendek tentang dampak perceraian orang tua terhadap anak dibuat. Analisis ini berguna untuk mencari keyword yang kemudian akan diterapkan dalam film.

Bagan 3.3Keyword Sumber: Olahan Penulis

Film Pendek Komposisi gambar Dampak Perceraian Durasi Singkat Sudut Pandang Perilaku Negatif Kecemburuan Sosial Penyampaian Pesan Pengambilan gambar Informatif Dinamis Iri Sentimental Dramatis


(37)

Dari hasil analisa keyword menghasilkan kata dramatis. Menurut situs web www.pengertianmenurutparaahli.net Makna kata dramatis adalah situasi atau kondisi tertentu yang dilebih-lebihkan dan seringkali tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

3.7 Deskripsi Keyword

Yang dimaksud dengan dramatis dalam Tugas Akhir ini adalah menurut situs web www.pengertianmenurutparaahli.net makna kata dramatis adalah situasi atau kondisi tertentu yang dilebih-lebihkan dan seringkali tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

3.8 Analisa Warna

Gambar 3.4 Analisa Warna Sumber dari www.coloradobe.com

3.9 Perancangan Karya

Berdasarkan data-data yang didapat, maka dapat dibuat sebuah perancangan dalam pembuatan film pendek ini. Perancangan yang tepat dan sesuai dengan


(38)

tahapan pembuatan film pendek ini ditujukan agar konten yang akan disampaikan dalam film pendek ini sesuai dengan daya tangkap dan imajinasi konsumennya. Pada tahap perancangan karya ini dibagi menjadi beberapa proses yang dapat dilihat pada bagan 3.2.

Bagan 3.5 Bagan Perancangan Karya Sumber: Olahan Penulis

3.10 Pra Produksi

Berdasarkan gambar tahapan perancangan karya (lihat bagan 3.5). Pada tahap ini penulis mempersiapkan aspek-aspek penting yang akan menjadi dasar


(39)

dalam perancangan karya. Berdasarkan permasalahan dan informasi yang telah dipaparkan dibab-bab sebelumnya. Maka disusunlah ide dan konsep berikut ini.

1. Ide dan Konsep a. Ide

Ide dari film ini berasal dari pengamatan penulis dimana besarnya angka perceraian khususnya di Surabaya yang tahun ke tahun semakin meningkat.

b. Konsep

Berdasarkan keyword yang didapat, berupa kata “dramatis”. Maka implementasi kata dramatis itu didalam film ini berupa konsep sebuah film dimana di dalam cerita ini

2. Sinopsis

Di ibu kota Surabaya terdapat salah satu keluarga yang bahagia. Yaitu keluarga dari kepala keluarga Pak Rahman namanya. Tapi suatu ketika, apa daya tempat bekerja Pak Rahman bangkrut dan Pak Rahman di PHK. Kehidupan rumah tangga Pak Rahman akhirnya terbengkalai. Usaha Pak Rahman untuk mencari pekerjaan seperti tiada habisnya, tapi apa daya tidak ada satupun kantor yang menerima lamaran pekerjaan tersebut. Sang istri lama kelamaan tidak tahan karena sang suami tak kunjung mendapatkan pekerjaan. Dan sang istri menginginkan untuk bercerai.


(40)

3. Treatment

A. Keluarga Rahman adalah keluarga bahagia

B. Pak Rahman bisa menghidupi keluarga yang kecil C. Rena (anaknya) di sekolah pun berprestasi

D. Keadaan rumah sepi terlihat tidak ada orang E. Disaat yang tak terduga Pak Rahman di PHK

F. Sang istri datang melihat pak Rahman siang hari sudah pulang G. Pak Rahman menceritakan tentang bahwa Ia sudah tidak bekerja

H. Pagi-pagi buta pak Rahman membangunan istrinya untuk pamit mencari kerja lagi

I. Istri terbangun dan langsung marah-marah karena tak kunjung dapat kerja J. Tanpa terduga sang istri meminta cerai kepada suami

K. Rena di titipin oleh ibunya di rumah neneknya

L. Tanpa terduga neneknya pun juga ikut memukuli Rena

M. Siang hari di depan kebun bibit dari kejauhan sang ibu melihat seperti anaknya sedang merokok

N. Sang ibu pun menghampiri anak tersebut namun ternyata bukan anaknya O. Ibu pulang kerumah dan melihat anaknya yang sedang merokok

P. Keeseokan harinya Ibu mendapat telepon dari wali kelas sekolah anaknya Q. Ibu kaget mendengar berita bahwa SPP anaknya belum terbayar dari tiga

bulan yang lalu

R. Sang ibu di bangunkan oleh Pak Rahman untuk mencari kerja


(41)

4. Skenario (terlampir di lampiran 1)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, skenario adalah rencana lakon sandiwara atau film berupa adegan yang tertulis secara terperinci

5. Storyboard

Menurut Luther dalam Sutopo (2003: 36), storyboard merupakan deskripsi dari setiap scene yang secara jelas menggambarkan obyek multimedia serta perilakunya. Storyboard merupakan area berisi dari sebuah gambar sketsa yang digunakan sebagai alat perencanaan untuk menunjukan secara visual bagaimana aksi sebuah cerita.

6. Karakter Tokoh a. Pak Rahman

1) Dimensi Fisiologis

Jenis kelamin : Laki – laki Bentuk Tubuh : Ideal Usia : 36 Tahun Raut Wajah : Tegang Pakaian : Casual 2) Dimensi Psikologis

Temperamen : Pemarah Watak/karakter : Tegas Kecerdasan : Rata-rata 3) Dimensi Sosiologis


(42)

Pekerjaan : Karyawan – Pengangguran Pendidikan : S1

b. Ibu Indah

1) Dimensi Fisiologis

Jenis kelamin : Perempuan Bentuk tubuh : Ideal Usia : 34 tahun Raut wajah : Tegang Pakaian : Casual 2) Dimensi psikologis

Temperamen : Mudah emosi Watak/karakter : keras, tegas Kecerdasan : Rata-rata 3) Dimensi Sosiologis

Status sosial : kelas menengah Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pendidikan : SMA

c. Rena

1) Dimensi Fisiologis

Jenis kelamin : Perempuan Bentuk tubuh : ideal Usia : 12 Tahun Raut wajah : Pasif


(43)

Pakaian : Sederhana 2) Dimensi psikologis

Temperamen : Pemalu Watak/karakter : kalem Kecerdasaan : Rata-rata 3) Dimensi sosiologis

Status sosial : kelas menengah Pendidikan : SMP

3.11 Anggaran Dana

NO ITEM QTY PRICE TOTAL

Pra produksi

1 Artistik - Rp 200.000,- Rp 200.000,-

2 Pembuatan

Storyboard - Rp 100.000,- Rp 100.000,- Produksi

3 Pembelian batre

kamera sony A7 2 Buah Rp 500.000,- Rp 1.000.000,- 4 Sewa Lighting 2 Hari Rp 150.000,- Rp 300.000,-

5 Pembelian Memory

SDHC 1 Buah Rp 300.000,- Rp 300.000,- 6 Make Up - Rp 300.000,- Rp 300.000,- 7 Talent 6 Orang Rp 200.000,- Rp 1.200.000,- 8 Transportasi - Rp 100.000,- Rp 300.000,- 9 Konsumsi 2 hari Rp.250.000,- Rp 500.000,- 10 Lokasi 2 hari Rp 100.000,- Rp 200.000,-


(44)

Pasca Produksi

11 Edit Video - Rp 200.000,- Rp 200.000,- 12 Souvenir Pameran - Rp 400.000,- Rp 400.000,-

TOTAL Rp 5.000.000,-

Tabel 3.6 Anggaran Dana Sumber: Olahan Penulis

3.12 Publikasi

Tahap publikasi akan dilakukan sebagai syarat presentasi Tugas Akhir. Media yang digunakan untuk publikasi adalah poster, merchandise. Pembuatan media publikasi film pendek ini diperlukan beberapa proses, antara lain menentukan konsep. Berikut langkah-langkah yang akan dilakukan dalam persiapan melakukan tahap publikasi:

1. Poster a. Konsep

Poster film pendek yang berjudul “Rhena” menggunakan konsep seoran anak perempuan yang hanya memikirkan kasih sayang dari keluarga. b. Sketsa Poster

Gambar 3.6 Sketsa Poster “Rhena” (Sumber: Olahan Penulis)


(45)

2. Stiker a. Konsep

Stiker film pendek “Rhena” menggunakan konsep yang sederhana agar terlihat simple dan menarik.

b. Sketsa Stiker

Gambar 3.7 Sketsa Stiker film “Rhena” (Sumber: Olahan Penulis)


(46)

43

Pada bab ini akan dijelaskan tentang implementasi karya sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya. Untuk lebih jelasnya maka akan diuraikan tentang proses produksi dan pasca produksi dalam film pendek yang berjudul “Rhena”, sebagai berikut:

4.1Produksi

Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan pada tahap ini. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi antara lain shotting atau pengambilan gambar secara keseluruhan mulai tahap awal, tengah hingga akhir.

Berikut ini teknik produksi yang akan digunakan dan diterapkan dalam tahap produksi:

1. Setting Artistik Lokasi

Sutradara lebih mengutamakan setting artistik indoor saat produksi, hal ini dimaksudkan agar visual di film pendek memberikan kesan hidup bukan hanya lokasi dianggap biasa tetapi sesuai dengan tema dan keadaan yang diinginkan sutradara. Setting lokasi bisa dilihat pada gambar 4.1.


(47)

Gambar 4.1 Setting lokasi Sumber : Olahan Penulis

2. Setting Perekaman

Pembuatan film pendek ini sistem perekaman dilakukan secara langsung. Selain itu crew juga akan menggunakan sistem perekaman tidak langsung untuk unsur audio yang diantaranya meliputi sound effect, dialog narasi dan instrumen musik. Peralatan yang digunakan dalam perekaman ini beraneka ragam sesuai dengan perancangan shotting list yang dibuat oleh tim, berbagai alat yang disiapkan seperti recorder, slider camera dan masih banyak lainnya.

Beberapa alat tersebut memiliki fungsi yang menghasilkan gambar dan audio lebih hidup dan mempermudah proses produksi. Gambar setting perekeman bisa dilihat pada gambar 4.2


(48)

Kamera Sony A7

Lensa Fix 40mm

Slider

Mic Rode DSLR

Gambar 4.2 Setting perekaman Sumber: www.google.com 3. Teknik Pengambilan Gambar

Teknik pengambilan gambar pada film dokumenter ini digunakan dengan single camera, yaitu pengambilan gambar menggunakan satu kamera, dengan pertimbangan agar sutradara konsentrasi pada satu kamera karena alat-alat produksi belum memungkinkan untuk multiple camera. Beragam teknik


(49)

digunakan untuk mengambil sebuah adegan agar menimbulkan kesan hidup dan tidak membosankan saat khalayak umum atau penonton menyaksikan hasil dari film ini, film pendek ini merupakan film berbeda dari film lainnya, pengambilan gambar dengan teknik komposisi gambar.

Gambar 4.3 Shooting hari 1 (Sumber: Olahan Penulis)

Gambar 4.4 Shooting hari 2 (Sumber: Olahan Penulis)


(50)

4.2 Pasca Produksi

Pembahasan pada tahap berikut adalah tentang tahap terakhir produksi sebelum karya film pendek ini dipublikasikan, tahap ini disebut penyuntingan atau editing, dimana penyuntingan dibagi menjadi tiga tahap yaitu offline editing, online editing, mixing, rendering dan mastering.

1. Offline Editing

Setelah shotting selesai, sutradara dan editor memilah sesuai catatan yang sebelumnya dilakukan saat produksi berdasarkan catatan shotting dan gambar, editor dan sutradara menyamakan digit frame per detik, menit, dan jam begitu juga lokasi. Sehingga mempermudah editor dalam penyuntingan sesuai yang diharapkan oleh sutradara. Gambar offline editing bisa dilihat pada gambar 4.5

Gambar 4.5 Hasil Offline Editing (Sumber : Olahan Penulis)


(51)

2. Online Editing

Setelah proses offline editing, tahap kedua pasca produksi adalah menggabungkan hasil shotting asli sesuai dengan scene. setelah menggabungkan shot yang telah dilakukan, editor dan sutradara berhak memberikan warna sesuai karakter yang telah disepakati bersama saat pra produksi, atau sutradara memiliki karakter warna yang merupakan ciri khas sutradara. Gambar online editing bisa dilihat pada gambar 4.6

Gambar 4.6 Hasil Online Editing (Sumber: Olahan Penulis)

Online editing yang dilakukan merupakan hasil kerja yang rumit dikarenakan pengolahan hasil gambar merupakan objek bergerak, jika tidak ada kesinambungan kerap dapat mengakibatkan kejanggalan atau bisa disebut jumping. Memahami secara mendasar pengolahan gambar memang harus dilakukan dengan teliti agar tidak terjadi kesalahan yang fatal, untuk mengurangi kesalahan tersebut sutradara diwajibkan mengikuti tahap editing.


(52)

3. Rendering

Proses rendering merupakan tahap akhir dari editing yang semua dilakukan, menggabungkan semua scene atau adegan menjadi satu file dan menjadi format video, atau bisa diartikan rendering merupakan format yang menggabungkan file-file yang sudah diedit dan dijadikan satu format sendiri. Ada beberapa tahapan melakukan rendering yang perlu dilakukan adalah mengatur settingan render seperti resolusi atau format video. Waktu yang dibutuhkan untuk merender proyek ini cukup lama, tergantung kualitas yang diharapkan dari editor. Setelah selesai rendering, maka film telah selesai. Gambar rendering bisa dilihat pada gambar 4.7.

Gambar 4.7 Rendering (Sumber: Olahan Penulis)


(53)

4. Mastering

Mastering merupakan proses dimana file yang telah dirender dipindahkan ke dalam media kaset, VCD, DVD atau media lainnya dengan menggunakan software berbeda dari tahap yang telah dilalui diatas. Film pendek ini menggunakan media DVD karena kapasitas untuk menyimpan besar dan kualitas video yang tersimpan merupakan High Definition (HD)

4.3 Screen Shot Film

Gambar 4.8 Screen Shoot Film “Rhena” (Sumber: Olahan Penulis)

4.4 Publikasi

Pada saat film sudah memasuki tahap publikasi, maka akan dibuat media promosi dan mempublikasikan proyek Tugas Akhir ini kepada masyarakat, dalam publikasi dapat menggunakan berbagai macam media. Mulai dari media grafis, media dengar dan media video. Media publikasi yang digunakan dalam film pendek ini adalah poster dan DVD. Konsep pembuatan poster dan DVD film ini telah dibahas sebelumnya pada BAB III, dan diimplementasikan kedalam media cetak berupa poster, stiker, pin, kartu nama dan DVD. Berikut adalah hasil jadi media publikasinya.


(54)

Gambar 4.9 Poster “Rhena” (Sumber: Olahan Penulis)

Gambar 4.10 Stiker “Rhena” (Sumber: Olahan Penulis)


(55)

52 BAB V PENUTUP

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian perancangan dan Produksi Film Pendek ini mengangkat tentang pentingnya kasih sayang terhadap anak. Dibuatnya film pendek ini adalah untuk memberi contoh kepada orang tua yang harus memperhatikan anak agar anak tidak menjadi korban pergaulan bebas, depresi dan lain sebagainya. Dan sebelum pembuatan film pendek ini harus melalui proses survey lokasi, dan casting talent. Penulisan ini menggunakan beberapa teori seperti Film Pendek, Sinematografi. Kerangka tersebut menjadi pedoman dalam pembuatan perancangan dan produksi film pendek ini. Proses editing film pendek ini menggunakan software Adobe Premiere Pro CC.

5.2Saran

Pembuatan Film Pendek ini diharapkan menjadi wawasan dan pengetahuan bagi para khalayak luas. Pembuat film pendek mengakui masih banyak kekurangan dalam mengaplikasikan teknik kamera, teknik editing dan ide cerita. Dalam pembuatan film pendek ini dibutuhkan sekali untuk bekerja dalam tim, Oleh karena itu bagi pembaca atau yang lain disarankan untuk dapat meneruskan film ini dengan menambahkan yang menjadi kekurangan film ini.


(56)

53

Boggs, M. Joseph (terjemahan Drs. Asrul Sani). 1986. Cara Menilai Sebuah Film. Jakarta: Yayasan Citra.

Dadan, Rusmana. 2005. Tokoh dan pemikiran Semiotika. Jakarta: Tazkiya Press. Effendy, Heru. 2009. Mari membuat Film. Jakarta: Erlangga.

Effendy, Onong Uchjana. 1989. KAMUS KOMUNIKASI. Bandung: PT. Mandar Maju.

Javandalasta, Panca. 2011. 5 Hari Mahir Bikin Film. Jakarta: Java Pustaka Group Javandalasta, Panca. 2014. 5 Hari Mahir Bikin Film. Surabaya: MUNTAZ Media. Mabruri, Anton. 2013. ManajemenProduksi Program AcaraTelevisi. Jakarta: PT.

Grasindo.

Pratista, Himawan (Ed). 2008. Memahami film. Yogyakarta: Homerian Pustaka. Sasongko G., Setiawan. 2005. Kartun Sebagai Media Dakwah, Jakarta: Sigma

Digi Media.

Santoso, Ensadi. 2013. Bikin Video dengan Kamera DSLR. Jakarta: Mediakita. Sumarno, Marselli. 1996. Dasar-dasar apresiasi film. Jakarta: Gramedia.

Wibowo. S. 2006, “Analisis Implementasi CRM pada Industri Hospitality di Yogyakarta”, Utilitas.

Wibowo. Fred. 2006. Teknik Program Televisi. Yogyakarta: Pinus Book Publisher.


(57)

Gunadi, Paul. Dampak Perceraian terhadap anak. www.telaga.org/audio/ dampak_perceraian_orangtua_terhadap_anak_1. Diakses tanggal 30 Januari 2016.

http://www.aktual.com/angka-perceraian-di-jatim-terus-meningkat-surabaya nomor-satu. Diakses tanggal 20 Mei 2016.

http://www.hukumonline.com/berita/baca/ho118417/uu-perfilman-mengalihkan tanggungjawab-pidana-sineas-ke1sf. Diakses tanggal 20 Mei 2016

Rismayanti, puji. www.kompasiana.com/anak-broken-home-selalu-jadi-cibiran. Diakses tanggal 30 Januari 2016.

Tim, Dirks. 2011. Cinemaa In Edutch. https://quack.varndean.ac.uk. Diakses tanggal 15 Mei 2016.


(1)

49

3. Rendering

Proses rendering merupakan tahap akhir dari editing yang semua dilakukan, menggabungkan semua scene atau adegan menjadi satu file dan menjadi format video, atau bisa diartikan rendering merupakan format yang menggabungkan file-file yang sudah diedit dan dijadikan satu format sendiri. Ada beberapa tahapan melakukan rendering yang perlu dilakukan adalah mengatur settingan render seperti resolusi atau format video. Waktu yang dibutuhkan untuk merender proyek ini cukup lama, tergantung kualitas yang diharapkan dari editor. Setelah selesai rendering, maka film telah selesai. Gambar rendering bisa dilihat pada gambar 4.7.

Gambar 4.7 Rendering (Sumber: Olahan Penulis)


(2)

50

4. Mastering

Mastering merupakan proses dimana file yang telah dirender dipindahkan ke dalam media kaset, VCD, DVD atau media lainnya dengan menggunakan software berbeda dari tahap yang telah dilalui diatas. Film pendek ini menggunakan media DVD karena kapasitas untuk menyimpan besar dan kualitas video yang tersimpan merupakan High Definition (HD)

4.3 Screen Shot Film

Gambar 4.8 Screen Shoot Film “Rhena” (Sumber: Olahan Penulis)

4.4 Publikasi

Pada saat film sudah memasuki tahap publikasi, maka akan dibuat media promosi dan mempublikasikan proyek Tugas Akhir ini kepada masyarakat, dalam publikasi dapat menggunakan berbagai macam media. Mulai dari media grafis, media dengar dan media video. Media publikasi yang digunakan dalam film pendek ini adalah poster dan DVD. Konsep pembuatan poster dan DVD film ini telah dibahas sebelumnya pada BAB III, dan diimplementasikan kedalam media cetak berupa poster, stiker, pin, kartu nama dan DVD. Berikut adalah hasil jadi media publikasinya.


(3)

51

Gambar 4.9 Poster “Rhena” (Sumber: Olahan Penulis)

Gambar 4.10 Stiker “Rhena” (Sumber: Olahan Penulis)


(4)

52 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian perancangan dan Produksi Film Pendek ini mengangkat tentang pentingnya kasih sayang terhadap anak. Dibuatnya film pendek ini adalah untuk memberi contoh kepada orang tua yang harus memperhatikan anak agar anak tidak menjadi korban pergaulan bebas, depresi dan lain sebagainya. Dan sebelum pembuatan film pendek ini harus melalui proses survey lokasi, dan casting talent. Penulisan ini menggunakan beberapa teori seperti Film Pendek, Sinematografi. Kerangka tersebut menjadi pedoman dalam pembuatan perancangan dan produksi film pendek ini. Proses editing film pendek ini menggunakan software Adobe Premiere Pro CC.

5.2 Saran

Pembuatan Film Pendek ini diharapkan menjadi wawasan dan pengetahuan bagi para khalayak luas. Pembuat film pendek mengakui masih banyak kekurangan dalam mengaplikasikan teknik kamera, teknik editing dan ide cerita. Dalam pembuatan film pendek ini dibutuhkan sekali untuk bekerja dalam tim, Oleh karena itu bagi pembaca atau yang lain disarankan untuk dapat meneruskan film ini dengan menambahkan yang menjadi kekurangan film ini.


(5)

53

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Boggs, M. Joseph (terjemahan Drs. Asrul Sani). 1986. Cara Menilai Sebuah Film. Jakarta: Yayasan Citra.

Dadan, Rusmana. 2005. Tokoh dan pemikiran Semiotika. Jakarta: Tazkiya Press. Effendy, Heru. 2009. Mari membuat Film. Jakarta: Erlangga.

Effendy, Onong Uchjana. 1989. KAMUS KOMUNIKASI. Bandung: PT. Mandar Maju.

Javandalasta, Panca. 2011. 5 Hari Mahir Bikin Film. Jakarta: Java Pustaka Group Javandalasta, Panca. 2014. 5 Hari Mahir Bikin Film. Surabaya: MUNTAZ Media. Mabruri, Anton. 2013. ManajemenProduksi Program AcaraTelevisi. Jakarta: PT.

Grasindo.

Pratista, Himawan (Ed). 2008. Memahami film. Yogyakarta: Homerian Pustaka. Sasongko G., Setiawan. 2005. Kartun Sebagai Media Dakwah, Jakarta: Sigma

Digi Media.

Santoso, Ensadi. 2013. Bikin Video dengan Kamera DSLR. Jakarta: Mediakita. Sumarno, Marselli. 1996. Dasar-dasar apresiasi film. Jakarta: Gramedia.

Wibowo. S. 2006, “Analisis Implementasi CRM pada Industri Hospitality di Yogyakarta”, Utilitas.

Wibowo. Fred. 2006. Teknik Program Televisi. Yogyakarta: Pinus Book Publisher.


(6)

54

Sumber Internet

Gunadi, Paul. Dampak Perceraian terhadap anak. www.telaga.org/audio/ dampak_perceraian_orangtua_terhadap_anak_1. Diakses tanggal 30 Januari 2016.

http://www.aktual.com/angka-perceraian-di-jatim-terus-meningkat-surabaya nomor-satu. Diakses tanggal 20 Mei 2016.

http://www.hukumonline.com/berita/baca/ho118417/uu-perfilman-mengalihkan tanggungjawab-pidana-sineas-ke1sf. Diakses tanggal 20 Mei 2016

Rismayanti, puji. www.kompasiana.com/anak-broken-home-selalu-jadi-cibiran. Diakses tanggal 30 Januari 2016.

Tim, Dirks. 2011. Cinemaa In Edutch. https://quack.varndean.ac.uk. Diakses tanggal 15 Mei 2016.