PUSAT PENGEMBANGAN SENI REOG DI PONOROGO.

TUGAS AKHIR
” PUSAT PENGEMBANGAN SENI REOG
DI PONOROGO”
untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh
Gelar Sarjana Teknik (S-1)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

Diajukan oleh :

REIZA ARIE HARDANA
0551010035

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ” VETERAN”
JAWA TIMUR
2011

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


TUGAS AKHIR
PUSAT PENGEMBANGAN SENI REOG
DI PONOROGO
Dipersiapkan dan disusun oleh :

REIZA ARIE HARDANA
0551010035
Telah dipertahankan didepan tim penguji
Pada tanggal : 8 Desember 2011
Pembimbing Utama

Ir. Muchlisiniyati Safeyah, MT.
NPT. 3 6706 94 0034 1

Penguji

Ami Arfianti, ST. MT.
NPT. 3 6911 97 0158 1

Pembimbing Pendamping


Dr. Ir. Pancawati Dewi, MT
NPT. 3 6705 94 0033 1

Ir. Eva Elviana, MT.
NPT. 3 6604 94 0032 1

Ir. Erw in Djuni Winarto, MT.
NPT. 3 6506 99 0166 1

Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Sarjana (S-1)
Tanggal : 15 Desember 2011

Ir. Naniek Ratni JAR., M.Kes
NIP. 19590729 198603 2 00 1
Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


BERITA ACARA SIDANG LISAN TUGAS AKHIR
PERIODE I SEMESTER GASAL 2011-2012

Telah dilaksanakan sidang lisan Tugas Akhir, Atas Nama Reiza Arie Hardana
dengan judul Pusat Pengembangan Seni Reog di Ponorogo, pada :
Hari / tanggal : Jumat, 8 Desember 2011
Jam

: 13.00 – 14.30 WIB

Tempat

: Ruang lab. struktur

Dengan
Dosen Penguji I

:


Ami Arfianti ST., MT.

Dosen Penguji II :

Dr. Ir. Pancawati Dewi, MT.

Dosen Penguji III :

Ir. Erwin Djuni W., MT.

Moderator

:

Ir. Eva Elviana, MT.

Notulen

:


Reno Catur (0551010080)

Proses tanya jawab
Dosen Penguji I

: Ami Ar fianti ST., MT.

Tanya

: Karakteristik reog Ponorogo seperti apa??

Jawab

: Reog merupakan tarian tradisional khas Ponorogo Jawa Timur, yang
merupakan sejenis tarian dan atraksi yang dimainkan kurang lebih 40

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

penari laki-laki yang diiringi seperangkat gamelan dan musik yang

khas.
Tanya

: Kira-kira berapa semua luasan dari keseluruhan secara skala besar?

Jawab

: ± 8000m².

Tanya

: Berapa besar panggung? Apakah cukup?

Jawab

: 18 x 24 meter, cukup bu.

Tanya

: Berapa lebar lorong penari?


Jawab

: 6 meter.

Tanya

: Apakah warok itu bisa berinteraksi dengan penonton?

Jawab

: Tidak bisa.

Tanya

: Penarinya ada berapa orang? Kemudian berapa besar space /
sirkulasiny?

Jawab


: dimainkan oleh 40 orang penari laki-laki.

Tanya

: Untuk barongan berapa besarnya, tinggi, lebar?

Jawab

: Tinggi keseluruhan 240 cm, untuk lebar bulatan 250 cm, lebar bulatan
bawah 190cm

Tanya

: Berapa kapasitas untuk penonton?

Jawab

: 3000 orang bu.

Tanya


: Apa yang kamu maksud dengan “joglo mengalami modifikasi”?
perubahan bentuknya bagaimana

Jawab

: Karena tema rancangannya adalah arsitektur vernakular yang memiliki
pengertian arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

tradisional. Untuk perubahan bentuknya dapat dilihat pada konsep
bentukkan.

Dosen Penguji II

: Dr . Ir . Pancawati Dewi, MT

Tanya


: Apa arti tema perancangan vernakuler?

Jawab

: Arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur tradisional.

Tanya

: Apakah bangunanmu mengikuti karakter penduduk sekitar?

Jawab

: Ya, karena didaerah ponorogo masih banyak terdapat bangunan yang
memiliki karakteristik arsitektur tradisional

Tanya

: Darimana kamu dapat refrensi arsitektur tradisional Jawa Timur?


Jawab

: Dari buku dan internet

Tanya

: Darimana kamu dapat ilustrasi tatanan massa rumah adat ponorogo?

Jawab

: Dari internet hanya sebatas ilustrasi dalam bentuk tulisan, kemudian
saya ilustrasikan seperti itu.

Tanya

: Untuk ide bentuk Barongan dapat darimana?

Jawab

: Dalam tarian reog Ponorogo barongan merupakan inti dari tarian
tersebut, jadi saya menjadikannya sebagai vocal point pada bangunan
saya

Tanya

: Apa prinsip dari atap joglo?

Jawab

: Memiliki bentuk persegi panjang, terdaat 16 buah tiang atau kolom
yang terdiri dari 4 “saka guru” dan 12 tiang emper, dan memiliki 5
buah “Blandar Tumpang Sari”

Tanya

: Didalam ruang pelatihan terdapat fasilitas apa saja dan kegiatan
didalamnya seperti apa?

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Jawab

: Ruang staff, ruang perkumpulan, ruang reog, ruang jatilan, ruang
warokan, ruang pentulan, ruang musik, ruang latihan bersama, ruang
preparator, gudang dan toilet. Sebagai tempat pelatihan reog,
menyimpan perlengkapan roeg dan tempat berkumpulnya organisasi
kesenian reog yang ada di Ponorogo.

Tanya

: Ruang Jatilan itu apa dan berapa luasnya?

Jawab

: Ruang khusus untuk latihan penari Jatilan dan menyimpan
perlengkapan. Dengan luas 48 m²

Tanya

: Pusat Pengembangan Seni Reog itu seperti apa?

Jawab

: Pusat

kegiatan

yang

spesifik

bersifat

mengembangkan

reog

menjadikan lebih dari sebelumnya
Tanya

: Ada berapa kali pementasan dalam setahun?

Jawab

: 3 kali dalam setahun

Tanya

: Luas dari tempat kedatangan berapa dan terdapat apa saja disana?

Jawab

: 1025 m², didalamnya terdapat galery

Dosen Penguji III

: Ir . Erwin Djuni W., MT.

Tanya

: Apa perbedaan denah lantai 2 dan 3? Apa gunanya?

Jawab

: Sebenarnya itu bukan perbedaan lantai, hanya untuk membedakan
level tribun.

Tanya

: Kira-kira volume bangunanmu ini dengan giri loka sama atau tidak?

Jawab

: Tidak sama

Tanya

: Dimensi kolomnya berapa? tinggi kolomnya berapa?

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Jawab

: Untuk dimensinya 40x40cm, sedangkan tingginya 16 meter

Tanya

: Dengan kapasitas 3000, bagaimana agar penonton merasa nyaman?

Jawab

: Cahaya, suara, panghawaan

Tanya

: Bagaimana penghawaannya dan standart kenyamanan bagi penonton?

Jawab

: Menggunakan sistem cross ventilasi.

Tanya

: Berapa lebar kaca pada bangunanmu?

Jawab

: 4.6 meter

Tanya

: Bagaimana sistem pencahayaan pada bangunanmu?

Jawab

: Alami, karena terdapat banyak jendela

Tanya

: Bagaimana sistem penghawaan pada bangunanmu?

Jawab

:

Tanya

: Bagaimana suara pada bangunanmu?

Jawab

: Sound, mic

Tanya

: Bagaimana sistem akustik ruang anda?

Jawab

: Untuk akustik ruangnya tidak memiliki spesifikasi khusus

Tanya

: Berapa bentang kuda-kuda dan panjang bentangnya?

Jawab

: Bentang 42 meter

Alami

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

PUSAT PENGEMBANGAN SENI REOG
DI PONOROGO
Reiza Arie Hardana
0551010035

ABSTRAKSI

Penulisan Proposal Tugas Akhir. Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik
Sipil dan Perencanaan, Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa
Timur, Tahun 2009.
Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa memiliki seni dan
budaya yang bermacam–macam pula, pada bidang seni terdapat perkembangan
yang bagus diantaranya kebudayaan yang sudah dikenal sejak zaman dahulu
merupakan daya tarik utama.
Reog Ponorogo sebagai salah satu kesenian tradisional daerah juga telah
diakui sebagai kesenian daerah yang berkembang secara Nasional. Hal tersebut
terbukti dengan diselenggarakannya Festifal Reog pada malam Grebeg Suro yang
memperingati tahun Hijriyah, dengan peserta bukan hanya dari daerah Ponorogo
saja, tetapi juga dari penjuru Indonesia. Bahkan festival Reog tahun 2003, yaitu
peringatan HUT ke-507 Kabupaten Ponorogo dan perayaan Grebeg Suro 2003,
berhasil masuk Muri (Museum Rekor Indonesia) karena jumlah pesertanya sangat
besar, mencapai 107 grup (www.muri.org/rekor/017.html).
Untuk menjaga kelestarian budaya Reog, pemerintah daerah telah
mengambil beberapa langkah. Salah satunya tertuang dalam SK Bupati nomor 22
tahun 1994 yang menyebutkan bahwa tiap daerah atau desa di Ponorogo harus
memiliki perkumpulan kesenian Reog. Jumlah perkumpulan Reog tahun 2008 ini
mencapai 234 buah perkumpulan Reog dadak merak, dan 21 perkumpulan Reog
mini.
Alasan perancang memilih merancang Pusat Kebudayaan Reog Ponorogo,
karena Reog Ponorogo adalah kebudayaan asli milik kita yang harus kita jaga dan
lestarikan, supaya kebudayaan ini tidak punah serta tidak dipatenkan oleh
Malaysia sebagai salah satu kekayaan budaya dari Malaysia.
Kata Kunci : Kebudayaan, Ponorogo, Kelestarian, Reog.

i

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Untuk menyelesaikan studi di Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur, semua mahasiswa diwajibkan memenuhi persyaratan
kurikuler, salah satunya adalah Tugas Akhir.
Seminar proposal ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara
garis besar mengenai lingkup proyek yang akan dikerjakan, baik keluasan maupun
kedalamannya. Adapun Judul seminar proposal ini adalah :
“PUSAT PENGEMBANGAN SENI REOG DI PONOROGO”
Pada kesempatan ini, penulis ingin menghantarkan rasa hormat dan terima kasih
yang tak terhingga kepada:
1. Ir. Naniek Ratni JAR., M.Kes selaku dekan Fakultas Teknik Sipil dan
Perancanaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dr. Ir. Pancawati Dewi, MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur.
3. Ir. Muchlisiniyati Safeyah, MT., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan bimbingannya didalam penyusunan Tugas
Akhir ini.
4. Ir. Eva Elviana, MT., selaku Dosen Pembimbing II yang telah menyediakan
waktu, tenaga dan bimbingannya didalam penyusunan Tugas Akhir ini.
5. Dian Agustin, ST., MT., selaku koordinator LAB Tugas Akhir.
6. Ami Arfianti, ST. MT., Dr. Ir. Pancawati Dewi, MT & Ir. Erwin Djuni
Winarto, MT., selaku Dosen Penguji pada Sidang Komprenhensif Tugas
Akhir.
7. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
8. Kedua Orang Tua saya yang selalu memberikan semangat, kasih sayang, dan
dukungan baik moril maupun material, serta dukungan doa-doanya, sehingga

ii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

saya dapat melalui semua dan dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan
baik.
9. Teman-teman di studio TA.
10. Teman-teman Arch’04, Arch’05, Arch’07, Arch’08.
11. Pihak-pihak lain yang telah memberikan bantuan, pengarahan, dan
dukungannya.
Penulis menyadari tidak sedikit hambatan yang timbul selama penulisan
tugas ini. Namun hambatan tersebut dapat terlewati berkat bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak.
Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi civitas
akademik FTSP-Teknik Arsitektur Surabaya.

Surabaya, Desember 2011

Penyusun

iii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Abstrak ......................................................................................................... i
Kata Pengantar .............................................................................................. ii
Daftar Isi....................................................................................................... iv
Daftar Gambar .............................................................................................. vii
Daftar Tabel.................................................................................................. ix
Daftar Bagan ................................................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Tujuan Perancangan ............................................................................... 4
1.3. Batasan dan Asumsi ............................................................................... 4
1.4. Tahapan Perancangan ............................................................................. 5
1.5. Sistematika Penulisan............................................................................. 7

BAB II TINJAUAN OBYEK PERANCANGAN
2.1. Tinjauan Umum Rancangan ................................................................... 8
2.1.1. Pengertian Judul Objek Perancangan ............................................. 8
2.1.2. Studi Literatur ............................................................................... 8
2.1.2.1. Karakteristik Reog............................................................. 8
2.1.3. Studi Kasus ................................................................................... 19
2.1.3.1. Taman Budaya Surabaya ................................................... 19
2.1.3.2. Panggung Pagelaran Reog Ponorogo ................................. 25
2.1.4. Persyaratan Pokok Proyek ............................................................. 29
2.1.5. Kepemilikan Proyek ...................................................................... 30
2.2. Tinjauan Khusus Obyek Perancanagan ................................................... 31
2.2.1. Lingkup Pelayanan ........................................................................ 31
2.2.2. Aktifitas dan Kebutuhan Ruang ..................................................... 31

iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.3. Perhitungan Luasan Ruang ............................................................ 34
2.2.4. Program Ruang ............................................................................. 39
BAB III TINJAUAN LOKASI PERANCANGAN
3.1. Latar Belakang Pemilihan Lokasi ........................................................... 40
3.2. Penetapan Lokasi ................................................................................... 40
3.3. Kondisi Fisik Lokasi ............................................................................. 44
3.3.1. Existing Site .................................................................................. 44
3.3.2. Aksesibilitas .................................................................................. 49
3.3.3. Potensi Bangunan Sekitar .............................................................. 49
3.3.4. Infrastruktur Kota .......................................................................... 52
3.3.5. Peraturan Bangunan Setempat ....................................................... 54

BAB IV ANALISA PERANCANGAN
4.1. Analisa Ruang ........................................................................................ 56
4.1.1. Organisasi Ruang .......................................................................... 56
4.1.2. Hubungan Ruang........................................................................... 59
4.1.3. Sirkulasi Antar Ruang ................................................................... 60
4.1.3.1. Pola Sirkulasi Dan Hubungan Ruang ................................. 61
4.1.4. Diagram abstrak ............................................................................ 61
4.2. Analisa Site ............................................................................................ 63
4.2.1. Analisa Pencapaian ....................................................................... 63
4.2.2. Analisa Pembagian Zoning ............................................................ 65
4.2.3. Analisa Iklim................................................................................. 67
4.3. Analisa Bentuk Dan Tampilan ................................................................ 69
4.3.1. Analisa Bentuk .............................................................................. 69
4.3.2. Analisa Tampilan .......................................................................... 70

BAB V KONSEP PERANCANGAN
5.1. Fakta ...................................................................................................... 71
5.2. Isu .......................................................................................................... 71

v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5.3. Goal ....................................................................................................... 71
5.4. Tema Perancangan ................................................................................. 72
5.5. Konsep Perancangan .............................................................................. 73
5.6. Konsep Tapak ........................................................................................ 74
5.6.1. Konsep Zoning .............................................................................. 74
5.6.2. Konsep Tatanan Massa .................................................................. 75
5.6.3. Konsep Entrance ........................................................................... 75
5.7. Konsep Tampilan ................................................................................... 76
5.7.1. Konsep Bentukan .......................................................................... 76
5.7.2. Konsep Fasad ................................................................................ 77

BAB VI APLIKASI PERANCANGAN
6.1. Aplikasi Tapak ....................................................................................... 79
6.1.1. Aplikasi Zoning............................................................................. 79
6.1.2. Aplikasi Tatanan Massa ................................................................ 80
6.1.3. Aplikasi Entrance .......................................................................... 80
6.2. Aplikasi Tampilan .................................................................................. 81
6.2.1. Aplikasi Bentukan ......................................................................... 81
6.2.2. Aplikasi Fasad ............................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 84
LAMPIRAN

vi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1

Barongan dan Sketsa Ukuran .............................................

11

Gambar 2.2.

Topeng Klonosewandono dan Sketsa Ukuran .....................

12

Gambar 2.3.

Pecut Samandiman .............................................................

12

Gambar 2.4.

Sketsa Ukuran Topeng Pujangganong ................................

13

Gambar 2.5.

Topeng Patra Tholo dan Sketsa Ukuran .............................

13

Gambar 2.6.

Jaranan ..............................................................................

14

Gambar 2.7.

Pola Gerak Tari Barong Lepas ...........................................

16

Gambar 2.8

Pola Gerak Tari Merak Tarung ...........................................

17

Gambar 2.9.

Pola Gerak Tari Jatilan Dua Orang .....................................

17

Gambar 2.10. Pola Gerakan Tari Warok Kolor Sakti ................................

18

Gambar 2.11. Pola Gerakan Tari Pujaggangong .......................................

18

Gambar 2.12. Taman Budaya Jawa Timur................................................

20

Gambar 2.13. Panggung Pertunjukan Gedun Keseniaan Cak Durasim ......

23

Gambar 2.14. Potongan Gedung Seni Cak Durasim .................................

23

Gambar 2.15. Pendopo Taman Budaya Jawa Timur .................................

24

Gambar 2.16. Arsitektur Kolonial Dan Arsitektur Tradisional Jawa .........

25

Gambar 2.17. Panggung Pagelar Reog .....................................................

26

Gambar 2.18. Panggung Saat Pertunjukkan resog Bulanan .......................

27

Gambar 2.19. Batas Ruang Penonton .......................................................

27

Gambar 2.20. Panggung Pagelaran Reog Dan Patung...............................

28

Gambar 3.1.

Peta Lokasi Site .................................................................

44

Gambar 3.2.

Lokasi Peta Site .................................................................

45

Gambar 3.3.

Batas –Batas Lokasi Perencanaan ......................................

47

Gambar 3.4.

Tata Letak Bangunan Sekitar Site ......................................

50

Gambar 3.5.

Tampak Atas Taman Kota Ponorogo ..................................

50

Gambar 3.6.

Patung Lanasewandana ......................................................

51

Gambar 3.7.

Patung Dewi Sanggah Langit .............................................

51

Gambar 3.8.

Tampak Depan Gedung Pemuda ........................................

52

Gambar 4.1.

Diagram Abstrak Horizontal ..............................................

62

vii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Gambar 4.2.

Diagram Abstrak Vertikal ..................................................

62

Gambar 4.3.

Analisa Aksesibilitas ..........................................................

63

Gambar 4.4.

Fakta Aksesibilitas .............................................................

64

Gambar 4.5.

Respon Desain ...................................................................

64

Gambar 4.6.

Analisa Kebisingan Jalan ..................................................

65

Gambar 4.7.

Analisa Kebisingan Dalam Tapak ......................................

66

Gambar 4.8.

Analisa Pembagian Zoning ................................................

67

Gambar 4.9.

Analisa Tapak Dan Pergerakan Matahari ...........................

68

Gambar 4.10. Analisa Sinar Matahari Terhadap Bangunan.......................

69

Gambar 4.11. Analisa Tapak dan Pergerakan Matahari ............................

69

Gambar 4.12. Analisa Tampilan Bangunan ..............................................

70

Gambar 5.1.

Rumah Adat Jawa Timur ...................................................

73

Gambar 5.2.

Interior Rumah Adat Jawa Timur .......................................

74

Gambar 5.3.

Zoning ...............................................................................

74

Gambar 5.4.

Ilustrasi Tatanan Rumah Adat Ponorogo ............................

75

Gambar 5.5.

Jalan Disekitar Site ............................................................

76

Gambar 5.6.

Transformasi Bentuk..........................................................

77

Gambar 5.7.

Joglo Modifikasi ................................................................

77

Gambar 5.8.

Ukiran Dari Motif Batik .....................................................

78

Gambar 6.1.

Aplikasi Zoning .................................................................

79

Gambar 6.2.

Aplikasi Tatanan Massa .....................................................

80

Gambar 6.3.

Aplikasi Entrance...............................................................

81

Gambar 6.4.

Aplikasi Bentukan .............................................................

82

Gambar 6.5.

Modifikasi Joglo ................................................................

82

Gambar 6.6.

Fasad Pagelaran dan Detail Ukiran.....................................

83

viii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Jumlah Organisasi Kesenian Reog ..........................................

3

Tabel 2.1. Kelompok-Kelompok Fasilitas ................................................

31

Tabel 2.2. Kebutuhan Ruang ...................................................................

33

Tabel 2.3. Fasilitas Pertunjukkan .............................................................

34

Tabel 2.4. Pengelola ................................................................................

35

Tabel 2.5. Fasilitas Kedatangan ...............................................................

36

Tabel 2.6. Restoran..................................................................................

37

Tabel 2.7. Ruang Mekanikal ....................................................................

37

Tabel 3.1. Perbandingan Pemilihan Lokasi Site .......................................

41

Tabel 4.1. Nama Ruang Berdasarkan Pembagian Area dan Fasilitasnya...

57

Tabel 4.2. Hubungan Antar Ruang ..........................................................

59

ix

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR BAGAN/DIAGRAM
Diagram 1.1. Tahapan Perancangan Pusat Pengembangan Seni Reog
Di Ponorogo ......................................................................

5

Diagram 2.1. Organisasi Ruang ...............................................................

22

Diagram 2.2. Panggung Pagelaran Reog..................................................

26

Diagram 4.1. Organisasi Antar Fasilitas ..................................................

60

Diagram 4.2

61

Pola Sirkulasi Dan Hubungan Ruang .................................

x

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang
Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa memiliki seni dan
budaya yang bermacam–macam pula, pada bidang seni terdapat perkembangan
yang bagus diantaranya kebudayaan yang sudah dikenal sejak zaman dahulu
merupakan daya tarik utama. Tetapi dalam kenyataannya sekarang ini banyak
kebudayaan daerah yang tenggelam, sehingga daerah tersebut tidak memiliki
identitas yang dapat ditonjolkan, salah satu daerah yang kebudayaannya mulai
pudar adalah daerah Jawa Timur. Perkembangan budaya di daerah ini harus
dikembangkan sehingga mampu menjadi kesenian nasional yang lebih kreatif dan
inovatif, sehingga menumbuhkan rasa kebanggaan nasional.
Reog Ponorogo sebagai salah satu kesenian tradisional daerah juga telah
diakui sebagai kesenian daerah yang berkembang secara Nasional. Hal tersebut
terbukti dengan diselenggarakannya Festifal Reog pada malam Grebeg Suro yang
memperingati tahun Hijriyah, dengan peserta bukan hanya dari daerah Ponorogo
saja, tetapi juga dari penjuru Indonesia. Bahkan festifal Reog tahun 2003, yaitu
peringatan HUT ke-507 Kabupaten Ponorogo dan perayaan Grebeg Suro 2003,
berhasil masuk Muri (Museum Rekor Indonesia) karena jumlah pesertanya sangat
besar, mencapai 107 grup (www.muri.org/rekor/017.html). Mereka bukan hanya
berasal dari Ponorogo, tetapi juga daerah lain di Jawa dan luar Jawa. Peserta luar
Ponorogo antara lain dari Kabupaten Sukoharjo, Klaten, Gunung Kidul,
Wonogiri, Kediri Malang, Batu, Gresik, Surabaya, Jember, dan Bandung.
Sedangkan peserta dari luar Jawa tercatat dari Lampung, Jambi, Kepulauan Riau,
dan Kabupaten Kutai (Kalimantan Timur).
Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur
bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya.
Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok Warok dan Gemblak, dua sosok yang
ikut tampil pada saat Reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu bukti budaya
1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik
dan ilmu kebatinan yang kuat. Dalam kehidupan masyarakat, Reog Ponorogo
digunakan sebagai pengikat pergaulan sosial, perarakan pengantin pada perhelatan
perkawinan, aset pariwisata serta sarana kritik bagi penguasa. Melalui keindahan
dan keunikan “dhadhak merak” dan

gamelannya,

kesenian ini dapat

mengumpulkan massa yang cukup banyak.
Hal ini tentu saja dimanfaatkan Pemerintah Kabupaten Ponorogo dan arena
itu merupakan momen pariwisata “Grebeg Suro” setiap tahun dilaksanakan
sebagai ajang menarik wisatawan mancanegara maupun domestik. Acara yang
berpuncak pada peringatan 1 Suro didahului dengan Festifal Reog Nasional yang
biasanya diikuti peserta dari seluruh Indonesia. Dan diharapkan acara tahunan ini
menjadi pemasukan pemerintahan daerah. Tetapi perkembangan yang pesat
kearah luar tersebut tidak diikuti perkembangan yang seimbang ke arah dalam,
terutama dalam hal pelestarian budaya dan perkembangannya sebagai potensi
daerah. Kota Ponorogo dengan kesenian Reog Ponorogonya hanya belum mampu
secara konstan menarik wisatawan, terutama pada hari-hari biasa.
Untuk menjaga kelestarian budaya Reog, pemerintah daerah telah
mengambil beberapa langkah. Salah satunya tertuang dalam SK Bupati nomor 22
tahun 1994 yang menyebutkan bahwa tiap daerah atau desa di Ponorogo harus
memiliki perkumpulan kesenian Reog. Jumlah perkumpulan Reog tahun 2008 ini
mencapai 234 buah perkumpulan Reog dadak merak, dan 21 perkumpulan Reog
mini. Tetapi perkumpulan-pekumpulan tersebut dalam kegiatannya hanya terbatas
pada penampilan pada Festifal Reog pada peringatan Sura, malam bulan purnama
dan peringatan 17 Agustusan. Kendala lain yang dihadapi adalah kurangnya
fasilitas untuk latihan, dan makin berkurangnya peminat yang mendalami
kesenian Reog ini.
Adapun alasan perancang memilih merancang Pusat Kebudayaan Reog
Ponorogo, karena Reog Ponorogo adalah kebudayaan asli milik kita yang harus
kita jaga dan lestarikan, supaya kebudayaan ini tidak punah serta tidak dipatenkan
oleh Malaysia sebagai salah satu kekayaan budaya dari Malaysia

2
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Tabel 1.1 J umlah Organisasi Kesenian Reog
Kecamatan
Ngrayun
Slahung
Bungkal
Sambit
Sawoo
Sooko
Pulung
Mlarak
Siman
Jetis
Balong
Kauman
Jambon
Badegan
Sampung
Sukorejo
Ponorogo
Babadan
Jenangan
Ngebel
Pudak
Jumlah/ 2008
Jumlah/ 2006
Jumlah/ 2004
Jumlah/ 2002

Reog Dadak
8
10
18
17
23
5
17
10
14
12
9
4
4
6
12
12
20
12
10
8
3
234
214
234
231

Reog Mini
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
21
23
21
24

Reog Thek
2
1
3
30
3
7

(Sumber : Data Dinas Pariwisata dan Seni Budaya Kabupaten Ponorogo)

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, maka demi menunjang
perkembangan kesenian Reog Ponorogo, perlu adanya Pusat Seni Reog di
Ponorogo. Pada fasilitas tersebut kegiatan pengembangan dilakukan melalui
pengorganisasian perkumpulan yang telah ada dan penyedian fasilitas untuk
latihan dan pembelajaran. Sedangkan kegiatan wisata budaya dilakukan dengan
memamerkan Reog Ponorogo dan menampilkannya, serta mencoba menggali
potensi wisata yang lain seperti para pengrajin Reog. Mendesain suatu bentuk
arsitektural dari pusat seni Reog Ponorogo, sebagai tempat pembelajaran,
pelestarian dan pengembangan potensi budaya daerah, serta sebagai pusat wisata
budaya untuk menarik wisatawan. Bentuk arsitektural tersebut harus didesain agar
dapat menunjang misi, tujuan dan sasaran dari bangunan ini, serta mampu

3
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

mencerminkan materi sesuai dengan pendekatan, tema, dan konsep yang
diterapkan, dengan tidak mengecilkan aspek fungsional, struktural dan utilitas dari
bangunan ini yang mana pada akhirnya dapat mengakomodasikan segala aktifitas
yang berkaitan dengan Pusat Seni Reog ponorogo di Ponorogo ini.

1.2. Tujuan Per ancangan
Proyek ini bertujuan menyediakan suatu tempat pelatihan yang didalam
aktifitasnya dapat melestarikan, mengembangkan, dan memperkenalkan kesenian
tradisional Jawa Timur kepada wisatawan Internasional dan domestik.
Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah :


Sebagai wadah atau tempat untuk mempelajari seni Reog Ponorogo
yang dapat terjaga kelestariannya dan dapat mengembangkan seni
Reog Ponorogo.



Sebagai wadah yang mampu mengangkat kembali memori dan
identitas budaya tradisional pada masyarakat luas agar dapat
dilestarikan antar generasi.



Masyarakat awam Ponorogo sendiri, dapat menggunakan sebagai
fasilitas wisata lokal.



Sebagai tempat atau wadah untuk menyajikan dan mementaskan suatu
seni Reog Ponorogo.



Mengembangkan potensi wisata budaya di kota Ponorogo.



Sebagai fasilitas hiburan bagi masyarakat Ponorogo dan sekitarnya.

1.3. Batasan dan Asumsi
Untuk menghindari pembahasan permasalahan yang ada agar tidak melebar
sehingga dapat merambat pada masalah-masalah yang tidak perlu dibahas maka
perlu adanya batasan-batasan yang melingkupi permasalahan yang ada dalam
ruang lingkup pembahasan pada perencanaan Pusat Pengembangan Seni Reog di
Ponorogo.


Perancangan yang ditekankan pada segi Arsitektur, dimana masalah bentuk,
penampakan fisik bangunan dan penataan tapak serta pewadahan kegiatan

4
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

yang ada, mempunyai peranan yang lebih penting dan berpengaruh dalam
usaha mencapai tujuan perencanaan.


Pembahasan perancangan ini ditujukan untuk mendukung perencanaan fisik
saja, sehingga masalah ekonomi, sosial dan politik hanya dibahas sepintas saja
sesuai dengan kebutuhan.



Perencanaan bangunan berupa bangunan bermassa banyak (tatanan massa).



Batasan desain berupa perpaduan antara unsur tradisional dan modern.



Kegiatan yang diawadahi adalah seni budaya Tari Reog Ponorogo

1.4. Tahapan Per ancangan
Sub bab Tahapan Rancangan disini menjelaskan secara skematik tentang
urutan yang dilakukan penyusun dalam menyusun laporan mulai dari tahap
pemilihan judul sampai dengan laporan selesai untuk kemudian diaplikasikan
pada gambar perancangan.
JUDUL

LATAR BELAKANG

RUMUSAN MASALAH

PENGUMPULAN D AT A
DATA LIT E RATURE DAN STUDY KASUS

DATA STUD I LAPANGAN

ANALISA

HI POTESA/ HASIL ANALISA

IDE /KONSE P PE RANCANGAN

GAMB AR RANCANGAN

Diagram gambar 1.1. Tahapan Perancangan Pusat Pengembangan Seni Reog di Ponorogo
(Sumber: Hasil analisa pribadi, 2011)

5
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Pemikiran teatang tahapan perancangan dimulai dari sebuah judul yaitu
“Pusat Pengembangan Seni Reog Di Ponorogo”, yang kemudian mencari latar
belar belakang kenapa mengambil judul itu dan permasalahan yang terjadi
sehingga muncul ide tersebut. Setelah menemukan latar belakang, kemudian
diinterpretasikan melalui pengumpulan data (kompilasi dan analisis) dengan
mencari literatur dan studi kasus, dimana proses penambilan data dilakukan
dengan cara :
1. Studi pustaka.
Tahap kedua adalah studi pustaka yaitu dengan mencari literatur tentang
berbagai hal yang berhubungan dengan jenis tari dan literature tentang
berbagai kehidupan seni Reog di Jawa Timur.
Selain bertujuan untuk mencari literatur dan mendapatkan bahan
perbandingan juga untuk mengenal masalah-masalah yang berhubungan
dengan proyek ini serta untuk melengkapi data masukan dalam proses
perencanaan dan perancangan. Bahan dari studi literatur ini diperoleh dari
buku-buku referensi, brosur-brosur dan lain-lain yang dapat melengkapi
kelengkapan data.
2. Studi Kasus/Lapangan.
Dengan pengamatan terhadap proyek serupa, dalam arti perbandingan
setiap program ruang, struktur organisasi, dan tipologi arsitektur dengan
proyek lain yang sejenis.
3. Studi internet.
Studi ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran obyektif
terhadap arah perancangan yang berhubungan dengan proyek yang akan
direncanakan, dilakukan melalui internet, yaitu dengan cara download dari
google ataupun wikipedia.
Hasil dari studi pengumpulan data, di analisa kembali untuk menemukan
suatu pendekatan terhadap perancangan yang nantinya akan timbul suatu
ide/konsep gagasan perancangan. Akhir dari konsep itu nantinya akan
diaplikasikan ke dalam sebuah gambar rancangan.

6
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1.5. Sistematika Laporan
Digunakan sistematika penulisan dengan poin – poin sebagai berikut :
1. BAB I : Pendahuluan, berisi tahapan-tahapan mulai dari latar belakang
pemilihan judul, tujuan perancangan, batasan dan asumsi rancangan, dan
tahap perancangan beserta dengan uraian penjelasan dari tiap tahapannya
yang menjelaskan secara rinci isinya.
2. BAB II : Tinjauan Obyek Perancangan, mulai dari tahap pengertian judul
yang berisi pengertian tentang pusat pengenbangan Seni Tari Reog Di
Ponorogo itu sendiri yang kemudian disimpulkan menjadi suatu pengertian
baru dari rancangan. Tahap studi literatur yang berisi tentang segala data
dari bermacam jenis literatur yang digunakan sebagai data penunjang yang
berkaitan dengan rancangan. Tahap tinjauan obyek perancangan yang
berisi dua obyek studi kasus sejenis secara fungsi dan aktivitas yang
digunakan sebagai acuan yang menbantu rancangan nantinya, dari hasil
analisa dan pembandingan yang dilakukan pada studi kasus. Tahap
kesimpulan studi, lingkup pelayanan yang menjelaskan pembatasan
pelayanan rancanangan, serta aktivitas kebutuhan ruang dan perhitungan
luasannya yang menguraikan secara rinci kebutuhan ruang yang
diperlukan untuk kemudian dihitung secara pasti luasan yang dibutuhkan.
3. BAB III : Tinjauan Khusus, didalam bab ini menjelaskan tentang berbagai
aktifitas yang ada dan juga fasilitas-fasilitas yang timbul akibat adanya
aktifitas yang ada didalam pusat pengenbangan Seni Tari Reog Di
Ponorogo dan persyaratan-persyaratan khusus yang ada.
4. BAB IV : Analisa Perancangan, isinya sudah mengarah ke arah lebih
lanjut yaitu mulai dari analisa sampai dengan gambaran secara abstrak
tentang konsep perancangan yang akan dibuat. Seperti dari mulai analisa
ruang berserta hubungannya, analisa aksesibilitas, view, kebisingan, iklim,
potensi daerah sekitar. Sampai dengan diagram abstrak yang kurang lebih
menggambarkan secara abstrak konsep bentukan atau lay out.

7
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUAN OBYEK PERANCANGAN
2. 1. Tinjauan Umum Rancangan
2.2.1. Penger tian J udul


Pusat Pengembangan
Yaitu suatu tempat kedudukan utama dimana terjadi suatu pemusatan atau
kordinasi kegiatan yang spesifik bersifat mengembangkan; menjadikan lebih
dari sebelumnya.
(sumber: www.wikipedia.com 2011)



Seni Reog
Reog merupakan kesenian khas kota Ponorogo. Merupakan sejenis tarian
dan atraksi yang dimainkan oleh kurang lebih 40 penari laki-laki. Dalam
penampilannya Reog juga diiringi oleh seperangkat gamelan, dengan musik
yang khas.
(http://www.joglosemar.co.ai/peoplecult/reog)



Di Ponorogo
Sebuah kabupaten yang berada di Propinsi Jawa Timur.
(Badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo)

2.1.2

Study Liter atur

2.1.2.1. Kar akter istik Reog
Sebelumnya perlu diperdalam terlebih dahulu studi-studi tentang kesenian
Reog Ponorogo itu sendiri. Yang mana hasil studi literatur ini diperoleh dari buku
“Pedoman Dasar Kesenian Reog Ponorogo Dalam Pentas Budaya Bangsa” yang
diterbitkan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II Ponorogo, serta dari wawancara
langsung dengan pelaku seni serta tokoh masyarakat.

8
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Pusat Pelestarian, Pengembangan dan Wisata Budaya Reog Ponorogo di
Ponorogo adalah suatu pusat perlindungan dan konservasi, serta pengembangaan
kesenian budaya setempat, sekaligus sebagai sarana wisata untuk mengenali
budaya setempat tersebut. Dalam konsep perancangannya, fasilitas ini
menggunakan pendekatan dari segi sosial budaya, yaitu pendekatan Arsitektur
dilihat sebagai sebuah tulisan, dengan mengambil cerita tentang Reog Ponorogo
sebagai konsep perancangan bangunan. Pendalaman yang diambil adalah
pendalaman dari segi sejarah, sosial, dan budaya, dengan cara menerapkan budaya
Jawa ke dalam bangunan, tetapi tetap dengan menggunakan konsep filosofi yang
semula dalam desain arsitektur. Ditinjau dari asal-usul keberadaan Reog itu
sendiri ada beberapa versi, antara lain:
Menurut buku cerita rakyat Reyog Ponorogo (1985), disebutkan Reog
Ponorogo mengisahkan Prabu Klana Sewandana (Raja Bantaran Angin) yang
berusaha menarik hati calon istrinya, putri Kediri bernama Dyah Ayu Dewi
Sanggalangit dengan membawa kesenian yang belum pernah ada. Kisah yang
disampaikan adalah bagaimana Sang Prabu Klana Sewandana mengalahkan
Singabarong dengan menggunakan Pecut Samandiman.
Menurut buku Pedoman Dasar Kesenian Reog Ponorogo Dalam Pentas
Budaya Bangsa (1996), disebutkan asal usul Reog Ponorogo yang semula disebut
“Barongan” sebagai satire (sindiran) dari Demang Ki Ageng Kutu Suryongalam
terhadap raja Majapahit Prabu Brawijaya V (Bhree Kertabumi). Terwujudnya
Barongan sindiran bagi raja yang berkuasa yang belum melaksanakan ktugastugas kerajaan secara

tertib,

adil dan memadai,

sebabkekuasaan raja

dikuasai/dipengaruhi bahkan dikendalikan oleh permaisurinya. Ki Ageng
Suryongalam menyadari bahwa sebagai bawahan tidak dapat berbuat banyak,
maka sebagai alternatif lain yang ditempuh terpaksa memperkuat dirinya dengan
pasukan perang yang terlatih, berikut para waroknya dengan berbagai ilmu
kanuragan. Berawal dari inilah cerita asal usul Reog Ponorogo dalam wujud
seperangkat merak dan jatilan sebagai manifestasi sindiran kepada Raja Majapahit
yang

dalam

menjalankan

roda

kepemerintahannya

dipengaruhi

9
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

oleh

permaisurinya. Raja dikiaskan sebagai harimau yang ditunggangi oleh merak
sebagai lambang permaisurinya.
Dalam perjalanannya, kesenian Reog pernah dimusnahkan besar-besaran
sekitar tahun 1965. pada saat itu Reog dituding sebagai bagian dari budaya yang
merupakan perpanjangan tangan Partai Komunis Indonesia (PKI). Sebelum tahun
1965, Reog memang syarat dengan simbol-simbol yang menunjukkan aliranaliran politik tertentu. Pada saat itu PKI memiliki kelompok Reog dengan nama
Barisan Reog Ponorogo (BRP). Hampir seluruh desa di Ponorogo memiliki
kelompok Reog lebih dari satu.
Kelompok simpatisan Partai Nasional Indonesia (PNI) pada saat itu juga
tidak mau kalah. PNI lalu mendirikan Barisan Reog Nasional (Bren) sebagai
organisasi tandingan. Semntara para ulama mendirikan Cabang Kesenian Reog
Agama (CAKRA), juga sebagai tandingan. Akhirnya, Reog pada saat itu muncul
sebagai pengemas pesan-pesan politik dari masing-masing aliran. Keberadaan
BRP rupanya sangat mencolok, sehingga pada saat pembersihan masyarakat dari
PKI, ratusan kelengkapan Reog di Ponorogo dibakar massa. Reog dipandang
sebagai kesenian Komunis.
Pasca tahun 1965, kesenian Reog sempat memudar. Ketakutan ini perlahan
mulai menghilang, dengan munculnya kesenian dari Nahdatul Ulama berupa
gadjah-gadjahan.

Kesenian

yang

menggambarkan

Khalifah

Nabi

ini

membangkitkan kembali atmosfer berkesenian di Ponorogo, sehingga Reog
muncul kembali. Sejak saat itu Kesenian Reog Ponorogo dilindungi sebagai salah
satu kesenian daerah yang khas. Untuk menjaga kelestarian budaya tersebut,
pemerintah daerah telah mengambil beberapa langkah. Salah satunya tertuang
dalam SK Bupati nomor 22 tahun 1994, yang menyebutkan bahwa tiap daerah
atau desa di Ponorogo harus memiliki perkumpulan Kesenian Reog.
Reog merupakan kesenian khas kota Ponorogo, yang merupakan sejenis
tarian dan atraksi yang dimainkan oleh kurang lebih 40 penari laki-laki. Dalam
penampilannya, Reog memiliki kostum dan peralatan yang khas serta diiringi

10
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

oleh alunan musik dari seperangkat instrumen musik yang khas pula. Aspek-aspek
yang dibutuhkan dalam pementasan Reog antara lain:


Per alatan Pemain
Dalam setiap pementasan Reog, dibutuhkan peralatan yang khas yang
dikenakan para pemain. Peralatan tersebut antara lain :

§ Barongan
Barongan merupakan peralatan tari yang paling dominan dalam kesenian
Reog. Barongan terdiri dari kepala harimau, dadak merak, krakab (merupakan
aksesoris dan tempat menuliskan identitas grup reog), serta kerudung penutup
pembarong.

Gambar 2.1. Barongan & Sketsa

Ukuran
§ Topeng Klonosewandono
Berbentuk Topeng klanabagus dilengkapi dengan mahkota yang menempel
diatasnya. Topeng tersebut terbuat dari kayu dengan cat dasar warna merah
agak muda. Mahkota terbuat dari kulit kerbau yang ditatah dan dipulas.

11
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Gambar 2.2. Topeng Klonosewandono & Sketsa Ukuran

§ Pecut Samandiman
Berbentuk tongkat lurus terbuat dari rotan berhias jebug dari benang sayet
warna merah diseling kuning sebanyak 5-7 jebug. Panjang seluruhnya 100cm,
terbagi menjadi dua bagian yaitu : 20cm untuk pegangan dan 80cm cemeti
yang berhias jebug.

Gambar 2.3. Pecut Samandiman

§ Topeng Pujangganong
Topeng Pujangganong mirip dengan wajah raksasa, hidung panjang, mata
melotot, mulutnya terbuka sehingga tampak giginya yang besar-besar tanpa
taring. Wajahnya berwarna merah darah, rambutnya lebat warna hitam
menutup pelipis kiri kanan. Menggambarkan sosok seorang Patih muda yang
cekatan, berkemauan keras, cerdik, jenaka dan sakti.

12
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Topeng ini terbuat dari kayu, rambutnya dari bulu ekor sapi. Tutup kepala dari
kain polos merah, pada ujung kiri kanan diberi tali yang dapat diikatkan pada
leher pemain. Topeng tersebut memiliki tebal 10cm, panjang 7cm, lebar 20cm,
dan tinggi 21cm.

Gambar 2.4. Sketsa Ukuran Topeng Pujangganong



Topeng Patra jaya dan Patra Tholo
Bentuk topeng Patra Jaya dan Patra Tholo ini terkesan jenaka, tanpa bibir
bawah. Topeng Patra Jaya berwarna putih, sedangkan topeng Patra Tholo
berwarna hitam kecoklatan. Topeng tersebut memiliki ukuran tinggi 16cm dan
lebar 17cm.

Gambar 2.5. Topeng Patra Tholo Dan Sketsa Ukuran

§ Eblek (J aranan)
Jaranan

Ponorogo

memiliki

ciri

khas

tersendiri.

Bentuk

kepala

menggambarkan kuda yang sedang bergerak lincah, sedangkan bagian

13
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

belakang tidak berekor. Jaranan tersebut terbuat dari anyaman bambu halus,
sekeliling tepinya dibingkai dari bambu juga. Jaranan ini memiliki ukuran
Tinggi depan 45cm, tinggi tengah 14cm, tinggi belakang 35cm, dan panjang
seluruhnya 82cm.

Gambar 2.6. Jaranan



Instr umen
Gamelan atau musik reog berfungsi sebagai tetabuhan dan pengiring pagelaran
kesenian reog yang sangat dominan. Gamelan Reog memiliki ciri-ciri khusus
baik bentuk maupun nada serta larasnya. Adapun macam gamelan Reog
Ponorogo sebagai berikut :
§ Terompet
§ Kendang
§ Ketipung
§ Kempul
§ Kethuk dan Kenong
§ Angklung



Tari
Unsur tari sebagai penunjang pentas Reog Ponorogo dapat dibedakan menjadi
3 macam, sesuai dengan kebutuhan dan sifat pementasan itu sendiri yaitu:
-

Tari lepas
Adalah pementasan tari secara sendiri-sendiri, dimana masing-masing
peraga menari secara bergantian dan berurutan sesuai pedoman, yaitu tari

14
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Warok (Kolor Sakti), Tari Jatilan, Tari Pujangganong (Ganongan), Tari
Klana Sewandana dan Tari Barongan. Adapun tari

Pentul Tembem

sebagai ilustrasi adegan diatas sesuai dengan sifatnya yang humoris, sebab
tari ini menggambarkan kelucuan serta partisipasi rakyat jelata.
-

Tar i utuh
Yang dimaksud adalah penampilan reog secara utuh (keseluruhan). Pada
tari utuh ini seluruh peraga Reog Ponorogo menari bersama-sama,
kemudian dilanjutkan dengan perang antara Barongan dengan Barongan
(apabila dalam satu unit Reog terdapat dua atau lebih Dadak Merak).
Perang Barongan dengan Jathilan, Barongan dengan Pujangganong, dan
akhirnya Barongan dengan Klana Sewandana yang berakhir dengan
kekalahan Barongan karena terkena sabetan pecut Samandiman, kemudian
dilanjutkan dengan tari iring-iringan.

-

Tar i ir ing-ir ingan
Yang dimaksud adalah pagelaran tari Reog Ponorogo dalam posisi
berjalan berurutan. Pada tempat-tempat tertentu (perempatan jalan,
didepan rumah orang yang dihormati, didepan rumah pejabat) berhenti
untuk menampilkan tari lepas, maupun tari utuh yang disebut dengan
istilah iker.



Pelaku
Dalam seni pertunjukan Reog terdiri dari beberapa pemain
diantaranya:
§ Dadak Mer ak atau Bar ongan
Yaitu peran utama dalam kesenian ini, mengenakan topeng kepala macan
dengan merak diatasnya. Berat topeng ini (ukuran standart) mencapai 40
sampai 100kg. Barongan ini melambangkan seekor singa dan merak,
penguasa hutan Lodaya. Peran tersebut dimainkan 1 orang, akan tetapi
bisa juga lebih. Tari Barongan menurut gerakan dan jumlah dapat
dibedakan menjadi dua antara lain :

15
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian a